i
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON
HEMORAGIK
SOFANA FAIRRO FINGIYAH A01401972
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
ii
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON
HEMORAGIK
Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Pendidikan Diploma III Keperawatan
SOFANA FAIRRO FINGIYAH A01401972
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
SAMPUL DALAM... ii
HALAMAN ORISINALITAS... iii
HALAMAN PERSETUJUAN... iv
HALAMAN PENGESAHAN... v
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR LAMPIRAN ...viii
KATA PENGANTAR... ix
ABSTRAK... xi
ABSTRACT...xii
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C.TujuanPenulisan... 3
D.Manfaat Penulisan... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka... 5
1. Asuhan keperawatan dalam Hambatan Komunikasi Verbal... 5
2. Hambatan Komunikasi Verbal Pada Pasien SNH ...16
BAB III METODE STUDI KASUS A.Jenis Studi Kasus... 22
B. Subyek Studi Kasus... 22
C.Fokus Studi Kasus... 22
D.Definisi Operasional... 22
E. Instrumen Studi Kasus... 22
F. Metode Pengumpoulan Data... 23
G.Lokasi dan Waktu Studi Kasus... 24
H.Analisa dan Data Penyajian... 24
vii
BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Studi kasus... 27
B. Pembahasan ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan...45
B.Saran ...46
viii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Persetujuan/ Informed Consent
Lampiran 2 Lembar pengkajian
Lampiran 3 Catatan Asuhan Keperawatan
Lampiran 4 A I U E O
ix
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWr. Wb
Puji syukurkehadirat Allah S.W.T yang telah melimpah kan
rahmatdankarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya
tulis ilmiah ini dengan judul“Asuhan Keperawatan Pasein Dengan Gangguan Hambatan Komunikasi Verbal Pada Sistem Persyarafan Stroke Non Hemoragik”.
Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam
menyelesaikan karya tulis ilmiah ilmiah.
Tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah adalah sebagai salah
satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.
Penyelesaian penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak
mendapatkan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu
penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua Bapak Suyadi Azhar dan Ibu Siti Kholifah yang selalu
memberikan dukungan, kasih sayang, semangat dan perhatian dalam setiap
waktunya.
2. Adikku Restu Maisaroh yang selalu menemani dan memberikan semangat.
3. Teman-temanku yang selalu setia menjadi teman untuk bertukar pikiran dalam
mengerjakan.
4. PodoYuwono S. Kep, Ns, M.Kep. CWCS selaku pembimbing yang telah
dengan sabar membimbing dan memberikan arahan dengan sangat baik.
5. Endah Setianingsih, S.Kep, Ns. M.Kep selaku penguji proposal dan
pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan arahan
dengan sangat baik.
6. Herniyatun, S.Kep, M.Kep Sp.Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah
Gombong.
7. Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep, selakuKetua Program Studi DIII Keperawatan
STIKES MuhammadiyahGombong dan selaku penguji hasil Karya Tulis
x
8. Ike Mardiati A. M, Kep, Sp, Kep, J. Selaku dosen penguji hasil Karya Tulis
Ilmiah.
9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan
terima kasih atas bantuan dan dukunganya.
Penulis menyadari bahwa di dalam menyelesaikan proposal karya tulis
ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik
dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini
pada waktu yang akan datang. Harapan penulis semoga proposal karya tulis
ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca pada
umumnya.
Gombong, Juli 2017
xi
Program DIII Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017
Sofana Fairro Fingiyah 1, Podo Yuwono 2
ABSTRAK
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN
HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG
Latar Belakang: Stroke merupakan kelaian fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, dikarenakan gangguan fungsi otak.
Tujuan Penulis: Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik. Metode: Metode yang digunakan penulis untuk studi kasus adalah metode deskriptif, Dimana penulis melakukan pengujian secara rinci terhadap dua obyek .
Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan data-data pasien pelo, sulit berbicara, bicara tidak jelas, tidak mampu orientasi 3 hal( tempat, waktu, orang). Selain itu pasien sulit mengungkapkan kata, sulit mempertahankan komunikasi, sulit mengekspresikan pikiran secara verbal. Salah satu dari pasien hanya mampu menganggukkan dan menggelengkan kepala. Masalah keperawatan yang muncul adalah hambatan komunikasi verbal. Rencana asuhan keperawatan untuk meningkatkan komunikasi verbal adalah dengan cara terapi wicara. Rencana keperawatan tersebut telah diimplementasikan selama dalam pengelolaan. Evaluasi yang didapatkan pasien Ny. R belum ada peningkatan komunikasi verbal sedangkan pasien Ny. S mengalami peningkatan komunikasi verbal.
Kesimpulan: Tindakan asuhan keperawatan terapi wicara dalam meningkatkan komunikasi dengan latihan secara intensif dapat meningkatkan neuralplasticity, reorganisasi peta kortikel dan meningkatkan fungsi motorik.
Kata kunci: stroke non hemoragik, hambatan komunikasi verbal, terapi wicara
xii
DIII Program of Nursing Department
Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, July 2017
Sofana Fairro Fingiyah 1, Podo Yuwono 2
ABSTRACT
THE NURSING CARE FOR PATIENTS WITH VERBAL COMMUNICATION BARRIES OF NON-HEMORRHAGE STROKE NERVES SYSTEM
IN MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF GOMBONG
Background: Stroke is an abnormality of the brain function arising suddenly and may happen to anyone. This can cause disability, such as paralysis limb, speech disorder, thinking process caused by impaired brain function.
Objective: Explaining the nursing care for patients with verbal communication barries of non-hemorrhage stroke nerve system.
Method: method that used by writer for the case of study is using descriptive method, where the writer is doing a detailed research of two objects.
Result: After conducting nursing care, the writer found out that the patients were oblique, hard talking, unclear speaking, unable to orient three things (place, time and person). Besides, it was hard for them to express words. to maintain the communication, and to utter their thoughts verbally. One of them was just able to nod and shake her head. The emerging nursing problem was verbal communication barriers. The nursing care plan to improve their verbal communicatoin was done by applying speech therapy. The plan had been implemented during the management. The evaluation showed that there was no verbal communication improvement of the first patient (Mrs. R), but the second patient (Mrs. S) got an increase in verbal communication.
Conclusion: The applying speech theraphy for improving verbal communication done by practising intensively can improve neuralplasticity, reorganixation of the crotical map, and motor function.
Keywords: Non-hemorrhage stroke, verbal communication, speech therapy
1 BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Stroke merupakan satu dari sekian banyak masalah kesehatan yang paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah yang serius dan mengancam jiwa nomor 2 di Eropa serta no 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan anggota gerak yang memerlukan perawatan (Batticaca, 2008). Stroke merupakan kelaian fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara atau afasia, proses berfikir, dikarenakan sebagai gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).
