• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter - BAB II YESI DAMAYANTI PGSD'17

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pendidikan Karakter 1. Pengertian Pendidikan Karakter - BAB II YESI DAMAYANTI PGSD'17"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pendidikan Karakter

1. Pengertian Pendidikan Karakter

Karakter menurut Saptono (2011: 18) berasal dari kata karasso

dalam bahasa yunani yang berarti “cetak biru”, “format dasar”, atau

“sidik” seperti dalam sidik jari. Pendapat lain menyatakan bahwa istilah “kharakter” berasal dari bahasa yunani charassein, yang berarti “membuat

tajam”, “membuat dalam”. Karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan

berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik

dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara (Samani dan

Hariyanto, 2012:41).

Pendidikan Karakter menurut Saptono (2011: 23) adalah upaya

yang dilakukan dengan sengaja untuk mengembangkan karakter yang baik

(good character) berlandasan kebijakan-kebijakan inti (core virtues) yang

secara objektif baik bagi individu maupun masyarakat. Samani dan

Hariyanto (2012: 45) mengemukakan Pendidikan karakter adalah proses

pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia

seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan

karsa.

Zubaedi (2011: 19) Pendidikan karakter adalah segala upaya yang

dilakukan guru, yang mampu memengaruhi karakter peserta didik. Guru

(2)

keteladanan bagaimana perilaku guru, cara guru berbicara atau

menyampaikan materi, bagaimana guru bertoleransi dan berbagai hal

terkait lainnya. Pendidikan karakter adalah usaha yang sungguh-sungguh

untuk memahami, membentuk, memupuk nilai-nilai etika, baik untuk diri

sendiri maupun untuk semua warga masyarakat atau warga negara secara

keseluruhan.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan karakter adalah suatu usaha yang dilakukan demi membentuk

peserta didik yang mempunyai akhlak (karakter) yang baik. Karakter itu

harus bisa di terapkan pada kehidupan sehari-hari.

2. Prinsip-prinsip Pendidikan Karakter

Saptono (2011: 25) terdapat beberapa prinsip-prinsip pendidikan

karakter, diantaranya adalah :

1) Sekolah harus berkomitmen pada nilai-nilai etis inti

2) Karakter harus dipahami secara utuh, mencangkup pengetahuan atau pemikiran, perasaan dan tindakan

3) Sekolah harus bersikap proaktif dan bertindak sistematis dalam pembelajaran karakter dan tidak sekedar menunggu datangnya kesempatan

4) Sekolah harus membangun suasana saling memperhatikan satu sama lain dan menjadi dunia kecil (mikroskosmos) mengenai masyarakat yang saling peduli

5) Kesempatan untuk mempraktikan tindakan moral harus bervariasi dan tersedia bagi semua

6) Studi akademis harus menjadi hal utama

7) Sekolah perlu mengembangkan cara-cara meningkatkan motivasi instrinsik siswa yang mencangkup nilai-nilai inti

8) Sekolah perlu bekerja bersama dan mendialogkan norma mengenai pendidikan karakter

9) Guru dan siswa harus berbagi dalam kepemimpinan moral sekolah 10)Orangtua dan masyarakat harus menjadi rekan kerja dalam pendidikan

(3)

11)Harus dilakukan evaluasi mengenai efektifitas pendidikan karakter di sekolah, terutama terhadap guru dan karyawan serta siswa.

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa kepala

sekolah, pendidik dan warga sekolah harus melaksanakan semua

prinsip-prinsip tersebut, karena prinsip-prinsip karakter tersebut sangat berpengaruh

dalam menanamkan nilai-nilai yang terkandung dalam karakter khususnya

cinta tanah air di sekolah dasar.

3. Tujuan Pendidikan Karakter

Kesuma (2012: 6) Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan

untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggungjawab. Tujuan Pendidikan karakter yang

harus dipahami terlebih dahulu sebelum memberikan pelajaran karakter

kepada peserta didik.

