• Tidak ada hasil yang ditemukan

Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang ma

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Saepul Anwar Studi Realitas tentang Kompetensi Guru PAI itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang ma"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH MENENGAH ATAS

DI KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh : Saepul Anwar

Kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak sembarang dikerjakan. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kepada kompetensi kepribadian guru PAI SMA yang mana kompetensi kepribadian itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlakul karimah.

Kata Kunci : Guru, Guru PAI, Kompentensi Guru, Kompentensi Guru PAI,

Kompetensi Kepribadian A. LATAR BELAKANG MASALAH

Profesi guru pada saat ini masih banyak diperbincangkan orang, atau masih saja diperbincangkan orang, baik di kalangan para pakar pendidikan maupun di luar pakar pendidikan. Bahkan selama dasawarsa terakhir ini hampir setiap hari, media massa khususnya media massa cetak baik harian maupun mingguan memuat berita tentang guru. Ironisnya berita-berita tersebut banyak yang cenderung melecehkan profesi guru, baik yang sifatnya menyangkut kepentingan umum sampai kepada hal-hal yang sifatnya sangat pribadi, sedangkan dari pihak guru sendiri nyaris tak mampu membela diri (Usman, 2011:1). Masyarakat, orang tua murid, bahkan murid sekalipun terkadang banyak yang mencemoohkan guru, mulai dari penampilan, cara berbicara, kedisiplinan, bahkan perilakunya sebagai guru. Karena kesalahan sekecil apapun yang dilakukan oleh seorang guru akan mengundang reaksi yang begitu hebat di masyarakat. Dari kenyataan ini sekalipun pahit bagi guru, sudah saatnya kompetensi profesi guru itu harus ditingkatkan. Sebagaimana dijelaskan dalam Undang-Undang No. 14 tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen pasal 8 bahwa: “seorang guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani, dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional”.

“Kompetensi guru sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 8 meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi” (UU No. 14 Tahun 2005).

Kompetensi itu merupakan komponen yang tidak bisa dipisahkan dari eksistensi guru dalam melaksanakan profesinya sebagai guru, karena pekerjaan guru itu tidak gampang dan tidak sembarang dikerjakan. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan kepada kompetensi kepribadian, yang mana kompetensi kepribadian

(2)

itu ialah karakteristik pribadi yang harus dimiliki oleh seorang guru sebagai individu yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, serta menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlakul karimah.

Setiap guru memiliki ciri-ciri kepribadian, ciri-ciri inilah yang membedakan kepribadian guru yang satu dengan guru yang lainnya. Setiap perkataan, tindakan, perbuatan dan tingkah laku yang positif akan meningkatkan citra diri dan kepribadian seseorang. Kepribadian memang suatu yang abstrak yang hanya dapat dilihat dari penampilan, tindakan, ucapan, cara bergaul, cara berpakain, dan dalam menghadapi setiap persoalan. Seperti yang dikemukakan Daradjat (Sagala, 2009:33) bahwa:

‘Kepribadian disebut sebagai suatu yang abstrak, sukar dilihat secara nyata, hanya dapat diketahui lewat penampilan, tindakan, dan ucapan ketika menghadapi suatu persoalan, atau melalui atsarnya saja. Kepribadian mencakup semua unsur baik fisik maupun psikis. Sehingga dapat diketahui bahwa setiap tindakan dan tingkah laku seseorang merupakan cerminan dari kepribadian seseorang. Apabila nilai kepribadian seseorang naik, maka akan naik pula kewibawaan orang tersebut. Tentu dasarnya adalah ilmu pengetahuan dan moral yang dimilikinya. Kepribadian akan turut menentukan apakah para guru dapat disebut sebagai pendidik yang baik atau sebaliknya, justru menjadi perusak anak didiknya’.

