• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Maret Direktur Statistik Industri, Dr. Mudjiandoko, MA"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Buku Pedoman Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang merupakan buku pedoman pelaksanaan Survei Tahunan Perusahaan Industri Pengolahan dan Updating Direktori secara Komputerisasi oleh BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Penjelasan di dalam buku ini dibuat rinci dan padat sehingga setiap tahapan operasionalnya diharapkan mudah untuk dimengerti baik kegiatan pengawasan maupun kegiatan di lapangan.

Buku pedoman ini merupakan buku acuan bagi pejabat struktural dan staf pelaksana di BPS Provinsi/Kabupaten/Kota. Buku ini dicetak terbatas, sehingga apabila ada pergantian pejabat atau staf pelaksana, buku ini dapat diberikan kepada penggantinya.

Buku ini disusun oleh Sub Direktorat Statistik Industri Besar dan Sedang, Direktorat Statistik Industri, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Kritik dan saran dari pengguna sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku pedoman ini.

Akhirnya pada kesempatan ini perkenankan kami mengucapkan terima kasih pada semua pihak yang telah membantu dalam kelancaran penyusunan dan terwujudnya buku pedoman ini.

Jakarta, Maret 2012 Direktur Statistik Industri,

(2)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG iii DAFTAR ISI

Halaman

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... vi

Daftar Diagram ... vii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Grafik ... ix

1. Pendahuluan ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Tujuan Updating Direktori ... 2

1.3. Cakupan dan Kegiatan ... 3

1.4. Jadwal Kegiatan ... 3

1.5. Arus Dokumen dan File ... 5

1.6. Kelemahan Pelaksanaan Updating Direktori Sebelumnya ... 6

2. Garis Besar Updating Direktori... 8

2.1. Menjaring Perusahaan Baru ... 8

2.2. Memutakhirkan Direktori (Daftar Isian I-B)... 13

2.3. Melaporkan Non Aktif dan Non Respon (Daftar Isian II-B) ... 17

2.4. Pendataan Perusahaan Terlewat (Daftar Isian II-C) ... 22

2.5. Pemutakhiran dan Kegunaan Direktori ... 24

2.5.1. Pemutakhiran Direktori ... 24

2.5.2.Kegunaan Direktori... 27

2.5.3. Arsip ... 28

2.5.4. Analisis ... 29

2.6. Pencegahan Perusahaan Dobel ... 29

3. Pedoman Matching ... 31

(3)

iv PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

3.2. Urutan Matching ... 31

3.3. Daftar Isian I-SL ... 31

3.4. Perisiapan Matching ... 34

3.5. Proses Matching di Masing-masing Tingkat ... 39

3.6. Matching Pada Tahun-Tahun Berikutnya ... 40

3.7. Sumber Calon Tambahan Direktori... 41

3.7.1. Tingkat Nasional ... 41

3.7.2. Tingkat Provinsi ... 41

3.7.3. Tingkat Kabupaten/Kota ... 42

3.8. Target ... 42

3.8.1. Penentuan Target oleh BPS Provinsi ... 42

3.8.2. Penyelesaian Target oleh BPS Kabupaten/Kota... 43

4. Pemeriksaan Lapangan ... 45

4.1. Persiapan Untuk Turun Ke Lapang ... 45

4.2. Pengamatan Langsung ... 45

4.3. Jika Matching Ternyata Kurang Lengkap ... 47

4.4. Daftar Isian I-B ... 47

4.4.1.Pemeriksaan Di Lapangan (Blok II) ... 48

4.4.2.Pengawasan Oleh Pejabat Struktural Bps Kabupaten/Kota (Blok III) . 48 4.4.3. Cek oleh Pejabat Struktural BPS Provinsi (Blok IV) ... 49

4.5. Daftar Isian II-B ... 50

4.6. Direktori Menurut Wilayah ... 51

4.7. Perusahaan Tutup ... 51

4.8. Perusahaan Menjadi Kecil ... 52

4.9. Perusahaan Usang/Tidak Terpakai ... 52

4.10. Perusahaan Pindah ... 53

4.11. Perusahaan Non Respon ... 54

4.12. Pemakaian KIP di Daftar II-A dan II-B ... 54

(4)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG v

5.1. Sistim Koordinasi ... 57

5.2. Data Entri Daftar Isian I-B ... 58

5.3. Perbaikan Sementara Direktori I-A ... 58

5.3.1. Kode Keadaan pada Akhir Tahun Survei ... 59

5.4. Kode Keadaan Selama Tahun Survei ... 66

5.5. Kegunaan Direktori ... 68

5.5.1. Kegunaan untuk Kabupaten/Kota ... 68

5.5.2. Kegunaan untuk Kontrol Daftar II-B ... 68

5.5.3. Kegunaan untuk Penerimaan ... 69

5.5.4. Kegunaan untuk Pengiriman ... 71

5.6. Perbaikan Final Direktori ... 72

5.7. Perusahaan Dobel ... 73

5.8. Mencegah Perusahaan Dobel ... 74

5.9. Pembersihan Direktori ... 75

5.9.1. Memperbaiki Format Nama Perusahaan ... 76

5.9.2. Pembakuan Format Nama Perusahaan ... 77

5.9.3. Pembakuan Format Alamat ... 78

5.9.4. Pembersihan Kode Kabupaten-Kecamatan-Desa ... 79

5.9.5. Pembersihan Perusahaan Tercatat Dobel ... 79

5.9.6. Koreksi Produksi Utama, KBLI dan Jumlah Tenaga Kerja ... 79

(5)

vi PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Baru Dan Tutup Tahun 2007 - 2011... 1

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori ... 4

Tabel 3. Jumlah Perusahaan Baru Delapan Provinsi ... 8

Tabel 4. Daftar Isian dan Pelaksanaan di Lapangan ... 16

(6)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG vii DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Identifikasi Calon Melalui Matching ... 12

Diagram 2. Sistem Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang ... 20

Diagram 3. I-B adalah Pintu Masuk, II-B adalah Pintu Keluar ... 22

Diagram 4. Waktu dan Keterkaitan Antar Kegiatan Pemutakhiran Direktori, Pencacahan dan Data Entri ... 26

Diagram 5. Hasil Cek Lapang dan Tindak Lanjutnya ... 38

Diagram 6. Calon yang Perlu Memakai Daftar I-B ... 46

Diagram 7. Penulisan KIP di Kuesioner dan Kredibilitasnya ... 56

Diagram 8. Istilah dan Kode Untuk Keadaan Perusahaan... 60

Diagram 9. Perubahan Status Bisa Terjadi Karena ... 61

Diagram 10. Apa Arti Regenerasi Data ... 62

Diagram 11. Riwayat Perusahaan dalam Direktori ... 63

Diagram 12. Perubahan Keadaan yang Diperbolehkan Program Direktori I-A ... 64

Diagram 13. BPS Provinsi Harus Mengirim Direktori Ke BPS Kab/Kota 3 Kali Setahunnya ... 66

Diagram 14. Keadaan yang Perlu/Tidak Perlu Daftar II-A/B ... 69

(7)

viii PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Daftar I-SL (C) ... 9

Gambar 2. Daftar I-SL (P) ... 10

Gambar 3. Daftar I-SL (K) ... 11

Gambar 4. Daftar Isian Daftar I-B ... 14

Gambar 5. Daftar Pengisian I-B Calon Perusahaan Baru... 15

Gambar 6. Daftar Isian II-B ... 19

Gambar 7. Daftar II-C Untuk Pendataan Perusahaan Terlewat ... 23

(8)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG ix DAFTAR GRAFIK

(9)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 1

PENDAHULUAN

1

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan industri pengolahan Industri Besar dan Sedang dapat dilihat dari penjumlahan dua komponen yaitu:

1. Kontribusi dari perusahaan baru, dan

2. Kontribusi dari pertumbuhan perusahaan yang telah ada.

Mengukur kontribusi pertumbuhan perusahaan baru ternyata tidak semudah dengan mengukur kontribusi dari perusahaan yang sudah ada di dalam direktori meskipun petugas lapangan telah diinstruksikan untuk menambahkan perusahaan baru sebelum dilakukan pengolahan hasil survei. Hal ini dapat dilihat dari total penambahan perusahaan baru yang pertumbuhannya tidak konsisten dari tahun ke tahun. Di kala ada usaha khusus atau ada kegiatan yang bersifat skala besar seperti Sensus Ekonomi, maka penambahan jumlah perusahaan baru melonjak sangat tajam sedang di tahun-tahun diluar kegiatan besar/khusus maka penambahan perusahaan baru bisa dikatakan tidak ada pertumbuhan. Kecenderungannya perusahaan baru yang ditemukan di tahun-tahun rutin umumnya disamakan dengan banyaknya perusahaan yang tutup. Dalam lima tahun terakhir jumlah perusahaan baru dan jumlah perusahaan yang tutup berdasarkan data final Direktori Industri Pengolahan yang dirimkan ke BPS-RI seperti dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 1. Jumlah Perusahaan Baru dan Tutup Tahun 2007 - 2011

Perusahaan 2007*) 2008 2009 2010 2011

Baru 11 217 800 739 452 856

Tutup 1 237 920 1 698 795 927

*)

(10)

2 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Elemen kunci kegiatan Updating Direktori adalah menjaring perusahaan baru. Penemuan perusahaan baru dari tahun ke tahun jumlahnya sekitar 2 – 10 persen dari jumlah total perusahaan. Perusahaan yang ditemukan umumnya adalah perusahaan yang telah lama beproduksi secara komersial, bukan ditemukan pada tahun kegiatan survei. Ada tiga alasan kegagalan dalam menjaring sebanyak-banyaknya perusahaan baru. Pertama tidak dilakukan proses matching (cek daftar perusahaan dari instansi terkait seperti Kementrian Perindustrian, Perdagangan, Asosiasi dsb dengan Direktori I-A) BPS. Kedua petugas enggan melaporkan perusahaan baru karena menganggap suatu beban pekerjaan saja. Ketiga tidak ada usaha khusus seperti listing Sensus Ekonomi atau kegiatan yang sifatnya berskala besar atau kegiatan pemetaan perusahaan industri pengolahan skala besar dan sedang di masing-masing wilayah.