Kesuma, dkk (2012: 9) Pendidikan berkarakter dalam setting

sekolah memiliki tujuan sebagai berikut :

a. Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan perlu sehingga menjadi kepribadian/ kepemilikan peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang dikembangkan.

b. Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

(4)

Berdasarkan penjelasan tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa

tujuan-tujuan karakter adalah memfasilitasi penguatan dan pengembangan

nilai-nilai tertentu, mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak

bersesuaian, dan membangun komunikasi yang baik dengan keluarga dan

masyarakat.

4. Indikator Pendidikan Karakter

Pencapaian indikator karakter menurut Mu’in (2011 : 161)

diantaranya adalah :

1) Karakter adalah “siapakah dan apakah kamu pada saat orang lain

melihat kamu”

2) Karakter merupakan hasil nilai-nilai dan keyakinan-keyakinan. 3) Karakter adalah sebuah kebiasaan yang menjadi sifat alamiah kedua. 4) Karakter bukanlah reputasi atau apa yang dipikirkan orang lain

terhadapmu.

5) Karakter bukanlah seberapa baik kamu daripada orang lain. 6) Karakter tidak relatif.

Berdasarkan penjelasan di atas, ciri-ciri atau indikator karakter

terdiri dari nilai-nilai keyakinan, sebuah kebiasaan yang menjadi sifat

alamiah kedua, reputasi, seberapa baik kamu dan tidak relatif. Ciri-ciri

atau indikator karakter sangat membantu guru dalam memahami karakter

yang ada pada peserta didik.

Yaumi (2014: 58) menambahkan indikator terkait nilai pendidikan

budaya dan karakter bangsa melalui proses pembelajaran mencangkup 18

karakter yaitu religius, jujur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,

mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat kebangsaan, cinta tanah air,

mengahargai prestasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar

(5)

Penelitian ini akan mengambil indikator dari karakter cinta tanah air yang

sesuai dengan penelitian terkait pelaksanaan pembiasaan menyanyikan

lagu wajib nasional di sekolah dasar.

B. Cinta Tanah Air

Cinta tanah air menurut Yaumi (2014: 104) adalah cara berpikir,

bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya,

ekonomi dan politik bangsa. Cinta tanah air menurut Suyadi (2013: 9) yakni

sikap dan perilaku yang mencerminkan rasa bangga, setia, peduli dan

penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, budaya, ekonomi, politik dan

sebagainya, sehingga tidak mudah menerima tawaran bangsa lain yang dapat

merugikan bangsa sendiri. Mempertahankan keutuhan Negara dapat dilakukan

mulai dari lingkungan keluarga, sekolah, hingga masyarakat. Misalnya,

mengembangkan hidup rukun dan kebersamaan, memelihara lingkungan

hidup dan menghormati lambang-lambang persatuan Indonesia seperti

bendera negara, Garuda Pancasila, dan Lagu Kebangsaan “Indonesia Raya”.

(Cahyaningsih, 2013:104)

Pembentukan cinta tanah air kepada peserta didik di sekolah dasar

mengenai warga negara yang baik, harus menjadi awal seseorang, baik di

kelas maupun di luar kelas pada saat jam pelajaran berlangsung. Elfindri, dkk

(2012 : 148) menjelaskan bahwa cinta tanah air perlu didik dari dini paling

tidak mulai pendidikan dasar. Pada pendidikan dasar, rasa cinta tanah air lebih

(6)

banyak orang untuk mengelolanya. Rasa cinta tanah air dilatihkan melalui

permainan bersama penuh disiplin dan kebersamaan.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa cinta tanah air adalah pola

pikir, tindakan, kesetiaan terhadap bangsa sendiri dan tidak mudah dalam

menerima tawaran dari bangsa lain yang dapat merugikan bangsa sendiri.

Cinta tanah air dibentuk paling tidak saat pendidikan dasar sehingga akan

tertanam dan melekat pada diri peserta didik sejak dini.

