• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH BEBAN FATIK TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH BEBAN FATIK TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON BERTULANG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

JURNAL TUGAS AKHIR

PENGARUH BEBAN FATIK TERHADAP KAPASITAS LENTUR

BALOK BETON BERTULANG

OLEH :

WAWAN SETIAWAN

D111 08 854

JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2014

(2)

1 PENGARUH BEBAN FATIK TERHADAP KAPASITAS LENTUR BALOK BETON

BERTULANG

Rudy Djamaluddin1, Abd.Madjid A.1, Wawan S.2

Abstrak

Fatik atau kelelahan adalah bentuk dari kegagalan yang terjadi pada struktur karena beban dinamik yang berfluktuasi dibawah yield strength yang terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang. Fatik menduduki 90% penyebab utama kegagalan pemakaian. Terdapat 3 fase dalam perpatahan fatik : permulaan retak, penyebaran retak, dan patah. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk mengetahui pengaruh beban fatik terhadap kapasitas balok beton bertulang dan mengetahui penurunan kuat lentur balok akibat beban fatik yang diberikan. Pada penelitian ini digunakan jenis bahan uji berupa balok beton bertulang dengan ukuran (30x50x600)cm sebanyak 2 buah, dimana 1 buah benda uji dengan melakukan pengujian statik sampai mencapai kegagalan lentur sampai hancur/runtuh. Dan 1 benda uji lagi di lakukan pengujian fatik dimana frekuensi 1,25 Hz dengan beban minimal 75 kN dan maksimal 260 kN sampai mencapai 1.000.000 siklus pembebanan. Hasil dari pemberian pembebanan statik mencapai beban ultimate yaitu 450 kN dimana beban crack awal itu pada beban 50 kN. Dari hasil pemberian beban statik hancur diambil nilai ± 58 % dari beban ultimate yaitu 260 kN digunakan sebagai beban maksimal pada pembebanan fatik dan ± 17 % dari beban ultime yaitu 75 kN digunakan sebagai beban minimal pada pembebanan fatik.Pemberian beban fatik pada balok beton bertulang membuat kapasitas balok menurun, ini bisa di lihat pada setiap penambahan siklus pembebanan dari 1 sampai dengan 1.000.000 membuat nilai momen nominal penampang bertambah 11.255% dari momen nominal siklus 1 ke siklus 1.000.000.

Kata kunci : Beban Fatik, Kapasitas Balok Beton Bertulang, Analisa Tegangan Regangan

PENDAHULUAN

Beton bertulang merupakan struktur yang sangat lazim dalam dunia konstruksi saat ini. Beton bertulang terdiri dari campuran beton yang dikombinasikan dengan tulangan baja, dimana beton berfungsi untuk menahan gaya tekan yang diakibatkan oleh beban-beban yang ada pada suatu struktur dan tulangan baja untuk menahan gaya tarik yang terjadi.

Beton bertulang terdiri dari dua material, yaitu beton dan baja. Kedua material ini mempunyai sifat yang berbeda. Baja di anggap sebagai material homogen yang propertinya terdefinisi jelas maka sebaliknya dengan material beton, merupakan material heterogen. Dimana unsur pembentuk beton adalah semen, agregat halus, agregat kasar dan air yang properti mekaniknya bervariasi dan tidak terdefinisi dengan pasti.

Balok merupakan bagian dari elemen struktur yang bekerja untuk menahan lentur dan deformasi. Distribusi tegangan akibat beban lentur akan menyebabkan serat bagian atas balok tertekan dan serat bagian bawah balok tertarik. Pada saat

beban ditingkatkan, balok tersebut menahan regangan dan defleksi tambahan yang menyebabkan retak-retak lentur sepanjang serat tarik dari balok tersebut.

Banyak bangunan - bangunan infrastruktur dibangun lebih dari 30 tahun yang lalu masih tetap berdiri, khususnya balok pada jembatan namun seiring bertambahnya usia dan perubahan pembebanan pada jembatan tersebut tingkat kelayakannya menjadi berkurang.

Balok pada jembatan paling sering mngalami perubahan beban, karena di pengaruhi oleh volume lalu lintas pada satuan waktu yang melewati jembatan. Perubahan beban ini yang dinamakan beban fatik atau beban berulang. Ada 3 fase didalam kerusakan akibat fatigue yaitu : pengintian retak (crack initiation), perambatan retak (crack propagation) dan patah static (fracture). Formasi dipicu oleh inti retak yang dapat berawal dari lokasi yang paling lemah kemudian terjadi

pembebanan bolak balik yang

menyebabkan local plastisitas sehingga terjadi perambatan retak hingga mencapai ukuran retak kritis dan akhirnya gagal.

