PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
43
TAHUN 2O2TTENTANG
PENYELESAIAN KETIDAKSESUAIAN TATA RUANG, KAWASAN HUTAN, IZIN, DAN/ATAU HAK ATAS TANAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang bahwa
untuk
melaksanakan ketentuan Pasal 17 angka 2Undang-Undang
Nomor
11Tahun
2O2Otentang
CiptaKerja,
perlu
menetapkan Peraturan Pemerintah tentangPenyelesaian
Ketidaksesuaian
Tata
Ruang,
KawasanHutan,
lzin,
danf atau Hak Atas Tanah;Mengingat
Pasal
5
ayat
(2\
Undang-UndangDasar
Negara Republik IndonesiaTahun
1945;Undang-Undang
Nomor
26
Tahun
2OO7 tentangPenataan
Ruang
(Lembaran
Negara
Republiklndonesia
Tahun
2OOTNomor
68,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725) sebagaimana telahdiubah
dengan Undang-UndangNomor
11
Tahun
2O2O
tentang
Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik IndonesiaTahun
2O2ONomor 245, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);
Undang-Undang
Nomor
11
Tahun
2O2O tentangCipta Kerja
(Lembaran NegaraRepublik
IndonesiaTahun
2O2ONomor
245,
Tambahan
[,embaran Negara Republik Indonesia Nomor 6573);1 2 a !)
SK
No 086197 A MEMUTUSKAN: .SALINAN
Menetapkan
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-MEMUTUSKAN:
PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENYELESAIAN KETIDAKSESUAIAN TATA RUANG, KAWASAN HUTAN, IZIN, DAN/ATAU HAK ATAS TANAH.
BAB I
KETENTUAN UMUM Pasal 1
Dalam Peraturan Pemerintah
ini
yang dimaksud dengan:1.
Batas
Daerah
adalah
batas
daerah
antarprovinsidan / atau antarkabupaten / kota.
2.
Tata
Ruangadalah
wujud
struktur
rllang
dan
pola ruang.3.
Tata
RuangLaut
adalahwujud struktur
ruang'laut
dan pola ruang laut.4.
RencanaTata
Ruang adalahhasil
perencanaan Tata Ruang.5.
Kawasan
Hutan
adalah wilayah tertentu
yangditetapkan
oleh
Pemerintah
pusat
untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai
hutan
tetap.6.
Izin
adalah keputusan pejabat pemerintahan
yangberwenang sebagai
wujud
persetujuan
atas permohonaninstansi
pemerintah, badan usaha, ataumasyarakat
sesuai
dengan
ketentuan
peraturanperundang-undangan.
7.
Perizinanterkait
Kegiatan yang Memanfaatkan RuangLaut
adalah
legalitasyang diberikan
kepada badanusaha
atau
masyarakat
untuk
memulai
danmenjalankan
usaha danlatau
kegiatannyadi
wilayah perairan pesisir dan laut.PRES IDEN
REPUBL.IK INDONESIA
-3-8.
Konsesi adalah keputusan pejabat pemerintahan yangberwenang sebagai
wujud
persetujuan
dari kesepakatanbadan
danfatau pejabat
pemerintahan dengan selain badandan/atau
pejabat pemerintahandalam pengelolaan
fasilitas umum
dan/atau
sumberdaya alam
dan
pengelolaanlainnya
sesuai
denganketentuan peraturan perundang-undangan.
9.
Hak
Atas
Tanah adalah
hak
yang
diperoleh
darihubungan
hukum
antara
pemegang
hak
dengantanah, yang
tidak
termasuk rulang
di
atas
tanahdan/atau
ruangdi
bawah tanah.10.
Hak
Pengelolaan adalahhak
menguasaidari
negarayang
kewenangan
pelaksanaannya
sebagiandilimpahkan kepada pemegang haknya.
1
1.
Keterlanjuran
adalahkondisi
di
mana
Izin,
Konsesi,Hak
Atas
Tanah,
dan/atau Hak
Pengelolaan yangditerbitkan
berdasarkan
ketentuan
peraturan perundang-undanganyang pada saat
itu
berlaku,namun
menjadi
tidak
sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku saat ini.12.
Pelanggaran adalah kondisi di mana Izin,Konsesi, HakAtas
Tanah,
dan/atau
Hak
Pengelolaan
yangditerbitkan tidak
sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan.
13.
Peta Rupabumi Indonesia adalah
peta
dasar
yang memberikan informasi yang mencakup wilayah darat,pantai, dan laut.
14.
PetaIndikatif
TumpangTindih
Pemanfaatan Ruangyang selanjutnya disingkat
PITTIadalah peta
hasilidentifikasi
Ketidaksesuaian
yang
ditetapkan
oleh Menteri.15.
Garis Pantai adalah pertemuan antara daratan denganlautan yang dipengaruhi oleh pasang
surut
air laut.16.
Masyarakat adalah
orang
perseorangan, kelompok orang, atau masyarakathukum
adat.SK
No 094725 APRE S IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-4-17.
Instansi
Pemerintah
adalah
lembaga
negara,kementerian, lembaga pemerintah
nonkementerian, lembaga, dan pemerintah daerah.18.
Badan Usaha adalah badanusaha
berbadanhukum
dan badan usahatidak
berbadan hukum.19.
Rencana
Tata
Ruang
Wilayah
yang
selanjutnyadisingkat RTRW adalah hasil perencanaan Tata Ruang
pada
wilayah
yang
merupakan kesatuan
geografisbeserta
segenap
unsur
terkait yang
batas , dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek administratif.20.
Rencana
Tata
Ruang Wilayah
Nasional
yangselanjutnya disingkat
RTRWNadalah
Rencana TataRuang
seluruh
wilayah
NegaraKesatuan
RepublikIndonesia yang
meliputi ruang
darat, rLlanglaut,
danruang udara,
termasuk
ruang
di
dalam
bumiberdasarkan peraturan perundang-undangan.
27.
Rencana
Tata
Ruang Wilayah
provinsi
yangselanjutnya disingkat
RTRWPadalah
Rencana Tata Ruang yang bersifat umumdari
wilayah provinsi yangmerupakan penjabaran
dari
RTRWNyang
memuattujuan,
kebijakan, strategi penataan ruang
wilayahprovinsi, rencana
struktur
ruang
wilayah
provinsi,rencana
pola ruang
wilayah provinsi,
penetapankawasan strategis
provinsi, arahan
pemanfaatanruang wilayah provinsi,
dan
arahan
pengendalian pemanfaatan ruang wilayah provinsi.22.
RencanaTata
RuangWilayah
Kabupate nlKota
yangselanjutnya disingkat
RTRWKadalah
Rencana TataRuang yang bersifat umum dari
wilayahkabupaten/kota
yang
merupakan penjabaran
dari RTRWPyang
memuat
tujuan,
kebijakan,
strategipenataan
ruang wilayah
kabupatenfkota,
rencanastruktur
ruang wilayah kabupatenf kota, rencana polaruang wilayah
kabupatenfkota,
penetapan kawasan strategis kabupatenf kota, arahan pemanfaatan ruangwilayah kabupatenf kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kabupate n I kota.
