• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MODEL KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF TEGALSARI KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MODEL KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN ALAT PERAGA PETAK PERSEGI SATUAN PADA SISWA KELAS III MI MA’ARIF TEGALSARI KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELA"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MODEL

KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA PETAK PERSEGI SATUAN PADA

SISWA KELAS III

MI MA’ARIF TEGALSARI

KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

TIYAS MILATI

115-13-065

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI

LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MODEL

KEPALA BERNOMOR TERSTRUKTUR MENGGUNAKAN

ALAT PERAGA PETAK PERSEGI SATUAN PADA

SISWA KELAS III

MI MA’ARIF TEGALSARI

KECAMATAN KARANGGEDE KABUPATEN BOYOLALI

TAHUN PELAJARAN 2016/2017

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Oleh:

TIYAS MILATI

115-13-065

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

viii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

( اًرْسُي ِرْسُعْلا َعَم َّنِاَف

٥

)

"Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan (QS. Al Insyirah: 5)"

َّدَج َو َدَج ْنَم

"Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan berhasil"

َرِفَظ َرَبَص ْنَم

"Siapa yang bersabar akan beruntung"

PERSEMBAHAN

Skripsi ini penulis persembahkan kepada:

Sosok terhebatku yaitu Ibuku tersayang Sri Supriyani dan Bapak M.Zamhuri yang telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh cinta dan sayang, serta memberikan biaya, semangat, motivasi, dan do‟a yang tiada henti untuk menggapai harapan dan cita-cita yang indah untuk anaknya.

Keluarga besar yang selalu mendoakan, menyemangati serta membantu tiada henti.

(9)

ix

Sahabat-sahabat tercinta terutama Nur Istiqomah, Rifqi Silfiana, Peni Nur Hidayati, Murtofiah, Agustin Eka Damayanti, Muchid, Arif Hadi, Tyas Andaru, Mamlukatul Hikmah, dan Siti Nur Chasanah yang selalu memberi dukungan, semangat dan membantu menyelesaikan skipsi ini.

Sahabat-sahabat mahasiswa pejuang skripsi serta keluarga besar PGMI terutama angkatan 2013 yang tak henti-hentinya saling mensuport.Terima kasih atas semua yang kalian torehkan dari awal sampai akhir semoga selalu terkenang dan menjadi memori terindah dalam hidup kita kelak.

(10)

x

KATA PENGANTAR

ميحرلا نمحرلا الله مسب

Segala puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Persegi dan Persegi Panjang dengan Model Kepala Bernomor Terstruktur menggunakan Alat Peraga Petak Persegi Satuan pada Siswa Kelas III MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 ini sebagai tugas dan syarat yang wajib dipenuhi guna memperoleh gelar kesarjanaan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) IAIN Salatiga.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membawa risalah Islam yang penuh dengan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu-ilmu keislaman sehingga dapat menjadi bekal hidup kita di dunia dan akhirat kelak. Suatu kebanggaan tersendiri skripsi ini dapat terselesaikan dengan cukup baik. Bagi penulis, penyusunan skripsi ini merupakan tugas yang tidak ringan. Penulis menyadari banyak hambatan yang menghadang dalam proses penyusunan skripsi ini, dikarenakan keterbatasan kemampuan penulis sendiri. Walaupun akhirnya skripsi ini dapat terselesaikan, tentunya karena beberapa pihak yang membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuannya, khususnya kepada:

(11)

xi

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) yang telah memberikan saran yang membangun kepada penulis.

4. Ibu Eni Titikusumawati, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik yang senantiasa memberi semangat dan bimbingannya pada penulis.

5. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memotivasi, memberikan arahan, bimbingan serta keikhlasan untuk membantu sehingga peneliti mampu menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu, bagian akademik, staf perpustakaan maupun keluarga besar civitas akademik IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan kepada penulis. 7. Bapak Maksudin, S.Pd. I selaku Kepala MI Tegalsari Kecamatan

Karanggede Kabupaten Boyolali yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di madrasah yang beliau pimpin.

8. Bapak Ahmad Martono, S.Pd. I selaku wali kelas III MI Tegalsari yang berkenan menjadi kolaborator penelitian, serta seluruh siswa yang telah berkenan untuk menjadi subjek penelitian.

9. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

(12)

xii

Penulis dalam hal ini juga mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Karanggede, Juni 2017

Penulis,

(13)

xiii ABSTRAK

Milati, Tiyas. 2017. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Persegi dan Persegi Panjang dengan Model Kepala Bernomor Terstruktur menggunakan Alat Peraga Petak Persegi Satuan pada Siswa Kelas III MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing Jaka Siswanta, M.Pd.

Kata Kunci: Hasil Belajar, Model Kepala Bernomor Terstruktur, Alat Peraga Petak Persegi Satuan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017. Subyek dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran matematika dan siswa kelas III MI Tegalsari yang terdiri dari 30 siswa yaitu 14 siswa laki-laki dan 16 siswa perempuan. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari 2 siklus yang setiap siklusnya merupakan rangkaian kegiatan yang masing-masing terdiri dari 4 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan/observasi dan refleksi. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan metode pengumpulan data yaitu tes tertulis, lembar observasi dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai setiap siklus dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 65 (sesuai dengan KKM yang diberlakukan di MI Tegalsari Karanggede Boyolali) sekaligus ditandai adanya peningkatan Kriteria Ketuntasan Klasikal.

(14)

xiv

D. Hipotesis Penelitian dan Indikator Pembelajaran ... 8

(15)

xv

6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI ... 47

7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran Matematika Kelas III Semester II ... 49

8. Materi Luas Persegi dan Pesrsegi Panjang dalam Matematika ... 51

(16)

xvi

E. Alat Peraga Matematika Petak Persegi Satuan ... 53

1. Alat Peraga Matematika ... 53

2. Alat Peraga Petak Persegi Satuan ... 59

F. Kaitan Antara Hasil Belajar Matematika dengan Model Kepala Bernomor Terstruktur Menggunakan Alat Peraga Petak Persegi Satuan ... 61

G. Penelitian yang Relevan ... 64

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN ... 67

A. Deskripsi Kondisi ... 67

1. Perolehan Nilai Ulangan Harian Mapel Matematika ... 67

(17)

xvii

BAB V PENUTUP ... 114

A. Kesimpulan ... 114

B. Saran ... 115

DAFTAR PUSTAKA ... 117

(18)

xviii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati pada guru ... 21

Tabel 1.2 Lembar Observasi Siswa ………… ... 22

Tabel 2.1 Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar ... 50

Tabel 3.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 67

Tabel 3.2 Data Keadaan Siswa ... 68

Tabel 3.3 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 74

Tabel 3.4 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 76

Tabel 3.5 Nilai Evaluasi Siklus I ... 77

Tabel 3.6 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 84

Tabel 3.7 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 86

Tabel 3.8 Nilai Evaluasi Siklus II ... 86

Tabel 4.1 Nilai Ulangan Harian (Pra Siklus) ... 91

Tabel 4.2 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus I ... 93

Tabel 4.3 Perolehan Nilai Evaluasi Siklus II ... 94

Tabel 4.4 Hasil Rekapitulasi Nilai Siswa Per Siklus ... 96

Tabel 4.5 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 98

Tabel 4.6 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 104

Tabel 4.7 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 106

(19)