Indikator cinta tanah air menurut Fitri (2012 : 42) yang diterapkan di

sekolah dan kelas antara lain:

1. Menanamkan nasionalisme dan rasa persatuan dan kesatuan bangsa. 2. Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar

3. Memajang bendera Indonesia, pancasila, gambar presiden serta simbol-simbol negara lainnya

4. Bangga dengan karya bangsa. 5. Melestarikan budaya bangsa.

Indikator tersebut digunakan untuk membantu penelitian ini agar tidak

menyimpang dari fokus penelitian yaitu terkait pelaksanaan pembiasaan

menyanyikan lagu wajib nasional di sekolah dasar untuk menumbuhkan

karakter cinta tanah air pada peserta didik.

C. Pengertian Pembiasaan

Secara etiomologi, pembiasaan asal katanya adalah “biasa”. Dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia, “biasa” adalah 1) Lazim atau umum, 2)

Seperti sedia kala, 3) Sudah merupakan hal yang tidak terpisahkan dari

kehidupan sehari-hari. Dengan adanya prefiks “pe” dan sufiks “an”

menunjukan arti proses. Pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat

(7)

Menurut Burghardt, kebiasaan itu timbul karena proses penyusutan

kecenderungan respons dengan menggunakan stimulasi yang berulang-ulang.

Dalam proses belajar, pembiasaan juga meliputi pengurangan perilaku yang

tidak diperlukan, karena proses penyusutan ini, muncul suatu pola

bertingkahlaku baru yang relatif menetap dan otomatis. Kebiasaan terjadi

karena prosedur pembiasaan seperti classical dan operant conditioning.

(Syah,2010: 116)

Ni’mah (2009: 90) menjelaskan bahwa metode pembiasaan adalah cara

yang digunakan oleh pendidik kepada peserta didik dalam proses

belajar-mengajar, dengan melakukan suatu perbuatan atau keterampilan tertentu

secara terus-menerus dan konsisten untuk waktu yang cukup lama, sehingga

perbuatan atau keterampilan itu benar-benar dikuasai dan akhirnya menjadi

suatu kebiasaan yang sulit ditinggalkan, dalam hal ini adalah kecintaan

terhadap tanah air.

Pendapat Ni’mah dikuatkan oleh Mu’in (2011: 178) menyatakan

bahwa kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung

secara otomatis, tidak direncanakan, merupakan hasil pelaziman yang

berlangsung pada waktu yang lama atau sebagai reaksi khas yang diulangi

berkali-kali.

Penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam pembentukan

karakter cinta tanah air peserta didik di sekolah menggunakan metode

pembiasaan dimana peseta didik dilatih untuk melakukan suatu kegiatan

(8)

peserta didik yaitu melalui pembiasaan menyanyikan lagu wajib nasional di

sekolah dasar.

D. Menyanyikan Lagu Wajib Nasional 1. Pengertian Menyanyi

Jamalus dalam Satrio (2011:24) menyatakan bahwa kegiatan

bernyanyi merupakan kegiatan dimana kita mengeluarkan suara secara

beraturan dan berirama baik diiringi oleh iringan musik ataupun tanpa

iringan musik. Bernyanyi memerlukan teknik-teknik tertentu. Bagi anak,

kegiatan bernyanyi adalah kegiatan yang menyenangkan bagi mereka, dan

pengalaman bernyanyi ini memberikan kepuasan bagi mereka. Bernyanyi

juga merupakan alat bagi anak untuk mengungkapkan pikiran dan

perasaannya.

Philip Seppard dalam Satrio (2011:25) bernyanyi adalah kunci

masa depan keahlian dalam bidang bahasa. Bernyanyi dapat mengaktifkan

sirkuit otak secara paralel terhadap bagian yang digunakan untuk berbicara

dan melakukan interpretasi atas pembicaraan.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa bernyanyi merupakan

kegiatan yang menyenangkan bagi peserta didik, alat bagi peserta didik

untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Bernyanyi berfungsi juga

untuk mengaktifkan sirkuit otak yang digunakan untuk berbicara dan

(9)

