• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA (Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA (Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

(Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)

ELLIN PUJI APRILLIA 143210061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(2)

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

(Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada Program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah

Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia Medika Jombang

Ellin Puji Aprillia 143210061

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)

MOTTO

“ Hidup itu bagaikan kupu-kupu dimana untuk menjadi indah perlu perjuangan yang tidak mudah”

(10)

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan karunia dan hidayah-Nya sehingga karya tulis ini dapat terselesaikan tepat waktu. Karya tulis ini saya persembahkan kepada :

1. Kedua orang tua saya, ayah Yatemo dan Ibu tercinta Partiningsih yang selalu memberikan cinta kasih tak terhingga dan doa yang tulus untuk anak-anaknya. Terimakasih untuk setiap tetes keringat untuk biaya pendidikan saya. Bahagia kalian tujuan saya.

2. Adik serta keluarga yang selama ini memberikan dukungan saya untuk dapat menyelesaikan pendidikan Sarjana.

3. Semua dosen yang telah memberikan bimbingan selama saya kuliah di STIKES ICME JOMBANG.

4. Ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep., Ns., M.Kep dan Ibu Iva Milia Hani R, S.Kep., Ns., M.Kep, terimakasih karena telah meluangkan waktunya dan penuh sabar dalam memberikan bimbingan dalam mengerjakan tugas akhir. InsyaAllah dospem tercinta. terimakasih pula kepada Bapak H. Imam Fatoni, S.KM., MM selaku peguji utama.

5. Mas dodik santoso, lelaki yang sabarnya berlebih yang sudah menjadi teman, sahabat dan yang terkasih terimakasih untuk support yang tak pernah henti. 6. Teman-teman Abah Squad’s yang selalu berperan di balik layar mendukung

saya dalam mengerjakan tugas akhir dan memberikan pengalaman baru. 7. Teman-teman kelompok 2 yang telah banyak membantu, menemani,

mengajarkan dan mengingatkan dalam mengerjakan tugas akhir.

8. Teman teman kelas VIII-B program studi S1 keperawatan yang 4 tahun ini sudah berjuang bersama dalam meraih cita-cita.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia (Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul)”. Pada penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, peneliti mengucapkan terimakasih kepada : H. Imam Fatoni, S.KM.,MM. selaku Ketua STIKes ICMe Jombang, Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Ketua Program Studi Sarjana Keperawatan dan Pembimbing I, Iva Milia Hani R, S.Kep.,Ns., M.Kep. selaku Pembimbing II yang telah memberikan banyak memberikan arahan dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Bapak Ibu dosen program studi Sarjana Keperawatan STIKes ICMe Jombang beserta stafnya, Puskesmas Blimbing Gudo yang telah memberikan ijin, Kepala Desa Sepanyul yang telah memberikan ijin penelitian, Kedua orangtua yang selalu memberi dukungan baik moril maupun materil selama menempuh pendidikan, dan teman-teman sejawat Ilmu Keperawatan yang telah memberikan semangat dalam penyusunan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini, peneliti menyadari sebagai manusia biasa masih banyak kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat diharapkan dari pembaca. Besar harapan peneliti semoga skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.

Jombang, 24 Juli 2018

(12)

ABSTRAK

PENGARUH PEMBERIAN AIR REBUSAN DAUN SALAM TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT PADA LANSIA

( Studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul )

Oleh : Ellin Puji Aprillia

Kadar asam urat pada lansia akan mengalami peningkatan diatas normal. Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat : produksi asam urat berlebih, pembuangan asam urat berkurang, kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang. Daun salam memiliki senyawa flavonoid yang membantu mengeluarkan kadar asam urat. Tujuan penelitian untuk menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

Desain penelitian menggunakan analitik pra-eksperimental dengan one-group pre-post test design. Populasi dalam penelitian adalah semua lanjut usia 60-74 tahun di posyandu lansia desa sepanyul sebanyak 33 lansia. Sampel penelitian sebanyak 30 lansia dengan teknik sampling menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian pemberian air rebusan daun salam dengan lembar observasi dan pengukuran asam urat menggunakan GCU. Pengolahan data editing, coding, scoring, tabulating, analisa data menggunakan uji Wilcoxon.

Hasil penelitian sebelum pemberian air rebusan daun salam seluruh lansia memiliki kadar asam urat tidak normal sebanyak 30 lansia (100%). Setelah pemberian air rebusan daun salam hampir seluruh lansia memiliki kadar asam urat normal sebanyak 26 lansia (86,7%). Uji statistik Wilcoxondidapatkan nilai p = 0,000 <α = 0,05 maka H1 diterima.

Kesimpulan penelitian ini ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di posyandu lansia desa sepanyul.

(13)

ABSTRACT

EFFECT GIVING BAY LEAVES WATER TO DECREASE URIC ACID LEVELS IN ELDERLY

(At Posyandu Lansia Desa Sepanyul)

By: Ellin Praise Aprillia

Levels uric acid elderly will experience an increase above normal. Increased production uric acid results from: excess uric acid production, reduced uric acid removal, combination excess uric acid production and reduced disposal. The laurel leaves have flavonoid compounds that help remove uric acid levels. The purpose study to analyze the effect water supply of bay leaves decoction decrease uric acid levels in elderly in Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

The study design used pre-experimental analytics with one-group pre-post test design. The population in the study were all elderly people aged 60-74 at posyandu lansia desa sepanyul as much as 33 elderly. The sample of research is 30 elderly with sampling technique using simple random sampling. Instrument research giving water decoction of bay leaves observation sheet and measurement of uric acid using GCU. Data processing editing, coding, scoring, tabulating, data analysis using Wilcoxon test.

The result the research before giving boiled water of bay leaves all elderly have abnormal uric acid level of 30 elderly (100%). After administration boiled water leaf greetings almost all elderly have normal uric acid level as many as 26 elderly (86,7%). Statistical test with p-value = 0,000 <α = 0.05 then H1 is accepted.

The conclusion this study is the effect of water supply boiled bay leaves to decrease uric acid levels in elderly in Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

(14)

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ...

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iv

PERSETUJUAN PROPOSAL/SKRIPSI ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii

MOTTO ... viii

2.1.4 Teori-teori proses menua ... 7

2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia ... 9

2.2Konsep daun salam ... 17

2.2.1 Definisi ... 17

(15)

2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan ... 19

2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional ... 21

2.3Konsep asam urat ... 22

2.3.1 Definisi ... 22

2.3.2 Etiologi ... 24

2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat ... 26

2.3.4 Klasifikasi ... 26

2.3.5 Gejala ... 27

2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang ... 27

2.3.7 Faktor resiko ... 28

2.3.8 Pencegahan ... 28

2.3.9 Upaya penanganan awal ... 29

2.4Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia ... 30

BAB 3 KERAGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 32

3.1Kerangka konseptual ... 32

4.6Identifikasi variabel ... 39

4.7Definisi operasional ... 40

4.8Pengumpulan dan analisis data ... 41

4.8.1 Bahan dan alat ... 41

4.8.2 Instrumen... 41

4.8.3 Prosedur penelitian ... 41

4.8.4 Cara analisis data... 42

4.8.5 Analisa data ... 45

4.9Etika penelitian ... 46

4.10 Keterbatasan penelitian ... 49

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 50

5.1 Hasil penelitian... 50

5.1.1 Gambaran umum tempat penelitian ... 50

(16)

