PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA
(Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)
ELLIN PUJI APRILLIA 143210061
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA
(Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang
Ellin Puji Aprillia 143210061
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
MOTTO
“ Hidup itu bagaikan kupu-kupu dimana untuk menjadi indah perlu perjuangan yang tidak mudah”
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tepat waktu. Karya tulis ini saya persembahkan kepada :
1. Kedua orang tua saya, ayah Yatemo dan Ibu tercinta Partiningsih yang selalu memberikan cinta kasih tak terhingga dan doa yang tulus untuk anak-anaknya. Terimakasih untuk setiap tetes keringat untuk biaya pendidikan saya. Bahagia kalian tujuan saya.
2. Adik serta keluarga yang selama ini memberikan dukungan saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana.
3. Semua dosen yang telah memberikan bimbingan selama saya kuliah di STIKES ICME JOMBANG.
4. Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Iva Milia Hani R, S.Kep., Ns., M.Kep, terimakasih karena telah meluangkan waktunya dan penuh sabar dalam memberikan bimbingan dalam mengerjakan tugas akhir. InsyaAllah dospem tercinta. terimakasih pula kepada Bapak H. Imam Fatoni, S.KM., MM selaku peguji utama.
5. Mas dodik santoso, lelaki yang sabarnya berlebih yang sudah menjadi teman, sahabat dan yang terkasih terimakasih untuk support yang tak pernah henti. 6. Teman-teman Abah Squad’s yang selalu berperan di balik layar mendukung
saya dalam mengerjakan tugas akhir dan memberikan pengalaman baru. 7. Teman-teman kelompok 2 yang telah banyak membantu, menemani,
mengajarkan dan mengingatkan dalam mengerjakan tugas akhir.
8. Teman teman kelas VIII-B program studi S1 keperawatan yang 4 tahun ini sudah berjuang bersama dalam meraih cita-cita.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia (Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)”. Pada penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, peneliti mengucapkan terimakasih kepada : H. Imam Fatoni, S.KM.,MM. selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pembimbing I, Iva Milia Hani R, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Ibu dosen program studi Sarjana Keperawatan STIKes ICMe Jombang beserta stafnya, Puskesmas Blimbing Gudo yang telah memberikan ijin, Kepala Desa Sepanyul yang telah memberikan ijin penelitian, Kedua orangtua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan, dan teman-teman sejawat Ilmu Keperawatan yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari sebagai manusia biasa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca. Besar harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.
Jombang, 24 Juli 2018
ABSTRAK
PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA
( Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul )
Oleh : Ellin Puji Aprillia
Kadar asam urat pada lansia akan mengalami peningkatan diatas normal. Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat : produksi asam urat berlebih, pembuangan asam urat berkurang, kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang. Daun salam memiliki senyawa flavonoid yang membantu mengeluarkan kadar asam urat. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.
Desain penelitian menggunakan analitik pra-eksperimental dengan one-group pre-post test design. Populasi dalam penelitian adalah semua lanjut usia 60-74 tahun di posyandu lansia desa sepanyul sebanyak 33 lansia. Sampel penelitian sebanyak 30 lansia dengan teknik sampling menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian pemberian air rebusan daun salam dengan lembar observasi dan pengukuran asam urat menggunakan GCU. Pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating, analisa data menggunakan uji Wilcoxon.
Hasil penelitian sebelum pemberian air rebusan daun salam seluruh lansia memiliki kadar asam urat tidak normal sebanyak 30 lansia (100%). Setelah pemberian air rebusan daun salam hampir seluruh lansia memiliki kadar asam urat normal sebanyak 26 lansia (86,7%). Uji statistik Wilcoxondidapatkan nilai p = 0,000 <α = 0,05 maka H1 diterima.
Kesimpulan penelitian ini ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di posyandu lansia desa sepanyul.
ABSTRACT
EFFECT GIVING BAY LEAVES WATER TO DECREASE URIC ACID LEVELS IN ELDERLY
(At Posyandu Lansia Desa Sepanyul)
By: Ellin Praise Aprillia
Levels uric acid elderly will experience an increase above normal. Increased production uric acid results from: excess uric acid production, reduced uric acid removal, combination excess uric acid production and reduced disposal. The laurel leaves have flavonoid compounds that help remove uric acid levels. The purpose study to analyze the effect water supply of bay leaves decoction decrease uric acid levels in elderly in Posyandu Lansia Desa Sepanyul.
The study design used pre-experimental analytics with one-group pre-post test design. The population in the study were all elderly people aged 60-74 at posyandu lansia desa sepanyul as much as 33 elderly. The sample of research is 30 elderly with sampling technique using simple random sampling. Instrument research giving water decoction of bay leaves observation sheet and measurement of uric acid using GCU. Data processing editing, coding, scoring, tabulating, data analysis using Wilcoxon test.
The result the research before giving boiled water of bay leaves all elderly have abnormal uric acid level of 30 elderly (100%). After administration boiled water leaf greetings almost all elderly have normal uric acid level as many as 26 elderly (86,7%). Statistical test with p-value = 0,000 <α = 0.05 then H1 is accepted.
The conclusion this study is the effect of water supply boiled bay leaves to decrease uric acid levels in elderly in Posyandu Lansia Desa Sepanyul.
DAFTAR ISI
SAMPUL LUAR ...