WHO mamprediksikan bahwa angka kematian stroke akan meningkat dengan kematian akibat penyakit jantung koroner, kanker. Kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (WHO, 2008) Amerika Serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat sroke. Tahun 2010 Amerika Serikat telah menghabiskan 73,7 juta dollar untuk membiayai tanggungan medis dan rehabilitsi akibat stroke. Yayasan stroke Indonesia (Yastroki) menjelaskan, angka kejadian stroke menurut data rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia diatas 65 tahun sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa (Ratna, 2011).
2
yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi. Rata-rata kasus stroke di jawa tengah mencapai 635,60 kasus (profil kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2012, hlm, 39). Prevelensi Stroke Non Hemoragik di Jawat Tengah tahun 2009 adalah 0,05% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 0,03%. Prevelensi tertinggi di kabupaten kebumen sebesar 0,29%.
Masalah kesehatan yang muncul akibat stroke sangat bervariasi, tergantung dengan luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian jaringan dan lokasi yang terkena (Lyna, 2007). Apabila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara, kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia, karena otak kiri berfungsi untuk mengnalisis, pikiran logis, konsep, dan memahami bahasa (Sofwan, 2010). Menurut (Mulyasih, 2008) secara umum afasia dibagi dalam tiga jenis afasia motorik, afasia sensorik, afasia global.
Pasien stroke dapat mengalami gangguan bicara, sangat perlu dilakukan latihan bicara disartia maupun afasia. Speech Therapy sangat dibutuhkan mengingat bicara dan komunikasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial. Kesulitan dalam berkomunikasi akan menimbulkan isolasi diri dan perasaan frustasi (Sunardi, 2006). Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan pada sistem saraf pusat dapat diprioritaskan sebagai diagnosa dengan alasan apabila tidak diatasi maka akan berakibat ketidakmampuan individu untuk mengekspresikan keadaan dirinya dan dapat berakibat lanjut pada penurunan harga diri pasien (Batticaca, 2008)
3
afasia adalah memberikan terapi wicara (Sunardi, 2006) Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan komunikasi, gangguan bahasa bicara, gangguan menelan. Terapi wicara ini berfokus pada pasien dengan masalah-masalah neurologis, diantaranya pasien pasca stroke (Sunardi, 2006).
Menurut (Wardhana, 2011) penderita stroke yang mengalami kesulitan bicara akan diberikan terapi AIUEO yang bertujuan untuk memperbaiki ucapan supaya dapat dipahami oleh orang lain. Orang yang mengalami gangguan bicara atau afasia akan mengalami kegagalan dalam berartikulasi. Artikulasi merupakan proses penyesuain ruangan supraglottal. Penyesuaian ruangan didaerah laring terjadi dengan menaikkan dan menurunkan laring, yang akan mengatur jumlah transmisi udara melalui rongga mulut dan rongga hidung melalui katup valofaringeal dan merubah posisi mandibula (rahang bawah) dan lidah. Proses diatas yang akan menghasilkan bunyi dasar dalam berbicara ( yanti, 2008)
Berdasarkan pemaparan latar belakang maka penulis memandang bahwa pemenuhan kebutuhan komunikasi pada pasien stroke sangat penting. Sehingga penulis tertarik untuk memberikan “asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah ganggun hambatan komunikasi verbal”
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik?
C. TUJUAN STUDI KASUS
1. Tujuan umum
4
2. Tujuan khusus
a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
e. Penulis mampu mengevaluasi kondisi pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
D. MANFAAT STUDI KASUS
Manfaat studi kasus memuat uraian tentang implikasi temuan studi kasus yang bersifat praktis terutama bagi:
a. Masyarakat dan keluarga mampu merawat pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
b. Menambah keluasan ilmu dan tekhnologi terapan bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan komunikasi pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rinek Cipta.
Adisaputro, Gunawan. 2008. Anggaran Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.
Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC
Batticaca, F.B. 2008 Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.
Carpenito, 2007, Diagnosa Keperawataan (Handbook of Nursingdiagnosis), Edisi 10, Alih Bahasa Monica Ester, Jakarta: EGC
Depkes , 2015, Stroke Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta: tersedia tersedia dalam www.litbang.depkes.go.id/node/639. Diakses pada tanggal 24/5/2017 jam 15:09
Hidayat A, Aziz Alimul (2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika
Komala, Lukiati. (2009), Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks.
Bandung: Widya Padjajaran.
Liliweri , Alo, (2007). Dasar Komunikasi Kesehatan Yogyakarta: Pustaka. Pelajar diakses di digilib.unimus.ac.id
Maryam, dkk, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika.
Mubarak, Lilis Indrawati, Joko Susanto ( 2015 ), Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta: Salemba Medika.
Muhammad, Arni (2009). Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Mulyatsih, E & Airizal, A. (2008). Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Nanda Internasional 2015, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, EGC, Jakarta.
Notoatmojo (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.
Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7th Edition.
Ratna. 2010. Penyakit pemicu Stroke: Dilengkapi dengan Posyandu Lansia dan Posbindu PTM, Penerbit Nurha Medika, Yogyakarta.
Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi.
Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Rodiyah (2012). Terapi wicara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan Gangguan Cerebral Palsy di yayasan Pembinaan Anak cacat
(YPAC) malang diakses di
http.//lib.uin.malang.ac.id/?mod=th_detail&id=08410114
Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Sofwan, R. (2010). Anda Bertanya Dokter Menjawab: Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.
Sunardi dan sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus.
Bandung: Jurusan PLB FIP UPI
Wardhana, W. A (2011) Strategi mengatasi dan bangkit dari Stroke. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Wiwit, (2010). Stroke dan Penangannya. Yogyakarta: Katahati.
World health organization. 2015. STEP wise approach to stroke surveillance.
Geneva.
INFORMED CONSENT (Persetujuan Menjadi Partisipan)
Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah
mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang
akan dilakukan oleh Sofana Fairro Fingiyah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN
KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PESYARAFAN STROKE NON
HEMORAGIK”.
Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini
secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan
mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa
sanksi apapun.
...2017
Yang memberikan persetujuan
Saksi
... ...
