• Tidak ada hasil yang ditemukan

Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur"

Copied!
80
0
0

Teks penuh

(1)

Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD)

Provinsi Kalimantan Timur

Jl Basuki Rahmat No 56 Samarinda Kalimantan Timur 75117. Telp. 62-0541-743235 – 742487 Fax : 0541-736446

E-mail : Humas@bppmd.kaltimprov.go.id

(2)

Batubara, sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) dapat diolah menjadi sumber energi baru. Kalimantan Timur dengan cadangan batubara yang relatif besar, sangat memungkinkan untuk menghasilkan bahan bakar minyak pengganti (sumber energi alternatif) dengan memanfaatkan teknologi pencairan batubara untuk menjadi bahan bakar minyak (bbm)

Laporan Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai

potensi batubara di Kalimantan Timur yang dapat diolah menjadi batubara cair. Dengan adanya gambaran potensi batubara cair ini, diharapkan potensi tersebut dapat dimanfaatkan oleh para investor atau pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengembangkannya.

Dengan adanya laporan ini diharapkan para pihak yang berkepentingan dapat memperoleh informasi yang komprehensif mengenai potensi dan peluang investasi di Kalimantan Timur.

Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan laporan ini.

Samarinda, juli 2013

Kepala Badan Perijinan dan Penanaman Modal Daerah (BPPMD) Provinsi Kalimantan Timur

Diddy Rusdiansyah AD.,SE.,MM NIP. 19640627 199003 1 006

(3)

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR GRAFIK... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Maksud dan Tujuan... 4

1.3 Kegunaan ... 4

1.4 Ruang Lingkup ... 5

BAB II PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA CAIR... 6

2.1 Prospek Pengembangan batubara cair... 6

2.2 Teknologi Pengolahan batu bara... 10

2.3 Pasar dan Pesaing ... 16

2.4 Arah Pengembangan pemanfaatan batubara cair dan dampaknya terhadap lingkungan di Indonesia ... 37

BAB III POTENSI DAERAH DAN TEKNIS PRODUKSI PEMANFAATAN BATUBARA CAIR DI KALIMANTAN TIMUR... 39

3.1 Potensi Daerah pengembangan dan pemanfaatan batubara cair di Kalimantan Timur... 39

3.2 Daerah potensial penghasil batubara cair dan cadangan batubara yang tersedia... 40

3.3 Teknis Produksi pengembangan dan pemanfaatan batubara cair di Kalimantan Timur... 41

(4)

PEMANFAATAN BATUBARA CAIR DI KALIMANTAN TIMUR... 43

BAB V ANALISIS FINANSIAL PEMANFAATAN BATUBARA CAIR... 46

5.1.Analisa Teknoekonomi... 48

5.2. Analisa Finansial... 52

BAB VI PENUTUP ... 58

(5)

Tabel 1 Pasokan Batubara (2004 – 2012)... 20

Tabel 2 Jumlah sumber daya dan cadangan batubara di beberapa provinsi

tahun 2011(Juta Ton) ... 21

Tabel 3 Jumlah sumber daya dan cadangan tiap Kabupaten/Kota di

Provinsi Kalimantan Timur (Ton)... 22 Tabel 4 Perusahaan tambang yang beroperasi di Provinsi Kalimantan Timur... 23

Tabel 5 Kualitas Sumber daya dan cadangan Batubara Indonersia tiap Provinsi,

2006 (diolah)... 26 Tabel 6 Perkembangan harga batubara di Indonesia tahun 2009-2011... 29

Tabel 7 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun

Dalam USD... 31 Tabel 8 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Dalam USD ... 32

Tabel 9 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun

Dalam IDR Berdasarkan Kurs Tengah Rata-Rata Dalam Satu Bulan ... 34 Tabel 10 Proyeksi konsumsi BBM Tahun 2020... 49

Tabel 11 Asumsi dan Parameter Analisa Finansial Pembangunan Kilang

Batubara Cair di Kalimantan Timur ... 52 Tabel 12 Biaya Investasi Pembangunan Kilang Batubara Cair di

Kalimantan Timur Kapasitas 10.000 ton/hari... 53 Tabel 13 Biaya Operasional Pembangunan Kilang Batubara Cair di

Kalimantan Timur Kapasitas 10.000 ton/hari... 53 Tabel 14 Produksi dan Penerimaan Usaha Batu Bara Cair di Kalimantan Timur

Kapasitas 10.000 ton/hari ... 54 Tabel 15 Analisis sensitivitas Pembangunan Kilang Batu Bara Cair di