PRE S IDEN
REPUBT-lK ll'IDONESIA
-5-23.
Rencana Tata Ruang Kawasan Strategis Nasional yangselanjutnya
disingkat
RTR
KSN
adalah
hasilperencanaan
tata
ruang
wilayah
yang
penataan ruangnya diprioritaskan karena mempunyai pengaruhsangat
penting
secara nasional terhadap kedaulatan negara, pertahanandan
keamanan negara, ekonomi,sosial,
budaya,
dan/atau
lingkungan,
termasukwilayah yang telah ditetapkan sebagai warisan dunia.
24.
Rencana Tata Ruang Laut yang selanjutnya disingkatRTRL adalah
hasil dari
proses perencanaan
Tata Ruang Laut.25.
Rencana Zonasi Kawasan Strategis Nasional Tertentu yang selanjutnyadisingkat
RZ KSNT adalah rencana yang disusununtuk
menentukan arahan pemanfaatanruang
laut
di kawasan strategis nasional tertentu.26.
Rencana
Zonasi
Kawasan
Antarwilayah
yangselanjutnya
disingkat RZ
KAW adalah rencana yangdisusun
untuk
menentukan
arahan
pemanfaatan rLranglaut
di kawasan antarwilayah.27.
Rencana Zonasiwilayah
Pesisir danpulau-pulau
Kecil yang selanjutnya disingkat RZWP-3-K adalah rencana yang menentukan arah penggunaan sumber daya yangdisertai
dengan
penetapan
alokasi rlrang
,padakawasan
perencanaanyang memuat kegiatan
yangboieh dilakukan
dan tidak
boleh dilakukan
sertakegiatan
yang
hanya
dapat
dilakukan
setelah memperoleh Izin.28.
Ketidaksesuaian
adalah kondisi
tumpang
tindih
terkait
Batas Daerah, Rencana Tata Ruang, KawasanHutan,
Izin,
Konsesi,
Hak Atas
Tanah,
Hak Pengelolaan, Garis Pantai, RTRL, RZ KSNT, RZ KAW, RZWP-3-K, danf atau Pertzinanterkait
Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut.29.
Pulau-Pulau Kecil Terluar yang selanjutnya disingkatPPKT adalah pulau-pulau kecii yang memiiiki
titik-titik
dasar koordinat geografis yang menghubungkan garispangkal
laut
kepulauan sesuai
dengan
hukum
internasional dan nasional.
30.Menteri...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-6-30.
Menteri adalah menteri
yang
menyelenggarakankoordinasi, sinkronisasi,
dan
pengendalian urusankementerian dalam penyelenggaraan pemerintahan di
bidang perekonomian.
BAB II
RUANG LINGKUP Pasal 2
Peraturan
Pemerintah
ini
mengatur
penyelesaianKetidaksesuaian
Tata
Ruang,
Kawasan
Hutan,
Izin,Konsesi, Hak Atas Tanah, dan/atau Hak pengelolaan, yang
terjadi dengan atau di dalam:
a.
Batas Daerah;b.
Kawasan Hutan;c.
RTRW;d.
Izin;e.
Konsesi;f.
Hak Atas Tanah dan/atau Hak pengelolaan;g.
Garis Pantai;h.
RTRL,RZ
KSNT,
RZ
KAW,
dan/atau
RZWp-3-K;dan/atau
i.
Perizinan terkait Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut.Pasal 3
Ruang lingkup Peraturan Pemerintah
ini
meliputia.
penyelesaian Batas Daerah:b c d e PRE S IDEN REPUBLIK INDONESIA
-7
penyelesaian
Ketidaksesuaian
RTRWP,
RTRWK,Kawasan
Hutan, Izin,
Konsesi,Hak Atas
Tanah,dan/atau Hak Pengelolaan;
penyelesaian Ketidaksesuaian
Garis pantai
dengan Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan/atau perizinan terkait Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut; penyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRL, RZ KSNT, RZ KAW, danf atau RZWP-3-K dengan perizinan terkaitKegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut; dan
kelembagaan
dan tata kelola
penyelesaianKetidaksesuaian
Tata
Ruang, KawasanHutan,
Izin, Konsesi, Hak Atas Tanah, dan/atau Hak pengeloiaan.BAB III
PENYELESAIAN BATAS DAERAH
Bagian Kesatu Umum
Pasal 4
Penyelesaian Batas Daerah terdiri atas:
a.
percepatan penyelesaian Batas Daerah; danb.
penyelesaian Ketidaksesuaianantara Batas
Daerah dengan RTRWP dan/atau RTRWK.Bagian Kedua
Percepatan Penyelesaian Batas Daerah
Pasal 5
(1)
Batas Daerah yang berlaku dan telah ditetapkan dalamperaturan menteri
yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan
dalam negeri menjadi
acuanpenyele saian Ketidaksesuaian.
(2)Dalam...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-8-(2)
Dalam
hal
Batas Daerah
belum
ditetapkan
dalamperaturan
menteri
sebagaimana
dimaksud
padaayat (1),
menteri
yang
menyelenggarakan urusanpemerintahan
dalam negeri bersama
denganpemerintah daerah
melaksanakan
percepatan penyelesaian penegasan Batas Daerah.(3)
Dalam
hal
terdapat Batas Daerah yang
akan
ataudalam
proses
revisi,
dilakukan
pembahasan percepatan penyelesaian penegasan Batas Daerah oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri bersama pemerintah daerah.(4)
Hasil
dari
pembahasan percepatan
penyelesaian penegasan Batas Daerah sebagaimana dimaksud padaayat (2)
dan ayat
(3),dituangkan dalam berita
acara kesepakatan yang ditandatangani oleh para pihak.(5)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandalam negeri menetapkan Batas Daerah berdasarkan berita acara kesepakatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dalam peraturan menteri paling lama
5
(lima)bulan
terhitung sejak
Peraturan
Pemerintah ini
berlaku.(6)
Dalam
hal
pemerintah
daerah
tidak
bersepakatterhadap
Batas
Daerahyang telah dibahas
bersama menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahandalam
negeri dalam
jangka
waktu
sebagaimanadimaksud
pada ayat (5), menteri
yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan dalam negeri berwenang memutuskandan
menetapkan penegasan Batas Daerah paling lama 1 (satu) bulan.PRESIDEN
REPUBLIK INDONESIA
-9-Bagian Ketiga
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara Batas Daerah dengan RTRWP
dan/atau
RTRWKBAB IV
PENYELESAIAN KETIDAKSESUAIAN RTRWP, RTRWK, KAWASAN HUTAN,IZIN, KONSESI, HAK ATAS TANAH,
DAN/ATAU HAK PENGELOLAAN Pasal 6
(1)
Dalam hal Batas Daerah telah ditetapkan sebagaimanadimaksud
dalam
Pasal
5, namun
terdapatKetidaksesuaian
dengan
RTRWPdan/atau
RTRWK,dilakukan revisi terhadap
RTRWPdan/atau
RTRWKuntuk
disesuaikan denganBatas
Daerahyang
telah ditetapkan.(2)
Revisi
RTRWP
dan/atau
RTRWK
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1) dilakukan oleh
pemerintahdaerah
sejak
Ketidaksesuaian RTRWP dan/atau
RTRWK dengan Batas Daerah ditetapkan oleh Menteri.Bagian Kesatu Umum Pasal 7
Penyelesaian Ketidaksesuaian RTRWP, RTRWK, Kawasan
Hutan,
Izin,
Konsesi,
Hak
Atas Tanah,
danfatau
Hak Pengelolaanterdiri
atas:a.
penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
RTRWPdan/atau
RTRWK dengan Kawasan Hutan;b.
penyelesaian Ketidaksesuaianantara
RTRWp dengan RTRWK;c.
penyelesaian Ketidaksesuaianlzin,
Konsesi, Hak AtasTanah,
dan/atau
Hak Pengelolaandi
dalam KawasanHutan dalam Keterlanjuran;
d.penyelesaian...
PRESlDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-10-penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
lzin,
Konsesi,dan/atau Hak
Atas Tanah dengan RTRWPdan/atau
RTRWK dalam Keterlanjuran;penyelesaian Ketidaksesuaian
lzin,
Konsesi, Hak AtasTanah,
dan/atau
Hak Pengelolaandi
dalam KawasanHutan dalam Pelanggaran; dan
penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
lzin,
Konsesi,Hak
Atas Tanah,dan/atau Hak
Pengelolaan denganRTRWP
dan/atau
RTRWK dalam Pelanggaran. Bagian KeduaPenyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRWP
dan/atau
RTRWK dengan Kawasan HutanPasal 8
(1)
Penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
RTRWPdan/atau
RTRWK dengan Kawasan Hutan:a.
dalamhal
KawasanHutan
ditetapkan lebih'awaldari
RTRWPdan/atau
RTRWK,dilakukan
revisi RTRWPdan/atau
RTRWK dengan mengacu pada Kawasan Hutan yang ditetapkanterakhir;
danb.
dalam
hal
RTRWPdanlatau
RTRWK ditetapkanlebih awal
dari
KawasanHutan, dilakukan
tata batasdan pengukuhan
KawasanHutan
dengan memperhatikan RTRWPdan/atau
RTRWK.(2)
Penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
RTRWPdan/
atau
RTRWK
dengan
Kawasan
Hutansebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1) huruf
adilakukan
dengan tahapan:a.
revisi
RTRWPdilakukan
sejak
Ketidaksesuaian antara RTRWP dengan Kawasan Hutan ditetapkanoleh Menteri; dan
b.
revisi
RTRWKdilakukan
dengan mengacu padarevisi
RTRWP sebagaimana
dimaksud
padahuruf
a.(3)
Penyelesaian...
de
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-
11-(3)
Penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
RTRWPdan/atau
RTRWK
dengan
Kawasan
Hutansebagaimana
dimaksud
pada ayat
(1)
huruf
bdilakukan
dengan pengukuhan Kawasan Hutan, oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi
bidang
kehutanan
dalam
jangka
waktupaling
lama 18
(delapan
belas)
bulan
sejakKetidaksesuaian
antara
RTRWPdan/atau
RTRWK dengan Kawasan Hutan ditetapkan oleh Menteri.Bagian Ketiga
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara
RTRWP dengan RTRWK Pasal 9
(1)
Penyelesaian Ketidaksesuaianantara
RTRWP dengan RTRWKdilakukan
melalui tahapan:a.
revisi
RTRWPdilakukan
dan
ditetapkan
palinglama 18
(delapan
belas) bulan
sejakKetidaksesuaian
antara
RTRWP dengan RTRWKditetapkan oleh Menteri; dan
b.
revisi
RTRWKdilakukan
secara serentakuntuk
seluruh kabupaten I kotadalam satu provinsi yangditetapkan paling lama 1
(satu)tahun
terhitungsejak revisi RTRWP sebagaimana dimaksud pada
huruf
a ditetapkan.(2)
Dalam hal revisi RTRWP sebagaimana dimaksud padaayat
(1)huruf
a
telah ditetapkan,
RTRWP dimaksudmenjadi acuan dalam proses revisi RTRWK.
(3)
Revisi
RTRWPdan
RTRWK sebagaimana dimaksudpada ayat (1) menggunakan Peta Rupabumi Indonesia
termutakhir
yang telah ditetapkan oleh kepala badanyang melaksanakan tugas pemerintahan
di
bidanginformasi geospasial.
Pasal
10.