xix

DAFTAR GAMBAR

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 119

Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II... 134

Lampiran 3 Dokumentasi ... 145

Lampiran 4 Soal Evaluasi Siklus I ... 148

Lampiran 5 Soal Evaluasi Siklus II ... 150

Lampiran 6 Daftar Nilai Siklus I ... 151

Lampiran 7 Daftar Nilai Siklus II ... 153

Lampiran 8 Lembar Observasi Guru Siklus I ... 155

Lampiran 9 Lembar Observasi Guru Siklus II ... 157

Lampiran 10 Lembar Observasi Siswa Siklus I ... 159

Lampiran 11 Lembar Observasi Siswa Siklus II ... 160

Lampiran 12 Jawaban Soal Evaluasi Siklus I ... 161

Lampiran 13 Jawaban Soal Evaluasi Siklus II ... 163

Lampiran 14 Profil MI Ma‟arif Tegalsari ... 164

Lampiran 15 Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 165

Lampiran 16 Surat Permohonan Izin Penelitian ... 167

Lampiran 17 Surat Keterangan Penelitian ... 168

Lampiran 18 Lembar Konsultasi Skripsi ... 169

Lampiran 19 Nilai SKK ... 170

(21)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar (Basic Science) yang cukup berkembang pesat saat ini, baik menyangkut materi sebagai penunjang ilmu-ilmu yang lain maupun kegunaan dalam kehidupan manusia. Melalui pembelajaran matematika siswa dilatih agar dapat berpikir kritis, logis, sistematis, dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapinya dalam kehidupan sehari-hari.

Ruseffendi )dalam Heruman 2010: 1) menyatakan bahwa matematika adalah bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Matematika merupakan suatu ilmu yang berkaitan dengan bentuk atau struktur yang bersifat abstrak, sehingga diperlukan suatu konsep. Dengan demikian dapat diartikan bahwa ketika kita belajar matematika, kita belajar tentang konsep dan struktur yang terdapat dalam bahasan yang kita pelajari.

(22)

seperti taman kanak-kanak, eksistensi matematika sangatlah diperhatikan. Matematika di dalam dunia pendidikan maupun dalam kehidupan sehari-hari banyak manfaatnya, seperti untuk berhitung, mengolah data, berdagang, dan dapat membantu bidang studi lainnya seperti bidang akuntansi, perpajakan, geografi, farmasi, fisika, dan kimia (Ismunamto, dkk, 2011: 19).

Matematika sebagai ilmu tidak dapat dipisahkan dari dunia pendidikan dimana perannya sangat penting dalam mencetak Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas. Hal ini dikarenakan matematika adalah ilmu yang berhubungan dengan penalaran dan pola pikir manusia. Mengingat pentingnya matematika inilah yang menjadikan matematika sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari di semua jenjang pendidikan. Mata pelajaran matematika yang diajarkan di sekolah berfungsi sebagai alat, pola pikir dan ilmu pengetahuan. Dalam Al-Qur‟an Allah Swt mendorong manusia untuk mempelajari Matematika yang dijelaskan dalam firman-Nya pada surat Yunus ayat 5 berbunyi:

(23)

melainkan dengan hak. Dia menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya)

kepada orang-orang yang mengetahui”

Guru dalam mengajarkan matematika harus memahami bahwa kemampuan setiap siswa memiliki taraf yang berbeda-beda (tidak semua siswa memiliki kemampuan yang sama) selain itu tidak semua siswa menyukai mata pelajaran matematika, maka dari itu guru hendaknya dapat memberikan inovasi pembelajaran yang menarik serta menyajikan pembelajaran yang efektif dan efisien, sesuai dengan kurikulum dan pola pikir siswa sesuai dengan taraf perkembangannya.

Konsep-konsep Matematika SD/MI dalam kurikulumnya terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu (1) penanaman konsep dasar (penanaman konsep) merupakan pembelajaran suatu konsep baru matematika, ketika siswa belum pernah mempelajari konsep tersebut. (2) pemahaman konsep, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep. (3) pembinaan keterampilan, yaitu pembelajaran lanjutan dari penanaman konsep dan pemahaman konsep. Tujuan akhir pembelajaran matematika SD/MI yaitu agar siswa terampil dalam menggunakan berbagai konsep Matematika dalam kehidupan sehari-hari. Akan tetapi, upaya menuju tahapan keterampilan tersebut diperlukan langkah-langkah yang benar sesuai dengan kemampuan dan lingkungan siswa (Heruman, 2010: 2-3).

(24)

oleh beberapa faktor yang bisa dilihat dari aspek guru maupun siswanya sendiri. Salah satu faktor penyebabnya yang sering ditemukan adalah cara guru mengajar kurang kreatif, cenderung bersifat monoton, dan tidak disesuaikan dengan gaya belajar siswa. Padahal pada dasarnya gaya belajar siswa itu berbeda-beda dan tidak dapat disamakan. Gaya mengajar guru jika disesuaikan dengan gaya belajar siswa akan menciptakan semangat belajar, senang terhadap pelajaran serta hasil belajarpun akan tercapai secara maksimal.

Hasil belajar merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa, baik yang menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari kegiatan belajar. Hasil belajar sangatlah diperlukan oleh guru karena dengan mengetahui hasil belajar maka tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari mata pelajaran di sekolah yang biasanya dinyatakan dalam skor dari hasil tes (evaluasi) mengenal sejumlah materi pelajaran tertentu. Evaluasi atau penilaian ini dapat dijadikan feedback atau tindak lanjut, atau bahkan cara untuk mengukur tingkat penguasaan siswa.

(25)

dalam proses pembelajaran karena seringnya guru hanya memberikan rumus-rumus saja serta jiwa kekompakan maupun kerjasama antar siswa masih terlihat kurang. Hal tersebut dibuktikan dengan data nilai ulangan yang masih kurang memuaskan pada mata pelajaran matematika

menunjukkan dari 30 siswa kelas III MI Ma‟arif Tegalsari yang memiliki

nilai standar KKM 65 hanya 30 % (9 siswa) yang memenuhi standar KKM, sedangkan yang 70 % (21 siswa) mendapat nilai dibawah KKM pada ulangan harian.

Berdasarkan wawancara peneliti dengan guru kelas III faktor-faktor penyebab yang memengaruhi siswa mendapat nilai di bawah standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) dikarenakan siswa kurang memperhatikan pembelajaran saat sedang dijelaskan materi terutama materi luas persegi panjang dan persegi yang langsung diberikan rumus-rumusnya bukan dengan penanaman konsep terlebih dahulu, siswa senang bermain sendiri atau mengobrol dengan teman lain, maupun kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga siswa cenderung pasif dan kurang tertarik. Model pembelajaran yang dilakukan guru juga kurang variatif sehingga siswa merasa cepat bosan. Seorang guru harus memiliki kreatifitas dalam mengajar agar tercipta pembelajaran yang berkesan, menarik dan menyenangkan sehingga hasil belajar siswa juga meningkat.