1Dosen, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA 2Mahasiswa, Jurusan Teknik Sipil, Universitas Hasanuddin, Makassar 90245, INDONESIA

(3)

2

Kerusakan jenis ini paling banyak terjadi didunia teknik khususnya balok jembatan yaitu kira-kira 90% dari semua kerusakan/kegagalan yang sering terjadi.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dirumuskan masalah sebagai berikut: Sejauh mana pengaruh beban fatik terus menerus pada balok beton bertulang dengan amplitudo perubahan beban yang konstan terhadap kapasitas balok beton bertulang.

Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah : 1) Untuk mengetahui pengaruh beban fatik

terhadap kapasitas balok beton bertulang.

2) Untuk mengetahui penurunan kuat lentur balok akibat beban fatik yang diberikan.

TINJAUAN PUSTAKA Beton Bertulang

Beton bertulang adalah beton yang diberikan tulangan sesuai luas tulangan yang dibutuhkan untuk menahan beban dan tidak boleh kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang dan direncanakan dengan asumsi bahwa kedua material tersebut komposit dalam menahan gaya yang bekerja dimana tulangan baja menahan gaya tarik dan beton hanya menahan gaya tekan saja.

Kegagalan pada balok beton bertulang

pada dasarnya dipengaruhi oleh

melelehnya tulangan baja dan hancurnya beton bertulang. Ada 3 kemungkinan yang bisa terjadi penyebab kegagalan balok beton bertulang :

1) Kondisi Balanced Reinforced

Tulangan tarik mulai leleh tepat pada saat beton mencapai regangan batasnya dan akan hancur kerena tekan.

Kondis regangan : Ɛc = 0.003 dan Ɛs

= Fy/Es

Pada kondisi ini berlaku : ρ = ρbalanced

dan Ɛs = Ɛc

2) Kondisi Over-Reinforced

Kondisi terjadi apabila tulangan yang digunakan lebih banyak dari yang diperlukan dalam keadaan balanced.

Keruntuhan ditandai dengan hancurnya penampang beton terlebih dahulu sebelum tulangan baja meleleh.

Pada kondisi ini berlaku : ρ > ρbalanced

dan Ɛs < Ɛc

3) Kondisi Under-Reinforced

Kondisi ini terjadi apabila tulangan tarik yang dipakai pada balok kurang dari yang diperlukan untuk kondisi balanced. Keruntuhan ditandai dengan lelehnya tulangan baja terlebih dahulu dari betonnya.

Pada kondisi ini berlaku : ρ < 75% ρbalanced dan Ɛs > Ɛc

Gambar 1 Diagram Keruntuhan Balok

Desain dan Pemeriksaan Struktur Balok Beton Bertulang

Gambar 2 Balok tegangan Ekivalen untuk Analisis

Gambar di atas secara umum

memberikan penjelasan mengenai perilaku regangan dan tegangan beton yang

(4)

3

menderita pembebanan dalam kondisi

ultimate.

Dari syarat keseimbangan ΣH = 0

diperoleh :

Cc = Ts

0,85 . . . = . = .

0,85. .

Dengan mengambil ΣM = 0 pada titk

tempat bekerjanya pusat gaya tekan beton Cc, diperoleh :

= – 1 2 = . – 1

2

Substitusi persamaan 2,3 ke dalam persamaan II menghasilkan

= . . [ − .

1,7. . ]

Pembebanan Fatik

Fatik atau kelelahan adalah bentuk dari kegagalan yang terjadi pada struktur karena beban dinamik yang berfluktuasi dibawah yield strength yang terjadi dalam waktu yang lama dan berulang-ulang. Fatik menduduki 90% penyebab utama kegagalan pemakaian. Terdapat 3 fase dalam perpatahan fatik : permulaan retak, penyebaran retak, dan patah. Mekanisme dari permulaan retak umumnya dimulai dari crack initiation yang terjadi di permukaan material yang lemah atau daerah dimana terjadi konsentrasi tegangan di permukaan (seperti goresan, notch, lubang-pits dll) akibat adanya pembebanan berulang. Selanjutnya, adalah penyebaran retak ini berkembang menjadi microcracks. Perambatan atau perpaduan microcracks ini kemudian membentuk macrocracks yang akan berujung pada failure. Maka setelah itu, material akan

mengalami apa yang dinamakan

perpatahan. Perpatahan terjadi ketika material telah mengalami siklus tegangan

dan regangan yang menghasilkan

kerusakan yang permanen.

