• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008 SEBESAR -3,94 PERSEN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

No. 29/08/34/Th. X, 14 Agustus 2008

PERTUMBUHAN EKONOMI

PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2008

SEBESAR -3,94 PERSEN

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Pertumbuhan ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang diukur berdasarkan kenaikan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) pada triwulan II tahun 2008 menurun sebesar 3,94 persen terhadap triwulan sebelumnya (q-to-q). Pertumbuhan negatif ini terjadi karena produksi sektor pertanian turun walaupun sektor lainnya meningkat. Sektor pertanian mengalami penurunan sebesar 35,94 persen karena produksi padi anjlok sangat signifikan (-54,13%) akibat faktor musim; sedangkan pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa-jasa sebesar 13,68 persen.

PDRB Provinsi DIY pada triwulan II 2008 jika dibandingkan triwulan yang sama tahun 2007 (y-on-y) mengalami kontraksi sebesar 1,00 persen, disebabkan oleh penurunan produksi sektor pertanian yang mencapai 23,78 persen (y-on-y) terkait panen padi pada triwulan II 2007 memberikan hasil jauh lebih besar dari pada panen triwulan II 2008, akibat pergeseran musim tanam.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY semester I 2008 terhadap semester I 2007 (c-to-c) mencapai 4,26 persen. Sumber pertumbuhan berasal dari sektor-sektor: pertanian, industri, listrik, perdagangan, pengangkutan dan keuangan yang memberi andil positif; sedangkan sektor pertambangan dan konstruksi memberi andil negatif.

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY pada triwulan II 2008 mencapai Rp 9,06 triliun atas dasar harga berlaku dan nilai riilnya sebesar Rp 4,63 triliun atas dasar harga konstan 2000.

Sektor ekonomi yang memiliki peranan terbesar dalam perekonomian Provinsi DIY pada triwulan II 2008 adalah sektor jasa-jasa sebesar 21,59 persen; kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel dan restoran (19,53%); sektor industri (14,19%); dan sektor pertanian (13,05%); sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai peranan terkecil yaitu 0,73 persen.

Pengeluaran konsumsi pemerintah secara riil mengalami pertumbuhan sebesar 24,22 persen pada triwulan II 2008 dibandingkan triwulan sebelumnya (q-to-q). Kemudian, diikuti oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) yang tumbuh sebesar 12,39 persen.

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007 (y-on-y) terjadi peningkatan pada komponen konsumsi rumahtangga dan komponen konsumsi pemerintah, yaitu masing-masing naik sebesar 2,32 persen dan 9,35 persen.

Pertumbuhan secara kumulatif (c-to-c) didorong oleh pertumbuhan konsumsi pemerintah (9,70%) dan konsumsi rumahtangga (2,49%); sebaliknya komponen PMTDB justru memberi andil negatif dengan pertumbuhan minus 4,83 persen.

Bagian terbesar PDRB masih digunakan untuk keperluan konsumsi, yaitu 48,26 persen oleh rumahtangga dan 29,51 persen oleh pemerintah, sedangkan untuk investasi fisik (PMTDB) sekitar 32,32 persen.

(2)

1. LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN II TAHUN 2008

Kinerja perekonomian Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang digambarkan oleh laju pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas dasar harga konstan 2000 pada triwulan II tahun 2008 dibandingkan dengan triwulan I tahun 2008 (q-to-q) menurun sebesar 3,94 persen, setelah mengalami peningkatan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,39 persen.

Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2008 sebesar minus 3,94 persen tersebut terutama disebabkan oleh pertumbuhan negatif sektor pertanian yang mencapai 35,94 persen. Sektor ini didominasi oleh tanaman bahan makanan, sehingga pergerakan tanaman bahan makanan berpengaruh secara signifikan. Pada triwulan II 2008, subsektor tanaman bahan makanan khususnya komoditi padi mengalami siklus pasca musim panen raya sehingga mengalami penurunan produksi mencapai 54,13 persen.

Gambar 1.

Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I - 2007 sampai Triwulan II - 2008 (Persen)

2,76 -3,99 -3,99 6,62 8,42 2,04 -0,38 6,16 3,40 -1,84 7,14 4,31 5,39 9,87 9,87 -3,94 -1,00 4,26 -4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 Tw1 2007 Tw2 2007 Tw3 2007 Tw4 2007 Tw1 2008 Tw2 2008 q to q y on y c to c

Selain sektor pertanian, semua sektor memberi andil positif terhadap pertumbuhan PDRB triwulan II 2008. Sektor jasa-jasa memberi andil positif terbesar dengan laju pertumbuhan mencapai 13,68 persen. Hal ini disebabkan oleh pencairan gaji ketigabelas bagi para Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Kepolisian Republik Indonesia (POLRI). Demikian pula, sektor konstruksi mengalami pertumbuhan sebesar 10,96 persen karena kenaikan permintaan baik permintaan bangunan berupa gedung maupun jalan/jembatan.

Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan andil positif terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan II 2008 dengan laju pertumbuhan 3,22 persen, karena memasuki masa liburan menjelang pergantian tahun ajaran baru. Pada masa liburan permintaan tempat penginapan cukup tinggi, sehingga tingkat penghunian kamar hotel meningkat. Sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan tumbuh 3,86 persen, terutama disebabkan oleh pertumbuhan subsektor bank yang tinggi karena realisasi kredit perbankan meningkat. Sektor pengangkutan dan komunikasi yang mengalami pertumbuhan 2,52 persen terutama disebabkan oleh kenaikan subsektor komunikasi.

(3)

Tabel 1.

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha

(Persen)

Lapangan Usaha Triw I-2008 thd Triw IV-2007 (q-to-q) Triw II-2008 thd Triw I-2008 (q-to-q) Triw II-2008 thd Triw II-2007 (y-on-y) Sem I-2008 thd Sem I-2007 (c-to-c) Andil thd Pertumbuhan PDRB Triw II-2008 ( q-to-q) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Pertanian 71,60 -35,94 -23,78 1,97 -8,25

2. Pertambangan dan Penggalian -4,17 3,62 -6,44 -7,24 0,02

3. Industri Pengolahan -1,16 0,40 6,31 6,28 0,05

4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 0,16 2,74 5,69 6,03 0,02

5. Konstruksi -27,93 10,96 -4,44 -4,12 0,83

6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran -3,25 3,22 4,37 4,12 0,63

7. Pengangkutan dan Komunikasi -1,52 2,52 6,64 6,83 0,25

8. Keuangan, Real Estat, dan Jasa Perush. 0,17 3,86 11,61 10,34 0,35

9. Jasa-jasa -3,51 13,68 4,22 5,50 2,15

PDRB 5,39 -3,94 -1,00 4,26 -3,94

Bila dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun 2007 (y-on-y), PDRB Provinsi DIY pada triwulan II 2008 mengalami kontraksi sebesar 1,00 persen. Sektor-sektor yang memberi andil negatif terhadap pertumbuhan triwulan II 2008 (y-on-y) adalah sektor pertanian; sektor pertambangan dan penggalian; serta sektor konstruksi, masing-masing terkontraksi sebesar 23,78 persen; 6,44 persen; dan 4,44 persen. Sebaliknya, sektor-sektor yang memberi andil positif terhadap pertumbuhan triwulan II 2008 (y-on-y) adalah sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor perdagangan, hotel dan restoran; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; serta sektor jasa-jasa.

Secara kumulatif, pertumbuhan ekonomi Provinsi DIY pada semester I tahun 2008 terhadap semester I tahun 2007 (c-to-c) mencapai 4,26 persen. Hal ini didorong oleh pertumbuhan sektor keuangan, real estat dan jasa perusahaan; sektor pengangkutan dan komunikasi; sektor industri pengolahan; sektor listrik, gas dan air bersih; sektor jasa-jasa; sektor perdagangan, hotel dan restoran; serta sektor pertanian, masing-masing sebesar 10,34 persen; 6,83 persen; 6,28 persen; 6,03 persen; 5,50 persen; 4,12 persen; dan 1,97 persen. Sebaliknya, sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan kumulatif (c-to-c), masing-masing dengan penurunan sebesar 7,24 persen dan 4,12 persen.

