• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Studi Di RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Studi Di RSUD Jombang) - STIKES Insan Cendekia Medika Repository"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

i

i

SKRIPSI

HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS

DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Di RSUD Jombang)

EVFA ARNICSTIAN 143210119

PROGRAM STUDI S-1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIA JOMBANG

(2)

ii

ii

SKRIPSI

HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS

(Di RSUD Jombang)

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada program Studi S1 Ilmu Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

Insan Cendekia Medika Jombang

EVFA ARNICSTIAN

14.321.0119

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

(3)

iii

iii

PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : EVFA ARNICSTIAN

NIM : 143210119

Jenjang : Sarjana

Institusi : Prodi S1 Keperawatan STIKes ICME Jombang

Menyatakan bahwa naskah skripsi ini secara keseluruhan adalah hasil penelitian atau karya saya sendiri, kecuali pada bagian-bagian yang di rujuk dari sumbernya.

Jombang, 25 September 2018

Saya yang menyatakan

(4)

iv

(5)

v

v

PERSETUJUAN SKRIPSI

Judul :HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK

PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS (Di RSUD Jombang)

Nama Mahasiswa :Evfa Arnicstian

NIM : 143210119

TELAH DISETUJUI KOMISI PEMBIMBING

PADA TANGGAL ...

Mengetahui,

Ketua Stikes

Imam Fatoni,SKM.,MM NIK. 03.04.022

Ketua Program Studi

Inayatur Rosyidah,S.Kep.,Ns.,M.Kep NIK.04.05.053

Pembimbing Utama

Hidayatun Nufus,SsiT.,M.Kes NIK.02.03.014

Pembimbing Anggota

(6)

vi

vi

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

Proposal ini diajukan oleh :

Nama Mahasiswa : Evfa Arnicstian

NIM : 143210119

Program Studi : S1 Ilmu Keperawatan

Judul : HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK

PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN

FLEBITIS

( Di RSUD Jombang)

Telah berhasil dipertahankan dan diuji dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan pada

Program Studi S1 Ilmu Keperawatan

Komisi Dewan Penguji,

Ketua Dewan Penguji : Sri Sayekti,S.Si.M.Ked ( )

Penguji 1 : Hidayatun Nufus SSiT.M.,Kes ( )

Penguji 2 : Dwi Prasetyaningsih S.Kep.,Ns.M.Kep ( )

(7)

vii

vii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jember pada tanggal 09 Juni 1996 dengan jenis kelamin perempuan.

Riwayat pendidikan, Pada tahun 2008 penulis lulus dari SDN Kasiyan 01 Kecamatan Puger Kabupaten Jember, kemudian penulis melanjutkan ke SMP Sultan Agung lulus Tahun 2011 Kecamatan Puger Kabupaten Jember setelah itu menempuh pendidikan SMA di SMA Satya Dharma Kecamatan Balung

Kabupaten Jember tamat tahun 2014.

Tahun 2014 sampai sekarang penulis mengikuti pendidikan Prodi S1 Keperawatan di STIKES ICME Jombang.

Demikian riwayat hidup ini saya buat dengan sebenarnya.

Jombang, 25 September 2018

Penulis

(8)

viii

viii

MOTTO

“Orang-Orang Yang Sukses Telah Belajar Membuat Diri Mereka Melakukan Hal Yang Harus Dikerjakan Ketika Hal Itu Memang Harus Dikerjakan, Entah Mereka

Menyukainya Atau Tidak”

(9)

ix

ix

PERSEMBAHAN

Seiring doa dan puji syukur aku persembahkan skripsi ini untuk :

1. Allah SWT, karena atas ijin dan karunia-Nya maka skripsi ini dapat dibuat dan

selesai pada waktunya. Puji syukur yang tak terhingga kepada Allah SWT

yang meridhoi dan mengabulkan segala doa.

2. Bapak dan ibuku tersayang, yang telah memberikan dukungan moril maupun

materil serta doa yang tiada henti untuk kesuksesan saya, karena tiada kata

seindah lantunan doa dan tiada doa yang paling khusuk selain doa yang

terucap dari orang tua.

3. Bapak dan Ibu Dosen pembimbing, penguji dan pengajar, yang selama ini

telah tulus dan ikhlas meluangkan waktunya untuk menuntun dan

mengarahkan saya, memberikan bimbingan dan pelajaran yang tiada ternilai

harganya. Terima kasih banyak Bapak dan Ibu dosen, jasa kalian akan selalu

tertanam dihati.

4. Saudara saya (om dan Kakak sepupu) yang senantiasa memberikan dukungan,

semangat, senyum, dan doanya untuk keberhasilan ini, cinta kalian adalah

memberikan kobaran semangat yang menggebu, terima kasih dan sayangku

untuk kalian. Semoga kita kelak dapat membahagiakan orang tua.

5. Teman sehidup, semati, seperjuangan, sependeritaan (S1 Ilmu Keperawatan

kelas 8C), tanpa semangat, dukungan dan bantuan kalian semua tak akan

mungkin sampai disini, terima kasih untuk canda, tawa, tangis dan perjuangan

yang kita lewati bersama dan terima kasih untuk kenangan manis yang telah

(10)

x

x

semua dan semoga apa yang kita inginkan dapat segera terwujud semua.

Semangat !!!

6. Sahabat-sahabatku tersayang Kost B29 (Ayun, Anggun, Novita, Septi ) Kost

Elit (Karin, Yeni, Niki, Eni, Elis, Ayik, Puput, Rumatul dan Yumnun) kost

hello kitty (laila dan laili), Terima kasih atas segala dukungan, semangat,

motivasi, serta ke konyolannya selama ini. Terima kasih canda, tawa dan

cerita – cerita yang selalu bikin baper. Kalian tidak hanya sekedar teman,

sahabat tapi telah menjadi keluarga kedua bagi saya , terima kasih untuk

kebersamaan selama ini. Semoga kesuksesan selalu bersama kita di manapun

kita berada dan semoga yang pengen cepet nikah dapat disegerakan, biar gak

ngomongin nikah terus. Jangan pernah lupakan kenagan-kenangan indah di

kost B29. Sayang kalian semua.

7. Buat semua pihak yang telah membantu sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik.

Akhir kata, semoga skripsi ini membawa manfaat. Betapa pun

pahitnya sebuah proses, tapi dengannya saya belajar dan memahami banyak

hal. Dengan segala syukur yang tak terhingga serta bahagia yang memecah,

(11)

xi

xi

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian

Flebitis”( Studi di RSUD Jombang )” ini dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan proposal ini penulis telah banyak mendapat

bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada yang terhormat H.imam Fatoni, S.KM.,MM selaku ketua STIKes ICME

Jombang, ibu Inayatur Rosyidah, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku Kaprodi S1

Keperawatan, Ibu Hidayatun Nufus, SSiT.M.,Kes selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan serta motivasi kepada penulis sehingga terselesaikannya

proposal ini, ibu Dwi Prasetyaningati, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku pembimbing II

yang telah rela meluangkan waktu, tenaga serta pikirannya demi terselesaikannya

proposal ini. Direktur RSUD Jombang yang telah memberikan ijin penelitian.

Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materil

selama menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia

Medika Jombang hingga terselesaikannya proposal ini, serta semua pihak yang

tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu, yang telah memberikan dorongan dan

bantuannya dalam penyusunan proposal ini, dan teman-teman yang ikut serta

memberikan kritik, saran dan semangat sehingga penelitian ini terselesaikan tepat

waktu. Semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala amal yang telah

(12)

xii

xii

Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari

sempurna, untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi

kesempurnaan laporan penelitian ini.

