• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Seni musik adalah bahagian dari seni secara umum, yang mempunyai tempat yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Seni musik adalah bahagian dari seni secara umum, yang mempunyai tempat yang"

Copied!
93
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Seni musik adalah bahagian dari seni secara umum, yang mempunyai tempat yang mendasar dalam kehidupan manusia di seluruh dunia. Seni musik, sebagai salah satu dari cabang kesenian, dan suatu hasil karya seni bunyi, dalam bentuk lagu atau komposisi musik, mengungkapkan pikiran dan perasaan penciptanya. Musik ini disukung oleh unsur-unsur seperti: irama, melodi, harmoni, bentuk, ritme, ketukan dasar, tempo, dan lainnya. Musik telah berkembang begitu pesat, sehingga bukan saja menyampaikan bunyi-bunyi yang baru, akibat munculnya berbagai alat musik baru, sesuai perkembangan teknologi yang baru, tetapi juga konsep pada penciptanya dalam menghasilkan karya-karya musiknya.

Sejarah peradaban musik yang begitu panjang, yang berkembang sedemikian jauh berdasarkan waktu dan ruang yang dilaluinya. Kini musik memiliki kompleksitas problematiknya yang luas dan mendalam. Musik bukan lagi hanya sekedar sarana pengungkapan diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat ritual, tetapi juga mencakup aspek emosional, sensual, estetis, komunikatif, juga sebagai sarana hiburan, baik di dalam masryarakat perkotaan maupun pedesaan di seluruh dunia. Pertunjukan musik dapat kita jumpai di berbagai acara, baik secara langsung maupun melalui media

(2)

seperti televisi, internet, radio, dan media lain yang menampilkan pertunjukan musik. Dengan demikian, musik adalah bahagian tidak terpisahkan dari kebudayaan manusia.

Musik adalah ekspresi kebudayaan manusia, yang mendukungnya. Menurut Koentjaraningrat, kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan dan kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang dijadikan milik manusia dengan proses belajar. Kebudayaan itu memiliki tujuh buah unsur dan salah satunya adalah kesenian.1 Seni ini memiliki rumpun-rumpunnya seperti seni pertunjukan, seni

rupa, dan seni mediia rekam.

Menurut Murgiyanto, seni terdiri dari rumpun-rumpun seni, antara lain; seni pertunjukkan (seni musik, tari dan teater), seni visual(seni patung, lukis), dan seni media rekam. Pada dasarnya seni bersumber dari perasaan manusia, seperti senang, sedih, marah, kecewa, cinta, dan lain-lain yang dapat diwujudkan dalam bentuk karya seni. Perkembangan dan pertumbuhan seni tidak terlepas dari kehidupan manusia, karena seni sudah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dalam setiap kegiatan yang dilakukan oleh manusia.

1Koentjaraningrat (1980) dalam bukunya yang berjudul Pengantar Ilmu Antropologi, terbitan

Rineka Cistra, Jakarta, membagi kebudayaan dalam dua dimensi yaitu isi dan wujud. Dimensi isi disebutnya juga dengan tujuh unsur kebudayaan universal (elements of cultural universal). Dimensi isi ini terdiri dari: sistem religi, bahasa, organisasi sosial, teknologi, pendidikan, ekonomi, dan kesenian. Seterusnya di sisi lain, dimensi wujud budaya ada tiga, yaitu wujud: (a) ide atau gagasan, (b) aktivitas atau kegiatan, dan (c) artefak atau benda-benda. Kedua dimensi ini saling berhubungan. Misalnya dalam konteks Sumatera Utara, gordang sambilan adalah artefak kebudayaan Mandailing. Di dalamnya terkandung ide kosmologi yang menghubungkan manusia dengan arwah nenek moyangnya, gordang ini menjadi sarana komunikasi. Demikian pula dalam bentuk aktivitas, gordang ini dimainkan oleh para pemusik yang menainkan alat musik: jangat (2 buah), hudong kudong (2 buah), patolu (2 buah), padua (2 buah), dan enek-enek (satu buah). Jumlah gordang ini sembilan.. Ditambah pemain gong (jantan dan dada boru), mongmongan (pamolusi dan pandua-duai), serta pemain sarune. Di dalam kegiatan gordang sambilan ini, terdapat aspek religi, bahasa, ekonomi, organisasi sosial (dalihan na tolu), teknologi, pendidikan, dan kesenian.

(3)

Kebudayaan musik dunia yang terwujud pada saat ini, mengandung begitu banyak ekspresi yang khas, yang di dalamnya dapat kita temui berbagai keanekaragaman konsepsi, dan gagasan budaya yang tujuan nilai-nilainya begitu mendalam. Penghayatan, pemahaman, dan daya tanggap masyarakat kepada fenomena budaya seni menyebabkan pilihan-pilihan ke mana mereka harus mengapresiasi jenis musik. Ada musik populer dunia, musik pop nasional, musik pop daerah, musik tradisi etnik, musik religi, dan lain-lainnya. Termasuk di antara musik religi Islam dalam konteks Sumatera Utara adalah genre (jenis) musik Padang Pasir.

Dalam kebudayaan Islam di dunia Islam dan Nusantara, terdapat berbagai jenis seni musik dan tari. Di antaranya adalah nasyid, kasidah, barzanji, marhaban, nazam, gurindam, syair, ghazal, zapin, dana, bedana, selawat. salawaik dulang, kuntulan, hadrah, marawis, saman,meusekat, dikie, zikir, terbangan, cempuling, genjring bonyok, irama Padang Pasir, dan masih banyak lagi yang lainnya.2 Di antara genre-genre seni Islam di atas, kadang saling meminjam dan menggunakan. Contohnya antara nasyid dan kasidah biasanya saling memakai lagu-lagu yang lazim digunakan dalam dua genre ini. Pada awalnya kasidah di Tanah Arab menurut pendapat para informan adalah nyanyian

2 Pada masa sekarang ini, jumlah umat Islam di seluruh dunia adalah sebesar 1,4 milyar jiwa.

Islam yang awalnya diturunkan oleh Allah di Tanah Arab dengan konsentrasi di Medianah dan Mekah, kini telah menyebar ke semua penjuru dunia, baik di Timur maupun di Barat. Islam sendiri memiliki hubungan yang erat baik dari segi teologis maupun sejarah, dengan agama yahudi dan Kristen. Ketiga agama ini, dalam pandangan Islam disebut dengan agama samawiyah, yaitu agama wahyu yang diturunkan Allah ke muka bumi ini untuk kemashlahatan umat mmanusia. Di samping agama wahyu ada pula agama ardhiyah, yang muncul dan dikreasikan oleh para tokoh agamanya. Yang termasuk ke dalam kelompok ini adalah agama Budha, Hindu, Zoroaster, dan riban aliran kepercayaan. Di samping itu juga terdapat manusia yang tidak mempercayai adanya Tuhan, mereka ini selalu digolongkan kepada kelompok atheisme.

Pada masa kini, umat Islam yang tersebar ke seluruh penjuru dunia berada dalam 56 negara bangsa, dan terdiaspora ke berbagai belahan bumi. Di antara negara-negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam adalah: Arab Saudi, Yaman, Irak, Iran, Bangladesh, Uni Emirat Arab, Libya, Tunisia, Algeria atau Alzajair, Kuwait, Oman, Kazakhstan, Uzbekistan, Chechnya, Turki, Syria, Pakistan, Indonesia, malaysia, Brunei Darussalam, Albania, Bosnia Herzegovna, dan lain-lainnya. Di beberapa negara umat Islam ada yang minoritas seperti di Republik Rakyat China, Inggris, Belanda, Perancis, Denmark, Swedia, Jerman, Polandia, Montenegro, Brazil, Uruguay, Chile, Amerika Serikat, Kanada, Kuba, Libanon, Singapura, Thailand, kamboja, laos, Vietnam, dan lain-lainnya.

(4)

para penunggang (kafilah) unta untuk memuji Nabi Muhammad. Namun dalam perkembangannya di dunia Islam, seni kasidah ini kemudian tidak saja dalam konteks dimaksud, tetapi telah mengalami perkembangan dan pembumian menurut kawasan di mana kasidah itu berkembang. Misalnya di Indonesia terdapat kasidah modern yang menggunakan alat-alat musik elektrik dan menggunakan rentak-rentak Melayu. Di antara lagu kasidah yang terkenal adalah Ya Thoyibah dan lagu-lagu Islamik yang dinyanyikan dan diciptakan oleh kelompok musik populer Indonesia yaitu Bimbo dari Kota Bandung, Jawa Barat, seperti lagu Sajadah Panjang, Ada Anak Bertanya kepada Bapaknya, Tuhan, dan lain-lainnya.

Demikian pula dalam konteks Nusantara, muncul berbagai peristilahan setempat, yang tidak dijumpai dari negeri-negeri asal pertumbuhan Islam, khususnya di Jazirah Arab dan Afrika bahagian utara. Dalam hal ini di Nusantara muncul istilah-istilah seni Islam seperti disebut di atas. Misalnya genre salawaik dulang adalah shalawat yaitu puji-pujian kepada Nabi Muhammad yang diharapkan syafaatnya oleh seluruh umat Islam di hari akhirat kelak, yabng khas bersuasana Minangkabau. Genre seni ini menggunakan talam (dulang) sebagai alat musik pengiringnya menggantikan alat musik rebana (single headed frame drum chordophone). Di wilayah Nanggroe Aceh Darussalam muncul pula seni Islam yang disebut dengan tari dan musik saman, yang awalnya muncul di kawasan Gayo dan Alas. Kesenian ini diperkirakan dibawa oleh Syekh Saman yang mengembangkan tarikat samaniyah di Nusantara.

