KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat-NYA sehingga laporan ini dapat terselesaikan dengan baik. Laporan ini disusun untuk
menyelesaikan mata kuliah Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah. Besar harapan saya agar laporan ini dapat menambah pengetahuan dan referensi bagi pembacanya.
Mohon maaf sebesar-besarnya apabila terdapat kesalahan dalam penulisan maupun
penyusunan dalam laporan ini. Oleh karena itu dengan tangan terbuka saya menerima segala saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata hanya terima kasih yang sebesar-besarnya saya ucapkan.
Pontianak, 27 Desember 2016
Penyusun
ADRIANUS GAYU
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR...1 DAFTAR ISI...2 DAFTAR LAMPIRAN...3 DAFTAR GAMBAR...4 BAB 1 PENDAHULUAN...6 A. LATAR BELAKANG... B. TUJUAN... BAB 2 METODE PRAKTIKUM... A. TEMPAT/LOKASI PRAKTIKUM... B. ALAT DAN BAHAN... C. TINJAUAN PUSTAKA... BAB 3 HASIL DAN PEMBAHASAN... A. HASIL... B. PEMBAHASAN... BAB 4 PENUTUP... A. KESIMPULAN... B. SARAN... DAFTAR PUSTAKA... LAMPIRAN...BAB 1 PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANGUntuk memahami hubungan antar jenis tanah,diperlukan pengetahuan yang mampu
mengelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang.Sampai saat ini cukup banyak sistem klasifikasi yang bersifat nasional yang hanya dipakai oleh suatu negara,misalnya sistem klasifikasi
Prancis,Kanada,Russia.Sistem klasifikasi internasional yang dipakai oleh banyak negara,misalnya USDA dan FAO.Sistem klasifikasi yang dikembangkan kemungkinan didasarkan atas gatra pedogenesis,agihan secara regional,atau berdasarkan fungsi
tanah.Sistem klasifikasi tanah dapat dibedakan atas klasifikasi alami dan klasifikasi teknis. Klasifikasi alami adalah klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya.Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik,kimia, dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat dipergunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai
penggunaan tanah.
Klasifikasi teknis adalah klasifikasi tanah yang didasarkan pada sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu.Misalnya,untuk menanam tanaman semusim,tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti: keadaan pengatusan,kelerengan,tekstur,pH,dll.Demikian juga,jenis penggunaan yang lain telah disusun sistem klasifikasinya.
Dalam praktik,yang dimaksud dengan sistem klasifikasi tanah adalah klasifikasi
alami,sedangkan klasifikasi teknis yang dihubungkan dengan masalah penggunaan tertentu disebut klasifikasi kemampuan lahan dan klasifikasi kesesuaian lahan.
B. TUJUAN
Praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah bertujuan untuk memberikan pemahaman mendasar kepada mahasiswa dalam proses boring tanah,identifikasi tanah dan proses pengklasifikasian suatu tanah berdasarkan sifat fisik tanah tersebut.
BAB 2 METODE PRAKTIKUM
A. TEMPAT/LOKASI PRAKTIKUMPraktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah dilaksanakan di 3 tempat yang berbeda yaitu :
– Praktikum ke-1
Dilaksanakan pada hari Kamis,10 November 2016 pukul 11.30 WIB – selesai ; bertempat di Jl. Daya Nasional Di Depan Masjid Muhtadin.
– Praktikum ke-2
Dilaksanakan pada hari Kamis,17 November 2016 pukul 15.35 WIB – selesai ; bertempat di belakang Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura.
– Praktikum ke-3
Dilaksanakan pada hari Kamis,24 November 2016 pukul 15.35 WIB – selesai ; bertempat di belakang Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura.