SAMPUL DALAM ... i
PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
PERSETUJUAN PROPOSAL/SKRIPSI ... v
LEMBAR PENGESAHAN ... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
MOTTO ... viii
2.1.4 Teori-teori proses menua ... 7
2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia ... 9
2.2Konsep daun salam ... 17
2.2.1 Definisi ... 17
2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan ... 19
2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional ... 21
2.3Konsep asam urat ... 22
2.3.1 Definisi ... 22
2.3.2 Etiologi ... 24
2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat ... 26
2.3.4 Klasifikasi ... 26
2.3.5 Gejala ... 27
2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang ... 27
2.3.7 Faktor resiko ... 28
2.3.8 Pencegahan ... 28
2.3.9 Upaya penanganan awal ... 29
2.4Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia ... 30
BAB 3 KERAGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 32
3.1Kerangka konseptual ... 32
4.6Identifikasi variabel ... 39
4.7Definisi operasional ... 40
4.8Pengumpulan dan analisis data ... 41
4.8.1 Bahan dan alat ... 41
4.8.2 Instrumen... 41
4.8.3 Prosedur penelitian ... 41
4.8.4 Cara analisis data... 42
4.8.5 Analisa data ... 45
4.9Etika penelitian ... 46
4.10 Keterbatasan penelitian ... 49
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50
5.1 Hasil penelitian... 50
5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian ... 50
5.1.3 Data khusus ... 52
5.2 Pembahasan ... 55
5.2.1 Kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ... 55
5.2.2 Kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ... 60
5.2.3 Analisa kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ... 62
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65
6.1 Kesimpulan ... 65
6.2 Saran ... 65
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 One-group pre-post test design ………... 35 Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun
salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Sepanyul ……… 40
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei
2018 ……… 51
Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia studi di
Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ……... 52 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat asam
urat studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei
2018 ……… 52
Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan studi
di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 …... 52 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat
sebelum pemberian air rebusan daun salam di Posyandu
Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ………... 53 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat
sesudah pemberian air rebusan daun salam di Posyandu
Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ………... 53 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat
sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam di
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul Kecamatan
Gudo ……….. 32
Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di
Posyandu Lansia Desa Sepanyul
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Jadwal penelitian
Lampiran 2 Permohonan menjadi responden
Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 4 Lembar observasi
Lampiran 5 Standart operasional prosedur pemeriksaan kadar asam urat Lampiran 6 Standart operasional prosedur pembuatan air rebusan daun
salam
Lampiran 7 Surat pernyataan perpustakaan Lampiran 8 Surat izin pengambilan data
Lampiran 9 Surat balasan studi pendahuluan dari puskesmas Lampiran 10 Surat izin penelitian dari dinas kesehatan
Lampiran 11 Surat izin penelitian dari puskesmas Lampiran 12 Surat balasan penelitian dari puskesmas Lampiran 13 Surat selesai penelitian dari puskesmas Lampiran 14 Tabulasi data umum
Lampiran 15 Lembar observasi pemeriksaan kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam pada lansia
Lampiran 16 Lembar observasi pemeriksaan kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia
Lampiran 17 Tabulasi data khusus Lampiran 18 Hasil uji SPSS Lampiran 19 Lembar konsultasi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gout Artritis merupakan salah satu penyakit radang sendi. Gout artritis
dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama asam urat. Asam urat
merupakan hasil dari pemecahan purin didalam tubuh yang terdapat didalam
darah dan urin. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh karena pada
setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang terdapat di
dalam tubuh kita tentu saja kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode, 2012).
Pemicu peningkatan kadar asam urat salah satunya proses penuaan pada
lansia. Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60
tahun. Lansia mengalami proses penuaan dengan begitu secara progresif akan
kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan menumpuk semakin
banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit
degeneratif. Penyakit degeneratif yang sering dialami lansia salah satunya
asam urat. Perjalanan asam urat ditandai dengan rasa nyeri pada kaki dan
hasil pemeriksaan kadar asam urat lebih pada laki – laki >7, sedangkan pada
perempuan >5,7 (IP.Suiraoka, 2012). Penatalaksanaan asam urat salah
satunya dengan menggunakan pemberian air rebusan daun salam.
Data World Heatlh Organization (2007) penderita asam urat sekitar 230
juta, akan terus meningkat pada tahun 2020. Kejadian asam urat akan terus
jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1% jiwa. Pada tahun 2014, jumlah
penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan di perkirakan
pada tahun 2025, jumlahnya mencapai 36 juta jiwa, Jika di lihat sebaran
penduduk lansia menurut provinsi, presentase lansia diatas 10% sekaligus
paling tinggi ada di provinsi Jawa timur (10,40%) (Ning Sri Rahayu, 2016).
Dari data (Dinkes Jombang, 2014) di ketahui bahwa jumlah lansia pada tahun
2016 terdapat 182,096, tertinggi berada di kecamatan gudo sebanyak 7.392
lansia dan sasaran pra lansia dan lansia yaitu 10.481 total lansia yang berada
di Kabupaten Jombang adalah 71%. Penderita asam urat di Indonesia
sebanyak 11,9% dan di Jawa Timur sebanyak 26,4% (Kemenkes RI, 2013).
Penderita asam urat di Jombang sebanyak 16.225 orang. Pendapat ini sesuai
dengan laporan hasil penelitian bahwa penderita asam urat di Sulawesi
Selatan dari waktu ke waktu semakin meningkat, menunjukan asam urat
menyerang 10% pada laki-laki dan 4% pada perempuan (Dinaria, 2015). Dari
hasil studi pendahuluan yang di lakukan di Desa Sepanyul menunjukan dari
134 lansia yang aktif posyandu 65 lansia yang memiliki kadar asam urat
berlebih.