. .PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-72-Pasal 10
(1)
Pemerintah
daerah
melaksanakan
penyelesaianKetidaksesuaian
antara
RTRWP
dengan
RTRWK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9.(2)
Pada
saat revisi
RTRWP
dan revisi
RTRWK sebagaimana dimaksud dalam Pasal9
ayat (1), segala macam proses penerbitanlzin dan/atau
Konsesi barudihentikan
sementara padawilayah yang
mengalamiKetidaksesuaian
sampai dengan
revisi
RTRWP dan revisi RTRWK ditetapkan.(3)
Penghentian sementara
proses
penerbitan
lzindan/atau
Konsesibaru
sebagaimanadimaksud
pada ayat (2) dikecualikanuntuk
proyekdan/atau
program nasional yang bersifat strategis.(4)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi
bidang agrarialpertanahan dan tata ruang, menteriyang menyelenggarakan
urusan
pemerintahan dalamnegeri,
dan/atau
menteri
yang
menyelenggarakanurusan
pemerintahan
di
bidang kelautan
danperikanan
dapat
memfasilitasi pemerintah
daerahdalam
penyelesaian Ketidaksesuaianantara
RTRWPdengan RTRWK sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Bagian Keempat
Penyelesaian Ketidaksesuai an
lzin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau
Hak Pengelolaandi dalam Kawasan Hutan dalam Keterlanjuran
Pasal 1 1
(1)
Penyelesaian Ketidaksesuaianlzin atau Konsesi dalamKeterlanjuran yang
telah dikuasai dan
dimanfaatkandi
dalam KawasanHutan
sebelum kawasan tersebutditunjuk
sebagai KawasanHutan, diiakukan
denganperubahan
peruntukan
KawasanHutan,
perubahanfungsi
Kawasan
Hutan, dan/atau
penggunaan Kawasan Hutan, dan terhadaplzin
atau Konsesi tetapberlaku
hingga
jangka
waktunya
berakhir
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.PRES lDEN
REPUBLIK INDONESIA
-13-(2)
PenyelesaianKetidaksesuaian
dalam
Keterlanjuran terhadap Hak Atas Tanahdan/atau Hak
Pengelolaanyang
telah
dikuasai
dan
dimanfaatkan
di
dalamKawasan
Hutan
sebelum
ditunjuknya
atauditetapkannya kawasan
tersebut
sebagai
KawasanHutan,
dilakukan
dengan mengeluarkan bidang tanahdari
Kawasan
Hutan
melalui
perubahan
batas Kawasan Hutan.(3)
Penyelesaianterhadap
penguasaan
tanah
berupapermukiman, fasilitas sosial, fasilitas
umum,
lahangarapan,
kebun
ralqrat,
lahan
transmigrasi, hutan
adat, atau tanah
ulayat yang
telah
dikuasai
dandimanfaatkan
secarafisik
denganiktikad baik
olehMasyarakat
di
dalam KawasanHutan
selama jangkawaktu
paling singkat
20
(dua
puluh)
tahun
secaraterus
menerus,
penguasaantanah
dimaksud tidak
dipermasalahkan oleh
pihak lainnya, dan dibuktikan
dengan
historis
penguasaan
dan
pemanfaatannya,diselesaikan
oleh
menteri
yang
menyelenggarakanurusan
pemerintahan
di
bidang kehutanan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(4)
Dalam hal Hak Atas Tanahdan/atau
Hak Pengelolaantelah
dilakukan
perubahan
batas
Kawasan
Hutansebagaimana dimaksud
pada
ayat (2) dengan sengajatidak
diusahakan,
tidak
dipergunakan,
tidak
dimanfaatkan,
atau
tidak
dipelihara dalam
jangkawaktu paling singkat
2
(dua)tahun
sejak dilepaskandari
KawasanHutan, ditetapkan
sebagai objek tanahtelantar
oleh menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi
bidang
agrarialpertanahandan
tata ruang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.(5)
Penyelesaian Ketidaksesuaianlzin,
Konsesi, Hak AtasTanah,
dan/atau Hak
Pengelolaandi
dalam KawasanHutan
dalam Keterlanjuran
sebagaimana dimaksudpada ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) dilaksanakan paling
lambat
3
(tiga)
tahun
sejak berlakunya
peraturanPemerintah ini.
Bagian . . .
SK
No 094735 APRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-14-Bagian Kelima
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara
lzin,
Konsesi, danlatau
Hak Atas Tanah dengan RTRWPdan/atau
RTRWK dalam Keterlanjuran
Pasal 12
(1)
Penyelesaian Ketidaksesuaianantara
lzin,
Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanahmilik
Instansi
Pemerintah,Badan Usaha,
dan/atau
Masyarakat dengan RTRWPdan/atau
RTRWK
dalam
Keterlanjuran
dilakukandengan cara:
a.
dalam
hal
Instansi Pemerintah, Badan
Usaha,dan/atau
Masyarakat
belum
mengusahakan, menggunakan, atau memanfaatkan Izin, Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanah
secaraefektif
makaterhadap
lzin
dan/atau
Konsesi
dilakukanpengurangan,
penciutan,
atau
pencabutanwilayah kerja
lzin
atau Konsesi yangtidak
sesuaiRTRWP
dan/atau
RTRWK, dan terhadap Hak AtasTanah dilakukan
penyesuaian
pemanfaatantanah dengan RTRWP
dan/atau
RTRWK;b.
dalam
hal
Instansi Pemerintah, Badan
Usaha,dan/atau
Masyarakat
telah
mengusahakan, menggunakan, atau memanfaatkan Izin, Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanah secara efektif dantidak
melampaui
daya
dukung
dan
daya
tampunglingkungan hidup maka
lzin,
Konsesi, danlatau
Hak
Atas
Tanah
tetap berlaku
hingga
jangkawaktu
berlakunya
berakhir dan
dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan;
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-15-dalam
hal
Instansi Pemerintah, Badan
Usaha,dan/atau
Masyarakat
telah
mengusahakan, menggunakan, atau memanfaatkan Izin, Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanah secara efektif, namunaktivitas Instansi
Pemerintah,
Badan
Usaha, danfatau
Masyarakatmelampaui daya
dukungdan daya tampung lingkungan
hidup,
maka:terhadap
lzin atau
Konsesi
dilakukan
pengurangan
atau penciutan wilayah
kerjaIzin
atau Konsesi yangtidak
sesuai RTRWPdan/atau
RTRWK; dan/ atauterhadap
Hak Atas
Tanah,
dilakukan
penyesuaian
pemanfaatan
tanah
denganRTRWP
dan/atau
RTRWK.d.
dalam
hal
Instansi Pemerintah, Badan
Usaha,dan/atau
Masyarakat
dengan
sengaja
tidakmengusahakan, menggunakan,
atau memanfaatkan tanahnya secara efektif atautidak
melakukan kegiatan
usaha
padatanah
tersebut sesuai dengan rencana kerja yang telah disetujui pemberilzin
atau
Konsesi dalamjangka
waktu paling singkat 2 (dua)tahun
sejakpenerbitait
in
atau
Konsesi,
dilakukan
penetapan
kawasandan/atau
tanah
telantar
oleh
menteri
yangmenyelenggarakan
urusan
pemerintahan
di bidang agrarialpertanahan dan tata ruang sesuaidengan
ketentuan
peraturan
perundang-undangan.(2)
Penyelesaian Ketidaksesuaian beberapalzin,
Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanahmilik
Instansi
Pemerintah, Badan Usaha,dan/atau
Masyarakat terhadap RTRWPdan/atau
RTRWK
dalam
Keterlanjuran dilakukan
dengan cara: c 1 2SK
No 094737 A a. Terhadapa
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t6-Terhadap lzin,Konsesi, dan latau Hak Atas TAnah yang terbit lebih awal
darilzin,
Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanah lainnya di lahan yang sama:1.
dalamhal
pengusahaan, penggunaan, atau pemanfaatanIzin,
Konsesi,
dan/atau
HakAtas
Tanah
yang
terbit
lebih awal
tidak
melampaui daya
dukung
dan daya tampunglingkungan
hidup
maka
lzin,
Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanah dimaksud
tetapberlaku
hingga
jangka
waktu
berlakunyaberakhir
dan
dapat
diperpanjang
sesuaidengan ketentuan
perundang-undangan; atau2.
dalam
hal
pengusahaan, penggunaan, ataupemanfaatan
lzin,
Konsesi,
dan/atau
Hak Atas Tanah yangterbit
lebih awal melampaui dayadukung
dan daya tampung lingkunganhidup
maka
lzin,
Konsesi,
dan/atau
Hak Atas Tanah dimaksud dilakukan:a)
pengurangan
atau
penciutan
wilayahkerja
lzin
atau Konsesi; ataub)
penyesuaian pemanfaatan
tanah dengan RTRWPdan/atau
RTRWK.Terhadap lzin,Konsesi, dan latau Hak Atas Tanah
yang
terbit
lebih
akhir
dari lzin,
Konsesi,dan/atau
Hak Atas Tanah lainnyadi
lahan yang sama, dilakukan:1.