B. ALAT DAN BAHAN
– Praktikum ke-1
Alat : Boring tanah mineral ; Buku Munsell ; Cutter ; Meteran ; Gelas aqua bekas (5 buah) ; ATK (termasuk form pengisian morfologi tanah) ; Ranting kayu ; Kamera ; Daun sebagai alas untuk hasil boring tanah ; Rumput untuk pembatas antar lapisan tanah. Bahan : Tanah hasil boring ; Senyawa peroksida ; Air.
– Praktikum ke-2
Alat : Boring tanah mineral ; Buku Munsell ; Cutter ; Meteran ; Gelas aqua bekas (5 buah) ; ATK (termasuk form pengisian morfologi tanah) ; Ranting kayu ; Kamera ; Daun sebagai alas untuk hasil boring tanah ; Rumput untuk pembatas antar lapisan tanah. Bahan : Tanah hasil boring ; Senyawa peroksida ; Air.
– Praktikum ke-3
Alat : Boring tanah gambut & perlengkapannya (contoh: spana pembuka tiang boring) ; Buku Munsell ; Cutter ; Meteran ; Gelas aqua bekas (5 buah) ; ATK (termasuk form pengisian morfologi tanah) ; Ranting kayu ; Kamera ; Karung sebagai alas untuk hasil boring tanah ; Rumput untuk pembatas antar lapisan tanah.
C. TINJAUAN PUSTAKA
Tanah merupakan hasil transformasi zat – zat mineral dan organik pada muka daratan bumi. Komponen tanah (mineral, organik, air dan udara) tersusun antara satu dan yang lain
membentuk tubuh tanah.
Pada awal perkembangan klasifikasi tanah di Rusia,Eropa,dan Amerika Utara,klasifikasi tanah berdasarkan prinsip zonalitas ditempatkan pada kategori tertinggi (klasifikasi berdasarkan faktor pembentuk tanah).
– Tanah zonal,yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi (tanah tundra,tanah stepa,tanah hutan,dan tanah tropika).
– Tanah intrazonal,yakni tanah dengan faktor pembentuk tanah berupa faktor lokal/setempat,terutama bahan induk dan timbunan (relief)(kalsi-,hali-,tanah hidromorfik).
– Tanah azonal,yakni tanah yang belum menunjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan tanah (tanah muda,tanah tererosi,tanah koluvial,dan tanah aluvial).
Di Dunia terdapat berbagai jenis sistem klasifikasi tanah.Di Indonesia sendiri,paling sedikit dikenal tiga sistem klasifikasi tanah yang masing–masing dikembangkan oleh USDA (Amerika Serikat), FAO/UNESCO, dan Pusat Penelitian Tanah Bogor.
– Taksonomi Tanah (USDA)
Sistem klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxsonomy (USDA, 1975, 1990) menggunakan enam kategori yaitu Ordo, Sub-Ordo, Great Group, Sub Group, Family, dan Seri. Sistem ini merupakan sistem yang sangat baik mengenai cara–cara penamaan (tata nama) maupun definisi–definisi mengenai horison–horison penciri ataupun sifat–sifat penciri lain yang digunakan untuk menentukan jenis–jenis tanah.
– Sistem FAO/UNESCO
Sistem ini dibuat dalam rangka pembuatan peta skala 1:5.000.000 oleh
FAO/UNESCO. Untuk ini telah dikembangkan suatu sistem klasifikasi dengan dua kategori. Kategori yang pertama kurang lebih setara dengan kategori great group, sedangkan kategori kedua mirip dengan subgroup dalam sistem Taksonomi Tanah USDA. Nama–nama tanah yang diambil dari nama–nama klasik terutama nama–nama tanah Rusia yang sudah terkenal, serta nama–nama tanah yang digunakan di Eropa Barat, Kanada, Amerika Serikat, dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini (misalnya Luvisol dan Acrisol) serta nama-nama tanah yang
menyesuaikan dengan daerah setempat.
– Sistem Pusat Penelitian Tanah Bogor
Sistem klasifikasi tanah yang berasal dari Pusat Penelitian Tanah Bogor dan telah banyak dikenal di Indonesia adalah sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957).