Faktor penyebab asam urat meliputi usia, obesitas, pola makan tinggi
purin, konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan yang
meningkatkan asam urat, cedera sendi dan stress. Dampak dari kadar asam
urat yang berlebih menyebabkan nyeri terutama pada malam hari atau pagi
hari bangun tidur, kesemutan, bengkak, panas dan kemerahan pada sendi
yang terserang (Ode, 2012). Kadar asam urat yang tinggi dan tidak dilakukan
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan dan dilakukan pemeriksaan
asam urat menggunakan fotometer maupun stick apabila dampak yang
dirasakan sudah mengganggu dalam aktivitas sehari-hari. Daun salam
mengandung flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah
dan menghindari gejala inflamasi (Dinaria, 2015). Dengan flavonoid dalam
air rebusan daun salam bermanfaat untuk megurangi kadar asam urat dalam
darah dan dapat mengurangi rasa nyeri pada kaki yang biasa timbul ketika
terjadi peningkatan kadar asam urat (Agoes, 2010).
Pengobatan asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi seperti
allopurinol, ibuprofen, piroxicam, dan dexamethasone maupun non
farmakologi seperti tempuyung, daun salam, daun sendok, daun seledri dan
sambiloto (Sustrani, Alam & Hadibroto 2004). Penggunaan terapi
farmakologi secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping pada
tubuh, oleh karena itu diperlukan alternatif lain yang akan lebih efektif dan
terjamin keamananya untuk tubuh. Sebagian masyarakat belum mengetahui
manfaat daun salam untuk mengurangi kadar asam urat yang terdapat dalam
darah yang dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi. Daun salam
selain digunakan untuk bumbu dapur juga dapat di manfaatkan sebagai terapi
non farmakologi untuk menurunkan asam urat dalam darah. Efektivitas akan
dirasakan dengan pemberian air rebusan daun salam selama 7 hari sebanyak
1 kali perhari.
Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara pada tanggal 15 februari
2018 dengan sebagian lansia yang aktif dalam posyandu dan mengalami
menurunkan kadar asam urat. Sehingga dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh pemberian air
rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia”.
1.2 Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul
Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang ?
1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan umum
Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.
1.3.2Tujuan khusus
a. Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia sebelum pemberian air
rebusan daun salam.
b. Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia sesudah pemberian air
rebusan daun salam.
c. Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap
penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada perkembangan
ilmu keperawatan khususnya tentang keperawatan medikal bedah untuk
menurunkan kadar asam urat pada lansia dengan menggunakan pengobatan
non farmakologi pemberian air rebusan daun salam.
1.4.2Manfaat praktis
a. Bagi petugas kesehatan, perawat dan puskesmas
Pemberian air rebusan daun salam pada lansia dengan asam urat dapat
digunakan untuk pengobatan non farmakologi.
b. Bagi lansia di tempat penelitian
Air rebusan daun salam dapat digunakan lansia sebagai obat non
farmakologi dalam upaya menurunkan kadar asam urat.
c. Bagi institusi pendidikan
Hasil penelitian yang diadakan hendaknya menjadi referensi
tambahan untuk pengembangan pengetahuan dalam pendidikan dan
perlengkapan bahan pustaka tentang pengaruh pemberian air rebusan
daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.
d. Bagi peneliti selanjutnya
Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang
pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep lansia 2.1.1 Definisi lansia
Menurut World Organization Health (WHO) lansia adalah sesorang
yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi
merupakan tahap akhir dari proses kehidupan yang di tandai dengan
penurunan kemampuan tubuh (Bandiyah, 2009).
2.1.2 Batasan lanjut usia
Usia dijadikan patokan untuk lanjut usia. Usia 60 – 65 tahun dianggap
sebagai lansia. Menurut World Organization Health (WHO) dalam
(Bandiyah, 2009), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu :
1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.
2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun
3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.
2.1.3 Proses menua
Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai
kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa
manusia sudah melalui berbagai tahap kehidupan mulai neonatus, toddler,
tubuh dalam mencapi titik maksimal, setelah itu tubuh menyusut di
karenakan berkurangnya jumlah sel –sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan
mengalami penurunan fungsi secara bertahap (Padila, 2013).
Daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari luar juga akan mengalami
penurunan sehingga secara progresif akan kehilangan daya tahan tubuh
terhadap infeksi dan terjadi penumpukan distorsi metabolik dan struktural
yang disebut penyakit degeneratif (IP.Suiraoka, 2012). Beberapa jenis
penyakit degeneratif yang akan dialami lansia meliputi hipertensi, diabetes
mellitus, asam urat, stroke, asterosklerosis.
2.1.4 Teori-teori proses menua
Banyak definisi yang menjelakan tentang proses menua. Proses menua
bersifat individual : dimana proses menua pada setiap orang berbeda-beda,
terjadi pada usia yang beda, memiliki gaya hidup yang berbeda-beda pula
dan tidak ada faktor yang dapat mencegah proses menua (Padila, 2013).
Teori-teori penuaan dapat digolongkan sebagai berikut :
1. Teori biologis
Menurut Bandiyah (Chapter, 2009) Teori biologis mencakup
beberapa hal meliputi:
a. Teori genetik dan mutasi
Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara
genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat
dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul
b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan
sel-sel tubuh lelah.
c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut
teori akumulasi dari produk sisa.
d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.
e. Tidak ada perlindungan tubuh terhadapa radiasi, penyakit dan
kekurangan gizi.
f. Reaksi dari kekebalan sendiri.
g. Immunology slow theory
Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif
dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
h. Teori stres
Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya
sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,
dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
i. Teori radikal bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya
radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen
bahan- bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini
j. Teori rantai silang
Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel
yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan,
dan hilangnya fungsi sel.
k. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang
akan membelah setelah sel tersebut mati.
2. Teori kejiwaan social
Menurut Bandiyah (2009) teori kejiwaan social meliputi :
a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah lansia
yang aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial.
b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lanjut
usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
c. Teori pembebasan (Didengagement Theory)
Teori menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia,
seseorang akan berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari
kehidupan social dan akan lebih menarik diri.