Dewasa ini, nama baik guru sedang berada pada posisi yang tidak menguntungkan, terperosok, jatuh karena berbagai sebab. Berbagai kasus telah terjadi karena kepribadian guru yang kurang mantap, kurang stabil, dan kurang dewasa. Sering kita dengar dalam berita-berita baik di media elektronik maupun media cetak seorang guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional, tidak terpuji yang merusak citra dan martabat guru, dan parahnya lagi ketika tindakan-tindakan itu dilakukan oleh seorang guru agama Islam. Misalnya: adanya oknum guru yang mencabuli muridnya, adanya oknum guru yang terlibat pencurian, penipuan, dan lain sebagainya. Banyak peserta didik yang terlibat vcd forno, narkoba, merokok, rambut gondrong, bolos, tidak mengerjakan tugas, berkelahi, ribut di kelas, melawan kepada guru, semua itu dapat menghambat jalannya proses pembelajaran. Sejalan dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh Mulyasa (2008:119) terhadap siswa SMA dan SMK Jakarta Utara:

“Mereka mengungkapkan beberapa harapan dari guru dan beberapa kelemahan dari gururnya yang mereka rasa sebagai penghambat belajar. mereka berharap bahwa guru dapat menjadi teladan bagi peserta didik baik dalam pergaulan di sekolah maupun di masyarakat. Beberapa sikap guru yang kurang disukai mereka antara laia: guru yang sombong (tidak suka menegur atau tidak mau menegur kalau ketemu di luar kelas), guru yang suka merokok, memakai baju tidak rapih, sering datang kesiangan, dan masih banyak ungkapan lain yang mengungkapkan kekurang sukaan mereka terhadap gurunya”.

(3)

Oleh karena itu, guru harus berusaha untuk tampil menyenangkan peserta didik, agar dapat mendorong mereka untuk belajar. Karena pribadi dan apa yang dilakukan oleh guru akan menjadi sorotan peserta didik serta orang disekitarnya yang menganggap dan mengakuinya sebagai guru.

Pada realitasnya, saat ini dunia pendidikan dihadapkan pada persoalan profesionalitas guru. Beberapa problem profesionalitas guru terbentang mulai dari kenyataan bahwasanya tidak sedikit guru yang mengajar bidang studi bukan pada vaksnya (tidak sesuai dengan disiplin ilmu yang diterima di bangku kuliah). Penyimpangan profesionalitas menjadi suatu problem besar karena menyangkut pendidikan yang notabene merupakan wahana pembentuk pribadi dari generasi kegenaerasi yang akan memikul beban dan tanggungjawab sebagai khalifah fil ardl (Farida, 2007:216).

Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dikaji lebih lanjut bagaimana sebenarnya kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam (PAI) terhadap profesinya. Penelitian ini berusaha mengungkap bagaimana sebenarnya kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam khususnya Guru PAI Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kabupaten Bandung Barat.

B. PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, fokus masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah seputar Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat.

Supaya penelitian ini lebih terarah dalam operasionalisasinya maka rumusan masalah tersebut dijabarkan menjadi beberapa submasalah, yaitu:

1. Bagaimana tingkat kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat?

2. Bagaimana kemampuan interpersonal yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat?

3. Bagaimana kemampuan kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat?

4. Bagaimana kemampuan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam menjaga kestabilan emosi?

5. Bagaimana kemampuan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam bersikap terbuka?

C. TUJUAN PENELITIAN

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran mengenai Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Pada

(4)

Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat. Adapun tujuan khusus penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui kemampuan integritas yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat.

2. Untuk mengetahui kemampuan interpersonal yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat.

3. Untuk mengetahui sikap kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat.

4. Untuk mengetahui kestabilan sikap guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat.

5. Untuk mengetahui kemampuan guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat dalam bersikap terbuka

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini dapat bersifat teoritik dan praktik sebagai berikut:

1. Secara teoritik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan teoritis dalam hal pengembangan profesionalisme guru melalui kompetensi kepribadian guru.

2. Secara praktik, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pemikiran berbagai pihak yang berkepentingan dalam upaya meningkatkan profesionalisme Guru dalam hal ini kompetensi kepribadian guru PAI SMU.

E. METODE PENELITIAN

Penelitian ini diorientasikan untuk mengkaji tentang "Studi Realitas tentang Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat".

Rumusan masalah yang akan diteliti memerlukan pengamatan dan penelitian secara mendalam, oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif adalah penelitian yang datanya dinyatakan dalam bentuk bilangan untuk mendeskripsikan suatu objek penelitian atau variabel di mana bilangan tersebut menjadi bagian dari pengukuran.