Jombang, 25 September 2018

(13)

xiii

xiii

ABSTRAK

HUBUNGAN TINDAKAN TEKNIK ASEPTIK PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS

(Studi Di RSUD Jombang) Oleh

EVFA ARNICSTIAN 14 321 0119

Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapat pasien setelah 3X24 jam dilakukan perawatan. Infeksi nosokomial flebitis berkaitan dengan tindakan invsif, seperti pemasangan infus. Kejadian flebitis pada tahun 2018 tribulan 1 yaitu Januari, Februari dan Maret terdapat 52 pasien yang terjadi flebitis. Penelitian ini bertujuan u ntuk mengetahui hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang

Desain penelitian adalah penelitian korelasi dengan pendekatan cohort. Populasi semua pasien baru dengan rata-rata 100 pasien /hari yang rawat inap di RSUD Jombang. Sampelnya sebagian pasien baru yang rawat inap di RSUD Jombang yang memenuhi kriteriasebanyak 41 orang. Tekhnik sampling menggunakan consecutive

sampling. Variabel independen tindakan teknik aseptik pemasangan infus dan

variabel dependennya kejadian flebitis. Instrumen penelitian menggunakan observasidengan pengolahan data Editing, Coding, scoring, Tabulating dan analisa data menggunakan uji chi square.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya dari yang melakukan tindakan teknik aseptik yaitu sebanyak 36 orang yang melakukan tindakan teknik aseptik dan hampir seluruhnya responden tidak terjadi flebitis yaitu dengan jumlah 37 responden (90%). Hasil uji statistik chi square diperoleh angka signifikan dengan nilai p<0,05 yaitu p=0,000 atau h1 diterima.

Kesimpulan penelitian ini ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang.

(14)

xiv

xiv

ABSTRACTION

THE RELATIONSHIP OF INFUS INSTALLATION TECHNIQUES ACTION

WITH FLEBITICAL EVENTS

(Study at RSUD Jombang)

By

EVFA ARNICSTIAN 14 321 0119

Nosocomial infection is an infection obtained by the patient after 3X24 hours of treatment. Phlebitis nosocomial infections are associated with invasive measures, such as infusion. Phlebitis events in 2018 tribulan 1 namely January, February and March there were 52 patients who had phlebitis. This study aims to determine the relationship between aseptic techniques of infusion and the

incidence of phlebitis in Jombang Hospital

The research design correlational research with cohort approach. The population of all new patients with an average of 100 patients / day who were hospitalized in Jombang Hospital. The sample was some new patients who were hospitalized at Jombang Hospital which met the criteria of 41 people. The sampling technique uses consecutive sampling. The independent variable is the action of aseptic infusion technique and the dependent variable is the incidence of phlebitis. The research instrument used observation with data processing Editing, Coding, scoring, tabulating and analyzing data using chi square test

The results showed that almost all of those who took aseptic engineering actions were 36 people who took aseptic techniques and almost all of them did not have phlebitis, namely 37 respondents (90%). Chi square statistical test results obtained significant numbers with p <0.05, p = 0.000 or h1

The conclusion of this study is the relationship between aseptic techniques of infusion and the incidence of phlebitis in Jombang Hospital

(15)

xv

xv

DAFTAR ISI

SAMPUL LUAR ... i

SAMPUL DALAM ... ii

PERNYATAAN KEASLIAN ... iii

PERNYATAAN BEBAS PLAGIASI ... iv

PERSETUJUAN SKRIPSI ... v

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teknik Aseptik ... 6

2.3 Standar Operasional Prosedur Pemasangan Infus ... 7

(16)

xvi

xvi

2.5 Penelitian Yang Relevan ... 18

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESISI PENELITIAN 3.1 Kerangka Konseptual. ... 21

3.2 Hipotesisi Penelitian ... 22

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian ... 23

4.2 Waktu Dan Tempat Penelitian ... 24

4.3 Populasi, Sampel, Dan Sampling ... 24

4.4 Jalannya Penelitian ... 28

4.5 Identifikasi Variabel ... 29

4.6 Definisi Operasional... 29

4.7 Pengumpulan Data dan Analisa Data ... 31

4.8 Etika Penelitian ... 36

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Penelitian ... 37

5.2 Pembahasan ... 44

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 49

(17)

xvii

xvii

DAFTAR TABEL

4.1 Definisi Operasional ... 29

5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang melakukan pemasangan infus . 38 5.2 Distribusi Frekuensi umur yang melakukan pemasangan infus ... 39

5.3 Distribusi Frekuensi pendidikan yang melakukan pemasangan infus ... 39

5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 40

5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia ... 40

5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan ... 41

5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan ... 41

5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus ... 42

5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Flebitis ... 42

(18)

xviii

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gb. 3.1 Kerangka Konseptual ... 21

(19)

xix

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat dari Perpustakaan Lampiran 2 Surat Pengantar Penelitian Lampiran 3 Surat Balasan Penelitian

Lampiran 4 Lembar Permohonan Menjadi Responden Lampiran 5 Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 6 Lembar Observasi

Lampiran 7 Tabulasi Data Lampiran 8 Hasil Uji Statistik

Lampiran 9 Hasil Uji Validasi Observasi Lampiran 10 Lembar Konsultasi

(20)

xx

xx

DAFTAR LAMBANG DAN SINGKATAN

1. H1/H0 : Hipotesis alternatif

2. % : Persentase

3. α : Alpha

4. N : Jumlah populasi

5. n : Jumlah sampel

6. P : Nilai yang didapat

7. f : Skor yang didapat

8. x : Perkalian

9. > : Lebih besar

10. x : Skor jawaban yang akan diubah dalam bentuk T skor

11. x : rata-rata skor dari kelompok 12. s : Deviasi standar skor kelompok

DAFTAR SINGKATAN

1. STIKES : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan

(21)

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Flebitis merupakan infeksi nosokomial yang berasal dari

mikroorganisme yang dialami pasien yang diperoleh selama pasien tersebut

dirawat di rumah sakit, yang diikuti dengan manifestasi klinis yang

sekurang-kurangnya 3x24 jam (Darmadi, 2008). Flebitis merupakan inflamasi vena

yang disebabkan oleh iritasi kimia maupun mekanik. Hal ini

dikarakteristikkan dengan adanya daerah yang memerah dan hangat disekitar

daerah penusukkan atau sepanjang vena, dan pembengkakan (Brunner &

Suddarth, 2013). Flebitis menjadi indikator mutu pelayanan minimal rumah sakit dengan standar kejadian ≤ 1,5% (Depkes RI, 2008). Banyak faktor yang

menyebabkan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus. Salah satu

diantara faktor yang perlu diperhatikan yaitu teknik aseptik atau kesterilan

sewaktu pemasangan infus.

Didapatkan data dari tim IPCN (Infection Prevention Control Nurse)

pengendali infeksi nosokomial di rumah sakit, pada Tahun 2015 ditemukan

kasus rata-rata kejadian flebitis setiap bulannya sebanyak 28 kasus atau

sekitar 5,9%. Sedangkan data kejadian flebitis selama 6 bulan terakhir di

Tahun 2016 bervariasi yakni bulan Januari 2016 sebanyak 24 kasus dari 506

pasien (4,7%). bulan Februari 2016 sebanyak 39 kasus dari 480 pasien

(8,1%). bulan Maret 2016 sebanyak 40 kasus 530 pasien (7,5%) bulan April

2016 sebanyak 31 kasus dari 482 pasien (6,4%). bulan Mei 2016 sebanyak 31

(22)

2

2

pasien (6,5%). Menurut peneliti Rizky w, 2014 berjudul hubungan antara

jenis cairan dengan kejadian flebitis di Rumah Sakit Islam Ibnu Sina

Payakumbuh melalui observasi peneliti terhadap 6 orang perawat pelaksana

pada 2 ruang rawat diambil secara acak, terlihat 2 orang perawat sudah

melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah tindakan pemasangan infus dan

4 orang perawat lagi belum melakukan hal tersebut diatas dan hanya

melakukan cuci tangan sesudah melakukan tindakan pemasangan infuse. Dan

hasil wawancara dengan kepala ruangan penyakit dalam juga diperoleh

informasi bahwa infeksi nosokomial yang banyak terjadi diruangannya yaitu

flebitis yang merupakan komplikasi dari pemasangan infus. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan oleh Rizky, 2014 didapatkan hasil bahwa

responden yang mengalami flebitis dengan cairan hipertonik sebanyak 13

orang (54%) dan cairan isotonic sebanyak 7 orang (10%). Hal ini menyatakan

terdapat hubungan antara jenis cairan dengan kejadian flebitis.