2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia
Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan
menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan moral spiritual, yang semuanya
beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, padahal dalam
kenyataannya semakin tua maka akan semakin sulit beradaptasi (Padila,
2013). Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:
1. Perubahan fisik
a. Sel
Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya
jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan
berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di
otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,
terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,
beratnya berkurang 5 – 10% (Bandiyah, 2009).
b. Sistem persyarafan
Berat otak menurun 10 – 20%. Gangguan yang terjadi karena
penurunan sistem persyarafan meliputi: hubungan persyarafan
menurun, lambat dalam bereaksi, terjadi stress, pengecilan syaraf
panca indra sehingga terjadi berkurangnya penglihatan,
berkurangnya pendengaran, saraf pencium dan perasa mengecil,
kurang sensitif terhadapa sentuhan, kulit lebih sensitif terhadap
perubahan suhu yang terjadi (Bandiyah, 2009).
c. Sistem Pendengaran
Presbiakusis adalah hilangnya kemampuan pendengaran pada
telinga dalam. Terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang
tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, terjadinya
bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan
jiwa atau stres (Bandiyah, 2009).
d. Sistem penglihatan
Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap
sinar kornea lebih terbentuk bola, katarak menyebabkan gangguan
penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi
terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya
gelap, hilangnya daya akomodasi, berkurangnyanya lapang
pandang, menurunya daya membedakan warna biru atau hijau
(Padila, 2013).
e. Sistem kardiovaskuler
Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan
menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1%
setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya
kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah,
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,
perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa
menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg
(Bandiyah, 2009).
f. Sistem pengaturan temperatur tubuh
Hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu
menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor
yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur
metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan
tidak memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya
aktifitas otot (Bandiyah, 2009).
g. Sistem respirasi
Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku
menurunya aktifitas dari sillia, paru-paru kehilangan elastisitas,
kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas
pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun,
alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O²
pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak
terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot
pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia
(Bandiyah, 2009).
h. Sistem gastrointestinal
Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase
yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap
menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indra
pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah
terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf
pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa
lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan
absorpsi melemah, liver makin mengecil dan tempat penyimpanan
menurun, berkurangnya aliran darah (Bandiyah, 2009).
i. Sistem reproduksi
Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki
testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya
penurunan secara berangsur–angsur, dorongan seksual menetap
sampai usia diatas 70 tahun yaitu kehidupan seksual dapat
diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara
teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu
cemas karena merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina
menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,
terjadi perubahan–perubahan warna (Bandiyah, 2009).
j. Sistem gastourinaria
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme
tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan terkecil
dari ginjal yang disebut nefron, kemudian mengecil dan nefron
menjadi atrofi, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,
vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah,
kapasitasnya menurun menyebabkan frekuensi buang air seni
meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada pria lanjut usia
sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin, atrovi vulva
dan vagina, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati
k. Sistem endokrin
Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi
paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada
tetapi tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah,
berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunya
aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic rate), dan
menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron,
menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,
estrogen, dan testeron (Bandiyah, 2009).
l. Sistem integumen
Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,
permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses
kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk–bentuk sel epidermis),
menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit
menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan pegmentasi
kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut
dalam hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat
dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih
lambat, kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh, kuku kaki
bertumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat
berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang
m. System muskuluskeletal (musculoskeletal system)
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak
kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang
tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot
berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan massa dan
kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan fosa akibat
penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,
tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density
(cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan
jari–jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan
menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan
menjadi rapuh, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin
serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot
kram menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh
(Padila, 2013).
2. Perubahan mental
Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu
perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat
pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.
3. Kenangan
Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang
(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa
perubahan), dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,
4. I.Q. (Intellegentian Quantion )
I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi
matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi
dan ketrampilan psikomotor terjadinya perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor waktu (Bandiyah,
2009).
Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan
struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan
karena fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini
akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut
dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di
ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada
lanjut usia (Padila, 2013). Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia
adalah demensia, dan delirium.
5. Perubahan psikologis
Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial
seperti (Padila, 2013) :
a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas
dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami
pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial
(income berkurang), status (dulu mempunyai jabatan posisi yang
cukup tinggi, lengkap dengan segala faselitasnya), teman/kenalan
b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of
mortality)
c. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,
bergerak lebih sempit.
d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation)
meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,
bertambahnya biaya pengobatan
e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.
f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.
g. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.
h. Gangguan gizi akibat kehilangan penghasilan atau jabatan sehingga
mengalami kekurangan ekonomi.
i. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan
teman teman dan famili serta pasangan.
j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap
gambaran diri
2.2 Konsep daun salam 2.2.1 Definisi
Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan nama ilmiah Syzygium polyantha Wight (Tersono, 2006). Menurut falsafah
jawa tanaman salam mempunyai makna yang tersirat, filosofi yang dapat
diambil dari pohon salam berarti keselamatan. Ciri-ciri biologi pohon salam
hijau dengan ujung tajam, memiliki bunga berwarna putih dan wangi yang
tumbuh di dahan yang tidak berdaun, buah pohon salam berukuran kecil dan
berwarna kehitaman. Tanaman salam mudah dibudidayakan di berbagai
jenis tanah (Mardiana, 2013).
Pohon salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari
batang, kulit batang, daun salam dan buah salam. Daun salam merupakan
bagian yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat. Daun salam dikenal
masyarakat untuk penyedap masakan. Masyarakat menggunakan daun
salam untuk memasak dengan memasukan beberapa lembar daun salam
segar maupun kering kedalam masakan untuk membuat masakan lebih
beraroma harum. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat
digunakan sebagai terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit
berbahaya contohnya stroke, kolesterol, radang lambung kencing manis dan
juga termasuk asam urat (Agoes, 2010).