Kalimantan Timur Kapasitas 10.000 ton/hari dengan menaikkan

(6)

Gambar 1 Proses Karbonisasi dan Pyrolisis... 11

Gambar 2 Proses Pencairan Langsung ... 13

Gambar 3 Proses Kohleoel and NEDOL... 14

Gambar 4...Proses pencairan batubara tidak langsung... 14

Gambar 5 Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara Status Desember (2011)... 19

Gambar 6 Diagram proses BCL... 42

(7)

Grafik 1 Konsumsi Energi Final Dunia (1971 s/d 2010) ... 7 Grafik 2 Persentase masing-masing jenis bahan bakar yang meyuplai energi dunia. 9 Grafik 3 Pengguna energi final yang berasal dari batubara ... 9 Grafik 4 Kondisi Batubara Indonesia dari 2004 s/d 2011 ... 21 Grafik 5 Distribusi Kualitas Batubara Indonesia berdasarkan Kalori Tahun 2005... 25

Grafik 6 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun Dalam

USD ... 30 Grafik 7 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Dalam USD ... 31

Grafik 8 Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun

Dalam IDR Berdasarkan Kurs Tengah Rata-Rata Dalam Satu Bulan ... 33 Grafik 9 Biaya investasi kilang pencairan ... 47

(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Konsumsi energi dunia semakin besar seiring bertambahnya kebutuhan manusia dalam melakukan aktifitasnya. Sementara sumber-sumber energi yang dibutuhkan saat ini semakin menipis. Eksploitasi dan eksplorasi sumber-sumber daya alam untuk memperoleh energi semakin tidak terkendali. Siklus kebutuhan-eksploitasi-keuntungan semakin cepat berputar Eksploitasi sumber daya alam yang mempunyai keterbatasan (unrenewable) semakin gencar yang menyebabkan ketersediaannya semakin menipis dan secara simultan menimbulkan efek yang tidak baik terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Hal ini menjadi persoalan global dan membutuhkan pemecahan secara global pula.

Indonesia yang dikenal sebagai negara yang kaya raya akan sumber daya alam juga turut berperan dalam eksploitasi sumber-sumber daya alam. Namun demikian, Indonesia yang secara geografis juga dikaruniai dengan keaneka-ragaman sumber-sumber daya alam, baik yang sumber-sumbernya terbatas (unrenewable) maupun yang tidak terbatas (renewable). Selama ini Indonesia masih mengandalkan sumber daya alam yang terbatas untuk memperoleh energi dan bahkan untuk mendapatkan pendapatan negara. Sektor minyak dan gas serta batubara menjadi sektor yang paling banyak dieksploitasi baik untuk kebutuhan dalam negeri maupun kebutuhan domestik. Tercatat bahwa pada tahun 2012, perkiraan realisasi produksi minyak mentah sebesar 860 ribu barel per hari atau 92 % dari target sebesar 930 barel per hari, sedangkan di sektor batubara, Indonesia memproduksi sebanyak 725 juta ton pertahun dengan komposisi 26,3% untuk kebutuhan dalam negeri atau sekitar 70 – 80 juta ton pertahun dan sisanya

(9)

untuk keperluan eksport. Selama tahun 2012 produksi batubara mencapai 386 juta ton atau sebesar 109 % dari produksi 2011 yang mencapai 353 juta ton. Dari produksi tahun 2012 tersebut sebesar 82 juta ton untuk kebutuhan dalam negeri dan sebesar 304 juta ton untuk ekspor. Diperkirakan pada tahun 2013 produksi batubara Indonesia mencapai 391 juta ton dengan alokasi Domestik Market Obligatrionm (DMO) sebesar 74,32 juta ton. Naik dibanding DMO 2012 sebesar 67,3 juta ton. Kebutuhan dalam negeri umumnya digunakan untuk pembangkit tenaga listrik. Dengan jumlah produksi demikian, diperkirakan jumlah cadangan batubara Indonesia tinggal 20 tahun.

Sementara porsi Energi Baru dan Terbarukan (EBTK) dalam bauran energi (energy mix) juga mengalami peningkatan yakni pada tahun 2012 menjadi 0,52%. Energi Baru dan Terbarukan ini termasuk didalamnya adalah Batubara cair.

Kebutuhan energi dunia termasuk Indonesia akan semakin besar, sementara sumber-sumber energi semakin menipis. Hal ini tentu menjadi bahan pemikiran yang serius untuk menghadapi kondisi demikian di masa mendatang. Perlu perubahan paradigma mengenai pengelolaan energi khususnya yang menyangkut eksploitasi sumber daya alam yang terbatas atau tidak terbaharukan. Sudah saatnya untuk menggali potensi sumber daya alam yang terbarukan atau mengolah sumber-sumber daya alam menjadi sumber-sumber energi baru. Sumber energi baru ini dapat diperoleh dengan mengolah sumber daya alam baik sumber daya alam yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui.