(4)

2. NILAI PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU DAN KONSTAN 2000

TRIWULAN II TAHUN 2008

Nilai nominal PDRB Provinsi DIY atas dasar harga berlaku pada triwulan II tahun 2008 mencapai Rp 9,06 triliun, lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 9,07 triliun. Bila PDRB tersebut dinilai dengan harga pada tahun dasar 2000, maka nilai riil PDRB triwulan II 2008 mencapai Rp 4,63 triliun, terkontraksi sebesar 3,94 persen dibanding triwulan I 2008 yang mencapai Rp 4,82 triliun.

Atas dasar harga berlaku, sektor ekonomi yang menunjukkan nilai tambah bruto terbesar pada triwulan II 2008 adalah sektor jasa-jasa yang mencapai Rp 1,96 triliun, atau mempunyai kontribusi sebesar 21,59 persen terhadap total PDRB. Kemudian, sektor perdagangan, hotel dan restoran memberi kontribusi terbesar kedua, yaitu Rp 1,77 triliun. Sektor berikutnya yang memiliki nilai tambah lebih dari Rp 1 triliun adalah sektor industri pengolahan dan sektor pertanian, masing-masing mencapai Rp 1,29 triliun dan Rp 1,18 triliun. Keempat sektor tersebut merupakan pemasok utama PDRB Provinsi DIY yang sangat penting. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 66,50 miliar.

Pada perhitungan atas dasar harga konstan 2000, keempat sektor utama di atas juga memberikan nilai tambah bruto terbesar, berturut-turut: sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar Rp 969,45 miliar; sektor jasa-jasa sebesar Rp 862,34 miliar; sektor pertanian Rp 708,91 miliar; serta sektor industri pengolahan Rp 655,62 miliar. Sedangkan sektor pertambangan dan penggalian mempunyai nilai tambah bruto terkecil sebesar Rp 33,30 miliar (Tabel 2).

Tabel 2.

PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku dan Harga Konstan 2000

(Juta Rupiah)

Harga Berlaku Harga Konstan 2000

Lapangan Usaha

Triw. I 2008 Triw. II 2008 Triw. I 2008 Triw. II 2008

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Pertanian 1.787.448,35 1.182.427,81 1.106.683,57 708.912,25

2. Pertambangan & Penggalian 62.543,48 66.496,22 32.135,85 33.300,53

3. Industri Pengolahan 1.247.779,75 1.285.415,52 653.037,45 655.621,16

4. Listrik, Gas & Air Bersih 112.226,37 117.940,22 42.621,11 43.790,85

5. Konstruksi 756.048,62 863.277,93 362.766,03 402.542,88

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 1.684.466,22 1.769.130,39 939.219,89 969.445,54 7. Pengangkutan & Komunikasi 863.418,07 902.848,05 481.843,85 494.010,35 8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perush. 869.844,75 916.520,82 441.776,57 458.848,20

9. Jasa-jasa 1.683.988,63 1.956.631,64 758.578,76 862.336,05

(5)

3.

STRUKTUR PDRB MENURUT LAPANGAN USAHA TRIWULAN II TAHUN 2007

DAN TRIWULAN II TAHUN 2008

Struktur PDRB Provinsi DIY pada triwulan II tahun 2008, jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007, menunjukkan bahwa peranan sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, serta sektor konstruksi menurun. Peranan sektor pertanian menurun sangat signifikan, yaitu dari 16,34 persen pada triwulan II 2007 menjadi 13,05 persen pada triwulan II 2008. Hal ini disebabkan menurunnya produksi tanaman bahan makanan (padi dan palawija) pada pasca musim panen raya, karena pada tahun 2008 pola tanam sudah kembali normal seperti kondisi sebelum tahun 2007. Sedangkan peran sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi menurun masing-masing dari 0,80 persen dan 10,10 persen pada triwulan II 2007 menjadi 0,73 persen dan 9,53 persen pada triwulan II 2008, karena permintaan yang sudah kembali normal setelah proses rekonstruksi.

