• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Dewasa ini, ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan suatu kebutuhan dan upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), khususnya biologi. Hal tersebut membantu menyiapkan peserta didik untuk menjadi anggota masyarakat yang berkualitas serta mampu menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi dengan menggunakan ilmu pengetahuan dan teknologi yang relevan di masa yang akan datang (Dahar, 1996). Dalam hal ini, siswa perlu dibekali kompetensi yang memadai agar dapat menghadapi perubahan zaman dan juga menjadi peserta yang aktif dalam masyarakat.

Dalam upaya mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan yang penuh tantangan tersebut diperlukan proses belajar mengajar, bukan hanya mengajarkan biologi sebagai produk berupa konsep atau prinsip semata, melainkan juga mengajarkan siswa berpikir melalui biologi (Rustaman, 2005: 1). Salah satu kompetensi yang sebaiknya siswa miliki adalah kemampuan untuk berpikir kritis yang diperlukan oleh setiap peserta didik sebagai upaya menyikapi setiap permasalahan dalam semua aspek kehidupan. Dengan berpikir kritis, seseorang dapat mengatur suatu keputusan yang tepat (Ennis, 1985). Berpikir kritis merupakan suatu kemampuan yang dapat dimiliki manusia melalui proses latihan dan pembelajaran. Hal ini sejalan dengan pendapat Filsaisme (2008) yang menyatakan bahwa berpikir kritis, bisa diperkirakan, dan bisa diajarkan.

(2)

Pembelajaran sains terutama biologi sebaiknya melibatkan keterampilan proses dan proses berpikir melalui metode ilmiah. Namun, pada kenyataannya pembelajaran biologi di dalam kelas masih kurang menarik peserta didik untuk berpikir karena peserta didik hanya disuguhi materi jadi tanpa banyak melibatkan proses penemuan yang mereka lakukan sendiri, sehingga peserta didik kurang dapat mengkaitkan fakta yang terjadi di lapangan dengan konsep-konsep sains. Selain itu, Munandar (2007) mengemukakan bahwa pada dasarnya sejak dini manusia sudah memiliki kecenderungan dan kemampuan berpikir kritis. Akan tetapi, kurangnya pendidikan berpikir kritis dapat mengarahkan anak-anak pada kebiasaan melakukan berbagai kegiatan tanpa mengetahui tujuan mereka melakukannya. Hal itu pun terkadang terjadi pada pembelajaran sains yang diharapkan dapat melatih kemampuan berpikir kritis peserta didik masih didominasi oleh penggunaan kegiatan yang lebih berpusat pada guru.

Oleh karena itu, diperlukan suatu strategi pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Rustaman (2005: 4) bahwa suatu strategi belajar mengajar diperlukan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara optimal guna mencapai hasil belajar siswa yang diinginkan. Salah satu pembelajaran yang dapat mengasah kemampuan berpikir kritis siswa adalah pembelajaran

menggunakan model inquiry yang merupakan salah satu jenis strategi

(3)

Hal tersebut sejalan dengan pendapat Sanjaya (2009) yang mengemukakan bahwa strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan. Dengan kata lain, inkuiri adalah suatu proses untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi atau eksperimen untuk mencari jawaban, memecahkan masalah terhadap pertanyaan, dan rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis dan logis (Sanjaya, 2009).

Dalam hal ini model inquiry dapat melatih siswa untuk mengidentifikasi dan memecahkan masalah yang dihadapinya sehingga siswa dapat lebih leluasa untuk mengembangkan kemampuan dirinya dalam memecahkan suatu masalah (Mulyasa, 2007). Adapun materi jaringan tumbuhan yang dijadikan sebagai penelitian ini, oleh karena materi tersebut dekat dengan fakta-fakta kehidupan sehari-hari terutama pada permasalahan yang timbul dalam lingkungan sekitar kita. Materi jaringan tumbuhan ini dapat menggali kemampuan berpikir kritis dan rasa ingin tahu peserta didik dengan mencari solusi dari suatu permasalahan fenomena alam serta pengembangan bioteknologi yang dilakukan oleh para ahli.

Mengingat pentingnya kemampuan berpikir kritis dalam proses perkembangan belajar peserta didik terutama dalam sains dan penggunaan model yang dapat mengasah kemampuan tersebut sebagai penunjang proses

(4)

belajar mengajar, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa dengan menerapkan model inquiry di dalam kelas. Selain itu dalam penelitian ini digunakan materi jaringan tumbuhan yang merupakan materi yang sangat berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, khususnya pada lingkungan sekitar mengenai keanekaragaman hayati dan bioteknologi. Dengan demikian, melalui permasalahan ini siswa dapat dilatih untuk mengaplikasikan pengetahuan ilmiahnya di lingkungan sekitar kita.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah maka dapat dikemukakan rumusan masalah yang akan diungkap dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimanakah kemampuan berpikir kritis siswa pada materi jaringan tumbuhan setelah diterapkan model inquiry?”

Untuk lebih mengarahkan penelitian, maka rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

a. Bagaimana kemampuan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah diterapkan model inquiry dalam materi jaringan tumbuhan?

b. Bagaimana peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa pada setiap indikator setelah diterapkan model inquiry dalam materi jaringan tumbuhan?

(5)

c. Bagaimana tanggapan siswa terhadap penerapan model inquiry pada materi jaringan tumbuhan terkait dengan pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis?

d. Bagaimana tanggapan guru terhadap penerapan model inquiry pada materi jaringan tumbuhan terkait dengan pembelajaran dan kemampuan berpikir kritis?

C. Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah, ruang lingkup masalah yang diteliti dibatasi pada hal–hal sebagai berikut:

a. Kegiatan pembelajaran yang digunakan adalah model inquiry menurut Eggen dan Kauchak, di mana siswa diberi keleluasaan untuk melakukan 5 tahap yang terdapat pada model tersebut meliputi 5 tahap yaitu penyajian masalah, pengumpulan data, eksperimen, mengorganisir data dan merumuskan penjelasan, dan mengadakan analisis.

b. Kemampuan berpikir kritis yang diukur oleh peneliti adalah memberikan penjelasan sederhana (elementary clarification), membangun keterampilan dasar (basic support), membuat referensi (inference), memberikan penjelasan lebih lanjut (advance clarification), dan mengatur strategi dan taktik (strategy and tactics). Lima indikator kemampuan berpikir kritis tersebut dikembangkan oleh Ennis, 1985.

(6)

c. Kemampuan berpikir kritis tersebut dibatasi pada pokok bahasan materi jaringan tumbuhan monokotil dan dikotil.

d. Penelitian ini dilakukan pada siswa SMA Laboratorium UPI Bandung kelas XI.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pencapaian penerapan model inquiry terhadap peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa kelas XI pada materi jaringan tumbuhan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan praktis dalam upaya perbaikan pembelajaran yaitu:

a. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan akan mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis dalam pembelajaran materi jaringan tumbuhan, siswa mendapatkan pengalaman, baru dan berbeda dari biasanya serta dapat mendorong siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih optimal.

b. Bagi guru, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai model pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

(7)

c. Bagi sekolah, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan pembelajaran biologi ke arah yang lebih baik.

d. Bagi peneliti, penelitian ini diharapkan mampu menambah pengetahuan, sebagai latihan melakukan kegiatan penelitian, dan pengalaman mengimplementasikan model dalam proses pembelajaran yang ditelitinya.

E. Asumsi

1. Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu permasalahan yang dipertanyakan (Sanjaya, 2009).

2. Jika kita menganggap berpikir sebagai sebuah kecakapan maka kita bisa meningkatkan kecakapan berpikir seperti halnya kita meningkatkan kecakapan apapun melalui memperhatikan dan mempraktikkan (Filsaisme, 2008).

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data primer dan sekunder, dapat disimpulkan bahwa bahasa Mooi memiliki pronomina. Relasi pronomina dalam bahasa Mooi meliputi: pronomina persona, pronomina

Prosedur penelitian meliputi: pemberian tes pemecahan masalah untuk melihat penalaran dan kemampuan akademis siswa, juga untuk menyegarkan proses kognisi siswa

Tim peneliti mengkaji lebih lanjut komponen pembelajaran yang telah disusun sesuai dengan hasil evaluasi dan refleksi dari siklus pertama dan selanjutnya merevisi

1) Berdiri tegak, salah satu kaki diangkat dengan diikuti sisi tangan yang lain. Dilakukan secara bergantian pada sisi tangan dan kaki yang lain. 2) Selama pergerakan awal atur

- Indikator fenolftalein (pp) 1%... Panaskan hingga mendidih lebih kurang 30 menit. Buka kaca arloji penutup, biarkan kelebihan uap asam menguap dan dinginkan. f) Tepatkan

Penulis menyimpulkan bahwa dalam penulis teks anekdot harus menggunakan struktur yang sesuai dan sudah ditentukan diantaranya adalah isyarat, pemunculan masalah,

Target audiens dari Pempek Gajahmada Cek Ming adalah untuk kalangan menengah yang ditinjau dari segi behavior bahwa kelompok ini juga menyukai wisata kuliner makanan

Berdasarkan kerangka teori perbuatan melawan hukum di atas, maka tindakan pelaku usaha yang merugikan konsumen yang diakibatkan pencantum harga produk dengan