Batubara, sebagai salah satu sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui (unrenewable) dapat diolah menjadi sumber energi baru. Berdasarkan kandungannya, batubara dapat diolah menjadi sumber energi baru melalui proses gasifikasi atau proses

(10)

liquifikasi. Proses gasifikasi adalah proses mengkonversi karbon dalam batubara menjadi gas (syngas) dengan media gasifikasi (gasifikasi agent), sedangkan proses liquifikasi adalah proses hidrogenasi katalitik atau proses pencairan batubara dengan hidrogenasi batubara dalam larutan donor hidrogen dengan bantuan katalistis oksida besi pada tekanan antara 35-275 atmosfir dan temperature sekitar 375-4500 C. Tekanan dan temperatur tinggi digunakan untuk memecahkan batubara menjadi fragmen-fragmen reaktif yang disebut radikal bebas. Salah satu hasil proses gasifikasi batubara adalah Coal Bed Methane (CBM). CBM saat ini telah banyak digunakan oleh industri, rumah tangga dan bahkan telah dikembangkan menjadi bahan bakar pembangkit tenaga listrik. Sementara untuk produk yang dihasilkan dari proses pencairan batubara (liquefaction coal) adalah berupa bahan bakar minyak (bbm). Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa kualitas bbm yang dihasilkan dari batubara cair ini lebih tinggi dan mempunyai sifat yang efisien dan ramah lingkungan. Oleh karena itu, batubara cair ini dapat menjadi sumber energi alternatif yang mempunyai prospek yang cerah di masa mendatang.

Kalimantan Timur dengan cadangan batubara yang relatif besar, sangat memungkinkan untuk menghasilkan bahan bakar minyak pengganti (sumber energi alternatif) dengan memanfaatkan teknologi pencairan batubara untuk menjadi bahan bakar minyak (bbm). Data tahun 2005 (sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006) menunjukkan bahwa cadangan batubara kalori sedang (5100 – 6100 kal/gr.abd) Kalimantan Timur sebesar 941,62 Juta Ton, untuk kalori tinggi (6100 – 7100 kal/gr.adb) cadangannya sebesar 1.064,82 Juta Ton. Sedangkan untuk kalor yang sangat tinggi (> 7000 kal/gr.adb), cadangannya sebesar 65,24 Juta Ton. Dengan

(11)

potensi demikian, diharapkan pemanfaatan batubara di Kalimantan Timur menjadi salah satu sumber pendapatan daerah. 1.2. Maksud dan Tujuan

Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran mengenai potensi batubara di Kalimantan Timur yang dapat diolah menjadi batubara cair. Dengan adanya gambaran potensi batubara cair ini, diharapkan potensi tersebut dapat dimanfaatkan oleh para investor atau pihak-pihak yang berkepentingan untuk mengembangkannya.

Secara spesifik, tujuan studi ini adalah sebagai berikut:

a. Memperoleh gambaran tentang potensi batubara berdasarkan aspek sumber daya alam, sumber daya manusia, dan infrastruktur.

b. Memperoleh gambaran mengenai kelayakan pengembangan potensi batubara cair dari aspek pasar, teknis, finansial, serta manfaat/dampak bagi perekonomian daerah.

c. Menyusun profil potensi proyek investasi batubara cair dari aspek kelayakan secara pasar, teknis, dan finansial, serta potensial untuk ditawarkan kepada investor.

1.3. Kegunaan

Hasil kajian ini berupa dokumen yang diharapkan dapat digunakan bagi:

a. Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur. Hasil kajian ini akan menjadi sumber informasi dalam rangka menetapkan kebijakan-kebijakan daerah untuk pengembangan sumber daya lokal melalui program investasi komoditas unggulan kepada investor.

b. Investor. Hasil kajin ini akan memberikan informasi secara jelas dan akurat mengenai peluang investasi serta sebagai acuan dalam pengambilan keputusan untuk melakukan investasi di Kalimantan Timur.