Pendekatan kuantitatif ini digunakan untuk mencatat dan menganalisis data hasil penelitian secara eksak dan menganalisis datanya menggunakan perhitungan statistik sehingga diketahui tingkat keterhubungan tiap-tiap variabel yang ada dalam penelitian.

Menurut Sukmadinata (2010, hal. 53) ada beberapa metode yang dapat dimasukkan ke dalam penelitian kuantitatif yang bersifat noneksperimental, yaitu metode: deskriptif, survai, ekspos fakto, komparatif, korelasional dan penelitian

(5)

tindakan. Sehubungan dengan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode deskriptif.

Metode deskriptif dengan pendekatan naturalistik dalam penelitian ini, digunakan untuk mengkaji hal-hal yang sedang berlangsung, khususnya seputar kondisi empirik kompetensi kepribadian guru PAI Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung. Nasution (2002:67) menyatakan bahwa “pendekatan ini untuk mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha untuk memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya”. Dalam penelitian deskriptif, tidak ada perlakuan yang diberikan atau dikendalikan seperti yang ditemui dalam penelitian eksperimen.

Teknik analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dengan menggunakan statistik nonparametris, hal ini merujuk kepada pendapat Sugiyono (2011, hal. 150) yang menyatakan bahwa “statistik nonparametrik digunakan untuk menganalisa data yang berbentuk ordinal dan nominal”.

Prosedur analisis data secara statistik yang akan digunakan adalah analisis parsial. Analisis ini dimaksudkan untuk menghitung masing-masing komponen secara terpisah. Untuk lebih rincinya prosedur analisis statistik tersebut adalah: 1. Memeriksa jawaban angket dan menghitung jumlah skornya. Cara pemberian

skor pada butir-butir pernyataan dalam instrumen kompetensi kepribadian guru bergerak dari 1 sampai 5. Untuk butir pernyataan yang favorable jawaban SS diberi skor 5, S diberi skor 4, N diberi skor 3, TS diberi skor 2, STS diberi skor 1. Sedangakan untuk butir pernyataan yang unfavorable, jawaban SS diberi skor 1, S diberi skor 2, N diberi skor 3, TS diberi skor 4, STS diberi skor 5. 2. Menghitung rata-rata per item soal perindikaor sesuai dengan perolehan data

hasil jawaban responden.

3. Menghitung rata-rata skor perindikator dengan menjumlahkan rata-rata per item dan membaginya dengan jumlah item perindikator.

4. Menghitung rata-rata tiap komponen berdasarkan indikatornya.

5. Menginterpretasikan tinggi rendahnya rata-rata tiap item, tiap indikator, dan tiap variabel ke dalam kategorisasi lima skala normal menurut penghitungan Azwar (2010:108), yaitu:

- Antara 1 < X < 2 Sangat Rendah - Antara 2 < X < 2,7 Rendah - Antara 2,7 < X < 3,3 Sedang - Antara 3,3 < X < 4 Tinggi - Antara 4 < X < 5 Sangat Tinggi

F. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Kemampuan Integritas Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat

(6)

Untuk menjawab pertanyaan penelitian pertama, bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 1 Komponen Integritas

No. Indikator Rata-rata Interpretasi

1 Menjunjung tinggi kode etik guru 4,0 Tinggi 2 Dapat bersikap jujur pada diri sendiri

dan orang lain 3,5 Tinggi

3 Memiliki akhlak mulia 3,2 Sedang

4 Bertindak sesuai dengan norma 3,6 Tinggi

Rata-rata 3,6 Tinggi

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen integritas indikator 1.1 “Menjunjung tinggi kode etik guru” berada pada kategori tinggi dengan nilai rata-rata 4,0. Pada indikator 1.2 “dapat bersikap jujur pada diri sendiri maupun orang lain” menunjukkan nilai rata-rata 3,5 yang tergolong dalam kulaifikasi tinggi. Pada indikator 1.3 “memiliki akhlak mulia” menunjukkan nilai rata-rata 3,2 termasuk dalam kategori sedang. Pada indikator 1.4 “bertindak sesuai dengan norma” menunjukkan nilai rata-rata 3,6 yang tergolong pada kualifikasi tinggi.