...2017
Peneliti
Lembar pengkajian
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Tanggal Masuk RS :
Tanggal Pengkajian :
Diagnosa Medis :
No Rekam Medis :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Agama :
Alamat :
Pekerjaan :
Hub. dengan pasien :
B. PENGKAJIAN 1. Keluhan Utama
2. Riwayat Penyakit Sekarang
3. Riwayat Penyakit Dahulu
5. Pengkajian pola fungsional
a) Oksigenasi
b) Nutrisi
c) Eliminasi
d) Istirahat dan tidur
e) Aktivitas
f) Berpakaian
g) Personal Hygiene
h) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )
i) Mempertahankan suhu tubuh
j) Pola berpakaian
k) Komunikasi
l) Spiritual
m)Rekreasi
n) Belajar
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran:
Suara Bicara:
TTV :
b. Kepala :
c. Telinga:
d. Mata :
e. Mulut:
f. Leher:
g. Dada
Paru–Paru: Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Jantung:
Inspeksi:
Palpasi:
Perkusi:
Auskultasi:
h. Abdomen
Inspeksi:
Auskultasi:
Palpasi:
Perkusi:
i. Genetalia:
j. Pemeriksaan Integumen:
k. Ekstermitas :
7. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Rontgen
Pemeriksaan CT Scan
8. Terapi
C. ANALISA DATA No Hari /
Tanggal
Data Fokus Problem Etiologi
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan E. INTERVENSI KEPERAWATAN
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf
G. EVALUASI KEPERAWATAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. R DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM
PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK
Sofana Fairro Fingiyah (A01401972 )
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.R
Umur : 64 Tahun
Jenis Kelamin : Prempuan
Agama : Islam
Alamat : Cilacap
Pekerjaan : SR
Tanggal Masuk RS : 06 juli 2017
Tanggal Pengkajian : 07 juli 2017 Jam : 10.15 WIB
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemorogic
No Rekam Medis :
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn. S
Umur : 66 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Cilacap
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan pasien : Suami
B. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien anggota tubuh sebelah kanan lemah
saat digerakkan, bicara tidak jelas, pelo.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong
bersama keluarga pasien pada tanggal 6 juli 2017 jam 08.30 WIB dengan
keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sesaknya tidak dipengaruhi
kadang-kadang, tekanan darah: 110/70 mmHg, N: 100x/m, RR: 29x/m, S:
36,50C, SPO2: 98%, GCS=11 E:4 V:1 M: 6, pupil 3/3 mm, reflek cahaya +/+. Pasien sekarang dirawat di ruang Barokah dan mendapatkan terapi
Inj ranitidin 3x50mg, Inj Ondansentron 3x5 mg, Inj Ceftriaxone 2x1gr.
Riwayat penyakit dahulu Pasien sudah menderita stroke ± 2 tahun dan
Diabetus melitus sejak tahun 2016 dan sudah pernah menjalani operasi
ulkus ± 6 bulan yang lalu pada jari jari kaki kanannya, sekarang lukanya
ada lagi pada bagian telapak kaki..
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menderita stroke ± 2 tahun dan
Diabetus melitus sejak tahun 2016 dan sudah pernah menjalani operasi
ulkus ± 6 bulan yang lalu pada jari jari kaki kanannya, sekarang lukanya
ada lagi pada bagian telapak kaki
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita sakit
yang sama seperti pasien, orang tua pasien meninggal pada usia lanjut
bukan karena sakit.
5. Pengkajian pola fungsional
a) Oksigenasi
Sebelum Sakit: keluarga pasien mengatakan pasien sejak dirawat di
rumah sakit sering mengalami masalah pada pernafasannya.
Saat saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien dapat bernafas dengan
normal, tetapi tetap menggunakan oksigen 3lpm, tidak ada pernafasan
cuping hidung
b) Nutrisi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien makan 3X sehari dengan
porsi sedikit nasi, lauk dan sayur dengan mandiri setelah terkena
stroke kebutuhan makannya dibantu oleh keluarganya.
Saat Dikaji : Keluarga pasien mengatakan pasien menggunakan
selang NGT karena pasien mengalami gangguan dalam menelan
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengambil
makanan dan memasukan kemulut, Keluarga pasien mengatakan
pasien ada kendala saat mengunyah, Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu menghabiskan makanan, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu makan dalam jumlah banyak,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu membuka mulut
secara lebar, dan Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
menyiapkan makanan untuk dimakan.
c) Eliminasi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien biasanya BAB dibantu
pake pispot dua hari sekali.
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien semenjak masuk rumah sakit
tanggal 06 Juli 2017 pasien belum BAB dengan konsistensi lembek,
berwarna kuning.BAK.
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien biasanya pasien BAK
5-8x sehari, pada malam hari bisa mencapai 4x.
Saat Dikaji: keluarga mengatakan sekarang pasien menggunakan
selang kateter ukuran: 16 produksi urin: 250 cc/ 7 jam
d) Istirahat dan tidur
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidur 4-5 jam dalam
sehari, tidak ada gangguan tidur. Kadang tidur siang 1-2 jam
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien susah tidur paling hanya 1-2
jam dalam sehari tetapi pada siang hari pasien cenderung tidur bisa
4-7 jam.
e) Aktivitas
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mampu beraktifitas
sendiri tanpa bantuan keluarga dan alat bantu, semenjak stroke pasien
di tempat tidur maupun yang lain harus dibantu oleh keluarga selama
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien tidak mampu
beraktivitas, pasien hanya tiduran saja di tempat tidur, melakukkan
aktivitas dibantu keluarga dan perawat.
f) Berpakaian
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien berpakaian sendiri
tanpa bantuan, semenjak terkena stroke semua kebutuhan
berpakain dibantu oleh keluarga.
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
mengancingkan pakaian seperti biasa, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu mengambil pakaian di lemari,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menggunakan
sepatu, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
menggunakan kaos kaki, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mampu melepaskan atribut pakaian , Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu melepas sepatu, Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu melepas kaos kaki, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak memperhatikan penampilannya,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menggunakan
pakaian bagian bawah, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mampu menggunakan resleting,
g) Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan jika suhu dingin pasien
menggunakan baju tebal atau sweater, jika panas pasien
menggunakan baju yang tipis dapat menyerap keringat
Saat Dikaji : keluarga mengatakan jika suhu panas pasien tidak
menggunakan selimut dan jika suhu dingin memakai selimut
h) Personal Hygiene
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat melakukan
personal hygiene secara mandiri, mandi sehari 2x, pasien gosok
gigi setiap mandi, semenjak terkena stroke pasien mandi dengan
Saat Dikaji : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
ke kamar mandi, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mampu mengeringkan tubuh menggunakan handuk seperti biasa,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengambil
perlengkapan mandi secara mandiri, Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu mengatur air mandi, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu membasuh tubuh, Keluarga
pasien mengatakan pasien tidak mampu melakukan perawatan
mulut dan giginya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mampu naik ke toilet, dan Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak mampu berdiri di toilet.
i) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien merasa aman dan
nyaman sendiri bila dekat dengan anak-anak dan cucunya, pasien
tidak merasa nyaman jika sendirian dirumah.
Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien tidak nyaman karena
lumpuh di ekstermitas kanan, Keluarga pasien mengatakan pasien
belum bisa sepenuhnya menerima keadaanya.
j) Komunikasi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat berkomunikasi
dengan baik, berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa
jawa.
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien pelo, pasien sulit
berbicara, pasien bicara tidak jelas, pasien tidak mampu orientasi
3 hal( tempat, waktu, orang), pasien sulit mengungkapkan kata,
pasien sulit mempertahankan komunikasi, pasien sulit
mengekspresikan pikiran secara verbal, pasien hanya mampu
k) Spiritual
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien beragama islam,
pasien melakukan sholat 5 waktu di masjid dan terkadang
mengikuti pengajian.
Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien tidak melakukan
sholat 5 waktu setelah masuk RS.
l) Rekreasi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidak pernah
berekreasi, pasien hanya menonton tv sebagai hiburan dikala
sedang istirahat
Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien hanya berbaring
ditempat tidur
m) Belajar
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mengatakan bisa
mendapatkan informasi melalui televisi.
Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien mengatakan telah
mengerti tentang penyakitnya.
n) Bekerja
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien sudah tidak bekeja.
Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien hanya berbaring
diatas temapt tidur.
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran: Composmentis GCS=11 E:4 V:1 M: 6
Suara Bicara: Sulit bicara, bicaranya tidak jelas.
TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 100x/m, RR: 24x/m, S:36,50C, Kepala : Bentuk mecochepal, tidak terdapat nyeri tekan.
b. Rambut: kering, kotor, beruban.
c. Telinga: bentuk normal, tidak terdapat penumpukan serumen
d. Mata : Konjungtiva anemis, Sclera anikterik, Pupil isokor,
e. Mulut: Mencong ke sisi kanan, mukosa bibir kering, gigi sedikit kotor.
f. Leher: tidak terdapat pembesran kelenjar thyroid.
g. Dada
Paru–Paru:
Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi , tidak ada retraksi
dinding dada
Palpasi: Vokal fremitus simetris
Perkusi: sonor
Auskultasi: Suara nafas terdengar ronchi
Jantung:
Inspeksi: tidak ada lesi dan benjolan, IC tak tampak
Palpasi: tidak ada pembesaran jantung, IC teraba di IC V 2cm
midclavicula sinistra
Perkusi: redup
Auskultasi: reguler
h. Abdomen
Inspeksi: tidak ada jejas
Auskultasi: bising usus 18x/menit
Palpasi: tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi: timpani
i. Genetalia: terlihat kotor, memakai selang kateter ukuran:16.
j. Pemeriksaan Integumen
Kulit: Pucat, turgor kulit jelek
k. Ekstermitas: Kelumpuhan di ekstermitas kanan
7. Pemeriksaan neurologi
Terdapat gangguan nervus cranialis VII ( Facialis ) dan XII (
Hypoglossus ) central
8. Pemeriksaan fungsi serebral
Status mental : CM
Fungsi intelektual : tidak mampu orientasi waktu, tempat, orang
9. Pemeriksaan Motorik
Ekstermitas dekstra : 0 (tidak mampu sama sekali melakukan kontraksi)
Ekstermitas sinistra : 4 (kekuatan sedang)
Pemeriksaan Sensorik
Ekstermitas dekstra : terjadi numbless (mati rasa)
Ekstermitas sinistra : normal
Pemeriksaan Reflex
Ekstermitas dekstra : 0 (tidak ada refleks)
Ekstermitas sinistra : 2+ (normal)
10. Hasil Pengkajian Khusus
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 06 juli 2017 jam 09.27 WIB
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 11.6 Mg/dl 11.7-15.5
leukosit/AL 3.38 /ul 3.6-11
Eritrosit 8.9 Juta/L 3.8-5.2
Hematokrit 28.1 Mg/dl 35-47
Kimia klinik
MCV 83.6 Fl 80-100
MCH 26.5 Pg 26-34
MCHC 31.8 g/dl 32-36
Trombosit 563 150-440
Gula sewaktu 105 70-105
12. Terapi Tanggal 06 juli 2017
IVFD RL 500 cc/24 jam
Ceftriaxone 2x1 gr
Ranitidin 3x50 mg
C. ANALISA DATA
No Hari /
Tanggal
Data Fokus Problem Etiologi
1 Jum’at 07 juli 2017
Jam : 10.15
WIB
DS:
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
sulit bicara,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
bicara tidak jelas,
- Keluarga mengatakan
pasien tidak mampu
orientasi 3 hal (
tempat, waktu,
ruang)
DO:
- Pasien terlihat sulit
bicara,
- Pasien sulit
mengungkapkan kata
- Pasien sulit
memperthankan
komunikasi
- Pasien pelo
- Pasien sulit
mengekspresikan
pikiran secara verbal
- Pasien hanya mampu
menganggukan
ataupun
menggelengkan
Hambatan
Komunikasi
Verbal (00051)
Perubahan
Sistem Syaraf
kepala
- Ekstermitas:
kelumpuhan di
ekstermitas kanan
- Motorik
Ekstermitas dekstra :
0 (tidak mampu
samasekali
melakukan kontraksi)
Ekstermitas sinistra :
4 (kekuatan sedang)
- Sensorik
ekstermitas dekstra :
terjadi numbless
(mati rasa
Ekstermitas sinistra :
normal Reflex
Ekstermitas dekstra :
0 (tidak ada refleks)
Ekstermitas sinistra :
2+(normal)
2. Jum’at 07 juli 2017
Jam : 10.15
DS:
- Keluarga mengatakan
pasien tidak mampu
beraktivitas, pasien
hanya tiduran saja di
tempat tidur,
melakukkan aktivitas
dibantu keluarga dan
perawat
DO :
- TD :110/70 mmHg, N
Hambatan Mobilitas
Fisik ( 00085)
:100x/menit S: 36,5˚C,
RR: 24x/menit.
- Pasien hanya tiduran
ditempat tidur
- Kelumpuhan di
ekstremitas kanan
3. Jum’at 07
Juli 2017
jam 10.15
WIB
DS:
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
sulit bicara,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
bicara tidak jelas,
- Keluarga mengatakan
pasien tidak mampu
orientasi 3 hal (
tempat, waktu,
ruang)
DO:
- Pasien terlihat sulit
bicara,
- Pasien sulit
mengungkapkan kata
- Pasien sulit
memperthankan
komunikasi
- Pasien pelo
- Pasien sulit
mengekspresikan
pikiran secara verbal
- Pasien hanya mampu
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan
otak (00201)
menganggukan
ataupun
menggelengkan
kepala
- Ekstermitas:
kelumpuhan di
ekstermitas kanan
- Motorik
Ekstermitas dekstra :
0 (tidak mampu
samasekali
melakukan kontraksi)
Ekstermitas sinistra :
4 (kekuatan sedang)
- Sensorik
ekstermitas dekstra :
terjadi numbless
(mati rasa
Ekstermitas sinistra :
normal Reflex
Ekstermitas dekstra :
0 (tidak ada refleks)
Ekstermitas sinistra :
- 2+(normal)
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan komunikasi verbal b.d. perubahan sistem syaraf pusat
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Neuromuskular
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak faktor risiko tumor otak
E. INTERVENSI
N
o
DX
Keperawatan
Tujuan (NOC) NIC(intervensi)
1. Hambatan
komunikasi
verbal b.d
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x7 jam hambatan
komunikasi verbal dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
Indikator 1 2 3 4 5
- Menggunakan
foto dan
gambar
2 5
- Menggunakan
bahasa isyarat
2 5
1. Libatkan
keluarga untuk
membantu
memahami atau
memahamkan
informasi dari
atau ke pasien
Rasionalnya
keluarga
berpartisipasi
dalam proses
penyembuhan.