2.2.2 Sifat kimia dan efek farmakologis
Daun salam memiliki bau yang wangi sehingga banyak masyarakat yang menggunakan sebagai bahan penyedap masakan. Selain untuk
pengobatan daun salam juga juga dapat digunakan sebagai tanaman herbal.
Selain dari daun salam bagian lain dari pohon salam yang bisa digunakan
sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, dan kulit batang, namun yang
paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Putra, 2016).
Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan herbal untuk kolesterol,
gout artritis, diabetes mellitus, hipertensi, gastritis, dan diare. Oleh badan
yang digunakan sebagai tanaman herbal yang telah diuji secara klinis untuk
mengatasi masalah kesehatan tertentu. Menurut Mardiana (2013) beberapa
sifat kimia dan efek farmakologis meliputi:
1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur
kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin,
antosianidin dan kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretik sehingga
memperbanyak produksi urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi
sehingga dapat mencegah terjadinya peradangan pada tulang.
2. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan
kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas pada tubuh.
3. Kandungan zat tanin pada daun salam menurunkan tekanan darah
tinggi.
4. Minyak atsiri sebagai analgesik sehingga mampu menghilangkan rasa
nyeri ketika berjalan.
2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan
Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Menurut buku
Profesor Hembing dalam Handayani (2013) tentang tumbuhan berkhasiat
pohon salam (Syzygium Polyanthum) terutama daunnya bisa mengatasi
gangguan asam urat, kolesterol, radang, lambung, diare dan masih banyak
lagi. Manfaat daun salam untuk kesehatan meliputi:
1. Mengurangi dislipidemia, khususnya hipertrigliseridemia
Senyawa yang mampu menurunkan kadar nitrigliserida adalah
bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga
menghambat penyerapan lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal
tersebut maka daun salam dapat dipakai sebagai bahan obat untuk
menurunkan kadar trigliserida pada manusia (Harismah & Chusniatun,
2016).
2. Menurunkan kadar LDL
Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol sesuai dosis yang diberikan karena daun salam mengandung senyaawa aktif
quercetin yang terkandung dalam flavonoid selain sbagai antioksidan
dapat juga menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum sehingga
jumlah Apo-B akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan
pembentuk LDL, sehingga menurunkan LDL karena jumlah Apo-B
mengalami penurunan (Harismah & Chusniatun, 2016).
3. Menurunkan kadar asam urat
Flavonoid yang terdapat dalam daun salam dapat digunakan
sebagai diuretik (zat peluruh) dan penghilang rasa nyeri (analgetik).
(Tersono, 2006).
2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional
Menurut Agoes (2010) daun salam dapat berkhasiat sebagai obat. Cara mengolah daun salam untuk pengobatan beberapa penyakit :
1. Asam urat
Sediakan 7-15 lembar daun salam, rebus menggunakan air
sebanyak 700 cc , panaskan hingga mendidih dan air tersisa 200 cc. Rasa
dalam keadaan hangat maupun dingin. Minum selama 7 hari untuk hasil
yang efektif.
2. Diare
Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dengan air sebanyak 200
cc selam 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Konsumsi dalam keadaan
dingin.
3. Kencing manis
Cuci 7-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan
1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus sebelum
makan. Lakukan 2 kali sehari.
4. Menurunkan kolesterol
Cuci 10-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan
1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus di malam
hari. Lakukan setiap hari.
5. Menurunkan tekanan darah tinggi
Cuci 7-10 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan
1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin setengah gelas.
6. Maag/gastritis
Cuci bersih 15-20 lembar daun salam segar. Rebus dengan air
sebanyak 500 ml selama 15 menit. Tambahkan gula secukupnya setelah
dingin minum airnya. Lakukan setiap hari hingga rasa perih dan penuh
7. Mabuk alkohol
Cuci 1 genggam buah salam masak kemudian tumbuk sampai
halus. Peras hasil tumbukan, minum airnya sekaligus.
8. Kudis/gatal-gatal
Untuk pengobatan luar, ambil daun, kulit, batang atau akar
seperlunya. Tumbuk hingga halus kemudian balurkan ke bagian tubuh
yang mengalami gatal-gatal.
2.3 Konsep asam urat 2.3.1 Definisi
Gout berasal dari kata “Gutta” yang berarti tetesan. Gout salah satu penyakit arthritis (radang sendi). Gout adalah penyakit kelainan
metabolisme purin dimana terjadi produksi purin secara berlebihan
sehingga terjadi penumpukan purin di dalam darah secara berlebihan.
Peningkatan produksi asam urat menyebabkan peradangan pada sendi
hingga pembengkakan (Suiraoka, 2012). Gangguan metabolisme purin
menyebabkan kadar asam urat dalam darah tinggi yang selanjutnya akan
mudah mengkristal akibat metabolisme purin yang tak sempurna. Kurang
lebih 20-30% penyakit asam urat terjadi akibat sintesa purin dalam jumlah
yang besar dan sekitar 75% akibat kelebihan produksi asam urat tetapi
pengeluarannya tidak sempurna (Suiraoka, 2012).
Asam urat merupakan hasil dari katabolisme purin. Purin merupakan
kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Asam urat adalah asam yang
purin. Secara ilmiah purin terdapat didalam tubuh setiap manusia dan pada
semua makanan dari sel hidup baik berupa tanaman contohnya sayur, buah,
kacang-kacangan dan hewan contohnya daging, jeroan, ikan sarden (Ode,
2012). Asam urat dimiliki setiap tubuh manusia karena setiap proses
metabolisme menghasilkan asam urat, tetapi asam urat di dalam darah tidak
boleh berlebihan. Asam urat yang berlebih disebabkan pemicu contohnya
makanan tinggi purin. Bahaya yang timbul dari asam urat berlebih :
gangguan ginjal, jantung koroner, diabetes mellitus dan radang sendi
(Suriana, 2014).