Sebaliknya, peran sektor-sektor lainnya semakin meningkat. Peran sektor industri pengolahan mengalami peningkatan tertinggi, yaitu dari 12,93 persen pada triwulan II 2007 menjadi 14,19 persen pada triwulan II 2008. Peningkatan peran tersebut disebabkan oleh semakin bergairahnya permintaan pasar pada triwulan II 2008, meskipun terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) pada akhir Mei 2008.

Tabel 3.

Distribusi Persentase PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Berlaku

Lapangan Usaha Triw. II 2007 Triw. II 2008 Perbedaan

(1) (2) (3) (4)

1. Pertanian 16,34 13,05 -3,29

2. Pertambangan & Penggalian 0,80 0,73 -0,06

3. Industri Pengolahan 12,93 14,19 1,26

4. Listrik, Gas & Air Bersih 1,26 1,30 0,04

5. Konstruksi 10,10 9,53 -0,57

6. Perdagangan, Hotel & Restoran 18,67 19,53 0,85

7. Pengangkutan & Komunikasi 9,89 9,96 0,07

8. Keuangan, Real Estat & Jasa Perusahaan 9,25 10,12 0,86

9. Jasa-jasa 20,76 21,59 0,84

(6)

4. PDRB MENURUT PENGGUNAAN TRIWULAN II TAHUN 2008

Dilihat dari sisi penggunaan, PDRB Provinsi DIY dirinci menurut komponen-komponen pengeluaran: konsumsi rumahtangga, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB), dan lainnya (gabungan dari ekspor, impor, konsumsi lembaga nirlaba, dan perubahan inventori).

Memasuki triwulan II tahun 2008 (q-to-q), seluruh komponen PDRB menurut penggunaan menunjukkan pertumbuhan positif, kecuali komponen lainnya. Pengeluaran konsumsi pemerintah mencatat pertumbuhan tertinggi yaitu 24,22 persen. Peningkatan ini terjadi karena pencairan gaji ketiga belas bagi PNS/TNI/POLRI pada bulan Juni (Tabel 4).

Perkembangan investasi fisik yang direpresentasikan oleh pembentukan modal tetap domestik bruto (PMTDB) juga meningkat hingga 12,39 persen setelah triwulan sebelumnya terkontraksi 20,95 persen. Tujuan investasi diperkirakan ditanam pada bangunan komersial dan residensial yang menurun pada awal tahun 2008, kemudian mulai meningkat lagi pada pertengahan tahun 2008 terkait mulai direalisasikannya pembangunan prasarana fisik oleh pemerintah. Kendati demikian, realisasi pembangunan yang dilaksanakan baru sebagian kecil dari total proyek.

Komponen konsumsi rumahtangga tercatat pada triwulan II 2008 tumbuh sebesar 0,27 persen, setelah pada triwulan sebelumnya menurun sebesar 1,24 persen. Pencairan gaji ketigabelas bagi PNS/TNI/POLRI pada triwulan II 2008 mendorong peningkatan konsumsi terutama konsumsi bukan makanan, ditambah lagi bertepatan dengan masa liburan sekolah dan menjelang pergantian tahun ajaran baru.

Tabel 4.

Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta menurut Komponen Penggunaan

(Persen)

Komponen Penggunaan Triw I-2008 thd Triw IV-2007 (q-to-q) Triw II-2008 thd Triw I-2008 (q-to-q) Triw II-2008 thd Triw II-2008 (y-on-y) Sem I-2008 thd Sem I-2007 (c-to-c) Andil thd Pertumbuhan PDRB Triw II-2008 ( q-to-q) (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1. Konsumsi Rumahtangga -1,24 0,27 2,32 2,49 0,12 2. Konsumsi Pemerintah -12,23 24,22 9,35 9,70 4,28

3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) -20,95 12,39 -0,56 -4,83 2,74 4. Lainnya*) 386,84 -62,99 -36,12 24,99 -11,07

PDRB 5,39 -3,94 -1,00 4,26 -3,94 *) Termasuk Ekspor, Impor, Konsumsi Lembaga Nirlaba, Perubahan Inventori dan Diskrepansi Statistik (Residual)

(7)

Jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun 2007 (y-on-y), konsumsi rumahtangga, dan konsumsi pemerintah meningkat masing-masing 2,32 persen dan 9,35 persen. Sedangkan komponen pembentukan modal tetap bruto menurun sebesar 0,56 persen pada triwulan II 2008. Pertumbuhan komponen-komponen penggunaan tersebut menunjukkan bahwa daya beli masyarakat dan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan konsumsi akhir semakin bergairah. Sedangkan investasi fisik yang ditunjukkan oleh PMTDB yang mengalami kontraksi disebabkan oleh tingginya PMTDB pada triwulan II 2007 akibat proses rekonstruksi pasca gempa yang masih berlangsung.

Pertumbuhan ekonomi secara kumulatif dari triwulan I sampai triwulan II tahun 2008 terhadap kumulatif triwulan yang sama pada tahun 2007 (c-to-c) yang mencapai 4,26 persen didorong oleh pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah dan komponen konsumsi rumahtangga yang masing-masing tumbuh sebesar 9,70 persen dan 2,49 persen. Sebaliknya PMTDB memberi andil negatif terhadap pertumbuhan kumulatif (c-to-c), yaitu mengalami kontraksi sebesar 1,27 persen.

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah tangga, yaitu mencapai Rp 4,37 triliun atau 48,26 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY. Penggunaan PDRB terbesar berikutnya adalah untuk PMTDB yang menggambarkan investasi fisik sebesar Rp 2,93 triliun atau 32,32 persen terhadap total PDRB. Kemudian nilai PDRB yang digunakan untuk konsumsi pemerintah sebesar Rp 2,67 triliun atau 29,51 persen. Hal ini menunjukkan bahwa bagian terbesar PDRB masih digunakan untuk keperluan konsumsi, belum mengarah pada investasi yang dapat menyerap tenaga kerja. Sedangkan nilai PDRB yang digunakan untuk komponen lain justru negatif sebesar Rp 0,91 triliun (10,09 persen). Nilai negatif pada komponen lainnya menunjukkan bahwa nilai impor yang lebih tinggi dibanding dengan nilai ekspornya. Atau dengan kata lain, kebutuhan domestik masih lebih banyak yang dipasok dari luar daerah.

Tabel 5.

PDRB Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Berlaku, Konstan dan Distribusi Persentase menurut Komponen Penggunaan

Triwulan II Tahun 2008

Komponen Penggunaan PDRB ADH Berlaku (Juta Rupiah) PDRB ADH Konstan (Juta Rupiah) Distribusi Persentase

(1) (2) (3) (4)

1. Konsumsi Rumah tangga 4.372.827,63 2.060.400,97 48,26 2. Konsumsi Pemerintah 2.673.621,71 1.057.264,66 29,51 3. Pembentukan Modal Tetap

Domestik Bruto (PMTDB) 2.928.110,08 1.197.598,65 32,32 4. Lainnya*) -913.870,81 313.543,55 -10,09

PDRB 9.060.688,61 4.628.807,82 100,00

(8)

PENJELASAN TEKNIS

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah :

a. Jumlah nilai tambah (produk barang dan jasa) yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

b. Jumlah pengeluaran konsumsi yang dilakukan oleh rumah tangga, lembaga swasta nirlaba, dan pemerintah, serta untuk pembentukan modal tetap, perubahan inventori / stok dan ekspor neto (ekspor dikurangi impor) suatu daerah;

c. Jumlah pendapatan (balas jasa) yang diterima oleh faktor produksi (tenaga kerja, tanah, modal & kewiraswastaan/entrepreneurship) plus penyusutan dan pajak tidak langsung neto (pajak tidak langsung dikurangi subsidi) yang dimiliki oleh penduduk suatu daerah;

dalam jangka waktu tertentu (satu triwulan/semester/tahun).

Metode penghitungan PDRB berdasarkan 3 (tiga) pendekatan:

a. Produksi (Sektor Ekonomi/Lapangan Usaha) Supply side b. Penggunaan (Pengeluaran) Demand side

c. Pendapatan Income side

Penyajian PDRB:

a. Atas dasar harga berlaku harga komoditas barang dan jasa berdasarkan tahun berjalan. b. Atas dasar harga konstan harga komoditas barang dan jasa pada tahun dasar referensi 2000. • Peranan (Share) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung berdasarkan

PDRB atas dasar harga berlaku untuk melihat struktur ekonomi.

