• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN KINERJA DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA TA 2016 DIREKTORAT JENDERAL HORTIKULTURA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN KINERJA

DIREKTORAT PENGOLAHAN DAN

PEMASARAN HASIL HORTIKULTURA

TA 2016

(2)

2

LAMPIRAN

(3)

i DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI ii

DAFTAR TABEL iii

DAFTAR LAMPIRAN iv

BAB. I PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang

1.2 Kedudukan, Tugas dan Fungsi 1.3 Susunan Organisasi dan Tata Kerja

1.4 Dukungan Sumber Daya Manusia 1.5 Dukungan Anggaran 1 5 6 13 14 BAB. II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA 15

2.1 Perencanaan Kinerja 15

2.1. Rencana Strategis 2.1.1. Visi

2.1.2. Misi

2.1.3. Tujuan dan Sasaran

15 16 16 17 2.1.4. Strategi 2.1.5. Arah Kebijakan

2.1.6. Program dan Kegiatan

21 21 27 2.1.7. Langkah Operasional

2.1.8. Rencana Aksi

2.1.9. Rencana Kinerja Tahunan

34 37 38

2.2 Perjanjian Kinerja 39

BAB. III AKUNTABILITAS KINERJA 40

3.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan 3.2 Pencapaian Kinerja Tahun 2016

40 40 3.3 Evaluasi dan Analisis Pencapaian

Kinerja Tahun 2016

3.3.1 Evaluasi dan Analisis Pencapaian Fasilitasi Pemasaran Hortikultura

52 52 3.3.2 Evaluasi dan Analisis Pencapaian

Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu

(4)

ii

BAB IV. PENUTUP 64 LAMPIRAN

Halaman 3.3.3 Evaluasi dan Analisis Pencapaian

Pembinaan Peningkatan Nilai

Tambah dan Daya Saing Hortikultura 3.3.3.1. Evaluasi dan Analisis Pembinaan

Pengembangan Produk Hortikultura

3.3.3.2. Evaluasi dan Analisis Pembinaan Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura

56

56

56 3.4 Capaian Kinerja Lainnya 58

(5)

iii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultua

19

Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

38

Tabel 3. Pengukuran Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016

51

Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Untuk Pengolahan dan Pemasaran Tahun 2016

(6)

iv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Lampiran 2. Daftar Nama Pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016 Berdasarkan Golongan dan Tingkat Pendidikan

Lampiran 3.

Lampiran 4.

IKSK Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Perjanjian Kinerja Eselon III dan IV

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Sasaran Kerja Pegawai Eselon III dan IV lingkup Direktorat Pengolahan dan

(7)

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura Tahun 2016 disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban atas mandat negara dalam pengelolaan pembangunan hortikultura yang diukur berdasarkan Perjanjian Kinerja Tahun 2016.

Capaian target pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura Tahun 2016 sebagian besar telah sesuai dengan yang diharapkan. Atas keberhasilan ini kami sampaikan penghargaan dan ucapan terimakasih kepada seluruh pemangku kepentingan dan semua pihak yang telah bekerjasama dengan baik, dan semoga ke depan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura akan semakin baik dan berkontribusi signifikan dalam pembangunan pertanian.

Sementara itu, berbagai masalah dan hambatan yang ditemui pada tahun 2016 ini akan menjadi bahan evaluasi dan perbaikan pelaksanaan program dan kegiatan di masa mendatang.

Kami berharap informasi yang tertuang dalam Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Hortikultura Tahun 2016 ini dapat menjadi bahan pertimbangan dan rujukan untuk langkah-langkah perbaikan strategi pembangunan hortikultura di tahun-tahun yang akan datang.

Direktur

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Komoditas hortikultura telah tumbuh dan berkembang menjadi salah satu komoditas pertanian yang cukup diminati di pasar. Kondisi ini dipengaruhi oleh semakin tingginya kesadaran konsumen akan arti pentingnya komoditas hortikultura yang tidak hanya sebagai kebutuhan pangan tapi juga mempunyai peran terhadap peningkatan aspek kesehatan, estetika dan lingkungan. Adanya Undang-Undang nomor 13 tahun 2010 tentang Hortikultura telah memberikan payung hukum penyelenggaraan pembangunan hortikultura secara lebih komprehensif dan intensif. Dengan adanya legislasi ini diharapkan tujuan dari penyelenggaran pembangunan hortikultura dapat tercapai sebagaimana yang diharapkan baik dari sasaran produksi, produktivitas, mutu serta daya saing yang berkesinambungan. Di sisi lain tuntutan kesehatan dan perkembangan gaya hidup masyarakat menghendaki produk yang berkualitas baik, menyehatkan, dengan tampilan menarik dan diproduksi secara ramah lingkungan. Sehubungan dengan hal tersebut, pelaku usaha hortikultura dituntut untuk dapat meningkatkan daya saing usahanya antara lain melalui penguasaan dan peningkatan teknologi, penguasaan dan memanfaatkan teknologi informasi, meningkatkan kerjasama dan kemitraan usaha, serta pemerintah memberikan dukungan, fasilitasi dan pendampingan kepada pelaku usaha hortikultura.

Secara umum tantangan ke depan dalam kurun waktu 5 tahun pembangunan hortikultura diantaranya: (1) Semakin ketatnya daya saing produk hortikultura (2) menyediakan lahan baru untuk pengembangan hortikultura (3) pengelolaan rantai pemasaran yang efisien dan efektif dari lahan produksi ke pusat-pusat pemasaran (4) Penurunan ketersediaan

(9)

2

sumber daya dan akses modal investasi (5) krisis global financial yang menyebabkan permintaan menurun dan lain sebagainya.

Beberapa permasalahan pengembangan hortikultura di Indonesia, diantaranya rendahnya produksi; produktivitas dan mutu produk hortikultura; sumberdaya manusia yang kurang mampu atau terampil baik aspek manajerial maupun aspek teknis; payung hukum yang belum sepenuhnya menjadi acuan dalam program dan kegiatan hortikultura; kelembagaan hortikultura yang masih lemah; masih belum optimalnya penerapan teknologi pengembangan hortikultura khususnya di tingkat hilir (off farm). Hal ini menyebabkan produk hortikultura nasional kurang berdaya saing baik untuk pasar domestik maupun ekspor.

Oleh karena itu untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kontribusi sub sektor hortikultura ke depan diperlukan dukungan semua pihak secara terintegrasi dan bersinergi sesuai tugas dan fungsinya. Selain itu yang tidak kalah penting, adalah pengaturan penyelenggaraan sistem pembangunan hortikultura yang menuntut kejelasan kewajiban dan kewenangan pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta hak dan kewajiban pelaku usaha dan masyarakat.