Tidak ketinggalan pula, di Sumatera Utara, muncullah istilah musik Padang Pasir, untuk menyebutkan musik-musik Islam yang kuat bersuasana musik Arab. Pengertian padang pasir ini sendiri merujuk kepada kawasan negeri-negeri Arab, yang

(5)

ciri utamanya adalah merupakan padang pasir atau gurun, yang paling luas adalah Gurun Sahara. Istilah ini populer di tahun 1960-an ketika sebuah orkes, yang bernama El-Suraya, yang lazim membawakan lagu-lagu Islamik dibentuk oleh Haji Ahmad Baqi di Kota Medan. Beliau adalah pelopor awal pembawa musik padang pasir di kawasan Sumatera Utara.

Keberadaan Haji Ahmad Baqi dan Orkes El-Suraya pimpinan belaiau ini, menurut pendapat sebahagian besar informan, menjadi penting dalam rangka pembentukan nama dan genre seni musik Padang Pasir di kawasan Sumatera Utara. Bahkan perkembangan genre musik ini sampai ke Negara Malaysia, Singapura, Brunai Darussalam, dan di negeri-negeri Melayu lainnya.

Sebagaimana keberadaan orkes-orkes musik di Kota Medan di dasawarsa 1960-an, salah satunya adalah orkes musik El-Suraya dengan mengolaborasikan seni musik Melayu dan Arab. Kelompok musik El-Suraya didirikan oleh Haji Ahmad Baqi pada tahun 1964. Awal pembentukan ataupun latar belakang berdirinya orkes musik El-Suraya, karena alasan keagamaan yaitu sedikitnya lagu-lagu Islam serta anjuran dari teman-teman Ahmad Baqi yang menggeluti bidang agama di Pesantren Darul Ulum,Tapanuli Tengah. Didirikannya orkes El-Suraya di Kota Medan oleh Haji Ahmad Baqi, bertujuan dakwah. Penyiaran agama Islam ini bisa melalui sisi seni yang diwakili oleh Ahmad Baqi dan sisi syiar Islam yang diwakili ulama yaitu Al-Ustad Azra’i Abdul Rauf dan H. Abdul Razak. Kedua-duanya sebagai guru qori bertaraf international. Ketiga tokoh Islam Sumatera Utara ini bisa bersatu

dalam menyumbangkan tenaga dan pikiran tentang keislaman melalui musik, dengan harapan dikemudian hari kelak bisa dikenang oleh anak cucu mereka.

(6)

Orkes musik El-Suraya adalah orkes yang beraliran musik Arab. Pemilihan aliran musik ini dilandasi kenyataan bahwa Ahmad Baqi sangat suka mendengarkan lagu-lagu dari Arab, dan beliau juga berpendidikan agama Islam yang ditimbanya dari negeri Arab, yaitu Mesir. Menurut penjelasan para informan, hampir setiap hari beliau meluangkan waktu untuk mendengarkan lagu-lagu Arab tersebut di televisi, yang dipersembahkan oleh penyanyi Islam kenamaan Mesir yaitu Ummi Kalstum, Abdul Halim Hafiz, dan Abdul Wahab. Ketiganya adalah sebagai seniman dan pencipta lagu-lagu Mesir. Aliran musik Arab melandasi tumbuh dan berkembangnya orkes musik El- Suraya adalah karena Ahmad Baqi berasal dari keluarga ulama. Ayahnya H. Abdul Majid, adalah seorang ulama Islam. Selain itu karena Ahmad Baqi pernah mendapatkan pendidikan di Pesantren Darul Ulum, Tapanuli Tengah. Dari sinilah Ahmad Baqi mengadopsi lagu dari Arab dengan menyatukan lagu-lagu Melayu seperti gerenek ataupun cengkok menyanyi. Letak perpaduan antara lagu-lagu

tersebut bisa disimak dalam album orkes El-Suraya. Penikmat musik bisa menemukan perpaduan antara musik Arab Timur Tengah dan musik Melayu. Seperti yang tercermin dalam lagu-lagu: Selimut Putih, El-Ghuyyum, Balladi, Zikrayat, El-Hamamah, Sadarlah,

Takdir, Doa dan Air Mata, dan lain-lainnya.

Musik Padang Pasir ini mengalami masa keemasannya di Sumatera Utara selama dua dekade yaitu tahun 1960 sampai 1970-an. Pada masa ini selain kelompoknya Ahmad Baqi muncul pula grup sejenis seperti Orkes Al-Wathan yang dipimpin oleh Mukhlis, juga kelompok Nurul Asiah yang diketuai oleh Hajjah Nurasiah Jamil. Ketiga tokoh inilah sebagai ikon musik Padang Pasir di Sumatera Utara.

Di era 1980-an dan 1990-an keberadaan musik Padang Pasir sedikit meredup, seiring datangnya perubahan zaman. Era ini kemudian diewarnai dengan munculnya grup nasyid dan kasidah yang didukung oleh industri rekaman baik di tingkat nasional maupun

(7)

internasional. Era ini muncul grup-grup nasyid seperti Snada, Al-Kahfi, Debu, dan lain-lainnya di peringkat nasional, yang umumnya memprduksi musik Islam di Jakarta di bawah beberapa perusahaan rekaman. Di Asia Tenggara khususnya Malaysia juga muncul kelompok-kelompok nasyid yang sifat penyebarannya adalah internasional. Di antanya yang terkenal adalah Raihan, ada pula Inteam, Hijaz, dan lain-lain. pangsa pasar mereka adalah Dunia Melayu seluruh Asia Tenggara. Selain itu ada pula kelompok musik Islam yang memperkenalkan vokal anak-anak yang bertujuan mengisi produksi musik Islam untuk anak-akan.. Di antaranya yang terkenal adalah Yulis.

Untuk mengisi keberadaan genre musik Islam, maka beberapa generasi penerus genre padang Pasir, ingin terus mengekalkan seni ini. Di antaranya adalah Al-Shabab pimpinan Zulfan Effendi Lubis. Begitu pula dengan El-Suraya yang dipimpin oleh putra Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Kedua-duanya berada di Kota Medan. Sementara di Kota Binjai adalah kelompok Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah pimpinan Hajjah Saidah Lubis.

Berdasarkan aspek sejarah musik Islam diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan3. Selain para pedagang ada juga kaum ulama yang datang untuk menyebarkan

agama Islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami yang di kenal di Indonesia yaitu musik Padang Pasir. Musik hiburan Padang Pasir sudah menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang menginginkan adanya perubahan

(8)

dalam kehidupan masyarakat menuju kebaikan melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir.

Menurut pendapat informan, pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia awalnya tumbuh di Sumatera Utara sekitar tahun enam puluhan.4

Perkembangan zaman menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik nasyid dan shalawat.

Nasyid adalah grup musik yang mengandalkan suara vokal dan tarian, dan hanya menggunakan alat musik seperti marawis (gendang kecil), hajir (gendang besar) dan tamborin. Contoh lagu yang dibawakan oleh grup nasyid sama seperti lagu yang dibawakan oleh grup Padang Pasir yaitu lagu-lagu yang di ciptakan oleh Ahmad Baqi dan Nurasiah Jamil. Hanya konsep penyajian musiknya saja yang berbeda. Shalawat adalah grup musik Islam yang mengutamakan tema pada puji-pujian atau shalawat kepada Nabi Muhammad, yang menggunakan alat musik seperti beduk, biola, gitar, bahkan dengan jumlah personil yang tidak terbatas. Contoh lagu yang dibawakan grup nasyid adalah lagu-lagu yang dibawakan oleh Rayhan, Kahfi, Rabani, Madani, dan Opik. Keberadaan musik Padang Pasir tidak hanya dikarenakan kebutuhan rohani saja, namun banyak juga masyarakat yang menyukai musik ini dikarenakan irama-irama dan syair-syair dari musik itu sendiri yang juga bukan hanya ditujukan untuk kebutuhan religi, tetapi sekaligus untuk hiburan, khususnya untuk masyarakat muslim di Binjai. Kota Binjai adalah salah satu kota di Sumatera Utara yang menjadi tempat

4Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, selaku pimpinan Orkes Padang Pasir Nurul

(9)

berkembangnya musik Padang Pasir. Dari perkembangan musik Padang Pasir ini munculah beberapa grup-grup di kota Binjai, salah satunya yaitu Grup irama Padang Pasir yang bernama Nurul Hasanah. Grup ini berdiri sendiri sampai sekarang ini dan memiliki sarana dan prasarana yang cukup lengkap. Berdasarkan pengamatan sementara masyarakat di Kota Binjai, kemunculan Orkes Padang Pasir saat ini cukup diminati oleh masyarakat yang umumnya beragama Islam, ulama, dan para seniman di Binjai. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya pertunjukan yang dilaksanakan oleh grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah sebagai musik hiburan di Kota Binjai.

Nurul Hasanah merupakan grup musik Padang Pasir di kota Binjai yang merupakan grup musik yang terdiri sejak tahun 1990. Beralamat di komplek Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang bernama Hajjah Saidah Lubis. Beliau bertempat tinggal di Asrama 121, Kebun Lada, Binjai. Tempat tinggal beliau sekaligus menjadi tempat di mana para personil-personil musik Nurul Hasanah latihan.

Nurul Hasanah tumbuh karena para musisi yang ingin mengembangkan musik yang bernuansa Islami ini agar tidak punah dan berkembang dari zaman ke zaman, karena musik Padang Pasir di Binjai cukup diminati sebagai wadah hiburan oleh masyarakat Muslim di kota Binjai. Di mana kegiatan mereka di sini adalah sebagai musik hiburan, yang biasanya berkegiatan dalam acara pernikahan, sunatan, Isra’Miraj, dan Maulid Nabi dan acara keagamaan lainnya.

Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah dulunya memiliki sarana dan prasarana yang lengkap untuk mendukung segala aktivitas persiapan untuk pertunjukan, seperti alat

(10)

musik suling, akordion, keyboard, biola, conga, dan tempat latihan. Namun, setelah zaman terus berkembang, sudah sangat jarang sekali orang yang bisa menggunakan alat musik yang tidak umum seperti akordion dan suling, sehingga sarana di Nurul Hasanah ini juga semakin berkurang yang sekarang hanya menggunakan alat musik seperti biola, conga, keyboard, dan tamborin.

Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah adalah sebuah grup musik yang selalu menyajikan suatu struktur musik dengan tujuan untuk dipertunjukkan. Grup musik ini menggarap musik-musik irama Padang Pasir menjadi lebih modern dengan menggunakan alat musik Barat dan digarap sebaik mungkin. Sehingga dalam setiap pertunjukan yang dilakukan, penonton dapat menikmati musik mereka dan mengambil pesan yang disampaikan.

Saat ini cukup banyak orang yang mengadakan acara seperti pesta pernikahan, sunatan, bahkan acara hari besar keagamaan seperti Isra’ Mi’raj, dan Maulid Nabi, yang menginginkan grup musik Padang Pasir sebagai hiburan untuk menghibur para tamu atau masyarakat setempat. Karena selain membawakan lagu-lagu yang bernuansa islami, Nurul Hasanah juga membawakan lagu-lagu hiburan seperti dangdut, India, Batak, Melayu dan lain-lain. Bagi para seniman ini sendiri, menjadikan grup musik Padang Pasir adalah sebagai wadah atau ajang kreativitas untuk menuangkan kemampuan yang mereka miliki untuk diasah agar menjadi lebih berkembang dan lebih berkualitas khususnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai.

Keberadaan Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah telah mengambil hati para masyarakat setempat. Musik Padang Pasir juga mendapat sambutan dari berbagai kelompok atau kalangan kelompok seni di Binjai maupun di Medan, dan ini terbukti dari

(11)

semakin bertambahnya kelompok-kelompok seni musik yang mendirikan grup-grup musik Padang Pasir sebagai wadah hiburan khususnya di Kota Binjai.

Ketertarikan penulis terhadap keberadaan kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini adalah sebagai berikut. (i) Kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini berada di luar Kota Medan, yaitu tepatnya di Kota Binjai, yang selama ini bahwa pusat perkembangan awal orkes Padang Pasir adalh di Kota Medan, khususnya orkes pertama Padang Pasir El-Suraya pimpinan H. Ahmad Baqi; (ii) Kelompok musik Padang Pasir Nuruln Hasanah ini, dibentuk dan didirikikan oleh Hajjah Saidah Lubis ketika genre musik ini mengalami penurunannya. Apa latar belakang kelompok ini mempertahankan genre musik padang Pasir di tengah munculnya genre-genre yang menguasai pangsa pasar musik Islam. Apakah mereka ini berhasil? Apa-apa saja yang menjadi tantangannya. (iii) Dibandingkan dengan kelompok Orkes El-Suraya yang diteruskan oleh keturunan kandung Ahmad Baqi yaitu Ahmad Sauqi, maka Hajjah Saidah Lubis hanyalah sebagai bekas vokalis El-Suraya, maka bagaimana ia meneruskan genre musik Padang Pasir ini sesuai dengan kapasitasnya? (iii) Secara keilmuan, fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul hasanah di Kota Binjai ini, amat menarik dilihat dari aspek enkulturasi budaya dan juga persebarannya dari Kota Medan ke Binjai. (iv) Selain itu, kalau dalam perkembangan awal, orkes irama Padang Pasir sangatlah menonjol peran kaum lelaki, maka di dalam kelompok Nurul Hasanah ini, maka penulis melihatnya agak meononjol peranan kaum wanita, khususnya yang diperankan oleh Hajjah Saidah Lubis.

Dengan demikian, penulis tertarik untuk mengkaji dan mengangkat topik ini menjadi bahan penelitian untuk bahan skripsi saya dengan judul: Analisis Fungsi, Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik Padang

(12)

Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara. Ada tiga penekanan utama kajian ini yaitu fungsi sosial dan budaya, struktur musik yang mencakup aspek melodi dan ritme, serta struktur lirik atau teks lagu-lagu yang disajikan oleh kelompok ini.

1.2 Pokok Permasalahan

Banyak aspek keilmuan secara etnomusikologis yang dapat dikaji melalui keberadaan dan fenomena kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Kota Binjai ini, baik dari segi fungsional, struktural, sosial, psikologis, dan lain-lainnya. untuk itu, perlu ditentukan pokok masalah agar lebih terfokusnya studi yang penulis lakukan ini. Adapun pokok permasalahan pada penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana fungsi dan penggunaan musik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Fungsi dan penggunaan ini mencakup sejauh apa music mereka ini digunakan dan difungsikan oleh masyarakat pendukungnya, terutama masyarakat Islam di Kota Binjai dan sekitarnya.

2. Bagaimana struktur musik yang disajikan oleh Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Struktur musik yang akan dikaji mencakup aspek melodi, ensambel yang digunakan, ritme, dan sejenisnya yang terangkum dalam dimensi ruang dan waktunya.

3. Bagaimana struktur lirik yang disajikan oleh Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah? Struktur lirik yang penulis maksud adalah struktur teks yang digunakan dalam lagu-lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi di dalam kelompok musik Padang Pasir Nurul Hasanah. Struktur ini dilatarbelakangi oleh kebudayaan di mana ia tumbuh, dalam

(13)

hal ini adanya pantun, rima (persajakan), baris teks, bait, dan seterusnya. Dengan berkonsentrasi dalam tiga aspek ini, maka diharapkan penelitian ini akan lebih terfokus dan terarah.

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapaun tujuan dari penelitian ini meliputi:

1. Untuk mengetahui fungsi dan penggunaan musik orkes Padang Pasir Nurul Hasanah. 2. Untuk mengetahui struktur musik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah.

3. Untuk mengetahui struktur lirik Orkes Padang Pasir Nurul Hasanah.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Yang menjadi manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan yang lebih dalam lagi kepada para pembaca terhadap fungsi dan penggunaan musik orkes Padang Pasir di kota Binjai.

2. Penelitian yang dituangkan dalam bentuk karya ilmiah skripsi ini dapat menjadi Sebagai salah satu sumber informasi dan dokumentasi bagi para pembaca.

3. Penelitian ini akan bermanfaat kepada para pembaca dan semua orang yang memiliki kepedulian terhadap eksistensi orkes Padang apsir untuk menambah pengetahuan tentang struktur musik dan struktur lirik.

(14)

4. Memberikan manfaat kepada disiplin etnomusikologi dalam melihat musik, kebudayaan, kreativitas, dan pengembangan karya musik.

1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep

Menurut Mely G. Tan (1990:21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variable-variabel mana yang kita ingin menentukan hubungan empiris. Konsep merupakan hal yang paling penting dalam melaksanakan penelitian. Konsep digunakan sebagai alat untuk menggambarkan fenomena yang ada dengan penjabaran.

Maka dari itu penulis memberikan konsep dari beberapa kata yang ada dalam tulisan ini sesuai dengan judul yang dibahas. (a) Konsep tentang analisis yang dimaksud dalam tulisan ini adalah mencakup: (1) penyelidikan terhadap suatu peristiwa karangan, perbuatan dan lain sebagainya) untuk mengetahui keadaan yang sebenarnya (sebab-musabab, duduk perkaranya, dan lain sebagainya), (2) penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan, (3) penyelidikan kimia dengan menguraikan sesuatu untuk mengetahui zat-zat bagiannya dan sebagainya, dalam tulisan ini maknanya tidak mengacu kepada penyelidikan kimia, tetapi penyelidikan kebudayaan, (4) penjabaran sesuadah dikaji sebaik-baiknya, (5) proses pemecahan persoalan yang dimulai dengan dugaan akan kebenarannya, (6) penguaraian karya sastra atas unsur-unsurnya untuk memahami pertalian antara unsur-unsur tersebut, (7) proses akal yang memecahkan masalah ke dalam bagian-bagiannya menurut metode

(15)

yang konsisten untuk mencapai pengertian tentang prinsip-prinsip dasarnya (Poerwadarminta, 1990:32).

(b) Untuk lebih memahami penggunaan dan fungsi yang dimaksud, dalam penelitian ini lebih mengacu pada pandangan Allan P Marriam (1964:210) mengenai fungsi dan penggunaan musik. Penggunaan (use) lebih menitik beratkan pada masalah situasi atau cara bagaimana musik itu digunakan, sedangkan fungsi (function) lebih menitik beratkan pada alasan penggunaan atau tujuan pemakaian musik itu sendiri, dengan maksud yang lebih luas sampai sejauh mana musik itu mampu memenuhi kebutuhan dalam konteks penyajiannya.

(c) Dalam Kamus Dewan (2002) musik didefinisikan sebagai gubahan bunyi yang menghasilkan bentuk dan irama yang indah. Menurut Wikipedia Indonesia (2007) musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya, dan selera seseorang.

(d) Struktur adalah unsur serapan dari bahasa Inggris yaitu structure. Kata ini memiliki arti sebagai: susunan, bangunan dan kerangka (Echols dan Shadily 1978:563). Dalam kaitannya dengan tulisan ini, struktur yang dimaksud adalah merujuk kepada dua aspek yaitu struktur melodi dan struktur teks atau lirik. Struktur melodi lebih khusus merujuk kepada melodi lagu ciptaan Ahmad Baqi, yang terdiri dari unsur-unsur: tangga nada, nada dasar, formula melodi, interval yang digunakan, nada yang digunakan, pola-pola kadensa, dan kontur melodi. Sementara untuk teks atau lirik mencakup genre sastranya yaitu pantun, atau puisi. Kemudian kata-kata ini disusun oleh baris, bait, rima

(16)

atau sajak, makna-makna (denotatif dan konotatif), interyeksi, struktur intrinsik, dan lain-lainnya.