Sistem ini mirip dengan sistem Amerika Serikat terdahulu (Baldwin, Kellog, dan Throp, 1938; Thorp dan Smith, 1949) dengan beberapa modifikasi dan tambahan. Dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO (1974) dan sistem Amerika Serikat yang
baru (Soil Taxosonomy, USDA, 1975), sistem tersebut telah mengalami penyempurnaan. Perubahan tersebut terutama menyangkut definisi jenis–jenis tanah (great group) dan macam tanah (subgroup). Dengan perubahan–perubahan definisi tersebut maka disamping nama–nama tanah lama yang tetap dipertahankan dikemukakanlah nama–nama baru yang kebanyakan mirip dengan nama–nama tanah dari FAO/UNESCO, sedang sifat–sifat pembedanya digunakan horison–horison penciri seperti yang dikemukakan oleh USDA dalam Soil Taxosonomy (1975) ataupun oleh FAO/UNESCO dalam Soil Map of the World (1974).
Dalam Laporan ini,kami menggunakan cara klasifikasi berdasarkan Klasifikasi USDA (Soil Taxonomy).Laporan ini mencangkup klasifikasi berdasarkan Ordo,Sub Ordo,Great Grup,Sub Grup (family dan seri tidak disertakan).
a) Ordo Tanah
(1) Entisols (‘ent’= recent,baru).Yaitu,tanah dengan perkecualian,kemungkinan mempunyai epipedon okrik atau horizon albik tanpa menunjukkan perkembangan horizon;terjadi pada bahan aluvium yang muda.Kemungkinan ekuivalensinya adalah tanah aluvial,regosol,dan tanah glei humus rendah.
(2) Vertisols (‘ert’ = invert,terbalik).Yaitu,tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut.Dalam keadaan kering dijumpai retakan yang lebar dan dalam,kerapatan lindak antar-retakan cukup tinggi.Tanah mempunyai kemampuan remah sendiri (self churning) dan harus menunjukkan adanya timbulan mikro gilgai,cermin sesar,dan struktur tanah berbentuk baji berukuran sangat kasar.Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah lempung margalitik,grumusol,regurs,tirs,dan tanah kapas hitam.
(3) Inceptisols (‘ept’ = inception,awal).Yaitu,Tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi,tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi,eluviasi,dan pelapukan yang ekstrem.Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah brown forest,glei humik,dan glei humik rendah.
(4) Aridisols (‘id’ = arida,kering).Yaitu,tanah di wilayah regim kelengasan arida mempunyai epipedon okrik dan satu atau lebih horizon berikut ini: argilik,natrik,kamibik,kalsik,gipsik,salik,atau duripan;tetapi tidak mempunyai oksik atau spodik.Kurang lebih tanah yang ekuivalen adalah tanah cokelat (kemerahan),tanah arida (merah),soloncak,dan sierozems.
(5) Molisols (‘oll’ = mollify,lunak).Yaitu,tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilayah stepa.Kemungkinan mempunyai horizon argilik,kalsik,dan natrik.Kurang lebih tanah yang ekuivalen dengan tanah cokelat,brunizem,chernozem,chesnut,tanah prairie,rendzina,dan tanah glei-humik.
(6) Spodosols (‘od’ = spodos atau abu,podosol).Yaitu,tanah dengan horizon spodik yang mempunyai pelonggokan campuran material amorf bahan organik dan alumunium,dengan atau tanpa besi.Kenampakan profil horizon eluviasi berada di atasnya,yang pada umumnya berwarna kelabu sampai kelabu muda;warna tersebut disebabkan oleh mineral kuarsa yang tidak terselimuti bahan yang lebih halus lainnya.Tanah yang ekuivalen adalah podzolik,podozols,dan podzols air tanah.
(7) Alfisols (‘alf’ = pedalfer Al-Fe).Yaiut,tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horizon argilik dengan kejenuhan basa sendang sampai tinggi.Umumnya tanah tidak
kering.Tanah yang ekuivalen adalah tanah half-bog,podsolik merah-kuning,dan planosols.