2. Cara Bernyanyi

Murtono dan Sri Murwani (2010: 28) Dalam menyanyikan sebuah

lagu, harus menguasai teknik vokal yang baik. Beberapa hal yang harus

diperhatikan saat bernyanyi antara lain :

a. Intonasi

Intonasi adalah ketepatan bunyi tiap nada. Latihan intonasi sangat

penting bagi seoang penyanyi karena dengan intonasi yang baik dan

tepat akan menghasilkan suara yang enak didengar.

b. Artikulasi (Pengucapan)

Artikulasi merupakan teknik memproduksi suara yang baik dan

mengucapkan kata-kata dengan jelas, nyaring, dan merdu. Artikulasi

dalam bernyanyi dipengaruhi oleh kebiasaan dalam berbicara. Hal-hal

yang harus diperhatikan untuk mendapatkan artikulasi yang baik adalah

sebagai berikut :

1) Sikap Badan

Sikap badan yang benar dapat membantu memperlancar

sirkulasi udara dalam menciptakan suara manusia. Sikap badan

tersebut antara lain kepala tegak dan pandangan ke depan, tulang

punggung lurus, dada sedikit membusung, kedua kaki terpancang

kokoh dilantai dan sedikit renggang, tidak tegang. Saat bernyanyi

(10)

2) Bentuk dan Posisi Mulut

Bentuk atau posisi mulut sangat berpengaruh pada kejelasan

bunyi vokal yang akan kita ucapkan. Agar bunyi ucapan yang

dikeluarkan itu baik, perlu membuka mulut agak lebar, langit-langit

melengkung ke atas, dagu ditarik agak dalam sehingga mulut

melebar ke bawah bukan ke samping sehingga kepala agak

merunduk.

3) Pernapasan

Pernapasan dalam bernyanyi ada 3 macam, yaitu pernapasan

dada, perut dan diafragma. Pernapasan dada sangat cocok digunakan

untuk menghasilkan nada-nada rendah, pernapasan perut kurang

baik digunakan dalam bernyanyi karena suara yang dihasilkan

sangat keras, sedangkan pernapasan diafragma memungkinkan

mendapatkan suara murni dengan napas panjang.

4) Pembawaan/ Penjiwaan

Dalam menyanyi harus mengerti maksud atau isi syair lagu,

mengetahui latar belakang pencipta lagu, memahami tanda-tanda

dinamik, tempo dan lain-lain yang tertulis dalam lagu, serta hafal

lagu tersebut dengan sempurna. Selain intonasi dan artikulasi, ada

beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum menyanyikan sebuah

lagu. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut :

a) Sebelum menyanyikan lagu, pahami isi dan maksud dari syair lagu yang dinyanyikan.

(11)

c) Gunakan tanda tempo yang benar.

d) Membaca syair seperti membaca puisi dengan penjiwaan yang benar.

e) Mengunakan lagu kalimat yang menaik dan menurun.

f) Pilihlah nada-nada dengan membuat lompatan-lompatan nada yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa

dalam bernyanyi harus memperhatikan intonasi, artikulasi. Dalam

artikulasi harus memperhatikan sikap badan, bentuk dan posisi

mulut, pernapasan dan pembawaan/ penjiwaan, memahami isi lagu,

menggunakan tempo yang benar, menggunakan kalimat yang

menarik, dan memilih nada yang sedang. Menyanyi dengan tidak

memperhatikan hal-hal tersebut maka belum dikatakan memenuhi

teknik bernyanyi yang baik dan benar.

3. Lagu Wajib Nasional

Satrio (2011: 25) Lagu nasional diartikan sebagai ragam nada atau

suara yang berirama, bersifat kebangsaan, dan berasal dari bangsa sendiri.

Syair Lagu Nasional mencerminkan masa sebelum dan sesudah perang

kemerdekaan, jiwa patriot dan kebangsaan yang terungkap lewat

syair-syair lagunya terasa sangat menonjol sehingga memberi pengaruh positif

bagi semangat rakyat dalam memperjuangkan dan mempertahankan

kemerdekaan.