(26)

kelas mengenai model dan alat peraga yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Penggunaan model pembelajaran dan alat peraga yang menarik dapat membangkitkan rasa kebersamaan dengan teman, mengasah kerjasama dan membantu guru menyampaikan materi dengan lebih mudah. Melalui diskusi antara peneliti dengan guru, maka peneliti menawarkan penggunaan model kepala bernomor terstruktur dan alat peraga petak persegi satuan sebagai solusi yang tepat untuk mengatasi masalah pembelajaran matematika khususnya materi luas persegi dan persegi panjang di kelas III MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.

(27)

(1992), alat peraga adalah alat yang menerangkan atau mewujudkan konsep matematika, sedangkan pengertian alat peraga matematika menurut Pramudjono (1995), adalah benda konkret yang dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep matematika (Sundayana, 2015: 7).

Berdasarkan paparan latar belakang tersebut, perlu adanya penyelesaian masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Luas Persegi dan

Persegi Panjang dengan Model Kepala Bernomor Terstruktur

Menggunakan Alat Peraga Petak Persegi Satuan Pada Siswa Kelas III

MI Ma’arif Tegalsari Kec. Karanggede Kab. Boyolali Tahun

Pelajaran 2016/2017.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut: “Apakah penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017?

C. Tujuan Penelitian

(28)

menggunakan alat peraga petak persegi satuan pada siswa kelas III MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017.

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan

1. Hipotesis Tindakan

Menurut Maslikhah (2013: 316) hipotesis adalah jawaban sementara terhadap pertanyaan penelitian yang akan dibuktikan secara empirik. Dalam penelitian tindakan kelas ini peneliti mengambil

hipotesis yaitu “Penerapan model kepala bernomor terstruktur

menggunakan alat peraga petak persegi satuan dapat meningkatkan hasil belajar matematika materi luas persegi dan persegi panjang pada siswa kelas III MI Tegalsari Tahun Pelajaran 2016/2017”.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan ini dikatakan berhasil apabila indikator yang diharapkan dapat tercapai. Adapun indikator yang dirumuskan peneliti adalah sebagai berikut:

a. Adanya peningkatan hasil belajar matematika siswa melalui penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan secara berkelanjutan dari siklus pertama dan siklus kedua.

b. Nilai siswa secara individu mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan

(29)

dalam pembelajaran matematika, khususnya materi luas persegi dan persegi panjang adalah 85% siswa di kelas dapat mencapai KKM (Trianto, 2011: 191).

E. Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang jelas dan dapat memberi manfaat secara praktis maupun teoritis, sebagai berikut:

1. Manfaat secara Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi kepada pembaca tentang penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan dalam mata pelajaran Matematika serta sebagai salah satu bahan kajian mengenai model dan alat peraga dalam pembelajaran Matematika.

2. Manfaat secara Praksis

Hasil dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini diharapkan dapat memberikan manfaat yang berarti bagi siswa, guru maupun sekolah sebagai suatu sistem pendidikan yang mendukung peningkatan proses kegiatan belajar mengajar siswa.

a. Bagi siswa

(30)

b. Bagi Guru

1) Menambah khasanah pengetahuan tentang penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan dalam pembelajaran Matematika.

2) Guru akan lebih termotivasi untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang bermanfaat untuk perbaikan dan peningkatan hasi belajar pada pembelajaran Matematika. 3) Guru lebih termotivasi untuk menerapkan model dan alat

peraga pembelajaran yang lebih bervariasi, sehingga penyampaian materi pelajaran lebih menarik dan mudah dipahami oleh siswa.

c. Bagi Sekolah

Penelitian ini hasilnya dapat dijadikan untuk peningkatan mutu dan mengenalkan potensi yang dimiliki dari MI Tegalsari Kecamatan Karanggede Kabupaten Boyolali.

d. Bagi peneliti lain

(31)

untuk menciptakan kreasi baru yang lebih inovatif dengan hasil yang lebih efektif.

e. Bagi pengambil kebijakan

Sebagai masukkan atau informasi bagi kepala sekolah dalam rangka mengambil suatu kebijakan untuk mengarahkan guru-guru agar mencoba menerapkan model pembelajaran baru untuk membantu meningkatkan prestasi belajar siswa.

F. Definisi Operasional

Untuk menghindari kekurangjelasan atau pemahaman yang berbeda antara pembaca dengan peneliti mengenai istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian, maka peneliti memberikan definisi operasional sebagai berikut:

1. Hasil Belajar

(32)

(afektif), dan keterampilan (psikomotorik) sebagai hasil dari proses kegiatan belajar.

Menurut Sudjana (2013: 22) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Sedangkan menurut Mulyasa (2009: 248) hasil belajar merupakan prestasi belajar peserta didik secara keseluruhan, yang menjadi indikator kompetensi dasar dan derajat perubahan perilaku yang bersangkutan.

Dalam proses kegiatan pembelajaran biasanya guru menetapkan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Siswa yang berhasil dalam belajar adalah siswa yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran yang ditandai dengan mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM yang ditetapkan dalam pembelajaran Matematika di MI Tegalsari adalah 65.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan proses yang dilakukan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan pengalaman dengan melibatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri siswa.

2. Matematika

(33)

yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Sedangkan hakikat matematika menurut Soedjanti (2000), (dalam Heruman, 2010: 1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

3. Materi Luas Persegi dan Persegi Panjang

Persegi adalah segi empat yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a) sisi-sisi yang berhadapan sejajar, b) keempat sudutnya siku-siku, c) keempat sisinya sama panjang. Persegi disebut juga bujur sangkar. Luas persegi adalah besarnya daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi. Luas persegi = sisi-sisi x sisi-sisi = s x s.

Persegi panjang adalah bangun datar yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya, dan memiliki empat buah sudut yang kesemuannya adalah sudut siku-siku. Luas persegi panjang merupakan besarnya daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi panjang tersebut. Sisi-sisi persegi panjang tersebut adalah panjang persegi panjang (p) dan lebar persegi panjang (l). Luas persegi panjang = panjang x lebar = p x l.

4. Model Kepala Bernomor Berstruktur

(34)

sebagai pedoman dalam pembelajaran. Model pembelajaran menurut Ridwan (2014: 89) merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam pengorganisasian proses belajar mengajar.

Menurut Aqib (2013: 20) model kepala bernomor berstruktur merupakan modifikasi dari Number Head. Perbedaannya adalah penugasan dan masuk keluarnya anggota kelompok. Langkah-langkah model kepala bernomor berstruktur adalah sebagai berikut:

a. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

b. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berantai.

Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

c. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.

(35)

5. Alat Peraga Petak Persegi Satuan

Alat peraga merupakan alat bantu untuk menyampaikan pembelajaran atau materi yang disampaikan supaya mudah dimengerti oleh siswa. Menurut Usman & Asnawir dalam Musiyam (2011: 7) menyatakan bahwa alat peraga merupakan alat bantu atau sumber yang digunakan guru dalam pembelajaran. Jadi alat peraga merupakan alat bantu yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa.

Petak persegi satuan adalah peraga yang dibuat dari mika atau plastik transparan, berbentuk daerah persegi yang diberi garis sehingga membentuk petak-petak persegi, yang tiap petak berukuran sama sebagai alat pengajaran (Musiyam, 2011: 7-8).