(8) Ultisols (‘ult’ = ultimate,final).Yaitu,tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah;tidak mempunyao lidah-lidah yang menembus horizon albik atau oksik.Tanah ini sudah berkembang lanjut di bentang lahan yang sudah tua dan stabil atau bahan indu yang terlapuk lanjut.Tanah yang ekuivalen adalah lateritik cokelat-kemerahan dan podsolik merah-kuning.
(9) Oksisols (‘ox = oksida).Yaitu,tanah yang mempunyai horizon oksik pada kedalaman <2m dari permukaan tanah.Kemungkinan dijumpai plintit baik yang keras maupun lunak,tetapi sebagai diagnostik yang bersifat lunak dan dekat ke permukaan tanah.Oksisol tidak mempunyai spodik dan argilik di bawah horizon oksik.Tanah yang ekuivalen adalah lateritik.
(10) Histosols (‘ist’ = histos,jaringan).Yaitu,tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah,paling tipis 40 cm dari permukaan,dan memenuhi persyaratan bahwa 80 cm dari permukaan tanah paling tidak setengahnya mengandung bahan organik.Tanah yang ekuivalen adalah tanah bog dan tanah gambut.
(11) Andisols (‘and’ = ando,hitam).Yaitu,tanah yang ketebalannya 60% atau lebih,mempunyai sifat andik.Tanah yang ekuivalen adalah andosol.
(12) Gelisols.Yaitu,tanah yang terbentuk dalam lingkungan permafrost (lingkungan yang sangat dingin).Tanah ini adalah campuran dari bahan mineral dan bahan organik tanah yang tersegresi es pada lapisan yang aktif.Gelisols membeku pada ketebalan 100-200 cm dari permukaan tanah.
b) Sub Ordo
Kriteria pembeda yang digunakan dalam kategori ini bervariasi untuk setiap ordo.Ada beberapa tetapi dipilih sedemikian rupa sehingga untuk setiap sub ordo dikelompokkan yang mempunyai homogenitas terbesar.Kriteria pembeda terutama adalah sifat fisika dan kimia yang merupakan refleksi perbedaan genesis akibat:
Ada/tidaknya genangan;
Iklim dan sebagian berasosiasi dengan vegetasi;
Tekstur ekstrem;
Fraksi lempung mempunyai kandungan alofan tinggi;
Fraksi lempung mengandung seskuioksida tinggi; dan
Kandungan bahan organik yang berasosiasi dengan iklim.
Nama untuk setiap sub ordo mengandung dua unsur formatif,yakni menunjukkan sifat dan menunjukksn ordo.Contoh: psamment,’psamn’ (os) menyatakan tekstur pasiran dan ‘ent’ menunjukkan ordo Entisols.
c) Great Grup
Pengelompokan dalam kategori great grup didasarkan atas ada tidaknya horizon diagnostik dan susunan horizon yang terbentuk dalam pedon.Pembeda dalam kategori great grup adalah sifat-sifat tanah sebagai berikut:
Macam,penyusunan,dan aras yang ditunjukkan horizon;
Regim kelengasan dan temperatur; dan
Nama great grup dengan menambahkan awalan satu atau lebih unsur formatif sesuai dengan nam sub ordo.Contoh: udipsament,ustipsament,memasukkan kriteria iklim dalam great grup.
d) Sub Grup
Ada tiga macam sub grup yang umum diketahui,yakni:
Sesuai dengan konsep utama great grup,yang tidak perlu paling intensif;
Tanah yang merupakan intergrades atau transisi terhadap ordo,sub ordo,atau great grup yang lain.
Tanah-tanah ekstragrades yang mempunyai sifat tidak sama dengan great
grup,tetapi tidak mempunyai indikasi sebagai transisi terhadap jenis tanah yang lain (tanah yang memiliki epipedon molok sangat tebal).