Beban berulang biasanya terjadi pada jembatan jalan raya (Highway bridge), rel baja, struktur lepas pantai, dll. Beberapa

jenis struktur ini mengalami jutaan (atau bahkan milyaran) siklus pembebanan selama masa gunanya.

Tiga jenis siklus tegangan yang umum terjadi diperlihatkan pada gambar 3: 1) Pembalikan sempurna (gambar 3.A) –

dimana fluktuasi tegangan berkisar suatu rata-rata (mean) nol dengan amplitudo konstan;

2) Pengulangan (gambar 3.B) – dimana fluktuasi tegangan berkisar suatu rata-rata (mean) tidak sama dengan nol tetapi dengan amplitudo konstan; dan 3) Rumit (gambar 3.C) – dimana kedua

pertukaran dan rata-rata beban berubah, bisa secara acak maupun berpola tertentu.

Gambar 3. Jenis siklus yang sering terjadi

METODOLOGI PENELITIAN

Penelitian yang dilakukan adalah studi pengaruh beban fatik terhadap kapasitas lentur balok beton bertulang. Penelitian ini dilaksanakan dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :

(5)

4

Uji fisik material beton yang dilakukan terdiri dari pengujian kuat tekan, uji lentur, serta modulus elatisitas. Untuk ketiga pengujian ini digunakan alat “Concrete Compression Testing Machine” kapasitas 100 ton dengan beberapa alat tambahan.

2. Uji Fisik Material Baja Tulangan Pengujian ini meliputi pengujian kuat tarik tulangan ø22 mm yaang akan digunakan sebagai tulangan memanjang pada serat tekan dan diameter ø10 mm sebagai tulangan sengkang..

3. Pengujian Lentur Balok Beton Bertulang Dengan Pembebanan Statik

Pengujian ini akan dilakukan pada benda uji skala penuh (full scale) berukuran 30 cm x 50 cm x 600 cm. Pada pengujian ini akan dihasilkan data regangan, tegangan maksimum, dan deformasi melalui PC oleh rangkaian alat uji strain gauge.

4. Pengujian Pembebanan Fatik Pada Balok Beton Bertulang

Pengujian ini akan dilakukan pada benda uji skala penuh (full scale) berukuran 30 cm x 50 cm x 600 cm, dengan memberi pembebanan fatik pada balok dengan frekuensi dan jumlah siklus tertentu. Pada pengujian ini akan dihasilkan data regangan, tegangan maksimum, dan deformasi melalui PC oleh rangkaian alat uji strain gauge.

Adapun desain penelitian yang dilakukan adalah benda uji balok ukuran 30 cm x 50 cm x 600 cm seperti pada gambar dibuat sebanyak 2 buah dan dipasang elektrical starin gauge pada baja dan beton. Pada penelitian ini daerah tekan digunakan tulangan 6ø10, daerah tarik digunakan tulangan 8ø22 dengan tulangan geser yang dipasang dengan ø10-10 pada 1/3 bentang kiri dan kanan, dan bentang tengah ø10-15.

Set Up pengujian seperti terlihat pada Gambar 4. Benda Uji balok beton bertulang ditempatkan pada loading frame dan tumpuan dikondisikan rol – rol pada kedua ujungnya. Pembebanan dilakukan di

dua titik secara simetris dengan jarak 1500 mm antar titik pembebanan dan sejauh 2000 mm dari masing-masing tumpuan. Pembebanan dilakukan dengan bantuan

hidraulick jack dan load cell. Untuk mengetahui defleksi yang terjadi maka pada balok uji dipasang tiga buah LVDT (Linear Variable Displacement Tranducer). Satu buah ditempatkan pada tengah bentang dan dua buah di bawah masing-masing beban.

Gambar 4. Instrumentasi Pengujian Statik dan Pengujian Fatik

(6)

5

Untuk mengukur regangan beton dipasang strain gauge pada sisi tekan terluar balok (C u) pada daerah atas, 10 cm ke bahah badan benda uji (C 1), dan 20 cm ke bawah benda uji (C 2). Sedangkan untuk mengukur regangan tarik maka dipasang strain gauge pada tulangan. Data pertambahan beban, defleksi, dan regangan tercatat melalui data logger. Pembebanann akan dihentikan jika benda uji sudah runtuh dan data logger yang membaca besarnya beban dari load cell

tidak bertambah.