Kebijakan pengembangan usaha hortikultura yang semula berorientasi produksi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha agribisnis yang utuh yaitu usahatani yang fokus dan terpadu antara usaha agro input (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pascapanen, pengolahan (processing) serta pemasaran (off farm), dengan berorientasi pada peningkatan produksi serta nilai tambah dan daya saing hasil hortikultura. Wujud pengembangan usaha yang dituju adalah berkembangnya agribisnis baik di hulu maupun di hilir oleh petani dan masyarakat di pedesaan. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai tambah atau value added berada di tingkat petani dan usaha kelompok/koperasi menjadi profit center di pedesaan. Dalam upaya menghasilkan produk hortikultura yang bermutu dan mempunyai nilai tambah dan daya saing hortikultura, Direktorat Pengolahan

(10)

3

dan Pemasaran Hasil hortikultura pada tahun 2016 melakukan upaya-upaya seperti penanganan pascapanen dan pengolahan produk yang baik. Penanganan pasca panen ditujukan agar produk panen tidak mudah rusak, memperpanjang kesegaran serta kualitasnya tetap terjaga dengan baik. Kegiatan kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing tersebut yaitu pengadaan bangsal pascapanen, cold storage, sarana prasarana pengolahan dan pascapanen, fasilitasi penerapan jaminan mutu dan pemasaran produk hortikultura. Dengan berbagai kegiatan tersebut maka diperlukan pembinaan dalam rangka peningkatan nilai tambah dan daya saing hortikultura. Pembinaan peningkatan nilai tambah dan daya saing hortikultura merupakan upaya untuk memelihara dan mengembangkan kegiatan penanganan pascapanen dan pengolahan hasil hortikultura agar dapat memenuhi standar produk yang dibutuhkan oleh konsumen dalam dan luar negeri.

Pemilihan dan penggunaan sarana dan prasarana yang tepat akan dapat menghindari produk dari berbagai macam kerusakan, dan menjaga mutu produk hortikultua yang dihasilkan sehingga dapat meningkatkan nilai jual dan daya saing produk yang telah dihasilkan.

Dalam mendukung peningkatan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura, kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura diarahkan untuk meningkatkan efisiensi pengolahan, standardisasi mutu produk dan keamanan pangan, ramah lingkungan dan peningkatan nilai tambah yang berkeadilan (berkelanjutan).

Terdapat tiga kata kunci dalam pengembangan pengolahan hasil pertanian, termasuk hortikultura, yaitu poktan/gapoktan, pedesaan, dan konsep zero waste. Ketiga kata kunci tersebut penting dalam perkembangan industri pertanian nasional.

Sesuai dengan Perpres nomor 45 tahun 2015 maka salah satu fungsi Direktorat Jenderal Hortikultura adalah merumuskan – melaksanakan

(11)

4

kebijakan, menyusunan NSPK, memberikan bimbingan teknis serta melaksanakan evaluasi dan dukungan administrasi termasuk kepada usaha peningkatan pascapanen, pengolahan, dan pemasaran hasil produksi khususnya pada komoditas aneka cabai, bawang merah, aneka jeruk, dan tanaman hortikultura lainnya. Kegiatan-kegiatan tersebut bermuara pada usaha dalam rangka pencapaian nilai tambah dan peningkatan kesejahteraan petani hortikultura.

Selanjutnya, sejalan dengan perubahan tugas dan fungsi organisasi di lingkup Kementerian Pertanian, peningkatan daya saing juga masih menjadi kebijakan prioritas dalam mendukung program Nawacita Presiden Jokowi mewujudkan kedaulatan pangan dan peningkatan agroindustri.

Pembangunan hortikultura dari pemerintah bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan melalui Kementerian Pertanian. Selanjutnya, Direktorat Jenderal Hortikultura memiliki kebijakan mengalokasikan anggaran tersebut menjadi dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan. Dukungan dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan tersebut dialokasikan untuk mendukung Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang dilakukan oleh daerah (provinsi/kabupaten/kota).

Sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan program/kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura, setiap akhir tahun Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura menyusun laporan kinerja yang mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

(12)

5

1.2. Kedudukan, Tugas dan Fungsi

Dalam melaksanakan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura memiliki tugas dan fungsi yang mengacu pada dasar hukum berikut; 1) Peraturan Presiden Nomor 45 Tahun 2015 tentang Kementerian Pertanian, 2) Permentan Nomor: 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian.

Berdasarkan Permentan No. 43/2015, pasal 485 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura mempunyai tugas yaitu: “Melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi mutu dan pemasaran hasil hortikultura. Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Bab VII, Pasal 486 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan hasil investasi hortikultura;

4. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

(13)

6

5. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pascapanen, pengolahan, standardisasi dan penerapan standar mutu serta pemasaran dan investasi hortikultura;

6. Koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta penerapan standar mutu di bidang hortikultura; dan

7. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

1.3. Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Sejalan dengan perombakan struktur organisasi yang terjadi di Kementerian Pertanian pada pertengahan tahun 2015, struktur organisasi Direktorat Jenderal Hortikultura mengalami perubahan sehingga tugas dan fungsinya juga mengalami penyesuaian. Oleh karena itu, sejak tahun 2016 susunan organisasi dan tata laksana unit kerja Direktorat Jenderal Hortikultura selanjutnya dijabarkan melalui unit-unit kerja Eselon II

mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian termasuk unit kerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

Seperti yang tercantum pada Permentan No. 43/2015 Pasal 487, susunan organisasi pada Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura terdiri atas:

1. Subdirektorat Pascapanen; 2. Subdirektorat Pengolahan Hasil; 3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu; 4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi;

(14)

7

5. Subbagian Tata Usaha ; dan 6. Kelompok Jabatan Fungsional

Secara rinci, tugas dan fungsi unit kerja Eselon II lingkup Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah sebagai berikut: 1. Subdirektorat Pascapanen mempunyai tugas melaksanakan

penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pascapanen hortikultura; Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud di atas Subdirektorat Pascapanen menyelenggarakan fungsi sebagai berikut:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan florikultura;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan florikultura;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur,dan kriteria di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan florikultura.;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat, serta buah dan florikultura;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat serta buah dan florikultura.

(15)

8

Subdirektorat Pascapanen terdiri atas :

a. Seksi Pascapanen Sayuran dan Tanaman Obat; dan b. Seksi Pascapanen Buah dan Florikultura

Secara rinci, Seksi Pascapanen Sayuran dan Tanaman obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pascapanen sayuran dan tanaman obat.

Seksi Pascapanen Buah dan Florikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pascapanen buah dan florikultura.

2. Subdirektorat Pengolahan Hasil mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pengolahan hasil hortikultura.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Subdirektorat Pengolahan Hasil menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan florikultura;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan florikultura;

(16)

9

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan florikultura;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan florikultura;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat, buah dan florikultura

Subdirektorat Pengolahan Hasil terdiri atas :

a. Seksi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman Obat; dan b. Seksi Pengolahan Hasil Buah dan Florikultura

Secara rinci, Seksi Pengolahan Hasil Sayuran dan Tanaman obat mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengolahan hasil sayuran dan tanaman obat. Seksi Pengolahan Hasil Buah dan Florikultura mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang pengolahan hasil buah dan florikultura.

3. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis dan evaluasi serta koordinasi di bidang perumusan

(17)

10

dan harmonisasi standar, dan penerapan standar mutu hasil hortikultura.

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 496, Subdirektorat Standardisasi dan Mutu menyelenggarakan fungsi:

a. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan yiapan penyusunan kebijakan di bidang standardisasi dan penerapan standar mutu hasil hortikultura;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang standardisasi dan penerapan standar mutu hasil hortikultura;

c. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang standardisasi dan penerapan mutu hasil hortikultura;

d. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang standardisasi dan penerapan standar mutu hasil hortikultura; dan e. Penyiapan koordinasi perumusan dan harmonisasi standar serta

penerapan standar mutu di bidang hortikultura. Subdirektorat Standardisasi dan Mutu terdiri atas :

a. Seksi Standardisasi; dan b. Seksi Mutu

Secara rinci, Seksi Standardisasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang standardisasi serta koordinasi perumusan dan harmonisasi standar di bidang hortikultura.