Pertumbuhan (Growth) suatu sektor/komponen penggunaan terhadap perekonomian wilayah dihitung

berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan untuk melihat perubahan volume (kuantum) produksi.

Pertumbuhan ekonomi q-to-q : PDRB harga konstan pada suatu triwulan dibandingkan dengan triwulan

sebelumnya secara berantai pada tahun yang sama ataupun berlainan (quarter to quarter economic growth).

Pertumbuhan ekonomi y-on-y : PDRB harga konstan pada suatu triwulan/tahun dibandingkan dengan

triwulan/tahun yang sama pada tahun sebelumnya (year on year economic growth).

Pertumbuhan ekonomi c-to-c : PDRB harga konstan kumulatif sampai dengan suatu triwulan dibandingkan dengan kumulatif sampai dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (cumulative to cumulative economic growth).

Pengeluaran konsumsi rumah tangga mencakup semua pengeluaran untuk konsumsi barang dan jasa,

dikurangi dengan penjualan neto barang bekas dan sisa yang dilakukan oleh rumah tangga (termasuk lembaga swasta nirlaba yang melayani rumah tangga) selama periode tertentu (triwulan/semester/tahun).

Pengeluaran konsumsi pemerintah mencakup pengeluaran untuk belanja pegawai, penyusutan dan

belanja barang (termasuk biaya perjalanan, pemeliharaan dan pengeluaran lain yang bersifat rutin) baik yang dilakukan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah selama periode tertentu (triwulan/ semester/tahun), tidak termasuk penerimaan dari produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh pemerintah, yang bukan dikonsumsi oleh pemerintah tetapi dikonsumsi oleh masyarakat.

Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) adalah investasi fisik yang dilakukan oleh rumah

tangga, pemerintah dan swasta dalam hal pengadaan, pembuatan/perbaikan besar maupun pembelian barang modal baru produksi domestik ataupun barang modal baru/bekas dari luar negeri (impor) dikurangi dengan penjualan barang modal bekas pada suatu periode tertentu (triwulan/semester/tahun). Investasi fisik

(9)

dimaksud berupa: bangunan (tempat tinggal maupun usaha), infrastruktur, mesin dan perlengkapan, alat angkutan, serta barang modal lainnya.

Gambar

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai nominal PDRB terbesar digunakan untuk konsumsi rumah  tangga, yaitu mencapai Rp 4,37 triliun atau 48,26 persen terhadap total PDRB Provinsi DIY

Referensi

Dokumen terkait

Dari penelitian terdahulu yang menemukan bahwa terdapat beberapa variabel – variabel yang mampu mempengaruhi terhadap purchase intention, seperti pada penelitian

Anggun Cipta Sasmi mempunyai pengalaman yang memadai berkaitan dengan shampo pantene pro-v sehingga layak menjadi model iklan shampo pantene pro-v.. 1 2 3 4

Kemasan kompetensi yang digunakan mengacu pada Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk Kategori Jasa Profesional, Ilmiah, dan Teknis Golongan Pokok

4 Berdasarkan hal diatas, pada penelitian ini peneliti akan membuat suatu perangkat lunak yang dapat melakukan perbandingan terhadap Algoritma Kruskal dan Aloritma

kesehatan Puskesmas Kelurahan Pondok Bambu II Januari  –  Desember Penanggung  jawab upaya KIA 7. Kunjungan ibu nifas

a. Nominal yang disetorkan oleh nasabah calon jamaah haji masih kurang atau belum mencapai saldo minimum dan kalah besar nominalnya dengan nasabah yang memiliki nilai nominalnya

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial, juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan (interaksi) dengan orang lain, manusia juga

Pengendalian Internal terhadap Aset Tetap pada PT Jasa Raharja (Persero) Cabang Sulawesi Utara saat ini sudah cukup baik, namun akan berjalan dengan efektif dan