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Struktur dan Bahan Jurusan Sipil Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin GOWA. Penelitan ini di rencanakan ± 4 ( empat )bulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengujian tekan silinder mendapatkan mutu beton f’c = 36.335 Mpa. Lalu, hasil pengujian kuat lentur balok pengujian kuat lentur balok beton pada umur 3 hari adalah 3.50 Mpa. Pengujian kuat lentur balok beton pada umur 7 hari adalah 4.76 MPa. Pengujian kuat lentur balok beton pada umur 28 hari adalah 5.20 MPa. Dan pengujian kuat tarik baja tulangan D =Fy = 453.80 Mpa dan Fu = 519.70 Mpa sedangkan pada D11 =Fy = 360.00 Mpa dan Fu = 430.59 Mpa.

Hasil Pembebanan Statik

Tabel 1. Hasil Pengujian Pembebanan Statik Teori Eksperimen Pembebanan Crack (N) 66,655.08 50,000.00 Pembebanan Ultimate (N) 457,129.84 450,000.00 Momen Nominal Crack (N.mm) 65,000,000.0 0 43,783,355.7 4 Momen Nominal Ultimate (N.mm) 470,629,842. 11 397,769,059. 63 Lendutan 3.78 2.67 Crack (mm)

Dari hasil pengamatan di atas hasil dari teori dan eksperimen berbeda tapi tidak terlalu beda jauh hanya selisih sedikit. Hasil dari teori hasilnya lebih besar. Ini mungkin di sebabkan karena cara pelaksanaan di lapangan yang kurang bagus.

Gambar 5. Hubungan Beban dan Regangan Beton

Gambar 6. Hubungan Beban dan Regangan Baja 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 1000 2000 3000 B e b an (kN )

Regangan Tulagan Baja (µ) HUBUNGAN BEBAN DAN

REGANGAN BAJA Sb μ Su μ 1 4 5 2 3 Awal Distribusi Bertambah nya Regangan Kondisi ambang Plastis Baja Sb 390kN = 2341.51µ Kondisi ambang plastis baja Su 390kN = 1690.57µ 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 1 0 0 0 2 0 0 0 3 0 0 0 B eb a n ( kN ) Regangan beton ( ) (-) H U B U N G A N B EB A N D A N R EG A N G A N B ET O N C1 μ C2 μ Cu μ 1 2 4 3 Rega ngan maks Cu pada beba Regan gan maks C1 1875. Rega ngan Maks C2 Awal Crack

(7)

6

Gambar 7. Hubungan Beban dan Regangan Baja

Gambar 5, gambar 6, dan gambar 7 di atas menunjukkan bahwa setiap kenaikan beban yang di lakukan setiap 10 kN maka pembacaan regangan beton, baja, dan lendutan semakin membesar. Dimana pada pembebanan statik yang di lakukan awal crack pada beton bermula pada beban 50 kN dan hinga mencapai beban puncak sebesar 450 kN.

Adapun resultan gaya dan regangan yang terjadi pada penampang balaok yaitu awal crack (50 kN) dan beban ultimate (450 kN) dapat dilihat pada gambar 8 dibawah ini:

Gambar 8. Resultan Gaya dan Regangan Pada Penampang Balok yang Terjadi

Dilihat dari gambar diatas bahwa pada hasil pembeban awal crack 50 kN, Momen nominalnya sebesar 43.783.355,74 N.mm dan pada hasil pembeban ultimate 450 kN,

Momen nominalnya sebesar

397.769.059.63 N.mm.

Gambar 9. Pola Retak Pembebanan Statik Adapun Secara umum pola retak balok sebagaimana di tunjukkan pada gambar 4.9 adalah merupakan retak lentur dan beberapa merupakan retak lentur geser. Pada gambar balok di atas, awal retakan mulai terjadi saat tegangan yang timbul melebihi tegangan Tarik material beton pada saat beban berada pada level 50 kN.

Penambahan beban akan

menyebabkan menjalarnya retakan

manarah keatas menuju garis netral balok serta munculnya retakan baru. Secara umum retakan terus bertambah sampai mencapai beban ultimate/ beban puncak.

Hasil Pembebanan Fatik

Dalam hal ini siklus pembebanan fatik yang kita lakukan yaitu siklus fluktuasi tegangan berkisar suatu rata-rata (mean) tidak sama dengan nol tetapi dengan amplitudo konstan.(lihat gambar 3.B).