Dengan demikian hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen “integritas” berdasarkan setiap indikatornya dapat dikatakan bahwa pada kompetensi “integritas” ini sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,6 yang berada pada interval 3,3 < X < 4 dengan kualifikasi tinggi. Artinya secara umum Guru PAI SMA di Kabupaten Bandung Barat menjunjung tinggi kode etik guru, dapat bersikap jujur pada diri sendiri maupun orang lain, memiliki akhlak mulia, dan bertindak sesuai dengan norma yang berlaku.

Pernyataan di atas diperkuat berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa yang menunjukkan bahwa tingkat kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam sudah kompeten. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa :

a. Guru Pendidikan Agama Islam menjunjung tinggi kode etik guru, hal ini terlihat guru Pendidikan Agama Islam mau menerima saran dari teman sejawatnya, menanggapi siswa yang sulit diatur, memahami dan senantiasa menerapkan kode etik guru.

b. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bersikap jujur baik terhadap dirinya sendiri maupun terhadap orang lain.

(7)

c. Sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam memiliki akhlak yang mulia. Dalam keseharian menurut para siswa guru PAI menampilkan pribadi yang patut menjadi contoh.

d. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam bertindak sesuai dengan norma. Hal ini bisa terlihat mereka senantiasa mentaati peraturan sekolah.

2. Kemampuan Interpersonal Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat

Untuk menjawab pertanyaan penelitian kedua, bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Komponen Kemampuan Interpersonal

No. Indikator Rata-rata Interpretasi

1 Mampu berkomunikasi secara efektif 4,3 Sangat tinggi

2 Dapat bekerjasama 3,4 Tinggi

3 Bersahabat 3,7 Tinggi

Rata-rata 3,8 Tinggi

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam kemampuan interpersonalnya adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen “kemampuan interpersonal” indikator 2.1 “mampu berkomunikasi secara efektif” berada dalam kategori kompeten. Dengan nilai rata-rata 4,3, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kategori sangat tinggi karena berada pada interval 4 < X < 5. Pada indikator 2.2 “dapat bekerjasama” profil guru Pendidikan Agama Islam terlihat pada tabel 2 bahwa indikator dapat bekerjasama berada dalam kategori positif atau baik dengan nilai rata-rata 3,4. Adapun pada indikator 2.3 “bersahabat” nilai rata-ratanya adalah 3,7, ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam berada dalam kategori positif/baik.

Hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen “kemampuan interpersonal” berdasarkan pada setiap indikatornya dapat diketahu nilai rata-rata untuk indikator kemampuan interpersonal adalah 3,8 yang tergolong pada kualifikasi tinggi, dapat dikatakan bahwa pada kompetensi kemampuan interpersonal sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah kompeten.

(8)

Hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menunjukkan bahwa tingkat kemampuan interpersonal guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat secara umum menunjukkan bahwa :

a. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat mampu berkomunikasi secara efektif. Hal ini terlihat ketika guru Pendidikan Agama Islam berkomunikasi dengan orang lain mereka suka menatap lawan bicaranya.

b. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bekerjasama, contohnya ketika diminta pertolongan yang bukan merupakan tugas pokok seorang guru Pendidikan Agama Islam, mereka mau bekerjasama.

c. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki sikap bersahabat, mereka senantiasa meluangkan waktunya untuk mendengarkan keluhan dari siswanya yang sedang mempunyai masalah sehingga siswanya pun tidak merasa segan terhadap guru Pendidikan Agama Islam.

Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kemampuan interpersonal akan menampilkan pribadi yang mampu berkomunikasi secara efektif, dapat bekerjasama, dan bersahabat.