Berdasarkan studi pendahuluan, didapatkan rekapitulasi kejadian

flebitis di RSUD Jombang tahun 2017 terdapat 149 pasien yang terjadi

flebitis (1,11 %). Pada tahun 2018 tribulan 1 yaitu Januari, Februari dan

Maret terdapat 52 pasien yang terjadi flebitis dan terdapat jumlah perawat

yang bekerja di IGD RSUD Jombang sebanyak 28 orang.

Pemasangan infus perlu diperhatikan teknik aseptik dan disenfektan

sebelum penusukan kanule intra vena pada daerah sekitar penusukan dengan

kapas alcohol 70% serta kesterilan alat-alat yang digunakan akan berperan

penting untuk nmenghindari komplikasi peradangan vena, seperti: cuci

(23)

3

3

penusukan (brunner dan suddart 2013). Adanya bakterial flebitis bisa

menjadi masalah yang serius sebagai predisposisi komplikasi sistemik yaitu

septicemia. Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian flebitis bakteri,

antara lain: tehnik cuci tangan yang tidak baik, tehnik aseptik yang kurang

pada saat penusukan, tehnik pemasangan kateter yang buruk, pemasangan

yang terlalu lama. Prinsip pemasangan terapi intravena memperhatikan

prinsip sterilisasi, hal ini dilakukan untuk mencegah kontaminasi jarum

intravena (Rizky w, 2014)

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kepatuhan perawat dalam

menjalankan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis yaitu

disenfektan sebelum penusukan kanule intra vena dan melakukan cuci tangan

sebelum dan sesudah melakukan tindakan pemasangan infus, dengan masih

tingginya angka kejadian flebitis yang berada diatas angka standar yang telah ditetapkan Depkes yaitu ≤ 1,5% maka penulis tertarik untuk meneliti

Hubungan Kepatuhan Perawat Dalam Menjalankan Teknik Aseptik

Pemasangan Infus dengan Kejadian Flebitis di RSUD Jombang.

1.2 Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan

kejadian flebitis di RSUD Jombang?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tindakan teknik aseptik

(24)

4

4

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3..2.1 Mengidentifikasi tindakan teknik aseptik pemasangan infus di

RSUD Jombang.

1.3.2.2 Mengidentifikasi kejadian flebitis di RSUD Jombang.

1.3.2.3 Menganalisa hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus

dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Sebagai sumbangan pengembangan ilmu pengetahuan khususnya

keperawatan serta dapat menjadi referensi dan landasan penelitian

selanjutnya untuk meniliti aspek lain tentang pemasangan terapi

intravena.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan bahan untuk perbaikan kualitas pelayanan

keperawatan dan tindakan-tindakan keperawatan di RSUD

Jombang

1.4.2.2 Bagi Progam Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Insan Cendekia

Medika Jombang

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan rekomendasi untuk

pembelajaran akademik maupun klinik terkait standar

operasional prosedur tindakan-tindakan keperawatan khususnya

(25)

5

5

1.4.2.3 Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan untuk

meneliti aspek lain tentang pemasangan terapi intravena di

Rumah Sakit, sehingga dapat membuka wawasan dan ikut

berperan dalam menekan angka kejadian-kejadian infeksi

(26)

6

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teknik Aseptik 2.1.1 Pengertian teknik aseptik

Teknik aseptik adalah metode yang digunakan untuk mencegah

infeksi nosokomial (James, dkk 2008). Teknik aseptik ini digunakann

pada setiap prosedur dan peralatan invasive seperti kateter urin. Prosedur

ini harus dilaksanakan pada tempatnya untuk meminimalkan resiko

infeksi, diperkirakan 30% infeksi nosokomial dapat dicegah. Pedoman

nasional di inggris untuk mencegah dan mengontrol infeksi nosokomial

telah dikeluarkan pada tahun 2001.

2.1.2 Jenis teknik aseptik

Ada dua jenis teknik aseptik yang digunakan dalam praktek

keperawatan, yaitu aseptic medis dan aseptik bedah :

1. Aseptik medis

Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan

untuk mengurangi jumlah mikroorganisme disuatu objek serta

menurunkan kemungkinan penyebaran dari mikroorganisme tersebut.

Aseptik medis sangat penting untuk diterapkan saat merawat individu

yang rentang terhadap infeksi baik karena penyakitnya, pembedahan

atau karena immunosupresi. Suatu objek dikatakan terkontaminasi

bila objek tersebut menjadi tidak steril atau bersih, dalam aseptik

(27)

atau objek dicurigai mengandung kuman pathogen misalnya tempat

tidur yang telah dipakai, lantai dan kasa basah yang telah dipakai.

Dalam lingkungan perawatan kesehatan lingkungan, mencuci tangan

merupakan teknik dasar yang paling penting dalam pencegahan dan

pengontrolan penularan infeksi nosokomial.

2. Aseptik bedah

Aseptik bedah atau teknik steril termasuk prosedur yang

digunakan untuk membunuh mikroorganisme. Setelah objek menjadi

tidak steril maka objek tersebut telah terkontaminasi, misalnya

alat-alat perawatan luka yang telah dipakai untuk tersentuh objek yang

tidak steril. Prinsip pada aseptik bedah, suatu objek dinyatakan

terkontaminasi jika disentuh oleh setiap objek yang tidak steril.

Teknik steril sering dilakukan dalam berbagai tindakan keperawatan

diruang keperawatan, seperti dalam perawatan luka operasi

(mengganti balutan).

2.2 Standar Operasional Prosedur (SOP) Pemasangan Infus 2.2.1 Pengertian SOP pemasangan infus

SOP adalah pedoman tertulis yang digunakan mendorong unit

kerja untuk mencapai suatu tujuan atau tata cara yang telah dibakukan

untuk menyelesaikan suatu proses kerja. SOP infus adalah suatu cara

(28)

2.2.2 Tujuan SOP Pemasangan Infus

Tujuan SOP pemasangan infus antara lain :

a. Petugas/ pegawai menjaga konsistensi dan tingkat kinerja petugas/

pegawai atau tim dalam organisasi atau unit kerja.

b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap-tiap posisi dalam

organisasi.

c. Memperjelas alur tugas, wewenang dan tanggung jawab dari

petugas/pegawai terkait.

d. Melindungi organisasi/unit kerja dan petugas dari malpraktek atau

kesalahan administrasi lainnya.

e. Untuk menghindari kesalahan, duplikasi dan inefisiensi.

2.2.3. Fungsi SOP Pemasangan Infus

Fungsi SOP antara lain :

a. Memperlancar tugas petugas atau unit kerja.

b. Sebagai dasar hukum bila terjadi penyimpangan.

c. Mengetahui dengan jelas hambatan-hambatannya dan mudah dilacak.

d. Mengarahkan petugas untuk disiplindalam bekerja.

2.2.4. Kapan SOP diperlukan

a. SOP harus sudah ada sebelum suatu pekerjaan dilakukan.

b. SOP digunakan untuk menilai apakah pekerjaan tersebutsudah

dilakukan dengan baik atau tidak.

c. Uji SOP sebelum dijalankan, lakukan revisi jika ada perubahan

(29)

2.2.5. Keuntungan adanya SOP

a. SOP yang baik akan menjadi pedoman bagi pelaksana, menjadi alat

komunikasi dan pengawasan serta menjadikan perkerjaan diselesaikan

secara konsisten.

b. Para pegawai akan lebih memiliki percaya diri dalam bekerja dan tahu

apa yang harus dicapai dalam setiap pekerjaan.

c. SOP juga bias dipergunakan sebagai salah satu alat training dan bias

digunakan untuk mengukur kinerja pegawai.