5.1.3 Data khusus ... 52

5.2 Pembahasan ... 55

5.2.1 Kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ... 55

5.2.2 Kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ... 60

5.2.3 Analisa kadar asam urat sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul ... 62

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1 Kesimpulan ... 65

6.2 Saran ... 65

(17)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 One-group pre-post test design ………... 35 Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun

salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul ……… 40

Tabel 5.1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei

2018 ……… 51

Tabel 5.2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan usia studi di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ……... 52 Tabel 5.3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan riwayat asam

urat studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei

2018 ……… 52

Tabel 5.4 Distribusi frekuensi responden berdasarkan pola makan studi

di Posyandu Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 …... 52 Tabel 5.5 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat

sebelum pemberian air rebusan daun salam di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ………... 53 Tabel 5.6 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat

sesudah pemberian air rebusan daun salam di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul pada bulan mei 2018 ………... 53 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kadar asam urat

sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun salam di

(18)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul Kecamatan

Gudo ……….. 32

Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di

Posyandu Lansia Desa Sepanyul

(19)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jadwal penelitian

Lampiran 2 Permohonan menjadi responden

Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden Lampiran 4 Lembar observasi

Lampiran 5 Standart operasional prosedur pemeriksaan kadar asam urat Lampiran 6 Standart operasional prosedur pembuatan air rebusan daun

salam

Lampiran 7 Surat pernyataan perpustakaan Lampiran 8 Surat izin pengambilan data

Lampiran 9 Surat balasan studi pendahuluan dari puskesmas Lampiran 10 Surat izin penelitian dari dinas kesehatan

Lampiran 11 Surat izin penelitian dari puskesmas Lampiran 12 Surat balasan penelitian dari puskesmas Lampiran 13 Surat selesai penelitian dari puskesmas Lampiran 14 Tabulasi data umum

Lampiran 15 Lembar observasi pemeriksaan kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam pada lansia

Lampiran 16 Lembar observasi pemeriksaan kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam pada lansia

Lampiran 17 Tabulasi data khusus Lampiran 18 Hasil uji SPSS Lampiran 19 Lembar konsultasi

(20)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Gout Artritis merupakan salah satu penyakit radang sendi. Gout artritis

dalam masyarakat lebih dikenal dengan nama asam urat. Asam urat

merupakan hasil dari pemecahan purin didalam tubuh yang terdapat didalam

darah dan urin. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh karena pada

setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat. Asam urat yang terdapat di

dalam tubuh kita tentu saja kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode, 2012).

Pemicu peningkatan kadar asam urat salah satunya proses penuaan pada

lansia. Menurut WHO lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60

tahun. Lansia mengalami proses penuaan dengan begitu secara progresif akan

kehilangan daya tahan tubuh terhadap infeksi dan akan menumpuk semakin

banyak distorsi metabolik dan struktural yang disebut sebagai penyakit

degeneratif. Penyakit degeneratif yang sering dialami lansia salah satunya

asam urat. Perjalanan asam urat ditandai dengan rasa nyeri pada kaki dan

hasil pemeriksaan kadar asam urat lebih pada laki – laki >7, sedangkan pada

perempuan >5,7 (IP.Suiraoka, 2012). Penatalaksanaan asam urat salah

satunya dengan menggunakan pemberian air rebusan daun salam.

Data World Heatlh Organization (2007) penderita asam urat sekitar 230

juta, akan terus meningkat pada tahun 2020. Kejadian asam urat akan terus

(21)

jumlah lanjut usia di Indonesia yaitu 18,1% jiwa. Pada tahun 2014, jumlah

penduduk lanjut usia di Indonesia menjadi 18,781 juta jiwa dan di perkirakan

pada tahun 2025, jumlahnya mencapai 36 juta jiwa, Jika di lihat sebaran

penduduk lansia menurut provinsi, presentase lansia diatas 10% sekaligus

paling tinggi ada di provinsi Jawa timur (10,40%) (Ning Sri Rahayu, 2016).

Dari data (Dinkes Jombang, 2014) di ketahui bahwa jumlah lansia pada tahun

2016 terdapat 182,096, tertinggi berada di kecamatan gudo sebanyak 7.392

lansia dan sasaran pra lansia dan lansia yaitu 10.481 total lansia yang berada

di Kabupaten Jombang adalah 71%. Penderita asam urat di Indonesia

sebanyak 11,9% dan di Jawa Timur sebanyak 26,4% (Kemenkes RI, 2013).

Penderita asam urat di Jombang sebanyak 16.225 orang. Pendapat ini sesuai

dengan laporan hasil penelitian bahwa penderita asam urat di Sulawesi

Selatan dari waktu ke waktu semakin meningkat, menunjukan asam urat

menyerang 10% pada laki-laki dan 4% pada perempuan (Dinaria, 2015). Dari

hasil studi pendahuluan yang di lakukan di Desa Sepanyul menunjukan dari

134 lansia yang aktif posyandu 65 lansia yang memiliki kadar asam urat

berlebih.

Faktor penyebab asam urat meliputi usia, obesitas, pola makan tinggi

purin, konsumsi alkohol berlebih, penggunaan obat-obatan yang

meningkatkan asam urat, cedera sendi dan stress. Dampak dari kadar asam

urat yang berlebih menyebabkan nyeri terutama pada malam hari atau pagi

hari bangun tidur, kesemutan, bengkak, panas dan kemerahan pada sendi

yang terserang (Ode, 2012). Kadar asam urat yang tinggi dan tidak dilakukan

(22)

melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan dan dilakukan pemeriksaan

asam urat menggunakan fotometer maupun stick apabila dampak yang

dirasakan sudah mengganggu dalam aktivitas sehari-hari. Daun salam

mengandung flavonoid yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah

dan menghindari gejala inflamasi (Dinaria, 2015). Dengan flavonoid dalam

air rebusan daun salam bermanfaat untuk megurangi kadar asam urat dalam

darah dan dapat mengurangi rasa nyeri pada kaki yang biasa timbul ketika

terjadi peningkatan kadar asam urat (Agoes, 2010).

Pengobatan asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi seperti

allopurinol, ibuprofen, piroxicam, dan dexamethasone maupun non

farmakologi seperti tempuyung, daun salam, daun sendok, daun seledri dan

sambiloto (Sustrani, Alam & Hadibroto 2004). Penggunaan terapi

farmakologi secara terus menerus dapat menimbulkan efek samping pada

tubuh, oleh karena itu diperlukan alternatif lain yang akan lebih efektif dan

terjamin keamananya untuk tubuh. Sebagian masyarakat belum mengetahui

manfaat daun salam untuk mengurangi kadar asam urat yang terdapat dalam

darah yang dapat digunakan sebagai terapi non farmakologi. Daun salam

selain digunakan untuk bumbu dapur juga dapat di manfaatkan sebagai terapi

non farmakologi untuk menurunkan asam urat dalam darah. Efektivitas akan

dirasakan dengan pemberian air rebusan daun salam selama 7 hari sebanyak

1 kali perhari.

Dari hasil studi pendahuluan dan wawancara pada tanggal 15 februari

2018 dengan sebagian lansia yang aktif dalam posyandu dan mengalami

(23)

menurunkan kadar asam urat. Sehingga dengan melihat fenomena yang ada peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “pengaruh pemberian air

rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia”.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul

Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang ?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1Tujuan umum

Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

1.3.2Tujuan khusus

a. Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia sebelum pemberian air

rebusan daun salam.

b. Mengidentifikasi kadar asam urat pada lansia sesudah pemberian air

rebusan daun salam.

c. Menganalisis pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap

penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa

(24)

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat pada perkembangan

ilmu keperawatan khususnya tentang keperawatan medikal bedah untuk

menurunkan kadar asam urat pada lansia dengan menggunakan pengobatan

non farmakologi pemberian air rebusan daun salam.