(e) Lirik atau teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari dari pengarang, kutipan dari Kitab Suci untuk pangkal ajaran, serta bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, dan sebagainya (Poerwadaminta dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia 2005). Dalam kaitannya dalam penelitian ini, maka yang dimaksud dengan teks adalah lirik lagu-lagu Padang Pasir yang diciptakan oleh Ahmad Baqi. Teks ini ada yang berupa pantun, dan ada pula yang berupa puisi bebas karangan beliau, yang disesuaikan dengan progresi musiknya.

(f) Musik Padang Pasir adalah salah satu musik yang memiliki irama Islami. Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh keturunan Arab saja, tapi sekarang sudah banyak penduduk pribumi yang menyukai lagu-lagu Padang Pasir. Musik yang berasal dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah sangat lama dan ini dimulai sejak tahun enam puluhan.Dahulunya musik Padang Pasir bernama musik Gambus, dan setelah zaman berkembang maju, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir.5 Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang

berunsur Islami, baik dalam syair, melodi, dan ritme. Bahkan cara berpakaian personil grup Padang Pasir sangat menonjolkan unsur Islami. Musik Padang Pasir bukan hanya sekedar sebuah alat pengungkapan perasaan dari diri manusia yang terbatas pada hal-hal yang bersifat emosional dan sensual saja, tapi juga sebagai wadah hiburan. Musik hiburan Padang Pasir menjadi sebuah kebutuhan komunikasi bagi masyarakat yang menginginkan adanya perubahan dalam kehidupan untuk menata hidup kearah kebaikan.

(17)

Musik Padang Pasir merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta alam dan isinya. Melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan. Lagu-lagu musik Padang Pasir mengandung syair-syair bernilai positif, karena dalam syair-syair tersebut terdapat banyak nilai-nilai agama yang secara tidak langsung mengajak pendengar lagu tersebut untuk menyadari perbuatan-perbuatan negatif yang dilakukannya selama di dunia, seperti lagu Selimut Putih, Do’a dan Air Mata, dan Takdir. Lagu-lagu yang bernuansa islami ini mulanya diciptakan oleh Bapak Prof. H. Ahmad Baqi yang merupakan pimpinan Grup musik Padang Pasir El-Surayya yang bertempat tinggal di Kota Medan. Beberapa dari anggota grup musik El-Surayya bertempat tinggal di Kota Binjai. Bapak Prof. H. Ahmad Baqi telah wafat, dan Grup El-Surayya pun juga menjadi fakum dan tidak berkegiatan lagi untuk sementara waktu berhubung sedang berduka, dan akhirnya mereka keluar dari grup musik El-Suraya dan kemudian mereka membentuk grup Marhaban di Kota Binjai. Grup Marhaban ini terdiri dari kumpulan ibu-ibu yang membacakan doa dengan cara dinyanyikan (barzanji). Barzanji ini dilaksanakan pada upacara pernikahan dan khitanan, grup Marhaban ini membawakan lagu Islami dengan mempergunakan alat-alat musik pukul seperti tambourin, gendang besar, dan gendang kecil. Grup Marhaban yang hanya mengandalkan suara vokal dan alat-alat musik yang tidak bernada ini akhirnya mempunyai semangat dan ide kreatif untuk membentuk kembali grup musik Padang Pasir, hal ini dikarenakan ada beberapa anggota grup Marhaban yang menguasai alat musik seperti biola dan gendang, dan hanya penambahan alat musik akordion dan keyboard membuat grup musik ini menjadi lengkap sehingga berubah menjadi grup

(18)

musik Padang Pasir. Grup musik Padang Pasir ini muncul dan dinamakan Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah yang artinya adalah Cahaya Kebaikan yang dipimpin oleh Ibunda Hajjah Saidah Lubis. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah berdiri pada tahun 1990 yang beralamat di Asrama 121 Kebun Lada Binjai. Grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah ini tumbuh karena para musisi di grup ini ingin mengembangkan musik yang bernuansa islami ini agar tidak punah dan dapat berkembang hingga saat ini. Selain itu penghasilan yang diperoleh dari setiap pementasan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah juga dapat memenuhi kebutuhan ekonomi para musisi-musisi di Nurul Hasanah6.

1.4.2 Teori

Teori adalah salah satu acuan yang digunakan oleh penulis untuk menjawab masalah-masalah yang timbul dalam tulisan ini atau dengan kata lain teori adalah landasan berfikir dalam pembahasan. Dengan pengembangan teori-teori yang diangkat dari analisis kepustakaan, diharapkan dapat mendukung pikiran penulis apalagi didukung oleh fakta-fakta yang ada, sehingga peneliti ini dapat menghasilkan suatu kesimpulan yang didasarkan pada tujuan yang telah dibuat .

Dalam disiplin ilmu etnomusikologi, Merriam (1964:7-18) menyatakan bahwa dalam studi etnomusikologi tidak terlepas dari konteks kebudayaan secara keseluruhan. Untuk memahami penggunaan dan fungsi musik pada penyajian Orkes Padang Pasir pada permasalahan ini penulis berpedoman pada pendapat Allan P meriam (1964:209-226) yang menyatakan tentang penggunan musik yang meliputi perihal pemakaian musik dan

(19)

konteks pemakaiannya atau bagaiman musik itu digunakan. Berkenaan dalam hal penggunaan yang dikemukakan oleh Allan P Merriam (1964:217-218) menyatakan perihal penggunaan musik sebagai berikut: (1) Penggunaan musik dengan kebudayaan material, (2) Penggunaan musik dengan kelembagaan sosial, (3) Penggunan musik dengan manusia dan alam, (4) Penggunan musik dengan nilai - nilai estetika, (4) Penggunaan musik dengan bahasa.

Untuk menemukan jawaban perihal fungsi musik berikut penulis berpedoman pada pendapat Allan P Merriam yang menyebutkan bahwa terdapat sepuluh fungsi musik dalam ilmu etnomusikologi yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional, (2) fungsi pengungkapan estetika, (3) fungsi hiburan, (4) fungsi komunikasi, (5) fungsi perlambangan, (6) fungsi reaksi jasmani, (7) fungsi yang berkaitan dengan norma sosial, (8) fungsi pengesahan lembaga sosial, (9) fungsi kesinambungan kebudayaan, dan (10) fungsi pengintegrasian masyarakat.

Guna musik yang disajikan oleh grup Padang Pasir Nurul Hasanah, adalah pada acara pernikahan, sunatan, dan hari besar agama Islam lainnya. Fungsi utamanya adalah sebagai sarana dakwah agama Islam, yang juga berfungsi sebagai hiburan, pendidikan, kesinambungan kebudayaan, mentransmisikan makna-makna, dan lain-lainnya.

Dengan adanya penyajian musik dari Nurul Hasanah mampu menghibur para pengunjung yang berkunjung ke acara-acara tersebut, namun ada sebagian kecil yang kurang merasakan hal itu namun hal itu tidak berpengaruh terhadap musik yang disajikan Nurul Hasanah hingga tetap bertahan sampai sekarang.

Untuk mengkaji struktur musik Padang Pasir, dalam hal ini penulis menggunakan teori weighted scale yang dikemukakan oleh William P Malm (1977:8) yang digunakan

(20)

untuk mengkaji aspek musikal yang terdiri dari : (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch centre), (3) wilayah nada (ambitus), (4) jumlah pemakaian nada, (5) interval yang dipakai, (6) pola kadensa, (7) formula nada, (8) kontur (garis melodi).

Untuk mengkaji struktur lirik, dalam hal ini penulis menggunakan teori semiotik yang dikemukakan oleh Saussure yang digunakan untuk mengkaji aspek verbal terutama dialog atau teks nyanyian. Teori semiotika digunakan penulis dalam rangka usaha untuk memahami bagaimana makna diciptakan dan dikomunikasikan melalui simbol yang membangun sebuah peristiwa seni. Saussure melihat bahasa sebagai sistem yang membuat lambang bahasa itu terdiri dari sebuah imaji bunyi (sound image) atau signifier yang berhubungan dengan konsep (signified). Setiap bahasa mempunyai lambang bunyi tersendiri. Pierce juga menginterpertasikan bahasa sebagai system lambang, tetapi terdiri dari tiga bagian yang saling berkaitan: (1) representatum, (2) pengamat (interpretan), dan (3) objek. Dalam kajian kesenian berarti kita harus memperhitungkan peranan seniman pelaku dan penonton sebagai pengamat dari lambang-lambang dan usaha kita untuk memahami proses pertunjukan atau proses penciptaan.

Dalam kaitannya teori semiotik untuk mengkaji teks lagu Padang Pasir, maka penulis mengutip pendapat van Zoest (1996:11). Menurutnya di dalam teks terdpat ikon, apabila adanya persamaan suatu tanda tekstual dengan acuannya. Segalanya memiliki kemungkinan untuk dianggap sebagai suatu tanda. Penyusunan kalimat dalam sajak adalah tanda. Adanya kalimat yang panjang adalah tanda. Banyaknya kata sifat, pergantian vokalisasi dalam sebuah cerita, panjang pendeknya sebuah teks, semua itu bisa dianggap sebagai tanda.

(21)

Dalam rangka kerja teori semiotik peneliti hendaklah menafsir tanda dalam teks. Suatu gejala struktural, baik yang muncul dalam teks pada tingkatan dalam kalimat maupun pada tingkatan teks yang lebih luas, selalu dapat dianggap sebagai tanda.