Seksi Pengolahan Mutu mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, bimbingan teknis,

(18)

11

supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan serta koordinasi di bidang penerapan standar mutu hasil hortikultura.

4. Subdirektorat Pemasaran dan Investasi mempunyai tugas melaksanakan penyiapan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria serta pemberian bimbingan teknis dan evaluasi di bidang peningkatan pemasaran hasil dan investasi hortikultura.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Subdirektorat Pemasaran dan Investasi menyelenggarakan fungsi:

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura.

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi, dan investasi hortikultura.;

c. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura; d. Pemberian bimbingan teknis dan supervise di bidang peningkatan

pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura; dan

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pemasaran hasil, promosi dan investasi hortikultura, Subdirektorat Pemasaran dan Investasi terdiri atas :

a. Seksi Pemasaran dan Promosi; dan b. Seksi Investasi

Secara rinci, Seksi Pemasaran dan Promosi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta

(19)

12

bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan pemasaran hasil dan promosi hortikultura.

Seksi Investasi mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan norma standar, prosedur dan kriteria serta bimbingan teknis, supervisi, evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan investasi hortikultura. 5. Subbagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan urusan

kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

6. Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai jabatan fungsional masing masing berdasarkan peraturan perundang-undangan.

- Kelompok Jabatan Fungsional terdiri atas jabatan fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian masing masing dikoordinasikan oleh pejabat fungsional senior yang ditunjuk Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

- Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura menempatkan pejabat fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian dan Analis Pasar Hasil Pertanian pada unit kerja eselon III sesuai tugas masing masing jabatan fungsional.

- Jumlah pejabat fungsional sebagaimana dimaksud ditentukan berdasarkan kebutuhan dan beban kerja.

- Jenis dan jenjang jabatan fungsional sebagaimana dimaksud diatur berdasarkan peraturan perundang undangan.

(20)

13

Secara rinci struktur organisasi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura disajikan pada Lampiran 1.

1.4. Dukungan Sumber Daya Manusia

Jumlah Sumberdaya manusia (SDM) yang dimiliki oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dalam rangka mendukung pembangunan Pengolahan dan Pemasaran dan Hasil Hortikultura Tahun 2016 adalah sebanyak 52 orang, dengan golongan I tidak ada, golongan II sebanyak 9 orang, golongan III sebanyak 30 orang dan golongan IV sebanyak 13 orang. Komposisi pegawai berdasarkan jenis kelamin yaitu laki-laki sejumlah 25 orang, dan perempuan sebanyak 27 orang. Sedangkan, rekapitulasi SDM berdasarkan tingkat pendidikan yaitu; Doktor (S3) tidak ada, Master/Pasca Sarjana (S2) sebanyak 18 orang, Sarjana (S1) sebanyak 18 orang, Diploma (D1) sebanyak 1 orang, SLTA sebanyak 14 orang, SLTP tidak ada, dan SD sebanyak 1 orang.

Potensi SDM yang dimiliki oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura ini tersebar pada masing-masing subdirektorat lingkup Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dalam rangka mendukung pencapaian kinerja sasaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dan Direktorat Jenderal Hortikultura. Sebaran pegawai per unit Eselon III adalah sebagai berikut Subdirektorat Pascapanen sebanyak 10 orang, Subdirektorat Pengolahan Hasil sebanyak 8 orang, Subdirektorat Standardisasi dan Mutu sebanyak 9 orang, Subdirektorat Pemasaran dan Investasi sebanyak 8 orang, Subbagian Tata Usaha sebanyak 17 orang. Rincian komposisi pegawai Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura berdasarkan golongan dan tingkat pendidikan dapat dilihat padaLampiran 2.

(21)

14

1.5. Dukungan Anggaran

Pagu awal yang diterima untuk mendukung kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura tingkat pusat pada tahun 2016 adalah sebesar Rp 11. 747.500,-. Namun, seiring dengan pelaksanaan kegiatan, terjadi refokusing dan pengurangan anggaran pada tahun 2016 yang selanjutnya menjadi Rp. 11.447.500.000,-

Sebagian besar anggaran yang diterima oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dialokasikan untuk pelaksanaan kegiatan di daerah dalam bentuk dana dekonsentrasi dan dana tugas pembantuan pada 36 satker.

Alokasi dana di Satker Pusat dan Daerah sebesar Rp. 48.503.400.000,- yang digunakan untuk mendukung kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura di daerah senilai Rp. 37.055.900.000,- yang terdiri dari kegiatan, 1) Fasilitasi Pemasaran Hortikultura, 2) Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura, 3) Bangsal Pascapanen, 4) Sarana Prasarana Pengolahan, 5) Fasilitasi Horti Park, serta 6) Sarana Prasarana Pascapanen.

Dari pagu senilai Rp. 11.447.500.000,- untuk pusat dialokasikan pada masing-masing kegiatan pada subdirektorat sebagai berikut; 1) Fasilitasi Pemasaran Hortikultura senilai Rp. 7.261.100,-, 2) Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Rp. 1.152.450.000,-. 3) Pembinaan Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura senilai Rp 1.944.350.000,- yang dibagi atas a) Pembinaan Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura senilai Rp. 1.016.800.000,- dan b) Pembinaan Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura senilai Rp. 927.550.000,- , dan Layanan Perkantoran senilai Rp. 1.089.600.000,-.

(22)

15

BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA

Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) tersusun atas beberapa komponen yang merupakan satu kesatuan. Komponen-komponen tersebut antara lain; Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Evaluasi Kinerja. Komponen Perencanaan Kinerja meliputi; a) Indikator Kinerja Sasaran Program (IKSP), b) Rencana Strategis (Renstra), c) Rencana Kinerja Tahunan (RKT), dan Perjanjian Kinerja (PK). Berikut dipaparkan komponen terkait Perencanaan Kinerja Direktorat Jenderal Hortikultura:

2.1 Rencana Strategis 2016 - 2019

Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura 2016-2019 disusun dengan mengacu kepada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor:

19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategi Kementerian Pertanian Tahun 2016-2019. Namun, seiring dengan dinamika pelaksanaan kegiatan dan perubahan struktur organisasi di lingkup Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian pada Tahun 2016 Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil sebagai unit kerja baru maka dilakukan revisi pada Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2016-2019. Sehingga penyusunan Laporan Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016 ini mengacu pada Renstra Kementerian Pertanian Tahun 2015-2019 (Edisi Revisi), Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura Tahun 2015-2019 (Edisi Revisi) dan Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

(23)

16

Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura menjabarkan visi, misi, tujuan dan sasaran, strategi serta kebijakan sebagai berikut:

2.1.1 Visi

Visi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura melalui penyelenggaraan birokrasi yang professional dan berintegritas.

2.1.2 Misi

Untuk mencapai Visi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura mengemban Misi sebagai berikut:

1. Menumbuh kembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yang merupakan basis ekonomi perdesaan, yang nantinya diharapkan sebagai wadah peningkatan peran dari petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional;

2. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di pedesaan melalui keterpaduan sistem penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran hasil pertanian dan penerapan sistem jaminan mutu, sehingga mampu memberikan peningkatan nilai tambah produk hortikultura secara adil dan profesional;

3. Mengembangkan penerapan sistem jaminan mutu hasil hortikultura secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestic maupun internasional. 4. Menigkatkan daya serap pasar domestik melalui kebijakan promosi

(24)

17

5. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil hortikultura melalui kebijakan promosi dan pemasaran produk pertanian yang efektif dan efisien.

6. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang professional dan berintegritas moral tinggi.

2.1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah:

1. Menumbuh kembangkan manajemen usaha penanganan

pascapanen dan pengolahan hasil hortikultura;

2. Meningkatkan pemasaran dan investasi hasil hortikultura yang memacu pertumbuhan ekonomi perdesaan;

3. Merumuskan dan harmonisasi standar, serta meningkatkan penerapan standar mutu hasil hortikultura;

4. Meningkatkan daya serap pasar domestik dan ekspor.

Untuk mencapai Tujuan tersebut, maka ditetapkan Sasaran yang ingin dicapai oleh Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yaitu:

1. Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan kemandirian petani dan pelaku usaha lainnya dalam usaha agroindustri serta kelembagaannya

2. Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan profesionalisme SDM Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

(25)

18

3. Berkembangnya agroindustri terpadu di perdesaan melalui keterpaduan sistem produksi, penanganan pascapanen, pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura

4. Tercapainya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan;

5. Meningkatnya kualitas dan jumlah olahan produk hortikultura untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor.

6. Meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa Negara dari ekspor produk pertanian

(26)

19

Tabel. 1 Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan, Sasaran Strategis dan Indikator Kinerja Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

VISI MISI TUJUAN SASARAN INDIKATOR KINERJA

Menjadi institusi yang peduli dan memiliki komitmen tinggi untuk

mewujudkan masyarakat pertanian sejahtera, handal dan

berdaya saing di bidang pengolahan dan pemasaran hasil

hortikultura melalui penyelenggaraan birokrasi yang profesional dan berintegritas. 1. Menumbuhkembangkan kelembagaan usaha pengolahan dan pemasaran petani yg berbasis ekonomi perdesaan, yg nantinya diharapkan sbg wadah peningkatan peran dari petani produsen menjadi petani pemasok melalui penerapan manajemen, teknologi dan permodalan secara profesional 1 . Menumbuh kembangkan manajemen usaha penanganan pascapanen dan pengolahan hasil hortikultura

1 .

Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan kemandirian petani dan pelaku usaha lainnya dalam usaha agroindustri serta kelembagaannya

1. Fasilitasi Bangsal Pascapanen 30 unit

2. Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen 417 unit 3. Fasilitasi Pengolahan 162 unit

4. Fasilitasi Cold Storage 10 unit

2. Mengembangkan sistem agroindustri terpadu di pedesaan melalui keterpaduan sistem penanganan pascapanen, pengolahan, pemasaran hasil pertanian dan penerapan sistem jaminan mutu, sehingga mampu memberikan peningkatan pendapatan petani, kesempatan kerja di pedesaan dan peningkatan nilai tambah produk hortikultura secara adil dan profesional.

2 .

Meningkatkan pemasaran dan investasi hasil hortikultura yang memacu pertumbuhan ekonomi pedesaan 2 . Meningkatnya kapasitas, kemampuan dan profesionalisme SDM Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura.

5. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura 59 kali

3 .

Merumuskan dan harmonisasi standar, serta meningkatkan penerapan standar mutu hasil hortikultura 3 . Berkembangnya Agroindustri terpadu di pedesaan melalui keterpaduan sistem produksi, penanganan pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura.

6. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura 50 kali

3. Mengembangkan

penerapan sistem jaminan mutu hasil hortikultura

4 .

Meningkatkan daya serap pasar domestik dan ekspor.

4 Tercapainya penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan.

(27)

20

secara efektif dan operasional untuk meningkatkan daya saing produk segar dan olahan, baik di pasar domestik maupun internasional. 4. Meningkatkan daya serap

pasar domestik melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.

5 .

Meningkatnya kualitas dan jumlah olahan produk hortikultura untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor.

7. Penguatan Kawasan Hortipark 5 lokasi

5. Meningkatkan akses pasar luar negeri hasil hortikultura melalui kebijakan promosi dan proteksi produk pertanian yang efektif dan efisien.

6 .

Meningkatnya daya serap pasar domestik dan devisa negara dari ekspor produk pertanian. 6. Mengembangkan kapasitas institusi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang profesional dan

(28)

21

2.1.4

.

Strategi

Strategi yang dikembangkan dalam mewujudkan tujuan pembangunan hortikultura diuraikan secara lebih rinci sebagai berikut:

1. Penerapan dan pengawasan system jaminan mutu komoditi strategis dan keamanan pangan.

2. Pengembangan dan pengelolaan sarana kelembagaan pemasaran produk hasil pertanian.

3. Pengembangan kewirausahaan dan investasi pengolahan dan pemasaran hasil pertanian

4. Pemenuhan permintaan pasar dalam negeri dan penguatan ekspor komoditas strategis.

2.1.5 Arah Kebijakan

Mengacu kepada arah kebijakan Kementerian Pertanian dan tugas pokok dan fungsi Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, maka kebijakan pengembangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016 ditetapkan sebagai berikut :

1. Kebijakan Pascapanen Hasil Hortikultura

Dalam upaya menekan kehilangan hasil produksi dan mempertahankan mutu hasil hortikultura diperlukan dukungan sarana dan prasarana penanganan pascapanen. Penanganan pascapanen yang baik harus mampu menekan kehilangan hasil, memperpanjang umur simpan (selflife), mempertahankan kesegaran (vaselife), meningkatkan daya saing, meningkatkan nilai tambah, meningkatkan efisiensi penggunaan sumber daya sarana, memberikan keuntungan yang optimum untuk pengembangan hortikultura yang berkelanjutan. Penanganan pascapanen itu merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

(29)

22

terhadap produk untuk siap jual di tingkat produsen terutama pada sentra utama hortikultura.

Kebijakan mendorong penanganan pascapanen diarahkan pada pembinaan dan bimbingan teknis serta dukungan fasilitasi bangsal pascapanen/gudang pengering dan peralatan pascapanen lainnya pada pengembangan kawasan, komoditas utama terutama cabai dan bawang dan jeruk serta komoditas yang potensi dan berorientasi ekspor maupun komoditas yang masif.

2. Kebijakan Pengolahan Hasil Hortikultura

Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil hortikultura, dengan karakteristik usaha yang berskala kecil dengan berbagai keterbatasannya, memerlukan kebijakan pengembangan yang memiliki keunggulan. Salah satu pendekatan terintegrasi yang dipandang sesuai, adalah pendekatan kelompok yang memiliki jaringan usaha yang terkait. Pendekatan pengembangan aktifitas usaha pengolahan secara berkelompok dalam kegiatan usaha yang sejenis, tentunya dapat meningkatkan kapasitas serta daya saing usaha, yang kemudian dapat dikembangkan beberapa usaha yang cakupannya berbeda tetapi masih saling terkait menjadi bentuk klaster (inti dan plasma). Keunggulan pola klaster ini, mengacu pada argumentasi bahwa sulit bagi usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala besar dalam suatu aktifitasyang sama (economic of scale).

Pengembangan suatu usaha dengan pendekatan claster, dimana kelompok usaha yang saling terkait dari berbagai jenis usaha dan beroperasi dalam wilayah yang saling berdekatan, terbukti memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang.