2. Dengarkan setiap
ucapan pasien
dengan penuh
perhatian
rasionalnya
mengurangi
kecemasan dan
kebingungan saat
berkomunikasi.
3. Gunakan
kata-kata yang
sederhana dan
pendek dalam
komunikasi
dengan pasien.
memenuhi
kebutuhan pasien
saat
berkomunikasi.
4. Dorong pasien
untuk mengulang
kata rasionalnya
memberikan
semangat pada
pasien agar
sering
melakukan
komunikasi.
Berikan arahan
atau perintah
sederhana setiap
berinteraksi
dengan pasien
rasionalnya
mengurangi
kebingungan saat
berkomunikasi.
5. Programkan
speech language
teraphy
rasionalnya
melatih pasien
belajar berbicara
secara mandiri
baik dan benar.
dengan
gambar-gambar atau
kata-kata
ungkapan yang
bisa digunakan,
misalnya :
pindahkan kaki
saya, ambilkan
minuman saya
rasionalnya
memberikan
kemudahan buat
pasien untuk
berkomunikasi.
6. Lakukanspeech
languagesetiap
interaksi dengan
pasien
rasionalnya
mengurangi
kebingungaan
pasien saat
berkomuniksi.
7. Jaga lingkungan
yang terstruktur
dan pertahankan
rutinitas pasien
(misalnya,
menjamin daftar
harian yang
menyediakan
pengingat
dengan sering,
dan
menyediakan
kalender serta
tanda-tanda lain
yang ada di
lingkungan).
8. Sesuaiakan gaya
komunikasi
untuk memenuhi
kebutuhan pasien
(misalnya berdiri
didepan pasien
saat
bicara,mendenga
rkan dengan
penuh perhatian,
menyampaikan
satu ide atau
pemikiran pada
satu waktu,
bicara pelan
untuk
menghindari
berteriak,
gunakan
komunikasi
tertulis, atau
dalam memenuhi
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x7 jam,Hambatan
mobilitas fisik dapat teratasi dengan
i keutuhan
penyongkong
khusus.
3. Bantu pasien
untuk
menggunakan
tongkat saat
berjalan dan
cegah cedera
rasionalnya
kemudahan
pada pasien
untuk
beraktifitas.
4. Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang tekhnik
ambulasi.
rasionalnya
melibatkan
seluruh anggota
untuk
membantu
proses
penyembuhan.
5. Kaji
kemampuan
pasien dalam
pemenuhan
ADLs secara
mandiri sesuai
kemampuan
rasionalnya
membantu
merencanakan
intervensi.
6. Dampingin dan
bantu pasien
saat mobilisasi
dan bantu
penuhi
kebutuhan
ADLs rasional
menumbuhkan
kemandirian
perawatan.
7. Berikan alat
bantu jika
pasien
memerlukan
rasionalnya
memebuhi
kebutuhan
ADLs pasien
Ajarkan
bagaimana
pasien
bagaimana
merubah posisi
bantuan jika
diperlukan
rasionalnya
mengembangka
n rencana
terapi.
3. Risiko
ketidakefektif
n perfusi
jaringan otak
faktor risiko
tumor otak
(penyakit
neurologis)
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama3x7 jam masalah
ketidakefektifan perfusi jaringan otak
dapat teratasi dengan Kriteria Hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
- Nyeri kepala
berkurang
2 4
- Berfungsinya
saraf dengan baik
2 4
- TTV dalam batas
normal
2 5
1. Monitor tingkat
kesadaran
rasionalnya
tingkat
kesadaran
merupakan
indikator
terbaik adanya
perubahan
neurologi,
2. Monitor
tanda-tanda vital
rasionalnya
untuk
mengetahui
perubahan
keadaan pasien.
3. Hindari
kegiatan yang
bisa
meningkatkan
tekanan
intrakranial,
pasien bedrest,
berikan
lingkungan
yang tenang,
batasi
pengunjung,
atur waktu
istirahat dan
aktivitas
rasionalnya
istrihatat yang
cukup dan
lingkungan
yang tenang
mencegah
perdarahan
F.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf
07-07-2017 I, II,
III,
IV
- Memonitor tingkat
kesadaran
- Mengobservasi
tanda-tanda vital
- Menganjurkan pada
keluarga untuk
membatasi
pengunjung
- Memposisikan pasien
posisi head up
- Melibatkan keluarga
dalam memahami
informasi dari atau ke
pasien
- Melatih pasien
berbicara secara
S:
O: Kesadaran
pasien
composmentis,
GCS= 11 E:4 V:1
M:6
S:
O: TD:163/76
mmHg, N: 85x/m,
RR:17 x/m, S: 36
0 C.
S:
O: Keluarganya
Menyetujuinya
S:
O: Pasien posisi
head up
S:
O: Keluarga
membantu
memahami
informasi dari atau
ke pasien
S:
O: Pasien sudah
belum mampu
Sofana
fairro
mandiri di mulai
dengan terapi A, I, U,
E, O
- Mendengarkan dengan
penuh perhatian apa
yang diucapkan pasien
- Membantu memenuhi
kebutuhn ADLs pasien
(memberikan makan
lewat NGT)
- Mengajarkan ROM
pasif
diajak untuk
berlatih
S:
O: Melakukan
Komunikasi sesuai
kebutuhan pasien
S:
O: Segala
kebutuhan pasien
dibantu oleh
keluarga dan
perawat
S:
O: anggota tubuh
yang semula
sangan kaku
sedikit lebih lemas
I, II,
III,
IV
- Mengobservasi
tanda-tanda vital
- Melibatkan keluarga
dalam memahami
informasi dari atau ke
pasien
S:
O: TD: 140/90
mmhg, N:78x/m,
RR: 16x/m, S:
36,50c
S:
O: keluarga
membantu dalam
proses
- Melatih pasien
berbicara secara
mandiri di mulai
dengan terapi A, I, U,
E, O
- Mendengarkan dengan
penuh perhatian apa
yang diucapkan pasien
- Membantu memenuhi
kebutuhn ADLs pasien
(memberikan makan
lewat NGT)
- Mengajarkan ROM
pasif
S:
O: Pasien belum
mampu untuk
belajar terapi A, I,
U, E, O, pasien
hanya mampu
menganggukan dan
mengglengkan
kepala.
S:
O: melakukan
komunikasi sesuai
dengan kebutuhan
pasien
S:
O: memenuhi
kebutuhan pasien
seperti makan,
mandi
S:
O: pasien belum
ada peningkatan
dalam aktifitas
fisik
- Melatih pasien
berbicara secara
mandiri di mulai
dengan terapi A, I, U,
E, O
S:
O: Pasien belum
bisa mengikuti
perintah apa yang
diajarkan oleh
perawat, pasien
- Memberikan ROM
pasif
- Mengobservasi tanda-tanda vital
menganggukan dan
menggelengkan
kepala.
S:
O: belum ada
peningkatan dalam
aktifitas fisik.