Selain ketiga alasan di atas, kurangnya perhatian dan pengawasan dari Pejabat Struktural kepada petugas Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dalam melaporkan perusahaan baru juga dirasakan memberikan kontribusi yang kurang baik dalam menjaring perusahaan baru. Untuk itu diperlukan suatu pedoman, dana dan perhatian yang lebih ekstra oleh para pejabat struktural sehingga KSK/Petugas akan sulit untuk tidak melaporkan perusahaan baru sekalipun mereka tidak mau melaporkannya. Perusahaan yang memenuhi syarat harus dimasukan dalam direktori walaupun perusahaan tersebut tidak mau mengisi daftar isian II-A. Dalam hal ini tanggung jawab pemasukan dokumen II-A tidak hanya menjadi tanggung jawab Petugas/KSK setempat melainkan tanggung jawab mulai dari Kepala Seksi Produksi hingga Kepala BPS Kabupaten/Kota/Provinsi sampai BPS RI.

1.2. Tujuan Updating Direktori

1) Menjaring perusahaan baru. 2) Memutakhirkan direktori.

(11)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 3 4) Perbaikan informasi perusahaan yang respon, tutup, perubahan skala dan

perubahan kegiatan usaha diluar sektor Industri Pengolahan.

1.3. Cakupan dan Kegiatan

Updating Direktori dilakukan untuk mendapatkan informasi terbaru dari hasil kegiatan survei tahunan Industri pengolahan di masing-masing BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota yang jadwal waktunya telah ditetapkan oleh BPS-RI. Cakupan dalam kegiatan Updating Direktori Perusahaan ini adalah perusahaan Industri Pengolahan (manufacturing) yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang (Industri Skala Menengah/Sedang) dan perusahaan industri pengolahan dengan tenaga kerja lebih 100 orang atau lebih (Industri Skala Besar), yang pelaksanaannya dilakukan di semua Kabupaten/Kota di 33 Provinsi, dimana BPS Provinsi yang menjadi penanggung jawab dari kegiatan Updating Direktori ini.

1.4. Jadwal Kegiatan

Kegiatan manual Updating Direktori diawali dengan kegiatan matching calon perusahaan baru dengan daftar I-B sampai melaporkan perusahaan tutup, pindah, dobel, bukan industri dan berubah skala dengan daftar II-B, sedangkan kegiatan komputerisasi dilakukan setelah proses regenerasi yang dijalankan pada Software Updating Direktori dan Program pengolahan di masing-masing BPS Provinsi. Secara umum Jadwal kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori seperti dalam tabel 2 sebagai berikut :

(12)

4 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori

No Kegiatan Tujuan Jadwal

1 Matching Mencatat calon perusahaan

tambahan hasil matching

Nov-Des 2 Mengirim Direktori I-A ke BPS

Kabupaten/Kota

Menjaga kelengkapan, kemutakhirkan nama dan alamat

Jan-Feb

3 Cek lapang perusahaan hasil matcing Mengecek keberadaan calon perusahaan tambahan

Jan-Apr 4 Dropping Kuesioner II-A ke

perusahaan

Mendapatkan data rinci dari perusahaan

Jan-Apr 5 Melaporkan perusahaan baru hasil

maching dengan daftar I-B

Mendapatkan informasi perusahaan baru

Feb-Apr 6 Melaporkan perusahaan tutup, pindah,

dobel, bukan industri manufaktur, dan berubah skala dengan daftar II-B

Mendapatkan informasi perusahaan non aktif (tutup, pindah, bukan industri manufaktur/berubah skala

Feb-Apr

7 Mengambil Kuesioner II-A ke perusahaan

Mendapatkan data yang rinci dari perusahaan secara lengkap dan akurat

Feb-Nov

8 Mengirim Direktori awal ke BPS-RI c.q Subdit IBS Direktorat Statistik Industri

Mendapatkan data yang lengkap, akurat dan up to date

Apr-Mei

9 Mengirim Direktori Final ke BPS-RI c.q Subdit IBS Direktorat Statistik

Mendapatkan data yang lengkap, akurat dan up to date

Okt-Nov

10 Melaporkan perusahaan non respon Mendapatkan data minimal dari perusahaan non respon

Nov 11 Melakukan data entry kuesioner II-A Mendapatkan data rinci

dalam bentuk database

Mei-Nov 12 Mengirim Data Final Mendapatkan data yang

lengkap, akurat dan up to date

(13)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 5

1.5 Arus Dokumen dan File

BPS RI

1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(C) 3. Daftar I-B 4. Daftar II-A 5. Daftar II-B 6. Kartu Kendali 7. Software /Program Aplikasi Pemutakhiran Direktori 8. Buku Pedoaman Pemutakhiran Direktori 1. Daftar II-A 2. Daftar II-B 3. Daftar II-C 4. BPS PROVINSI 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(C) 3. Daftar I-SL(P) 4. Daftar I-B 5. Daftar II-A 6. Daftar II-B 7. Daftar II-C 8. Kartu Kendali 9. Software /Program Aplikasi Pemutakhiran Direktori 10. Buku Pedoaman Pemutakhiran Direktori 1. Daftar I-B 2. Daftar II-A 3. Daftar II-B 4. Daftar II-C 5. BPS KAB/KOTA 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(P) 3. Daftar I-SL(K) 4. Daftar I-B 5. Daftar II-A 6. Daftar II-B 7. Daftar II-C 8. Kartu Kendali 9. Software /Program Aplikasi Pemutakhiran Direktori 10. Buku Pedoman Pemutakhiran Direktori 1. Daftar I-B 2. Daftar II-A 3. Daftar II-B 4. Daftar II-C 5. KSK/Petugas Pelaksana 1. Daftar I-A 2. Daftar I-SL(K) 3. Daftar I-B 4. Daftar II-B 5. Daftar II-C 6. Kartu Kendali FILE FILE FILE FILE FILE FILE FILE FILE FILE FILE

(14)

6 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

1.6 Kelemahan Pelaksanaan Pemutakhiran Updating Direktori Sebelumnya

BPS-RI (Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang) menggunakan metode baru dalam sistem pemutakhiran direktori sejak tahun 1990. Sebelum tahun 1990 pemutakhiran direktori dilakukan secara tidak konsisten.

Beberapa yang masih ditemukan dari pelaksanaan sistem pemutakhiran direktori dari tahun 1990 s/d 2011 adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan dalam menjaring perusahaan baru belum berjalan secara optimal, terbukti setiap kegiatan sensus ekonomi jumlah perusahaan baru cenderung melonjak sangat tajam.

b. Perusahaan baru yang ditemukan umumnya perusahaan baru yang tahun

produksi komersilnya sebelum pelaksanaan tahun kegiatan survei.

c. Masih ditemukan adanya perusahaan dobel, kasus dobel ini menunjukkan BPS RI, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota tidak melaksanakan kegiatan Updating Direktori sesuai dengan dengan SOP (Standar Operating Procedure).

d. Kesalahan dalam menutup perusahaan. Perusahaan yang dianggap sulit dan non respon secara terus menerus dilaporkan dengan Tutup. Hal ini dilakukan untuk menghindari beban kerja dari petugas karena dengan melaporkan perusahaan tutup maka bebannya akan menjadi berkurang.

e. Melaporkan perusahaan yang non aktif (tutup, pindah, dobel, bukan industry dan berubah skala di akhir tahun survey (Nov-Des) yang semestinya dilaporkan di bulan Feb-Apr (awal tahun survei).

f. Terlambat mengirim direktori awal ke BPS RI c.q. Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang (IBS). Subdit IBS menerima cd/file direktori setelah Bulan Mei. Keterlambatan mengirim direktori ini menyebabkan:

(15)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 7 1. Subdit IBS menerima kiriman kuesioner yang belum tercantum dalam

direktori.

2. Direktori yang diterima tidak sesuai dengan kuesioner yang dikirim ke Subdit IBS.

3. KIP yang ditulis di kuesioner tidak sama dengan KIP yang ada di Sofware Updating Direktori yang ada di direktori

g. Masih ada BPS Kabupaten/Kota yang tidak membuat copy daftar perusahaan dari sumber. Hal ini sangat disayangkan Karena tahun berikutnya BPS Kabupaten/Kota harus memeriksa ulang seluruh daftar perusahaan yang ada di sumber tersebut.

h. BPS provinsi tidak melaporkan perusahaan aktif non respon di akhir pengolahan yang semestinya harus di laporkan di bulan November.

i. Mengusangkan KIP yang sudah lama ada tapi mempertahankan KIP yang

baru dibuat untuk perusahaan yang sama karena dobel sehingga salah satu harus diusangkan.

j. Masih lemahnya pemahaman konsep dan definisi tentang industri manufaktur, segingga banyak kuesioner setelah di cek di BPS-RI ternyata bukan kategori industri manufaktur.