Usaha pengolahan yang berbasis klaster di beberapa Negara, menunjukkan kemampuannya secara berkesinambungan untuk mampu

(30)

23

menembus pasar ekspor, menghasilkan nilai tambah yang memadai, mampu menyerap tenaga kerja dan sangat responsive terhadap pemanfaatan inovasi teknologi. Dengan demikian, pengembangan agroindustry pedesaan, dengan karakter dan kondisi yang ada, pola pengembangan klaster (inti plasma) merupakan pilihan yang tepat, karena pelaku usaha pengolahan dapat meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan akses pasar dan efisiensi usaha sebagai dampak dari aktifitas usaha yang saling bersinergi.

Optimalisasi potensi perempuan dalam meningkatkan produktivitas pertanian dapat dilakukan melalui kegiatan produktif dimana kesetaraan gender menjadi inti pengembangan program peningkatan nilai tambah dan daya saing produk pertanian. Oleh karena itu, perencanaan pembangunan sector pertanian, khususnya usaha usaha agroindustri pedesaan yang responsive gender sangat diperlukan. Hal tersebut mempunyai peran untuk: 1) menjamin pelaksanaan pembangunan yang lebih mantap, berkesinambungan, dan mencapai tingkat keberhasilan yang tinggi, dengan mempertimbangkan pengalaman, aspirasi, permasalahan dan kebutuhan perempuan dan laki laki; 2) memperkecil kesenjangan gender yang terjadi di berbagai bidang pembangunan; 3) meningkatkan pendapatan keluarga sehingga dapat mensejahterakan keluarga.

Secara teknis usaha agroindustri terpadu adalah unti usaha yang telah memperhatikan dan mengembangkan aspek aspek penyiapan bahan baku yang bermutu, menerapkan prinsip Good Agricultural Practices (GAP), Good Handling Practices (GHP) dan Good Manufacturing Practices (GMP), menerapkan sistem jaminan keamanan mutu hasil pertanian khususnya pangan, serta telah memanfaatkan dan mengelola limbah dengan baik (zero waste). Usaha agroindustry tersebut merupakan industry pengolahan hasil pertanian skala kecil menengah dan skala rumah tangga yang pada umumnya berada dan dimiliki warga

(31)

24

di pedesaan yang bergerak dalam usaha pengolahan makanan minuman, biofarmaka, bioenergi, dan pengolahan hasil samping. Agroindustry terpadu ini dikembangkan dengan tujuan : meningkatkan nilai tambah hasil panen di pedesaan, baik untuk konsumsi langsung, maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan; memberikan jaminan mutu dan harga sehingga tercapai efisiensi agribisnis; mengembangkan diversifikasi produk sebagai upaya penggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan pada periode tertentu; sebagai wahana pengenalan, penguasaan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat pedesaan dalam sistem agribisnis, dan menjaga kelestarian lingkungan.

Kebijakan pengembangan pengolahan hasil hortikultura antara lain dilaksanakan dengan peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan, peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan, peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan dan peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani.

3. Kebijakan Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura

Kebijakan penerapan jaminan mutu hortikultura meliputi kebijakan di bidang standardisasi dan mutu. Kebijakan standardisasi merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan mutu hasil pertanian sejak proses penyiapan bahan baku, produksi hingga produk di tangan konsumen. Penerapan sistem standardisasi secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta mendorng berkembangnya investasi di sektor pertanian.

(32)

25

Untuk kebijakan mutu hasil pertanian, saat ini masih memfokuskan pada aspek keamanan dan mutu produk merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memenangkan persaingan. Sistem keamanan pangan dan mutu produk pangan hasil hortikultura harus sudah mulai diterapkan sejak awal hingga pada akhir periode, sehingga diharapkan system berjalan dengan baik. Di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau harus mampu bersaing dengan masuknya produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam system manajemen mutunya. Kebijakan pengembangan standardisasi dan mutu yang dilaksanakan dengan pengembangan standardisasi dan mutu hasil hortikultura melalui perumusan SNI, sertifikasi organik, sistem mutu dan keamanan pangan, pembinaan penerapan siatem jaminan mutu dan keamanan pangan, dan pengembangan SDM melalui bimbingan teknis editor/konseptor perumusan SNI.

4. Kebijakan dan Pemasaran Investasi

Kebijakan yang diambil dalam bidang pemasaran dan investasi difokuskan pada pengembangan pemasaran dalam negeri yang diarahkan bagi terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan, sistem pemasaran yang efisien dan efektif, meningkatnya posisi tawar petani/pelaku usaha, serta meningkatnya pangsa pasar produk lokal di pasar domestik, dan meningkatnya konsumsi terhadap produk pertanian Indonesia, serta terpantaunya harga komoditas hasil hortikultura di seluruh provinsi. Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan yang dilaksanakan adalah pengembangan jaringan pemasaran domestik, pengembangan sarana dan kelembagaan pasar, kebijakan pemantauan pasar dan stabilisasi harga dan pengembangan pelayanan informasi pasar.

Untuk pengembangan pemasaran internasional dimaksudkan untuk percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian, baik dalam bentuk segar

(33)

26

maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar produk lokal di pasar internasional dan sekaligus meningkatkan perolehan devisa negara. Disamping itu, pengembangan pemasaran internasional juga dimaksudkan untuk melindungi produk pertanian dalam negeri melalui kebijakan yang kondusif dan tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku pada WTO. Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan pemasaran internasional yang dilaksanakan adalah peningkatan negosiasi dan advokasi pemasaran internasional, perumusan dan disiminasi kebijakan pemasaran internasional, peningkatan akses pasar komoditi segar/produk olahan ekspor, pengembangan Market Intelligence dan Database dan penguatan rantai pasok.

Kebijakan pengembangan usaha pertanian yang semula berorientasi produksi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha agribisnis yang utuh yaitu usaha tani yang fokus dan terpadu antara usaha agroinput (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan (processing) serta pemasaran dengan berorientasi kepada peningkatan kesejahter4aan petani dan pelaku usaha disamping peningkatan produksi. Dengan perkataan lain bahwa wujud pengembangan usaha yang dituju adalah berkembangnya agribisnis hulu hilir oleh petani dan masyarakat di pedesaan. Hal tersebut dimaksudkan agar nilai tambah atau value added berada pada petani dan usaha kelompok/koperasi menjadi profit center di perdesaan. Kebijakan dalam pengembangan investasi duilaksanakan dengan memperkuat 4 (empat) pilar agribisnis yaitu : Sumberdaya (sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan kelembagaan usaha), teknologi, permodalan dan pasar.

Untuk melaksanakan kebijakan tersebut maka dilaksanakan kegiatan pengembangan kelembagaan usaha dan penguatan manajerial dan ketrampilan usaha, pengembangan promosi produk dan investasi di dalam dan di luar negeri, pengembangan dan fasilitasi kemitraan usaha,

(34)

27

pengembangan kawasan produk speciality, pengembangan agrowisata (hortipark) dan pengembangan kewirausahaan dan ekonomi kreatif.

2.1.6 Program dan Kegiatan

Program

Program Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura adalah : “Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura”, dan hal ini telah sejalan dengan program Direktorat Jenderal Hortikultura yaitu, “Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Hortikultura”

Kegiatan

1. Kegiatan Pusat

Kegiatan pengembangan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura di pusat lebih bersifat pada pem binaan dan pengawalan kegiatan secara makro serta perumusan kebijakan kebijakan yang dapat memenuhi target prioritas dari Direktorat Jenderal Hortikultura, meliputi : pengembangan kebijakan, koordinasi perencanaan dan pelaksanaan program/kegiatan, pembinaan, bimbingan dan pengawalan teknis terutama kegiatan fasilitasi di daerah dan manajemen usaha, pengembangan data base dan sistem informasi publik, promosi produk dan investasi di sektor hortikultura, serta monitoring, evaluasi dan pelaporan.