1.5 Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara bekerja untuk dapat memahami objek penelitian dan merupakan bagian yang penting untuk diketahui oleh seorang peneliti. Sesuai dengan permasalahan yang dikaji dalam tulisan ini dengan judul skripsi, Analisis Fungsi, Struktur Musik, dan Lirik Lagu-lagu yang Dipertunjukkan oleh Kelompok Musik Padang Pasir Nurul Hasanah di Binjai, Sumatera Utara; maka di sini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif yang dideskripsikan berupa tulisan, rekaman secara lisan, gambar, angka, pertunjukan kesenian dan berbagai bentuk data lain yang bersumber dari hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi.

1.5.1 Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan cara membaca berbagai buku dan skripsi yang berhubungan dengan tulisan sehingga dapat menambah wawasan peneliti untuk mengembangkan tulisan tersebut. Selain itu penulis juga mengambil sebagian data dari internet yang berhubungan dengan tulisan dengan tujuan untuk membuat tulisan semakin sempurna. salah satu sumber utama yang sangat penting yaitu diperoleh dari hasil observasi terhadap objek yang akan diteliti yaitu melalui wawancara langsung terhadap beberapa informan.

(22)

1.5.2 Tempat Penelitian

Tempat penelitian yang dilakukan oleh penulis untuk menyelesaikan tulisan ini yaitu di Binjai, tepatnya di grup musik Nurul Hasanah Binjai yang terletak di Asrama 121 Kebun Lada, Binjai. Tempat penelitian ini sekali gus juga sebagai rumah kediaman Ibu Hajjah saidah Lubis bersama dengan keluarganya.

1.5.3 Pengumpulan Data

Untuk mendukung data-data yang diperoleh di lapangan, penulis melakukan studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari buku-buku dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian Dalam pengumpulan data, penulis melakukan beberapa hal yang begitu sering dilakukan seperti uraian berikut ini.

1.5.3.1 Observasi

Observasi adalah penelitian yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan terhadap subjek yang akan diteliti, baik secara langsung maupun tidak langsung yang menggunakan tehnik yang disebut dengan pengamatan atau observasi (Muhammad Ali, 1987:25). Observasi, terlibat dalam pertunjukan, tanpa memposisikan diri sebagai pelaku pertunjukan, sering menyaksikan berlangsungnya pertunjukan dari awal sampai akhir. Hal ini berguna untuk mengenal dengan baik dan lebih jauh lagi jalannya pertunjukan dan aspek-aspek yang terkandung di dalamnya. Sesuai dengan pendapat diatas, maka

(23)

pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh penulis, bertujuan agar pengamatan ini menciptakan komunikasi yang baik antara penulis dengan kalangan pemusik atau seniman musik Padang Pasir tersebut, dan juga masyarakat setempat, sehingga data yang dibutuhkan dapat diperoleh secara lebih akurat. Maka dalam hal ini observasi dapat dilakukan dengan cara:

1. Melakukan observasi langsung ke lokasi latihan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.

2. Melakukan observasi langsung ke lokasi pertunjukan grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai.

1.5.3.2 Wawancara

Menurut Poerwadarminta dalam dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008:1559) “wawancara adalah tanya-jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk diminta keterangan atau pendapat mengenai sesuatu hal. Menurut Koentjaraningrat (1991:136) bahwa kegiatan wawancara secara umum terbagi atas tiga kelompok yaitu: persiapan wawancara, tehnik bertanya dan pencatatan data hasil wawancara. Wawancara terdiri dari dua jenis, wawancara terfokus dan wawancara bebas. Wawancara terfokus dilakukan untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan tidak membosankan atau membuat kaku suasana antara penulis dan informan. Sedangkan wawancara bebas dilakukan secara tidak terfokus, tetapi mendapatkan banyak informasi yang dibutuhkan. Sesuai dengan teknik wawancara diatas, penulis melakukan wawancara dengan berbagai pihak di antaranya:

(24)

1. Wawancara dengan pemimpin grup musik Padang Pasir Nurul Hasanah Binjai. 2. Wawancara dengan para pemusik grup musik Nurul Hasanah Binjai.

3. Wawancara dengan para penyanyi grup musik Nurul Hasanah Binjai. 4. Wawancara dengan mantan personil grup musik El-Suraya

5. Wawancara pada masyarakat yang sedang melihat pertunjukan grup musik Nurul Hasanah Binjai.

Pada saat wawancara penulis tidak melakukan perekaman karena keadaan yang tidak memungkinkan (suara musik yang cukup besar dan kesibukan para informan), namun walaupun demikian peneliti memperoleh data-data yang dibutuhkan setelah melakukan wawancara dengan para informan dan semua data-data tersebut dicatat sewaktu penulis berada di lapangan dan kemudian diolah di kerja laboratorium.

1.5.3.3Kerja Laboratorium

Kerja laboratorium disebut juga analisis yang merupakan pengolahan data yang diperoleh dari kerja lapangan, setelah pengolahan data dianalisis kemudian disusun secara sistematis sehingga hasilnya dapat dikembangkan sebagai bahan yang akurat dalam pembahasan masalah yang dihadapi.

(25)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERJALANAN MUSIK PADANG PASIR

DI NUSANTARA DAN SUMATERA UTARA

2.1 Pengertian Musik Padang Pasir

Musik Padang Pasir adalah salah satu jenis musik Kasidah yang memiliki irama bernuansa islami. Musik Padang Pasir memiliki suara atau irama-irama yang bernuansa islami, dan cenderung ke dakwah baik dalam syair, melodi, dan ritme dan unsur Arab sangat menonjol dalam irama meski ada juga pengaruh lain.7 Musik Padang Pasir

merupakan musik yang syair-syairnya dapat membantu manusia untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta alam dan isinya. Kecenderungan dakwah dalam seni terutama musik, bukan semata-mata propaganda, sebab pengertian dan peranan dakwah dalam Islam sangat luas sekali. Sajak atau syair-syair dalam musik Padang Pasir mengandung unsur agama, sehingga mengajak pendengarnya untuk berbuat kebaikan yang diridhai Allah SWT. Melalui syair-syair yang ada pada musik Padang Pasir, manusia dapat belajar arti hidup dan kehidupan, sehingga akan membuat manusia lebih tawakal (berserah diri kepada Allah sebagai seorang makhluk).

7www.wikipedia.com

(26)

2.2 Perkembangan Musik Padang Pasir di Indonesia

Musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang di masyarakat secara turun temurun, dan dikembangkan sebagai sarana hiburan. Tiga komponen yang saling memengaruhi di antaranya adalah seniman, musik itu sendiri, dan masyarakat penikmatnya. Hal ini bermaksud untuk mempersatukan persepsi antara pemikiran seniman dan masyarakat tentang usaha bersama dalam mengembangkan dan melestarikan seni musik Padang Pasir. Menjadikan musik Padang Pasir sebagai perbendaharaan seni musik di masyarakat, sehingga musik Padang Pasir lebih menyentuh pada sektor komersial umum. Musik Padang Pasir juga adalah musik yang berkembang secara tradisional, di kalangan suku-suku tertentu. Keberadaan musik Padang Pasir yang digunakan sebagai hiburan, tentunya sudah sangat sering dilakukan dalam sebuah seni pertunjukan. Dalam sebuah pertunjukan seni, musik Padang Pasir sering diaransemen kembali menjadi sebuah musik yang lebih modern dan dalam jumlah pemusik yang diminimaliskan dengan tujuan untuk sebagai hiburan dan untuk seni pertunjukan.

Musik Padang Pasir adalah perkembangan seni yang terpengaruh dari dampak modernisasi. Musik yang bernuansa dari Timur Tengah ini memiliki sejarah yang sudah dimulai sejak tahun enam puluhan di Indonesia.Musik Padang Pasir dulu sering disebut musik Gambus, namun mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, maka sekarang sebutan Gambus sudah berubah menjadi musik Padang Pasir8. Oleh karena itu,

musik Padang Pasir adalah musik yang berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan sekarang ini teknologi telah mengubah warna musik. Berbagai jenis musik

(27)

telah banyak yang menggunakan alat-alat elektronik yang sesuai dengan apa yang dialami oleh jaman sekarang ini.

Awalnya musik Padang Pasir ini hanya diminati oleh penduduk Indonesia dari keturunan Arab saja, namun sekarang sudah banyak juga penduduk pribumi yang menyukai lagu-lagu musik Padang Pasir. Musik Padang Pasir diketahui munculnya pertama kali di indonesia dibawa oleh para pedagang Arab yang datang untuk menjual berbagai kebutuhan9. Selain para pedagang ada juga kaum ulama dari Arab yang datang

untuk menyebarkan agama islam sekaligus menyebarkan musik-musik yang bernuansa Islami di Indonesia. Musik Padang Pasir telah dikembangkan oleh seorang seniman keturunan Hadramaut (Yaman Selatan) kelahiran Surabaya, yakni Syech bin Abdullah Albar (1908-1947). Namanya melambung bersamaan dengan kemajuan peredaran piringan hitam di Indonesia, dan pada saat yang sama pula stasiun-stasiun penyiaran radio juga sedang gencar dibangun di Indonesia. Sehingga Syech Abdullah Albar memiliki popularitas melebihi dari penyanyi musik Padang Pasir sebelumnya, seperti Umi Kalsoum, Abdul Wahab, dan Farid Alatras.