3. Kepemimpinan Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat

Untuk menjawab pertanyaan penelitian ketiga, bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 3

Komponen Kepemimpinan

No. Indikator Rata-rata Interpretasi

1 Memiliki kredibilitas 3,8 Tinggi

2 Disiplin 4,6 Sangat tinggi

3 Dapat menjadi motivator 4,3 Sangat tinggi

4 Dapat bersikap adil 3,7 Tinggi

5 Memiliki etos kerja yang tinggi 3,4 Tinggi 6 Dapat menjadi contoh/teladan 4,1 Sangat Tinggi 7 Dapat mengelola/memanajemen

kelas 3,7 Tinggi

8 Tegas 3,7 Tinggi

Rata-rata 3,9 Tinggi

Data pada tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam kemampuan kepemimpinannya baik. Data menunjukkan bahwa pada komponen “kepemimpinan” indikator 3.1

(9)

“memiliki kredibilitas” berada pada kategori tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam memiliki kredibilitas yang tinggi dengan nilai rata-rata 3,8. Pada indikator 3.2. “disiplin” mempunyai nilai rata-rata 4,6 yang menunjukkan kategori sangat tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam memiliki budaya disiplin tinggi. Pada indikator 3.3 “dapat menjadi motivator” menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam sudah dapat menjadi motivator terutama bagi para siswanya. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata 4,3 di mana rata-rata tersebut berada dalam kualifikasi sangat tinggi. Pada indikator 3.4 “dapat bersikap adil” terlihat dalam tabel tiga yang menunjukkan indikator bersikap adil mempunyai rata-rata 3,7 dengan kualifikasi tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat mampu menunjukkan sikan adil dalam prilaku kesehariaan mereka.

Pada indikator 3.5 ”memiliki etos kerja yang tinggi, dalam tabel 3 terlihat bahwa rata-rata untuk indikator 'memiliki etos kerja' sebesar 3,4 yang mempunyai kualifikasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat memiliki etos kerja yang tinggi. Selanjutnya indikator 3.6 “dapat menjadi contoh/teladan” dalam tabel 4.5 terlihat bahwa indikator dapat menjadi teladan/contoh mempunyai rata-rata 4,1 dengan kualifikasi sangat tinggi. Ini menunjukkan bahwa dalam menjadi contoh/teladan, guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat berada dalam kategori positif/baik. Selanjutnya indikator 3.7 “dapat mengelola/memanajemen kelas” dalam tabel 4.5 terlihat bahwa indikator 'dapat mengelola/memanajemen kelas' mempunyai rata-rata 3,7 dengan kualifikasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat mampu mengelola kelas dengan baik. Adapun indikator 3.8 “tegas” dalam tabel 4.5 terlihat bahwa indikator 'tegas' mempunyai rata-rata 3,7 dengan kualifikasi tinggi. Ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat mampu menunjukkan ketegasan dalam bersikap.

Hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen “kepemimpinan” berdasarkan setiap indikatornya dapat dikatakan bahwa pada kompetensi kepemimpinan sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sangat baik.

Hasil wawancara baik terhadap kepala sekolah, guru, maupun siswa menunjukkan bahwa tingkat kompetensi kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sesuai gambaran di atas. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa:

a. Sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah kompeten dalam sikap memiliki kredibilitas. Hal ini terlihat ketika guru Pendidikan Agama Islam datang terlambat ke sekolah, mereka mempunyai alasan yang kuat dan masuk akal untuk dipertanggungjawabkan.

(10)

b. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat berdisiplin tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan tidak melanggar kode etik guru, dan selalu berusaha untuk datang tepat waktu.

c. Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat bisa menjadi motivator dalam kebaikan, tertutama bagi para siswanya.

d. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bersikap adil. Hal ini bisa terlihat bahwa guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah membedakan siswa yang berprestasi dengan siswa yang lainnya. Artinya mereka mampu memperlakukan siswa secara adil.

e. Guru Pendidikan Agama Islam memiliki etos kerja yang tinggi. Hal itu terlihat dari keaktifan mereka dalam setiap kegiatan yang diadakan sekolah, baik berupa kegiatan keagamaan maupun kegiatan lainnya.

f. Guru Pendidikan Agama Islam dapat menjadi contoh/teladan, misalnya dalam hal penampilan, perkataan, sikap dan lain sebagainya.

g. Guru Pendidikan Agama Islam mampu mengelola kelas dengan baik. Hal ini terlihat ketika kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, guru Pendidikan Agama Islam memberikan pembelajarang dengan cara yang efektif dan menyenangkan.

h. Guru Pendidikan Agama Islam bersikap tegas dalam hal pemberian nilai. Ketika ada siswa yang nilainya kurang, guru Pendidikan Agama Islam memberikan remedial untuk menambah nilai siswa tersebut.