Pada orang yang normal jumlah pool asam urat sekitar 1000 mg dengan
kecepatan metabolisme sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal natrium
urat didalam serum <7 mg/dl. Berdasarkan hasil laboratorium klinis, kadar
asam urat normal pada wanita 2,4-5,7 mg/dl dan pada pria 3,4-7,0 mg/dl.
Pada anak-anak kadar asam urat berkisar 3,0-4,0 mg/dl namun setelah
memasuki masa pubertas kadar asam urat pada anak prian mencapai 5,2
mg/dl (Suiraoka, 2012).
2.3.2 Etiologi
Menurut Suiraoka (2012) berdasarkan patofisiologi, peningkatan kadar asam urat terjadi akibat :
1. Produksi asam urat berlebih
Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan
kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel
DNA dan RNA. Peningkatan asam urat juga bisa disebabkan asupan
jeroan, makanan laut, kaldu kental, dan lain-lain serta hasil pemecahan
sel yang rusak akibat obat tertentu. Penguraian purin yang terlalu cepat
pada olahraga berlebihan dan kelainan darah juga akan menyebabkan
peningkatan kadar asam urat (Suiraoka, 2012).
2. Pembuangan asam urat berkurang
Asam urat akan meningkat dalam darah jika pembuangannya
terganggu. Sekitar 90% penderita asam urat mengalami gangguan ginjal
dalam pembuangan asam urat. Penderita asam urat akan mengeluarkan
asam urat 40% lebih sedikit dari orang normal.
Secara normal pengeluaran asam urat akan meningkat jika
kadarnya meningkat dalam darah akibat asupan purin dari luar atau
pembentukan purin. Dalam tubuh terdapat enzim urikinase untuk
mengoksidasi asam urat menjadi alotinin yang mudah dibuang. Kalau
terjadi gangguan pada enzim urikinase akibat proses penuaan atau strees
maka terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat
akan naik. Hambatan pembuangan asam urat juga terjadi akibat
gangguan fungsi ginjal (Suiraoka, 2012).
3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang
Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi
fruktosa, defisiensi enzim tertentu yaitu glukosa 6-fosfat. Pada kelainan
tersebut akan diproduksi asam laktat yang berlebihan sehingga
pembuangan asam urat akan menurun karena terjadi kompetisi antara
asam urat. Kekurangan glukosa 6-fosfat menyebabkan mengalami asam
urat sejak bayi atau asam urat dini (Suiraoka, 2012).
Konsumsi alkohol berlebih menyebabkan asam urat kombinasi
diatas. Alkohol yang berlebihan mengandung purin tinggi sehingga
meningkatkan produksi asam urat, selain itu alkohol mengandung asam
laktat tinggi sehingga menghambat pembuangan kadar asam urat.
Faktor penyebab lain yang dapat menimbulkan kadar asam urat dalam
darah meningkat, yaitu :
1. Faktor keturunan
2. Pola makan tinggi protein dan purin
3. Konsumsi alkohol berlebihan
4. Hambatan pembuangan asam urat karena penyakit
5. Penggunaan obat-obatan tertentu
6. Penggunaan antibiotik secara berlebihan
7. Obesitas
8. Faktor lain seperti stress, cedera sendi dan hipertensi.
2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat
Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan baik untuk menegakan
diagnosis maupun penatalaksanaan bagi penderita asam urat. Menurut
Dalimartha (2008) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk
mengetahui kadar asam urat :
a) Kristal MSUM (Monosodium Urat Monohidrat)
Diagnosis pasti gout ditegakkan berdasarkan ditemukannya Kristal
b) Kadar asam urat darah
Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam
dalam mendiagnosis asam urat. Hal ini disebabkan pada asam urat akut
sering kali kadarnya ditemukan dalam batas normal.
c) Ekskresi asam urat urin per 24 jam
Penentuan jumalah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting untuk
menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan
dilakukan, penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung
purin dan alkohol. Alkohol dapat mempengaruhi pengeluaran asam urat
melalui ginjal.
d) Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal.
2.3.4 Klasifikasi
Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2 macam mencakup :
1. Penyakit gout primer
Penyebab penyakit gout primer belum diketahui. Diduga berkaitan
dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang mengganggu sistem
metabolisme yang mengakibatkan tubuh tidak mampu mengeluarkan
asam urat dan terjadi penumpukan asam urat di dalam tubuh (Ode,
2012).
2. Penyakit gout sekunder
Penyebab gout sekunder antara lain karena meningkatnya produksi
asam urat karena nutrisi yaitu makanan tinggi purin. Penyebab lain
adalah obesitas, obat-obatan, penyakit kulit, diabetes mellitus (Ode,
2.3.5 Gejala
Gejala yang timbul apabila kadar asam urat didalam darah berlebih meliputi (Ode, 2012) :
1. Kesemutan dan linu.
2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.
3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan
nyeri luar biasa pada malam maupun pagi hari.
2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang
Asam urat merupakan salah satu jenis reumatik atau radang sendi. Terjadi karena penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendiaan ,
sehingga bagian persendian yang akan mudah terserang asam urat. Menurut
Suriana (2014) organ-organ pesendian yang mudah terserang asam urat
antara lain : ujung jari, ibu jari, sendi lutut, pergelangan kaki, punggung
kaki, siku dan lutut.
2.3.7 Faktor resiko
Faktor resiko asam urat akan meningkat setealah memasuki usia lebih dari 40 tahun. Hormon esterogen pada wanita membantu pengeluaran kadar
asam urat, sehingga wanita menopause memiliki faktor resiko terjadi
peningkatan kadar asam urat sama dengan pria. Faktor resiko lain seperti
gaya hidup, obesitas, alkohol juga dapat meningkatkan kadar asam urat
dalam darah (IP.Suiraoka, 2012).