A. HASIL
– Pengeboran di tanah mineral (Praktikum minggu ke 1)
Hari/Tgl/Thn : Kamis,10 November 2016
Kedalaman Muka Air Tanah : 19 cm Kedalaman Perakaran : 40 cm
Lokasi : Depan Masjid Muhtadin
Pengamat/Regu : Kelompok 2
Jenis Vegetasi : Akasia dan Sawit
Tabel 3.1. Tabel Boring Tanah Mineral minggu ke 1.
– Pengeboran di tanah mineral (praktikum minggu ke 2)
Hari/Tgl/Thn : Kamis,17 November 2016
No
Jenis Tanah
M/G
Kedlmn
Lapisan Tekstur Struktur
Kematangan Tanah Warna Tanah Pirit Test Matrik Karatan 1 0-10 Lemung liat berpasir Granula r HR 7,5 YR 3
/
3 7,5 YR 5/
6 2.2 2 10-55 Lempung liat berdebu Masif NR 5 YR2,5/
2 10 R 3/
6 1.1 3 55-68 Lempung liat berdebu Masif HR 7,5 YR 2,5/
2 - 3.2 4 68-100 Liat berdebu Masif HR 7,5 YR 5/
1 - 3.2 5 100-120 Liat berdebu Masif NU 10 YR 3/
1 - 3.2Kedalaman Muka Air Tanah : 16,5 cm Kedalaman Perakaran : 72 cm
Lokasi : Belakang Faperta
Pengamat/Regu : Kelompok 2
Jenis Vegetasi : Rumput teki,rumput berdaun lebar dan pohon pisang,akasia
Kemiringa/Lereng : Datar No Jenis Tanah M/G Kedlmn
Lapisan Tekstur Struktur
Kema-tangan Tanah Warna Tanah Pirit Test Konsistensi Plastisitas Matrik Karata n L B 1 Minera l 0-16 Lempung berliat Granular halus R 2,5 YR 2,5/2 2,5 YR 4/8 1.1 SO Tdk plastis 2 Minera l 16-30 Lempung berdebu Masif NR 5 YR 7/3 5 YR 7/8 1.1 SS Agak plastis 3 Minera l 30-44 Lempung berdebu Masif HR 5 YR 3/2 10 YR 6/8 1.1 SS Agak plastis 4 Minera l 44-72 Liat berdebu Masif HR 7,5 YR 2,5/1 10 YR 5/8 2.2 SS Sangat plastis 5 Minera l 72-96 Lempung berpasir Masif NO 2,5 Y 2,5/1 - 3.2 S Sangat plastis 6 Minera l 96-120 Lempung liat berpasir Masif U 2,5 Y 3/1 - 2.2 VS Sangat plastis
Tabel 3.2. Tabel Boring Tanah Mineral minggu ke 2.
– Pengeboran di tanah organik (praktikum minggu ke 3)
Hari/Tgl/Thn : Kamis,24 November 2016
Kedalaman Muka Air Tanah : 41 cm
P.Lahan/Komoditas : Pakis
Lokasi : Belakang F.Ekonomi
Pengamat/Regu : Kelompok 2
Jenis Vegetasi : Pakis
No Jenis Tanah M/G
Kedlmn
Lapisan Kematangan Tanah
Warna Tanah Matrik 1 Histosols 0-27 S1 2,5 YR 2,5/2 2 Histosols 27-51 H1 7,5 YR 2,5/1 3 Histosols 51-77 H2 2,5 YR 2,5/2 4 Histosols 77-130 F2 2,5 YR 2,5/3