Mintargo (2014: 250) menyatakan bahwa Lagu Perjuangan

Indonesia dikenal dengan istilah musik fungsional yaitu musik diciptakan

untuk tujuan nasional. Lagu perjuangan adalah kemampuan daya upaya

(12)

sejarah kemerdekaan Indonesia. Lagu perjuangan sebagai ungkapan

perasaan semangat kebangsaan dan cinta tanah air yang diungkapkan

melalui lagu-lagu.

Martono & Sri Murwani (2010 : 78) Lagu Wajib adalah lagu yang

mempergunakan irama penuh semangat dan mengagungkan kebesaran

bangsa dalam upaya mencapai kemerdekaan dan kemakmuran. Lagu wajib

dinyanyikan dengan semangat kepahlawanan dan penuh khidmat.

Kewajiban menghayati lagu wajib adalah agar dalam diri kita tertanam

sikap cinta terhadap tanah air dan bangsa, sikap kepahlawanan, serta rela

mengorbankan jiwa raga demi kelangsungan hidup bangsa.

Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Lagu wajib nasional

adalah ragam nada atau irama yang mencirikan bangsa Indonesia yang

berisi ungkapan perasaan terkait semangat kebangsaan dan cinta tanah air.

Lagu nasional menggambarkan jiwa patriot yang tinggi sehingga mampu

menggugah masyarakat untuk mempertahankan Negara Kesatuan

Republik Indonesia (NKRI).

Lagu wajib nasional harus dinyanyikan dengan pembawaan atau

penuh penjiwaan. Setiap syair yang dinyanyikan diresapi dan dimaknai

agar mampu mengetahui apa arti dari lagu yang telah dinyanyikan seperti

membaca puisi dengan penjiwaan yang benar, sehingga nilai-nilai yang

(13)

E. Peran Sekolah dalam Kegiatan pembiasaan Menyanyikan Lagu wajib Nasional

1. Peran Guru dalam Pembiasaan Menyanyikan Lagu Wajib Nasional

Mulyasa (2011: 37) Tugas guru dalam pembelajaran tidak sebatas

pada penyampaian materi pembelajaran, tetapi lebih daripada itu, guru

harus membentuk kompetensi dan kepribadian peserta didik. Oleh karena

itu, guru harus senantiasa mengawasi perilaku peserta didik. Untuk

kepentingan tersebut, dalam rangka membentuk cinta tanah air pada

peserta didik guru harus mampu menjadi pembimbing, penasehat, dan

contoh teladan yang dijelaskan sebagai berikut :

a. Guru sebagai Pembimbing

Sebagai seorang pembimbing, guru harus merumuskan tujuan

secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang

harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan, serta menilai

kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik.

Semua itu dilakukan berdasarkan kerjasama yang baik dengan peserta

didik, tetapi guru memberikan pengaruh utama dalam setiap aspek

perjalanan. Sebagai pembimbing, guru memiliki berbagai hak dan

tanggung jawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan

dilaksanakannya. Seorang pembimbing berupaya membimbing dan

mengarahkan perilaku peserta didik ke arah yang positif dan

menunjang pembelajaran. Sikap positif tersebut adalah sikap pada saat

(14)

b. Guru sebagai penasehat

Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi

orangtua, meskipun seorang pendidik tidak memiliki latihan khusus

sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk

menasehati orang. Seorang guru pada tingkat manapun berarti menjadi

penasehat dan menjadi orang kepercayaan, kegiatan pembelajaran

meletakannya pada posisi tersebut. Peserta didik akan dihadapkan pada

sebuah keputusan, dan dalam prosesnya akan lari pada gurunya. Makin

efektif guru menangani masalah yang dihadapi peserta didik makin

banyak kemungkinan peserta didik berpaling kepadanya untuk

mendapatkan nasihat dan kepercayaan diri.