Jadi alat peraga petak persegi satuan adalah alat bantu untuk menyampaikan pembelajaran yang dibuat dari mika atau plastik transparan, berbentuk daerah persegi yang diberi garis sehingga membentuk petak-petak persegi, yang tiap petak berukuran sama. G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

(36)

tindakan kelas ini adalah jenis penelitian kolaboratif dimana peneliti bertindak sebagai pengamat sedangkan proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan alami sehingga data yang diperoleh valid.

Menurut Arikunto ddk (2014: 16) adapun siklus atau tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

Sumber : Buku Arikunto ddk (2014: 16) Gambar 1.1 Siklus PTK menurut Arikunto (2014: 16)

Perencanaan

Siklus I

Refleksi Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

Siklus II Pelaksanaan

Refleksi

Pengamatan

(37)

2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di MI Tegalsari yang beralamat di Dusun Kerep, Kelurahan Tegalsari, Kecamatan Karanggede, Kabupaten Boyolali, Provinsi Jawa Tengah.

Madrasah ini dipilih sebagai tempat penelitian karena masih memerlukan pengembangan dalam hal model maupun alat peraga pembelajaran yang dapat meningkatkan kinerja guru maupun hasil belajar siswa sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

b. Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan mulai bulan Mei sampai selesai tahun 2017. Jadwal penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Tanggal 27 Maret 2017 yaitu pelaksanaan izin penelitian dan observasi (pra siklus) di MI Tegalsari.

2. Tanggal 08 Mei 2017 yaitu pelaksanaan siklus I. 3. Tanggal 22 Mei 2017 yaitu pelaksanaan siklus II.

4. Tanggal 22 Mei – selesai yaitu penyusunan laporan penelitian skripsi.

c. Subjek Penelitian

(38)

Karanggede Kabupaten Boyolali Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 30 siswa dengan 16 siswa perempuan dan 14 siswa laki-laki. Pada umumnya mereka termasuk siswa-siswa yang ceria dan cukup bersemangat dalam belajar. Penelitian tindakan kelas ini khususnya diterapkan pada mata pelajaran Matematika materi luas persegi dan persegi panjang dengan penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan.

3. Langkah-langkah Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari empat tahapan meliputi: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan (observasi) dan refleksi yang dilaksanakan secara berkesinambungan. Setiap rangkaian tahapan dalam proses penelitian ini disebut dengan siklus. Penelitian tindakan kelas ini dikatakan selesai apabila telah mendapatkan hasil yang diharapkan. Penelitian ini dapat berlangsung dalam beberapa siklus sesuai dengan hasil yang diharapkan peneliti. Adapun penjelasan untuk masing-masing tahap adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan (Planing)

(39)

persegi dan persegi panjang, mempersiapkan lembar observasi guru, menyiapkan instrumen untuk menggali data hasil belajar siswa berupa lembar tes serta melakukan evaluasi terhadap pembelajaran.

b. Pelaksanaan Tindakan atau pelaksanaan (Action)

Pada tahap tindakan atau pelaksanaan ini guru mengadakan proses pembelajaran dengan menerapkan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan, guru juga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan agar siswa tidak merasa bosan dan peneliti melakukan simulasi pelaksanaan, menyiapkan alat pendukung maupun sarana lain yang diperlukan maupun kegiatan lain sebagainya.

c. Pengamatan (Observasition)

Pada tahap ini peneliti melakukan pengamatan terhadap guru maupun siswa seperti tanggapan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan guru dan keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh pelaksanaan tindakan yang sedang berlangsung dan menghasilkan perubahan yang diharapkan.

d. Analisis atau Refleksi (Reflection)

(40)

Tindakan ini tidak hanya dilakukan di akhir tindakan, melainkan di lakukan pada saat merancang tindakan, saat tindakan di lakukan dan saat setelah berakhir kegiatan refleksi di arahkan tidak saja pada diri guru, melainkan seluruh konteks pembelajaran yang dilakukannya, termasuk siswa dan lingkungannya. Tahap refleksi adalah bagian penting sebagai bahan perenungan mengenai keberhasilan atau kegagalan yang ada, baik dengan prosedur, pelaku, sumber informasi dan cara analisisnya. Dalam tahap ini digunakan untuk mengetahui apakah tindakan yang dilakukan dapat mencapai tujuan yang diharapkan atau tidak serta sebagai bahan acuan untuk merancang perencanaan selanjutnya unuk memperbaiki kelemahan pada siklus sebelumnya.

4. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu yang digunakan dalam kegiatan penelitian. Bentuk instrumen yang digunakan untuk mendapatkan data adalah sebagai berikut:

a. Lembar pengamatan/observasi

(41)

1) Lembar observasi guru

Instrumen pengamatan guru dalam penelitian ini menurut Rusman (2011: 99-100) mencakup beberapa aspek diantaranya:

Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati pada guru

No Aspek yang diamati Skor

A B C D

Kemampuan guru membuka pelajaran 1. Menarik perhatian siswa

2. Memberikan motivasi awal

3. Memberikan apersepsi (kaitannya dengan materi)

4. Menyampaikan tujuan pembelajaran 5. Memberikan acuan bahan pelajaran yang

akan dipelajari

Sikap guru dalam proses pembelajaran 6. Kejelasan artikulasi suara

7. Variasi gerakan badan tidak mengganggu siswa

8. Antusiasme dalam penampilan 9. Mobilitas posisi mengajar

Penguasaan bahan belajar

10. Bahan belajar disajikan sesuai dengan langkah-langkah yang dibuat dalam RPP 11. Kejelasan dalam menjelaskan materi ajar 12. Memiliki wawasan yang luas dalam

menyampaikan bahan ajar Kegiatan belajar mengajar

13. Penyajian bahan pelajaran sesuai dengan tujuan atau indikator yang telah ditetapkan

14. Memiliki keterampilan dalam merespon dan menanggapi pertanyaan siswa

15. Ketepatan dalam penggunaan alokasi waktu

Pemanfaatan sumber belajar/media pembelajaran/alat peraga

16. Menggunakan media/alat peraga secara efektif dan efisien

(42)

Evaluasi Pembelajaran

18. Penilaian relevan dengan tujuan yang telah ditetapkan

19. Penilaian yang diberikan sesuai dengan RPP

Kemampuan menutup kegiatan

pembelajaran

20. Meninjau kembali materi yang telah diberikan

21. Memberikan kesempatan untuk bertanya dan menjawab pertanyaan

22. Memberikan kesimpulan kegiatan pembelajaran

Tindak lanjut / follow up 23. Memberikan tugas kepada siswa

24. Menginformasikan materi, bahan ajar yang akan dipelajari berikutnya

25. Memberikan motivasi untuk selalu terus belajar

Kategori total kinerja guru 76-100 = baik

51-75 = sedang

25-50 = kurang (Sulistiowati, 2016: 89) 2) Lembar observasi siswa

Berikut ini adalah lembar pengamatan aktivitas belajar siswa:

Tabel 1.2 Lembar Observasi Siswa

No. Kriteria Penilaian terhadap siswa Skor

(43)

guru

2. Aktif dan semangat selama proses pembelajaran

3. Berani bertanya dan menjawab pertanyaan

4. Berani mengungkapkan pendapat

5. Bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan guru

6. Perhatian siswa saat pembelajaran 7. Keterlibatan siswa saat pembelajaran 8. Keaktifan partisipasi dalam penggunaan

alat peraga

9. Kerjasama siswa dalam kegiatan kelompok

10. Menyimpulkan pelajaran yang telah dipelajari bersama

b. Tes/evaluasi tes/soal, digunakan untuk mengukur hasil belajar matematika, terkait materi luas persegi panjang dan persegi.

c. Pedoman dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran kegiatan dalam proses pembelajaran penerapan model kepala bernomor terstruktur menggunakan alat peraga petak persegi satuan. Dokumentasi juga digunakan sebagai bukti hasil penelitian yang berupa gambar atau foto yang menggunakan alat bantu berupa kamera.