S:
G.EVALUASI KEPERAWATAN
NO Hari/tanggal DX EVALUASI PARAF
1. 09 juli 2017 S:
O: Pasien belum dapat menirukan apa yang
diajarkan oleh perawat.
A: Masalah hambatan komunikasi verbal
belum teratasi
Indikator 1 2 3 4 5
Menggunakan
bahasa lisan
2 3
Menggunkan foto
dan gambar
2 3
Menggunakan
bahasa isyarat
2 4
P: lanjutkan intervensi
- Speach leangguge theraphy
Sofana
fairro
fingiyah
09 juli 2017 S:
O: Anggota tunuh pasien masih terlihat kaku
saat dibantu untuk digerakkan.
A: Masalah hambatan mobilitas fisik belum
teratasi
indikator 1 2 3 4 5
- Meningkat dalam
aktifitas fisik
2 3
- Mengerti tujuan
dari peninggkatan
mobilitas
2 3
- Memverbalisasikan
perasaan dalam
meningkatkan
kekuatan dan
kemamuan
2 3
Sofana
fairro
berpindah
- Memperagakan
penggunaan alat
bantu untuk
mobilisasi
2 3
P: Lanjutkan intervensi
- ROM pasif
- Konsuktasikan dengan terapi fisik
09 juli 2017
S:-O: TD: 140/90 mmHg
N: 78x/m
RR:18x/m
S:36,50C SPO2:100%
A: Masalah risiko ketidakefektifan perfusi
jaringan otak belum teraatasi
Indikator 1 2 3 4 5
- Nyeri kepala
berkurang
- Berfungsinya
saraf dengan
baik
- TTV dalam
batas normal
2
2
2 3
3
4
P: Lanjutkan intervensi
- Monitor tingkat kesadaran
- Monitor TTV
- Monitor TIK
Sofana
fairro
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN
STROKE NON HEMORAGIK
Sofana Fairro F (A01401972 )
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG
A. BIODATA
1. Identitas Pasien
Nama : Ny.S
Umur : 62 Tahun
Jenis Kelamin : Prempuan
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Pensiunan
Tanggal Masuk RS : 08 juli 2017 Jam : 08.00
Tanggal Pengkajian : 09 juli 2017 Jam : 15.00
Diagnosa Medis : Stroke Non Hemorogic
No Rekam Medis : 162120
2. Identitas Penanggung Jawab
Nama : Tn.F
Umur : 42 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Kebumen
Pekerjaan : Wiraswasta
Hub. dengan pasien : Anak Kandung
B. PENGKAJIAN
1. Keluhan Utama
Keluarga pasien mengatakan pasien anggota tubuh sebelah kiri lemah saat
digerakkan, bicara tidak jelas, pelo.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong bersama
keluarga pasien. Keluarga pasien mengatakan bahwa 2 jam sebelum dibawa
ke rumah sakit pasien jatuh ketika mau menuju kamar mandi, setelah jatuh
tiba-tiba Ny.S sulit bicara, bicaranya tidak jelas, bahkan tidak mampu
berkomunikasi. Badan pasien mengalami kekakuan ketika digerakkan oleh
kaku terutama bagian mulutnya mencong ke sisi kanan. Keluarga pasien
mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetus
Melitus.
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah mengalami hal yang
sama, hanya saja pasien mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetus
Melitus.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Belum ada keluarga yang mengalami hal yang sama dengan pasien.
5. Pengkajian pola fungsional
a) Oksigenasi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat bernafas dengan
normal, tanpa menggunakan alat bantu pernafasan, tidak ada nafas
cuping hidung
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien dapat bernafas dengan normal,
tetapi tetap menggunakan oksigen 3lpm, tidak ada nafas cuping hidung
b) Nutrisi
1. Inteks Makanan
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien makan 3X sehari dengan
nasi, lauk dan sayur dengan mandiri.
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dari
RS hanya menghabiskan ¼ porsi. Keluarga pasien mengatakan pasien
tidak mampu mengambil makanan dan memasukan kemulut,
Keluarga pasien mengatakan pasien ada kendala saat mengunyah,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menghabiskan
makanan, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu makan
dalam jumlah banyak, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak
mampu membuka mulut secara lebar, dan Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu menyiapkan makanan untuk
2. Inteks Cairan
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien minum 6-7 gelas per
hari air putih , kadang kopi dan teh manis.
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
mengambil gelas, keluarga mengatakan pasien minum 2-3 gelas per
hari air putih / dengan minuman yang rendah gula.
c) Eliminasi
1. BAB
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien BAB 1x sehari dengan
konsistensi lembek, berwarna kuning.
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien belum BAB selama di RS.
2. BAK
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien BAK 5-6 X sehari
semalam dengan warna kuning jernih pada malam hari bisa BAK 3-4
kali.
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien menggunakan selang kateter
ukuran 16 untuk BAKnya 650cc sehari dengan warna kuning jernih.
d) Istirahat dan tidur
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidur 7-8 jam dalam sehari,
tidak ada gangguan tidur. Kadang tidur siang 1-2 jam
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien susah tidur paling hanya 1-2
jam dalam sehari.
e) Aktivitas
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mampu beraktifitas sendiri
tanpa bantuan keluarga dan alat bantu
Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien tidak mampu
beraktivitas, pasien hanya tiduran saja di tempat tidur, melakukkan
aktivitas dibantu keluarga dan perawat.
f) Berpakaian
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien berpakaian sendiri tanpa
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
mengancingkan pakaian seperti biasa, Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu mengambil pakaian di lemari, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu menggunakan sepatu, Keluarga pasien
mengatakan pasien tidak mampu menggunakan kaos kaki, Keluarga
pasien mengatakan pasien tidak mampu melepaskan atribut pakaian ,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melepas sepatu,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melepas kaos kaki,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memperhatikan
penampilannya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
menggunakan pakaian bagian bawah, Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu menggunakan resleting,
g) Menjaga Suhu Tubuh
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan jika suhu dingin pasien
menggunakan baju tebal atau sweater, jika panas pasien menggunakan
baju yang tipis dapat menyerap keringat
Saat Dikaji: keluarga mengatakan jika suhu panas pasien tidak
menggunakan selimut dan jika suhu dingin memakai selimut
h) Personal Hygiene
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat melakukan personal
hygiene secara mandiri, mandi sehari 2x, pasien gosok gigi setiap mandi
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu ke kamar
mandi, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengeringkan
tubuh menggunakan handuk seperti biasa, Keluarga pasien mengatakan
pasien tidak mampu mengambil perlengkapan mandi secara mandiri,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengatur air mandi,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu membasuh tubuh,
Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melakukan perawatan
mulut dan giginya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
naik ke toilet, dan Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu
i) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien merasa aman dan nyaman
sendiri bila dekat dengan anak-anak dan cucunya, pasien tidak merasa
nyaman jika sendirian dirumah
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien tidak nyaman karena lumpuh di
ekstermitas kiri, Keluarga pasien mengatakan saat kejadian pasien
gelisah
j) Komunikasi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan
baik, berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa jawa
Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien sulit bicara, Keluarga
pasien mengatakan pasien bicara tidak jelas.
k) Spiritual
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien beragama islam, pasien
melakukan sholat 5 waktu di masjid dan terkadang mengikuti pengajian
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien tidak melakukan sholat 5 waktu
setelah masuk RS
l) Rekreasi
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidak pernah berekreasi,
pasien hanya menonton tv sebagai hiburan dikala sedang istirahat
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien hanya berbaring ditempat tidur
m)Belajar
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mengatakan bisa
mendapatkan informasi melalui televisi.
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien mengatakan telah mengerti
tentang penyakitnya.
n) Bekerja
Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien sudah tidak bekeja.
Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien hanya berbaring diatas temapt
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
Kesadaran: Sopor, GCS( E4, V2, M3 )
Suara Bicara : Sulit bicara, bicaranya tidak jelas.
TTV : TD :163/76 mmHg, N :85x/menit S: 36˚C, RR: 16x/menit
b. Kepala: Bentuk mecochepal, terdapat nyeri tekan karena ada abses.
c. Rambut : kering, kotor
d. Telinga : bentuk normal, tidak terdapat penumpukan serumen
e. Mata
Konjungtiva : anemis
Sclera : anikterik
Pupil : isokor
Rangsang Cahaya: (+)
f. Mulut : Mencong ke sisi kanan, mukosa bibir kering, gigi
sedikit kotor
g. Leher : tidak terdapat pembesran kelenjar thyroid.
h. Dada
Paru–Paru :
Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat lesi , tidak ada retraksi
dinding dada
Palpasi : Vokal fremitus simetris
Perkusi : sonor
Auskultasi: Suara nafas terdengar ronchi
Jantung :
Inspeksi : tidak ada lesi dan benjolan, IC tak tampak
Palpasi : tidak ada pembesaran jantung, IC teraba di IC V 2cm
midclavicula sinistra
Perkusi : redup
i. Abdomen
Inspeksi : cekung, tidak ada jejas
Auskultasi : bising usus 18x/menit
Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan
Perkusi : timpani
j. Genetalia : terlihat kotor, memakai selang kateter ukuran:16
k. Pemeriksaan Integumen
Kulit : Pucat, turgor kulit jelek
l. Ekstermitas : Kelumpuhan di ekstermitas kiri
7. Pemeriksaan neurologi
Terdapat gangguan nervus cranialis VII ( Facialis ) dan XII ( Hypoglossus )
central
8. Pemeriksaan fungsi serebral
Status mental : CM
Fungsi intelektual : tidak mampu orientasi waktu, tempat, orang
Kemampuan bahasa : afasia ringan
9. Pemeriksaan Motorik
Ekstermitas dekstra : 4 (kekuatan sedang)
Ekstermitas sinistra : 0 (tidak mampu sama sekali melakukan kontraksi)
Pemeriksaan Sensorik
Ekstermitas dekstra : normal
Ekstermitas sinistra : terjadi numbless (mati rasa)
Pemeriksaan Reflex
Ekstermitas dekstra : 2+ (normal)
Ekstermitas sinistra : 0 (tidak ada refleks)
10. Hasil Pengkajian Khusus
11. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan laboratorium tanggal 09 juli 2017 jam 09.20 wib
Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 12, 1 Mg/dl 11.7-15.5
Eritrosit 4.14 Juta/L 3.8-5.2
Hematokrit 37.0 Mg/dl 35-47
Kimia klinik
MCV 89.4 Fl 80-100
MCH 29.2 Pg 26-34
MCHC 32.7 g/dl 32-36
Trombosit 369 150-440
Gula sewaktu 275 70-105
12. Terapi
Tanggal 09 juli 2017 IVFD RL 500 cc/24 jam Ceftriaxone 2x1g Citicolin 2x500g
Ranitidin 2x50mg
Mecobalamin 2x250 mg
Amlodipin 1x10 mg
CPG 1X75mg
C. ANALISA DATA
No Hari /
Tanggal
Data Fokus Problem Etiologi
2 Jum’at 07 juli 2017
Jam : 10.15
WIB
DS:
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
sulit bicara,
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
bicara tidak jelas,
DO:
- Pasien terlihat sulit
bicara,
- Pasien sulit
mengungkapkan kata
- Pasien sulit
mempertahankan
komunikasi
- Pasien pelo
- Pasien sulit
mengekspresikan
pikiran secara verbal
- Ekstermitas:
kelumpuhan di
ekstermitas kiri
- Motorik
Ekstermitas dekstra :
4 (kekuatan sedang)
Ekstermitas sinistra :
0 (tidak mampu
samasekali melakukan
Hambatan
Komunikasi
Verbal (00051)
Perubahan
Sistem Syaraf
kontraksi)
- Sensorik
ekstermitas dekstra :
normal Reflex
Ekstermitas sinistra :
terjadi numbless (mati
rasa
Ekstermitas dekstra :
2+(normal)
Ekstermitas sinistra :
0 (tidak ada refleks)
3. 09 juli
2017
Jam : 15.00
DS:
- Keluarga mengatakan
pasien tidak mampu
beraktivitas, pasien
hanya tiduran saja di
tempat tidur,
melakukkan aktivitas
dibantu keluarga dan
perawat
DO :
- TD :163/76 mmHg, N
:85x/menit S: 36˚C,RR:
17x/menit.
- Pasien hanya tiduran
ditempat tidur
- Kelumpuhan di
ekstremitas kiri
Hambatan Mobilitas
Fisik ( 00085)
Neuromuskular
3. Jum’at 07
Juli 2017
jam 10.15
WIB
DS:
- Keluarga pasien
mengatakan pasien
sulit bicara,
- Keluarga pasien
Risiko
ketidakefektifan
perfusi jaringan otak
(00201)
mengatakan pasien
bicara tidak jelas,
DO:
- Pasien terlihat sulit
bicara,
- Pasien sulit
mengungkapkan kata
- Pasien sulit
memperthankan
komunikasi
- Pasien pelo
- Pasien sulit
mengekspresikan
pikiran secara verbal
- Ekstermitas:
kelumpuhan di
ekstermitas kiri
- Motorik
Ekstermitas dekstra :
4 (kekuatan sedang)
Ekstermitas sinistra :
0 (tidak mampu
samasekali melakukan
kontraksi)
- Sensorik
ekstermitas dekstra :
normal Reflex
Ekstermitas sinistra :
terjadi numbless (mati
rasa
Ekstermitas dekstra :
Ekstermitas sinistra :
- 0 (tidak ada refleks)
D. Prioritas Diagnosa Keperawatan
1. Hambatan komunikasi verbal b.d. perubahan sistem syaraf pusat
2. Hambatan mobilitas fisik b.d Neuromuskular
3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak faktor risiko tumor otak
penyakit neurologis
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x7 jam hambatan komunikasi
verbal dapat teratasi dengan kriteria
penerima
yang tepat
berkomunikasi.
3. Gunakan
kata-kata yang
sederhana dan
pendek dalam
komunikasi
dengan pasien.
rasionalnya
memenuhi
kebutuhan pasien
saat
berkomunikasi.
4. Dorong pasien
untuk mengulang
kata rasionalnya
memberikan
semangat pada
pasien agar sering
melakukan
komunikasi.
Berikan arahan
atau perintah
sederhana setiap
berinteraksi
dengan pasien
rasionalnya
mengurangi
kebingungan saat
berkomunikasi.
5. Programkan
speech language
rasionalnya
melatih pasien
belajar berbicara
secara mandiri
baik dan benar.
Buat kartu
dengan
gambar-gambar atau
kata-kata ungkapan
yang bisa
digunakan,
misalnya :
pindahkan kaki
saya, ambilkan
minuman saya
rasionalnya
memberikan
kemudahan buat
pasien untuk
berkomunikasi.
6. Lakukanspeech
languagesetiap
interaksi dengan
pasien
rasionalnya
mengurangi
kebingungaan
pasien saat
berkomuniksi.
7. Jaga lingkungan
yang terstruktur
rutinitas pasien
(misalnya,
menjamin daftar
harian yang
konsisten,
menyediakan
pengingat dengan
sering, dan
menyediakan
kalender serta
tanda-tanda lain
yang ada di
lingkungan).
8. Sesuaiakan gaya
komunikasi untuk
memenuhi
kebutuhan pasien
(misalnya berdiri
didepan pasien
saat
bicara,mendengar
kan dengan penuh
perhatian,
menyampaikan
satu ide atau
pemikiran pada
satu waktu, bicara
pelan untuk
menghindari
berteriak,
gunakan
tertulis, atau
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3x7 jam, Hambatan mobilitas fisik
dapat teratasi dengan kriteria hasil:
mengidentifikasi
keutuhan
penyongkong
khusus.
3. Bantu pasien
untuk
menggunakan
tongkat saat
berjalan dan
cegah cedera
rasionalnya
kemudahan pada
pasien untuk
beraktifitas.
4. Ajarkan pasien
atau tenaga
kesehatan lain
tentang tekhnik
ambulasi.
rasionalnya
melibatkan
seluruh anggota
untuk membantu
proses
penyembuhan.
5. Kaji
kemampuan
pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan
mandiri sesuai
kemampuan
rasionalnya
membantu
merencanakan
intervensi.
6. Dampingin dan
bantu pasien saat
mobilisasi dan
bantu penuhi
kebutuhan
ADLs rasional
menumbuhkan
kemandirian
perawatan.
7. Berikan alat
bantu jika pasien
memerlukan
rasionalnya
memebuhi
kebutuhan
ADLs pasien
Ajarkan
bagaimana
pasien
bagaimana
merubah posisi
dan berikan
bantuan jika
diperlukan
mengembangkan
rencana terapi.
3. Risiko
ketidakefektifn
perfusi
jaringan otak
faktor risiko
tumor otak
(penyakit
neurologis)
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama3x7 jam masalah ketidakefektifan
perfusi jaringan otak dapat teratasi
dengan Kriteria Hasil :
Indikator 1 2 3 4 5
- Nyeri kepala
berkurang
2 4
- Berfungsinya
saraf dengan baik
2 4
- TTV dalam batas
normal
2 5
1. Monitor tingkat
kesadaran
rasionalnya
tingkat
kesadaran
merupakan
indikator terbaik
adanya
perubahan
neurologi,
2. Monitor
tanda-tanda vital
rasionalnya
untuk
mengetahui
perubahan
keadaan pasien.
3. Hindari kegiatan
yang bisa
meningkatkan
tekanan
intrakranial,
Pertahankan
pasien bedrest,
berikan
lingkungan yang
tenang, batasi
waktu istirahat
dan aktivitas
rasionalnya
istrihatat yang
cukup dan
lingkungan yang
tenang
mencegah
perdarahan
kembali.
F.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf
09-07-2017 I, II,
III,
IV
- Memonitor tingkat
kesadaran
- Mengobservasi
tanda-tanda vital
- Menganjurkan pada
keluarga untuk
membatasi pengunjung
- Memposisikan pasien
posisi head up
S:
O: Kesadaran
pasien
composmentis,
GCS= 11 E:4 V:2
M:6
S:
O: TD:163/76
mmHg, N: 85x/m,
RR:17 x/m, S: 36
0 C.
S:
O: Keluarganya
Menyetujuinya
S:
Sofana
fairro
- Melibatkan keluarga
dalam memahami
informasi dari atau ke
pasien
- Melatih pasien berbicara
secara mandiri di mulai
dengan terapi A, I, U, E,
O
- Mendengarkan dengan
penuh perhatian apa
yang diucapkan pasien
- Membantu memenuhi
kebutuhn ADLs pasien
(memberikan makan
lewat NGT)
- Mengajarkan ROM pasif
O: Pasien posisi
head up
S:
O: Keluarga
membantu
memahami
informasi dari atau
ke pasien
S:
O: Pasien sudah
mampu diajak
untuk berlatih
dimulai dari latihan
mengucapkan huruf
demi huruf.
S:
O: Melakukan
Komunikasi sesuai
kebutuhan pasien
S:
O: Segala
kebutuhan pasien
dibantu oleh
keluarga dan
perawat
S:
O: anggota tubuh
kaku sedikit lebih
lemas
I, II,
III,
IV
- Mengobservasi
tanda-tanda vital
- Melibatkan keluarga
dalam memahami
informasi dari atau ke
pasien
- Melatih pasien berbicara
secara mandiri di mulai
dengan terapi A, I, U, E,
O
- Mendengarkan dengan
penuh perhatian apa
yang diucapkan pasien
- Membantu memenuhi
kebutuhn ADLs pasien
(memberikan makan
lewat NGT)
S:
O: TD: 160/90
mmhg, N:76x/m,
RR: 18x/m, S:
36,50c
S:
O: keluarga
membantu dalam
proses
penyembuhan
S:
O: Pasien sudah
mampu untuk
belajar terapi A, I,
U, E, O, pasien
sudah sampai
menyebutkan satu
kata.
S:
O: melakukan
komunikasi sesuai
dengan kebutuhan
pasien
S:
O: memenuhi
kebutuhan pasien
seperti makan,
- Mengajarkan ROM pasif S:
O: pasien belum ada
peningkatan dalam
aktifitas fisik
- Melatih pasien berbicara
secara mandiri di mulai
dengan terapi A, I, U, E,
O
- Memberikan ROM pasif
- Mengobservasi tanda-tanda vital
S:
O: Pasien sudah
bisa mengikuti
perintah apa yang
diajarkan oleh
perawat, seperti
menyebutkan kata
sesuai huruf
awalannya yang
ditunjuk oleh
perawat.
S:
O: belum ada
peningkatan dalam
aktifitas fisik.
S:
O: TD: 165/90 mmHg, N: 78 x/m, RR: 18 x/m, S: 36,5 0