5 Histosols 130-150 F1 2,5 YR 2,5/2 Tabel 3.3. Tabel Boring Tanah Organik minggu ke 3.
B. PEMBAHASAN
– Pengeboran di tanah mineral (Praktikum minggu ke 1)
Pada praktikum pertama yang dilaksanakan di depan Masjid Muhtadin dengan vegetasi akasia dan sawit.Boring dilakukan dengan penggunaan kanopi tanaman sebagai indikator pelaksanaan boring yang tepat.Kedalaman muka air tanah adalah 19 cm.Tanah ini tegolong tanah yang masih muda (permulaan perkembangan tanah),memiliki tekstur yang didominasi lempung liat berpasir dan liat berdebu dengan struktur masif.Kelompok kami
mengklasifikasikan tanah mineral tersebut dalam : a. Ordo : Entisols
Pada lokasi ini terjadi pengendapan material baru dengan iklim tergolong relatif basah karena tergenang air,sehingga proses perombakan bahan induk menjadi lambat.
b. Sub Ordo : Aquents
Pada sub 0rdo terdapat ciri sebagai berikut: (1) Kondisi akuik dan bahan sulfidik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral. (2) Selalu jenuh air dan matriksnya tereduksi pada semua horizon di bawah kedalaman 25 cm dari permukaan tanah mineral.Hal ini dikuatkan dengan data kedalaman muka air tanah yaitu sebesar 19 cm.
c. Great Grup : Hydraquents
Aquents lain yang,pada seluruh horizon di antara kedalaman 20 cm dan 50 cm di bawah permukaan tanah mineral,mempunyai nilai – n sebesar lebih dari 0,7 dan mengandung liat sebesar 8 persen atau lebih pada fraksi tanah halus.Hal ini dikuatkan dengan data bahwa pada kedalaman lapisan 10-55 cm memiliki tingkat kematangan NR.
d. Sub Grup : Typic Hydraquents
Hydraquents yang lain.Artinya untuk saat ini tidak ada penciri yang dapat menggambarkan ciri-ciri yang sama pada tanah entisol tersebut.
– Pengeboran di tanah mineral (praktikum minggu ke 2)
Praktikum ke-2 dilaksanakan di Belakang Fakultas Pertanian pada tanah mineral dengan vegetasi rumput teki,rumput berdaun lebar dan pohon pisang serta akasia.Memiliki
kedalaman muka air tanah 16,5 cm.Kelompok kami mengklasifikasikan tanah mineral tersebut ke dalam:
a. Ordo : Inceptisol
Inceptisols merupakan tanah berkembang yang relatif masih muda namun lebih berkembang dari Entisols Umumnya mempunyai horison kambik.Horison kambik memiliki kondisi akuik di dalam kedalaman 50 cm dari permukaan tanah.
b. Sub Ordo : Aquepts
Pada lapisan di atas kontak densik,litik atau paralitik atau lapisan diantara kedalaman 40 cm dan 50 cm dari permukaan tanah mineral,mana saja yang lebih dangkal,memiliki kondisi akuik selama sebagian waktu pada tahun –tahun normal (atau telah didrainase).
Epipedon Histik:
Merupakan suatu horizon Ap yang apabila diaduk merata sampai kedalaman 25
cm,kandungan karbon organiknya (berdasarkan serat): 8+ (persentase liat dibagi 7,5) persen atau lebih,apabila fraksi mineral mengandung liat kurang dari 60%.Dari data hasil analisis pada bagian B 30-60 % liat = 54,23 % ; bagian B 30-60 % liat = 55,40 % (keduanya mengandung liat < 60 %).
c. Great Grup : Sulfaquepts
Aquepts yang mempunyai horizon sulfurik di dalam 50 cm dari permukaan tanah mineral. Sulfurik ( ketebalan >15 cm,mengandung asam sulfat,pH< 3,5.
d. Sub Grup : Hydraquentic Sulfaquepts
Memiliki struktur yang dominan adalah masif dan tingkat kematangan tanah rata-rata NR (agak matang,tanah sulit diremas).Dalam data terlihat pada kedalaman lapisan 16-30 cm dengan konsistensi basah ; plastisitas : agak plastis.