penguranganatau penciutan wilayah
kerjaIzin
danlatau
Konsesi seluaswilayah
yangterjadi Ketidaksesuaian; dan
2.
pembatalan Hak Atas Tanah yangterbit
lebihakhir seluas wilayah yang
terjadi Ketidaksesuaianatau
dengan
musyawarahmufakat antar
pemegangHak Atas
Tanah,dalam
hal
musyawarah
mufakat
tidak
tercapai
maka
menggunakan
putusan pengadilanyang telah berkekuatan hukum
tetap
sebagai dasarmelakukan
pembatalanHak Atas Tanah seluas wilayah yang terjadi
Ketidaksesuaian.
c.Selain...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-t7-c. Selain
penyelesaian
Ketidaksesuaian sebagaimanadimaksud pada
huruf
b,
penerbitIzin atau
Konsesi
dapat
mengupayakanmekanisme penyelesaian
melalui
pen5rusunanperjanjian
pemanfaatanlahan
bersama
antara beberapa pemeganglzin
atau
Konsesi
denganmempertimbangkan
nilai manfaat
dankeekonomian
dan
pelaksanannya dilakukan
sesuai dengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan.(3)
Penyelesaian Ketidaksesuaianlzin,
Konsesi, danf atauHak
Atas Tanah dengan
RTRWPdan/atau
RTRWK sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
dan
ayat
(21diselesaikan
paling
lama
3
(tiga)
tahun
sejakberlakunya Peraturan Pemerintah
ini.
'(4)
Penyelesaian Ketidaksesuaian sebagaimana dimaksud padaayat
(1)dan
ayat (2) dilaksanakan oleh menteriyang
menyelenggarakanurusan
pemerintahan
dibidang agrarialpertanahan
dan
tata
ruang
dengan menteri terkait.Bagian Keenam
Penyelesaian Ketidaksesuai an
lzin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau
Hak Pengelolaandi
dalamKawasan Hutan dalam Pelanggaran
Pasal 13
Penyelesaian
Ketidaksesuaian
lzin,
Konsesi,
Hak
AtasTanah,
dan/atau
Hak
Pengelolaan
milik
InstansiPemerintah,
Badan Usaha,
atau
Masyarakat
di
dalam KawasanHutan
dalam Pelanggarandilakukan
pengenaansanksi administratif
sesuai denganketentuan
peraturanperundang-undangan
di
bidang kehutanan.SK
No 094739 APRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-18-Bagian Ketujuh
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara
lzin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau
Hak Pengelolaan dengan RTRWPdan/atau
RTRWK dalam Pelanggaran Pasal 14Penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
lzin,
Konsesi, HakAtas
Tanah,
dan/atau
Hak
Pengelolaanmilik
InstansiPemerintah,
Badan
Usaha,
atau
Masyarakat
dengan RTRWPdan/atau
RTRWKdalam
Pelanggaran, dilakukanpengenaan
sanksi administratif
sesuai dengan ketentuanperaturan perundang-undangan di bidang Tata Ruang.
BAB V
PENYELESAIAN KETIDAKSESUAIAN GARIS PANTAI DENGAN HAK ATAS
TANAH, HAK PENGELOLAAN, DAN/ATAU PERIZINAN TERKAIT KEGIATAN YANG MEMANFAATKAN RUANG LAUT
Pasal 15
(1)
Penyelesaian KetidaksesuaianGaris
Pantai
dengan Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan,dan/atau
Perizinanterkait
Kegiatan
yang
Memanfaatkan
Ruang
Lautmengacu pada
unsur
Garis Pantai yang termuat dalam Peta Rupabumi Indonesia yang ditetapkan oleh kepalabadan
yang
melaksanakan
tugas
pemerintahan
dibidang informasi geospasial.
l2l
Titik
dasar dan garis pangkaldi
PPKT menjadi acuandalam penentuan Garis Pantai yang termuat
dalam Peta Rupabumi Indonesia yang ditetapkan oleh kepalabadan
yang
melaksanakan
tugas
pemerintahan
dibidang informasi geospasial.
(3)
Dalam
hal
terjadi dinamika
perubahanGaris
Pantaiyang mengakibatkan ketidaksesuaian
titik
dasar dan garis pangkal di PPKT dengan Garis Pantai dalam PetaRupabumi Indonesia,
titik
dasar dan garis pangkal diPPKT tetap
diakui
dan berlaku.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-19-(4)
Dalam
hal
terjadi
Ketidaksesuaian
sebagaimana dimaksud pada ayat (3), pemerintah wajib memulihkan kondisifisik
lahan menjadi daratandi
PPKT.Pasal 16
(1)
Hak
Atas Tanah
dan/atau
Hak
Pengelolaan yangberada
di
wilayah
laut
akibat
dinamika
perubahanGaris Pantai,
sebelum ditetapkannya
unsur
Garis Pantai dalam Peta Rupabumi Indonesia yang pertamakali
ditetapkan oleh kepala badan yang melaksanakantugas pemerintahan
di
bidang informasi
geospasialmaka
Hak
Atas Tanah
danfatau
Hak
Pengelolaandimaksud tetap diakui.
(2)
Pengakuan terhadapHak Atas Tanah
dan/atau
HakPengelolaan sebagaimana
dimaksud
pada
ayat
(1)dilakukan
dengantahapan identifikasi,
inventarisasi,dan
pengkajian yang dilaksanakan oleh menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan
di
bidangagranalpertanahan dan
tata
ruang,dan
menteri yang menyelenggarakanurusan
pemerintahan
di
bidangkelautan
dan
perikanan,
serta
melibatkan
Instansi Pemerintahterkait
sejak Ketidaksesuaian antara GarisPantai
dengan
Hak
Atas Tanah dan/atau
Hak Pengelolaan ditetapkan oleh Menteri.(3)
Hasil
identifikasi,
inventarisasi,
dan
pengkajiansebagaimana
dimaksud
pada ayat (2)
digunakansebagai dasar pengakuan
Hak Atas Tanah dan/atau
Hak Pengelolaan.
(41 Dalam
hal
hasil
identifikasi,
inventarisasi,
danpengkajian
sebagaimanadimaksud
pada
ayat
(3), bidang tanahtidak
dapat diidentif,rkasi sehinggatidak
dapat
difungsikan, digunakan,
dan
dimanfaatkan sebagaimanamestinya,
dinyatakan
sebagai
tanahmusnah
dan Hak
Atas
Tanah dan/atau
Hak Pengelolaan dinyatakan hapus.SK
No 094741 APRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-20-Pasal 17
(1)
Hak Atas Tanah yangditerbitkan
di
wilayah perairansebelum berlakunya
Peraturan
Pemerintah
ini
dinyatakan tetap berlaku.