Pada tahun 1935, suara Syech Abdullah Albar pertama kali mengudara lewat Studio Nirom yang sekarang telah menjadi RRI Stasiun Surabaya. Lagu-lagu Syech Abdullah Albar sering diputar hampir setiap minggu. Bukan itu saja, piringan hitam rekamannya juga tersebar luas di Malaysia dan Jazirah Arab. Namun seniman berbakat itu wafat di usia muda pada 30 Oktober 1947 di Surabaya. Sepeninggal Syech Abdullah Albar sampai era tahun 1950-an, orkes-orkes musik Padang Pasir makin banyak bermunculan dan terkenal. Setiap malam jumat selalu ada dua grup yang selalu tampil

(28)

mengisi siaran di RRI Stasiun Surabaya . Dua grup yang selalu tampil adalah Orkes Padang Pasir Al-Wardah pimpinan Muchtar Lutfie dan Orkes Padang Pasir Al-Wathan pimpinan Hasan Alaydrus. Namun pada tahun 1960-an pamor orkes-orkes tersebut menurun akibat Politik Demokrasi Terpimpin yang melarang kesenian di Indonesia bercampur dengan kebudayaan asing.

Sering kita mendengar bahkan menyanyikan lagu "Perdamaian" yang dipopulerkan group band GIGI, atau lagu Kota Santri yang dilantunkan penyanyi Diva Indonesia, Krisdayanti. Namun, sama sekali tidak disadari, kedua lagu tersebut merupakan lagu-lagu kasidah modern yang sebelumnya telah dipopulerkan oleh group musik Padang Pasir Nasida Ria asal Semarang yang hingga kini masih melegendaris. Grup musik kasidah modern ini berdiri 1975 di Kauman, Semarang, dan hingga kini telah menelurkan 34 album berbahasa Indonesia dan dua album berbahasa Arab. Album perdana, Alabaladil Makabul, diproduksi 1978 di bawah PT Ira Puspita Record yang dipasarkan di dalam dan luar negeri. Grup musik Nasida Ria telah mampu menembus hiruk pikuk berbagai aliran musik, dengan sentuhan dan kreasi yang mengkombinasikan irama Padang Pasir ini menjadi disukai masyarakat.

Nasida Ria berawal dari grup rebana yang berkat inovasi dan kreasi Mudrikah Zain. Grup ini memiliki genre tersendiri, dengan ciri khasnya berupa artis dan musisi pendukung yang terdiri dari wanita berjilbab. Nasida Ria tercatat telah menyambangi beribu tempat untuk mengisi acara, baik di dalam maupun di luar negeri, dengan sejumlah lagunya yang sudah tidak asing di telinga penggemar seperti Shalawat Badar, Kaya Miskin Bahagia, Damailah Palestina, Magadir, dan Nabi Muhammad Insan Pilihan. Kiprah perjalanan Nasida Ria antara lain, mengisi paket Acara Hari Raya Idhul

(29)

Fitri di TMII (Taman Mini Indonesia Indah) Jakarta setiap tahun, Tour Show Silaturrahmi Djarum 76 di 16 Kota Jateng 2001-2004. Selain itu, grup musik ini juga pernah tampil dalam Islamic Art and Cultural Perfomance di Batam Kepulauan Riau [2004] dan Isra' Mi'raj di Tanjung Pinang [2006], serta berbagai tempat di pelosok tanah air. Baik undangan hajatan maupun acara resmi berbagai lembaga.

Sementara di luar negeri, Nasida Ria juga pernah tampil memenuhi undangan Kerajaan Malaysia pada peringatan 1 Muharam 1988, Berlin Maret 1994, undangan Haus de Kulturen derWelt (Lembaga Kebudayaan Jerman) dalam paket Die Garten des Islam (Pameran Kesenian Islam Dunia). Di Jerman Juli 1996, grup ini tampil dalam festival Heimatklange ‘96 Sinbad Travels di delapan kota seperti Berlin, Reclinghousen dan Dusseldof, atas undangan Cultural Departement of The Senat of Berlin and Tempodrom, SFB, ORB, European Forum of Worldwide Music Festival. Atas kiprah dan pretasi yang telah diperoleh, Nasida Ria banyak mendapat penghargaan, seperti Pengemban Budaya Islam dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) Pusat Jakarta (1989), Penghargaan Seni dari PWI Jateng (1992) dan Anugrah Keteladanan dari PRPP Jateng (2004).

2.3 Perkembangan Musik Padang Pasir di Sumatera Utara

Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Indonesia kemudian tumbuh di Sumatra Utara sekitar tahun 1960-an. Tokoh-tokoh seperti Hasyim P.E., H. Adam Sakimaman, H. Azra'i Abdurrauf dan H. A. Rifai Abdja Manaf adalah tokoh yang dikenang sebagai penggerak orkes berirama Padang Pasir di Sumatera Utara. H. Azra'i sekarang lebih dikenal sebagai guru para qari dan qariah yang mengikuti Musabaqah Tilawatil Quran Nasional, selain pernah dikenal sebagai ahli kasidah di Sumatera Utara

(30)

namanya juga terdengar sampai ke Malaysia. Ketika masih bekerja di Nirom sejak tahun 1938, H. Rifai sudah memulai karirnya sebagai pencipta lagu bernafas Islami. Lagu karya anggota DPRD Kotamadya Medan dari Golkar ini yang sangat populer sampai sekarang adalah lagu Panggilan Jihad yang meneriakkan seruan "Allahu Akbar". Sehingga lagu ini dinilai oleh Menteri Kemajuan Tanah, Galian dan Tugas-tugas Malaysia, Datuk Ashry bin Haji Muda, sebagai lagu yang membangkitkan semangat dan kepahlawanan bagi perjuangan umat Islam.

Pertumbuhan dan perkembangan Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara terutama di Kota Medan, sudah semakin banyak grup yang memperlihatkan kuantitasnya. Selain bertujuan untuk dakwah, masing-masing grup berlomba menyempurnakan jumlah pemain dan peralatan. Kuantitas ini mulai diperlihatkan sejak munculnya El-Kawakib yaitu sebuah lembaga gabungan orkes-orkes Padang Pasir yang ada di Medan yang terdiri dari berbagai nama. Tetapi apabila mereka dibutuhkan, mereka harus bersedia bermain di bawah sebuah nama grup di luar nama grup mereka sendiri. Sebagai pelopornya waktu itu adalah H. Rivai, Prof. H. Ahmad Baqi, dan Muhaddis Nasution. El-Kawakib didirikan sejak tahun 1968. Tetapi entah apa sebabnya, aktivitas dan perkembangan orkes gabungan ini sekarang tidak lagi berkembang. Aktivitasnya sudah tak terdengar lagi, sehingga orang mengira mereka sudah pasif. Padahal cita-cita El-Kawakib sejak mulai didirikan, yaitu agar para pemain mendalami musik modern dan klasik yang tidak saja berbau Arab. El-Kawakib diharapkan nantinya bisa menjadi sebuah orkes simphoni10.

Tetapi cita-cita itu ternyata kandas.

10Wawancara dengan Ibu Hajjah Saidah Lubis, selaku pimpinan Orkes Padang Pasir Nurul

(31)

Menurut Djohan A. Nasution, Kepala Kabin Kesenian Perwakilan Departemen P dan K Sumatera Utara, Orkes Padang Pasir di Sumatera Utara yang terdaftar di arsipnya sampai sekarang 28 buah. Namun demikian yang dihitung aktif secara menyolok, terutama di TVRI (Televisi Republik Indonesia) Studio Medan atau di RRI (Radio Republik Indonesia) Medan, masih bisa dihitung dengan jari11. Perkembangan zaman

menimbulkan perubahan seperti pada berbagai jenis-jenis grup musik yang hampir sama dengan Orkes Padang Pasir yaitu seperti grup musik Nasyid dan Sholawat Badar. Seni musik dengan aliran kasidah atau dikenal juga dengan Irama Padang Pasir sangat dipengaruhi oleh kebudayaan Arab dan India. Group Qasidah ini menghimpun diri dalam sebuah wadah atau kelompok orkes musik yakni Orkes Padang Pasir El-Suraya dari Kota Medan (1977-1990).

Orkes Padang Pasir El-Suraya adalah kelompok seni musik yang dibuat oleh seniman kota Medan sebagai wujud kreativitas. El-Suraya adalah suatu grup musik yang menyajikan musik Padang Pasir dan digarap kembali menjadi lebih modern. Terbentuknya Orkes Padang Pasir El-Suraya dilatarbelakangi adanya keinginan dari Prof. H. Ahmad Baqi untuk membentuk sebuah grup musik Padang Pasir.

Prof. H. Ahmad Baqi adalah anak bungsu dari 4 bersaudara dari pasangan H. Abdul Majid dan Hajjah Halimah. Beliau Lahir di Kampung Baru, Medan, 17 Juni 1921. Prof. H. Ahmad Baqi terlahir dari latar belakang keluarga yang bukan seniman. Ayah dari Prof. H. Ahmad Baqi berlatar belakang seorang guru mengaji yang sangat terpandang dan 11www.anneahira.com/irama-padang-pasir.htm Sumber: Majalah TEMPO Edisi. 42/IV/21 - 27

(32)

disegani didaerah mereka menetap dan karena didikan ayah beliau. Prof. H. Ahmad Baqi ditempah untuk menjadi seorang ulama. Pada masa penjajahan Jepang tahun 1941 perang Asia Timur Raya, Prof. H. Ahmad Baqi memutuskan keinginannya untuk melanjutkan pendidikannya di Universitas Al-Azhar di Mesir. Namun, Tuhan punya rencana lain bagi Prof. H. Ahmad Baqi, karena gagal melanjutkan cita-citanya, tidak menghambat beliau untuk maju terus mengasah ilmu dengan membantu sang ayah mengajar mengaji. Prof. H. Ahmad Baqi cukup cerdas untuk mengetahui segala tingkat bacaan di Al-Qur’an, seperti tajwid, hawa, dan lain sebagainya. Hingga pada suatu hari beliau belajar menggesek biola secara autodidak, tanpa di dampingi oleh seorang guru musik, Prof. H. Ahmad Baqi hanya berpedoman kepada hawa Al-Qur’an seperti: rast, soba, sikkah, hijaz, bayati, huzam dan lain sebagainya yang dijadikan sarana bagi Prof. H. Ahmad Baqi untuk mengasah ilmu dan sekaligus menjadi guru biola yang sangat berharga untuk beliau pelajari.