c. Guru sebagai model atau teladan

Guru merupakan model atau teladan bagi peserta didik dan

semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Sifat teladan

merupakan sifat dasar kegiatan pembelajaran, dan ketika seorang

pendidik tidak menerima atau menggunakannya secara konstrutif maka

telah mengurangi keefektifan pembelajaran. Peran dan fungsi ini patut

dipahami dan tidak perlu menjadi beban yang memberatkan sehingga

dengan keterampilan dan kerendahan hati akan memperkaya arti

pembelajaran. Seorang teladan tentu saja pribadi dan segala sesuatu

yang dilakukan guru akan menjadi sorotan peserta didik serta orang

disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai

(15)

Usman (2010: 9) peranan dan kompetensi guru dalam proses

belajar mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang dikemukakan

oleh Adams & Decey dalam Basic Principles of Student Teaching,

antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing,

pengatur lingkungan, partisipan ekspeditor, perencana, supervisor, dan

konselor.

Berdasarkan penjelasan tentang peran dan fungsi di atas, dapat

disimpulkan bahwa guru harus bisa memposisikan diri sebagai orang

yang serba bisa. Peran guru sebagai pembimbing, penasehat, dan

contoh/ teladan dalam pembentukan karakter cinta tanah air pada

peserta didik melalui kegiatan pembiasaan menyanyikan Lagu wajib

nasional.

2. Peran Kepala sekolah dalam Pembiasaan Menyanyikan Lagu Wajib Nasional

Sagala (2011: 120) karakteristik atau ciri kepemimpinan kepala sekolah yang efektif meliputi kepala sekolah (1) adil dan tegas dalam mengambil keputusan, (2) membagi tugas secara adil kepada guru, (3) menghargai partisipasi staff, (4) memahami perasaan guru, (5) memiliki visi dan berupaya melakukan perubahan, (6) terampil dan tertib, (7) berkemampaun dan efisien, (8) memiliki dedikasi dan rajin, (9) tulus dan ikhlas, (10) percaya diri.

Kepala sekolah memiliki visi terhadap masa depan sekolah,

biasanya guru akan menggambarkan sekolah sebagai sebuah tempat yang

baik untuk siswa maupun para pengajar. (Lickona, 2013: 416).

Kepemimpinan yang efektif dalam penentuan kebijakan tampak pada

pemimpin pendidikan selalu bekerja dengan berbagai macam orang

(16)

pendidikan seperti kepala sekolah akan berhasil memimpin jika mampu

mengembangkan kepemimpinannya mengacu pada karakteristik tersebut.

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa Kepala

sekolah harus dapat memutuskan segala sesuatunya dengan arif dan

bijaksana bagi semua warga sekolah. Kepala sekolah bertanggungjawab

terhadap pembentukan karakter guru dan warga sekolah lainnya.

Berkaitan dengan pembentukan cinta tanah air pada peserta didik, kepala

sekolah harus membuat aturan-aturan tertentu agar mampu menumbuhkan

kecintaan peserta didik terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI).

F. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian Mintargo Wisnu (2014) yang berjudul “Fungsi Lagu Perjuangan

sebagai Pendidikan Karakter Bangsa” menyimpulkan bahwa bahwa

Lagu-lagu perjuangan adalah Lagu-lagu yang dapat membangkitkan semangat

kebangsaan dan cinta tanah air, memiliki nilai-nilai penegakkan demokrasi

yang berkeadilan. Berdasarkan peraturan pemerintah tahun 1959 berfungsi

menanamkan nilai-nilai nasionalisme dan cinta tanah air yang diajarkan

dan ditanamkan kepada generasi penerus dalam upacara maupun seni

pertunjukan. Lagu-lagu perjuangan sudah mulai diajarkan pada tingkat

pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

2. Penelitian Rohman Abdul (2012) yang berjudul “Pembiasaan sebagai Basis Penanaman Nilai-nilai Akhlak Remaja” menyimpulkan bahwa

(17)

manusia dalam berperilaku agar dapat dikategorikan sebagai manusia yang

baik dan dapat menghindari perilaku yang buruk. Dalam membentuk

karakter yang baik tidaklah mudah, memerlukan suatu pembiasaan

(habituation) yang ada dalam pembiasaan itu secara implisit terdapat

keteladanan (modelling). Komponen baik di sekolah, keluarga maupun

masyarakat sangat diperlukan untuk menciptakan lingkungan yang mampu

membiasakan perilaku anak.