1.4.2Manfaat praktis

a. Bagi petugas kesehatan, perawat dan puskesmas

Pemberian air rebusan daun salam pada lansia dengan asam urat dapat

digunakan untuk pengobatan non farmakologi.

b. Bagi lansia di tempat penelitian

Air rebusan daun salam dapat digunakan lansia sebagai obat non

farmakologi dalam upaya menurunkan kadar asam urat.

c. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian yang diadakan hendaknya menjadi referensi

tambahan untuk pengembangan pengetahuan dalam pendidikan dan

perlengkapan bahan pustaka tentang pengaruh pemberian air rebusan

daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya tentang

pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar

(25)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep lansia 2.1.1 Definisi lansia

Menurut World Organization Health (WHO) lansia adalah sesorang

yang berusia lebih dari 60 tahun. Lansia bukan suatu penyakit tetapi

merupakan tahap akhir dari proses kehidupan yang di tandai dengan

penurunan kemampuan tubuh (Bandiyah, 2009).

2.1.2 Batasan lanjut usia

Usia dijadikan patokan untuk lanjut usia. Usia 60 – 65 tahun dianggap

sebagai lansia. Menurut World Organization Health (WHO) dalam

(Bandiyah, 2009), ada 4 tahapan lanjut usia yaitu :

1. Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun.

2. Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun

3. Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun

4. Usia sangat tua (very old) usia >90 tahun.

2.1.3 Proses menua

Menjadi tua (menua) adalah suatu keadaan yang terjadi didalam kehidupan manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang

tidak hanya dimulai dari suatu waktu tertentu tetapi dimulai dari mulai

kehidupan. Menjadi tua merupakan proses alamiah yang berarti bahwa

manusia sudah melalui berbagai tahap kehidupan mulai neonatus, toddler,

(26)

tubuh dalam mencapi titik maksimal, setelah itu tubuh menyusut di

karenakan berkurangnya jumlah sel –sel dalam tubuh akibatnya tubuh akan

mengalami penurunan fungsi secara bertahap (Padila, 2013).

Daya tahan tubuh terhadap rangsangan dari luar juga akan mengalami

penurunan sehingga secara progresif akan kehilangan daya tahan tubuh

terhadap infeksi dan terjadi penumpukan distorsi metabolik dan struktural

yang disebut penyakit degeneratif (IP.Suiraoka, 2012). Beberapa jenis

penyakit degeneratif yang akan dialami lansia meliputi hipertensi, diabetes

mellitus, asam urat, stroke, asterosklerosis.

2.1.4 Teori-teori proses menua

Banyak definisi yang menjelakan tentang proses menua. Proses menua

bersifat individual : dimana proses menua pada setiap orang berbeda-beda,

terjadi pada usia yang beda, memiliki gaya hidup yang berbeda-beda pula

dan tidak ada faktor yang dapat mencegah proses menua (Padila, 2013).

Teori-teori penuaan dapat digolongkan sebagai berikut :

1. Teori biologis

Menurut Bandiyah (Chapter, 2009) Teori biologis mencakup

beberapa hal meliputi:

a. Teori genetik dan mutasi

Menurut teori genetik dan mutasi, semua terprogram secara

genetik untuk spesies-spesies tertentu. Menua terjadi sebagai akibat

dari perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul-molekul

(27)

b. Pemakaian dan rusak kelebihan usaha dan stress menyebabkan

sel-sel tubuh lelah.

c. Pengumpulan dari pigmen atau lemak dalam tubuh yang disebut

teori akumulasi dari produk sisa.

d. Peningkatan jumlah kolagen dalam jaringan.

e. Tidak ada perlindungan tubuh terhadapa radiasi, penyakit dan

kekurangan gizi.

f. Reaksi dari kekebalan sendiri.

g. Immunology slow theory

Menurut immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif

dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang

dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

h. Teori stres

Teori stres mengungkapkan menua terjadi akibat hilangnya

sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat

mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha,

dan stres yang menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.

i. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya

radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen

bahan- bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini

(28)

j. Teori rantai silang

Pada teori rantai silang diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel

yang tua menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan

kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas kekacauan,

dan hilangnya fungsi sel.

k. Teori program

Kemampuan organisme untuk menetapkan jumlah sel yang

akan membelah setelah sel tersebut mati.

2. Teori kejiwaan social

Menurut Bandiyah (2009) teori kejiwaan social meliputi :

a. Aktivitas atau kegiatan (Activity Theory)

Teori ini menyatakan bahwa lansia yang sukses adalah lansia

yang aktif dan banyak ikut dalam kegiatan sosial.

b. Kepribadian berlanjut (Continuity Theory)

Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada lanjut

usia dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.

c. Teori pembebasan (Didengagement Theory)

Teori menyatakan bahwa semakin bertambahnya usia,

seseorang akan berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari

kehidupan social dan akan lebih menarik diri.

2.1.5 Perubahan-perubahan pada lansia

Menjadi tua atau menua membawa pengaruh serta perubahan

menyeluruh baik fisik, sosial, mental dan moral spiritual, yang semuanya

(29)

beradaptasi dengan perubahan-perubahan yang terjadi, padahal dalam

kenyataannya semakin tua maka akan semakin sulit beradaptasi (Padila,

2013). Perubahan-perubahan yang terjadi antara lain:

1. Perubahan fisik

a. Sel

Lebih sedikit jumlahnya, lebih besar ukuranya, berkurangnya

jumlah cairan tubuh dan berkurangnya cairan tubuh dan

berkurangnya cairan intraseluler, menurunnya proporsi protein di

otak, otot ginjal darah, dan hati, jumlah sel otak menurun,

terganggunya mekanisme perbaikan sel, otak menjadi atrofi,

beratnya berkurang 5 – 10% (Bandiyah, 2009).

b. Sistem persyarafan

Berat otak menurun 10 – 20%. Gangguan yang terjadi karena

penurunan sistem persyarafan meliputi: hubungan persyarafan

menurun, lambat dalam bereaksi, terjadi stress, pengecilan syaraf

panca indra sehingga terjadi berkurangnya penglihatan,

berkurangnya pendengaran, saraf pencium dan perasa mengecil,

kurang sensitif terhadapa sentuhan, kulit lebih sensitif terhadap

perubahan suhu yang terjadi (Bandiyah, 2009).

c. Sistem Pendengaran

Presbiakusis adalah hilangnya kemampuan pendengaran pada

telinga dalam. Terutama terhadap bunyi suara atau nada–nada yang

tinggi, suara yang tidak jelas, sulit mengerti kata–kata, terjadinya

(30)

bertambah menurun pada lanjut usia yang mengalami ketegangan

jiwa atau stres (Bandiyah, 2009).

d. Sistem penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan hilangnya respon terhadap

sinar kornea lebih terbentuk bola, katarak menyebabkan gangguan

penglihatan, meningkatnya ambang pengamatan sinar, daya adaptasi

terhadap kegelapan lebih lambat, dan susah melihat dalam cahaya

gelap, hilangnya daya akomodasi, berkurangnyanya lapang

pandang, menurunya daya membedakan warna biru atau hijau

(Padila, 2013).

e. Sistem kardiovaskuler

Elastisitas dinding aorta menurun, katup jatung menebal dan

menjadi kaku kemampuan jantung memompa darah menurun 1%

setiap tahun seudah berumur 20 tahun, hal ini menyebkan merunnya

kontraksi dan volumenya, kehilangan elastisitas pembuluh darah,

kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi,

perubahan posisi dari tidur ke duduk (duduk ke berdiri) bisa

menyebabkan tekanan darah menurun menjadi 65 mmHg

(Bandiyah, 2009).

f. Sistem pengaturan temperatur tubuh

Hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu thermostat, yaitu

menetapkan suatu suhu tertentu, kemunduran terjadi berbagai faktor

yang mempengaruhinya. Sebagai akibat sering ditemui temperatur

(31)

metabolisme yang menurun, keterbatasan refleks menggigil dan

tidak memproduksi panas yang banyak sehingga terjadi rendahnya

aktifitas otot (Bandiyah, 2009).