Dalam pembebanan fatik yang di lakukan yang dilakukan yaitu dengan amplitudo 1,25 Hz, dengan pembebanan minimal 75 kN dan Maksimal 260 kN. Sehingga garis middle pembebanan sebesar 167.5 kN. Dengan jumlah siklus sebanyak 1000000 kali.

Gambar 10. Hubungan Regangan Beton (Cu) dan Log Cycle

Gambar 10. Hubungan Regangan Beton (Cu) dan Log Cycle

Gambar 10. Hubungan Regangan Beton (Cu) dan Log Cycle

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 500 0 10 20 30 40 50 B eb an (kN ) Lendutan Middle (mm) HUBUNGAN BEBAN DAN

LENDUTAN 2 1 Lendu tan Maks 450 Lendutan awal crack

(8)

7

Gambar 10. Hubungan Regangan Beton (Cu) dan Log Cycle

Gambar 11. Hubungan Regangan Baja (Sb) dan Log Cycle

Gambar 12. Hubungan Lendutan (D-mid) dan Log Cycle

Gambar 10, gambar 11, dan gambar 12 di atas menunjukkan bahwa setiap kenaikan siklus pembeban dengan frekuensi pembebanan yang sama dan besar beban sama terlihat sangat jelas bahwa setiap kenaikan siklus pembebanan fatik maka semakin besar pula rengangan beton, baja, dan lendutan yang terjadi.

Ini berarti akibat beban fatik ini membuat kapasitas balok ini semakin menurun akibat pertambahan regangan dan lendutan.

Gambar 13. Hubungan Lendutan (D-mid) dan Log Cycle

-200 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 R e ga n ga n B aj a ( µ )

Log Cycle (kali)

H U B U N G A N R E G A N G A N B A J A ( S B ) D A N L O G C Y C L E Load 0 kN Load 75 kN Load 167.5 kN Load 260 kN 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 Le n d u ta n (m m )

Log Cycle (kali)

H U B U N G A N L EN D U T A N ( D -M I D ) D A N L O G C Y C L E Load 0 kN Load 75 kN Load 167.5 kN Load 260 kN 0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 1 1 0 0 1 0 0 0 0 1 0 0 0 0 0 0 R e ga n ga n B e to n ( µ )( -)

Log Cycle (kali)

H U B U N G A N R EG A N G A N B E T O N ( C U ) D A N L O G C Y C L E

Load 0 kN Load 75 kN

(9)

8

Dari empat gambar resultan gaya dan regangan yang terjadi pada balok di siklus 1.000.000 semakin besar beban yang di berikan maka tegangan regangannya semakin besar pula. Lihat gambar 13 (1) tanpa beban yang di berikan pun dia memiliki regangan sendiri, padahal beban yang di berikan tidak ada atau sama dengan nol. Ini disebabkan oleh penurunan kapasitas balok bertulang dengan pemberian beban terus menrus dengan frekuensi 1.25 Hz dan jumlah siklus pembebanan sampai dengan 1.000.000.

Gambar 14. Diagram Resultan Gaya dan Regangan Penampang Balok Pada Tiap

Log Cycle dengan Pembebanan Maksimum = 260 kN

Pada gambar 14 di atas merupakan gambar resultan gaya dan regangan balok yang diberi pembebanan fatik sesuai log cycle yang ada hingga sampai 1.000.000. Dari gambar bisa terlihat dengan jelas bahwa semakin banyak jumlah siklus yang dilakukan maka semakin besar pula momen nominal yang terjadi. Diketahui bahwa semakin besar momen nominal penampang terjadi maka semakin besar peluang penampang balok mengalami kegagalan struktur.

Gambar 15. Pola Retak Pembebanan Fatik

Secara umum pola retak

sebagaimana di tunjukkan pada gambar 4.21 adalah merupakan retak lentur dan beberapa merupakan retak lentur geser. Pada gambar balok di atas, awal retakan mulai terjadi saat siklus pertama di lakukan.

Penambahan jumlah siklus beban fatik akan menyebabkan menjalarnya retakan manarah keatas menuju garis netral balok serta munculnya retakan baru. Secara umum retakan terus bertambah. Di lihat juga pada pola retaknya pada siklus 500000 sudah banyak terjadi retakan pada serat tekan, yaitu retak horizontal pada serat tekannya. Ini merupakan salah satu bukti kegagalan dari pembebanan fatik.