2.3 Konsep Dasar Flebitis 2.3.1 Pengertian Flebitis

Flebitis merupakan infeksi nosokomial yaitu infeksi oleh

mikroorganisme yang dialami oleh pasien yang diperoleh selama

dirawat di rumah sakit di ikuti dengan manifestasi klinis yang muncul

sekurang-kurangnya 3X24 jam. (Darmadi, 2008).

Flebitis merupakan peradangan pada dinding vena yang

disebabkan karena iritasi kimia, bakteri maupun mekanik yang

ditandai dengan nyeri, kemerahan, dan bahkan sampai timbul

bengkak lokal sekitar area penusukan.

Secara sederhana flebitis didefinisikan sebagai peradangan vena,

flebitis berat hampir selalu di ikuti bekuan darah atau thrombus pada

vena yang sakit. (Darmawan, 2008).

2.3.2 Klasifikasi Flebitis

Flebitis dibedakan berdasarkan penyebabnya ada 4 kategori

(30)

a. Chemical Flebitis ( flebitis kimia)

Peradangan pada tunika intima yang disebabkan oleh jenis cairan

dan bahan kateter yang digunakan. Jenis larutan yang

konsentrasinya atau kepekatannya tinggi seperti glucose, asam

amino, dan lipid bersifat flebitogenik. Jenis larutan dikategorikan

larutan isotonik, hipotonik. Larutan isotonic merupakan larutan

yang osmolaritasnya antara 280-310 mOsm/L, dikatakan hipotonik

apabilara larutan yang osmolaritasnya kurang dari 280-310

mOsm/L sedangkan hipertonik apabila larutan tersebut

osmolaritasnya lebih dari 280-310 mOsm/L.

b. Mechanical Flebitis (flebitis mekanik)

Terjadinya peradangan pada pembuluh darah vena yang

disebabkan oleh tempat atau lokasi penusukan yang salah dan

peggunaan ukuran kateter yang besar pada pembuluh darah vena

yang kecil menimbulkan iritasi pada vena.

c. Bakkterial Flebitis (flebitis bakteri)

Flebitis bakteri adalah peradangan vena yang berhubungan dengan

adanya kolonisasi bakteri. Flebitis bakteri disebabkan oleh bakteri

yaitu berasal dari teknik aseptik yang kurang dari keterampilan

perawat dalam memasang infuse.

Faktor-faktor yang berperan dalam kejadian flebitis bakteri antara

lain :

1. Berasal dari teknik aseptik yang kurang dari keterampilan

(31)

2. Teknik aseptik yang kurang sebelum melakukan insersi kanula.

(Malach et al, 2006 dalam Higginson R, 2011).

Menurut Darmawan (2008), penyebab terjadinya flebitis yaitu :

a. Faktor-faktor kimia seperti obat atau cairan yang iritan.

b. Faktor-faktor mekanis seperti bahan, ukuran kateter, lokasi, dan

lama kanule

c. Faktor pasien yang dapat mempengaruhi angka flebitis

mencakup usia, jenis kelamin dan kondisi dasar.

Cuci tangan merupakan hal yang penting untuk mencegah

kontaminasi dari petugas kesehatan dalam tindakan pemasangan

infus. Dalam kewaspadaan universal petugas kesehatan yang

melakukan tindakan invasive harus memakai sarung tangan.

Meskipun telah memakai sarung tangan, teknik cuci tangan yang

baik harus tetap dilakukan dikarenakan adanya kemungkinan

saring tangan robek, dan bakteri mudah berkembang baik

dilingkungan sarung tangan yang basah dan hangat, terutama

sarung tangan yang robek.

d. Post Infus Flebitis

Terjadinya peradangan pembuluh darah vena yang disebabkan

karena adanya pemasangan infus. Peradangan ini muncul 48-96 jam

setelah pemasangan infus.

Faktor yang berperan dengan kejadian flebitis post infus antara lain:

1. Teknik pemasangan kateter yang kurang baik.

(32)

3. Kondisi vena yang kurang baik.

4. Pemberian cairan yang hipertonik atau terlalu asam.

2.3.3 Pencegahan Flebitis

Flebitis sering terjadi pada pemberian terapi cairan dan

pemberian obat melalui intravena. Pengetahuan merupakan faktor

penting untuk mencegah dan mengatasi kejadian flebitis. Ada

banyak hal yang harus diperhatikan untuk mencegah terjadinya

flebitis antara lain :

a. Mencegah flebitis bakterial

Tindakan pencegahan pada flebitis ini adalah dengan mencuci

tangan, teknik aseptik, perawatan pada daerah yang terpasang

infuse serta anti sepsis kulit. Antisepsis bias menggunakan

chlorhexadine 2%, yodium dan alcohol 70%

b. Waspada dan tindakan aseptik

Prinsip aseptik dalam setiap melaksanakan tindakan pemasangan

infus merupakan cara untuk mencegah terjadinya flebitis. Pada

tempat pengambilan sampel darah dan stopcock (persambungan

kateter dengan selang infus) tempat masuknya bakteri.

c. Rotasi kateter

Mengganti tempat rotasi kateter merupakan salah satu cara

mengurangi terjadinya flebitis. Apabila tidak ada kontra indikasi

penggantian kanul kateter lebih dari 72 jam bila lebih dari 72-96

(33)

d. Aseptik dressing

Teknik ini merupakan bagian dari penggunaan balutan yang

transparan sehingga mudah untuk di observasi bila terjadi

pembengkakan dan kemerahan pada daerah lokasi pemasangan

infus.

e. Kecepatan pemberian cairan

Tingkat resiko flebitis ini kecil apabila lambatnya cairan infus

hipertonik yang masuk mengaliri pembuluh darah vena dan

penggunaan ukuran kateter yang sesuai dengan ukuran vena.

Semakin tingkat osmolaritasnya tinggi dan laju kecepatan cairan

yang masuk resiko terjadinya iritasi pada pembuluh darah vena

semakin besar maka dianjurkan dalam memberikan terapi cairan

benar-benar memperhitungkan hitungan tetesan cairan yang

sesuai dengan kebutuhan.

f. Titrable acidity

Titrable acidity adalah mengukur jumlah alkali untuk

menetralkan Ph pada larutan infus, seperti larutan glucose 10%

mengandung ph 4,0 yang tidak menyebabkan perubahan titrable

aciditynya rendah 0,16 mEq/L maka makin rendah titrable

acidity larutan infus makin rendah resiko terjadinya flebitis.

g. Heparin dan hidrokortison

Heparin merupakan cairan yang dapat menambah lama waktu

pemasangan kateter. Pemberian larutan seperti kalium clorida,

(34)

melalui intravena, penggunaan heparin pada larutan yang

mengandung lipid dapat membentuk endapan kalsium sehingga

terjadi penyumbatan pada kateter, penyumbatan kateter dalam

jangka waktu yang lama menimbulkan resiko terjadinya flebitis.

2.3.4 Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Flebitis

a. Faktor Internal

1)Usia

Pertahanan terhadap infeksi dapat berubah sesuai usia,

adanya hubungan usia dengan kejadian flebitis semakin tua usia

pasien maka semakin tinggi kejadian flebitis disebabkan

kemampuan pertahanan tubuh terhadap mikroorganisme semakin

rendah.

Pada usia lanjut (>60 tahun) vena menjadi rapuh, tidak elastis

dan mudah hilang (kolaps) sedangkan pasien pada usia antara 49-59

tidak terjadi flebitis dikarenakan pada usia ini pasien lebih

kooperatif. Pada pasien anak-anak dengan vena kecil dan banyak

bergerak dapat mengakibatkan kateter bergeser hal ini yang bisa

menyebabkan flebitis.

2)Status gizi

Status gizi pasien mempunyai peranan penting, pasien yang

memiliki kerentanan terhadap gizi buruk daya tahan tubuhnya

rendah menimbulkan vena tipis dan mudah rapuh sehingga terjadi

(35)

Untuk menilai keadaan gizi pasien dapat menggunakan rumus Index

Massa Tubuh adalah : Berat Badan (dalam Kg) / Tinggi Badan

(dalam m2).