2. Kegiatan Dekonsentrasi

Kegiatan dekonsentrasi merupakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah. Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan Dinas Pertanian Propinsi untuk melakukan pembinaan ke

(35)

28

kabupaten/kota, sehingga kegiatan yang dilaksanakan antara lain : sinkronisasi, koordinasi, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, pembinaan, pengawasan serta pengendalian sehingga kegiatannya bersifat non fisik. Kegiatannya hampir sama dengan kegiatan pusat hanya saja ruang lingkupnya lebih kecil yaitu pembinaan dan pengawalan kegiatan di lingkup dinas pertanian kabupaten/kota dari masing masing propinsi. Kegiatan tersebut meliputi :

a. Fasilitasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu Hortikultura

Peningkatan daya saing produk pertanian dapat dilakukan melalui mekanisme penjaminan mutu dan keamanan pangan. Bentuk jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikat jaminan mutu dan atau label yang menyatakan kesesuaian produk terhadap Standar Nasional Indonesia (SNI) atau persyaratan teknis minimal lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifikat jaminan mutu dan keamanan pangan, pelaku usaha pertanian harus menerapkan sistem jaminan mutu dan mengajukan permohonan penilaian (registrasi/sertifikasi) ke Lembaga Sertifikasi atau Otoritas Kompeten Keamanan Pangan. Untuk produk pertanian non pangan penjaminan dapat dilakukan melalui registrasi oleh instansi yang ditunjuk. Kegiatan penerapan sistim jaminan mutu, pendampingan penerapan internal control system (ICS) dan pendampingan pra inspeksi dalam proses sertifikasi/registrasi. Sasaran kegiatan fasilitasi sistem jaminan mutu dan keamanan pangan adalah poktan/gapoktan yang mengusahakan komoditi hortikultura dan yang telah mendapatkan bantuan sarana prasarana budidaya, penanganan pascapanen atau pengolahan hasil hortikultura yang tepat. Kegiatan ini harus melibatkan pembina mutu atau pendamping dari kabupaten/kota dan provinsi untuk melakukan pendampingan dan monitoring pelaksanaan kegiatan dimaksud.

(36)

29

b. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura

Dalam upaya meningkatkan akses pasar produk pertanian, diperlukan berbagai perbaikan sarana dan prasarana fisik serta kelembagaan pemasaran, guna memberikan manfaat yang optimal bagi semua pelaku usaha yang terlibat. Pasar tani merupakan salah satu sarana pemasaran bagi petani/poktan/gapoktan untuk memasarkan produk yang dihasilkannya secara langsung kepada konsumen, sehingga akan meningkatkan posisi tawar dan pendapatan petani. Tujuan fasilitasi sarana dan kelembagaan pasar tani untuk menggerakkan dan memperlancar pemasaran hasil pertanian dari petani langsung kepada konsumen, menjadikan produk pertanian yang dihasilkan petani menjadi produk yang utama yang diperjual belikan, membangun kemampuan dan kemandirian petani dalam memasarkan hasil pertanian yang diproduksinya, dan membangun sistem pemasaran yang adil bagi petani dan konsumen melalui penetapan melalui penetapan harga produk yang pantas bagi kedua belah pihak. Sasaran fasilitasi sarana dan kelembagaan pasartani adalah menjamin terserapnya produk pertanian yang diproduksi oleh petani kepada konsumen, membangun ketahanan produk pertanian petani dalam menghadapi persaingan produk luar/impor. Fasilitasi sarana dan kelembagaan pasar tani didanai melalui dana dekonsentrasi berupa dana pengawalan dan pembinaan pasar tani.

Sub Terminal Agribisnis (STA) merupakan suatu tempat/sarana pemasaran yang dibangun secara spesifik untuk melayani dan melaksanakan kegiatan distribusi dan pemasaran hasil pertanian petani/pelaku usaha pertanian dari sumber produksi ke lokasi tujuan pemasaran. STA merupakan suatu lembaga yang mapan dan mampu mengelola pasokan hasil pertanian yang memenuhi syarat dari sumber produksi ke lokasi tujuan pemasaran, kualitas, kuantitas,

(37)

30

kontinuitas dan harga produk hasil pertanian yang pantas diterima, baik oleh petani maupun konssumen. Tujuan fasilitasi dan kelembagaaan STA adalah sebagai sarana untuk menggerakkan dan memperlancar distribusi/pemasaran hasil pertanian dari sumber produksi ke lokasi permintaan produk (pasar/konsumen) dan sebagai fasilitator pemasaran hasil pertanian bagi petani/pelaku usaha pertanian lainnya. Fasilitasi sarana dan kelembagaan STA di daerah di danai melalui dana dekonsentrasi berupa dana pengawalan dan pembinaan STA.

Fasilitasi Pemasaran untuk Poktan/Gapoktan dilakukan untuk memperkuat peran kelembagaan pemasaran hasil pertanian di tingkat petani yaitu Poktan PHP (Kelompok Tani Pemasar Hasil Pertanian) agar dapat membantu petani dalam memperluas jaaringan pemasaran. Fasilitasi Pemasaran untuk Poktan/Gapoktan disediakan bagi Poktan/gapoktan yang sudah melaksanakan kegiatan pemasaran secara rutin namun masih memiliki keterbatasan dalam penyediaan sarana/prasarana dan kemampuan manajemen pemasaran.

Fasilitasi dan Pembinaan Pemantauan dan Stabilisasi Harga merupakan kegiatan terintegrasi dan menunjang program peningkatan produksi dalam negeri guna mengendalikan stabilitas nasional. Pemantauan pasar yang akurat untuk stabilisasi harga yang tepat waktu akan membantu pemerintah dalam mengambil kebijakan yang diperlukan. Mengingat adanya hubungan yang sangat erat antara harga yang diterima petani dengan keinginan pemerintah untuk meningkatkan produksi secara makro, maka pemantauan pasar dan stabilisasi harga pada akhirnya sangat menentukan keberhasilan program peningkatan produksi dalam negeri. Pada waktu menjelang hari hari besar keagamaan dan nasional seperti Idul Fitri, Idul Adha, Natal dan Tahun baru serta

(38)

31

menjelang akhir tahun sering terjadi gejolak harga yang ditandai dengan naiknya permintaan pangan sesaat yang dibarengi juga dengan kenaikan harga bahan pangan. Agar tidak terjadi spekulasi yang terlalu besar, perlu diantisipasi penyediaan sesuai dengan kebutuhan jangka pendek maupun jangka panjang. Pada umumnya harga yang mengalami perubahan yang signifikan tersebut adalah pangan pokok yang terkait dengan kepentingan sebagian besar masyarakat, baik secara ekonomi, social maupun budaya, sehingga komoditas pangan yang mengalami kenaikan tersebut dapat menyebabkan inflasi. Komoditi pangan pokok tersebut menjadi strategis seperti bawang merah dan cabai merah.