(2)
PemegangHak
Atas Tanah
sebagaimana dimaksudpada
ayat
(1)
wajib
memberikan
rlrang
dan
akses kepada nelayan, pembudi daya ikan, petambak garam, dan keselamatan pelayaran.(3)
Hak
Atas Tanah dapatdiberikan
kepada Masyarakatyang
telah
memanfaatkan
di
wilayah
perairanberdasarkan perizinan
yang
diterbitkan
olehkementerian
yang
menyelenggarakan
urusanpemerintahan
di
bidang kelautan
dan
perikanansesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.Pasal 18
(1)
Instansi
Pemerintah, Badan Usaha,atau
Masyarakat yang melaksanakan kegiatan reklamasi:a.
sebelum ditetapkannya
RTRWN,
RTR
KSN,RTRWP, RTRWK,
RTRL,
RZ
KSNT,
RZ
KAW, RZWP-3-K,dan peraturan
perundang-undangandi bidang reklamasi;
b.
belum memilikiIzin
reklamasi; danc.
belum
memiliki Hak Atas Tanah danlatau
Hak Pengelolaan,wajib
mengajukan permohonan perizinan
reklamasidalam
jangka waktu paling
lama
1
(satu)
tahunterhitung
sejak berlakunya Peraturan Pemerintah ini.(2)
Perizinan
reklamasi
sebagaimanadimaksud
padaayat
(1)
diatur
sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan.
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2t-(3)
Dalam
hal
Instansi
Pemerintah,Badan
Usaha, atauMasyarakat
tidak
mengajukan permohonan perizinan reklamasi sebagaimana dimaksud ayat (1), tanah hasilreklamasi
ditetapkan
sebagaitanah yang
langsungdikuasai oleh negara.
(4)
Penguasaan,
pemilikan,
peffianfaatan,
dan penggunaan tanah hasil reklamasidiatur
oleh menteriyang
menyelenggarakanurusan
pemerintahan
di bidang agrarialpertanahan dan tata ruang.(5)
Dalam hal RTRWN, RTR KSN, RTRWP, RTRWK, RTRL,RZ
KSNT,
RZ
KAW,
RZWP-3-K,
dan
peraturanperundang-undangan
di
bidang
reklamasi
telahditetapkan,
namun
pelaksana
reklamasi
tidakmemiliki izin
reklamasi, pelaksana reklamasi dikenaisanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
dan
selanjutnya
tanah
hasil
reklamasiditetapkan sebagai tanah yang dikuasai langsung oleh negara.
BAB VI
PENYELESAIAN KETIDAKSESUAIAN ANTARA RTRL, RZ KSNT, RZ KAW, DAN/ATAU RZWP-3-K DENGAN PERIZINAN TERKAIT
KEGIATAN YANG MEMANFAATKAN RUANG LAUT Bagian Kesatu
Umum Pasal 19
Penyelesaian Ketidaksesuaian
antara
RTRL,
RZ
KSNT,RZ KAW,
dan/atau
RZWP-3-Kdengan Perizinan terkait
Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut:a.
penyelesaian Ketidaksesuaianantara
RTRWP dengan RZWP-3-K; danb.
penyelesaian...
b
PRES lDEN
REPUBLIK TNDONESIA
-22-penyelesaian Ketidaksesuaian antara P erizinan
terkait
Kegiatan
yang
Memanfaatkan Ruang
Laut
dengan RTRL, RZ KSNT, RZ KAW, danf atau RZWP-3-K.Pasal 20
(1)
Penyelesaian Ketidaksesuaianantara
RTRWP dengan RZWP-3-Kdilakukan melalui
revisi
RTRWP dengan mengintegrasikan RZWP-3 -K.(2)
Revisi
sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)
mulaidilaksanakan
sejak
Ketidaksesuaianantara
RTRWPdengan RZWP-3-K ditetapkan oleh Menteri.
(3)
Revisi RTRWP sebagaimanadimaksud pada
ayat
(1)menggunakan Peta Rupabumi Indonesia
termutakhir
yang telah
ditetapkan
oleh
kepala badan
yang melaksanakan tugas pemerintahan di bidang informasigeospasial.
Pasal 2 1
(1)
Revisi RTRWP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20ayat (1)
dilakukan
oleh pemerintah daerah.(2)
Revisi RTRWP sebagaimanadimaksud pada ayat
(1)ditetapkan dalam
jangka
waktu
paling
lama
18 (delapan belas)bulan terhitung
sejak Ketidaksesuaianantara
RTRWPdengan
RZWP-3-Kditetapkan
oleh Menteri.(3)
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi
bidang
agraria fpertanahan
dan
tata
ruang
serta menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahandi
bidang kelautan dan perikanan dapat memfasilitasi pemerintah daerah dalam melakukan revisi RTRWP.Bagian Kedua
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRWP dengan RZWP-3-K
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-23-Bagian Ketiga
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara Perizinan
terkait
Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Laut dengan RTRL,RZ KSNT, RZ KAW, danf atau RZWP-3-K
Pasal 22
(1)
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara Perizinanterkait
Kegiatan
yang
Memanfaatkan Ruang
Laut
dengan RTRL, RZ KSNT, RZ KAW, danf atau RZWP-3-K dalamKeterlanjuran,
dilakukan
dengan cara:a.
dalam
hal
Perizinan
terkait
Kegiatan
yangMemanfaatkan
Ruang
Laut
telah
diterbitkan
sebelum ditetapkannya RTRL, RZ KSNT, RZ K.AW,danf
atau
RZWP-3-Kmaka
terhadap
Perizinanterkait
Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Lautyang
sesuai dengan RTRL,RZ
KSNT,RZ
KAW,dan/atau
RZWP-3-K tetap berlaku hingga jangkawaktu
berlakunya
berakhir dan
dapat diperpanjang sesuai dengan ketentuan peraturanperundang-undangan; atau
b.
dalam
hal
Perizinan
terkait
Kegiatan
yangMemanfaatkan
Ruang
Laut
telah
diterbitkan
sebelum ditetapkannya RTRL, RZ KSNT, RZ KAW,dan/atau
RZWP-3-Kmaka
terhadap
Perizinanterkait
Kegiatan yang Memanfaatkan Ruang Lautyang
tidak
sesuai dengan
RTRL,
RZ
KSNT,RZ
KAW,
dan/atau
RZWP-3-Ktetap
berlakuhingga jangka
waktu
berlakunya berakhir.(2)
Penyelesaian Ketidaksesuaian antara Perizinanterkait
Kegiatan
yang
Memanfaatkan Ruang
Laut
dengan RTRL, RZ KSNT, RZ KAW, danf atau RZWP-3-K dalamPelanggaran,
dilakukan
pengenaan
sanksiadministratif sesuai dengan ketentuan
peraturanperundang-undangan di bidang kelautan.