2.3.8 Pencegahan
Penyakit asam urat pada umumnya sulit dicegah tetapi beberapa faktor
makan tidak berlebihan. Jika sudah terlanjur menderita gangguan asam urat
sebaiknya membatasi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan contohnya
makanan tinggi purin.
Menurut Saraswati (2009) dalam IP.Suiraoka (2012) pengelompokan
makanan berdasarkan kandungan purinnya adalah sebagai berikut :
1. Golongan A : makanan yang mengandung purin tinggi (150—800
mg/100 gram bahan makanan): hati, ginjal,otak, jantung, paru-paru,
jeroan, udang, kerang, tape, abon daging, alkohol serta makanan dalam
kaleng.
2. Golongan B : makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100
gram bahan makanan) : kerang-kerangan, kacang-kacangan, bayam,
kembang kol, buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung.
3. Golongan C : makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50
mg/100 gram bahan makanan) : keju, susu, telur, sayuran dan
buah-buahan.
2.3.9 Upaya penanganan awal
Asam urat tinggi tidak mengancam jiwa, tetapi akan beresiko negatif terhadap kesehatan tubuh, karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit
lain. Penanganan awal pada asam urat perlu dilakukan mengingat dampak
negatif yang akan ditimbulkan. Menurut Suriana (2014) apabila tubuh
merasakan tanda-tanda kadar asam urat dalam darah tinggi perlu tindakan
penanganan awal yang meliputi :
1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan menjaga pola makan agar
2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi
terapi non-farmakologi, antara lain :
1. Pemberian air rebusan daun salam
3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu ketat.
4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada
ginjal.
5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.
6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan
dokter, jenis terapi antara lain :
1. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid.
2. Obat penghambat xantin oksidase, contohnya Allopurinol.
2.4 Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia
Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme yang dimiliki oleh semua orang. Asam urat dalam tubuh kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode,
2012). Asam urat yang berlebih akan menimbulkan penyakit. Penyembuhan
asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi dan terapi non
farmakologi. Daun salam adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan
sebagai terapi non farmakologi dengan cara merebus 10-15 lembar daun
salam dengan air 700 cc gelas biarkan mendidih samapi tersisa 200 cc,
setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari. Daun salam
mengandung flavonoid sehingga dapat digunakan sebagai peluruh kencing
pada tubuh sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah
melalui urine.
Penelitian yang telah dilakukan oleh Yankusuma & putri (2016)
tentang pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat
di Desa Malanggaten Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar
tahun 2016 dengan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan
penelitian pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
penderita asam urat di Desa Malanggaten sebanyak 20 orang. Sampel
sebanyak 12 orang sesuai dengan kriteria inklusi dengan teknik sampling
dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan ada
pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat.
Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dinaria (2015) tentang
pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita
menopause. Jenis penelitian yang digunakan inferensia kuantitatif. Desain
penelitian yang digunakan menggunakan pre-eksperimen dengan rancangan
one group prepost and posttest design. Seluruh wanita menopause yang
menderita asam urat sebanyak 45 orang di kelurahan gundi sebagai populasi
dalam penelitian . Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 16
orang dengan menggunakan teknik sampling menggunakan purposive
sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian dengan lembar
observasional. Hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pemberian air
rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita menopause.
Menurut Tersono (2006) menjelaskan manfaat daun salam sebagai
diuretik daun salam mampu memperbanyak produksi urin sehingga
menurunkan kadar asam urat darah yang dikeluarkan melalui urin. Sebagai
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS
3.1 Kerangka konseptual
Kerangka konseptual adalah model konseptual yang berkaitan dengan
bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara
logis faktor yang dianggap penting untuk dijadikan masalah (Hidayat,
2017).
Keterangan :
: Diteliti : Pengaruh
: Tidak Diteliti : Hubungan
Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di posyandu lansia Desa Sepanyul Kecamatan Gudo.
Upaya penanganan asam urat : 1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan
menjaga pola makan agar tidak memicu naiknya kadar asam urat.
2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi terapi non-farmakologi, antara lain :
1. Pemberian air rebusan daun salam 3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu
ketat.
4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada ginjal.
5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.
6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan dokter, jenis terapi antara lain :
1. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid. 2. Obat penghambat xantin oksidase,
contohnya Allopurinol. urat darah. Kadar asam urat normal : Laki-laki : 3,4-7,0 mg/dl
1. Produksi asam urat berlebih 2. Pembuangan asam urat berkurang
3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang
3.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau
pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) di dalam
buku karangan Nursalam (2017), hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi
tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa
menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari
suatu unit atau bagian dari permasalahan. Pada penelitian ini hipotesis yang
di ambil adalah :
H1 : Ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan
kadar asam urat lansia di posyandu lansia Desa Sepanyul Kecamatan
BAB 4
METODE PENELITIAN
Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan
dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Metode penelitian adalah hasil akhir dari
suatu tahap keputusan yang dibuat peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu
penelitian dapat dilakukan sesuai harapan yang dinginkan (Nursalam, 2017). Penelitian yang dilakukan dengan judul “pengaruh pemberian air rebusan daun
salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia studi dilakukan di Posyandu
Lansia Desa Sepanyul”. Pada bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian,
rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel dan sampel,
kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan dan
analisis data dan etika penelitian.
4.1 Jenis penelitian
Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi dalam penelitian untuk pengontrolan maksimal beberapa faktor yang mempengaruhi hasil
akurasi (Nursalam, 2017). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian eksperimental yaitu penelitian yang memberikan perlakuan
kepada objek yang dapat mengendalikan variabel secara tegas yang
menyatakan ada hubungan sebab akibat (Hidayat, 2017).