5. Teknik Pengumpulan Data

(44)

a. Observasi atau pengamatan

Pengamatan/observasi adalah sebuah kegiatan terencana dan terfokus untuk melihat dan mencatat serangkaian perilaku ataupun jalannya sebuah sistem yang memiliki tujuan tertentu, serta mengungkap apa yang ada di balik munculnya perilaku dan landasan suatu sistem tersebut (Herdiansyah, 2015: 131).

Observasi atau pengamatan merupakan cara pengumpulan data dengan terjun langsung dan melihat langsung ke lapangan, terhadap obyek yang diteliti. Observasi juga digunakan untuk mendapatkan data tentang perubahan yang terjadi selama proses pembelajaran dimana peneliti melakukan pengamatan perhatian siswa, tanggapan siswa, dan keaktifan siswa ketika mengikuti kegiatan belajar mengajar. Observasi atau pengamatan ini dilakukan oleh peneliti dalam kelas baik secara langsung maupun tidak langsung.

b. Tes

Tes adalah suatu teknik atau cara dalam rangka melaksanakan kegiatan evaluasi, yang di dalamnya terdapat berbagai item atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan (dijawab) oleh siswa (Arifin 1990: 22).

(45)

materi pembelajaran, dan siswa dikatakan telah mencapai tingkat penguasaan apabila telah memperoleh minimal 85% dari target pembelajaran yang telah ditetapkan.

c. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum sekolah mengenai data atau informasi dari hasil pembelajaran sebelum maupun sesudah dilaksanakan penelitian tindakan kelas, keadaan guru, keadaan sarana prasarana, keadaan siswa, proses berlangsungnya kegiatan belajar mengajar siswa kelas III MI Tegalsari tahun pelajaran 2016/2017.

6. Analisis Data

Apabila data telah terkumpul dengan lengkap, langkah selanjutnya adalah menganalisis data tersebut untuk mengetahui hasil akhir dari penelitian yang telah terlaksana. Analisis data dilakukan dengan membandingkan antara skor nilai setiap siklus dengan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah ditetapkan yaitu 65 (sesuai dengan KKM yang diberlakukan di MI Tegalsari Karanggede Boyolali). Oleh karena itu, setiap siswa dikatakan tuntas belajarnya

jika nilai perolehan siswa ≥ 65. Sebaliknya siswa dikatakan belum

tuntas belajarnya jika nilai perolehan siswa  65. Penentuan akhir

perbaikan diamati melalui siklus-siklus menggunakan tolak ukur Kriteria Ketuntasan Klasikal. Kriteria Ketuntasan Klasikal/kelas

(46)

siswa telah tuntas belajarnya (Depdikbud dalam Daryanto, 2011: 191-192).

Untuk menghitung presentase ketuntasan belajar klasikal dihitung menggunakan rumus sebagai berikut:

P =

Keterangan:

P : Jumlah nilai dalam presentase

F : Jumlah siswa yang telah tuntas belajar

N : Jumlah seluruh siswa (Djamarah, 2000: 226) H. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembaca dalam memahami isi maupun uraian penyajian data penelitian ini, maka penulis memaparkan sistematika penulisan sebagai berikut:

Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul, persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, dan daftar lampiran.

Bab I Pendahuluan

(47)

lokasi, waktu dan subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Bab II Kajian Pustaka

Dalam bab ini berisi uraian tentang definisi peningkatan hasil belajar, pembelajaran matematika, model pembelajaran kepala bernomor terstruktur dan alat peraga petak persegi satuan.

Bab III Pelaksanaan Penelitian

Dalam bab ini berisi tentang deskripsi pelaksanaan penelitian pra siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, pengamatan data dan refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I dan pelaksanaan siklus II.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Pada bab ini berisi tentang uraian hasil deskripsi persiklus yang membahas mengenai data hasil pengamatan atau wawancara, refleksi keberhasilan ataupun kegagalan dan berisi pembahasan.

Bab V Penutup

(48)

28 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hinga akhir hayatnya. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Bagi individu, kemampuan belajar secara terus menerus bisa semakin meningkatkan kualitas hidupnya. Sedangkan bagi masyarakat, belajar berperan penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi (Rahyubi, 2014: 1).

(49)

mengoperasikan komputer. Belajar bisa terjadi dalam semua aspek kehidupan. Belajar sudah terjadi sejak anak lahir bahkan sebelum lahir atau dikenal dengan pendidikan prenatal, dan akan terus berlanjut hingga ajal tiba (Sriyanti, 2013:15-16).

Menurut Gagne dalam Susanto (2013: 1) menyatakan bahwa belajar adalah suatu proses di mana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Sedangkan menurut Hamalik belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku individu atau seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya. Perubahan tingkah laku ini mencakup perubahan dalam kebiasaan (habit), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik). Perubahan tingkah laku dalam kegiatan belajar disebabkan oleh pengalamn atau latihan (Susanto, 2013: 4).

(50)

Belajar menurut W.S. Winkel dalam Susanto (2013: 4) adalah suatu aktivitas mental yang berlangsung dalam interaksi aktif antara seseorang dengan lingkungan, dan menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap yang bersifat relatif konstan dan berbekas.

Dari beberapa pengertian belajar tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar adalah suatu aktivitas yang dilakukan seseorang dengan sengaja dalam keadaan sadar untuk memperoleh suatu konsep, pemahaman, atau pengetahuan baru sehingga memungkinkan seseorang terjadinya perubahan perilaku yang relatif tetap baik dalam berfikir, merasa, maupun dalam bertindak.

2. Ciri-ciri Belajar

Belajar sesungguhnya memiliki ciri-ciri (karakteristik) tertentu yaitu sebagai berikut:

a. Belajar berbeda dengan kematangan

b. Belajar dibedakan dari perubahan fisik dan mental c. Ciri belajar yang hasilnya relatif menetap

Menurut Baharuddin & Esa N.W (2008: 15-16) menyatakan aktivitas belajar memiliki ciri-ciri tertentu. Ciri-ciri belajar meliputi:

a. Belajar ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku (change behavior). Ini berarti, bahwa hasil dari belajar hanya dapat

(51)

Tanpa mengamati tingkah laku hasil belajar, kita tidak akan dapat mengetahui ada tidaknya hasil belajar;

b. Perubahan perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak berubah-ubah. Tetapi, perubahan tingkah laku tersebut tidak akan terpancang seumur hidup;

c. Perubahan tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa jadi bersifat potensial;

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman; e. Pengalaman atau latihan itu dapat memberikan penguatan. Sesuatu yang memperkuat itu akan memberikan semangat atau dorongan untuk mengubah tingkah laku.

3. Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Soekamto & Winataputra dalam Baharuddin & Esa N.W (2008: 16) menyatakan di dalam tugas melaksanakan proses belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar berikut:

a. Apa pun yang dipelajari siswa, dialah yang haus belajar, bukan orang lain. Untuk itu, siswalah yang harus bertindak aktif.

(52)

c. Siswa akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.

d. Penguasaan yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses belajar lebih berarti.

e. Motivasi belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberi tanggung jawab dan kepercayaan penuh atas belajarnya.

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

(53)

a. Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang terdapat di luar diri individu. Dalam proses belajar di sekolah, faktor eksternal berarti faktor-faktor yang berada di luar siswa. Faktor-faktor eksternal terdiri dari faktor nonsosial dan faktor sosial.

1) Faktor nonsosial

Faktor nonsosial adalah faktor-faktor di luar individu yang berupa kondisi fisik yang ada di lingkungan belajar. Faktor nonsosial merupakan kondisi fisik yang ada di lingkungan sekolah, keluarga maupun di masyarakat. Aspek fisik tersebut bisa berupa peralatan sekolah, sarana belajar, gedung dan ruang belajar, kondisi geografis sekolah dan rumah, iklim dan cuaca, jarak rumah ke sekolah, sarana transportasi yang tersedia dan sejenisnya.

2) Faktor sosial

(54)

hubungan antarpersonil sekolah, gaya mengajar guru, sikap guru terhadap siswa dan sebaliknya.

b. Faktor Internal

Faktor internal adalah faktor-faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar. Faktor internal terdiri dari faktor fisiologis dan faktor psikologis.

1) Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah kondisi fisik yang terdapat dalam diri individu. Faktor fisiologis terdiri dari:

a) Keadaan tonus jasmani pada umumnya. Keadaan tonus jasmani secara umum yang ada dalam diri individu sangat mempengaruhi hasil belajar. Keadaan tonus jasmani secara umum ini, misalnya tingkat kesehatan, kelelahan, mengantuk dan kebugaran fisik individu. Apabila badan individu dalam keadaan bugar dan sehat maka akan mendukung hasil belajar. Sebaliknya, jika badan individu dalam keadaan kurang bugar dan kurang sehat akan menghambat hasil belajar.

(55)

pengetahuan dalam diri individu. Kesempurnaan anggota tubuh akan sangat menunjang belajar.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis adalah faktor psikis yang ada dalam diri individu. Faktor-faktor psikis tersebut antara lain tingkat kecerdasan, motivasi, minat, bakat, sikap, kepribadian, kematangan dan lain sebagainya. Tingkat kecerdasan akan mempengaruhi daya serap serta berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar. Demikian juga motivasi, bakat dan minat banyak memberikan warna terhadap aktivitas belajar. Bakat dan minat terhadap suatu mata pelajaran akan mendorong seseorang mendapat kemudahan mencapai tujuan belajar, tetapi anak yang kurang berbakat bukan berarti akan gagal belajar, hanya yang bersangkutan perlu waktu lebih banyak dan kerja lebih keras untuk mendapatkan hasil yang baik.

Demikian halnya dengan kondisi kepribadian, ada siswa yang mempunyai daya juang tinggi, optimis, penuh semangat, sementara ada siswa yang berkepribadian mudah putus asa, kurang enerjik dan gampang menyerah. Kondisi-kondisi tersebut akan mempengaruhi hasil belajar.

(56)

B. Hasil Belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Susanto (2013: 5) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena belajar merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relatif menetap. Hasil belajar juga diartikan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri siswa. Perubahan tersebut berkaitan dengan perubahan pengetahuan (aspek kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan (psikomotorik) sebagai hasil dari proses kegiatan belajar.

Menurut Sudjana (2013: 22) menyatakan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Jadi dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan proses yang dilakukan siswa dalam setiap kegiatan belajar mengajar sehingga menimbulkan pengalaman dengan melibatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam diri siswa.

2. Macam-macam Hasil Belajar

(57)

a. Pemahaman konsep

Menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6) menyatakan bahwa pemahaman diartikan sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil penelitian atau observasi langsung yang ia lakukan.

(58)

tujuan instruksional (pembelajaran) yang telah dirancang guru sebelum melaksanakan proses belajar mengajar (Susanto, 2013: 8). b. Keterampilan Proses

Menurut Usman & Setiawati dalam Susanto (2013: 9) mengemukakan bahwa keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa. Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar, dan perbuatan secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitasnya.

Dalam melatih keterampilan proses, secara bersamaan dikembangkan pula sikap-sikap yang dikehendaki, seperti kreativitas, kerja sama, bertangung jawab, dan berdisiplin sesuai dengan penekanan bidang studi yang bersangkutan.

Menurut Indrawati dalam Susanto (2013: 9) menyebutkan ada enam aspek keterampilan proses, yang meliputi: observasi, klasifikasi, pengukuran, mengkomunikasikan, memberikan penjelasan atau interpretasi terhadap suatu pengamatan, dan melakukan eksperimen. Indrawati membagi keterampilan proses menjadi dua tingkatan, yaitu: keterampilan proses tingkat dasar (meliputi: observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, dan

(59)

menentukan, variabel, menyusun tabel data, menyusun grafik, memberi hubungan variabel, memproses data, menganalisis penyelidikan, menyusun hipotesis, menentukan variabel secara operasional, merencanakan penyelidikan, dan melakukan eksperimen.

c. Sikap

Sikap menurut Sardiman dalam Susanto (2013: 11) merupakan kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara metode, pola, dan teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau tindakan seseorang.

Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif.

C. Pembelajaran Matematika

1. Pengertian Matematika

(60)

simbol-simbol, maka konsep-konsep Matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol itu (Susanto, 2013: 183).

Matematika berasal dari bahasa latin manthanein atau mathema yang berarti belajar atau hal yang dipelajari. Matematika

dalam bahasa Belanda disebut wiskunde atu ilmu pasti, yang kesemuanya berkaiatan dengan penalaran. Ciri utama Matematika adalah penalaran deduktif, yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya sehingga kaitan antar konsep atau pernyataan dalam Matematika bersifat konsisten (Departemen Agama, 2004: 173).

Matematika, menurut Ruseffendi (1991), (dalam Heruman, 2010: 1) merupakan bahasa simbol; ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara induktif; ilmu tentang pola keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, ke unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil. Sedangkan hakikat Matematika menurut Soedjanti dalam Heruman (2010: 1) yaitu memiliki objek tujuan abstrak, bertumpu pada kesepakatan, dan pola pikir yang deduktif.