g. Sistem respirasi

Otot–otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi kaku

menurunya aktifitas dari sillia, paru-paru kehilangan elastisitas,

kapasitas residu meningkat, menarik nafas lebih berat, kapasitas

pernafasan maksimum menurun, dan kedalaman bernafas menurun,

alveoli ukurannya melebar dari biasa dan jumlahnya berkurang, O²

pada arteri menurun menjadi 75 mmHg, CO² pada arteri tidak

terganti, kemampuan pegas dinding dada dan kekuatan otot

pernafasan akan menurun seiring dengan pertambahan usia

(Bandiyah, 2009).

h. Sistem gastrointestinal

Kehilangan gigi penyebab utama adanya periodontal diase

yang biasa terjadi setelah umur 30 tahun, penyebab lain meliputi

kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap

menurun adanya iritasi yang kronis dari selaput lendir, atropi indra

pengecap (±80%) hilangnya sensitifitas dari saraf pengecap di lidah

terutama rasa manis dan asin, hilangnya sensitifitas dari saraf

pengecap tentang rasa asin, asam dan pahit, esophagus melebar, rasa

lapar menurun, asam lambung menurun, waktu mengosongkan

(32)

absorpsi melemah, liver makin mengecil dan tempat penyimpanan

menurun, berkurangnya aliran darah (Bandiyah, 2009).

i. Sistem reproduksi

Menciutnya ovari dan uterus, atrovi payudara, pada laki-laki

testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya

penurunan secara berangsur–angsur, dorongan seksual menetap

sampai usia diatas 70 tahun yaitu kehidupan seksual dapat

diupayakan sampai masa lanjut usia, hubungan seksual secara

teratur membantu mempertahankan kemampuan seksual, tidak perlu

cemas karena merupakan perubahan alami, selaput lendir vagina

menurun, permukaan menjadi halus, sekresi menjadi berkurang,

terjadi perubahan–perubahan warna (Bandiyah, 2009).

j. Sistem gastourinaria

Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolisme

tubuh, melalui urine darah ke ginjal, disaring oleh satuan terkecil

dari ginjal yang disebut nefron, kemudian mengecil dan nefron

menjadi atrofi, nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat,

vesika urinaria (kandung kemih) ototnya menjadi lemah,

kapasitasnya menurun menyebabkan frekuensi buang air seni

meningkat, vesika urinaria sudah dikosongkan pada pria lanjut usia

sehingga mengakibatkan meningkatkan retensi urin, atrovi vulva

dan vagina, tetapi kapasitas untuk melakukan dan menikmati

(33)

k. Sistem endokrin

Produksi dari hampir semua hormon menurun, fungsi

paratiroid dan sekresinya tidak berubah, pertumbuhan hormon ada

tetapi tidak rendah dan hanya ada didalam pembuluh darah,

berkurangnya produksi dari ACTH, TSH, FSH, dan LH, menurunya

aktifitas tiroid, menurunnya BMR (basal metabolic rate), dan

menurunnya daya pertukaran zat, menurunnya produksi aldosteron,

menurunnya sekresi hormon kelamin, misalnya progesteron,

estrogen, dan testeron (Bandiyah, 2009).

l. Sistem integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak,

permukaan kulit kasar dan bersisik (karena kehilangan proses

kratinasi serta perubahan ukuran dan bentuk–bentuk sel epidermis),

menurunya respon terhadap trauma, mekanisme proteksi kulit

menurun yaitu produksi serum menurun, gangguan pegmentasi

kulit, kulit kepala dan rambut menipis berwarna kelabu, rambut

dalam hidung dan telingga menebal, bekurangnya elastisitas akibat

dari menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku lebih

lambat, kuku jari menjadi lebih keras dan rapuh, kuku kaki

bertumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk, kelenjar keringat

berkurang jumlah dan fungsinya, kuku menjadi pudar, kurang

(34)

m. System muskuluskeletal (musculoskeletal system)

Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak

kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang

tidak aktif. Serat otot berkurang ukuranya. Dan kekuatan otot

berkurang sebanding penurunan massa otot. Penurunan massa dan

kekuatan otot, demeneralisasi tulang, pemendekan fosa akibat

penyempitan rongga intravertebral, penurunan mobilitas sendi,

tonjolan tulang lebih meninggi (terlihat). Tulang kehilangan density

(cairan) dan makin rapuh, kifosis pinggang, pergerakan lutut dan

jari–jari pergelangan terbatas, discus intervertebralis menipis dan

menjadi pendek (tingginya berkurang), persendian membesar dan

menjadi rapuh, tendon mengerut dan mengalami sclerosis, atrofin

serabut otot sehingga seseorang bergerak menjadi lamban, otot–otot

kram menjadi tremor, otot–otot polos tidak begitu berpengaruh

(Padila, 2013).

2. Perubahan mental

Faktor–faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu

perubahan fisik khususnya organ perasa kesehatan umum, tingkat

pendidikan, keturunan (hereditas), dan lingkungan.

3. Kenangan

Kenangan (memory) terdiri dari kenangan jangka panjang

(berjam–jam sampai berhari–hari yang lalu mencakup beberapa

perubahan), dan kenangan jangka pendek atau seketika (0-10 menit,

(35)

4. I.Q. (Intellegentian Quantion )

I.Q. (Intellegentian Quantion ) tidak berubah dengan informasi

matematika dan perkataan verbal, berkurangnya penampilan, persepsi

dan ketrampilan psikomotor terjadinya perubahan pada daya

membayangkan karena tekanan–teanan dari faktor waktu (Bandiyah,

2009).

Semua organ pada proses menua akan mengalami perubahan

struktural dan fisiologis, begitu juga otak. Perubahan ini disebabkan

karena fungsi neuron di otak secara progresif. Kehilangan fungsi ini

akibat menurunnya aliran darah ke otak, lapisan otak terlihat berkabut

dan metabolisme di otak lambat. Selanjutnya sangat sedikit yang di

ketahui tentang pengaruhnya terhadap perubahan fungsi kognitif pada

lanjut usia (Padila, 2013). Perubahan kognitif yang di alami lanjut usia

adalah demensia, dan delirium.

5. Perubahan psikologis

Lanjut usia akan mengalami perubahan–perubahan psikososial

seperti (Padila, 2013) :

a. Pensiun, nilai seseorang sering diukur produktifitasnya, identitas

dikaitkan dengan peranan dalam pekerjaan. Lansia yang mengalami

pensiun akan mengalami rangkaian kehilangan yaitu finansial

(income berkurang), status (dulu mempunyai jabatan posisi yang

cukup tinggi, lengkap dengan segala faselitasnya), teman/kenalan

(36)

b. Merasakan atau sadar akan kematian (sence of awareness of

mortality)

c. Perubahan dalam cara hidup yaitu memasuki rumah perawatan,

bergerak lebih sempit.

d. Ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan (economic derivation)

meningkatkan biaya hidup pada penghasilan yang sulit,

bertambahnya biaya pengobatan

e. Penyakit kronis dan ketidakmampuan.

f. Kesepian akibat pengasingan dari lingkungan social.

g. Gangguan saraf panca indra, timbul kebutaan dan ketulian.

h. Gangguan gizi akibat kehilangan penghasilan atau jabatan sehingga

mengalami kekurangan ekonomi.

i. Rangkaian dari kehilangan yaitu kehilangan hubungan dengan

teman teman dan famili serta pasangan.

j. Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap

gambaran diri

2.2 Konsep daun salam 2.2.1 Definisi

Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha Wight dan nama ilmiah Syzygium polyantha Wight (Tersono, 2006). Menurut falsafah

jawa tanaman salam mempunyai makna yang tersirat, filosofi yang dapat

diambil dari pohon salam berarti keselamatan. Ciri-ciri biologi pohon salam

(37)

hijau dengan ujung tajam, memiliki bunga berwarna putih dan wangi yang

tumbuh di dahan yang tidak berdaun, buah pohon salam berukuran kecil dan

berwarna kehitaman. Tanaman salam mudah dibudidayakan di berbagai

jenis tanah (Mardiana, 2013).