Desain dalam penelitian ini adalah analitik pre-eksperimental. Pre
eksperimental adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari
hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam manipulasi
4.2 Rancangan penelitian
Rancangan penelitian adalah hal yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi dari hasil penelitian (Nursalam, 2017).
Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah
one-group pre-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat
dengan melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi dua
kali yang pertama sebelum di intervensi, kemudian di observasi lagi setelah
dilakukan intervensi (Nursalam, 2017). Penelitian ini menganalisis pengaruh
pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada
lansia studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul. Rancangan penelitian dalam
penelitian dapat dilihat pada table 4.1.
Tabel 4.1 One-group pre-post test design
Subjek Pre Perlakuan Post
K O I OI
Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3
Keterangan :
K : subjek (lansia yang mengalami peningkatan kadar asam urat)
O : observasi kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam
I : intervensi (pemberian air rebusan daun salam)
OI : observasi kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam
4.3 Waktu dan tempat penelitian 4.3.1Waktu penelitian
Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan penusunan
laporan skripsi yang dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2018.
Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018.
4.3.2Tempat penelitian
Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Sepanyul yang
termasuk dari Wilayah Kerja Puskesmas Blimbing.
4.4 Populasi, sampel dan sampling 4.4.1Populasi
Populasi adalah keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Populasi harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan
dalam penelitian (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah
semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami
peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan
tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa
Sepanyul sebanyak 33 orang.
4.4.2Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi subjek dalam
penelitian melalui sampling yang harus sesuai dengan kriteria yang telah
ditentukan (Nursalam, 2017). Menurut Nursalam (2017) perhitungan besar
sampel menggunakan rumus sebagai berikut :
Keterangan :
n = besar sampel
N = besar populasi
d = tingkat signifikan (d=0,05)
jadi untuk menghitung besar sampel dalam penelitian adalah :
𝑛 =1 + 𝑁 (𝑑)𝑁 2
𝑛 =1 + 33 (0,05)33 2
𝑛 =1 + 33 ( 0,0025)33
𝑛 =1 + 0,082533
𝑛 =1,082533
𝑛 = 30,48 = 30
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lanjut usia 60-74 tahun
bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak
sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar
asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30 orang.
4.4.3Sampling
Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat
mewakili populasi (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampel pada
penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis simple random
sampling. Untuk melakukan sampling jenis ini dengan menuliskan nama
4.5 Kerangka kerja
Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan Identifikasi Masalah
Populasi
Semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 33 orang
Sampel
Sebagian lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30 orang.
Sampling
Simple random sampling
Pengumpulan data
Dengan mengukur kadar asam urat pada responden
Pra
Editing, Coding, Skoring, Tabulating
Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan Proposal
Rancangan Penelitian
Analitik Pra-eksperimental dengan One-group pre-post test design
Penyajian Data Analisis Data
4.6 Identifikasi variabel
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
berbeda terhadap sesuatu seperti benda, manusia (Soeparto, dkk. 2000 dalam
Nursalam, 2017). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,
atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan dari satuan penelitian
(Notoatmodjo, 2010). Variabel terdapat 2 jenis yaitu :
1. Variabel independen (bebas)
Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi sehingga timbul variabel
dependen (Hidayat, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah
pemberian air rebusan daun salam.
2. Variabel dependen (terikat)
Variabel dependen atau variable terikat adalah variabel yang
dipengaruhi oleh variabel bebas (Hidayat, 2017). Variabel ini bergantung
pada variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi. Variabel terikat
4.7 Definisi operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang
diamati (di ukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017).
Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada table 4.2.
Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.
Variabel Definisi operasional
Parameter Alat ukur Skala Skor dan kriteria
4.8 Pengumpulan dan analisis data 4.8.1Bahan dan alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa daun salam sebanyak 7
lembar, air 700 ml, alcohol swab dan stik uric acid. Sedangkan alat yang
digunakan dalam penelitian panci, gelas ukur, kompor, GCU (Glucose,
Cholesterol, Uric Acid), lembar observasi, bolpoint.
4.8.2Instrumen
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk
pengumpulan data. Instrumen digunakan untuk mendapatkan data yang
relevan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini
instrumen yang digunakan variabel kadar asam urat adalah lembar observasi
pengukuran kadar asam urat dari hasil pemeriksaan asam urat menggunakan
GCU pada responden sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun
salam.
4.8.3Prosedur penelitian
Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Melakukan identifikasi masalah yang ingin diteliti dan mengajukan tema
dan judul kepada pembimbing
2. Menyusun proposal penelitian
3. Mengurus surat pengantar penelitian dari STIKES ICME Jombang yang
ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
4. Mengajukan ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang
5. Melakukan studi pendahuluan dan melakukan wawancara di Puskesmas
Blimbing Jombang.
6. Melengkapi proposal penelitian sampai dengan pelaksanaan ujian
proposal penelitian
7. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian yang akan
dilakukan dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk
menandatangani informed consent
8. Menjelaskan kepada responden tentang pemeriksaan kadar asam urat
9. Melakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU pada responden
sebelum diberikan air rebusan daun salam
10.Responden diminta untuk minum air rebusan daun salam yang disediakan
peneliti sebanyak 7x dalam 7 hari (setiap hari)
11.Setelah pemberian air rebusan daun salam selam 7 kali dalam 7 hari
dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU
12.Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan pengumpulan
data kemudian melakukan pengolahan data dan melakukan analisa data
13.Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian
4.8.4Cara analisis data
1. Editing
Editing adalah kegiatan pengecekan dari hasil yang telah di tulis
dilembar observasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini akan
dilakukan editing setelah data dikumpulkan diperiksa dengan segera
berkenaan dengan ketepatan dan kelengkapan pengisian lembar observasi.