(16)

8 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

GARIS BESAR UPDATING DIREKTORI

2

2.1. Menjaring Perusahaan Baru

Menjaring perusahaan baru dalam kegiatan Updating Direktori merupakan hal yang penting dalam mengukur peranan pertumbuhan jumlah usaha/perusahaan sub sektor di industri pengolahan. Hasil kegiatan menjaring perusahaan baru setiap tahun belum dilaksanakan secara optimal oleh setiap BPS wilayah, terlebih sejak terjadi krisis ekonomi di Indonesia tahun 1998 jumlahnya berfluktuasi. Tidak hanya pada saat krisis, kegiatan yang sifatnya khusus dilakukan oleh Badan Pusat Statistik seperti Sensus Ekonomi tahun 2006 juga menunjukkan kenaikan perusahaan baru yang signifikan dibandingkan sebelum dan sesudah kegiatan Sensus Ekonomi. Selama kurun waktu lebih dari satu dekade perkembangan penambahan perusahaan baru hasil kegiatan menjaring perusahaan baru dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3. Jumlah Perusahaan Baru Delapan Provinsi

Tahun 2007 - 2011

Provinsi 2007 2008 2009 2010 2011 Sumatera Utara 396 44 30 17 52 DKI Jakarta 1185 15 11 5 4 Jawa Barat 2548 181 217 166 197 Jawa Tengah 2554 88 88 53 219 Yogyakarta 194 10 6 4 8 Jawa Timur 2342 197 159 62 218 Banten 413 105 47 19 26 Sulawesi Selatan 133 9 3 4 3 Lainnya 1452 151 178 122 129 Total 11217 800 739 452 856

(17)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 9 Dari tabel di atas terlihat penambahan perusahaan baru dari tahun ke tahun rata-rata tumbuh tidak lebih dari 10 % dari perusahaan aktif, kecuali ditahun 2007 dimana pada pelaksanaan Sensus Ekonomi 2006 jumlah perusahaan baru dapat tumbuh hampir 40 % dari perusahaan aktif. Hal ini menunjukkan bahwa ditahun tidak ada sensus kegiatan updating direktori tidak berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Sedangkan ditahun ada sensus kelihatannya menjaring perusahaan baru dapat dilakukan secara lebih optimal sehingga informasi tentang perusahaan industri pengolahan yang berskala menengah dan besar dapat diperoleh secara lengkap.

Proses menjaring perusahaan baru diawali dengan kegiatan matching dari dinas terkait dan asosiasi perusahaan industri seperti Kementerian Perindustrian, Kementrian Perdagangan, Kementrian Tenaga Kerja, Asosiasi Tekstil dan sebagainya baik ditingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tahapan-tahapan kegiatan matching di masing-masing tingkat adalah sebegai berikut :

· BPS-RI mengirim daftar hasil matching calon perusahaan bersumber dari instansi terkait atau asosiasi di tingkat Pusat untuk dicek di tiap-tiap Provinsi dengan menggunakan daftar/form I-SL(C) (Industry Short List - Center). Contoh daftar I-SL (C) berikut contoh pengisiannya seperti gambar 1 sebagai berikut :

(18)

10 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

· BPS provinsi melakukan matching dengan direktori perusahaan dari intansi terkait atau asosiasi ditingkat provinsi dengan Direktori BPS kemudian menambahkan dari daftar I-SL(C) dari pusat ke dalam daftar I–SL(P) (Industry Short List - Province) sebelum nantinya dikirim ke BPS Kabupaten/Kota. Contoh daftar I-SL(P) berikut contoh pengisiannya seperti gambar 2 sebagai berikut

Gambar 2. Daftar I-SL (P)

· BPS Kabupaten/Kota melakukan matching direktori perusahaan dari intansi terkait atau asosiasi ditingkat Kabupaten/Kota dengan Dirktori BPS kemudian menambahkan dari daftar I-SL(P) dari BPS Provinsi ke dalam daftar I–SL(K) sebelum nantinya diserahkan kepada masing-masing Petugas Lapang atau Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) untuk dicek. Contoh daftar I-SL(K) berikut contoh pengisiannya seperti gambar 3 sebagai berikut :

(19)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 11

Gambar 3. Daftar I-SL (K)

· Seluruh calon perusahaan tambahan hasil matching tersebut dicek di lapangan dan dilaporkan dengan daftar I-B.

· Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) menambahkan perusahaan hasil

pengamatan langsung yang ditemui di lapangan tetapi belum ada di dalam daftar I-SL(K) dan tidak ada di Direktori BPS.

Untuk skema urutan pemilihan calon dari tingkat BPS-RI sampai BPS Kabupaten/Kota dapat dijelaskan pada diagram 1 sebagai berikut:

(20)

12 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Diagram 1

Urutan Identifikasi Calon Melalui Matchin

g

Tingkat Daftar PUSAT I-SL (C) PROVINSI I-SL (P) KABUPATEN I-SL (K) /KOTA KECAMATAN I-B (KSK) Calon dari sumber nasional Calon dari BPS-RI

Calon tahun lalu yang perlu dicek lagi

Tambahan dari sumber di tingkat Provinsi

Calon yang diterima dari BPS Provinsi Tambahan dari sumber di tingkat Kabupaten/Kota madya

Calon yang diterima dari BPS Kabupaten/Kota

Tambahan hasil pengamatan langsung

(21)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 13

2.2. Memutakhirkan Direktori (Daftar Isian I-B)

Hasil pengecekan calon perusahaan tambahan di lapangan dilaporkan dengan menggunakan daftar I-B. Kegiatan ini dilakukan tiap tahun pada bulan Januari-April tahun pelaksanaan survei. Kerangkanya adalah daftar perusahaan bersumber dari instansi lain atau asosiasi dan belum ada dalam direktori Industri Besar dan Sedang yang dirangkum dalam daftar I-SL(K), yang terdiri dari perusahaan Industri Besar dan Sedang yang baru berdiri, baru pindah dari provinsi lain, baru berubah tenaga kerjanya menjadi 20 orang atau lebih atau terlewat pada tahun sebelumnya, dan perusahaan yang pada tahun sebelumnya baru ada lokasinya atau masih dibangun.

Informasi calon perusahaan hasil pengecekan lapangan dituliskan dalam daftar I-B, kemudian untuk mencegah dobel dilakukan pemeriksaan oleh Kasie produksi di BPS Kabupaten/Kota dengan Direktori I-A. Daftar I-B kemudian dikirim ke BPS Provinsi untuk dilakukan data entry dengan aplikasi program/Sofware Updating Direktori. Di BPS Provinsi (Kasie Industri) guna mencegah perusahaan dobel, calon perusahaan yang dilaporkan dengan daftar I-B tersebut juga dilakukan pemeriksaan, apakah calon perusahaan tersebut sudah ada pada Direktori I-A. Jika sudah ada maka tidak akan ditambahkan dalam Sistem Updating Direktori Industri Besar dan Sedang, jika belum ada maka akan ditambahkan kedalam Sistem Updating Direktori Industri Besar dan Sedang apabila calon tersebut memenuhi syarat. Daftar isian I-B berikut contoh pengisian untuk calon perusahaan seperti gambar 4 sebagai berikut.

(22)

14 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Gambar 4. Daftar Isian I-B

Didalam data entry calon perusahaan dengan daftar I-B terdapat beberapa kemungkinan yang akan terjadi yaitu :

· Kelompok calon perusahaan yang sudah berproduksi secara komersial dengan tenaga kerja 20 atau lebih, yang berarti memenuhi syarat untuk ditambahkan ke dalam Direktori.

· Kelompok calon perusahaan yang perlu dicek kembali pada tahun berikutnya karena sedang dalam masa percobaan.

· Kelompok calon perusahaan yang akan dicek kembali beberapa tahun kemudian karena masih tergolong industri kecil, sedang dibangun, atau hanya baru ada lokasi.

(23)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 15

· Kelompok calon perusahaan yang tidak perlu dicek kembali tahun berikutnya yaitu perusahaan yang dulu ada tapi sekarang tutup, berada di Kabupaten/Kota lain, bukan termasuk perusahaan industri pengolahan, atau perusahaan tersebut tidak ditemukan. Aplikasi untuk pengisian calon perusahaan baru yang memenuhi syarat dalam program Updating Direktori 2011 ada di sub menu calon perusahaan pada menu proses sebelum di transfer ke dalam Direktori I-A. Kemudian diikuti dengan pemberian nomor sehingga terbentuk KIP lengkap untuk perusahaan baru. Format pengisian daftar I-B pada Program Updating Direktori 2011 sebagai berikut :

Gambar 5. Daftar Pengisian I-B Calon Perusahaan Baru

(24)

16 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Dalam pelaksanaan pendataan perusahaan industri pengolahan Skala Besar dan Sedang terdapat beberapa jenis daftar/kuesioner berikut kegunaannya serta jadwal pelaksanaannya pada tahun pelaksanaan survei terkait dengan kegiatan updating direktori selama kurun waktu satu tahun. Jenis daftar/kuesioner dan penjelasannya bisa dilihat pada tabel 4 sebagai berikut:

Tabel 4. Daftar Isian dan Pelaksanaan di Lapangan

Daftar

Isian Nama Tujuan Kerangka Pekerjaan di lapangan Cap Peru-sahaan Jadwal Waktu

I-A Direktori Menjaga

kelengkapan, kemutakhiran nama dan alamat

Direktori tahun lalu ditambah daftar I-B sekarang

Tidak ada, dikerjakan melalui I-B, II-B

Tidak perlu April-Mei, Direktori Awal Okt-Nov Direktori Final I-B Survei Calon

Tambahan Identifikasi semua perusahaan baru/terlewat Daftar perusahaan instansi lain I-SL