Pohon salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat mulai dari

batang, kulit batang, daun salam dan buah salam. Daun salam merupakan

bagian yang paling banyak dimanfaatkan masyarakat. Daun salam dikenal

masyarakat untuk penyedap masakan. Masyarakat menggunakan daun

salam untuk memasak dengan memasukan beberapa lembar daun salam

segar maupun kering kedalam masakan untuk membuat masakan lebih

beraroma harum. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat

digunakan sebagai terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit

berbahaya contohnya stroke, kolesterol, radang lambung kencing manis dan

juga termasuk asam urat (Agoes, 2010).

2.2.2 Sifat kimia dan efek farmakologis

Daun salam memiliki bau yang wangi sehingga banyak masyarakat yang menggunakan sebagai bahan penyedap masakan. Selain untuk

pengobatan daun salam juga juga dapat digunakan sebagai tanaman herbal.

Selain dari daun salam bagian lain dari pohon salam yang bisa digunakan

sebagai tanaman obat meliputi akar, buah, dan kulit batang, namun yang

paling banyak digunakan oleh masyarakat yaitu daun salam (Putra, 2016).

Daun salam dapat digunakan sebagai pengobatan herbal untuk kolesterol,

gout artritis, diabetes mellitus, hipertensi, gastritis, dan diare. Oleh badan

(38)

yang digunakan sebagai tanaman herbal yang telah diuji secara klinis untuk

mengatasi masalah kesehatan tertentu. Menurut Mardiana (2013) beberapa

sifat kimia dan efek farmakologis meliputi:

1. Flavonoid adalah senyawa polifenol yang sesuai dengan struktur

kimianya terdiri dari flavonol, flavon, flavanon, isoflavon, katekin,

antosianidin dan kalkon. Manfaat flavonoid sebagai diuretik sehingga

memperbanyak produksi urin. Flavonoid juga sebagai anti inflamasi

sehingga dapat mencegah terjadinya peradangan pada tulang.

2. Kandungan vitamin pada daun salam bermanfaat untuk meningkatkan

kekebalan tubuh dari penyakit dan peningkat imunitas pada tubuh.

3. Kandungan zat tanin pada daun salam menurunkan tekanan darah

tinggi.

4. Minyak atsiri sebagai analgesik sehingga mampu menghilangkan rasa

nyeri ketika berjalan.

2.2.3 Manfaat daun salam untuk kesehatan

Tanaman salam dikenal sebagai salah satu tanaman yang sering dimanfaatkan masyarakat untuk pengobatan alternatif. Menurut buku

Profesor Hembing dalam Handayani (2013) tentang tumbuhan berkhasiat

pohon salam (Syzygium Polyanthum) terutama daunnya bisa mengatasi

gangguan asam urat, kolesterol, radang, lambung, diare dan masih banyak

lagi. Manfaat daun salam untuk kesehatan meliputi:

1. Mengurangi dislipidemia, khususnya hipertrigliseridemia

Senyawa yang mampu menurunkan kadar nitrigliserida adalah

(39)

bereaksi dengan protein mukosa dan sel epitel usus sehingga

menghambat penyerapan lemak (Dorlan, 2002). Berdasarkan hal

tersebut maka daun salam dapat dipakai sebagai bahan obat untuk

menurunkan kadar trigliserida pada manusia (Harismah & Chusniatun,

2016).

2. Menurunkan kadar LDL

Daun salam dapat menurunkan kadar LDL kolesterol sesuai dosis yang diberikan karena daun salam mengandung senyaawa aktif

quercetin yang terkandung dalam flavonoid selain sbagai antioksidan

dapat juga menghambat sekresi dari Apo-B100 ke intestinum sehingga

jumlah Apo-B akan mengalami penurunan. Apo-B merupakan

pembentuk LDL, sehingga menurunkan LDL karena jumlah Apo-B

mengalami penurunan (Harismah & Chusniatun, 2016).

3. Menurunkan kadar asam urat

Flavonoid yang terdapat dalam daun salam dapat digunakan

sebagai diuretik (zat peluruh) dan penghilang rasa nyeri (analgetik).

(Tersono, 2006).

2.2.4 Penggunaan dalam pengobatan tradisional

Menurut Agoes (2010) daun salam dapat berkhasiat sebagai obat. Cara mengolah daun salam untuk pengobatan beberapa penyakit :

1. Asam urat

Sediakan 7-15 lembar daun salam, rebus menggunakan air

sebanyak 700 cc , panaskan hingga mendidih dan air tersisa 200 cc. Rasa

(40)

dalam keadaan hangat maupun dingin. Minum selama 7 hari untuk hasil

yang efektif.

2. Diare

Cuci 15 lembar daun salam segar. Rebus dengan air sebanyak 200

cc selam 15 menit. Tambahkan sedikit garam. Konsumsi dalam keadaan

dingin.

3. Kencing manis

Cuci 7-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan

1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus sebelum

makan. Lakukan 2 kali sehari.

4. Menurunkan kolesterol

Cuci 10-15 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan

1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin 1 gelas sekaligus di malam

hari. Lakukan setiap hari.

5. Menurunkan tekanan darah tinggi

Cuci 7-10 daun salam. Rebus dengan air sebanyak 3 gelas sisakan

1 gelas. Konsumsi dalam keadaan dingin setengah gelas.

6. Maag/gastritis

Cuci bersih 15-20 lembar daun salam segar. Rebus dengan air

sebanyak 500 ml selama 15 menit. Tambahkan gula secukupnya setelah

dingin minum airnya. Lakukan setiap hari hingga rasa perih dan penuh

(41)

7. Mabuk alkohol

Cuci 1 genggam buah salam masak kemudian tumbuk sampai

halus. Peras hasil tumbukan, minum airnya sekaligus.

8. Kudis/gatal-gatal

Untuk pengobatan luar, ambil daun, kulit, batang atau akar

seperlunya. Tumbuk hingga halus kemudian balurkan ke bagian tubuh

yang mengalami gatal-gatal.

2.3 Konsep asam urat 2.3.1 Definisi

Gout berasal dari kata “Gutta” yang berarti tetesan. Gout salah satu penyakit arthritis (radang sendi). Gout adalah penyakit kelainan

metabolisme purin dimana terjadi produksi purin secara berlebihan

sehingga terjadi penumpukan purin di dalam darah secara berlebihan.

Peningkatan produksi asam urat menyebabkan peradangan pada sendi

hingga pembengkakan (Suiraoka, 2012). Gangguan metabolisme purin

menyebabkan kadar asam urat dalam darah tinggi yang selanjutnya akan

mudah mengkristal akibat metabolisme purin yang tak sempurna. Kurang

lebih 20-30% penyakit asam urat terjadi akibat sintesa purin dalam jumlah

yang besar dan sekitar 75% akibat kelebihan produksi asam urat tetapi

pengeluarannya tidak sempurna (Suiraoka, 2012).

Asam urat merupakan hasil dari katabolisme purin. Purin merupakan

kelompok struktur kimia pembentuk DNA. Asam urat adalah asam yang

(42)

purin. Secara ilmiah purin terdapat didalam tubuh setiap manusia dan pada

semua makanan dari sel hidup baik berupa tanaman contohnya sayur, buah,

kacang-kacangan dan hewan contohnya daging, jeroan, ikan sarden (Ode,

2012). Asam urat dimiliki setiap tubuh manusia karena setiap proses

metabolisme menghasilkan asam urat, tetapi asam urat di dalam darah tidak

boleh berlebihan. Asam urat yang berlebih disebabkan pemicu contohnya

makanan tinggi purin. Bahaya yang timbul dari asam urat berlebih :

gangguan ginjal, jantung koroner, diabetes mellitus dan radang sendi

(Suriana, 2014).