Ayah Prof. H. Ahmad Baqi yang keras dan fanatik tidak mengizinkan putranya untuk mempelajari musik. Karena ayah Prof. H. Ahmad Baqi menganggap musik adalah hal yang tabu dan diharamkan. Hingga suatu ketika Prof. H. Ahmad Baqi sedang mengasah ilmu biolanya, tanpa disadari sang ayah datang kemudian biola Prof. H. Ahmad Baqi yang paling berharga itu dipatahkan oleh sang ayah. Prof. H. Ahmad Baqi berprinsip, dan tidak mau menentang pendapat sang ayah, beliau hanya berpedoman kepada fatwa yang dikutip dari Buya Hamka: “Bahwa umat Islam di Indonesia berkesenian itu halal, selama karya seni itu mengandung moral dan tidak mendatangkan kerusakan.”

(33)

Pada tahun 1947, Prof. H. Ahmad Baqi melamar di Perusahaan Listrik Negara (PLN) yang dikelola oleh orang Belanda. Disela waktu luang sebagai seorang karyawan, Prof. H. Ahmad Baqi pun tetap mengasah kecermatannya dalam menggesek biola, hingga akhirnya beliau bertemu dengan Wahab, seorang guru musik hasil didikkan orang Belanda. Hasilnya sempurnalah ilmu beliau dengan berguru pada lelaki yang lebih muda dari usianya dalam mempelajari not balok dan partiturnya. Dengan beberapa syair yang ditulis dan ia simpan, Prof. H. Ahmad Baqi mencoba menyempurnakan syair-syairnya kedalam sebuah lagu dan partitur not balok. Kesempurnaan itu terlahir dengan menciptakan lagu Teluk Berombak yang menjadi karya ciptanya yang pertama yang ia ciptakan di tanah kelahirannya Kampung Baru, Medan pada tgl 16 april 1952.

Prof. H. Ahmad Baqi menikah dengan seorang wanita yang berasal dari daerah Tapanuli bernama Dewiana Siregar. Putri dari Bapak H. Mustakim Siregar dengan Hajjah Zakiah Lubis. Dari hasil pernikahannya Prof. H. Ahmad Baqi dikaruniai 8 orang anak, yang terdiri 5 orang laki-laki dan 3 orang perempuan.

El-Suraya terbentuk pada tahun 1964 karena hasrat Prof. H. Ahmad Baqi, berkeinginan untuk memiliki sebuah wadah dimana beliau mampu memotori murid didikannya yang beranggotakan 25 orang. Salah seorang murid wanita beliau kini telah berhasil ia tempah selama beberapa tahun. Namun sangat disayangkan, khusus untuk penyanyi pertama yang ia bina ini tidak ada bukti keterlibatan dalam rekaman kaset atau piringan hitam. Pada tanggal 23 Februari sampai 30 Maret 1965, adalah tahun pertama grup El-Suraya mengisi acara di Hotel Panghegar, Bandung, Jawa Barat pada acara Konferensi Asia-Afrika. Perjalanan perdana yang memakan waktu 1 bulan 7 hari ini menjadi suatu momen yang berkesan untuk Prof. H. Ahmad Baqi masa itu.

(34)

Pada tahun 1967, kedatangan Atikah Rahman, Asmidar Darwis, Rukiah Zein, dan Mohammad Taher menjadi semangat untuk Prof. H. Ahmad Baqi dalam kepemimpinannya sebagai seorang leader untuk membina murid-muridnya. Pada tahun 1952 hingga 1965, Prof. H. Ahmad Baqi telah menciptakan 40 buah lagu dan instrumental. Judul-judul Instrumental tersebut diantaranya adalah El Ghuyyum, Balladi, Kecewa, Zikrayat, Fuadi, El Hamamah, dan Syauqi. Judul-judul lagu yang beliau ciptakan pada masa itu adalah Pengembara, Nelayan Derita, Pemuda Islam, Bunda, Ummi-Ummi, Pusara Kasih Al’Ayyam, Dunia Bitigri, dan lain sebagainya. Bergemanya suara Atikah Rahman menyanyikan Pusara Kasih, Asmidar Darwis menyanyikan Pemuda Islam, dan Mohammad Taher menyanyikan Nelayan, menjadikan perjalanan El-Suraya semakin terkenal dalam mengisi berbagai kegiatan hiburan masyarakat, acara pernikahan, syukuran dan acara hari besar Islam di Kota Medan.

Kejeniusan Prof. H. Ahmad Baqi dalam menciptakan lagu semakin tidak terbendung. Sekembalinya dalam perjalanan beliau ke daerah Tanah Karo, Tiga Binanga, tepatnya tahun 1967 beliau menciptakan lagu-lagu berjudul Beduk dan Azan, Subhanallah, Cita-Cita, Kemarau, Pilihan Terakhir, Doa dan Air mata, Sadarlah, Madah Terakhir, dan banyak lagi. Pada tanggal 18 juli 1968, Prof. H. Ahmad Baqi menciptakan lagu berjudul Selimut Putih.

Lagu yang menggunakan hawa rast dalam Al-Qur’an menambah indah lagu tersebut dan menjadikan lagu ini sebagai The Symbol of El-Suraya. Instrumental musik Pantai Kenangan, Mandili, dan Khal El Habib, meramaikan karya cipta beliau hingga tahun 1970.

(35)

Pada tanggal 30 April sampai 1 juni 1970, Prof. H. Ahmad Baqi memboyong anggotanya yang berjumlahkan 25 orang untuk menghadiri undangan perdana El-Suraya ke Kota Baru, Kelantan, yang diundang oleh Dato’ H. Mohammad Asri Bin H. Muda. Pada tahun inilah penganugerahan gelar honoris causa diberikan oleh Perdana Menteri Besar Kelantan kepada Prof. H. Ahmad Baqi. Gelar profesor pun ia sandang di depan nama beliau.

Penghargaan yang sama juga diberikan oleh H. Bahrum Jamil (pendiri Universitas Islam Sumatera Utara) kepada Prof. H. Ahmad Baqi , diberikan beberapa saat kepulangan beliau dari perjalanan Kota Baru Kelantan sebagai komponis lagu-lagu nasyid pada masa itu. Ketika usianya menginjak 75 tahun, pada 1997, pendiri El-Suraya itu juga mendapat gelar Ahli Setia Darjah Kota Kinabalu dari Kerajaan Sabah, Malaysia. Sedangkan dari Pemerintah Indonesia, Prof. H. Ahmad Baqi menerima anugerah sebagai Pembina Seni dan Budaya Sumatera Utara dari Gubernur Sumatera Utara, Raja Inal Siregar.

Meskipun karya seni musik aliran irama Padang Pasir ini awalnya tidak diperhitungkan sebagai kreativitas yang bisa menghasilkan keuntungan banyak, tetapi

akhirnya Orkes Padang Pasir El-Suraya menjadi salah satu orkes yang cukup populer di kota Medan bahkan di negara-negara tetangga seperti Malaysia, Brunei

Darussalam, dan lain-lain. Situasi perkembangan musik pada saat itu sedang hangat-hangatnya melawan pengaruh dari budaya Barat. Hal ini menunjukkan bahwa Orkes Musik El-Suraya tidak begitu mendapat perhatian dari pemerintah setempat dan kurangnya kesadaran masyarakat untuk mempelajarinya.

(36)

Pada tahun 1977, prestasi yang membanggakan bagi kota Medan, bahwa Kota Medan memiliki sebuah Orkes Padang Pasir yang diakui kemahirannya dalam segi aransement, syair, dan lagu-lagunya di industri musik Malaysia, dan Brunei Darussalam. Peran serta para seniman berbakat sangat berpengaruh pada perkembangan Orkes Padang Pasir yang ada di kota Medan pada zamannya. Tanpa penanganan kreatif dari seniman itu sendiri, Orkes Padang Pasir di kota Medan tidak akan mampu bersaing dengan Orkes-Orkes lain yang berada diluar kota Medan ataupun di luar Indonesia. Penyajian lagu yang sederhana dan lirik-lirik lagu yang baik membuat Orkes Padang Pasir El-Suraya memiliki nilai plus dibanding Orkes-orkes Padang Pasir diluar kota Medan dan di luar Indonesia.

Pada tahun 1984, seorang ajudan wakil presiden merekrut Prof. H. Ahmad Baqi dan sebagian anggotanya untuk hijrah ke Jakarta. Beliau meminta Prof. H. Ahmad Baqi mengganti nama El-Surayya menjadi Azzizan. Namun grup Azzizan ini hanya bertahan sampai 4 tahun saja. Selama ada di Jakarta, lagu Cintaku dan Sebuah Nama adalah 2 buah karya cipta beliau yang sangat populer.

Dua tahun kepulangan dari Jakarta, membawa perubahan yang sangat melesukan di dalam El-Surayya, tepatnya pada tahun 1990. Orkes Padang Pasir El-Suraya mengalami kemunduran karena kemunculan alat musik keyboard yang serba praktis, murah ,dan serba bisa untuk menghibur suatu acara. Hingga perlahan, Orkes Padang Pasir El-Suraya semakin pudar di pasaran dan akhirnya Kota Medan harus merelakan orkes-orkes musik pusat (Jakarta) bangkit dan meraih kembali pasar musik mereka dari dunia industri musik Indonesia.