3. Penelitian Jones Carwyn (2016) yang berjudul “Character, virtue and physical education” pada jurnal University of Wales Institute, Cardiff, UK.

Volume 11 menyimpulkan bahwa Pendidikan moral adalah suatu masalah

dalam pengajaran dan proses belajar tentang bagaimana berperilaku dalam

kegiatan tertentu seperti olahraga dan kegiatan yang lainnya. Pengajaran

nilai-nilai moral dan kebiasaan baik tidak bisa terlepas dari suatu proses/

cara. Seorang pendidik juga perlu tahu apa yang akan mereka lakukan

sebelum mengajarkan kepada anak-anak, membuat penilaian dan menarik

kesimpulan tentang karakter anak yaitu melalui suatu proses. Seorang

pendidik harus memberikan contoh yang baik kepada anak-anak dan

menciptakan hal baru untuk mendorong perilaku yang baik pada anak, dan

mengurangi perilaku yang kurang baik. Pendidikan moral bersifat

kompleks, tidak sederhana, sulit, tidak mudah dalam mengajarkan pada

anak. Pendidikan moral harus menghasilkan sikap sopan, baik, murah hati,

(18)

4. Penelitian Pala Aynur (2011) yang berjudul “The Need For Character Education” pada jurnal Celal Bayar University. Vol 3, No 2

menyimpulkan bahwa Pendidikan karakter adalah suatu gerakan nasional

menciptakan sekolah yang mampu membina etika, bertanggung jawab dan

peduli terhadap orang lain. Pengajaran karakter yang baik melalui

penekanan pada nilai-nilai universal/umum yang kita semua tahu.

Nilai-nilai etika seperti kepedulian, kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan

menghormati diri sendiri dan orang lain. Karakter tersebut tidak terbentuk

secara otomatis melainkan dikembangkan dari waktu ke waktu melalui

proses berkelanjutan misalnya dengan belajar dan juga dipraktekkan.

Pendidikan karakter sangat penting pada saat ini karena pengaruh negatif

melalui media dan sumber eksternal lainnya dapat membuat anak

berperilaku yang kurang baik. Anak-anak menghabiskan waktu sekitar 900

jam selama setahun di sekolah, hal tersebut membuktikan bahwa sekolah

memiliki peran penting dalam membentuk karakter anak-anak. Ketika

menggunakan berbagai pendekatan untuk pendidikan karakter, budaya

moral-moral positif yang dibuat di lingkungan sekolah akan mendukung

nilai-nilai yang diajarkan di dalam kelas.

Keempat penelitian tersebut saling berhubungan dalam penelitian

ini, penelitian oleh Mintargo berkaitan dengan fungsi lagu perjuangan untuk

membentuk karakter bangsa. Hasil penelitian tersebut dapat memberikan

gambaran tentang fungsi lagu perjuangan atau lagu wajib nasional dalam

(19)

Penelitian Rohman berkaitan dengan metode pembiasaan yang dilakukan di

sekolah. Penelitian tersebut dapat memberikan gambaran terkait pelaksanaan

pembiasaan di sekolah dalam menanamkan nilai-nilai pada anak. Penelitian

Jones berkaitan tentang mengajarkan nilai-nilai moral dan kebiasaan baik pada

peserta didik melalui suatu proses. Penelitian tersebut dapat memberikan

gambaran terkait proses yang dilakukan pendidik dalam mengajarkan

nilai-nilai moral/karakter. Penelitian Pala berkaitan tentang pengajaran karakter

melalui proses berkelanjutan misalnya dengan belajar dan dipraktekkan,

sehingga keempat penelitian tersebut saling berhubungan untuk mengetahui

bagaiman pelaksanaan pembiasaan menyanyikan lagu wajib nasional, peran

sekolah serta kendala dalam pelaksanaan pembiasaan menyanyikan lagu wajib

nasional di sekolah dasar.