– Pengeboran di tanah organik (praktikum minggu ke 3)
Praktikum ke 3 dilaksanakan di belakang Fakultas Ekonomi pada tanah histosol dengan vegetasi pakis.Pengeboran dilakukan pada tanah histosol yang tidak terganggu dengan penampang kontrol,yaitu 130 cm (karena kematangan tanahnya adalah Sapris). Kedalaman muka air tanah setelah pengeboran adalah 41 cm.
Keda
Tanah jenis ini tergolong ke dalam: a. Ordo : Histosols
Tergolong histosols karena mengandung banyak bahan organik yang terbentuk dari
penumpukan jaringan tanaman yang sedang dalam proses maupun yang telah terdekomposisi serta penciri tampak jelas menunjukkan bahwa tanah ini adalah histosol atau lebih dikenal dengan tanah gambut.
b. Sub Ordo : Saprist
Histosols lain yang mempunyai bahan tanah saprik lebih tebal dibandingkan dengan bahan tanah organik yang lain.Pada bahan tanah organik bagian tier bawah,apabila tidak terdapat lapisan mineral yang kontinyu setebal 40 cm atau lebih,yang batas atasnya di dalam tier bawah.
c. Great Grup : Haplosaprists Saprists yang lain.
d. Sub Grup : Hemic Haplosaprist
Haplosaprists lain yang mempunyai satu lapisan atau lebih berbahan fibrik atau hemik dengan ketebalan total 25 cm atau lebih di bawah tier permukaan.
Sapri k 2 7 3 0 Keterangan : Penampang Kontrol 130 cm. 0-30 cm Tier Permukaan 30-90 cm Tier Bawah 90-130 Tier Dasar Hemi k 5 1 Hemi k 7 7 9 0 Fibrik 13 0
Padah Tier bawah dengan kedalaman 27-51 dan 51-77,keduanya merupakan lapisan hemik dengan ketebalan total > 25 cm (di bawah tier permukaan).
A. KESIMPULAN
– Pengklasifikasian tanah dalam praktikum Morfologi dan Klasifikasi Tanah ini merupakan klasifikasi alami,yaitu klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. – Pengeboran di tanah mineral (Praktikum minggu ke 1)
a. Ordo : Entisols b. Sub Ordo : Aquents c. Great Grup : Hydraquents d. Sub Grup : Typic Hydraquents
– Pengeboran di tanah mineral (praktikum minggu ke 2) a. Ordo : Inceptisol
b. Sub Ordo : Aquepts c. Great Grup : Sulfaquepts
d. Sub Grup : Hydraquentic Sulfaquepts
– Pengeboran di tanah organik (praktikum minggu ke 3) a. Ordo : Histosols
b. Sub Ordo : Saprist
c. Great Grup : Haplosaprists d. Sub Grup : Hemic Haplosaprist
B. SARAN
– Tanah adalah bagian yang terdapat pada kerak bumi yang tersusun atas mineral dan bahan organik.Tanah sebagai tubuh alam merupakan tempat beraktifitasnya sebagian makhluk hidup di daratan dan berbagai mikroorganisme maupun
makroorganisme.Oleh sebab itu setelah mengetahui pengklasifikasian tanah,maka diharapkan penggunaannya secara bijaksana dan arif guna menjaga kelestarian alam.
Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah Konsep dan Kenyataan. Yogyakarta: PT.Kanisius.
Soil Survey Staff,2014. Keys to Soil Taxonomy Twelfth Edition.United States Department of Agriculture Natural Resources Conservation Service.Washington D.C. US.
Website :
"Sistem Klasifikasi Tanah".HMIT IPB.21 Juli 2010.27 November
2016.Tersedia dari : http://hmit.lk.ipb.ac.id/2010/07/21/sistem-klasifikasi-tanah/
"12 Ordo Tanah".Swesty.20 Maret 2014.27 November 2016.Tersedia dari : http://swestycegibol.blogspot.co.id/2014/03/12-ordo-tanah.html