Pribadi guru Pendidikan Agama Islam yang mempunyai kemampuan kepemimpinan akan menampilkan pribadi seorang guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kredibilitas, disiplin, dapat menjadi motivator, bersikap adil, memiliki etos kerja yang tinggi, dapat menjadi contoh/teladan, dapat mengelola/memanajemen kelas, dan dapat bersikap tegas.

4. Kestabilan Emosi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat

Untuk menjawab pertanyaan penelitian keempat, bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4

Komponen Kestabilan Emosi

No. Indikator Rata-rata Interpretasi

1 Dapat memahami emosi diri dan orang

lain 3,8 Tinggi

2 Dapat menanggapi peristiwa dan

permasalahan di sekitarnya 3,9 Tinggi 3 Mampu mengelola emosi-emosi yang 3, 7 Tinggi

(11)

dirasakannya

Rata-rata 3,8 Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam kestabilan emosi adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen “kestabilan emosi” indikator 4.1 “dapat memahami emosi diri dan orang lain” berada dalam kategori baik. Dengan nilai rata-rata 3,8, dimana nilai tersebut termasuk kedalam kategori tinggi karena berada pada interval 3,3 < X < 4. Pada indikator 4.2 “dapat menanggapi secara objektif peristiwa dan permasalahan disekitarnya” profil guru Pendidikan Agama Islam terlihat pada tabel 4.6 bahwa indikator dapat bekerjasama berada dalam kategori positif atau baik dengan nilai rata-rata 3,9. Adapun pada indikator 4.3 “mampu mengelola emosi-emosi yang dirasakannya” nilai rata-ratanya adalah 3,7, ini menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam berada dalam kategori positif/baik.

Hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen “kestabilan emosi” berdasarkan pada setiap indikatornya dapat diketahui nilai rata-rata untuk indikator kestabilan emosi adalah 3,8 yang tergolong pada kualifikasi tinggi, dapat dikatakan bahwa pada kompetensi kestabilan emosi sebagian besar guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah baik atau cenderung ke arah positif.

Hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menunjukkan bahwa tingkat kestabilan emosi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sangat baik. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa :

a. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat mampu mengendalika emosi diri dan mampu memahami gejolak emosi orang lain. Hal ini terlihat guru Pendidikan Agama Islam tidak pernah terlihat murung tanpa alasan tertentu, perasaannya tidak mudah tersinggung, selalu menghargai pendapat orang lain.

b. Guru Pendidikan Agama Islam dapat bekerjasama, contohnya ketika berbeda pendapat atau berbeda pemikiran dengan orang lain, guru Pendidikan Agama Islam tidak mempermasalahkannya tetapi menerimanya. c. Ketika ada suatu rencana yang tidak berjalan sebagaima mestinya guru

Pendidikan Agama Islam tidak frustasi atau putus asa dalam menanggapinya.

Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki kestabilan emosi akan menampilkan pribadi yang mampu memahami emosi diri dan orang lain, dapat menanggapi secara objektif peristiwa dan permasalahan di sekitarnya, dan mampu mengelola emosi-emosi yang dirasakannya.

(12)

5. Keterbukaan Guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat

Untuk menjawab pertanyaan penelitian kelima, bisa terlihat pada tabel berikut:

Tabel 5

Komponen Keterbukaan

No. Indikator Rata-rata Interpretasi

1 Inovatif 4,2 Tinggi

2 Kreatif 4,4 Sangat tinggi

3 Mau menerima saran dan kritik 3,2 Sedang 4 Memiliki rasa ingin tahu 4,2 Sangat tinggi

Rata-rata 4,0 Tinggi

Tabel di atas menunjukkan bahwa guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat dalam tingkat keterbukaan guru Pendidikan Agama Islam SMA di Kabupaten Bandung Barat adalah positif atau tergolong kategori baik. Gambaran kompetensi guru pada komponen keterbukaan indikator 5.1 “inovatif” berdasarkan data hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam dalam inovasi berada pada kategori sangat tinggi dengan nilai rata-rata 4,2 yang berada pada interval 4 < X < 5. Pada indikator 5.2 “kreatif”, dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa sikap kreatif berada pada interval 4 < X < 5 dengan nilai rata-rata 4,4 yang tergolong dalam kualifikasi sangat tinggi. Artinya sikap kreatif yang dimiliki guru Pendidikan Agama Islam berada pada kategori tinggi. Pada indikator 5.3 “mau menerima saran dan kritik”, dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa sebagian besar guru PAI mau menerima saran dan kritik dari siapa pun. Pada indikator 5.4 “memiliki rasa ingin tahu”, dalam tabel 4.7 menunjukkan bahwa indikator memiliki rasa ingin tahu berada pada interval 4 < X < 5 dengan nilai rata-rata 4,2 yang tergolong pada kualifikasi sangat tinggi, artinya guru Pendidikan Agama Islam dalam memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi.

Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan terhadap komponen “keterbukaan” berdasarkan setiap indikatornya dapat dikatakan bahwa pada kompetensi “keterbukaan”, pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam sudah tinggi dengan nilai rata-rata 4,0 yang berada pada interval 3,3 < X < 4.

Hasil wawancara terhadap Kepala Sekolah, Guru, dan para siswa menunjukkan bahwa tingkat keterbukaan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah tinggi. Hasil wawancara secara umum menunjukkan bahwa :

(13)

a. Guru Pendidikan Agama Islam senantiasa membaca buku-buku terbaru yang berkaitan dengan pelajaran dan mengganti metode pembelajaran dalam menyampaikan materi.

b. Guru Pendidikan Agama Islam kreatif dalam menyampaikan materi..

c. Sebagian guru Pendidikan Agama Islam mau menerima saran dan kritik dari orang lain. Contohnya ketika ada orang tua yang komplain terhadap hasil belajar siswanya, guru Pendidikan Agama Islam mau menerima komplain tersebut.

d. Pada umumnya guru Pendidikan Agama Islam memiliki rasa ingin tahu. Ini bisa terlihat dalam perkembangan teknologi mereka tidak ketinggalan zaman. Terutama dalam hal pemakaian komputer ketika kegiatan belajar mengajar.

Kepribadian guru Pendidikan Agama Islam yang memiliki keterbukaan akan menampilkan pribadi yang inovatif, kreatif, mau menerima saran dan kritik, dan memiliki rasa ingin tahu.

Berdasarkan pembahasan dari setiap pertanyaan di atas dapat diketahui bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat sudah kompeten.

Tabel 6

Kompetensi Kepribadian Guru Pendidikan Agama Islam

No. Kompetensi Rata-rata Interpretasi

1 Integritas 3,6 Tinggi

2 Kemampuan interpersonal 3,8 Tinggi

3 Kepemimpinan 3,9 Tinggi

4 Kestabilan emosi 3,8 Tinggi

5 Keterbukaan 4,0 Tinggi

Rata-rata 3,8 Tinggi

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam memiliki nilai rata-rata 3,8. Rata-rata tersebut berada pada interval 3,3< X < 4 yang berada dalam kategori tinggi. Artinya bahwa kompetensi kepribadian guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan kecenderungna ke arah yang positif.

G. PENUTUP

Penelitian yang dilakukan terhadap guru Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Bandung Barat menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: (1) Kemampuan integritas guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kemampuan integritas guru sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,6 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (2)

(14)

Kemampuan interpersonal guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kemampuan interpersonal guru sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,8 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (3) Tingkat kepemimpinan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian dalam kepemimpinan sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,9 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (4) Kestabilan emosi guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru dalam kestabilan emosi sudah kompeten dengan nilai rata-rata 3,8 yang termasuk pada kualifikasi tinggi. (5) Keterbukaan guru Pendidikan Agama Islam di Kabupaten Bandung Barat menunjukkan bahwa kompetensi kepribadian guru dalam sikap terbuka sudah kompeten dengan nilai rata-rata 4,0 yang termasuk pada kualifikasi sangat tinggi.