Pada orang yang normal jumlah pool asam urat sekitar 1000 mg dengan

kecepatan metabolisme sekitar 600 mg/hari. Kandungan normal natrium

urat didalam serum <7 mg/dl. Berdasarkan hasil laboratorium klinis, kadar

asam urat normal pada wanita 2,4-5,7 mg/dl dan pada pria 3,4-7,0 mg/dl.

Pada anak-anak kadar asam urat berkisar 3,0-4,0 mg/dl namun setelah

memasuki masa pubertas kadar asam urat pada anak prian mencapai 5,2

mg/dl (Suiraoka, 2012).

2.3.2 Etiologi

Menurut Suiraoka (2012) berdasarkan patofisiologi, peningkatan kadar asam urat terjadi akibat :

1. Produksi asam urat berlebih

Peningkatan produksi asam urat terjadi akibat peningkatan

kecepatan biosintesa purin dari asam amino untuk membentuk inti sel

DNA dan RNA. Peningkatan asam urat juga bisa disebabkan asupan

(43)

jeroan, makanan laut, kaldu kental, dan lain-lain serta hasil pemecahan

sel yang rusak akibat obat tertentu. Penguraian purin yang terlalu cepat

pada olahraga berlebihan dan kelainan darah juga akan menyebabkan

peningkatan kadar asam urat (Suiraoka, 2012).

2. Pembuangan asam urat berkurang

Asam urat akan meningkat dalam darah jika pembuangannya

terganggu. Sekitar 90% penderita asam urat mengalami gangguan ginjal

dalam pembuangan asam urat. Penderita asam urat akan mengeluarkan

asam urat 40% lebih sedikit dari orang normal.

Secara normal pengeluaran asam urat akan meningkat jika

kadarnya meningkat dalam darah akibat asupan purin dari luar atau

pembentukan purin. Dalam tubuh terdapat enzim urikinase untuk

mengoksidasi asam urat menjadi alotinin yang mudah dibuang. Kalau

terjadi gangguan pada enzim urikinase akibat proses penuaan atau strees

maka terjadi hambatan pembuangan asam urat sehingga kadar asam urat

akan naik. Hambatan pembuangan asam urat juga terjadi akibat

gangguan fungsi ginjal (Suiraoka, 2012).

3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang

Mekanisme kombinasi keduanya terjadi pada kelainan intoleransi

fruktosa, defisiensi enzim tertentu yaitu glukosa 6-fosfat. Pada kelainan

tersebut akan diproduksi asam laktat yang berlebihan sehingga

pembuangan asam urat akan menurun karena terjadi kompetisi antara

(44)

asam urat. Kekurangan glukosa 6-fosfat menyebabkan mengalami asam

urat sejak bayi atau asam urat dini (Suiraoka, 2012).

Konsumsi alkohol berlebih menyebabkan asam urat kombinasi

diatas. Alkohol yang berlebihan mengandung purin tinggi sehingga

meningkatkan produksi asam urat, selain itu alkohol mengandung asam

laktat tinggi sehingga menghambat pembuangan kadar asam urat.

Faktor penyebab lain yang dapat menimbulkan kadar asam urat dalam

darah meningkat, yaitu :

1. Faktor keturunan

2. Pola makan tinggi protein dan purin

3. Konsumsi alkohol berlebihan

4. Hambatan pembuangan asam urat karena penyakit

5. Penggunaan obat-obatan tertentu

6. Penggunaan antibiotik secara berlebihan

7. Obesitas

8. Faktor lain seperti stress, cedera sendi dan hipertensi.

2.3.3 Cara pemeriksaan kadar asam urat

Pemeriksaan laboratorium penting dilakukan baik untuk menegakan

diagnosis maupun penatalaksanaan bagi penderita asam urat. Menurut

Dalimartha (2008) beberapa pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk

mengetahui kadar asam urat :

a) Kristal MSUM (Monosodium Urat Monohidrat)

Diagnosis pasti gout ditegakkan berdasarkan ditemukannya Kristal

(45)

b) Kadar asam urat darah

Pemeriksaan kadar asam urat darah nilainya sangat terbatas dalam

dalam mendiagnosis asam urat. Hal ini disebabkan pada asam urat akut

sering kali kadarnya ditemukan dalam batas normal.

c) Ekskresi asam urat urin per 24 jam

Penentuan jumalah kadar asam urat di urin selama 24 jam penting untuk

menentukan pengobatan. Selama 3-5 hari sebelum pemeriksaan

dilakukan, penderita tidak boleh makan makanan yang mengandung

purin dan alkohol. Alkohol dapat mempengaruhi pengeluaran asam urat

melalui ginjal.

d) Pemeriksaan darah lengkap, fungsi hati dan fungsi ginjal.

2.3.4 Klasifikasi

Penyakit asam urat digolongkan menjadi 2 macam mencakup :

1. Penyakit gout primer

Penyebab penyakit gout primer belum diketahui. Diduga berkaitan

dengan faktor genetik dan faktor hormonal yang mengganggu sistem

metabolisme yang mengakibatkan tubuh tidak mampu mengeluarkan

asam urat dan terjadi penumpukan asam urat di dalam tubuh (Ode,

2012).

2. Penyakit gout sekunder

Penyebab gout sekunder antara lain karena meningkatnya produksi

asam urat karena nutrisi yaitu makanan tinggi purin. Penyebab lain

adalah obesitas, obat-obatan, penyakit kulit, diabetes mellitus (Ode,

(46)

2.3.5 Gejala

Gejala yang timbul apabila kadar asam urat didalam darah berlebih meliputi (Ode, 2012) :

1. Kesemutan dan linu.

2. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.

3. Sendi yang terkena asam urat terlihat bengkak, kemerahan, panas, dan

nyeri luar biasa pada malam maupun pagi hari.

2.3.6 Organ tubuh yang berpotensi terserang

Asam urat merupakan salah satu jenis reumatik atau radang sendi. Terjadi karena penumpukan kristal-kristal asam urat pada persendiaan ,

sehingga bagian persendian yang akan mudah terserang asam urat. Menurut

Suriana (2014) organ-organ pesendian yang mudah terserang asam urat

antara lain : ujung jari, ibu jari, sendi lutut, pergelangan kaki, punggung

kaki, siku dan lutut.

2.3.7 Faktor resiko

Faktor resiko asam urat akan meningkat setealah memasuki usia lebih dari 40 tahun. Hormon esterogen pada wanita membantu pengeluaran kadar

asam urat, sehingga wanita menopause memiliki faktor resiko terjadi

peningkatan kadar asam urat sama dengan pria. Faktor resiko lain seperti

gaya hidup, obesitas, alkohol juga dapat meningkatkan kadar asam urat

dalam darah (IP.Suiraoka, 2012).

2.3.8 Pencegahan

Penyakit asam urat pada umumnya sulit dicegah tetapi beberapa faktor

(47)

makan tidak berlebihan. Jika sudah terlanjur menderita gangguan asam urat

sebaiknya membatasi hal-hal yang dapat memperburuk keadaan contohnya

makanan tinggi purin.

Menurut Saraswati (2009) dalam IP.Suiraoka (2012) pengelompokan

makanan berdasarkan kandungan purinnya adalah sebagai berikut :

1. Golongan A : makanan yang mengandung purin tinggi (150—800

mg/100 gram bahan makanan): hati, ginjal,otak, jantung, paru-paru,

jeroan, udang, kerang, tape, abon daging, alkohol serta makanan dalam

kaleng.

2. Golongan B : makanan yang mengandung purin sedang (50-150 mg/100

gram bahan makanan) : kerang-kerangan, kacang-kacangan, bayam,

kembang kol, buncis, jamur, singkong, pepaya, kangkung.

3. Golongan C : makanan yang mengandung purin lebih ringan (0-50

mg/100 gram bahan makanan) : keju, susu, telur, sayuran dan

buah-buahan.