Kriteria penilaian :

1. Obesitas tipe 1 (25 s/d <30)

2. Obesitas tipe 2 (>=30)

3. Normal (18,5 s/d <23)

4. Underweight (<18,5)

5. Overweight (23 s/d <25)

3)Stress

Respon tubuh terhadap stress dapat mempengaruhi adaptasi

imunitas tubuh. Kecemasan dan ketakutan akan nyeri terhadap

pengobatan yang mendalam cenderung akan menghindari dari

perawatan medis. Dengan menurunnya imun tubuh saat dipasang

infus berisiko terjadi flebitis.

4)Keadaan vena

Vena yang sering terpasang infus dan lama pemasangan

berisiko terjadadi flebitis, terutama pada vena metacarpal karena

pada vena ini tipis dan kecil apabila dimasukkan kateter yang tidak

sesuai dengan ukuran vena maka berisiko terjadi pecahnya

pembuluh darah (flebitis).

5)Faktor penyakit

Penyakit yang diderita pasien dapat mempengaruhi terjadinya

(36)

mengalami aterosklerosis akan mengakibatkan aliran darah ke

perifer berkurang sehingga jika terdapat luka mudah mengalami

infeksi.

6)Jenis kelamin

Adanya hubungan jenis kelamin dengan kejadian flebitis,

sebagian besar pasien yang mengalami flebitis adalah laki-laki

dibandingkan perempuan. Hormone androgen pada laki-laki akan

merangsang kelenjar minyak yang berlebihan sehingga dapat

merangsang pertumbuhan bakteri, bakteri akan tumbuh disekitar

tempat pemasangan infus dan akan menyebabkan pasien terinfeksi

sehingga terjadi flebitis.

7)Kepatuhan pasien

Ketaatan dan kooperatifnya pasien dalam melaksanakan

pengobatan merupakan modal utama untuk proses penyembuhan

misalnya kepatuhan dalam pemasangan infus apabila pasien dalam

penusukan jarum kateter kepembuluh darah vena tidak tegang akan

menurunkan terjadinya pecahnya pembuluh darah vena.

b. Faktor Eksternal

1. Jenis cairan (faktor kimiawi)

Tingkat keasaman (ph) dan osmolaritas cairan infus yang

pekat sering terjadi flebitis dari 19 pasien yang mendapat terapi

intravena cairan isotonic yang mengalami flebitis kategori ringan

sebanyak 10 orang dan pasien yang mendapat cairan hipertonik

(37)

menunjukkan bahwa cairan isotonic osmolaritasnya hampir sama

dengan serum darah sehingga risiko flebitisnya kecil.

2. Lokasi pemasangan (faktor mekanis)

Lokasi pemasangan infus yang berisiko terjadi flebitis adalah

di vena metacarpal karena tempat pemasanga infus yang sering

digunakan adalah di vena superficial yang terletak di dalam

subcutan. 19 pasien yang dipasang infus di vena metacarpal 16

pasien mengalami flebitis hal ini menunjukkan bahwa pemilihan

lokasi vena merupakan hal penting dalam melakukan pemasangan

infus.

3. Aseptik dressing (faktor bakterial)

Teknik aseptik dressing merupakan salah satu cara untuk

terhindar dari flebitis bakterial. Tempat penusukan pemasangan

infus merupakan jalan masuknya kuman sehingga kuman berpotensi

masuk kedalam tubuh dengan melakukan perawatan infus 24 jam

dapat memutus perkembangbiakan kuman.

2.4 Penelitian Yang Relevan

Berbagai penelitian tentang hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan

teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis telah banyak

dilakukan diantaranya :

1. Penelitian yang dilakukan oleh Qomari 2017 berjudul hubungan

pelaksanaan teknik aseptik dalam pemasangan infus dengan kejadian

flebitis Di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT. Rolas Nusantara Medika

(38)

cohort. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah non

probability sampling. Pengambilan sample yang digunakan yaitu

menggunakan teknik purposif sampling dengan jumlah sample 35 pasien

penelitian ini dilakukan di IGD Rumah Sakit Umum Kaliwates PT. Rolas

Nusantara Medika Jember. Hasil penelitian pelaksanaan teknik aseptik

dalam pemasangan infus di Rumah Sakit Kaliwates PT. Rolas Nusantara

Medika Jember didapatkan data bahwa perawat yang melakukan teknik

aseptik sebesar 5,7 % dan yang tidak melakukan sebesar 94,3% pasien yang

mengalami plebitis selama dipasang infus dalam jangka waktu 3 hari

observasi diruang perawatan B dan irna 3 Rumah Sakit Umum Kaliwates

PT Rolas Nusantara Medika Jember yaitu sebanyak 13 orang (37,1%)

sedangkan pasien yang tidak mengalami flebitis yaitu sebanyak 22 orang

(62,9%). Hasil analisis statistik Spearman’s Rho didapatkan nilai p value =

0,276, sehingga Ha ditolak jika p value (0,276) > (0,5). Berdasarkan hasil

uji statistik tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara

pelaksansan teknik aseptik dalam pemasangan infus dengan kejadian

flebitis di Rumah Sakit Umum Kaliwates PT. Rolas Nusantara Medika

Jember. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini dapat dijadikan bahan

evaluasi dan referensi bagi rumah sakit terkait pelaksanaan teknik aseptik

dalam pemasangan infus yang tidak mempunyai hubungan yang signifikan

dengan kejadian flebitis dikarenakan ada faktor lain yang mempengaruhi

kejadian flebitis diantaranya dalah : umur, status nutrisi, stres, keadaan

(39)

2. Penelitian ini dilakukan oleh Sutomo (2011) yang berjudul hubungan

perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus

Di Puskesmas Krian Sidoarjo dengan jenis penelitian ini yaitu analitik

korelasional yaitu mengkaji hubungan antar variabel dengan pendekatan

cohort. Pada penelitian ini populasinya semua pasien Di Puskesmas Krian

Sidoarjo. Instrumen yang digunakan daalm pengumpulan data hubungan

perawat infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus

Di Puskesmas Krian Sidoarjo adalah berupa lembar observasi. untuk

menentukan hubungan perawatan infus dengan terjadinya flebitis pada

pasien yang terpasang infus diklarifikasikan dalam 2 atau lebih maka

digunakan teknik korelasi, uji korelasi yaitu spearman’s rho. Dengan alpa

0,05 dan tingkat kepercayaan 95% signifikasi atau bermakna, apabila p

value <0,05 seluruh pengelolaan data diolah dengan sistem komputerisasi dengan bantuan softwere spss. Dari hasil uji spearman’s rho diatas

diperoleh nilai sig. (2-tailet) atau p value 0,000 (karna p value < 0,05)

maka H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya “ada hubungan perawatan

infus dengan terjadinya flebitis pada pasien yang terpasang infus Di

Puskesmas Krian Sidoarjo “nilai koofisien korelasi spearman sebesar

0,9002" yang artinya menunjukkan bahwa arah korelasi positif dengan

(40)

20

BAB 3

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

3.1Kerangka Konseptual

Kerangka Konseptual adalah suatu uraian dan visualisasi tentang

hubungan atau kaitan antara konsep-konsep atau variabel-variabel yang akan

diamati atau di ukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo,

2012)

Kerangka konsep penelitian dijelaskan seperti gambar 3.1, sebagai

berikut :

Keterangan :

: Diteliti : Hubungan

: Tidak diteliti Jenis teknik aseptik - Aseptik medis - Aseptik bedah 

Tindakan Teknik Aseptik

Tidak

Kejadian Flebitis

faktor-faktor kejadian flebitis 1. faktor internal

(41)

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis Penelitian adalah jawaban sementara penelitian, patokan

duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan di buktikan dalam

penelitian tersebut (Nototmodjo, 2005)

H1 : Ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan

(42)

22

BAB 4

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan cara ilmiah mendapatkan data dengan tujuan

dan kegunaan tertentu. Pada penelitian dengan judul Hubungan Tindakan Teknik

Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis Di RSUD Jombang. Dan

pada bab ini akan di uraikan tentang rancangan penelitian, waktu dan tempat

penelitian, populasi, sampel dan sampling, jalannya penelitian (kerangka kerja),

identifikasi variabel, definisi operasional, pengumpulan data dan analisa data,

etika penelitian.