Cek di lapangan Tidak perlu Nov-Des : calon/matching Jan-Apr : Cek di Lapangan II-A Kuesioner survei Tahunan Mendapatkan data yang benar dari responden I-A Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) mengirim ke perusahaan Perlu Jan-Apr : drop kuesioner. Feb-Nov : kuesioner diambil II-B Laporan ringkas Data minimal dari perusahaan non respon, tutup, berubah skala kecil, pindah lokasi, dobel dan aktif non respon

I-A dikurangi yang respon Diisi Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) atau pejabat struktural

Tidak perlu Feb-Apr : yang tutup, pindah, dobel, bukan industri

Nov: yang non respon II-C Kuesioner perusahaan terlewat cacah Mendapatkan data minimal di tahun-tahun terlewat cacah

I-A aktif baru yang pernah terlewat cacah Wawancara dengan perusahaan Perlu April-Oktober

(25)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 17

2.3. Melaporkan Non-Aktif dan Non-Respon (Daftar Isian II-B)

Daftar II-B digunakan untuk melaporkan keadaan perusahaan yang tidak dapat mengisi kuesioner survei tahunan (daftar II-A), termasuk perusahaan yang baru ditambahkan ke Direktori I-A sampai batas waktu yang telah ditetapkan pada kegiatan Pemutakhiran Direktori dibulan.

Ada empat kelompok perusahaan yang keadaannya harus dilaporkan dengan daftar II-B : (1) Non-aktif, yaitu: tutup, dan usang/tidak terpakai karena tidak memenuhi syarat

sebagai perusahaan baru, gabung dan dobel. (2) Pindah keluar Kabupaten/Kota

(3) Perusahaan aktif tetapi non respon

(4) Berubah skala menjadi kecil (Tenaga Kerja kurang dari 20 orang)

Daftar II-B dapat menghindarkan dari dua kesalahan yang umum terjadi:

· Salah menutup perusahaan.

· Salah menyatakan nonrespon, yaitu perusahaan yang benar-benar tutup tetapi dinyatakan sebagai nonrespon.

Daftar isian II-B dapat digunakan dalam dua tahap :

Tahap I (untuk perusahaan non-aktif atau pindah).

Pada bulan Januari-April, disaat Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) mengirimkan kuesioner survei tahunan (Daftar II-A) ke responden/perusahaan yang tercatat aktif dalam Direktori Industri Besar dan Sedang, tetapi perusahaan yang dikunjungi ternyata telah tutup/pindah keluar Kabupaten/Kota, menjadi industri kecil, bergabung dengan perusahaan lain atau dobel (tercatat lebih dari satu kali dalam Direktori), maka Koordinator Statistik Kecamatan harus segera melaporkan perusahaan tersebut dengan daftar isian II-B ke II-BPS Kabupaten/Kota melalui Kasie Produksi, untuk selanjutnya dikirim ke II-BPS

(26)

18 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Provinsi untuk dilakukan update pada Direktori I-A melalui software Updating Direktori. BPS Provinsi tidak perlu menunda melaporkan hal ini sampai bulan Oktober.

Pelaporan non aktif setelah bulan April hanya dilakukan untuk perusahaan yang baru masuk Direktori pada tahun itu tetapi ternyata tidak memenuhi syarat sebagai unit pencacahan. Perusahaan seperti ini digolongkan sebagai perusahaan usang.

Tahap II (untuk perusahaan non-respon atau kosong)

Pada bulan November, apabila Daftar II-A tidak respon sampai batas waktu pengembalian kuesioner selesai, Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) segera mengisi blok non respon dalam daftar isian II-B. Blok non respon digunakan untuk mencatat penegasan Koordinator Statistik Kecamatan bahwa perusahaan masih aktif tetapi non respon. Hal ini bukan berarti membebaskan Koordinator Statistik Kecamatan dari keharusan memenuhi kewajiban mendapatkan daftar II-A. Tetapi hanya pernyataan tertulis bahwa Koordinator Statistik Kecamatan gagal mendapatkan kuesioner yang terisi sampai batas waktu survei yang telah ditentukan. Dari perusahaan non respon diharapkan bisa didapatkan data minimal yaitu jumlah tenaga kerja, nilai pemakaian bahan baku, serta nilai produksi. Tiga variabel tersebut akan digunakan sebagai bahan estimasi.

Untuk perusahaan yang tutup, berubah skala menjadi kecil, pindah lokasi, usang/tidak terpakai maupun untuk perusahaan yang aktif tapi non respon di laporkan dengan menggunakan Daftar II-B. Informasi perubahan kondisi perusahaan dari yang sebelumnya aktif menjadi non aktif langsung dilakukan perubahan data pokok perusahaan di sub menu updating data dimenu proses direktori perusahaan. Perubahan ini hanya bisa dilakukan di tingkat BPS Provinsi dan tidak bisa dilakukan oleh BPS Kabupaten/Kota. Daftar isian II-B berikut contoh pengisiannya seperti gambar 6 sebagai berikut :

(27)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 19

(28)

20 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Tahapan kegiatan Updating Direktori di dalam pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang secara garis besar dijelaskan dalam diagram sebagai berikut:

Diagram 2

Sistem Pemutakhiran Direktori Industri Besar dan Sedang

DIREKTORI I-A 2011

PENGAMATAN

Perusahaan

non aktif Perusahaan aktif

Aktif Kembali Aktif Tutup, Kecil, Bukan Industri

Daftar Perusahaan dari Instansi pemberi ijin :

Kementerian Perindustrian, Perdagangan, BKPM, Pemda, Depkes, Depnaker, dsb Matching Matching Calon Perusahaan Tambahan (I-SL) Tidak terpilih sebagai calon tambahan Cek di lapangan Dilaporkan Dengan Daftar I-B

Perusahaan Tambahan

Gagal menjadi perusahaan tambahan

(29)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 21 Perkembangan jumlah perusahaan yang masuk dan yang keluar hasil pelaksanaan kegiatan Upating Direktori dari seluruh BPS Provinsi dari tahun 2006 sampai dengan 2011 seperti pada grafik sebagai berikut :

Dari grafik di atas jelas bahwa keluar masuknya perusahaan harus dilaporkan dengan benar. Pelaporan adanya perusahaan baru dengan daftar I-B sedangkan pelaporan perusahaan yang keluar ditunjukkan dengan perusahaan yang sudah tidak aktif lagi melalui daftar II-B menjadi sangatlah penting. Keluar masuk perusahaan dari kegiatan Updating Direktori Perusahaan dapat dijelaskan pada diagram 3 sebagai berikut :

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Grafik 1

Perkembangan Perusahaan Masuk dan Keluar Tahun 2006 - 2011

(30)

22 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Diagram 3

I-B Adalah Pintu Masuk, II-B Adalah Pintu Keluar

Direktori I-A

Perusahaan yang respon

Perusahaan

Baru saja

Non aktif

Perusahaan non aktif

(tutup, kecil, usang)

Perusahaan aktif

yang

non-respon (Daftar II-B)

2.4. Pendataan Perusahaan Terlewat (Daftar Isian II-C)

Daftar II-C digunakan untuk mendapatkan informasi dari perusahaan yang baru ditemukan tetapi sudah berproduksi secara komersial jauh sebelum tahun pelaksanaan survei dilakukan. Daftar II-C ini diambil dari daftar I-B yang memenuhi syarat (Perusahaan Baru. Beberapa pertanyaan yang telah berproduksi komersil sebelum tahun survei terdapat pada daftar II-C meliputi jumlah tenaga kerja, nilai total produksi yang dihasilkan dan nilai total pemakaian bahan baku yang digunakan pada tahun dimulai tahun produksi komersil. Tahun produksi secara komersial di daftar II-C dibagi dalam dua selang waktu yaitu sebelum tahun 1975 dan sesudah tahun 1975 agar didapatkan informasi di tengah tahun dengan tahun pelaksanaan survei. Jadwal kegiatan pendataan perusahaan yang terlewat dilakukan setelah April tahun

Daftar

II-B

Daftar

I-B

Baru Ditemukan

(31)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 23 pelaksanaan survei. Daftar II-C berikut contoh pengisiaannya seperti gambar sebagai berikut :

(32)

24 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

2.5. Pemutakhiran dan Kegunaan Direktori

2.5.1. Pemutakhiran Direktori

Frame Direktori (I-A) Industri Besar dan Sedang dimutakhirkan dalam dua tahap yaitu :

Tahap 1 (Perusahaan yang baru/terlewat, yang baru jadi nonaktif dan yang pindah)

Direktori awal/sementara disiapkan pada bulan April-Mei dengan menggunakan informasi dari daftar isian I-B untuk perusahaan yang baru/terlewat dan menggunakan daftar isian II-B untuk perusahaan yang baru non aktif (tutup), berubah skala menjadi kecil, pindah lokasi dan tidak terpakai/usang. Filenya dikirimkan ke BPS RI c.q Subdirektorat Statistik Industri Besar dan Sedang Direktorat Statistik Industri paling lambat pada tanggal 1 Mei tahun pelaksanaan survei. Ditingkat pusat informasi yang terdapat pada frame direktori juga digunakan untuk mempertahankan konsistensi penggunaan KIP dari seluruh BPS Provinsi. Sedangkan di BPS daerah berguna untuk memonitor kelengkapan survei tahunan (Daftar II-A) baik yang respon maupun tidak.