BABVII
...
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-24-BAB VII
KELEMBAGAAN DAN TATA KELOLA PENYELESAIAN
KETIDAKSESUAIAN TATA RUANG, KAWASAN HUTAN , TZIN, KONSESI; HAK ATAS TANAH, DAN/ATAU HAK PENGELOLAAN
Pasal 23
(1)
Penyelesaian KetidaksesuaianTata Ruang,
KawasanHutan, Izin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau
HakPengelolaan
dilakukan
oleh
tim
koordinasi
yangdiketuai oleh Menteri.
(2)
Ketentuan
lebih
lanjut
mengenai
tim
koordinasisebagaimana
dimaksud pada ayat
(1)diatur
dengan Peraturan Presiden.BAB VIII
PENYUSUNAN, PEMUTAKHIRAN, DAN PENETAPAN PITTI
Pasal24
(1)
KetidaksesuaianTata Ruang,
KawasanHutan,
Izin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau Hak
Pengelolaandituangkan dalam PITTI.
(2)
PITTI sebagaimanadimaksud pada ayat
(1) disusundan ditetapkan oleh Menteri.
(3)
Dalam rangka penyusunandan pemutakhiran
PITTI,Instansi
Pemerintah
wajib
menyampaikan
datapembentuk PITTI kepada Menteri paling
lama
3
(tiga)bulan terhitung sejak
Peraturan
Pemerintah ini
berlaku.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-25-(+)
Data pembentuk
PITTI sebagaimanayang
dimaksudpada
ayat
(3)
dalam
bentuk produk
hukum
danlampiran peta yang
memenuhi
standar
ketentuan teknis sesuai dengan ketentuan peraturan perurndang-undangan.(5)
KetidaksesuaianTata Ruang,
KawasanHutan,
Izin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau Hak
Pengelolaanyang dituangkan dalam PITTI sebagaimana dimaksud
pada
ayat (1)
menjadi dasar
dalam
penyelesaian Ketidaksesuaian sebagaimanadiatur
dalam Peraturan Pemerintah ini.(6)
Menteri menyampaikan Ketidaksesuaian Tata Ruang,Kawasan
Hutan,
Izin,
Konsesi,
Hak
Atas
Tanah,dan/atau
Hak
Pengelolaanpertama
kali
kepadamenteri,
kepala
lembaga,
gubernur,
dan/atau
bupati/wali
kota
paling lama
9
(sembilan)
Qulanterhitung
sejak Peraturan Pemerintahini
berlaku.(7)
Dalam
hal
Ketidaksesuaianbelum termuat
dalam PITTI sebagaimanadimaksud pada
ayat (21, menteri, kepala lembaga, gubernur,bupati/wali
kota,dan/atau
Masyarakat
yang
dikoordinasikan
oleh
bupati/wali
kota,
dapat
mengajukan permohonan
penyelesaianKetidaksesuaian
Tata Ruang,
KawasanHutan, Izin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau Hak
Pengelolaankepada Menteri
yang
dilengkapi
dengan
datapendukung dan lampiran peta.
(8)
Pemutakhiran
PITTI
sebagaimanadimaksud
pada ayat (3) ditetapkan oleh Menteri.(9)
PemutakhiranPRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-26-(9)
Pemutakhiran
dan
penetapan
PIT'II
sebagaimanadimaksud
padaayat
(8)dilakukan
setiaptahun
oleh Menteri.(10) Tata cara pen).Ltsunan, pemutakhiran, dan penetapan PITTI
diatur
lebihlanjut
dengan Peraturan Menteri.BAB IX
KETENTUAN LAIN-LAIN Pasal 25
Menteri, kepala lembaga,
gubernur, dan bupati/wali
kotawajib
menyelesaikan hambatan
dan
permasalahan
dibidangnya
dalam rangka
penyelesaian KetidaksesuaianTata
Ruang, Kawasan
Hutan,
Izin,
Konsesi,
Hak
Atas Tanah,dan/atau
Hak Pengelolaan.BAB X
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 26
Peraturan Pemerintah
ini
mulai
berlaku
sejak
tanggal diundangkan.PRES IDEI'I REPUBLIK INDONESIA
Agar
setiap pengundangan penempatannya Indonesia,-27
-orang
mengetahuinya,
memerintahkanPeraturan
Pemerintah
ini
dengandalam
Lembaran Negara
RepublikDitetapkan di Jakarta
pada tanggal 2
Februari2O2l
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, ttd.
JOKO WIDODO
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 2 Februari 2O2l
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2O2I NOMOR 53
Salinan sesuai dengan aslinya KEMENTERIAN SEKRETARIAT NEGARA
REPUBLIK INDONESIA
Deputi Bidang Perundan g-undangan dan
i
Hukum,ttd
SK No 086229 A
PRES IDEN
REPUBLTK INDONESIA
PENJELASAN ATAS
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
43
TAHUN 2O2ITENTANG
PENYELESAIAN KETIDAKSESUAIAN TATA RUANG, KAWASAN HUTAN, IZTN,
DAN/ATAU HAK ATAS TANAH
I.
UMUMDalam rangka
penyelesaian KetidaksesuaianTata
Ruang,
KawasanHutan,
Izin,
Konsesi,Hak Atas Tanah,
dan/atau Hak
Pengelolaan yangdiperlukan
untuk
pelaksanaan
pembangunan
dalam
mewujudkansinkronisasi
pemanfaatanruang,
perlu dilakukan
langkah
penyelesaianuntuk
mengatasi berbagai hambatan
(deb ottlenecking ) dengan memberikanpengaturan
penyelesaian Ketidaksesuaian.Ruang
lingkup
penyelesaian Ketidaksesuaian meliputi:a.
penyelesaian Batas Daerah;b.
penyelesaian Ketidaksesuaian antara RTRWP, RTRWK, Kawasan Hutan,lzin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau
Hak Pengelolaan;c.
penyelesaian KetidaksesuaianGaris
Pantai denganHak Atas
Tanah,Hak
Pengelolaan,
dan/atau
Perizinan
terkait
Kegiatan
yang Memanfaatkan Ruang Laut;d.
penyelesaianKetidaksesuaian
antara
RTRL,
RZ
KSNT,
RZ
KAW, danfatau
RZWP-3-K
dengan Perizinan
terkait
Kegiatan
yang Memanfaatkan Ruang Laut; dane.
penguatan kelembagaan dan tata kelola penyelesaian Ketidaksesuaian Tata Ruang, Kawasan Hutan,lzin,
Konsesi, Hak Atas Tanah,dan/atau
Hak Pengelolaan.Kebutuhan
ruang bagi
pelaksanaan pembangunan
nasionalmembutuhkan kebijakan yang dapat menjamin kepastian perizinan
dan investasi guna menciptakan lapangan kerja, dengan perencanaan Tata Ruangyang komprehensif
dan
selaras dengan asas pembangunan berkelanjutan. Diharapkan dengan kohesivitas penataan ruang, perencanaan pembangunannasional
dapat berjalan
denganbaik.