2.3.9 Upaya penanganan awal

Asam urat tinggi tidak mengancam jiwa, tetapi akan beresiko negatif terhadap kesehatan tubuh, karena dapat berpotensi menimbulkan penyakit

lain. Penanganan awal pada asam urat perlu dilakukan mengingat dampak

negatif yang akan ditimbulkan. Menurut Suriana (2014) apabila tubuh

merasakan tanda-tanda kadar asam urat dalam darah tinggi perlu tindakan

penanganan awal yang meliputi :

1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan menjaga pola makan agar

(48)

2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi

terapi non-farmakologi, antara lain :

1. Pemberian air rebusan daun salam

3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu ketat.

4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada

ginjal.

5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.

6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan

dokter, jenis terapi antara lain :

1. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid.

2. Obat penghambat xantin oksidase, contohnya Allopurinol.

2.4 Pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia

Asam urat adalah hasil akhir dari metabolisme yang dimiliki oleh semua orang. Asam urat dalam tubuh kadarnya tidak boleh berlebihan (Ode,

2012). Asam urat yang berlebih akan menimbulkan penyakit. Penyembuhan

asam urat dapat menggunakan terapi farmakologi dan terapi non

farmakologi. Daun salam adalah salah satu tanaman yang dapat digunakan

sebagai terapi non farmakologi dengan cara merebus 10-15 lembar daun

salam dengan air 700 cc gelas biarkan mendidih samapi tersisa 200 cc,

setelah itu saring dan minum 1 kali 1 gelas setiap hari. Daun salam

mengandung flavonoid sehingga dapat digunakan sebagai peluruh kencing

(49)

pada tubuh sehingga dapat menurunkan kadar asam urat dalam darah

melalui urine.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Yankusuma & putri (2016)

tentang pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat

di Desa Malanggaten Kecamatan Kebakkramat Kabupaten Karanganyar

tahun 2016 dengan jenis penelitian quasi eksperimental dengan rancangan

penelitian pretest-posttest. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

penderita asam urat di Desa Malanggaten sebanyak 20 orang. Sampel

sebanyak 12 orang sesuai dengan kriteria inklusi dengan teknik sampling

dengan purposive sampling. Hasil dari penelitian tersebut menyatakan ada

pengaruh rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat.

Penelitian lainnya yang dilakukan oleh Dinaria (2015) tentang

pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita

menopause. Jenis penelitian yang digunakan inferensia kuantitatif. Desain

penelitian yang digunakan menggunakan pre-eksperimen dengan rancangan

one group prepost and posttest design. Seluruh wanita menopause yang

menderita asam urat sebanyak 45 orang di kelurahan gundi sebagai populasi

dalam penelitian . Sampel yang digunakan dalam penelitian sebanyak 16

orang dengan menggunakan teknik sampling menggunakan purposive

sampling. Instrument yang digunakan dalam penelitian dengan lembar

observasional. Hasil dari penelitian tersebut ada pengaruh pemberian air

rebusan daun salam terhadap asam urat pada wanita menopause.

Menurut Tersono (2006) menjelaskan manfaat daun salam sebagai

(50)

diuretik daun salam mampu memperbanyak produksi urin sehingga

menurunkan kadar asam urat darah yang dikeluarkan melalui urin. Sebagai

(51)

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka konseptual

Kerangka konseptual adalah model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan secara

logis faktor yang dianggap penting untuk dijadikan masalah (Hidayat,

2017).

Keterangan :

: Diteliti : Pengaruh

: Tidak Diteliti : Hubungan

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di posyandu lansia Desa Sepanyul Kecamatan Gudo.

Upaya penanganan asam urat : 1. Diet asam urat perlu dilakukan yaitu dengan

menjaga pola makan agar tidak memicu naiknya kadar asam urat.

2. Kadar asam urat diturunkan secara perlahan dengan mengkonsumsi terapi non-farmakologi, antara lain :

1. Pemberian air rebusan daun salam 3. Hindari melakukan diet asam urat terlalu

ketat.

4. Memperbanyak konsumsi air putih untuk mengurangi gangguan pada ginjal.

5. Rutin melakukan pemeriksaan kadar asam urat.

6. Penggunaan terapi farmakologi jangka panjang dengan pengawasan dokter, jenis terapi antara lain :

1. Obat urikosurik, contohnya Prebenesid. 2. Obat penghambat xantin oksidase,

contohnya Allopurinol. urat darah. Kadar asam urat normal : Laki-laki : 3,4-7,0 mg/dl

1. Produksi asam urat berlebih 2. Pembuangan asam urat berkurang

3. Kombinasi produksi asam urat berlebih dan pembuangan berkurang

(52)

3.2 Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari rumusan masalah atau

pertanyaan penelitian. Menurut La Biondo-Wood dan Haber (1994) di dalam

buku karangan Nursalam (2017), hipotesis adalah suatu pernyataan asumsi

tentang hubungan antara dua atau lebih variable yang diharapkan bisa

menjawab suatu pertanyaan dalam penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari

suatu unit atau bagian dari permasalahan. Pada penelitian ini hipotesis yang

di ambil adalah :

H1 : Ada pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan

kadar asam urat lansia di posyandu lansia Desa Sepanyul Kecamatan

(53)

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data untuk tujuan

dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2013). Metode penelitian adalah hasil akhir dari

suatu tahap keputusan yang dibuat peneliti berhubungan dengan bagaimana suatu

penelitian dapat dilakukan sesuai harapan yang dinginkan (Nursalam, 2017). Penelitian yang dilakukan dengan judul “pengaruh pemberian air rebusan daun

salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia studi dilakukan di Posyandu

Lansia Desa Sepanyul”. Pada bab ini akan menguraikan tentang jenis penelitian,

rancangan penelitian, waktu dan tempat penelitian, populasi, sampel dan sampel,

kerangka kerja, identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan dan

analisis data dan etika penelitian.

4.1 Jenis penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu strategi dalam penelitian untuk pengontrolan maksimal beberapa faktor yang mempengaruhi hasil

akurasi (Nursalam, 2017). Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini

adalah penelitian eksperimental yaitu penelitian yang memberikan perlakuan

kepada objek yang dapat mengendalikan variabel secara tegas yang

menyatakan ada hubungan sebab akibat (Hidayat, 2017).

Desain dalam penelitian ini adalah analitik pre-eksperimental. Pre

eksperimental adalah rancangan penelitian yang digunakan untuk mencari

hubungan sebab-akibat dengan adanya keterlibatan peneliti dalam manipulasi

(54)

4.2 Rancangan penelitian

Rancangan penelitian adalah hal yang sangat penting dalam penelitian yang memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat

mempengaruhi akurasi dari hasil penelitian (Nursalam, 2017).

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian adalah

one-group pre-post test design adalah mengungkapkan hubungan sebab akibat

dengan melibatkan satu kelompok subjek. Kelompok subjek di observasi dua

kali yang pertama sebelum di intervensi, kemudian di observasi lagi setelah

dilakukan intervensi (Nursalam, 2017). Penelitian ini menganalisis pengaruh

pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada

lansia studi di Posyandu Lansia Desa Sepanyul. Rancangan penelitian dalam

penelitian dapat dilihat pada table 4.1.

Tabel 4.1 One-group pre-post test design

Subjek Pre Perlakuan Post

K O I OI

Waktu 1 Waktu 2 Waktu 3

Keterangan :

K : subjek (lansia yang mengalami peningkatan kadar asam urat)

O : observasi kadar asam urat sebelum pemberian air rebusan daun salam

I : intervensi (pemberian air rebusan daun salam)

OI : observasi kadar asam urat sesudah pemberian air rebusan daun salam

(55)

4.3 Waktu dan tempat penelitian 4.3.1Waktu penelitian

Penelitian dimulai dari penyusunan proposal sampai dengan penusunan

laporan skripsi yang dimulai dari bulan Februari sampai Juni 2018.

Pengambilan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2018.