Tahap 2

BPS Daerah menyelesaikan Direktori final pada bulan Oktober-November, memasukkan tanda/flag untuk yang aktif tapi non respon dan melakukan perubahan berdasarkan isian yang terdapat pada daftar II-B seperti nama perusahaan, alamat, telpon dan faxsimile. Penyelesaian akhir ini tidak akan memakan waktu lama, karena sebagian besar telah dilakukan pada tahap 1 (Direktori sementara). Dalam aplikasi program pengolahan Updating Direktori Industri Besar dan Sedang pada level Provinsi disediakan tabel laporan yang memperlihatkan banyaknya perusahaan aktif (termasuk perusahaan baru dan yang aktif kembali) serta banyaknya perusahaan yang non aktif baik tutup, kecil dan usang dengan nama tabel A-11 seperti gambar sebagai berikut :

(33)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 25 BPS Provinsi/Kabupaten/Kota bisa menghitung tingkat respon sebenarnya yaitu banyaknya kuesioner II-A yang masuk dengan keadaan terisi lengkap dibanding dengan banyaknya perusahaan yang aktif dalam direktori.

Selain itu dalam tabel juga dapat juga digunakan oleh BPS Provinsi untuk memonitor hasil pelaksanaan kegiatan survei dilapangan masing-masing Kabupaten/Kota. Skema kedua tahap tersebut serta hubungannya dengan penjadwalan waktu pelaksanaan Survei Perusahaan Industri Besar dan Sedang terkait penggunaan kuesioner I-B, II-A, II-B, dan II-C dapat dilihat pada diagram 4.

(34)

26 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Diagram 4.

Waktu Dan Keterkaitan Antar Kegiatan

Pemutakhiran Direktori, Pencacahan dan Data Entri

NOV DES JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV Data Entri II-A

I-A Regeneasi Matching Cek Lapangan Daftar IS-L Data Entry I-B Antar Kuesioner Perusahaan Lama · Antar Kuesioner Perusahaan Baru · Pencacahan Persh Terlewat dg II-C I-B II-A II-C

II-B Lapor Keadaan

Tutup, Kecil, Non Respon FINAL Direktori Sementara Ambil Kuesioner

(35)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 27

2.5.2. Kegunaan Direktori

Selain untuk mendaftar perusahaan, sistem Direktori juga menyediakan beberapa unsur informasi, yaitu :

· Informasi dari daftar II-B, Direktori dapat digunakan untuk menyimpan informasi tentang perusahaan nonaktif baru.

· Direktori juga dapat memperlihatkan perusahaan yang non respon selama 3 tahun terakhir, sehingga pengawas dapat melihat secara cepat perusahaan-perusahaan yang sulit bekerjasama dengan BPS.

· Penerimaan kuesioner dari Kabupaten/Kota dapat dicatat dalam media komputer melalui modul penerimaan. Dibanding memakai arsip di kertas, cara ini akan mempercepat tugas BPS Provinsi untuk mengetahui berapa kuesioner yang sudah diterima dari tiap Kabupaten/Kota.

· Mengirim kuesioner ke Pusat dapat dicatat didalam disket/CD/file (dengan modul pengiriman). Dengan cara ini, daftar kuesioner yang akan dikirim dapat dicetak sekaligus, sehingga tak perlu diketik lagi pada lembar kertas khusus.

Pencatatan penerimaan dan pengiriman kuesioner oleh BPS Provinsi akan memaksa BPS Provinsi membandingkan KIP setiap kuesioner dengan KIP di Direktori. Karenanya, Pusat tidak akan menerima lagi kuesioner yang KIP-nya tidak ada atau tidak konsisten dengan Direktori. Cara ini juga mendorong BPS Provinsi untuk secara cepat memperbaiki Direktori bila ada perubahan, seperti: ada perusahaan baru, aktif lagi, dan baru nonaktif, tanpa menunda-nunda tugas ini sampai saat terakhir.

(36)

28 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

2.5.3. Arsip

Pengarsipan data sangat penting, untuk itu Kasi Statistik Industri di BPS Provinsi perlu menjaganya dengan ekstra hati-hati. Ongkos menggandakan data ke disket/CD/Flashdisk relatif kecil sedangkan kerugian akan sangat besar kalau harus mengulang memasukkan data lagi. Masalah penyimpanan data jangan seluruhnya diserahkan ke staf yang mungkin tidak tahu data mana yang perlu disimpan atau tidak. Setiap saat Kasie harus memastikan bahwa stafnya secara rutin mem-back up file data dan program, sehingga setiap data yang hilang, (misalnya terkena virus) atau file mengalami kerusakan akibat masalah teknis diluar kegiatan pengolahan data seperti pemadaman listrik, maka program atau data dapat dengan mudah diperbaiki. Setiap 4-8 jam setelah data entry, backup harus segera dilakukan. Sebaiknya ada 2 generasi backup, sehingga, kalau satu hilang, masih ada cadangan satu lagi.

Setiap akhir tahun survei, sebelum data di regenerasi untuk survei tahun berikutnya, pengawas harus yakin bahwa backup seluruh data telah dilakukan, seluruh backup harus diberi label yang jelas serta disimpan di tempat yang aman, misalnya di lemari kabinet Kepala Bidang. Sebaiknya, ada 2 copy backup, satu untuk sering dipakai, satu untuk cadangan. Setiap akhir tahun survei, Kasie Statistik Industri BPS Provinsi harus memastikan bahwa daftar lengkap perusahaan hasil I-B atau daftar perusahaan baru sudah dicetak (I-B-1) untuk penggunaan masing-masing BPS Provinsi maupun BPS Kabupaten/Kota. Daftar ini bertujuan untuk menghindari pemeriksaan ulang yang tidak perlu terhadap calon perusahaan yang sama guna pelaksanaan survei tahun berikutnya, BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota harus menyimpan hasil listing lengkap semua calon perusahaan yang pernah diperiksa I-B paling sedikit 5 tahun.

(37)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 29

2.5.4. Analisis

Setelah hasil entri I-B (Direktori sementara) dikirim ke BPS Pusat, maka BPS Provinsi dan Pusat melakukan analisis sederhana yaitu membandingkan tingkat keberhasilan berbagai sumber untuk tiap-tiap Provinsi.

Analisis dipusatkan pada 4 masalah :

1. Tingkat keberhasilan total secara rata-rata sebaiknya antara 20 s/d 60 %, jika dibawah 20 % berarti ada indikasi bahwa target terlalu tinggi atau pilihan sumbernya kurang jitu, jika lebih dari 60 % berarti targetnya terlalu rendah, sehingga perlu dinaikkan.

2. Tingkat keberhasilan setiap sumber, sumber yang memberikan tingkat keberhasilan tinggi perlu digunakan terus. Sumber yang tingkat keberhasilannya rendah sebaiknya digunakan secara selektif.

3. Umur perusahaan yang ditemukan. Setelah dua tahun pemutakhiran Direktori, idealnya perusahaan yang ditemukan adalah perusahaan baru atau berumur satu tahun. Sebaliknya, bila perusahaan baru yang ditemukan hanya sedikit, kemungkinan besar belum berhasil menemukan perusahaan baru atau ada perusahaan baru tetapi tidak dilaporkan.

4. Perusahaan skala Besar, tujuan utama pemutakhiran Direktori adalah menemukan perusahaan-perusahaan yang relatif besar, dimana pada umumnya mempunyai peranan besar dalam penyerapan tenaga kerja. Sehingga lebih diutamakan sumber yang banyak perusahaan besarnya. Jika perusahaan besar yang ditemukan terlalu sedikit, pengawas perlu memeriksa kembali pilihan sumbernya.

2.6. Pencegahan Perusahaan Dobel

Sistem Direktori salah satunya dirancang guna menghindarkan perusahaan terdaftar dobel.

(38)

30 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Untuk tiap kasus dilakukan dengan :

1. Perusahaan yang berubah produksi utamanya.

Dalam kasus ini nomor KIP tidak perlu diubah. Perubahan produksi utama akan tercermin pada perubahan KBLI kegiatannya

2. Untuk perusahaan lama.

Petugas agar menyalin KIP ke halaman depan kuesioner masing-masing survei sebelum disampaikan ke perusahaan, sehingga bila kuesioner sudah diambil kembali KIP tidak perlu dicari lagi.

Apabila ada kuesioner yang diambil dari perusahaan tetapi tidak ada KIP-nya, petugas pencacah diminta membandingkan kuesioner tersebut dengan Direktori yang tersusun menurut abjad, untuk memastikan bahwa perusahaan tersebut sudah ada dalam Direktori dengan KIP lama. KIP lama ini kemudian disalin ke kuesioner. Kalau kuesioner dari perusahaan ternyata belum dimasukkan ke Direktori, petugas harus mencatat di halaman depan bahwa ini perusahaan baru. Kemudian BPS Provinsi memasukkan informasi dari perusahaan baru tersebut sebagai calon perusahaan pada Software Updating Direktori. Jika memenuhi syarat salin KIP perusahaan tersebut ke kuesioner setelah dilakukan transfer ke direktori I-A dan setelah pemberian nomor urut pada perusahaan sebelum dikirim ke BPS RI c.q Subdirektorat Statistik Industri Besar dan Sedang.