Fasilitasi dan Pembinaan PIP bertujuan untuk menciptakan system Pelayanan Informasi Pasar yang cepat, tepat, kontinu, terkini dan dapat dipercaya agar langsung dapat dimanfaatkan oleh para penggunan informasi, meningkatkan kualitas data dan informasi pasar sehingga lebih akurat, terkini, kontinu dan lengkap meningkatkan kualitas sumber daya manusia pelaksana kegiatan pelayanan informasi pasar. Pelaksanaaan kegiatan yang dilakukan adalah :

1. Pertemuan Koordinasi Pembina PIP(Pelayanan Informasi Pemasaran) di tingkat propinsi.

Kegiatan koordinasi Pembina PIP di tingkat propinsi merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan pada setiap tahun yang dimaksudkan untuk membahas evaluasi kegiatan PIP yang telah dilaksanakan pada tahun sebelumnya sekaligus melakukan koordinasi pelaksanaan PIP. Kegiatan ini akan dihadiri oleh pejabat/Pembina yang menangani pelayanan informasi pemasaran di dinas lingkup pertanian di tingkat propinsi.

(39)

32

2. Kegiatan Pertemuan petgas PIP juga merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan pada setiap tahun dan dimaksudkan untuk memberikan motivasi kepada para petugas PIP sehingga lebih berperan aktif, mereview kegiatan yang telah dilakukan serta memberikan workshop untuk meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam hal penyediaan layanan informasi pemasaran.

Pengembangan Usaha dan Investasi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha agribisnis yang utuh yaitu usaha tani yang fokus dan terpadu antara usaha agroinput (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan (processing) serta pemasaran dengan berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan petani dan pelaku usaha.

Fasilitasi Promosi untuk tahun 2016, agenda pameran di dalam negeri antara lain adalah Agrinex, FBBN International yang lebih diutamakan dalam bentuk Business Matching and Expo untuk mempertemukan produsen dengan pelaku usaha pertanian di beberapa sentra produksi pertanian di wilayah Indonesia

Fasilitasi Hortipark merupakan salah satu bentuk ekonomi kreatif di sector pertanian yang dapat memberikan nilai tambah bagi usaha agribisnis dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Beberapa dampak positif pengembangan agrowisata antara lain meningkatkan nilai jual komoditi pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumber sumber pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat seperti penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainnya, kantin, penjualan cindera mata dan lain lain.

(40)

33

c. Fasilitasi Pengolahan Hasil Hortikultura

Untuk mendukung keberhasilan terhadap pemanfaatan bantuan sarana dan peralatan alat mesin pengolahan yang telah diadakan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura, maka

perlu dilakukan pembinaan dan pengawalan terhadap

poktan/gapoktan penerima bantuan. Dalam melaksanakan pembinaan dan pendampingan teknis maupun manajemen terhadap kelompok tani/gapoktan/pelaku usaha dalam pengembangan pengolahan hasil pertanian perlu dilakukan lebih insentif sehingga pemanfaatan bantuan peralatan dan mesin dapat berjalan optimal serta meningkatkan manajemen pengelolaan, efisiensi dan efektifitas unit pengolahan hasil pertanian. Pembinaan, pengawalan dan pendampingan dilakukan oleh petugas dinas propinsi dan kabupaten/kota kepada kelompok tani/gapoktan/pelaku usaha di sejauh mana perkembangan unit pengolahan hasil pertanian di daerah saat ini wilayah yang menjadi binaannya. Implementasi program peningkatan nilai tambah dan daya saing dan ekspor diwujudkan dalam berbagai bentuk fasilitasi bantuan kepada kelompok sasaran. Sehingga perlu dilihat sejauh mana perkembangan program dan kegiatan di tingkat lapang. Perkembangan pembangunan unit pengolah hasil pertanian di daerah saat ini masih membutuhkan perhatian khusus dalam operasionalisasinya. Hal ini memberikan gambaran bahwa perkembangan pengolahan hasil pertanian di daerah harus memberikan informasi yang dapat dideskripsikan antara lain UPH dan kelembagaannya, operasionalisasi, keragaan alat dan mesin, dan pelaku usahanya.

(41)

34

3. Kegiatan Dana Tugas Pembantuan Propinsi

Tugas Pembantuan adalah penugasan penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten atau kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupaten atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggung jawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan.

Dana Tugas Pembantuan Propinsi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh kabupaten/kota akan tetapi lokasi anggarannya berada di propinsi. Pendanaan dalam rangka Tugas Pembantuan dialokasikan untuk kegiatan bersifat fisik yaitu bantuan sarana prasarana pascapanen, pengolahan dan pemasaran yang diperlukan baik berupa pembangunan/rehabilitasi bangunan dan atau peralatan dan mesin.

2.1.7 Langkah Operasional

Adapun langkah operasional Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yang akan dilakukan uadalah sebagai berikut:

1. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura

- Pemetaan Jaringan Pemasaran dan Distribusi Produk Hortikultura - Pelayanan Informasi Pasar

- Pengembangan Pemasaran Internasional - Pemasyarakatan/promosi dan Investasi

 Penyelenggaraan Pameran Agrinex 2016  Gelar Promosi Agribisnis (GPA) Soropadan  Penyelenggaraan Hari Pangan Sedunia

(42)

35

 Promosi dan Investasi Produk Hortikultura Nusantara  Fasilitasi Pasar Murah Produk Hortikultura

 Trade Expo Internasional (TEI)  Asean Flower Festival (AFF) - Fasilitasi Gelar Produk Hortikultura - Manajemen Rantai Pasok

- Pertemuan Koordinasi Teknis Pusat dan daerah - Fruit Indonesia 2016

 Exhibition

 Business Matcmaking  Export Business Coaching  Aneka Lomba

 Karnaval  Pembukaan

2. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura

- Peningkatan Kapabilitas Petugas/Petani

- Pengembangan Standardisasi dan Mutu Produk Hortikultura:  Pengembangan Standardisasi Produk Hortikultura

 Pengembangan dan Fasilitasi Mutu Produk Hortikultura  Fasilitasi Inisiasi Indikasi Geografis (IG) Produk Hortikultura 3. Pembinaan Peningkatan Nilai Tambah dan Daya Saing Hortikultura.

- Pembinaan Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura  Pengembangan Pengolahan Produk Hortikultura

(43)

36

 Pendampingan Penerapan Teknologi Pengolahan Produk Hortikultura

 Optimalisasi Manajemen Sentra Pengemasan Hortikultura  Pemutakhiran Data Profil Pelaku Usaha Pengolahan

Produk Hortikultura

 Penyusunan Panduan Teknis Pengolahan Produk Hortikultura

 Pembinaan Pengembangan Pengolahan Sayuran dan Tanaman Obat

 Pembinaan Pengembangan Pengolahan Hasil Buah dan Florikultura.

- Pembinaan Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura  Pengembangan Pascapanen Produk Hortikultura

 Optimalisasi Sarana dan Prasarana Pascapanen Hortikultura

 Penyusunan Pedoman Teknis dan Bahan Advokasi Pascapanen Produk Hortikultura

4. Layanan Perkantoran.

Dalam rangka penyelenggaran suatu organisasi tentunya memerlukan dukungan/ fasilitasi layanan kantor yang didukung oleh kemampuan dan kecekatan sumberdaya manusia yang baik. Hal ini akan berpengaruh terhadap keberhasilan kinerja institusi, disamping tersedianya sumber dana dan sarana yang memadai serta prosedur tata kelola administrasi yang baik.

(44)

37

Proses dan pengelolaan kegiatan Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura didukung oleh layanan perkantoran yang dilaksanakan dalam rangka memfasilitasi keperluan sarana administrasi, Pembinaan kegiatan lapangan, surat menyurat, rapat-rapat/koordinasi dengan instansi terkait, verifikasi, evaluasi serta pendampingan kegiatan terkait fasilitasi barang kekayaan Negara, fasilitasi sarana administrasi, penggandaan laporan, pendataan, serta kepegawaian di lingkungan perkantoran.