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah sesuatu yang vital dalam penelitian yang

memungkinkan memaksimalkan suatu kontrol beberapa faktor yang bisa

mempengaruhi validiti suatu hasil (Nursalam,2013).

Penelitan yang digunakan adalah desain penelitian Analitik Korelasi

dengan pendekatan cohort. Analitik Korelasi adalah cara untuk mengetahui

ada atau tidak adanya hubungan variabel. Pendekatan cohort atau sering

disebut penelitian propektif yang merupakan suatu penelitin yang digunakan

untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor resiko dengan efek

melalui pendekatan longitudinal ke depan atau propektif. Artinya, faktor

resiko yang akan dipelajari di identifikasikan terlebih dahulu, kemuadian

diikuti ke depan secara propektif timbulnya efek, yaitu penyakit atau salah

(43)

4.2. Waktu Dan Tempat Penelitian 4.2.1 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai dari perencanaan (penyusunan

proposal) pada bulan Februari sampai dengan Juli 2018. Pengambilan

data pada bulan Mei 2018 di RSUD Jombang.

4.2.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian ini dilakukan di RSUD Jombang.

4.3. Populasi, Sampel Dan Sampling Penelitian 4.3.1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan data yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulan (Sugiyono,2011).

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien baru yang

rawat inap di RSUD Jombang sejumlah 100 /hari.

4.3.2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2011). Sampel dalam

penelitian ini adalah sebagian pasien baru yang rawat inap di RSUD

Jombang dan perawat yangsift pagi hari.

Besar sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan dengan

rumus (Nursalam, 2013) yaitu sebagai berikut:

(44)

Keterangan :

n = Besar sampel

N = Besar populasi

d2 = Tingkat signifikasi ( d = 0,05)

besar populasi 100 orang, maka dapat ditentukan besar sampel

adalah :

n = N 1 + N (d)2

n = 100

1 + 100 (0,05)2

n = 100 1.25

n = 80

Pemilihan sampel ini juga berdasarkan pada kriteria inklusi

dan eksklusi yang ditentukan oleh peneliti yaitu sebagai berikut:

Kriterian inklusi merupakan kriterian dimana subyek

penelitian mewakili sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai

sampel (Notoatmodjo, 2012). Kriteria inklusi dalam penelitian ini

(45)

Kriteria eksklusi merupakan kriteria dimana subyek penelitian

tidak dapat mewakili sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai

sampel penelitian, seperti halnya ada hambatan etis, menolak menjadi

responden atau suatu keadaan yang tidak memungkinkan untuk

dilakukan penelitian (Notoatmodjo, 2012). Kriteria eksklusi dalam

penelitian ini adalah :

Keriteria perawat :

1. Bersedia menjadi responden dengan menandatangani informed

consent.

2. Perawat yang sift pagi hari

3. Perawat yang tidak bersedian menjadi responden

Kriteria pasien :

1. Pasien yang bersedia menjadi responden

2. Pasien dalam keadaan sadar

3. Pasien yang dirawat inap minimal 3 hari

4. Pasien yang menderita penyakit diabetes militus (DM

4.3.3. Sampling

Sampling adalah proses penyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam,2013). Teknik sampling

merupakan cara-cara yang ditempuh dalam pengambilan sampel, agar

memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan keseluruhan

subjek penelitian (Nursalam, 2008)

Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan

(46)

sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian

di masukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu, sehingga

jumlah klien yang diperlukan terpenuhi (Sastroasmoro & Ismail,

(47)

4.4.Jalannya penelitian (Kerangka Kerja)

,

Identifikasi Masalah

Penyusunan Proposal

Populasi

Semua pasien baru dengan rata-rata 100 pasien /hari yang rawat inap di RSUD Jombang

Sampel

Sebagian pasien baru yang rawat inap di RSUD Jombang yang memenuhi kriteria, dari tanggal 24-29 Juli 2018

Rancangan Penelitian

Analitik Korelasi dengan pendekatan Cohort

Pengelolaan Data

Editing, Coding, scoring, Tabulating

Analisa Data

Analisis univariat, Bivariat, Uji chi square

Hasil Penelitian

Laporan Akhir Variabel Independen

Tindakan teknik aseptik Pemasangan infus

Variabel Dependen Kejadian flebitis Sampling

non probability dengan jenis Consecutive sampling

Gambar 4.1.Kerangka kerja penelitian Hubungan Tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang. observasi

(48)

4.5 Identifikasi Variabel

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal

tersebut, kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono,2008).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua variabel, yaitu :

1. Variabel Independen

Variabel independen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebagai

variabel bebas. Variabel bebas adalah variabel yang menjadi sebab

timbulnya atau berubahnya dependen (variabel terikat) (sugiyono,2006).

Variabel independen ini adalah tindakan teknik aseptik pemasangan infus.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen dalam bahasa Indonesia sering disebut sebaagi

variabel terikat. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang

menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiyono,2006). Penelitian

ini dalam variabel dependen adalah flebitis.

4.5.Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah mengindentifikasi variabel secara

operasional berdasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti

untuk melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu

objek atau fenomena. Definisi operasional ditentukan berdasarkan parameter

yang disajikan ukuran dalam penelitian. Sedangkan cara pengukuran

merupakan cara dimana variabel dapat di ukur dan ditentukan

(49)

Tabel 4.1 Operasional penelitian hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang.

No. Variabel Definisi operasional

Parameter Alat

ukur

1. Perawat mencuci tangan sebelum pemasangan infus 2. Perawat memakai

handscoon

3. Perawat melakukan disenfektan daerah yang akan dilakukan 2. kulit kemerahan 3. terjadi odem 4. terjadi bekuan

(50)

4.6. Pengumpulan Data Dan Analisa Data 4.6.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan

oleh peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan

tersebut menjadi sitematis (Arikunto, 2010).

Instrumen untuk penelitian ini adalah hubungan tindakan teknik

aseptik pemasangan infus dengan kejadia flebitis menggunakan

observasi. .

4.6.2. Prosedur Penelitian

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulaan karakteristik subjek yang diperlukan

dalam suatu penelitian (Nursalam,2013).

Prosedur pengumpulan data dengan beberapa tahapan. Berikut

ini merupakan tahapan – tahapan yang dilalui oleh peneliti,

diantaranya sebagai berikut :

Langkah – langkah yang ditempuh dan tekhnik yang digunakan

untuk mengumpulkan data (prosedur penelitian).

1. Menentukan masalah dan mengajukan judul kepada pembimbing

2. Menyusun proposal penelitian

3. Mengurus perizinan penelitian dari ketua STIKES ICME Jombang

4. Mengantar surat izin penelitian kepada Kepala bagian pendidikan

RSUD Jombang.

5. Menurunkan surat izin penelitian dan surat izin dari bagian

(51)

6. Menjelaskan kepada calon responden tentang penelitian yang akan

dilakukan dan bila bersedia menjadi responden diperkenankan

mengisi infromt consent

7. Menjelaskan kepada responden tentang bagaiman pengisian

kuiseoner

8. Pembagian kuesioner kepada responden penelitian untuk diisi

semua daftar pertanyaan yang ada didalamnya

9. Pengambilan kuesioner yang sudah diisi secara lengkap oleh

responden

10.Pengumpulan data dan setelah data terkumpul dilakukan analisa

data

11.Penyusunan laporan data hasil penelitian

4.6.3. Pengolahan Data

Sitem pengolahan data yang digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pemeriksaan data (editing data)

Data yang telah dikumpulkan diperiksa segera mungkin berkenaan

dengan ketepatan dan kelengkapan jawaban, sehingga memudahkan

pengolahan selanjutnya.