(39)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 31

PEDOMAN MATCHING

3

3.1. Kegiatan Matching

Tahapan paling sulit dan harus teliti dalam pelaksanaan updating Direktori adalah matching karena memerlukan perhatian penuh dari para pejabat struktural. Proses matching memerlukan ketelitian yang tinggi untuk menentukan calon perusahaan yang paling mungkin memenuhi syarat untuk masuk kedalam Direktori. Tujuannya adalah menjaring semua perusahaan baru di industri pengolahan baik yang berskala Besar maupun Sedang sehingga informasi perusahaan aktif bisa tercakup semua.

Matching adalah membandingkan daftar perusahaan yang berasal dari instansi lain atau asosiasi seperti Kementerian Perindustrian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Tenaga Kerja, BKPM, Asosiasi Perusahaan Industri Pengolahan, dan sebagainya, baik di tingkat Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan Direktori Industri Pengolahan BPS yang disusun menurut abjad. Hasil dari kegiatan ini adalah dihasilkan calon nama perusahaan tambahan yang belum ada di Direktori BPS yang nantinya akan dicek di lapangan.

Proses matching, pemilihan sumber dan penggunaan target dibicarakan di bab ini. Sumber utama calon perusahaan tambahan adalah daftar perusahaan dari instansi lain atau asosiasi perusahaan industri pengolahan. Untuk selanjutnya dalam buku pedoman ini calon perusahaan industri tambahan hanya ditulis “calon”.

3.2 Urutan Matching

Urutan matching dari awal kegiatan di BPS pusat sampai petugas lapangan dapat dijelaskan sebagai berikut.

(40)

32 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

1 BPS Pusat melakukan matching, memisahkan menurut Provinsi, dan mengirimkannya dalam bentuk sofcopy atau print-out nya dengan bentuk daftar I-SL (C) ke tiap BPS Provinsi.

2 BPS Provinsi melakukan matching, menambahkan pada daftar perusahaan yang diterima dari Pusat dalam komputer dan mengirimkannya dalam softcopy atau print-out nya dengan bentuk I-SL (P) ke tiap BPS Kabupaten/Kota.

3 BPS Kabupaten/Kota melakukan matching, menambahkan pada daftar perusahaan yang diterima dari BPS Provinsi dalam komputer, mencetak menurut kecamatan, dan meneruskannya ke masing-masing Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) dalam daftar I-SL (K).

BPS Kabupaten/Kota dapat memberikan keterangan tambahan pada calon yang diberikan oleh tingkat diatasnya yang kurang lengkap. Sebagai contoh jika calon yang berasal dari BPS Provinsi tidak memiliki alamat yang jelas, BPS Kabupaten/Kota dapat menambah alamat yang bersumber dari instansi tingkat Kabupaten/Kota.

3.3. Daftar Isian I-SL

Daftar I-SL digunakan untuk mempersiapkan daftar calon yang disusun berdasarkan wilayah. Daftar ini dibuat dalam komputer dan bisa diprint.

Ada 3 jenis daftar I-SL:

1. I-SL(C) dibuat di BPS Pusat, 2. I-SL(P) dibuat di BPS Provinsi, 3. I-SL(K) dibuat BPS Kabupaten/Kota.

Kolom produksi utama dan banyaknya pekerja dalam daftar isian I-SL digunakan hanya untuk informasi dari sumber. Jika sumber tidak menyediakan informasi, staf segera menuliskan “TA” (tidak ada). Untuk menghindari kesalahfahaman, kolom tersebut tidak

(41)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 33 boleh dibiarkan kosong, agar Koordinator Statistik Kecamatan tidak mengisi kolom kosong tersebut dengan keterangan dari lapangan.

Sumber informasi beserta kode sumbernya harus ditulis dengan jelas pada daftar isian I-SL. Sumber diberi kode sesuai dengan tabel kode sumber seperti tabel sebagai berikut :

Tabel 5. Kode Sumber Calon Perusahaan Baru

Kode Sumber Kode Sumber

Calon yang tahun lalu gagal 34 TK 1-Tenaga Kerja 01 Produksi percobaan/Eksplorasi 35 TK 1-Pemda

02 Sedang dibangun 36 TK 1-Pertambangan

03 Baru ada lokasi/penyelidikan umum 37 TK 1-Pekerjaan Umum 04 Industri tenaga kerja < 20 38 TK 1-Kesehatan 05 Listrik non PLN pelanggan < 10 39 TK 1-Perkebunan

Calon tahun ini 41 TK 1-Pertanian

11 BPS-Perindustrian 42 TK 1-Kehutanan

12 BPS-BKPM 43 TK 1-Asosiasi

13 BPS-KADIN 49 TK 1-Lainnya

14 BPS-Tenaga Kerja 51 TK II-Perindustrian & Perdagangan

15 BPS-Kementrian Dalam Negeri 54 TK II-Tenaga Kerja 16 BPS-Pertambangan & Energi 55 TK II-Pemda

17 BPS-Pekerjaan Umum 56 TK II-Pertambangan

18 BPS-Kesehatan 57 TK II-Pekerjaan Umum

19 BPS-Perkebunan 58 TK II-Kesehatan 21 BPS-Pertanian 59 TK II-Perkebunan 22 BPS-Kehutanan 61 TK II-Pertanian 23 BPS-Asosiasi 62 TK II-Kehutanan 24 BPS-Perdagangan 63 TK II-Asosiasi 27 ASTEK 66 Desa/Kelurahan 28 BPS-Kehakiman 67 Kecamatan

29 BPS-Lainnya 68 Kawasan Industri

31 TK 1-Perindustrian & Perdagangan 69 TK II-Lainnya

32 TK 1-BKPMD 70 Pengamatan Langsung

(42)

34 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Jika sumber calon berasal dari daftar calon tahun sebelumnya yang sudah dicek, maka sumbernya ditulis “I-B tahun lalu, percobaan,” dsb, dan bukan sumber yang memberikan informasi pada tahun yang lalu.

3.4. Persiapan Matching

Untuk persiapan matching, diperlukan empat hal pokok, yaitu:

1. Fotocopy/File daftar perusahaan yang bersumber dari Instansi lain

BPS RI, BPS Provinsi, dan BPS Kabupaten/Kota lebih baik membuat fotocopy atau mempunyai file daftar perusahaan dari instansi lain untuk dibandingkan di BPS, dari pada memakai daftar tersebut di kantor instansi lain.

Untuk menghindari keterlambatan, BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota agar segera mulai mendiskusikan masalah daftar perusahaan dengan instansi yang akan menjadi sumber dua bulan sebelum jadwal matching dimulai, yaitu pada bulan Oktober. Setelah berjalan beberapa tahun, kerjasama dengan instansi tersebut akan menjadi rutin dan keterlambatan bisa dihindari.

Jika daftar perusahaan dari instansi lain telah difotocopy/diperoleh file softcopy nya, BPS dapat melakukan matching kapan saja. Kalau daftar calon dari tingkat diatasnya tidak terlalu terlambat, BPS bisa tetap menunggu kiriman daftar calon dari tingkat diatasnya sebelum menyelesaikan daftar calon untuk daftar isian I-SL. 2. Penggunaan Direktori Menurut Abjad

Pertama-tama sumber harus di match dulu dengan Direktori BPS yang sudah ada dan diurutkan menurut abjad. Nama perusahaan yang tidak ada dalam Direktori dicatat (dalam komputer) menjadi calon.

Supaya matching menjadi mudah dan dapat dipercaya, tiap BPS Provinsi perlu mencetak Direktori menurut abjad. Direktori menurut abjad ini mencakup

(43)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 35 semua perusahaan yang pernah ada pada frame Direktori I-A untuk seluruh kondisi perusahaan baik yang tutup, kecil, usang maupun yang aktif.

3. Pengecekan Ulang Calon Perusahaan yang sudah Dientry (I-B) lama

Calon perusahaan yang pernah dilakukan data entry di software Updating Direktori tetapi tidak memenuhi syarat sebagai perusahaan baru dilakukan pengecekan kembali oleh BPS Provinsi berdasarkan informasi terakhir. Sehingga tidak terjadi perusahaan dobel saat memasukkan calon perusahaan ke direktori I-A. Untuk memudahkan pengecekan oleh petugas, daftar calon perusahaan yang dicetak harus memuat keterangan nama, alamat, kode wilayah, sumber data untuk produksi utama dan pekerja, dan temuan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) mengenai situasi perusahaan (pertanyaan Blok II rincian 3 daftar I-B) yang disusun menurut abjad.

Print outnya terdiri dari tiga jenis:

A. Daftar B-21. Untuk Perusahaan Industri yang sudah berproduksi secara komersil dengan tenaga kerja 20 atau lebih atau memenuhi syarat dapat dicetak pada menu laporan daftar I-B Aplikasi Program Program Direktori Perusahaan Industri Besar dan sedang sebagai berikut :

Perusahaan-perusahaan semacam ini akan ditambahkan ke dalam Direktori, kecuali bila ternyata dobel tidak perlu dilakukan pengecekan

(44)

36 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

kembali. Di BPS Provinsi, print out calon perusahaan dicetak dengan dua cara:

· Berdasarkan abjad per Kabupaten/Kota (untuk keperluan BPS

Kabupaten/Kota). Dicetak dua kali, untuk BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota.

· Berdasarkan abjad per Kecamatan (untuk keperluan KSK). Dicetak tiga kali, untuk BPS Provinsi, BPS Kab/Kota, dan Koordinator Statistik Kecamatan (KSK).