G. Kerangka Pikir

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Peran sekolah dalam membentuk karakter peserta didik

Karakter yang dikembangkan di sekolah adalah karakter cinta tanah air

Pembiasaan menyanyikan lagu wajib nasional dengan pembawaan dan penuh

penjiwaan serta dapat menafsirkan isi syair

Pelaksanaan, peran guru dan kepala sekolah serta kendalanya dalam

(20)

Bagan di atas menunjukkan kerangka pikir penelitian ini yang dapat

dijelaskan sebagai berikut :

Pendidikan disekolah dasar memiliki peran yang sangat penting dalam

pembentukan karakter. Pendidikan karakter mengajarkan kebiasaan cara

berpikir dan berperilaku yang membantu individu untuk hidup dan bekerja

sama sebagai keluarga, masyarakat, dan bernegara, dan membantu mereka

membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan. Sekolah memiliki

peran yang sangat penting dalam membentuk karakter siswa, karena

disekolah siswa mengalami sebuah pembelajaran, dan pendidikan melalui

proses interaksi, komunikasi dengan warga sekolah lainnya. Salah satu

karakter yang dikembangkan disekolah adalah karakter cinta tanah air.

Metode pembiasaan menjadi salah satu alternatif untuk

mengembangkan karakter peserta didik khususnya cinta tanah air. Lunturnya

nilai-nilai cinta tanah air pada peserta didik dapat dilihat dari kurangnya

penghayatan peserta didik ketika upacara bendera, lagu nasional dan lagu

daerah yang kurang disukai, sementara peserta didik lebih senang lagu orang

dewasa yang belum pantas dimengerti dan dipahami untuk anak seusianya.

Selain itu, beberapa peserta didik ketika menyanyi dengan cara

berteriak-teriak, tanpa penjiwaan dan tidak mengerti apa isi dan maksud syair yang

telah dinyanyikan. Hal tersebut menggambarkan bahwa karakter cinta tanah

air peserta didik rendah. Apabila kondisi ini dibiarkan dikhawatirkan peserta

(21)

Konsep pembiasaan menyanyikan lagu wajib nasional ditujukan untuk

menumbuhkan sikap mental, kesadaran, dan tindakan peserta didik sebagai

wujud kecintaanya kepada tanah air yang dilakukan dilingkungan pendidikan.

Maka dari itu pentingnya dilakukan penelitian ini untuk mencari tahu peran

guru dan sekolah dalam pelaksanaan pembiasaan menyanyikan lagu wajib

nasional, dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan pembiasaan

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

keterampilan bertindak kreatif siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol homogen atau tidak. Pengujian homogenitas dapat menggunakan program IBM- SPSS 22 atau

Namun hal-hal tersebut merupakan faktor penyebab yang bersifat hanya dari diri si pelaku, sedangkan faktor yang berasal dari luar diri si pelaku juga ada seperti masih

Kawasan Strategis pariwisata B Sub 1A Kabupaten Magelang dengan tema ekowisata areanya terbagi menjadi dua yaitu di bagian utara Kecamatan Ngablak dan sebagian

Aroma vegetable leather yang dihasilkan dengan adanya penambahan bahan pengikat maltodekstrin, CMC, ataupun karagenan tidak menunjukkan perbedaan, hal

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana hubungan usia dan masa kerja dengan kinerja dosen, studi kasus pada Fakultas Ekonomi Universitas Sanata Dharma.. Metode

Industri yang kegiatan dasamya adalah kegiatan pengolahan dall pemalllaatall bahan baku yang berasal uari (ualcun) bumi uengan skala besal' dapat menyebabkan

karakteristik shopping mall yaitu suasana, pelayanan, harga, kelengkapan produk dan lokasi berpengaruh terhadap jumlah uang yang dibelanjakan dapat disimpulkan bahwa

Penerapan pengelolaan zakat yang dilakukan oleh para amil zakat di Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) Kabupaten Semarang memang sudah seharusnya berdasarkan pada