Orkes Padang Pasir di Medan jelas banyak bedanya dengan Orkes Padang Pasir yang ada di Jawa, hal ini dapat dilihat bahwa gaya permainan musik mereka selalu

(37)

diiringi dengan full band, seperti grup Bintang-Bintang Illahi pimpinan Agus Sunaryo atau Zamain Bersaudara. Sedangkan grup-grup di Medan, begitu jelas warna musiknya yang ingin menjadi duplikat irama musik khas Arab.

Pada tahun 1990, musik instan merajalela bagaikan jamur tumbuh dimusim hujan. Berbagai kritik dan saran pernah diajukan oleh seorang putra beliau. Namun sedikitpun Prof. H. Ahmad Baqi tidak tergiur untuk mengikuti perubahan yang dianggapnya merusak. Pada tahun 1994 dalam acara temu ramah oleh pejabat tinggi Kota Kinabalu, sebuah penghargaan tertinggi ASDK dinobatkan kepada Profesor. H. Ahmad Baqi, sebagai seniman dan sastrawan terbaik antar bangsa. Kemudian menyusul pula Gubernur Sumatera Utara Raja Inal Siregar memberikan penghargaan sebagai seniman dan komponis Islam terbaik Sumatera Utara.

Pada tahun 1988, perjalanan musik Prof. H. Ahmad Baqi yang terakhir yaitu ke Tapanuli Tengah Sibolga. Sepulang dari perjalanan ini suara Prof. H. Ahmad Baqi mulai sakit-sakitan, suaranya serak dan perlahan menghilang. Inna Lillahi Wa inna illahi Rojiun,12 tepatnya dua hari dibulan Syawal 1421 H. (22 Januari 1999). Di keheningan subuh, Ahmad Baqi mengakhiri sujud terakhirnya diatas sajadah pada pukul 2:30 wib dini hari di usia 78 tahun. Berita duka pun bertambah, ketika anak tertua Prof. H. Ahmad Baqi meninggal dunia sepulang dari pemakaman ayahnya. Kepergian beliau sangat mengejutkan kota Medan. Beberapa hari kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Pimpinan Orkes dihibahkan kepada seorang Putra Prof. H. Ahmad Baqi yaitu Ahmad Syauqi. Sebulan kepergian Prof. H. Ahmad Baqi, Departemen Agama Sumatera Utara

12Ini adalah kalimat yang umum diucapkan umat Islam ketika mendengar dan melihat umat Islam

lainnya yang meninggal dunia, dipanggil oleh Allah SWT. Artinya secara harfiah kita berasal dari Allah dan kembali pula kepada Allah. Di dalamnya terkandung ajaran bahwa yang namanya makhluk tu tidak kekal, dan sementara hidupnya di dunia ini.

(38)

mengadakan acara Malam Kenangan Ahmad Baqi di Hotel Garuda Plaza, Medan. Yang dihadiri tamu dari Negara jiran, Bapak Hanan Bin Awang dari Kota Kinabalu, serta Wakil Gubernur Sumatera Utara.

Rekaman piringan hitam (dalamn pergelaran musik) yang dihasilkan oleh H. Ahmad Baqi semasa hidupnya adalah sebagai berikut:

1. JB Interprise Jakarta 19 September 1968, 2. KMI Kuala Lumpur / Life 12 Januari 1971, 3. MMI Malaysia 4 Juni 1971,

4. MMI Malaysia 7 Juni 1972, 5. RTM Kota Kinabalu 12 Juni 1972, 6. RTM / Life 12 Juni 1974,

7. RTM Malaysia 26 Februari 1976,

8. King Musical Industri, Malaysia 2 Maret 1976, 9. RTM Malaysia 20 April 1976, dan

10. RTM Kuala Lumpur & MMI 26 November 1982.

Rekaman yang dihasilkan dalam bentuk kaset Ahmad Baqi di Medan dan Jakarta semasa hidupnya adalah sebagai berikut.

1. Doa dan Airmata (Vol 1) 14 Oktober 1974, 2. Hawa dan Nafsu (Vol 2) 27 Maret 1975, 3. Bisikan Dunia (Vol 3) 28 Maret 1975,

4. Tak Mungkin Kembali (Vol 4) 3 Februari 1976, 5. Madah Pusaka (Vol 5) 23 Februari 1976,

(39)

6. Pantai Suratan (Vol 6) 21 September 1976, 7. Hidup yang Kekal (Vol 7) 6 Oktober 1976, 8. Harga Diri (Vol 8) 26 Mei 1977,

9. Letak Bahagia (Vol 9) 28 Mei 1977,

10. Usia dan Cita -cita (Vol 10) 1 Agustus 1978, 11. Jangan Harapkan (Vol 11) 24 Agustus 1978, 12. Tangkal Melangkah (Vol 12) 28 Agustus 1978, 13. Nelayan (Vol 13) 1 September 1978,

14. Walau Dimana (Vol 14) 22 Maret 1979, 15. Seribu Kenangan (Vol 15) 23 April 1979, 16. Jadda (Vol 16) 20 Agustus 1979,

17. Pantai Narathiwat (Vol 17) 21 Agustus 1979, 18. Meniti Batang (Vol 18) 23 Agustus 1979, dan 19. Petuah Guru September 1991.

karya-karya Ahmad baqi tersebut terkodifikasi di dalam album-album yang dihasilkannya, yang sebahagian besar adalah dijual dalam bentuk kaset atau piringan hitam yang komersial. Beberapa album di antaranya bahkan dicetak di Malaysia baik secara legal mauupun ilegal. Kemudian keberadaan lagu-lagu dan orekesnya ini diteruskan oleh nanandanya yaitu haji Ahmad Sauqi dan juga beberapa murid haji Ahmad Baqi seperti Zulfan Effendi Lubis. Di antara mereka juga adalah Hajjah Saidah Lubis, yang menjadi pimpinan kelompok Orkes Padang Pasir Nur Hasanah, yang menjadi objek penelitian ini.

(40)

Latar belakang pertumbuhan dan perkembangan orkes-orkes Padang pasir seperti terurai di atas menjadi landasan budaya, bagi Orkes Padang Pasir Nur Hasanah untuk terus mempertahankan genre seni ini. Demikian menurut penjelasan pemimpin kelompok musik ini yaitu Ibu Hajjah Saidah Lubis. Beliau terinspirasi dengan keberadaan Orkes padang pasir El-Suraya, terutama ikon dan kepemimpinan Prof. H. Ahmad Baqi, yang begitu tulus mencipta musik-musik Islam.

(41)

BAB III

KELOMPOK MUSIK PADANG PASIR

NURUL HASANAH DI BINJAI

3.1 Kelompok Musik Padang Pasir Di Binjai

Mayoritas penduduk kota Binjai adalah penduduk yang beragama Islam, dan selalu mengadakan berbagai kegiatan baik dalam kegiatan adat maupun kegiatan-kegiatan keagamaan. Hal ini sesuai dengan suku yang mendiami kota Binjai yaitu suku Melayu, Jawa, dan Batak di mana masyarakatnya selalu mengadakan berbagai kegiatan adat dan keagamaan dengan menyertakan kesenian dalam acara tersebut. Kesenian yang disertakan beragam bentuk dan jenis, sepaerti seni tari, seni rupa, dan seni musik. Bentuk-bentuk kesenian ini disertakan dalam kegiatan utama maupun hanya sebagai hiburan, sesuai dengan keperluan dari pelaksanaan acara.

Musik sebagai salah satu dari cabang kesenian yang menjadi sajian pada acara yang dilakukan oleh masyarakat, disesuaikan pula dengan pelaksanaan acara, dalam hal ini adalah musik-musik yang bernuansa Islami. Musik-musik yang dapat dikatakan musik Islami dan banyak disertakan dalam acara-acara antara lain, nasyid, Padang Pasir, dan lain sebagainya.

Nasyid merupakan senandung yang biasanya bercorak Islam dan mengandungi kata-kata nasihat, kisah para Nabi, memuji Allah, dan yang berkaitan dengan Islam lainnya. Nasyid biasanna dinyanyikan secara acappela (suara instrumen musik yang dihasilkan oleh mulut manusia) atau dengan diiringi gendang. Pada awalnya, nasyid

Referensi

Dokumen terkait

Ini menunjukkan bahwa Musik Minimalis merupakan “Musik Seni” yang muncul secara individual berasal dari pengalaman empiris sang komposer dalam bentuk karya yang

Ketertarikan penulis terhadap instrumen flute, karena alat musik ini merupakan salah satu alat musik barat yang terdapat dalam musik keroncong, namun kedudukannya

Termotivasi dari membaca buku ”Pengarahan Teori Dasar Musik Barat dan Harmoni Tonal Dasar” yang ditulis oleh Dieter Mack (1992), peneliti mendapatkan gagasan dan

Hal ini yang membuat penulis tertarik untuk meneliti tentang proses pembelajaran alat musik piano pada siswa kelas dasar (preparatory) dengan menggunakan metode

Di Tasikmalaya terdapat beberapa kelompok musik yang melestarikan kesenian tradisional rebana, salah satu kelompok musik rebana di Tasikmalaya adalah grup hadrah

Untuk kelengkapan data tentang permasalahan yang ada dalam tulisan ini terutama dalam hal perubahan musik, penulis mendapat informasi dari para personil musik yang tergabung

Mengamati bakat dan antusias animo masyarakat penikmat musik di Yogyakarta, serta terbatasnya pendidikan formal musik di Yogyakarta, maka Sekolah Tinggi Musik di

Minat masyarakat terhadap musikalisasi puisi semakin besar, ditunjukkan dengan munculnya grup-grup musikalisasi puisi baik dalam lingkup seniman, masyarakat umum, pelajar