Daftar B-21 untuk perusahaan yang memenuhi syarat sebagai perusahaan baru, bisa dicetak pada menu laporan daftar I-B Aplikasi Program Direktori Perusahaan Industri Besar dan sedang seperti daftar sebagai berikut :

B. Daftar B-22. Print out ini berisi perusahaan yang perlu dicek ulang, perusahaan yang pada saat dicek tahun sebelumnya keadaannya adalah:

· dalam tahap pembangunan

· dalam tahap produksi percobaan

· baru mempunyai lokasi saja

Khusus untuk perusahaan Industri, perusahaan yang masih tergolong kecil (tenaga kerja kurang dari 20) akan dilakukan pengecekan ulang setiap 3 tahun.

C. Daftar B-23. Print out ini berisi perusahaan yang tidak perlu dan jangan dicek lagi, perusahaan yang pada saat dicek lapangan pada tahun lalu keadannya adalah:

(45)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 37

· ada di luar Kabupaten/Kota ini

· tidak ditemukan di lokasinya

· bukan unit pencacahan

Print out daftar B-23 yang dicetak di menu laporan daftar I-B tiap tahun perlu disimpan di BPS Kabupaten/Kota sejak mulai melaksanakan daftar I-B, untuk dipakai sebagai bahan matching sehingga bisa menghindarkan cek ulang. Di BPS Provinsi data ini terus tersimpan di komputer.

Hasil pengecekan calon perusahaan baik yang memenuhi syarat sebagai perusahaan baru pada tahun survei dan calon perusahaan yang perlu dilakukan pengecekan ulang maupun tidak untuk kegiatan survei tahun berikutnya dapat digambarkan pada digram 5 sebagai berikut :

(46)

38 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Diagram 5

Hasil Cek Lapang Dan Tindak Lanjutnya

Keadaan Cek dobel oleh Staf Provinsi Direktori I-A Tahun

Depan Perusahaan

(KSK)

1. Produksi Komersil

Belum ada di I-A Tambahan baru Sudah ada di I-A, tutup Diaktifkan kembali

Industri dengan TK 1–19 Cek lagi 2.Produksi percobaan Cek lagi 3.Dalam pembangunan Cek lagi

4.Baru ada lokasi Cek

lagi 5.Dulu ada sekarang sudah tutup 6.Ada di luar Kabupaten 7.Diluar Cakupan 8.Tidak ditemukan

(47)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 39 Setelah melakukan matching dengan daftar perusahaan dari instansi lain, BPS Kabupaten/Kota perlu melakukan matching daftar calon sementara untuk menghindari dimasukkannya lagi calon yg sebelumnya telah di cek lapangan. Setelah beberapa tahun, jumlah calon yang pernah dicek tetapi tidak perlu dicek lagi jumlahnya akan menjadi besar. Karena banyak perusahaan terdaftar lebih dari satu instansi, dan KSK tidk perlu mencek lagi perusahaan tersebut.

3.5 Proses Matching di Masing-masing Tingkat

Pertama-tama BPS RI (Subdit Statistik IBS), BPS Provinsi dan BPS Kabupaten/Kota mengumpulkan daftar nama perusahaan melalui sumber dari instansi di luar BPS. Kegiatan matching diawali di tingkat pusat, dimana staf Subdit Statistik Industri Besar dan Sedang melakukan pengecekan daftar nama perusahaan tersebut pada frame hasil final kegiatan updating direktori tahun sebelumnya untuk masing-masing perusahaan. Apabila terdapat perusahaan yang tidak terdapat pada frame direktori I-A dilakukan penyalinan ke dalam daftar I-SL(C). Hasil pengecekan yang terdapat di daftar I-SL(C) kemudian dikirim ke BPS Provinsi.

Proses matching selanjutnya dilakukan di BPS Provinsi berdasarkan kiriman daftar I-SL(C). Dari daftar tersebut dilakukan pengecekan ulang pada frame direktori BPS Provinsi dan penambahan calon perusahaan yang bersumber dari instansi terkait di tingkat Provinsi. Semua daftar hasil pengecekan dan penambahan disalin ke daftar I-SL(P) untuk nantinya dikirim ke masing-masing BPS Kabupaten/Kota.

Proses matching berikutnya dilakukan di BPS Kabupaten/Kota. Berasarkan daftar I-SL(P) yang diterima dari BPS Provinsi, BPS Kabupaten/Kota melakukan penambahan calon bila hasil matching dengan dinas terkait di tingkat Kabupaten/Kota belum ada yang terdaftar di I-SL(P). Daftar nama semua calon di salin kembali ke dalam daftar I-SL(K) untuk selanjutnya dilakukan pengecekan di lapangan oleh Koordinator Statistik Kecamatan (KSK). Dalam melakukan pengecekan calon perusahaan di

(48)

40 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

lapangan, Koordinator Statistik Kecamatan bisa juga menambahkan calon perusahaan yang tidak ada di daftar I-SL(K) berdasarkan pengamatan langsung dan calon ini harus memenuhi syarat sebagai industri pengolahan.

Beberapa pertanyaan yang terdapat pada daftar I-SL meliputi Nama Perusahaan, Alamat Pabrik, Kode Pos, Telepon, Faksimile, Produksi Utama menurut sumber dan banyaknya tenaga kerja menurut sumber dan sumber informasi dari calon perusahaan.

3.6. Matching pada Tahun-tahun Berikutnya

Tahun Pertama

Pada tahun pertama, jumlah target calon yang harus dicek harus banyak, agar bisa mencek perusahaan yang terlewat pada tahun sebelumnya. Disarankan target untuk wilayah baru dibuat kira-kira 60 persen dari jumlah perusahaan yang aktif di Direktori. Cara pencarian calon sama seperti yang dirinci diatas.

Tahun Kedua.

Pada tahun kedua, jumlah target calon akan lebih rendah karena diasumsikan berkurangnya perusahaan yang terlewat. Dengan diketahuinya sumber yang efektif, maka sumber-sumber yang tidak efektif bisa diabaikan. Target untuk wilayah-wilayah tersebut biasanya ditentukan sebesar 35 persen dari perusahaan yang ada dalam Direktori. Untuk memudahkan matching pada tahun kedua dan tahun berikutnya dapat dilakukan cara sebagai berikut :

Mencatat perusahaan tambahan sejak tahun lalu dalam daftar, dimana nama perusahaan yang didapat dari instansi lain, melalui matching daftar baru dengan daftar lama dari instansi yang sama. Untuk cara ini, BPS Provinsi/Kabupaten/Kota perlu menyimpan copy daftar tahun sebelumnya. Selanjutnya, hanya perusahaan tambahan dari masing-masing instansi lain yang perlu dimatch dengan Direktori BPS. Cara ini dapat menghindarkan matching ulang

(49)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 41 antara daftar seluruh perusahaan di sumber dengan seluruh perusahaan di Direktori.

3.7. Sumber Calon Tambahan Direktori

3.7.1. Tingkat Nasional

Sebagai permulaan, BPS Pusat akan mengamati berbagai daftar perusahaan baru yang secara rutin dari instansi terkait dan asosiasi. Pengamatan ini dilakukan oleh Sub Direktorat Statistik Industri besar dan Sedang. Pada bulan November calon dari BPS Pusat dikirim ke tiap BPS Provinsi dalam Softcopy dan Hardcopy. Jika BPS Pusat tidak memiliki calon, BPS Pusat tetap mengirim surat menyatakan hal tersebut, sehingga BPS Provinsi bisa memulai mengisi daftar I-SL(P) di wilayahnya.

3.7.2. Tingkat Provinsi

Provinsi mengumpulkan dan memisahkan tiga kelompok calon 1. Calon dari Pusat

Walaupun Pusat telah mencek bahwa calonnya belum terdapat dalam Direktori, BPS Provinsi perlu mencek ulang untuk memastikan bahwa calon-calon tersebut benar belum terdapat dalam Direktori, mungkin dengan nama yang berbeda.

2. Calon yang batal tahun sebelumnya

Jika sistem pemutakhiran telah berjalan paling tidak satu tahun, BPS Provinsi perlu meminta BPS Kabupaten/Kota untuk mencek ulang calon tertentu yang telah dicek pada tahun sebelumnya tapi tidak memenuhi syarat untuk ditambahkan ke dalam Direktori pada saat itu (Daftar B-22).

3. Calon dari sumber di tingkat Provinsi

Untuk Direktori Industri, pengalaman menunjukkan bahwa di tingkat Provinsi daftar nama yang paling bermanfaat berasal dari

(50)

42 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

KanWil/Dinas Perindustrian, Kanwil/Dinas Tenaga kerja, BKPMD dan Kadinda. Perusahan perkebunan bisa didapatkan dari daftar

perusahaan milik Dinas Perkebunan. 3.7.3. Tingkat Kabupaten/Kota

Disamping nama-nama perusahaan yang berasal dari BKPMD, Kadinda, Dinas Perindustrian, Dinas Tenaga kerja, dan lain-lain, di tingkat Kabupaten juga dapat dikumpulkan daftar nama dan alamat perusahaan dari kantor desa/kelurahan. Beberapa pejabat desa/kelurahan memiliki pengetahuan yang cukup luas mengenai perusahaan yang berlokasi di daerah mereka, sehingga petugas desa tersebut dapat merupakan sumber informasi yang handal. Untuk menekan biaya, agar tidak mengunjungi seluruh desa, maka disarankan hanya memeriksa desa-desa daerah potensi industri.