Agar kinerja perkantoran dapat tercapai dengan baik dan efisien, maka perlu dukungan kemampuan SDM yang handal, tersedianya sarana dan prasarana kerja yang memadai, prosedur tata kelola administrasi yang baik dan dukungan dana yang optimal.

Tujuan dan sasaran dapat diwujudkan, Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura melakukan Peningkatan Capacity Building bagi staf Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura. Peningkatan Capacity Building ini bertujuan untuk pengembangan karakter, memberi motivasi, meningkatkan persepsi dan kerja sama tim yang kuat.

2.1.8 Rencana Aksi

Dalam pencapaian sasaran Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura maka disusun Rencana Aksi selama setahun yang dilaksanakan dalam periode waktu triwulan dengan jenis kegiatan sebagai berikut:

1. Penerbitan Pedoman Teknis Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

2. Koordinasi Teknis Pusat dan daerah

(45)

38

4. Pemantauan dan pengendalian secara periodik (triwulan dan semester) 5. Evaluasi pelaksanaan kegiatan

6. Pelaporan

2.1.9. Rencana Kinerja Tahunan

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 2. Rencana Kinerja Tahunan

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1. Meningkatnya Nilai tambah dan daya saing hasil hortikultura 1. Fasilitasi Bangsal Pascapanen 30 Unit 2. Fasilitasi Sarana Prasarana Pascapanen 417 Unit 3. Fasilitasi Sarana Pengolahan 162 Unit 4. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura 39 Kali 5. Fasilitasi Penerapan Jaminan Mutu Hortikultura 50 Kali

6. Fasilitasi Cold Storage 10 Unit 7. Penguatan Kawasan

Hortipark

5 Lokasi

Sumber: RKT Dit.PPHH, 2016

2.2. Perjanjian Kinerja Tahun 2016

Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura telah menetapkan standar kinerja pada awal tahun 2016 yang merupakan penjabaran dari Renstra Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Tahun 2016 - 2019. Standar kinerja tersebut dituangkan dalam

(46)

39

bentuk Perjanjian Kinerja (PK), terlampir. Perjanjian kinerja (PK) merupakan kesepakatan/kontrak kerja antara Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura dengan Direktur Jenderal Hortikultura untuk melaksanakan Program dan Kegiatan yang mendukung Program Direktorat Jenderal Hortikultura.

Pencapaian Sasaran Strategis Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura yaitu berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing diukur melalui indikator kinerja

(47)

40

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

3.1 Kriteria Ukuran Keberhasilan

Gambaran kinerja Direktorat Pengolahan Hasil Hortikultura Tahun 2016 dapat diketahui dari hasil pengukuran kinerja yang terdapat pada Perjanjian Kinerja (PK) yaitu dengan membandingkan antara realisasi dengan target yang ditentukan di awal tahun. Untuk mengukur tingkat capaian kinerja tahun 2016 tersebut digunakan metode scoring yang mengelompokkan capaian kedalam

4 (empat) kategori kinerja, yaitu: 1) sangat berhasil (capaian >100%), 2) berhasil (capaian 80 - 100%), 3) cukup berhasil (capaian 60 < 79%), dan

4) kurang berhasil (capaian < 60%) terhadap sasaran yang telah ditetapkan. 3.2 Pencapaian Kinerja Tahun 2016

Pengukuran capaian kinerja atas kegiatan pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil hortikultura yang telah difasilitasi melalui dukungan dana APBN pada Tahun 2016 dilakukan dengan membandingkan target kinerja yang telah ditetapkan dengan pencapaian realisasi target tersebut.

Pengukuran realisasi indikator kinerja diperoleh dengan cara sebagai berikut:

Indikator Kinerja Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura

1. Fasilitasi Pemasaran Hortikultura

Indonesia memiliki sumberdaya produk hortikultura yaitu buah dan sayuran, tanaman obat/biofarmaka dan tanaman hias (florikultura) yang sangat beragam dan dapat diandalkan sebagai kekuatan dalam peningkatan

(48)

41

perekonomian masyarakat. Dalam rangka pengembangan serta meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk hortikultura, Direktorat Jenderal Hortikultura telah melakukan pembinaan, pengawalan dan fasilitasi kepada pelaku usaha produk segar dan olahan di daerah/propinsi sentra hortikultura.

Potensi komoditi hortikultura Indonesia cukup besar, namun disisi lain masih banyak kendala dalam pengembangannya. Misalnya, produk hortikultura bersifat musiman sehingga harga masih fluktuatif, teknologi pasacapanen dan pengolahan produk serta pengemasan produk hortikultura masih sangat sederhana dan belum berkembang di tingkat kelompok/gabungan kelompok tani produsen.

Peluang pasar yang cukup besar, baik untuk pasar domestik maupun internasional menuntut adanya upaya peningkatan produksi dan mutu melalui pascapanen dan pengolahan hasil yang baik. Begitu juga halnya dengan komoditas hortikultura yang mencakup produk buah, sayuran, biofarmaka dan tanaman hias/bunga. Dengan menerapkan teknologi pascapanen dan pengolahan yang baik, produk hortikultura tersebut diharapkan akan memiliki nilai tambah tinggi.

Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan lebih dari 250 juta merupakan suatu potensi pasar produk hortikultura dalam negeri. Produk hortikultura yang dipasarkan sebagian besar dalam bentuk produk segar dan baru sebagian kecil produk olahan. Untuk meningkatkan pengembangan pemasaran produk hortikultura diperlukan upaya melalui pemasyarakatan dan promosi produk tersebut, salah satunya melalui pameran yang bertujuan mempromosikan perkembangan dan kemajuan produk hortikultura berikut sarana penunjangnya kepada masyarakat sehingga masyarakat dapat lebih mengenal perkembangan produk hortikultura dan pada akhirnya dapat meningkatkan pemasaran serta meningkatkan apresiasi dan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi produk hortikultura Indonesia baik segar maupun olahan.

Gambar

Tabel 2.  Rencana Kinerja Tahunan
Tabel 4. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Untuk  Pengolahan dan Pemasaran Tahun 2016

Referensi

Dokumen terkait

How can Bangkok residents be better supported to reduce the impacts of shocks and bounce back stronger. How can mobility be better improved

optimasi query database dalam pembelajaran berbasis web, dengan tujuan untuk menghasilkan performa web yang lebih stabil, agar dapat menghasilkan. informasi yang

When we’re joining ACCCRN, we established an ad-hoc working group, we called Climate Change Resilience Working Group, or often called as the City Team.. The City Team consists of

Grafik 4.4 Diagram Perbandingan Data Proses Kinerja Guru dari Siklus I,II,III...77. Grafik

optimasi query database dalam pembelajaran berbasis web, dengan tujuan untuk menghasilkan performa web yang lebih stabil, agar dapat menghasilkan. informasi yang

Sasank Vemuri is Urban Resilience Specialist currently working as a staff consultant for the Urban Climate Change Resilience Trust Fund (UCCRTF) at the Asian

f. Guru melakukan penilaian.. Permainan scrambel tersebut melatih siswa untuk meningkatkan konsentrasi dan cepat berpikir. Pada permainan menyusun kalimat sama seperti

Barumun pada percobaan yang dilakukan antara Metode M2S crossover dengan CHUNK crossover adalah metode M2S crossover dengan nilai fitness yang lebih tinggi dan