Rekomendasi dari penelitian ini adalah : (1) Pengembangan kompetensi kepribadian guru harus terus ditingkatkan dan dilakukan secara terus menerus baik melalui diklat, lanjutan pendidikan formal, dan bimbingan teman sejawat; (2) Suvervisi yang dilakukan oleh kepala sekolah sebagai bagian dari tugas pokok membina guru, belum menyentuh secara langsung pengembangan kompetensi kepribadian, oleh karenanya diharapkan bahwa suvervisi yang dilakukan menyentuh aspek pembinaan dan pengembangan kompetensi kepribadian guru; (3) Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Barat diharapkan mampu memberikan urutan prioritas dalam pengembangan kompetensi kepribadian guru PAI.

H. DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. (2010). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Djamarah, S. B. (2005). Guru dan Anak Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Farida, A. (2007). Sikap Profesional Guru di Madrasah Tsanawiyah Negeri Provinsi Bengkulu. In Kompetensi Guru Madrasah. Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama.

Furchan, Arief, (2005). Pengantar Penelitian dalam Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Kunandar. (2009). Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru. Jakarta: Rajawali Pers.

Majid, A., & Andayani, D. (2006). Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompetensi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Muhaimin. (2004). Paradigma Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya. Mujib, A., & Mudzakkir, J. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana

Pranada Media Group.

Mulyasa, E. (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja RosdaKarya.

(15)

_________.(2009). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Nasution, S., (2002). Metode Research. Jakarta: Bumi Aksara.

Nurdin, M. (2008). Kiat Menjadi Guru Profesional. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group.

Peraturan Menteri Agama Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Pendidikan Agama di Sekolah. (n.d.).

Peraturan Pemerintah. (2005). Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan

Ramayulis. (2008). Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kalam Mulia.

Sagala, S. (2009). Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan. Bandung: Alfabeta.

Saondi, O., & Suherman, A. (2010). Etika profesi Keguruan. Bandung: Refika Aditama.

Saudagar, F., & Idrus, A. (2009). Pengembangan Profesionalitas Guru. Jakarta: GP Press.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Syahidin. (2005). Aplikasi Metode Pendidikan Qurani Dalam Pembelajaran Agama di Sekolah. Tasikmalaya: Pondok Pesantren Suryalaya Tasikmalaya.

Tafsir, A. (2010). Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tim Asa Mandiri. (2009). Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Asa Mandiri.

Tim Fokus Media. (2010). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas). Bandung: Fokus Media. Uhbiyanti, Nur. (1997). Ilmu Pendidikan Islam (IPI) 1. Bandung : Pustaka Setia. Tohirin. (2005). Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Jakarta:

Grafindo Persada.

Usman, U. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Wijayanti, R. (2009). Pengembangan Kompetensi Kepribadian Guru. Tesis Program

Gambar

Tabel 1 Komponen Integritas

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Laporan Akhir yang telah Saya buat dengan judul “APLIKASI SENSOR TPA81 SEBAGAI PENGUKUR SUHU RUANGAN PADA ROBOT BERKAKI PEMADAM API” adalah

Berdasar penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa saran bagi pembaca yang tertarik untuk menerapkan atau melakukan penelitian menggunakan pembelajaaran kooperatif tipe

Judul Skripsi : Analisis Kesulitan Pemecahan Masalah Matematika Materi Pokok Bangun Ruang Sisi Datar Berdasarkan Langkah-Langkah Polya Ditinjau dari Kemampuan

Eksplorasi data mengenai miskonsepsi mahasiswa dalam Analisis Real merupakan salah satu analisis kebutuhan (need assessment) dalam pengembangan buku teks tersebut. Tujuan dari

1) Nama pencipta dan pemegang Hak Cipta. 2) Tanggal penerimaan surat permohonan. 3) Tanggal lengkapnya persyaratan menurut Pasal 66 dan 67. Pendaftaran diumukan dan daftar

Target sistem dapat memenuhi kebutuhan pengguna sistem antara lain karyawan apotek yang bertindak sebagai kasir, bagian pembelian, dan manajer, yaitu untuk: (1) meng- input

Volume pengembangan tertinggi pada cookies verkadeyaitu 0,73% diperoleh dari perlakuan rasio tepung terigu : tepung sorgum (3:1) dan konsentrasi bubuk kayu manis 10%, sedangkan

Terdapat beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan penyakit ginjal kronik seperti hipertensi, diabetes melitus, pertambahan usia, ada riwayat keluarga penyakit