3.8. Target

Setiap tahun, tiap BPS Provinsi akan menerima target calon perusahaan dari BPS Pusat (setara dengan anggaran yang dialokasikan) yang perlu diperiksa selama kegiatan pemutakhiran Direktori. BPS Provinsi selanjutnya mengalokasikan target per Kabupaten/Kota, supaya biaya pencarian sejalan dengan dana yang tersedia, dan supaya usaha mencari perusahaan baru/lewat sejalan dengan jumlah perusahaan yang diduga perlu di tambahkan ke dalam Direktori.

3.8.1. Penentuan target oleh BPS Provinsi

Dalam menyusun target, BPS Provinsi harus memilih apakah memakai cara yang sederhana cara tertimbang.

· Cara sederhana

Target di tetapkan berdasarkan persentase dari perusahaan yang aktif di tiap Kab/Kota. Sebagai contoh, jika target suatu BPS Provinsi adalah 400 perusahaan, sedangkan perusahaan yang aktif di Provinsi tersebut ada 1000,

(51)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 43 maka target setiap Kab/Kota adalah 40 % dari jumlah perusahaan aktif di Kab/Kota tersebut.

· Cara tertimbang

Memberikan target yang lebih besar untuk Kabupaten/Kota yang diduga tinggi tingkat pertumbuhannya.

Apapun metode yang dipilih dari kedua cara diatas, BPS Provinsi sebaiknya berunding dengan BPS Kabupaten/Kota, terutama untuk menambah target yang dianggap terlalu rendah (karena calon banyak) atau mengurangi target yang di anggap terlalu tinggi (karena calon terbatas). Meskipun demikian perbaikan yang dilakukan tidak boleh terlalu jauh. BPS Kabupaten/Kota yang meminta targetnya diturunkan mungkin belum memeriksa semua sumber. Mereka perlu didorong untuk mencari sumber lebih banyak. Sedangkan BPS Kabupaten/Kota yang minta targetnya ditambah mungkin bekerja secara kurang efisien. Mereka perlu bekerja lebih efisien, sebagaimana saran berikut ini.

3.8.2. Penyelesaian Target oleh BPS Kabupaten/Kota

Bagaimana sebaiknya bertindak jika BPS Kabupaten/Kota menemukan calon terlalu banyak, melebihi target? BPS Kabupaten/Kota supaya menangguhkan calon yang kurang berguna sebelum cek ke lapangan. Langkah ini harus dilakukan secara hati-hati, agar anggaran yang tersedia dapat digunakan secara efisien untuk mencari calon perusahaan industri B/S dengan sukses.

Ada empat langkah yang perlu dilakukan :

· Memastikan bahwa daftar perusahaan sudah bebas dari dobel, (sudah pernah diperiksa sebelumnya), tidak tercantum (perusahaan yang tidak perlu dicek lagi). Hal ini berguna untuk menghilangkan pengecekan berulang-ulang.

· Untuk Industri, jika sumber tidak memberikan informasi mengenai jumlah pekerja atau produksi utama, gunakan pendekatan berikut.

(52)

44 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

Kepada petugas di kantor sumber tanyakan perusahaan mana saja yang aktif dan mempunyai tenaga kerja 20+. Jika petugas tidak tahu, lanjutkan dengan pendekatan berikut.

· Utamakan perusahaan yang berbadan hukum (PT, dsb).

· Untuk calon yang tak berbadan hukum, utamakan perusahaan-perusahaan yang kelompok industrinya cenderung termasuk industri B/S. Tangguhkan perusahaan-perusahaan yang umumnya berasal dari industri kecil (misalnya industri tempe).

· Jika jumlah calon perusahaan masih terlalu besar, tangguhkan calon perusahaan-perusahaan yang sumbernya memperlihatkan jumlah tenaga sekitar 20-an (misal, tenaga kerja 18, 19, 20, 21, 22).

· Jika jumlah calon masih juga terlalu besar, berikan prioritas lebih tinggi untuk calon yang berasal dari sumber terbaik (yaitu yang biasanya dapat dipercaya atau memberikan informasi tentang jumlah pekerja dan produksi utama).

(53)

PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG 45

PEMERIKSAAN LAPANGAN

4

4.1. Persiapan untuk Turun ke Lapangan

Koordinator Statistik Kecamatan (KSK) jangan pergi ke lapangan sebelum menerima daftar calon dalam daftar isian I-SL(K). Hal ini ditekankan agar kasi/pengawas benar-benar mengontrol proses pemutakhiran Direktori, yaitu dengan memilih calon perusahaan yang perlu dicek di lapangan oleh Koordinator Statistik Kecamatan berdasarkan sumber informasi instansi terkait dan asosiasi perusahaan penghasil komoditas tertentu. Bila perlu lakukan kerjasama dengan pengelola suatu kawasan industri untuk mendapatkan daftar perusahaan yang aktif melakukan kegiatan produksi. Kalau tidak demikian Koordinator Statistik Kecamatan akan merasa leluasa untuk tidak melaporkan adanya perusahaan baru. Sehingga pada saat ada kegiatan kunjungan perusahaan oleh pejabat strukturat/staf BPS pusat ke beberapa sentra perusahaan industri pengolahan sudah tidak lagi dijumpai perusahaan yang belum terdaftar pada direktori industri pengolahan.

Beberapa Kabupaten/Kota besar potensi industri, ada kecenderungan untuk memperbolehkan Koordinator Statistik Kecamatan langsung ke lapangan sebelum proses matching selesai, maksudnya untuk menghemat waktu. Kecenderungan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terus menerus. Sistim pemutakhiran yang diawali dengan matching secepat mungkin adalah cara terbaik. Jika ada keterlambatan, pilihlah daftar calon dari sumber terbaik, dan selesaikan tahap matching sesegera mungkin.

4.2. Pengamatan Langsung

Koordinator Statistik Kecamatan dapat pula mengusulkan calon hasil temuan mereka. Syaratnya yang diusulkan oleh Koordinator Statistik Kecamatan adalah perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai unit pencacahan. Misalnya tenaga kerjanya 20 orang atau lebih dan bergerak di kegiatan Industri Pengolahan sehingga efektivitas

(54)

46 PEDOMAN PEMUTAKHIRAN DIREKTORI INDUSTRI BESAR DAN SEDANG

pengecekan di lapangan bisa dipertahankan. Disamping itu perlu diperhatikan hal-hal berikut :

· “Pengamatan langsung” (kode 70) bisa menjadi sumber hanya jika perusahaan tersebut tidak terdapat dalam daftar I-SL(K). Jika perusahaan terdaftar dalam daftar I-SL(K), instansi yang tercatat dalam daftar I-SL(K) tersebut harus muncul sebagai sumber (lepas dari soal “siapa dulu yang menemukan, Koordinator Statistik Kecamatan atau matching”).

· Daftar isian I-B hanya dapat diisi (dan honornya dibayarkan) untuk calon yang telah berproduksi secara komersil dengan tenaga kerja 20 orang atau lebih. Untuk menghindari kesalahfahaman, aturan ini dijabarkan dalam Diagram 6.

Diagram 6

Calon Yang Perlu Memakai Daftar I-B

Indentifikasi calon dari instansi lain/daftar I-SL(K) Identifikasi calon dengan pengamatan langsung oleh pencacah Calon yang memenuhi syarat untuk I-A I-B I-B Tidak memenuhi syarat untuk I-A I-B

Gambar

Tabel 2. Jadwal Kegiatan Pemutakhiran/Updating Direktori
Tabel 3. Jumlah Perusahaan Baru Delapan Provinsi  Tahun 2007 - 2011 Provinsi  2007  2008  2009  2010  2011  Sumatera Utara  396  44  30  17  52  DKI Jakarta  1185  15  11  5  4  Jawa Barat  2548  181  217  166  197  Jawa Tengah  2554  88  88  53  219  Yogyakarta  194  10  6  4  8  Jawa Timur  2342  197  159  62  218  Banten  413  105  47  19  26  Sulawesi Selatan  133  9  3  4  3  Lainnya  1452  151  178  122  129  Total  11217  800  739  452  856
Gambar 1. Daftar I-SL (C)
Gambar 2. Daftar I-SL (P)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan data dengan menggunakan model Economic Produc- tion Quantity (EPQ), didapat tingkat produksi optimal Crude Palm Oil (CPO) sebesar 3.124.295,302 kg setiap

Tabel Rekap Hasil Kuesioner Analisis Faktor-Faktor Penyebab Keterlambatan Waktu Proyek Konstruksi Wilayah Belitung pada Faktor Hubungan dengan

Peningkatan nilai tambah komoditas unggulan pertanian pangan dan palawija Bandung Barat Peningkatan Produksi Padi • Pengadaan benih • Pengadaan obat- obatan Meningkat-nya produksi

4.9.1.1 Membuat teks report, yang runtut sesuai dengan urutan yang logis secara lisan dan tulis pendek dan sederhana dengan memperhatikan fungsi sosial, struktur

MI Ma’arif NU Penolih terletak di desa Penolih Rt 01 Rw 03 Kecamatan Kaligondang Kabupaten Purbalingga, adalah sebuah lembaga pendidikan yang dikelola dibawah

Faktor M dapat dianggap berbeda dengan faktor C dan R, karena faktor M tidak bergantung pada campur tangan manusia selama proses interpretasi dan tetap konstan kecuali jika

Penggunaan Math Manipulative yang disampaikan secara menarik dan menyenangkan mampu meningkatkan minat, motivasi, keyakinan, dan keterlibatan anak ketika belajar

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk membahas terjadinya tindak tutur pada pekerja waduk tukul pada saat prekerja berkomunikasi kepada pekerja lain sehingga dari