4.3.2Tempat penelitian

Penelitian dilaksanakan di Posyandu Lansia Desa Sepanyul yang

termasuk dari Wilayah Kerja Puskesmas Blimbing.

4.4 Populasi, sampel dan sampling 4.4.1Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek yang digunakan dalam penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Populasi harus memenuhi kriteria yang telah ditetapkan

dalam penelitian (Nursalam, 2017). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami

peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan

tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa

Sepanyul sebanyak 33 orang.

4.4.2Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi subjek dalam

penelitian melalui sampling yang harus sesuai dengan kriteria yang telah

ditentukan (Nursalam, 2017). Menurut Nursalam (2017) perhitungan besar

sampel menggunakan rumus sebagai berikut :

(56)

Keterangan :

n = besar sampel

N = besar populasi

d = tingkat signifikan (d=0,05)

jadi untuk menghitung besar sampel dalam penelitian adalah :

𝑛 =1 + 𝑁 (𝑑)𝑁 2

𝑛 =1 + 33 (0,05)33 2

𝑛 =1 + 33 ( 0,0025)33

𝑛 =1 + 0,082533

𝑛 =1,082533

𝑛 = 30,48 = 30

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian lanjut usia 60-74 tahun

bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak

sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar

asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30 orang.

4.4.3Sampling

Sampling adalah proses menyeleksi porsi dari populasi untuk dapat

mewakili populasi (Nursalam, 2017). Teknik pengambilan sampel pada

penelitian ini adalah probability sampling dengan jenis simple random

sampling. Untuk melakukan sampling jenis ini dengan menuliskan nama

(57)

4.5 Kerangka kerja

Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan Identifikasi Masalah

Populasi

Semua lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 33 orang

Sampel

Sebagian lanjut usia 60-74 tahun bersedia menjadi responden, mengalami peningkatan kadar asam urat, tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan tertentu yang dapat menurunkan kadar asam urat di Posyandu Lansia Desa Sepanyul sebanyak 30 orang.

Sampling

Simple random sampling

Pengumpulan data

Dengan mengukur kadar asam urat pada responden

Pra

Editing, Coding, Skoring, Tabulating

Penyusunan Laporan Akhir Penyusunan Proposal

Rancangan Penelitian

Analitik Pra-eksperimental dengan One-group pre-post test design

Penyajian Data Analisis Data

(58)

4.6 Identifikasi variabel

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai

berbeda terhadap sesuatu seperti benda, manusia (Soeparto, dkk. 2000 dalam

Nursalam, 2017). Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat,

atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan dari satuan penelitian

(Notoatmodjo, 2010). Variabel terdapat 2 jenis yaitu :

1. Variabel independen (bebas)

Variabel independen sering disebut sebagai variabel bebas. Variabel

bebas adalah variabel yang mempengaruhi sehingga timbul variabel

dependen (Hidayat, 2017). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah

pemberian air rebusan daun salam.

2. Variabel dependen (terikat)

Variabel dependen atau variable terikat adalah variabel yang

dipengaruhi oleh variabel bebas (Hidayat, 2017). Variabel ini bergantung

pada variabel bebas terhadap perubahan yang terjadi. Variabel terikat

(59)

4.7 Definisi operasional

Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang

diamati (di ukur) dari sesuatu yang didefinisikan tersebut (Nursalam, 2017).

Definisi operasional pada penelitian ini dapat dilihat pada table 4.2.

Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul.

Variabel Definisi operasional

Parameter Alat ukur Skala Skor dan kriteria

(60)

4.8 Pengumpulan dan analisis data 4.8.1Bahan dan alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa daun salam sebanyak 7

lembar, air 700 ml, alcohol swab dan stik uric acid. Sedangkan alat yang

digunakan dalam penelitian panci, gelas ukur, kompor, GCU (Glucose,

Cholesterol, Uric Acid), lembar observasi, bolpoint.

4.8.2Instrumen

Instrumen penelitian adalah alat-alat yang digunakan untuk

pengumpulan data. Instrumen digunakan untuk mendapatkan data yang

relevan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2010). Pada penelitian ini

instrumen yang digunakan variabel kadar asam urat adalah lembar observasi

pengukuran kadar asam urat dari hasil pemeriksaan asam urat menggunakan

GCU pada responden sebelum dan sesudah pemberian air rebusan daun

salam.

4.8.3Prosedur penelitian

Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Melakukan identifikasi masalah yang ingin diteliti dan mengajukan tema

dan judul kepada pembimbing

2. Menyusun proposal penelitian

3. Mengurus surat pengantar penelitian dari STIKES ICME Jombang yang

ditujukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

4. Mengajukan ijin penelitian kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang

(61)

5. Melakukan studi pendahuluan dan melakukan wawancara di Puskesmas

Blimbing Jombang.

6. Melengkapi proposal penelitian sampai dengan pelaksanaan ujian

proposal penelitian

7. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian yang akan

dilakukan dan bila bersedia menjadi responden dipersilahkan untuk

menandatangani informed consent

8. Menjelaskan kepada responden tentang pemeriksaan kadar asam urat

9. Melakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU pada responden

sebelum diberikan air rebusan daun salam

10.Responden diminta untuk minum air rebusan daun salam yang disediakan

peneliti sebanyak 7x dalam 7 hari (setiap hari)

11.Setelah pemberian air rebusan daun salam selam 7 kali dalam 7 hari

dilakukan pemeriksaan kadar asam urat dengan GCU

12.Setelah data yang dibutuhkan terkumpul maka dilakukan pengumpulan

data kemudian melakukan pengolahan data dan melakukan analisa data

13.Terakhir dilakukan penyusunan laporan hasil penelitian

4.8.4Cara analisis data

1. Editing

Editing adalah kegiatan pengecekan dari hasil yang telah di tulis

dilembar observasi (Notoatmodjo, 2010). Dalam penelitian ini akan

dilakukan editing setelah data dikumpulkan diperiksa dengan segera

berkenaan dengan ketepatan dan kelengkapan pengisian lembar observasi.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka konseptual pengaruh pemberian air rebusan daun salam
Tabel 4.1 One-group pre-post test design
Gambar 4.1 Kerangka kerja pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul
Tabel 4.2 Definisi operasional pengaruh pemberian air rebusan daun salam terhadap penurunan kadar asam urat pada lansia di Posyandu Lansia Desa Sepanyul
+4

Referensi

Dokumen terkait

Menurut hasil penelitian yang dilakukan penulis adapun pengertian tentang SAHARA yaitu Simpanan Hari Raya Idul Fitri, adalah produk simpanan di KSPPS El Amanah

Berdasarkan tabel tersebut, diketahui bahwa koefisien korelasi (R) sebesar 0,586 yang berarti secara bersama-sama, variabel konsep diri dan kebutuhan berafiliasi memiliki

Hal ini membuktikan bahwa dengan melakukan proses impregnasi logam ke dalam lempung dapat memperbesar luas permukaan katalis, Namun pada penggunaan logam La 2%

Tujuan dari analisis dan perancangan sistem basisdata ini adalah untuk meningkatkan kinerja dan kualitas perusahaan, serta memberikan kemudahan dalam memperoleh informasi

Kekerasan adalah setiap perbuatan terhadap Anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran,

Dengan teori ekonomi politik terutama siklus politik anggaran model Rogoff dan Sibert (1988) yang menegaskan bahwa pemilih lebih memilih politisi dan membentuk ekspektasi

Tumbuhan air makrofita yang ditemukan di Perairan Rawa Danau Panggang ada 11 jenis, dengan 3 jenis diantaranya merupakan pakan yang disukai oleh kerbau rawa (Bubalus

Guru harus berakhlak mulia yang sesuai dengan ajaran Islam, seperti yang dicontohkan oleh pendidik utama, Nabi Muhammad saw diantara akhlak mulia guru adalah