2. Pemberian kode (Coding)

Tahap ini mengklasifikasikan data dan memberikan kode untuk

masing-masing kelompok sesuai dengan tujuan dikumpulkannya

data. Pemberian kode dilakukan dengan mengisi kotak tersedia

disebalah kanan kuesioner.

(52)

1. Usia

<50 : 1

50-60 : 2

>65 : 3

2. Pendidikan

S1 keperawatan-Ners : 1

D3 Keperawatan : 2

b. Data umum pasien

1) Usia

<50 : 1

50-60 : 2

>65 : 3

2) Pendidikan

Pendidikan dasar (SD, SMP) : 1

Pendidikan menengah (SMA) : 2

Pendidikan tinggi (Perguruan timggi) : 3

3) Pekerjaan

IRT : 1

Buruh : 2

Swasta : 3

Petani : 4

Wiraswasta : 5

Pegawai Negeri: 6

(53)

1. Pelaksanaan tindakan teknik aseptik pemasangan infus

Tidak melakukan : 0

Melakukan : 1

2. Kejadia flebitis

Tidak flebitis : 0

Flebitis : 1

4. Skoring adalah pemberian nama pada masing-masing jawaban yang

dipilih responden sesuai kriteria instrumen.

5. Tabulasi data (Tabulating)

Untuk memudahkan analisa data maka data dikelompokkan

kedalam tabel kerja, kemudian data dianalisis.

80%-100 % : Seluruhnya dari responden

76 % - 79 % : Hampir seluruhnya dari responden

51 % - 75 % : Sebagian besar dari responden

50 % : Setengahnya dari responden

26 % - 49 % : Hampir setengahnya dari responden

1 % - 25 % : Sebagian kecil dari responden

0 % : Tidak satupun dari responden (Sugiyono, 2009).

4.6.4.Cara Analisa Data

Analisa data dibagi menjadi 2 metode analisa Univariant dan Analisa

Bivariat sebagi berikut:

(54)

Analisa univariant adalah analisis yang dilakukan terhadap tiap

variabel dari hasil penelitian dan pada umumnya dalam analisis ini hanya

menghasilkan distribusi dan presentase dari tiap variabel tanpa membuat

kesimpulan yang berlaku secara umum (generalisasi) (Ghozali, 2011).

Analisis univariant ini dilakukan dengan menggunakan rumus sebagai

berikut (Arikunto, 2007) :

P= F x 100% N

Keterangan :

P : Persentase kategori

F : Frekuensi kategori

N : Jumlah responden

2. Analisa bivariat

Analisa bivariat dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi yang dapat dilakukan dengan penguji

statistik (Notoadmodjo,2010). Analisa bivariat ini dalam penelitian ini

bertujuan untuk menganalisis hubungan tindakan teknik aseptik

pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang,

Pemerintahan Kabupaten Jombang. Berdasarkan acuan tersebut maka

diguanakn teknik uji chi square. Perhitungan dilakukan dengan program

SPSS 16. Dimana p= 0,000 α= 0,05 maka ada hubungan hubungan

tindakan teknik aseptik pemasangan infus, sedangkan p> 0,05 tidak ada

hubungan kepatuhan perawat dalam menjalankan teknik aseptik

(55)

4.7.Etika Penelitian

4.7.1. Lembar persetujuan responden (informed consent)

Lembar persetujuan responden menjadi responden akan diberikan

subjek diteliti menjelaskan terjadi selama dan sesudah pengumpulan

data. Jika calon responden bersedia untuk diteliti, maka mereka harus

menandatangani lembar persetujuan tersebut jika calon responden

menolak untuk diteliti maka penelitian tidak boleh memakai dan

hak-hak klien. Tujuan informed consend adalah agar subjek mengerti

maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

4.7.2. Tanpa nama (Anonymity)

Persetujuan untuk menjaga kerahasiaan responden, peneliti tidak

akan mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data

namun hanya kode dengan memberi nomer urut pada setiap bendel

kuisioner.

4.7.3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Kerahasiaan informasi yang telah dikumpulkan dan kerahasiaan

(56)

36

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini diuraikan hasil penelitian yang dilaksanakan di RSUD

Jombang pada tanggal 24 Juli sejumlah 41 pasien. Hasil penelitian ini

dikelompokkan menjadi tiga bagian yaitu gambaran wilayah penelitian, data

umum dan data khusus. Data umum memuat karakteristik responden

berdasarkan jenis kelamin, usia, pendidikan, dan pekerjaan, Sedangkan data

khusus meliputi tindakan teknik aseptik pemasangan infus, kejadian flebitis

dan hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian

flebitis.

5.1. Hasil Penelitian

5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah sakit ini terletak di Jl. KH. Wahid Hasyim No. 52,

Kepanjen, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Tangga 16 April 1978 resmi berdiri dengan klasifikasi RS Type C. Rumah

sakit umum daerah yang berada di kabupaten Jombang, yang terdiri dari

VIP, kelas I, kelas II, dan kelas III serta juga menerima pasien dengan

BPJS.

Sampel dalam penelitian ini menggunakan Consecutive sampling

yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi

kriteria penelitian di masukkan dalam penelitian sampai kurun waktu

(57)

penelitian ini sebanyak 41 tindakan pemasangan infus dengan

menggunakan kriteria inklusi.

Penelitian ini dilakukan mulai tanggal 24 Juli s.d 28 Juli 2018,

setiap hari peneliti mendapatkan 20-25 responden yang terpasang infus,

peneliti melakukan observasi pada pasien yang terpasang infus diruang

perawatan mulai dari ruang UGD, ruang dahlia, ruang asoka, ruang

cempaka dan ruang VIP graha waluya.

5.1.2. Data Umum

1. Jenis kelamin yang melakukan pemasangan infus

Karakteristik jenis kelamin yang melakukan pemasangan infus

dikategorikan menjadi dua golongan yaitu laki-laki dan perempuan

yang dapat dilihat pada table 5.1.

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang melakukan pemasangan infus di RSUD Jombang pada tangga 24 juli tahun 2014

No Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Laki-Laki 1 13

2 Perempuan 7 88

Total 100

Sumber: data primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.1 menunjukkan bahwa sebagian besar

yang melakukan pemasangan infus berjenis kelamin perempuan yaitu

(58)

2. Umur yang melakukan pemasangan infus

Karakteristik Umur yang melakukan pemasangan infus

dikategorikan menjadi tiga golongan yaitu usia <50 tahun, 50-60 dan

usia >65 tahun yang dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi umur yang melakukan pemasangan infus di RSUD Jombang Pada Tanggal 24 Juli Tahun

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.2 menunjukkan bahwa sebagian besar

yang melakukan pemasangan infus adalah usia <50 Tahun sebanyak 7

orang (88%).

3. Pendidikan yang melakukan pemasangan infus

Karakteristik Pendidikan yang melakukan pemasangan infus

dikategorikan menjadi dua golongan yaitu D3 Keperawatan dan S1

Keperawatan Ners yang dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi pendidikan yang melakukan pemasangan infus di RSUD Jombang Pada Tnggal 24 Juli Tahun 2018.

No Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 D3 Keperawatan 7 88

2 S1 Keperawatan-Ners 1 13

Total 100

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.3 dapat diketahui bahwa hampir

seluruhnya yang melakukan pemasangan infus berpendidikan D3

(59)

4. Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dikategorikan

menjadi dua golongan yaitu laki-laki dan perempuan yang dapat dilihat

pada table 5.4.

Table 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada pasien di RSUD Jombang pada tangga 24 juli tahun 2014

No Jenis kelamin Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Laki-Laki 16 39

2 Perempuan 25 61

Total 41 100

Sumber : data primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.4 menunjukkan bahwa sebagian besar

dari responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 25

responden (61%).