KESIMPULAN DAN SARAN

Dari hasil penelitian pada benda uji balok beton bertulang dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1) Pemberian beban fatik pada balok beton

bertulang pada siklus pembebanan dari 1 sampai dengan 1.000.000 membuat nilai momen nominal penampang bertambah 11.255% dari momen nominal siklus 1 ke siklus 1.000.000. Ini membuktikan bahwa kapasitas balok beton bertulang ini mengalami penurunan.

(10)

9

2) Kerapatan retak pada pembeban fatik berbeda dengan pola retak statik. Yang di mana pada pembebanan statik pola retaknya menjalar mengarah keatas menuju garis netral balok (flexural crack) sedangkan pada pembebanan fatik jumlah retakan sangat banyak dan menjalar menuju garis netral dan juga terjadi retakan pada serat tekan, yaitu retak horizontal pada serat tekannya.

Berdasarkan hasil eksperimen yang telah dilakukan maka dapat disarankan beberapa hal yaitu:

1) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan frekuensi pembebanan fatik yang disesuaikan dengan kondisi

lapangan pada umumnya untuk

mengetahui lelah pada konstruksi beton bertulang yang terjadi dilapangan. Dan juga dapat membuat analisa umur struktur pada kondisi pembebanan fatik. Sehingga kejadian-kejadian konstruksi oleh faktor lelah/fatik dapat dihindari dan diminimalisir. Karena fatik merupakan 90% faktor kegagalan struktur.

2) Penelitiannya harus dilakukan dengan sampel yang lebih banyak sehingga hasil dari penelitian dapat didapatkan hasil yang lebih akurat.

DAFTAR PUSTAKA

Nawi, Edward. G. Beton Bertulang. Jilid 1.Bandung : Refika Aditama. 1998. Standard Nasional Indonesia (SNI) 2002.

Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung.SK SNI-03-2847-2002.

Standard Nasional Indonesia (SNI) 2012.

Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Bangunan Gedung. SK SNI 03-1726-2002.

Akkas, Abd Madjid dkk, 2008. Struktur Beton Bertulang 1. Makassar: Jurusan Teknik Sipil Universitas Hasanuddin.

Ellyawan Arbintarso (2013). Bab 08 Fatik. [Online].Tersedia: elista.akprind.ac.id /upload/files/8502_Bab_08_FATIK. ppt

Hendri Chandra (2013). Linear Elastic Fracture Mechanics (LEFM) Fatigue

[Online]. Tersedia:

knuklebomb.files.wordpress.com/2010 /12/fatigue-life-prediction.doc

Ellyawan Arbintarso, MSc. (2013).

Perpatahan dan Kelelahan (Fracture and Fatigue).

[Online].Tersedia:daryono.staff.um m.ac.id/files/2010/03/Perpatahan-dan-Kelelahan.ppt

Pio Ranap Tua Naibaho. (2008). Panjang Penyaluran Carbon Fibre Pada Perkuatan Struktur Balok Beton Daerah Tumpuan. [Online]. Tersedia: www.lontar.ui.ac.id/file?fil e=digital/119410T%2025268...Liter atur.pdf

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil pengujian diperoleh kuat lentur balok beton bertulang yang menggunakan air laut dan pasir sungai mengalami retak awal saat beban sebesar 4,91 kN dan mencapai

Pada Gambar 11 dapat dilihat bahwa kuat geser balok beton bertulang hasil pengujian baik untuk retak pertama maupun retak maksimum dengan kondisi baja tulangan terkorosi

Beton bertulang sebagai elemen balok umumnya diberi tulangan memanjang (lentur) dan tulangan sengkang (geser). Tulangan lentur untuk menahan pembebanan momen lentur

Dari hasil pengujian diperoleh kuat lentur balok beton bertulang yang menggunakan air laut dan pasir sungai mengalami retak awal saat beban sebesar 4,91 kN dan mencapai

Pola retak balok lentur geser yang terbentuk menunjukkan adanya pengaruh dari beban terpusat yaitu pada pada daerah momen murni, retak yang terbentuk mengalami kemiringan yang

Dari pengujian balok tulangan polos mendapatkan hubungan antara momen nominal kuat lentur pada kondisi retak pertama dan panjang sambungan lewatan berdasarkan

Penelitian ini akan dilakukan pengujian lentur yang dibebani pada 2 titik pembebanan sampai terjadi retak lentur pada balok beton bertulang dengan perencanaan tulangan

Widi Hartono, Sipil UNS GESER PADA STRUKTUR BALOK BETON BERTULANG 1 Teori Dasar Geser • Sebuah balok diberi beban seperti pada Gambar • Akan muncul momen lentur dan gaya geser