Berdasarkan pertimbangandi
atas,perlu
ditetapkan Peraturan
Pemerintah
tentang
PenyelesaianKetidaksesuaian
Tata Ruang,
KawasanHutan,
lzin,
dan/atau Hak
Atas Tanah.PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-2-II.
PASAL DEMI PASALPasal 1 Cukup jelas. Pasal 2
Huruf
a Cukup jelas.Huruf
b Cukup jelas.Huruf
c Cukup jelas.Huruf
d Cukup jelas.Huruf
eHuruf
f
Cukup jelas.Huruf
g Cukup jelas.Huruf
h Cukup jelas.Huruf i
Cukup jelas. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas.Yang dimaksud dengan "Konsesi"
meliputi
konsesi pembukaantambang,
kontrak karya,
Perjanjian
Karya
pengusahaan PertambanganBatubara
(PKP2B), konsesiperkebunan
sawit, konsesijalan
tol, konsesi pelabuhan, dan sebagainya.SK
No 094751 APRES IDEN REPUBLIK INDONESIA
-3-Pasal 5 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4)Yang dimaksud
dengan
"para
pihak',
yaitu
menteri
yang menyelenggarakanurusan
pemerintahandalam
negeri dengan pemerintah daerah provinsi dan I ataukabupaten/kota
terkait.Ayat (5) Cukup jelas. Ayat (6) Cukup jelas. Pasal 6 Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas. Pasal 8 Ayat (1)
Huruf
aYang dimaksud dengan "Kawasan Hutan yang ditetapkan
terakhir"
adalah
penetapan
penunjukkan,
penataan batas, pemetaan, dan penetapan Kawasan Hutan.Huruf
bYang dimaksud dengan
"memperhatikan
RTRWPdan/atau
RTRWK" adalah menggunakan batas Kawasan Hutan yang termuat dalam peta RTRWpdan/atau
RTRWKsebagai
acuan dalam
pelaksanaan
tata batas
dan pengukuhan/ penetapan Kawasan Hutan.PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA
-4-Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Pasal 9 Cukup jelas. Pasal 10 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a)Yang dimaksud dengan "memfasilitasi pemerintah daerah" dapat berupa bantuan teknis dan/atau bimbingan teknis.
Bantuan teknis adalah dukungan dari pemerintah pusat kepada
pemerintah
daerah untuk membantu
penyeiesaianpermasalahan spesif,rk
terkait
penyelenggaran
bidangpemerintahan
tertentu
yang menjadi kewenangan pemerintatrdaerah
dalam
kerangka pelaksanaan otonomidaerah
sesuaidengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan. Bantuan teknis yang diberikan terkait dengan bantuan teknis penyiapananggaran
dan
bantuan
pemberian
materi
teknis
dalam pelaksanaan revisi RTRWP di wilayah perairan pesisir.Bimbingan teknis adalah dukungan pembimbingan teknis dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah dengan maksud
untuk
meningkatkan kompetensi teknis, pengetahrian, maupun aspek-aspekteknis
lainnya yangdiperlukan oleh
pemerintahdaerah
untuk
melaksanakan kewenangan pemerintah daerahdalam
kerangka pelaksanaan otonomi daerah sesuai denganperaturan perundang-undangan. Pasal 1 1
Cukup jelas
SK No 094753 A
PRES IDEN
REPUBLIK INDONESIA
-5-Pasal 12 Ayat (1)
Yang
dimaksud
dengan "RTRWK"yaitu
RTRWKyang
sudah sesuai dan selaras dengan RTRWp.Huruf a
Yang dimaksud dengan "memanfaatkan Hak Atas Tanah secara efektif'
yaitu
mengusahakan, menggunakan, danmelakukan kegiatan usaha pada
tanah
tersebut sesuaidengan rencana kerja yang telah
disetujui
pemberi Izinatau Konsesi.
Huruf b
Yang
dimaksud dengan
"tidak
melampaui
ataumelampaui daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup" adalah hasil yang didasarkan pada penilaian yang
dilakukan oleh
kementerian
yang
menyelenggarakanurusan pemerintahan di bidang lingkungan hidup. Huruf c
Cukup jelas.
Huruf d
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan "RTRWK"
yaitu
RTRWKyang
sudah sesuai dan selaras dengan RTRWp.Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 13 Cukup jelas. Pasal 14 Cukup jelas. Pasal
15.
. .PRES IDEN REPUBLIK INDONESIA
-6-Pasal 15 Cukup jelas. Pasal 16 Cukup jelas. Pasal 17 Cukup jelas. Pasal 18 Ayat (1)huruf
aYang
dimaksud
dengan"peraturan
perundang-undangan dibidang
reklamasi"
yaitu
Undang-Undang
Nomor
1Tahun 2014
tentang
perubahan
Atas
Undang-UndangNomor
27 Tahun
2OO7 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisirdan
Pulau-PulauKecil dan
Peraturan PresidenNomor
122Tahun 2Ol2 tentang Reklamasi di Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil.
huruf
b Cukup jelas.huruf
c
' Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (a) Cukup jelas. Ayat (5) Cukup jelas. Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas. Pasal 21 Ayat (1) Cukup jelas. Ayat(21...
SK
No 094755 APRES IOEN REPUBLIK INDONESIA
-7
-Pasal PasaI Pasal Pasal Pasal Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3)Yang dimaksud dengan "memfasilitasi pemerintah daerah" dapat berupa bantuan teknis
dan/atau
bimbingan teknis.Bantuan teknis adalah dukungan dari Pemerintah Pusat kepada
pemerintah
daerah untuk
membantu
penyelesaianpermasalahan
spesifik
terkait
penyelenggaran
bidangpemerintahan
tertentu yang menjadi
kewenangan pemerintahdaerah
dalam kerangka
pelaksanaanotonomi daerah
sesuaidengan
ketentuan peraturan
perundang-undangan. Bantuan teknis yang diberikanterkait
dengan bantuan teknis penyiapananggaran
dan
bantuan
pemberian
materi
teknis
dalam pelaksanaan revisi RTRWP di wilayah perairan pesisir.Bimbingan
teknis
adalahdukungan
pembimbinganteknis
dari Pemerintah Pusat kepada pemerintah daerah dengan maksuduntuk
meningkatkan kompetensi teknis, pengetahuan, maupun aspek-aspekteknis lainnya yang diperlukan oleh
pemerintahdaerah
untuk
melaksanakan kewenanganpemerintah
daerahdalam kerangka
pelaksanaanotonomi daerah sesuai
denganperaturan perundang-undangan. 22 Cukup jelas. 23 Cukup jelas. 24 Cukup jelas. 25 Cukup jelas. 26 Cukup jelas.