5. Karakteristik responden berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan usia dikategorikan menjadi

tiga golongan yaitu usia <50 tahun, 50-60 dan usia >65 tahun yang

dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia pada pasien di RSUD Jombang Pada Tanggal 24 Juli Tahun

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.5 menunjukkan bahwa hampir setengah

(60)

6. Karakteristik responden berdasarkan Pendidikan

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan dikategorikan

menjadi tiga golongan yaitu Pendidikan Dasar, Pendidikan Menengah,

dan Pendidikan Tinggi yang dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan pada pasien di RSUD Jombang Pada Tnggal 24 Juli Tahun 2018.

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa hampir

seluruhnya responden berpendidikan Dasar sebanyak 28 responden

(68%).

7. Karakteristik responden berdasarkan Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan dikategorikan

menjadi enam golongan yaitu ibu rumah tangga (IRT), buruh, swasta

petani, wiraswasta, dan PNS yang dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan pada pasien di RSUD Jombang Pada Tnggal 24 Juli Tahun 2018.

No Pekerjaan Frekuensi (f) Persentase (%)

1 IRT 17 41

(61)

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwa hampir setengah

dari responden yaitu IRT sebanyak 17 responden (41%).

5.1.3. Data Khusus

1. Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus

Karakteristik responden berdasarkan tindakan teknik aseptik

pemasangan infus dikategorikan menjadi dua golongan yaitu

melakukan dan tidak melakukan yang dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Pada Tnggal 24 Juli Tahun 2018.

No Teknik Aseptik Frekuensi (f) Persentase (%)

1 Tidak melakukan 5 12

2 Melakukan 36 88

Total 41 100

Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hampir

seluruhnya dari responden melakukan tindakan teknik aseptik yaitu

sebanyak 36 responden (88%)

2. Kejadian Flebitis

Karakteristik responden berdasarkan kejadian flebitis

dikategorikan menjadi dua golongan yaitu terjadi flebitis dan tidak

terjadi flebitis yang dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Kejadian Flebitis Pada Tanggal 24 Juli Tahun 2018.

No Flebitis Frekuensi (f) Persentase (%)

1 tidak terjadi 37 90

2 Terjadi 4 10

Total 41 100

(62)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat diketahui bahwa hampir

seluruhnya responden tidak terjadi flebitis yaitu dengan jumlah 37

responden (90%).

3. Hubungan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian

Flebitis.

Tabel 6.0 Tabulasi Silang Hubungan Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus Dengan Kejadian Flebitis di RSUD Jombang Pada Tnggal 24 Juli Tahun 2018.

Kejadian Plebitis

Total Plebitis Tidak Plebitis

F % F % f %

Melakukan 1 2.44 35 85.37 36 87.80

Tidak

melakukan 3 7.32 2 4.88 5 12.20

Total 4 10 37 90 41 100

Chi Square di dapatkan nilai p= 0,000 α= 0,05 Sumber : Data Primer 2018

Berdasarkan Tabel 5.7 dapat diketahui bahwah hampir seluruh

responden melakukan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dan

tidak terjadi flebitis dengan jumlah 35 orang (85.37%). hasil uji Chi

Square di dapatkan nilai p= 0,000 α= 0,05 sehingga H1 diterima H0

ditolak yang berarti ada hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan

(63)

5.2. Pembahasan

5.2.1 Tindakan Teknik Aseptik Pemasangan Infus di RSUD Jombang.

Berdasarkan Tabel 5.5 dapat diketahui bahwa hampir seluruhnya

dari responden melihat perawat melakukan tindakan teknik aseptik

yaitu sebanyak 36 responden (88%)

Parameter untuk mengukur tindakan teknik aseptik ada 3

parameter yaitu perawat mencuci tangan sebelum pemasangan infus,

perawat memakai handscoon, perawat melakukan disinfektan daerah

yang akan dilakukan penusukan dengan kapas alcohol. Hasil tabulasi

data dan presentase pada masing-masing parameter yaitu perawat

mencuci tangan sebelum pemasangan infus (71%), perawat memakai

handscoon (100%) dan perawat melakukan disenfektan daerah yang

akan dilakukan penusukan dengan kapas alcohol (88%). Berdasarkan

data diatas menggambarkan dari 3 parameter tindakan teknik aseptik

yang memiliki nilai tertinggi yaitu tentang perawat memakai

handscoon (100%).

Menurut peneliti, semua perawat di RSUD Jombang setiap

melakukan tindakan teknik aseptik pemasangan infus menggunakan

handscoon. Hasil penelitian didapatkan yang melakukan tindakan

teknik aseptik pemasangan infus sesuai dengan SOP yang dibuat di

RSUD Jombang serta menjalankan dengan tepat dalam pemasangan

(64)

infus, tidak ada pembengkakan serta pasien tidak mengeluh dengan

infus yang terpasang.

Teknik aseptik adalah metode yang digunakan untuk

mencegah infeksi nosokomial (James, dkk 2008). Teknik aseptik ini

digunakan pada setiap prosedur dan peralatan invasive seperti kateter

urine. Prosedur ini harus dilakukan pada tempatnya untuk

meminimalkan resiko infeksi, diperkirakan 30% infeksi nosokomial

dapat dicegah. Pedoman nasional di inggris untuk mencegah dan

mengontrol infeksi nosokomiall telah dikeluarkan pada tahun 2001.

Pemakaian handscoon sangat efektif untuk mencegah kontaminasi,

tetapi pemakaian handscoon tidak menggantikan kebutuhan untuk

mencuci tangan. Sebab handscoon bedah lateks dengan kualitas

terbaikpun, mungkin mengalami kerusakan kecil yang tidak terlihat,

handscoon mungkin robek pada saat digunakan atau tangan

terkontaminasi pada saat melepas handscoon. (Kemenkes RI, 2011).

Mencuci tangan dilakukan sebelum dan sesudah melakukan tindakan

keperawatan walaupun memakai sarung tangan dan alat pelindungan

diri lain. Tindakan ini untuk mengurangi mikroorganisme yang ada

ditangan sehingga penyebaran infeksi dapat dikurangi (Nursalam dan

Gambar

Gambar 4.1.Kerangka kerja penelitian Hubungan Tindakan teknik aseptik
Tabel 4.1 Operasional penelitian hubungan tindakan teknik aseptik pemasangan infus dengan kejadian flebitis di RSUD Jombang
Table 5.1 Distribusi Frekuensi Jenis Kelamin yang melakukan
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi umur yang melakukan pemasangan
+5

Referensi

Dokumen terkait

Yang terhormat Bapak selalu Koordinator Pendampingan Mahasiswa Unika- Timika-Papua, dan Bapak selaku Pimpinan Yayasan Binterbusih Semarang serta seluruh karyawan stafnya dan Pak

Kwitansi yang diberikan ke bagian penjualan tadi dapat membantu menghilangkan adanya selisih pencatatan karena bagian penjualan dapat melihat harga yang baru dari

banyak memberi petunjuk penting. Beberapa suara yang akan sangat berguna untuk memberikan petunjuk kepada para penyan-dang tunanetra misalnya seperti suara berba -gai binatang,

ayetlerde 5 (beĢ) defa bakara kelimesi geçer. Medeniyete ilk geçiĢ için önce inanç lazım, sonra yanlıĢ inançları düzeltmek ve ortadan kaldırmak. VahĢet devrinin kutsal

Akuntansi dasar atau pembukuan mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya mencapai keberhasilan usaha (Hapsari, dkk., 2017). Sayangnya, berdasarkan temuan di lapangan

Tujuan Penelitian ini untuk mengetahui pengaturan larangan impor beras saat musim panen di Indonesia melanggar ketentuan WTO atau tidak dan penyelesaian keberatan

Yang dimaksud dengan reaksi elektrokimia reversibel adalah didalam baterai dapat berlangsung proses pengubahan kimia menjadi tenaga listrik

- Kepadatan larva Anopheles tertinggi ditemukan pada lokasi pengambilan sampel bagian barat dengan jumlah larva 179 larva per 50 cidukan, spesies yang