(61)

2. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik. Pembelajaran di dalamnya mengandung makna belajar dan mengajar, atau merupakan kegiatan belajar mengajar. Belajar tertuju kepada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subjek yang menerima pelajaran, sedangan mengajar berorientasi pada apa yang harus dilakukan oleh guru sebagai pemberi pelajaran. Kedua aspek ini akan berkolaborasi secara terpadu menjadi suatu kegiatan pada saat terjadi interaksi antara guru dengan siswa, serta antara siswa dengan siswa di dalam pembelajaran Matematika yang sedang berlangsung (Susanto, 2013: 185-186).

Menurut Susanto (2013: 186-187) menyatakan bahwa pembelajaran Matematika adalah suatu proses belajar mengajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan kemampuan mengkonstruksi pengertahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi Matematika.

3. Fungsi dan Tujuan Matematika

(62)

bilangan, pengukuran, geometri, dan pengolahan data. Matematika juga berfungsi mengembangkan kemampuan mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa melalui model Matematikayang dapat berupa kalimat dan persamaan Matematika, diagram, grafik, atau tabel.

Tujuan pembelajaran Matematika adalah:

a. Melatih cara berfikir dan bernalar dalam menarik kesimpulan, misalnya melalui kegiatan penyelidikan, eksplorasi, eksperimen, menunjukkan kesamaan, perbedaan, konsisten dari inkonsistensi. b. Mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi,

intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran divergen orisinil, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

c. Mengembangkan kemampuan memecahkan masalah.

(63)

1. Melakukan operasi hitung penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian beserta operasi campuran, termasuk yang melibatkan pecahan.

2. Menentukan sifat dan unsur berbagai bangun datar dan bangun ruang sederhana, termasuk penggunaan sudut, keliling, luas, dan volume.

3. Menentukan sifat simetri, kesebangunan, dan sistem koordinat. 4. Menggunakan pengukuran: satuan, kesetaraan antar satuan, dan

penaksiran pengukuran.

5. Menentukan dan menaksirkan data sederhana, seperti: ukuran tertinggi, terendah, rata-rata, modus, mengumpulkan, dan menyajikannya.

6. Memecahkan masalah, melakukan penalaran, dan mengkomunikasikan gagasan secara Matematika.

Secara khusus, tujuan pembelajaran Matematika di sekolah dasar, sebagaimana yang disajikan oleh Depdiknas dalam Susanto (2013: 190), sebagai berikut:

1. Memahami konsep Matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep, dan mengaplikasikan konsep atau algoritme.

(64)

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model Matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan symbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. 5. Memiliki sikap menghargai penggunaan Matematika dalam

kehidupan sehari-hari.

Untuk mencapai tujuan pembelajaran mata pelajaran Matematika tersebut, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan mengembangkan pengetahuannya. Kemudian siswa dapat membentuk makna dari bahan-bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan mengkonstruksikannya dalam ingatan yang sewaktu-waktu dapat diproses dan dikembangkan lebih lanjut. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Jean Piaget, bahwa pengetahuan atau pemahaman siswa itu ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan oleh siswa itu sendiri.

4. Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

(65)

Pengorganisasian dan pengelompokan materi aspek tersebut didasarkan menurut disiplin ilmunya atau didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak dicapai.

Ruang lingkup materi pada standar kompetensi Matematika ini adalah bilangan, pengukuran dan geometri, dan pengolahan data. Kompetensi dalam bilangan ditekankan pada kemampuan melakukan dan menggunakan sifat-sifat operasi hitung bilangan. Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan mengidentifikasi sifat dan unsur bangun datar serta menentukan keliling, luas, dan volume dalam pemecahan masalah. Pengelolaan data ditekankan pada kemampuan mengumpulkan, menyajikan, dan mengolah data.

5. Teori Pembelajaran Matematika

Dalam pembelajaran Matematika di tingkat SD, diharapkan menjadi reinvention (penemuan kembali). Penemuan kembali adalah menemukan suatu cara penyelesaian secara informal dalam pembelajaran di kelas. Walaupun penemuan tersebut sederhana dan bukan hal baru bagi orang yang telah mengetahui sebelumnya, tetapi bagi siswa SD penemuan tersebut merupakan sesuatu yang baru.

Brunner dalam Heruman (2007: 4) menyatakan bahwa metode penemuannya mengungkapkan bahwa dalam pembelajaran Matematika, siswa harus menemukan sendiri berbagai pengetahuan

yang diperlukannya. “Menemukan” terutama adalah “menemukan

(66)

(invention). Oleh karena itu, kepada siswa materi disajikan bukan dalam bentuk akhir dan tidak diberitahukan cara penyelesaiannya. Dalam pembelajaran ini, guru harus lebih banyak berperan sebagai pembimbing dibandingkan sebagai pemberi tahu.

Tujuan dari metode penemuan adalah untuk memperoleh pengetahuan dengan suatu acara yang dapat melatih berbagai kemampuan intelektual siswa, merangsang keingintahuan dan memotivasi kemampuan mereka. Adapun tujuan mengajar hanyadapat diuraikan secara garis besar, dan dapat dicapai dengan cara yang tidak perlu sama bagi setiap siswa.

Pada pembelajaran Matematika harus terdapat keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan

diajarkan. Hal ini sesuai dengan “pembelajaran spiral”, sebagai

konsekuensi dalil Bruner. Dalam Matematika, setiap konsep berkaitan dengan konsep lain, dan suatu konsep menjadi prasyarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu, siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut.

Berdasarkan dimensi keterkaiatan antar konsep dalam teori belajar

Ausubel, „belajar‟ dapat diklasifikasikan dalam dua dimensi. Pertama,

(67)

pada struktur kognitif yang telah ada (telah dimiliki dan diingat siswa tersebut).

Ruseffendi dalam Heruman (2007: 5) membedakan antara belajar menghafal dengan belajar bermakna. Pada belajar menghafal, siswa dapat belajar dengan menghafalkan apa yang sudah diperolehnya. Sedangkan belajar bermakna adalah belajar memahami apa yang sudah diperolehnya, dan dikaitkan dengan keadaan lain sehingga apa yang ia pelajari akan lebih dimengerti.

Selain belajar penemuan dan belajar bermakna, pada pembelajaran Matematika harus terjadi pula belajar secara “konstruktivisme” Piaget. Dalam konstruksi pengetahuan dilakukan sendiri oleh siswa, sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan mencipatakan iklim yang kondusif.

6. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Matematika MI

(68)

a. Bilangan

1) Menggunakan bilangan dalam pemecahan masalah.

2) Menggunakan operasi hitung bilangan dalam pemecahan masalah.

3) Menggunakan konsep bilangan cacah dan pecahan dalam pemecahan masalah.

4) Melakukan operasi hitung bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

5) Menentukan sifat-sifat operasi hitung, faktor, kelipatan bilangan bulat dan pecahan serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

b. Pengukuran dan Geometri

a) Melakukan pengukuran, mengenal bangun datar dan bangun ruang, serta menggunakannya dalampemecahan masalah. b) Melakukan pengukuran, menentukan unsur-unsur bangun

datar, dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

c) Melakukan pengukuran keliling dan luas bangun datar serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

(69)

e) Melakukan operasi hitung yang melibatkan satuan ukuran, mengenal sistem koordinat pada bidang datar, dan menggunakannya dalam pemecahan masalah.

c. Pengolahan data

a) Mengumpulkan, menyajikan, dan mengolah data (ukuran pemusatan data).

7. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Mata Pelajaran

Matematika Kelas III Semester II

(70)

Matematika disusun sebagai landasan pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan tersebut di atas. Selain itu dimaksudkan pula untuk mengembangkan kemampuan menggunakan Matematika dalam pemecahan masalah dan mengkomunikasikan ide atau gagasan dengan menggunakan simbol, tabel, diagram, dan media lain.

Mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

a) Bilangan.

b) Geometri dan pengukuran. c) Pengolahan data.

Berikut ini adalah standar kompetensi dan kompetensi dasar untuk siswa kelas III SD/MI:

Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas III

Semester 2

Standar kompetensi Kompetensi Dasar

Bilangan

3. Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah

3.1 Mengenal pecahan sederhana 3.2 Membandingkan pecahan

sederhana

3.3 Memecahkan masalah yang berkaitan dengan pecahan sederhana

Geometri dan Pengukuran 4. Memahami unsur dan

sifat-sifat bangun datar sederhana

4.1Mengidentifikasi berbagai bangun datar sederhana menurut sifat atau unsurnya 4.2Mengidentifikasi berbagai

jenis dan besar sudut 5. Menghitung keliling,

luas persegi dan persegi panjang, serta penggunaannya dalam pemecahan masalah

5.1Menghitung keliling persegi dan persegi panjang

5.2Menghitung luas persegi dan persegi panjang

(71)

berkaitan dengan keliling, luas persegi dan persegi panjang

8. Materi Luas Persegi dan Persegi Panjang dalam Matematika

Persegi adalah segi empat yang mempunyai sifat-sifat sebagai berikut: a) sisi-sisi yang berhadapan sejajar, b) keempat sudutnya siku-siku, c) keempat sisinya sama panjang. Persegi disebut juga bujur sangkar. Luas persegi adalah besarnya daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi. Luas persegi = sisi-sisi x sisi-sisi = s x s.

Persegi panjang adalah bangun datar yang dibentuk oleh dua pasang rusuk yang masing-masing sama panjang dan sejajar dengan pasangannya, dan memiliki empat buah sudut yang kesemuannya adalah sudut siku-siku. Luas persegi panjang merupakan besarnya daerah yang dibatasi oleh sisi-sisi persegi panjang tersebut. Sisi-sisi persegi panjang tersebut adalah panjang persegi panjang (p) dan lebar persegi panjang (l). Luas persegi panjang = panjang x lebar = p x l.

D. Model Kepala Bernomor Terstruktur

(72)

dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam pengorganisasian proses belajar mengajar.

Menurut Aqib (2013: 20) model kepala bernomor berstruktur merupakan modifikasi dari Number Head. Perbedaannya adalah penugasan dan masuk keluarnya anggota kelompok. Langkah-langkah model kepala bernomor terstruktur adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor.

2. Penugasan diberikan kepada setiap siswa berdasarkan nomor terhadap tugas yang berantai.

Misalnya, siswa nomor satu bertugas mencatat soal. Siswa nomor dua mengerjakan soal dan siswa nomor tiga melaporkan hasil pekerjaan dan seterusnya.

3. Jika perlu, guru bisa menyuruh kerja sama antar kelompok. Siswa disuruh keluar dari kelompoknya dan bergabung bersama beberapa siswa bernomor sama dari kelompok lain. Dalam kesempatan ini siswa dengan tugas yang sama bisa saling membantu atau mencocokkan hasil kerja sama mereka.

4. Laporkan hasil dan tanggapan dari kelompok yang lain. 5. Kesimpulan.

Kelebihan Model Kepala Bernomor Terstruktur adalah sebagai berikut:

(73)

2. Memudahkan pembagian tugas.

3. Memudahkan siswa belajar melaksanakan tanggung jawab individunya sebagai anggota kelompok.

4. Dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan kelas.

E. Alat Peraga Matematika Petak Persegi Satuan

1. Alat Peraga Matematika

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga merupakan alat bantu untuk menyampaikan pembelajaran atau materi yang disampaikan supaya mudah dimengerti oleh siswa. Menurut Usman & Asnawir dalam Musiyam (2011: 7-8) Alat peraga merupakan alat bantu atau sumber yang digunakan guru dalam pembelajaran.

(74)

Jadi alat peraga merupakan alat bantu yang digunakan guru dalam proses pembelajaran agar materi pelajaran mudah dipahami oleh siswa.

b. Fungsi dan Manfaat Media dan Alat Peraga dalam

Pembelajaran

Fungsi media dan alat peraga pembelajaran bagi pengajar yaitu:

1) Memberikan pedoman, arah untuk mencapai tujuan. 2) Menjelaskan struktur dan urutan pengajaran secara baik. 3) Memberikan kerangka sistematis mengajar secara baik 4) Memudahkan kembali pengajar terhadap materi pelajaran. 5) Membantu kecermatan, ketelitian dalam penyajian materi

pelajaran.

6) Membangkitkan rasa percaya diri seorang pengajar. 7) Meningkatkan kualitas pelajaran.

Adapun fungsi media dan alat peraga pembelajaran bagi siswa adalah untuk:

1) Meningkatkan motivasi belajar pembelajar.

2) Memberikan dan meningkatkan variasi belajar pembelajar. 3) Memberikan struktur materi pelajaran dan memudahkan

pembelajar untuk belajar.

(75)

5) Merangsang pembelajar untuk berfokus dan beranalisis. 6) Menciptakan kondisi dan situasi belajar tanpa tekanan.

7) Pembelajar dapat memahami materi pelajaran dengan sistematis yang disajikan pengajar lewat media pembelajaran (Sanaky dalam Sundayana, 2015: 11)

c. Jenis-Jenis Alat Peraga Matematika

Menurut Sundayana (2015: 11), jenis-jenis alat peraga Matematika meliputi:

1) Alat Peraga Berbasis Konsep Luas

Alat peraga berbasis konsep luas digunakan untuk membuktikan luas daerah, luas permukaan, perkalian aljabar, dan jumlah besar sudut. Contoh alat peraga berbasis konsep luas antara lain papan berpetak. Papan berpetak digunakan untuk menentukan luas daerah bangun geometri yang tak beraturan maupun yang beraturan.

2) Alat Peraga Berbasis Konsep Panjang

Gambar

Gambar 1.1 Siklus PTK menurut Arikunto (2014: 16)
Tabel 1.1 Aspek-aspek yang diamati pada guru
Tabel 1.2 Lembar Observasi Siswa
Tabel 2.1 Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Kelas III
+7

Referensi

Dokumen terkait

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

Alhamdulillahirobil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat allah swt yang senantiasa melimpahkan rahmat serta hidayah-nya kepada penulis sehingga penulis

Alhamdulillahirabbil’alamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis

Alhamdulillahirobil'alamin, segala puji syukur kehadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat, taufiq dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat

Alhamdulillahirabbil`Alamin , puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, hidayah dan nikmat kepada semua

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

Segala puji senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat, Taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat

Bismillahirrahmanirrahiim, Alhamdulillahirabbil„aalamiin, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan