• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK - Elib Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK - Elib Repository"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

i

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON

HEMORAGIK

SOFANA FAIRRO FINGIYAH A01401972

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(2)

ii

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON

HEMORAGIK

Karya Tulis Ilmiah ini disusun sebagai salah satu persyaratan menyelesaikan Program Studi Pendidikan Diploma III Keperawatan

SOFANA FAIRRO FINGIYAH A01401972

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(3)
(4)
(5)
(6)

vi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

SAMPUL DALAM... ii

HALAMAN ORISINALITAS... iii

HALAMAN PERSETUJUAN... iv

HALAMAN PENGESAHAN... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

KATA PENGANTAR... ix

ABSTRAK... xi

ABSTRACT...xii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C.TujuanPenulisan... 3

D.Manfaat Penulisan... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.Tinjauan Pustaka... 5

1. Asuhan keperawatan dalam Hambatan Komunikasi Verbal... 5

2. Hambatan Komunikasi Verbal Pada Pasien SNH ...16

BAB III METODE STUDI KASUS A.Jenis Studi Kasus... 22

B. Subyek Studi Kasus... 22

C.Fokus Studi Kasus... 22

D.Definisi Operasional... 22

E. Instrumen Studi Kasus... 22

F. Metode Pengumpoulan Data... 23

G.Lokasi dan Waktu Studi Kasus... 24

H.Analisa dan Data Penyajian... 24

(7)

vii

BAB IV HASIL STUDI KASUS DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Studi kasus... 27

B. Pembahasan ... 40

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan...45

B.Saran ...46

(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lembar Persetujuan/ Informed Consent

Lampiran 2 Lembar pengkajian

Lampiran 3 Catatan Asuhan Keperawatan

Lampiran 4 A I U E O

(9)

ix

KATA PENGANTAR Assalamu’alaikumWr. Wb

Puji syukurkehadirat Allah S.W.T yang telah melimpah kan

rahmatdankarunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal karya

tulis ilmiah ini dengan judul“Asuhan Keperawatan Pasein Dengan Gangguan Hambatan Komunikasi Verbal Pada Sistem Persyarafan Stroke Non Hemoragik.

Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi

Muhammad SAW, sehingga penulis mendapatkan kemudahan dalam

menyelesaikan karya tulis ilmiah ilmiah.

Tujuan dari penulisan proposal karya tulis ilmiah adalah sebagai salah

satu persyaratan menyelesaikan Program Pendidikan Diploma III Keperawatan.

Penyelesaian penulisan proposal karya tulis ilmiah ini penulis banyak

mendapatkan bantuan baik materil maupun moril dari berbagai pihak, untuk itu

penyusun mengucapkan terima kasih kepada:

1. Kedua orang tua Bapak Suyadi Azhar dan Ibu Siti Kholifah yang selalu

memberikan dukungan, kasih sayang, semangat dan perhatian dalam setiap

waktunya.

2. Adikku Restu Maisaroh yang selalu menemani dan memberikan semangat.

3. Teman-temanku yang selalu setia menjadi teman untuk bertukar pikiran dalam

mengerjakan.

4. PodoYuwono S. Kep, Ns, M.Kep. CWCS selaku pembimbing yang telah

dengan sabar membimbing dan memberikan arahan dengan sangat baik.

5. Endah Setianingsih, S.Kep, Ns. M.Kep selaku penguji proposal dan

pembimbing yang telah dengan sabar membimbing dan memberikan arahan

dengan sangat baik.

6. Herniyatun, S.Kep, M.Kep Sp.Mat, selaku Ketua STIKES Muhammadiyah

Gombong.

7. Nurlaila, S.Kep.Ns, M.Kep, selakuKetua Program Studi DIII Keperawatan

STIKES MuhammadiyahGombong dan selaku penguji hasil Karya Tulis

(10)

x

8. Ike Mardiati A. M, Kep, Sp, Kep, J. Selaku dosen penguji hasil Karya Tulis

Ilmiah.

9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, penulis ucapkan

terima kasih atas bantuan dan dukunganya.

Penulis menyadari bahwa di dalam menyelesaikan proposal karya tulis

ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang membangun untuk kesempurnaan proposal karya tulis ilmiah ini

pada waktu yang akan datang. Harapan penulis semoga proposal karya tulis

ilmiah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi penulis maupun bagi pembaca pada

umumnya.

Gombong, Juli 2017

(11)

xi

Program DIII Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Muhammadiyah Gombong KTI, Juli 2017

Sofana Fairro Fingiyah 1, Podo Yuwono 2

ABSTRAK

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN

HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK DI RS PKU MUHAMMADIYAH GOMBONG

Latar Belakang: Stroke merupakan kelaian fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara, proses berfikir, dikarenakan gangguan fungsi otak.

Tujuan Penulis: Menjelaskan asuhan keperawatan yang diberikan pada klien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik. Metode: Metode yang digunakan penulis untuk studi kasus adalah metode deskriptif, Dimana penulis melakukan pengujian secara rinci terhadap dua obyek .

Hasil: Setelah dilakukan asuhan keperawatan didapatkan data-data pasien pelo, sulit berbicara, bicara tidak jelas, tidak mampu orientasi 3 hal( tempat, waktu, orang). Selain itu pasien sulit mengungkapkan kata, sulit mempertahankan komunikasi, sulit mengekspresikan pikiran secara verbal. Salah satu dari pasien hanya mampu menganggukkan dan menggelengkan kepala. Masalah keperawatan yang muncul adalah hambatan komunikasi verbal. Rencana asuhan keperawatan untuk meningkatkan komunikasi verbal adalah dengan cara terapi wicara. Rencana keperawatan tersebut telah diimplementasikan selama dalam pengelolaan. Evaluasi yang didapatkan pasien Ny. R belum ada peningkatan komunikasi verbal sedangkan pasien Ny. S mengalami peningkatan komunikasi verbal.

Kesimpulan: Tindakan asuhan keperawatan terapi wicara dalam meningkatkan komunikasi dengan latihan secara intensif dapat meningkatkan neuralplasticity, reorganisasi peta kortikel dan meningkatkan fungsi motorik.

Kata kunci: stroke non hemoragik, hambatan komunikasi verbal, terapi wicara

(12)

xii

DIII Program of Nursing Department

Muhammadiyah Health Science Institute of Gombong Scientific Paper, July 2017

Sofana Fairro Fingiyah 1, Podo Yuwono 2

ABSTRACT

THE NURSING CARE FOR PATIENTS WITH VERBAL COMMUNICATION BARRIES OF NON-HEMORRHAGE STROKE NERVES SYSTEM

IN MUHAMMADIYAH HOSPITAL OF GOMBONG

Background: Stroke is an abnormality of the brain function arising suddenly and may happen to anyone. This can cause disability, such as paralysis limb, speech disorder, thinking process caused by impaired brain function.

Objective: Explaining the nursing care for patients with verbal communication barries of non-hemorrhage stroke nerve system.

Method: method that used by writer for the case of study is using descriptive method, where the writer is doing a detailed research of two objects.

Result: After conducting nursing care, the writer found out that the patients were oblique, hard talking, unclear speaking, unable to orient three things (place, time and person). Besides, it was hard for them to express words. to maintain the communication, and to utter their thoughts verbally. One of them was just able to nod and shake her head. The emerging nursing problem was verbal communication barriers. The nursing care plan to improve their verbal communicatoin was done by applying speech therapy. The plan had been implemented during the management. The evaluation showed that there was no verbal communication improvement of the first patient (Mrs. R), but the second patient (Mrs. S) got an increase in verbal communication.

Conclusion: The applying speech theraphy for improving verbal communication done by practising intensively can improve neuralplasticity, reorganixation of the crotical map, and motor function.

Keywords: Non-hemorrhage stroke, verbal communication, speech therapy

(13)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Stroke merupakan satu dari sekian banyak masalah kesehatan yang paling serius dalam kehidupan modern saat ini. Stroke masih merupakan masalah medis yang menjadi masalah yang serius dan mengancam jiwa nomor 2 di Eropa serta no 3 di Amerika Serikat. Sebanyak 10% penderita stroke mengalami kelemahan anggota gerak yang memerlukan perawatan (Batticaca, 2008). Stroke merupakan kelaian fungsi otak yang timbul secara mendadak dan terjadi pada siapa saja. Penyakit ini menyebabkan kecacatan berupa kelumpuhan anggota gerak, gangguan bicara atau afasia, proses berfikir, dikarenakan sebagai gangguan fungsi otak (Muttaqin, 2008).

WHO mamprediksikan bahwa angka kematian stroke akan meningkat dengan kematian akibat penyakit jantung koroner, kanker. Kurang lebih 6 juta pada tahun 2010 menjadi 8 juta di tahun 2030 (WHO, 2008) Amerika Serikat mencatat hampir setiap 45 detik terjadi kasus stroke, dan setiap 4 detik terjadi kematian akibat sroke. Tahun 2010 Amerika Serikat telah menghabiskan 73,7 juta dollar untuk membiayai tanggungan medis dan rehabilitsi akibat stroke. Yayasan stroke Indonesia (Yastroki) menjelaskan, angka kejadian stroke menurut data rumah sakit 63,52 per 100.000 penduduk usia diatas 65 tahun sedangkan jumlah penderita yang meninggal dunia lebih dari 125.000 jiwa (Ratna, 2011).

(14)

2

yang ada di Kota Singkawang menunjukkan, adanya peningkatan jumlah pasien stroke yang dirawat. Jumlah tersebut belum termasuk pasien stroke yang dirujuk dan dirawat di rumah sakit selain di Singkawang serta pasien yang berobat ke puskesmas. Jumlah kekambuhan stroke juga menunjukkan angka yang tinggi. Rata-rata kasus stroke di jawa tengah mencapai 635,60 kasus (profil kesehatan provinsi Jawa Tengah, 2012, hlm, 39). Prevelensi Stroke Non Hemoragik di Jawat Tengah tahun 2009 adalah 0,05% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2008 yaitu 0,03%. Prevelensi tertinggi di kabupaten kebumen sebesar 0,29%.

Masalah kesehatan yang muncul akibat stroke sangat bervariasi, tergantung dengan luas daerah otak yang mengalami infark atau kematian jaringan dan lokasi yang terkena (Lyna, 2007). Apabila stroke menyerang otak kiri dan mengenai pusat bicara, kemungkinan pasien akan mengalami gangguan bicara atau afasia, karena otak kiri berfungsi untuk mengnalisis, pikiran logis, konsep, dan memahami bahasa (Sofwan, 2010). Menurut (Mulyasih, 2008) secara umum afasia dibagi dalam tiga jenis afasia motorik, afasia sensorik, afasia global.

Pasien stroke dapat mengalami gangguan bicara, sangat perlu dilakukan latihan bicara disartia maupun afasia. Speech Therapy sangat dibutuhkan mengingat bicara dan komunikasi merupakan faktor yang berpengaruh dalam interaksi sosial. Kesulitan dalam berkomunikasi akan menimbulkan isolasi diri dan perasaan frustasi (Sunardi, 2006). Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan perubahan pada sistem saraf pusat dapat diprioritaskan sebagai diagnosa dengan alasan apabila tidak diatasi maka akan berakibat ketidakmampuan individu untuk mengekspresikan keadaan dirinya dan dapat berakibat lanjut pada penurunan harga diri pasien (Batticaca, 2008)

(15)

3

afasia adalah memberikan terapi wicara (Sunardi, 2006) Terapi wicara merupakan tindakan yang diberikan kepada individu yang mengalami gangguan komunikasi, gangguan bahasa bicara, gangguan menelan. Terapi wicara ini berfokus pada pasien dengan masalah-masalah neurologis, diantaranya pasien pasca stroke (Sunardi, 2006).

Menurut (Wardhana, 2011) penderita stroke yang mengalami kesulitan bicara akan diberikan terapi AIUEO yang bertujuan untuk memperbaiki ucapan supaya dapat dipahami oleh orang lain. Orang yang mengalami gangguan bicara atau afasia akan mengalami kegagalan dalam berartikulasi. Artikulasi merupakan proses penyesuain ruangan supraglottal. Penyesuaian ruangan didaerah laring terjadi dengan menaikkan dan menurunkan laring, yang akan mengatur jumlah transmisi udara melalui rongga mulut dan rongga hidung melalui katup valofaringeal dan merubah posisi mandibula (rahang bawah) dan lidah. Proses diatas yang akan menghasilkan bunyi dasar dalam berbicara ( yanti, 2008)

Berdasarkan pemaparan latar belakang maka penulis memandang bahwa pemenuhan kebutuhan komunikasi pada pasien stroke sangat penting. Sehingga penulis tertarik untuk memberikan “asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah ganggun hambatan komunikasi verbal”

B. RUMUSAN MASALAH

Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik?

C. TUJUAN STUDI KASUS

1. Tujuan umum

(16)

4

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

b. Penulis mampu merumuskan masalah diagnosa keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

c. Penulis mampu menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

e. Penulis mampu mengevaluasi kondisi pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

D. MANFAAT STUDI KASUS

Manfaat studi kasus memuat uraian tentang implikasi temuan studi kasus yang bersifat praktis terutama bagi:

a. Masyarakat dan keluarga mampu merawat pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

b. Menambah keluasan ilmu dan tekhnologi terapan bidang keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan komunikasi pada pasien dengan gangguan hambatan komunikasi verbal pada sistem persyarafan Stroke Non Hemoragik.

(17)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Yogyakarta: Rinek Cipta.

Adisaputro, Gunawan. 2008. Anggaran Perusahaan. BPFE. Yogyakarta.

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC

Batticaca, F.B. 2008 Asuhan Keperawatan Dengan Sistem Persyarafan. Jakarta : Salemba Medika.

Carpenito, 2007, Diagnosa Keperawataan (Handbook of Nursingdiagnosis), Edisi 10, Alih Bahasa Monica Ester, Jakarta: EGC

Depkes , 2015, Stroke Pembunuh Nomor Satu di Indonesia. Jakarta: tersedia tersedia dalam www.litbang.depkes.go.id/node/639. Diakses pada tanggal 24/5/2017 jam 15:09

Hidayat A, Aziz Alimul (2007), Pengantar Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: Salemba Medika

Komala, Lukiati. (2009), Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses dan Konteks.

Bandung: Widya Padjajaran.

Liliweri , Alo, (2007). Dasar Komunikasi Kesehatan Yogyakarta: Pustaka. Pelajar diakses di digilib.unimus.ac.id

Maryam, dkk, 2008, Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya, Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, Lilis Indrawati, Joko Susanto ( 2015 ), Buku Ajar Ilmu Keperawatan Dasar, Jakarta: Salemba Medika.

Muhammad, Arni (2009). Komunikasi organisasi. Jakarta: Bumi Aksara.

(18)

Mulyatsih, E & Airizal, A. (2008). Stroke Petunjuk Perawatan Pasien Pasca Stroke di Rumah. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Nanda Internasional 2015, Diagnosa Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017, EGC, Jakarta.

Notoatmojo (2010). Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta. Rineka Cipta.

Potter & Perry. (2009). Fundamental of Nursing 7th Edition.

Ratna. 2010. Penyakit pemicu Stroke: Dilengkapi dengan Posyandu Lansia dan Posbindu PTM, Penerbit Nurha Medika, Yogyakarta.

Ruslan, Rosady. (2008). Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi.

Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Rodiyah (2012). Terapi wicara untuk meningkatkan kemampuan berbahasa anak dengan Gangguan Cerebral Palsy di yayasan Pembinaan Anak cacat

(YPAC) malang diakses di

http.//lib.uin.malang.ac.id/?mod=th_detail&id=08410114

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta : Graha Ilmu.

Sofwan, R. (2010). Anda Bertanya Dokter Menjawab: Stroke dan Rehabilitasi Pasca-Stroke. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer.

Sunardi dan sunaryo. (2006). Intervensi Dini Anak Berkebutuhan Khusus.

Bandung: Jurusan PLB FIP UPI

Wardhana, W. A (2011) Strategi mengatasi dan bangkit dari Stroke. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Wiwit, (2010). Stroke dan Penangannya. Yogyakarta: Katahati.

(19)

World health organization. 2015. STEP wise approach to stroke surveillance.

Geneva.

(20)

INFORMED CONSENT (Persetujuan Menjadi Partisipan)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa saya telah

mendapat penjelasan secara rinci dan telah mengerti mengenai penelitian yang

akan dilakukan oleh Sofana Fairro Fingiyah dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN HAMBATAN

KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PESYARAFAN STROKE NON

HEMORAGIK”.

Saya memutuskan setuju untuk ikut berpartisipasi pada penelitian ini

secara sukarela tanpa paksaan. Bila selama penelitian ini saya menginginkan

mengundurkan diri, maka saya dapat mengundurkan diri sewaktu – waktu tanpa

sanksi apapun.

...2017

Yang memberikan persetujuan

Saksi

... ...

...2017

Peneliti

(21)

Lembar pengkajian

A. BIODATA

1. Identitas Pasien

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Alamat :

Pekerjaan :

Tanggal Masuk RS :

Tanggal Pengkajian :

Diagnosa Medis :

No Rekam Medis :

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Agama :

Alamat :

Pekerjaan :

Hub. dengan pasien :

B. PENGKAJIAN 1. Keluhan Utama

2. Riwayat Penyakit Sekarang

3. Riwayat Penyakit Dahulu

(22)

5. Pengkajian pola fungsional

a) Oksigenasi

b) Nutrisi

c) Eliminasi

d) Istirahat dan tidur

e) Aktivitas

f) Berpakaian

g) Personal Hygiene

h) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )

i) Mempertahankan suhu tubuh

j) Pola berpakaian

k) Komunikasi

l) Spiritual

m)Rekreasi

n) Belajar

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran:

Suara Bicara:

TTV :

b. Kepala :

c. Telinga:

d. Mata :

e. Mulut:

f. Leher:

g. Dada

Paru–Paru: Inspeksi:

Palpasi:

Perkusi:

(23)

Jantung:

Inspeksi:

Palpasi:

Perkusi:

Auskultasi:

h. Abdomen

Inspeksi:

Auskultasi:

Palpasi:

Perkusi:

i. Genetalia:

j. Pemeriksaan Integumen:

k. Ekstermitas :

7. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan Rontgen

Pemeriksaan CT Scan

8. Terapi

C. ANALISA DATA No Hari /

Tanggal

Data Fokus Problem Etiologi

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan E. INTERVENSI KEPERAWATAN

(24)

F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf

G. EVALUASI KEPERAWATAN

(25)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. R DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM

PERSYARAFAN STROKE NON HEMORAGIK

Sofana Fairro Fingiyah (A01401972 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(26)

A. BIODATA

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.R

Umur : 64 Tahun

Jenis Kelamin : Prempuan

Agama : Islam

Alamat : Cilacap

Pekerjaan : SR

Tanggal Masuk RS : 06 juli 2017

Tanggal Pengkajian : 07 juli 2017 Jam : 10.15 WIB

Diagnosa Medis : Stroke Non Hemorogic

No Rekam Medis :

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn. S

Umur : 66 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Cilacap

Pekerjaan : Wiraswasta

Hub. dengan pasien : Suami

B. PENGKAJIAN

1. Keluhan Utama

Keluarga pasien mengatakan pasien anggota tubuh sebelah kanan lemah

saat digerakkan, bicara tidak jelas, pelo.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke IGD Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong

bersama keluarga pasien pada tanggal 6 juli 2017 jam 08.30 WIB dengan

keluhan sesak nafas sejak 3 hari yang lalu, sesaknya tidak dipengaruhi

(27)

kadang-kadang, tekanan darah: 110/70 mmHg, N: 100x/m, RR: 29x/m, S:

36,50C, SPO2: 98%, GCS=11 E:4 V:1 M: 6, pupil 3/3 mm, reflek cahaya +/+. Pasien sekarang dirawat di ruang Barokah dan mendapatkan terapi

Inj ranitidin 3x50mg, Inj Ondansentron 3x5 mg, Inj Ceftriaxone 2x1gr.

Riwayat penyakit dahulu Pasien sudah menderita stroke ± 2 tahun dan

Diabetus melitus sejak tahun 2016 dan sudah pernah menjalani operasi

ulkus ± 6 bulan yang lalu pada jari jari kaki kanannya, sekarang lukanya

ada lagi pada bagian telapak kaki..

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga pasien mengatakan pasien sudah menderita stroke ± 2 tahun dan

Diabetus melitus sejak tahun 2016 dan sudah pernah menjalani operasi

ulkus ± 6 bulan yang lalu pada jari jari kaki kanannya, sekarang lukanya

ada lagi pada bagian telapak kaki

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga pasien mengatakan keluarga tidak ada yang menderita sakit

yang sama seperti pasien, orang tua pasien meninggal pada usia lanjut

bukan karena sakit.

5. Pengkajian pola fungsional

a) Oksigenasi

Sebelum Sakit: keluarga pasien mengatakan pasien sejak dirawat di

rumah sakit sering mengalami masalah pada pernafasannya.

Saat saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien dapat bernafas dengan

normal, tetapi tetap menggunakan oksigen 3lpm, tidak ada pernafasan

cuping hidung

b) Nutrisi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien makan 3X sehari dengan

porsi sedikit nasi, lauk dan sayur dengan mandiri setelah terkena

stroke kebutuhan makannya dibantu oleh keluarganya.

Saat Dikaji : Keluarga pasien mengatakan pasien menggunakan

selang NGT karena pasien mengalami gangguan dalam menelan

(28)

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengambil

makanan dan memasukan kemulut, Keluarga pasien mengatakan

pasien ada kendala saat mengunyah, Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu menghabiskan makanan, Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak mampu makan dalam jumlah banyak,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu membuka mulut

secara lebar, dan Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

menyiapkan makanan untuk dimakan.

c) Eliminasi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien biasanya BAB dibantu

pake pispot dua hari sekali.

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien semenjak masuk rumah sakit

tanggal 06 Juli 2017 pasien belum BAB dengan konsistensi lembek,

berwarna kuning.BAK.

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien biasanya pasien BAK

5-8x sehari, pada malam hari bisa mencapai 4x.

Saat Dikaji: keluarga mengatakan sekarang pasien menggunakan

selang kateter ukuran: 16 produksi urin: 250 cc/ 7 jam

d) Istirahat dan tidur

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidur 4-5 jam dalam

sehari, tidak ada gangguan tidur. Kadang tidur siang 1-2 jam

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien susah tidur paling hanya 1-2

jam dalam sehari tetapi pada siang hari pasien cenderung tidur bisa

4-7 jam.

e) Aktivitas

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mampu beraktifitas

sendiri tanpa bantuan keluarga dan alat bantu, semenjak stroke pasien

di tempat tidur maupun yang lain harus dibantu oleh keluarga selama

(29)

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien tidak mampu

beraktivitas, pasien hanya tiduran saja di tempat tidur, melakukkan

aktivitas dibantu keluarga dan perawat.

f) Berpakaian

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien berpakaian sendiri

tanpa bantuan, semenjak terkena stroke semua kebutuhan

berpakain dibantu oleh keluarga.

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

mengancingkan pakaian seperti biasa, Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak mampu mengambil pakaian di lemari,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menggunakan

sepatu, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

menggunakan kaos kaki, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak

mampu melepaskan atribut pakaian , Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu melepas sepatu, Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu melepas kaos kaki, Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak memperhatikan penampilannya,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menggunakan

pakaian bagian bawah, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak

mampu menggunakan resleting,

g) Menjaga Suhu Tubuh

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan jika suhu dingin pasien

menggunakan baju tebal atau sweater, jika panas pasien

menggunakan baju yang tipis dapat menyerap keringat

Saat Dikaji : keluarga mengatakan jika suhu panas pasien tidak

menggunakan selimut dan jika suhu dingin memakai selimut

h) Personal Hygiene

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat melakukan

personal hygiene secara mandiri, mandi sehari 2x, pasien gosok

gigi setiap mandi, semenjak terkena stroke pasien mandi dengan

(30)

Saat Dikaji : Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

ke kamar mandi, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak

mampu mengeringkan tubuh menggunakan handuk seperti biasa,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengambil

perlengkapan mandi secara mandiri, Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu mengatur air mandi, Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak mampu membasuh tubuh, Keluarga

pasien mengatakan pasien tidak mampu melakukan perawatan

mulut dan giginya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak

mampu naik ke toilet, dan Keluarga pasien mengatakan pasien

tidak mampu berdiri di toilet.

i) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien merasa aman dan

nyaman sendiri bila dekat dengan anak-anak dan cucunya, pasien

tidak merasa nyaman jika sendirian dirumah.

Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien tidak nyaman karena

lumpuh di ekstermitas kanan, Keluarga pasien mengatakan pasien

belum bisa sepenuhnya menerima keadaanya.

j) Komunikasi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat berkomunikasi

dengan baik, berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa

jawa.

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien pelo, pasien sulit

berbicara, pasien bicara tidak jelas, pasien tidak mampu orientasi

3 hal( tempat, waktu, orang), pasien sulit mengungkapkan kata,

pasien sulit mempertahankan komunikasi, pasien sulit

mengekspresikan pikiran secara verbal, pasien hanya mampu

(31)

k) Spiritual

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien beragama islam,

pasien melakukan sholat 5 waktu di masjid dan terkadang

mengikuti pengajian.

Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien tidak melakukan

sholat 5 waktu setelah masuk RS.

l) Rekreasi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidak pernah

berekreasi, pasien hanya menonton tv sebagai hiburan dikala

sedang istirahat

Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien hanya berbaring

ditempat tidur

m) Belajar

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mengatakan bisa

mendapatkan informasi melalui televisi.

Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien mengatakan telah

mengerti tentang penyakitnya.

n) Bekerja

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien sudah tidak bekeja.

Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien hanya berbaring

diatas temapt tidur.

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran: Composmentis GCS=11 E:4 V:1 M: 6

Suara Bicara: Sulit bicara, bicaranya tidak jelas.

TTV : TD: 110/70 mmHg, N: 100x/m, RR: 24x/m, S:36,50C, Kepala : Bentuk mecochepal, tidak terdapat nyeri tekan.

b. Rambut: kering, kotor, beruban.

c. Telinga: bentuk normal, tidak terdapat penumpukan serumen

d. Mata : Konjungtiva anemis, Sclera anikterik, Pupil isokor,

(32)

e. Mulut: Mencong ke sisi kanan, mukosa bibir kering, gigi sedikit kotor.

f. Leher: tidak terdapat pembesran kelenjar thyroid.

g. Dada

Paru–Paru:

Inspeksi: bentuk simetris, tidak terdapat lesi , tidak ada retraksi

dinding dada

Palpasi: Vokal fremitus simetris

Perkusi: sonor

Auskultasi: Suara nafas terdengar ronchi

Jantung:

Inspeksi: tidak ada lesi dan benjolan, IC tak tampak

Palpasi: tidak ada pembesaran jantung, IC teraba di IC V 2cm

midclavicula sinistra

Perkusi: redup

Auskultasi: reguler

h. Abdomen

Inspeksi: tidak ada jejas

Auskultasi: bising usus 18x/menit

Palpasi: tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Perkusi: timpani

i. Genetalia: terlihat kotor, memakai selang kateter ukuran:16.

j. Pemeriksaan Integumen

Kulit: Pucat, turgor kulit jelek

k. Ekstermitas: Kelumpuhan di ekstermitas kanan

7. Pemeriksaan neurologi

Terdapat gangguan nervus cranialis VII ( Facialis ) dan XII (

Hypoglossus ) central

8. Pemeriksaan fungsi serebral

Status mental : CM

Fungsi intelektual : tidak mampu orientasi waktu, tempat, orang

(33)

9. Pemeriksaan Motorik

Ekstermitas dekstra : 0 (tidak mampu sama sekali melakukan kontraksi)

Ekstermitas sinistra : 4 (kekuatan sedang)

Pemeriksaan Sensorik

Ekstermitas dekstra : terjadi numbless (mati rasa)

Ekstermitas sinistra : normal

Pemeriksaan Reflex

Ekstermitas dekstra : 0 (tidak ada refleks)

Ekstermitas sinistra : 2+ (normal)

10. Hasil Pengkajian Khusus

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 06 juli 2017 jam 09.27 WIB

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 11.6 Mg/dl 11.7-15.5

leukosit/AL 3.38 /ul 3.6-11

Eritrosit 8.9 Juta/L 3.8-5.2

Hematokrit 28.1 Mg/dl 35-47

Kimia klinik

MCV 83.6 Fl 80-100

MCH 26.5 Pg 26-34

MCHC 31.8 g/dl 32-36

Trombosit 563 150-440

Gula sewaktu 105 70-105

12. Terapi Tanggal 06 juli 2017

IVFD RL 500 cc/24 jam

Ceftriaxone 2x1 gr

Ranitidin 3x50 mg

(34)

C. ANALISA DATA

No Hari /

Tanggal

Data Fokus Problem Etiologi

1 Jum’at 07 juli 2017

Jam : 10.15

WIB

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

sulit bicara,

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

bicara tidak jelas,

- Keluarga mengatakan

pasien tidak mampu

orientasi 3 hal (

tempat, waktu,

ruang)

DO:

- Pasien terlihat sulit

bicara,

- Pasien sulit

mengungkapkan kata

- Pasien sulit

memperthankan

komunikasi

- Pasien pelo

- Pasien sulit

mengekspresikan

pikiran secara verbal

- Pasien hanya mampu

menganggukan

ataupun

menggelengkan

Hambatan

Komunikasi

Verbal (00051)

Perubahan

Sistem Syaraf

(35)

kepala

- Ekstermitas:

kelumpuhan di

ekstermitas kanan

- Motorik

Ekstermitas dekstra :

0 (tidak mampu

samasekali

melakukan kontraksi)

Ekstermitas sinistra :

4 (kekuatan sedang)

- Sensorik

ekstermitas dekstra :

terjadi numbless

(mati rasa

Ekstermitas sinistra :

normal Reflex

Ekstermitas dekstra :

0 (tidak ada refleks)

Ekstermitas sinistra :

2+(normal)

2. Jum’at 07 juli 2017

Jam : 10.15

DS:

- Keluarga mengatakan

pasien tidak mampu

beraktivitas, pasien

hanya tiduran saja di

tempat tidur,

melakukkan aktivitas

dibantu keluarga dan

perawat

DO :

- TD :110/70 mmHg, N

Hambatan Mobilitas

Fisik ( 00085)

(36)

:100x/menit S: 36,5˚C,

RR: 24x/menit.

- Pasien hanya tiduran

ditempat tidur

- Kelumpuhan di

ekstremitas kanan

3. Jum’at 07

Juli 2017

jam 10.15

WIB

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

sulit bicara,

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

bicara tidak jelas,

- Keluarga mengatakan

pasien tidak mampu

orientasi 3 hal (

tempat, waktu,

ruang)

DO:

- Pasien terlihat sulit

bicara,

- Pasien sulit

mengungkapkan kata

- Pasien sulit

memperthankan

komunikasi

- Pasien pelo

- Pasien sulit

mengekspresikan

pikiran secara verbal

- Pasien hanya mampu

Risiko

ketidakefektifan

perfusi jaringan

otak (00201)

(37)

menganggukan

ataupun

menggelengkan

kepala

- Ekstermitas:

kelumpuhan di

ekstermitas kanan

- Motorik

Ekstermitas dekstra :

0 (tidak mampu

samasekali

melakukan kontraksi)

Ekstermitas sinistra :

4 (kekuatan sedang)

- Sensorik

ekstermitas dekstra :

terjadi numbless

(mati rasa

Ekstermitas sinistra :

normal Reflex

Ekstermitas dekstra :

0 (tidak ada refleks)

Ekstermitas sinistra :

- 2+(normal)

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan komunikasi verbal b.d. perubahan sistem syaraf pusat

2. Hambatan mobilitas fisik b.d Neuromuskular

3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak faktor risiko tumor otak

(38)

E. INTERVENSI

N

o

DX

Keperawatan

Tujuan (NOC) NIC(intervensi)

1. Hambatan

komunikasi

verbal b.d

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x7 jam hambatan

komunikasi verbal dapat teratasi

dengan kriteria hasil:

Indikator 1 2 3 4 5

- Menggunakan

foto dan

gambar

2 5

- Menggunakan

bahasa isyarat

2 5

1. Libatkan

keluarga untuk

membantu

memahami atau

memahamkan

informasi dari

atau ke pasien

Rasionalnya

keluarga

berpartisipasi

dalam proses

penyembuhan.

2. Dengarkan setiap

ucapan pasien

dengan penuh

perhatian

rasionalnya

mengurangi

kecemasan dan

kebingungan saat

berkomunikasi.

3. Gunakan

kata-kata yang

sederhana dan

pendek dalam

komunikasi

dengan pasien.

(39)

memenuhi

kebutuhan pasien

saat

berkomunikasi.

4. Dorong pasien

untuk mengulang

kata rasionalnya

memberikan

semangat pada

pasien agar

sering

melakukan

komunikasi.

Berikan arahan

atau perintah

sederhana setiap

berinteraksi

dengan pasien

rasionalnya

mengurangi

kebingungan saat

berkomunikasi.

5. Programkan

speech language

teraphy

rasionalnya

melatih pasien

belajar berbicara

secara mandiri

baik dan benar.

(40)

dengan

gambar-gambar atau

kata-kata

ungkapan yang

bisa digunakan,

misalnya :

pindahkan kaki

saya, ambilkan

minuman saya

rasionalnya

memberikan

kemudahan buat

pasien untuk

berkomunikasi.

6. Lakukanspeech

languagesetiap

interaksi dengan

pasien

rasionalnya

mengurangi

kebingungaan

pasien saat

berkomuniksi.

7. Jaga lingkungan

yang terstruktur

dan pertahankan

rutinitas pasien

(misalnya,

menjamin daftar

harian yang

(41)

menyediakan

pengingat

dengan sering,

dan

menyediakan

kalender serta

tanda-tanda lain

yang ada di

lingkungan).

8. Sesuaiakan gaya

komunikasi

untuk memenuhi

kebutuhan pasien

(misalnya berdiri

didepan pasien

saat

bicara,mendenga

rkan dengan

penuh perhatian,

menyampaikan

satu ide atau

pemikiran pada

satu waktu,

bicara pelan

untuk

menghindari

berteriak,

gunakan

komunikasi

tertulis, atau

(42)

dalam memenuhi

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama 3x7 jam,Hambatan

mobilitas fisik dapat teratasi dengan

(43)

i keutuhan

penyongkong

khusus.

3. Bantu pasien

untuk

menggunakan

tongkat saat

berjalan dan

cegah cedera

rasionalnya

kemudahan

pada pasien

untuk

beraktifitas.

4. Ajarkan pasien

atau tenaga

kesehatan lain

tentang tekhnik

ambulasi.

rasionalnya

melibatkan

seluruh anggota

untuk

membantu

proses

penyembuhan.

5. Kaji

kemampuan

pasien dalam

pemenuhan

(44)

ADLs secara

mandiri sesuai

kemampuan

rasionalnya

membantu

merencanakan

intervensi.

6. Dampingin dan

bantu pasien

saat mobilisasi

dan bantu

penuhi

kebutuhan

ADLs rasional

menumbuhkan

kemandirian

perawatan.

7. Berikan alat

bantu jika

pasien

memerlukan

rasionalnya

memebuhi

kebutuhan

ADLs pasien

Ajarkan

bagaimana

pasien

bagaimana

merubah posisi

(45)

bantuan jika

diperlukan

rasionalnya

mengembangka

n rencana

terapi.

3. Risiko

ketidakefektif

n perfusi

jaringan otak

faktor risiko

tumor otak

(penyakit

neurologis)

Setelah dilakukan tindakan

keperawatan selama3x7 jam masalah

ketidakefektifan perfusi jaringan otak

dapat teratasi dengan Kriteria Hasil :

Indikator 1 2 3 4 5

- Nyeri kepala

berkurang

2 4

- Berfungsinya

saraf dengan baik

2 4

- TTV dalam batas

normal

2 5

1. Monitor tingkat

kesadaran

rasionalnya

tingkat

kesadaran

merupakan

indikator

terbaik adanya

perubahan

neurologi,

2. Monitor

tanda-tanda vital

rasionalnya

untuk

mengetahui

perubahan

keadaan pasien.

3. Hindari

kegiatan yang

bisa

meningkatkan

tekanan

intrakranial,

(46)

pasien bedrest,

berikan

lingkungan

yang tenang,

batasi

pengunjung,

atur waktu

istirahat dan

aktivitas

rasionalnya

istrihatat yang

cukup dan

lingkungan

yang tenang

mencegah

perdarahan

(47)

F.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf

07-07-2017 I, II,

III,

IV

- Memonitor tingkat

kesadaran

- Mengobservasi

tanda-tanda vital

- Menganjurkan pada

keluarga untuk

membatasi

pengunjung

- Memposisikan pasien

posisi head up

- Melibatkan keluarga

dalam memahami

informasi dari atau ke

pasien

- Melatih pasien

berbicara secara

S:

O: Kesadaran

pasien

composmentis,

GCS= 11 E:4 V:1

M:6

S:

O: TD:163/76

mmHg, N: 85x/m,

RR:17 x/m, S: 36

0 C.

S:

O: Keluarganya

Menyetujuinya

S:

O: Pasien posisi

head up

S:

O: Keluarga

membantu

memahami

informasi dari atau

ke pasien

S:

O: Pasien sudah

belum mampu

Sofana

fairro

(48)

mandiri di mulai

dengan terapi A, I, U,

E, O

- Mendengarkan dengan

penuh perhatian apa

yang diucapkan pasien

- Membantu memenuhi

kebutuhn ADLs pasien

(memberikan makan

lewat NGT)

- Mengajarkan ROM

pasif

diajak untuk

berlatih

S:

O: Melakukan

Komunikasi sesuai

kebutuhan pasien

S:

O: Segala

kebutuhan pasien

dibantu oleh

keluarga dan

perawat

S:

O: anggota tubuh

yang semula

sangan kaku

sedikit lebih lemas

I, II,

III,

IV

- Mengobservasi

tanda-tanda vital

- Melibatkan keluarga

dalam memahami

informasi dari atau ke

pasien

S:

O: TD: 140/90

mmhg, N:78x/m,

RR: 16x/m, S:

36,50c

S:

O: keluarga

membantu dalam

proses

(49)

- Melatih pasien

berbicara secara

mandiri di mulai

dengan terapi A, I, U,

E, O

- Mendengarkan dengan

penuh perhatian apa

yang diucapkan pasien

- Membantu memenuhi

kebutuhn ADLs pasien

(memberikan makan

lewat NGT)

- Mengajarkan ROM

pasif

S:

O: Pasien belum

mampu untuk

belajar terapi A, I,

U, E, O, pasien

hanya mampu

menganggukan dan

mengglengkan

kepala.

S:

O: melakukan

komunikasi sesuai

dengan kebutuhan

pasien

S:

O: memenuhi

kebutuhan pasien

seperti makan,

mandi

S:

O: pasien belum

ada peningkatan

dalam aktifitas

fisik

- Melatih pasien

berbicara secara

mandiri di mulai

dengan terapi A, I, U,

E, O

S:

O: Pasien belum

bisa mengikuti

perintah apa yang

diajarkan oleh

perawat, pasien

(50)

- Memberikan ROM

pasif

- Mengobservasi tanda-tanda vital

menganggukan dan

menggelengkan

kepala.

S:

O: belum ada

peningkatan dalam

aktifitas fisik.

S:

(51)

G.EVALUASI KEPERAWATAN

NO Hari/tanggal DX EVALUASI PARAF

1. 09 juli 2017 S:

O: Pasien belum dapat menirukan apa yang

diajarkan oleh perawat.

A: Masalah hambatan komunikasi verbal

belum teratasi

Indikator 1 2 3 4 5

Menggunakan

bahasa lisan

2 3

Menggunkan foto

dan gambar

2 3

Menggunakan

bahasa isyarat

2 4

P: lanjutkan intervensi

- Speach leangguge theraphy

Sofana

fairro

fingiyah

09 juli 2017 S:

O: Anggota tunuh pasien masih terlihat kaku

saat dibantu untuk digerakkan.

A: Masalah hambatan mobilitas fisik belum

teratasi

indikator 1 2 3 4 5

- Meningkat dalam

aktifitas fisik

2 3

- Mengerti tujuan

dari peninggkatan

mobilitas

2 3

- Memverbalisasikan

perasaan dalam

meningkatkan

kekuatan dan

kemamuan

2 3

Sofana

fairro

(52)

berpindah

- Memperagakan

penggunaan alat

bantu untuk

mobilisasi

2 3

P: Lanjutkan intervensi

- ROM pasif

- Konsuktasikan dengan terapi fisik

09 juli 2017

S:-O: TD: 140/90 mmHg

N: 78x/m

RR:18x/m

S:36,50C SPO2:100%

A: Masalah risiko ketidakefektifan perfusi

jaringan otak belum teraatasi

Indikator 1 2 3 4 5

- Nyeri kepala

berkurang

- Berfungsinya

saraf dengan

baik

- TTV dalam

batas normal

2

2

2 3

3

4

P: Lanjutkan intervensi

- Monitor tingkat kesadaran

- Monitor TTV

- Monitor TIK

Sofana

fairro

(53)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Ny. S DENGAN GANGGUAN HAMBATAN KOMUNIKASI VERBAL PADA SISTEM PERSYARAFAN

STROKE NON HEMORAGIK

Sofana Fairro F (A01401972 )

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH GOMBONG

(54)

A. BIODATA

1. Identitas Pasien

Nama : Ny.S

Umur : 62 Tahun

Jenis Kelamin : Prempuan

Agama : Islam

Alamat : Kebumen

Pekerjaan : Pensiunan

Tanggal Masuk RS : 08 juli 2017 Jam : 08.00

Tanggal Pengkajian : 09 juli 2017 Jam : 15.00

Diagnosa Medis : Stroke Non Hemorogic

No Rekam Medis : 162120

2. Identitas Penanggung Jawab

Nama : Tn.F

Umur : 42 Tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Agama : Islam

Alamat : Kebumen

Pekerjaan : Wiraswasta

Hub. dengan pasien : Anak Kandung

B. PENGKAJIAN

1. Keluhan Utama

Keluarga pasien mengatakan pasien anggota tubuh sebelah kiri lemah saat

digerakkan, bicara tidak jelas, pelo.

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Gombong bersama

keluarga pasien. Keluarga pasien mengatakan bahwa 2 jam sebelum dibawa

ke rumah sakit pasien jatuh ketika mau menuju kamar mandi, setelah jatuh

tiba-tiba Ny.S sulit bicara, bicaranya tidak jelas, bahkan tidak mampu

berkomunikasi. Badan pasien mengalami kekakuan ketika digerakkan oleh

(55)

kaku terutama bagian mulutnya mencong ke sisi kanan. Keluarga pasien

mengatakan bahwa pasien mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetus

Melitus.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Keluarga pasien mengatakan pasien belum pernah mengalami hal yang

sama, hanya saja pasien mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetus

Melitus.

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Belum ada keluarga yang mengalami hal yang sama dengan pasien.

5. Pengkajian pola fungsional

a) Oksigenasi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat bernafas dengan

normal, tanpa menggunakan alat bantu pernafasan, tidak ada nafas

cuping hidung

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien dapat bernafas dengan normal,

tetapi tetap menggunakan oksigen 3lpm, tidak ada nafas cuping hidung

b) Nutrisi

1. Inteks Makanan

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien makan 3X sehari dengan

nasi, lauk dan sayur dengan mandiri.

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien makan 3x sehari dari

RS hanya menghabiskan ¼ porsi. Keluarga pasien mengatakan pasien

tidak mampu mengambil makanan dan memasukan kemulut,

Keluarga pasien mengatakan pasien ada kendala saat mengunyah,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu menghabiskan

makanan, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu makan

dalam jumlah banyak, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak

mampu membuka mulut secara lebar, dan Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak mampu menyiapkan makanan untuk

(56)

2. Inteks Cairan

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien minum 6-7 gelas per

hari air putih , kadang kopi dan teh manis.

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

mengambil gelas, keluarga mengatakan pasien minum 2-3 gelas per

hari air putih / dengan minuman yang rendah gula.

c) Eliminasi

1. BAB

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien BAB 1x sehari dengan

konsistensi lembek, berwarna kuning.

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien belum BAB selama di RS.

2. BAK

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien BAK 5-6 X sehari

semalam dengan warna kuning jernih pada malam hari bisa BAK 3-4

kali.

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien menggunakan selang kateter

ukuran 16 untuk BAKnya 650cc sehari dengan warna kuning jernih.

d) Istirahat dan tidur

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidur 7-8 jam dalam sehari,

tidak ada gangguan tidur. Kadang tidur siang 1-2 jam

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien susah tidur paling hanya 1-2

jam dalam sehari.

e) Aktivitas

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mampu beraktifitas sendiri

tanpa bantuan keluarga dan alat bantu

Saat Dikaji : keluarga mengatakan pasien tidak mampu

beraktivitas, pasien hanya tiduran saja di tempat tidur, melakukkan

aktivitas dibantu keluarga dan perawat.

f) Berpakaian

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien berpakaian sendiri tanpa

(57)

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

mengancingkan pakaian seperti biasa, Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu mengambil pakaian di lemari, Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak mampu menggunakan sepatu, Keluarga pasien

mengatakan pasien tidak mampu menggunakan kaos kaki, Keluarga

pasien mengatakan pasien tidak mampu melepaskan atribut pakaian ,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melepas sepatu,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melepas kaos kaki,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak memperhatikan

penampilannya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

menggunakan pakaian bagian bawah, Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu menggunakan resleting,

g) Menjaga Suhu Tubuh

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan jika suhu dingin pasien

menggunakan baju tebal atau sweater, jika panas pasien menggunakan

baju yang tipis dapat menyerap keringat

Saat Dikaji: keluarga mengatakan jika suhu panas pasien tidak

menggunakan selimut dan jika suhu dingin memakai selimut

h) Personal Hygiene

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat melakukan personal

hygiene secara mandiri, mandi sehari 2x, pasien gosok gigi setiap mandi

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu ke kamar

mandi, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengeringkan

tubuh menggunakan handuk seperti biasa, Keluarga pasien mengatakan

pasien tidak mampu mengambil perlengkapan mandi secara mandiri,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu mengatur air mandi,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu membasuh tubuh,

Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu melakukan perawatan

mulut dan giginya, Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

naik ke toilet, dan Keluarga pasien mengatakan pasien tidak mampu

(58)

i) Aman dan Nyaman ( Menghindar dari Bahaya )

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien merasa aman dan nyaman

sendiri bila dekat dengan anak-anak dan cucunya, pasien tidak merasa

nyaman jika sendirian dirumah

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien tidak nyaman karena lumpuh di

ekstermitas kiri, Keluarga pasien mengatakan saat kejadian pasien

gelisah

j) Komunikasi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien dapat berkomunikasi dengan

baik, berbicara sehari-hari dengan menggunakan bahasa jawa

Saat Dikaji: Keluarga pasien mengatakan pasien sulit bicara, Keluarga

pasien mengatakan pasien bicara tidak jelas.

k) Spiritual

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien beragama islam, pasien

melakukan sholat 5 waktu di masjid dan terkadang mengikuti pengajian

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien tidak melakukan sholat 5 waktu

setelah masuk RS

l) Rekreasi

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien tidak pernah berekreasi,

pasien hanya menonton tv sebagai hiburan dikala sedang istirahat

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien hanya berbaring ditempat tidur

m)Belajar

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien mengatakan bisa

mendapatkan informasi melalui televisi.

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien mengatakan telah mengerti

tentang penyakitnya.

n) Bekerja

Sebelum Sakit: keluarga mengatakan pasien sudah tidak bekeja.

Saat Dikaji: keluarga mengatakan pasien hanya berbaring diatas temapt

(59)

6. Pemeriksaan Fisik

a. Keadaan Umum

Kesadaran: Sopor, GCS( E4, V2, M3 )

Suara Bicara : Sulit bicara, bicaranya tidak jelas.

TTV : TD :163/76 mmHg, N :85x/menit S: 36˚C, RR: 16x/menit

b. Kepala: Bentuk mecochepal, terdapat nyeri tekan karena ada abses.

c. Rambut : kering, kotor

d. Telinga : bentuk normal, tidak terdapat penumpukan serumen

e. Mata

Konjungtiva : anemis

Sclera : anikterik

Pupil : isokor

Rangsang Cahaya: (+)

f. Mulut : Mencong ke sisi kanan, mukosa bibir kering, gigi

sedikit kotor

g. Leher : tidak terdapat pembesran kelenjar thyroid.

h. Dada

Paru–Paru :

Inspeksi : bentuk simetris, tidak terdapat lesi , tidak ada retraksi

dinding dada

Palpasi : Vokal fremitus simetris

Perkusi : sonor

Auskultasi: Suara nafas terdengar ronchi

Jantung :

Inspeksi : tidak ada lesi dan benjolan, IC tak tampak

Palpasi : tidak ada pembesaran jantung, IC teraba di IC V 2cm

midclavicula sinistra

Perkusi : redup

(60)

i. Abdomen

Inspeksi : cekung, tidak ada jejas

Auskultasi : bising usus 18x/menit

Palpasi : tidak teraba massa, tidak ada nyeri tekan

Perkusi : timpani

j. Genetalia : terlihat kotor, memakai selang kateter ukuran:16

k. Pemeriksaan Integumen

Kulit : Pucat, turgor kulit jelek

l. Ekstermitas : Kelumpuhan di ekstermitas kiri

7. Pemeriksaan neurologi

Terdapat gangguan nervus cranialis VII ( Facialis ) dan XII ( Hypoglossus )

central

8. Pemeriksaan fungsi serebral

Status mental : CM

Fungsi intelektual : tidak mampu orientasi waktu, tempat, orang

Kemampuan bahasa : afasia ringan

9. Pemeriksaan Motorik

Ekstermitas dekstra : 4 (kekuatan sedang)

Ekstermitas sinistra : 0 (tidak mampu sama sekali melakukan kontraksi)

Pemeriksaan Sensorik

Ekstermitas dekstra : normal

Ekstermitas sinistra : terjadi numbless (mati rasa)

Pemeriksaan Reflex

Ekstermitas dekstra : 2+ (normal)

Ekstermitas sinistra : 0 (tidak ada refleks)

10. Hasil Pengkajian Khusus

11. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan laboratorium tanggal 09 juli 2017 jam 09.20 wib

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai Normal

Hemoglobin 12, 1 Mg/dl 11.7-15.5

(61)

Eritrosit 4.14 Juta/L 3.8-5.2

Hematokrit 37.0 Mg/dl 35-47

Kimia klinik

MCV 89.4 Fl 80-100

MCH 29.2 Pg 26-34

MCHC 32.7 g/dl 32-36

Trombosit 369 150-440

Gula sewaktu 275 70-105

12. Terapi

Tanggal 09 juli 2017 IVFD RL 500 cc/24 jam Ceftriaxone 2x1g Citicolin 2x500g

Ranitidin 2x50mg

Mecobalamin 2x250 mg

Amlodipin 1x10 mg

CPG 1X75mg

(62)

C. ANALISA DATA

No Hari /

Tanggal

Data Fokus Problem Etiologi

2 Jum’at 07 juli 2017

Jam : 10.15

WIB

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

sulit bicara,

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

bicara tidak jelas,

DO:

- Pasien terlihat sulit

bicara,

- Pasien sulit

mengungkapkan kata

- Pasien sulit

mempertahankan

komunikasi

- Pasien pelo

- Pasien sulit

mengekspresikan

pikiran secara verbal

- Ekstermitas:

kelumpuhan di

ekstermitas kiri

- Motorik

Ekstermitas dekstra :

4 (kekuatan sedang)

Ekstermitas sinistra :

0 (tidak mampu

samasekali melakukan

Hambatan

Komunikasi

Verbal (00051)

Perubahan

Sistem Syaraf

(63)

kontraksi)

- Sensorik

ekstermitas dekstra :

normal Reflex

Ekstermitas sinistra :

terjadi numbless (mati

rasa

Ekstermitas dekstra :

2+(normal)

Ekstermitas sinistra :

0 (tidak ada refleks)

3. 09 juli

2017

Jam : 15.00

DS:

- Keluarga mengatakan

pasien tidak mampu

beraktivitas, pasien

hanya tiduran saja di

tempat tidur,

melakukkan aktivitas

dibantu keluarga dan

perawat

DO :

- TD :163/76 mmHg, N

:85x/menit S: 36˚C,RR:

17x/menit.

- Pasien hanya tiduran

ditempat tidur

- Kelumpuhan di

ekstremitas kiri

Hambatan Mobilitas

Fisik ( 00085)

Neuromuskular

3. Jum’at 07

Juli 2017

jam 10.15

WIB

DS:

- Keluarga pasien

mengatakan pasien

sulit bicara,

- Keluarga pasien

Risiko

ketidakefektifan

perfusi jaringan otak

(00201)

(64)

mengatakan pasien

bicara tidak jelas,

DO:

- Pasien terlihat sulit

bicara,

- Pasien sulit

mengungkapkan kata

- Pasien sulit

memperthankan

komunikasi

- Pasien pelo

- Pasien sulit

mengekspresikan

pikiran secara verbal

- Ekstermitas:

kelumpuhan di

ekstermitas kiri

- Motorik

Ekstermitas dekstra :

4 (kekuatan sedang)

Ekstermitas sinistra :

0 (tidak mampu

samasekali melakukan

kontraksi)

- Sensorik

ekstermitas dekstra :

normal Reflex

Ekstermitas sinistra :

terjadi numbless (mati

rasa

Ekstermitas dekstra :

(65)

Ekstermitas sinistra :

- 0 (tidak ada refleks)

D. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1. Hambatan komunikasi verbal b.d. perubahan sistem syaraf pusat

2. Hambatan mobilitas fisik b.d Neuromuskular

3. Risiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak faktor risiko tumor otak

penyakit neurologis

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x7 jam hambatan komunikasi

verbal dapat teratasi dengan kriteria

(66)

penerima

yang tepat

berkomunikasi.

3. Gunakan

kata-kata yang

sederhana dan

pendek dalam

komunikasi

dengan pasien.

rasionalnya

memenuhi

kebutuhan pasien

saat

berkomunikasi.

4. Dorong pasien

untuk mengulang

kata rasionalnya

memberikan

semangat pada

pasien agar sering

melakukan

komunikasi.

Berikan arahan

atau perintah

sederhana setiap

berinteraksi

dengan pasien

rasionalnya

mengurangi

kebingungan saat

berkomunikasi.

5. Programkan

speech language

(67)

rasionalnya

melatih pasien

belajar berbicara

secara mandiri

baik dan benar.

Buat kartu

dengan

gambar-gambar atau

kata-kata ungkapan

yang bisa

digunakan,

misalnya :

pindahkan kaki

saya, ambilkan

minuman saya

rasionalnya

memberikan

kemudahan buat

pasien untuk

berkomunikasi.

6. Lakukanspeech

languagesetiap

interaksi dengan

pasien

rasionalnya

mengurangi

kebingungaan

pasien saat

berkomuniksi.

7. Jaga lingkungan

yang terstruktur

(68)

rutinitas pasien

(misalnya,

menjamin daftar

harian yang

konsisten,

menyediakan

pengingat dengan

sering, dan

menyediakan

kalender serta

tanda-tanda lain

yang ada di

lingkungan).

8. Sesuaiakan gaya

komunikasi untuk

memenuhi

kebutuhan pasien

(misalnya berdiri

didepan pasien

saat

bicara,mendengar

kan dengan penuh

perhatian,

menyampaikan

satu ide atau

pemikiran pada

satu waktu, bicara

pelan untuk

menghindari

berteriak,

gunakan

(69)

tertulis, atau

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama 3x7 jam, Hambatan mobilitas fisik

dapat teratasi dengan kriteria hasil:

(70)

mengidentifikasi

keutuhan

penyongkong

khusus.

3. Bantu pasien

untuk

menggunakan

tongkat saat

berjalan dan

cegah cedera

rasionalnya

kemudahan pada

pasien untuk

beraktifitas.

4. Ajarkan pasien

atau tenaga

kesehatan lain

tentang tekhnik

ambulasi.

rasionalnya

melibatkan

seluruh anggota

untuk membantu

proses

penyembuhan.

5. Kaji

kemampuan

pasien dalam

pemenuhan

kebutuhan

(71)

mandiri sesuai

kemampuan

rasionalnya

membantu

merencanakan

intervensi.

6. Dampingin dan

bantu pasien saat

mobilisasi dan

bantu penuhi

kebutuhan

ADLs rasional

menumbuhkan

kemandirian

perawatan.

7. Berikan alat

bantu jika pasien

memerlukan

rasionalnya

memebuhi

kebutuhan

ADLs pasien

Ajarkan

bagaimana

pasien

bagaimana

merubah posisi

dan berikan

bantuan jika

diperlukan

(72)

mengembangkan

rencana terapi.

3. Risiko

ketidakefektifn

perfusi

jaringan otak

faktor risiko

tumor otak

(penyakit

neurologis)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan

selama3x7 jam masalah ketidakefektifan

perfusi jaringan otak dapat teratasi

dengan Kriteria Hasil :

Indikator 1 2 3 4 5

- Nyeri kepala

berkurang

2 4

- Berfungsinya

saraf dengan baik

2 4

- TTV dalam batas

normal

2 5

1. Monitor tingkat

kesadaran

rasionalnya

tingkat

kesadaran

merupakan

indikator terbaik

adanya

perubahan

neurologi,

2. Monitor

tanda-tanda vital

rasionalnya

untuk

mengetahui

perubahan

keadaan pasien.

3. Hindari kegiatan

yang bisa

meningkatkan

tekanan

intrakranial,

Pertahankan

pasien bedrest,

berikan

lingkungan yang

tenang, batasi

(73)

waktu istirahat

dan aktivitas

rasionalnya

istrihatat yang

cukup dan

lingkungan yang

tenang

mencegah

perdarahan

kembali.

F.IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Tanggal/jam DX Implementasi Respon Paraf

09-07-2017 I, II,

III,

IV

- Memonitor tingkat

kesadaran

- Mengobservasi

tanda-tanda vital

- Menganjurkan pada

keluarga untuk

membatasi pengunjung

- Memposisikan pasien

posisi head up

S:

O: Kesadaran

pasien

composmentis,

GCS= 11 E:4 V:2

M:6

S:

O: TD:163/76

mmHg, N: 85x/m,

RR:17 x/m, S: 36

0 C.

S:

O: Keluarganya

Menyetujuinya

S:

Sofana

fairro

(74)

- Melibatkan keluarga

dalam memahami

informasi dari atau ke

pasien

- Melatih pasien berbicara

secara mandiri di mulai

dengan terapi A, I, U, E,

O

- Mendengarkan dengan

penuh perhatian apa

yang diucapkan pasien

- Membantu memenuhi

kebutuhn ADLs pasien

(memberikan makan

lewat NGT)

- Mengajarkan ROM pasif

O: Pasien posisi

head up

S:

O: Keluarga

membantu

memahami

informasi dari atau

ke pasien

S:

O: Pasien sudah

mampu diajak

untuk berlatih

dimulai dari latihan

mengucapkan huruf

demi huruf.

S:

O: Melakukan

Komunikasi sesuai

kebutuhan pasien

S:

O: Segala

kebutuhan pasien

dibantu oleh

keluarga dan

perawat

S:

O: anggota tubuh

(75)

kaku sedikit lebih

lemas

I, II,

III,

IV

- Mengobservasi

tanda-tanda vital

- Melibatkan keluarga

dalam memahami

informasi dari atau ke

pasien

- Melatih pasien berbicara

secara mandiri di mulai

dengan terapi A, I, U, E,

O

- Mendengarkan dengan

penuh perhatian apa

yang diucapkan pasien

- Membantu memenuhi

kebutuhn ADLs pasien

(memberikan makan

lewat NGT)

S:

O: TD: 160/90

mmhg, N:76x/m,

RR: 18x/m, S:

36,50c

S:

O: keluarga

membantu dalam

proses

penyembuhan

S:

O: Pasien sudah

mampu untuk

belajar terapi A, I,

U, E, O, pasien

sudah sampai

menyebutkan satu

kata.

S:

O: melakukan

komunikasi sesuai

dengan kebutuhan

pasien

S:

O: memenuhi

kebutuhan pasien

seperti makan,

(76)

- Mengajarkan ROM pasif S:

O: pasien belum ada

peningkatan dalam

aktifitas fisik

- Melatih pasien berbicara

secara mandiri di mulai

dengan terapi A, I, U, E,

O

- Memberikan ROM pasif

- Mengobservasi tanda-tanda vital

S:

O: Pasien sudah

bisa mengikuti

perintah apa yang

diajarkan oleh

perawat, seperti

menyebutkan kata

sesuai huruf

awalannya yang

ditunjuk oleh

perawat.

S:

O: belum ada

peningkatan dalam

aktifitas fisik.

S:

O: TD: 165/90 mmHg, N: 78 x/m, RR: 18 x/m, S: 36,5 0

Gambar

gambar ataukata-kata
gambar atau kata-
FIG. 1.An illustration of the anatomy of RC’s cerebral infarct. In the top row, RC’s brain visualized in a three-dimensional rendering ofthe cortical surface obtained from structural MRI data
FIG. 2.A rendering showing the regions activated for (1) the Naming task and (2) the Rhyming task of (a) the control group, (b) RC beforethe speech therapy, and (c) RC after the speech therapy
+7

Referensi

Dokumen terkait

Atas karunia yang Allah berikan penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan judul: “Asuhan Keperawatan Pada Tn.S Dengan Sistem Gangguan Persyarafan :

Diperolehnya bahan masukan bagi RSUD untuk menambah pengetahuan perawat dalam penatalaksanaan pada pasien dengan gangguan sistem persyarafan : stroke non haemoragic sehingga

Cedera cerebrovaskuler atau stroke adalah awitan defisit neurologis yang berhubungan dengan penurunan aliran darah cerebral yang disebabkan oleh oklusif atau stenosis pembuluh

Untuk mengatasi gangguan citra tubuh pada pasien stroke, dapat dilakukan dengan cara : mendiskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya yang dulu dan saat

Pemberian Head Up 30 0 sangat efektif digunakan pada pasien Stroke Non Hemoragik dengan masalah kekurangan oksigenasi dan didapatkan hasil ada perbedaan

vii RINGKASAN PENELITIAN Gambaran Afasia Pada Pasien Stroke Non Hemoragik Di RSUD Sanjiwani Gianyar Tahun 2023 Oleh : Ni Wayan Feby Ari Santi Stroke non hemoragik merupakan stroke

Menurut Lestari & Rino 2017 teknik inisiasi bladder training terhadap residu urine pada pasien pria stroke non-hemoragik yang terpasang kateter di ruang Neurologi RSUD Raden Mattaher

Hasil studi menunjukkan bahwa pengelolaan asuhan keperawatan pada pasien stroke non hemoragik dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi dengan masalah keperawatan bersihan jalan napas tidak