(12)

1.4. Ruang Lingkup

Studi ini dilakukan meliputi wilayah kabupaten/kota di Kalimantan Timur khususnya daerah yang diperkliarakan mempunyai potensi batubara yang besar seperti Kabupaten Kutai Timur, Kabupaten Kutai Kartanegara, dan Kabupaten Berau. Beberapa perusahaan telah beroperasi dalam mengeksploitasi batubara pada daerah-daerah penghasil batubara. Studi ini berkaitan dengan aspek teknis, aspek pasar, dan aspek finansial usaha pencairan batubara

(13)

BAB II

PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA CAIR 2.1. Prospek Pengembangan batubara cair

Perekonomian Indonesia saat ini masih ditopang oleh ekspor Minyak dan Gas (Migas) meskipun jumlah cadangan-terbuktinya (proven) semakin menurun. Akan terjadi kecenderungan stagnasi produksi migas dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti sumur-sumur migas yang beroperasi sekarang umumnya sudah berumur tua, penemuan sumur baru sangat sedikit, proses alih teknologi di bidang migas tidak berjalan mulus, situasi geopolitik yang tidak stabil, dll.

Di sisi lain, konsumsi energi primer Indonesia telah meningkat 50 persen dalam satu dasawarsa terakhir. Sebanyak 30 persen dari total konsumsi energi primer Indonesia masih bersumber dari minyak sehingga menempatkan negara Indonesia termasuk negara pengimpor minyak.

Dalam laporan triwulan II Tahun 2013, diperkirakan cadangan migas berada pada tren menurun dalam dekade mendatang. Cadangan minyak diperkirakan turun dari perkiraan 3,9 miliar barrel (bbl) pada akhir 2012 menjadi 3,5 miliar bbl pada 2017, turun lagi menjadi 3,3 miliar bbl pada 2022. Untuk gas, cadangan diperkirakan tetap datar di sekitar 3,9 triliun meter kubik (TCM) sampai 2018, turun tipis ke 3,8 TCM kecuali laju kegiatan pengeboran meningkat.

Melihat kondisi di atas, terjadi ketidak-seimbangan antara sisi

demand dengan sisi supply. Kebutuhan energi semakin

meningkat sementara di sisi lain produksi sumber-sumber energi semakin menipis. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang pro-aktif dan sistematis untuk mengantisipasi ketidak-seimbangan ini yaitu dengan mengurangi ketergantungan pada

(14)

migas dan segera beralih ke sumber-sumber energi alternatif, baik dari energi baru maupun dari energi terbarukan.

Batubara cair adalah salah satu sumber energi baru yang potensinya cukup menjanjikan dan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber energi lain. Batubara cair ini diperoleh dari proses pencairan (hidrogenisasi) batubara yang kemudian akan menghasilkan bahan bakar sintetik. Bahan bakar dari batubara cair ini dapat menggantikan bahan bakar yang diperoleh dari sumber-sumber energi yang tidak terbarukan (fossil) yang saat ini cadangannya cenderung semakin menipis. Melihat Potensi batubara di Indonesia yang besar, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera (di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi), sebaiknya jumlah yang besar ini dimanfaatkan juga untuk mengolah batubara ini menjadi batubara cair yang kemudian dimanfaatkan menjadi bahan bakar.

Grafik 1

Konsumsi Energi Final Dunia (1971 s/d 2010)

migas dan segera beralih ke sumber-sumber energi alternatif, baik dari energi baru maupun dari energi terbarukan.

Batubara cair adalah salah satu sumber energi baru yang potensinya cukup menjanjikan dan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber energi lain. Batubara cair ini diperoleh dari proses pencairan (hidrogenisasi) batubara yang kemudian akan menghasilkan bahan bakar sintetik. Bahan bakar dari batubara cair ini dapat menggantikan bahan bakar yang diperoleh dari sumber-sumber energi yang tidak terbarukan (fossil) yang saat ini cadangannya cenderung semakin menipis. Melihat Potensi batubara di Indonesia yang besar, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera (di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi), sebaiknya jumlah yang besar ini dimanfaatkan juga untuk mengolah batubara ini menjadi batubara cair yang kemudian dimanfaatkan menjadi bahan bakar.

Grafik 1

Konsumsi Energi Final Dunia (1971 s/d 2010)

migas dan segera beralih ke sumber-sumber energi alternatif, baik dari energi baru maupun dari energi terbarukan.

Batubara cair adalah salah satu sumber energi baru yang potensinya cukup menjanjikan dan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan sumber energi lain. Batubara cair ini diperoleh dari proses pencairan (hidrogenisasi) batubara yang kemudian akan menghasilkan bahan bakar sintetik. Bahan bakar dari batubara cair ini dapat menggantikan bahan bakar yang diperoleh dari sumber-sumber energi yang tidak terbarukan (fossil) yang saat ini cadangannya cenderung semakin menipis. Melihat Potensi batubara di Indonesia yang besar, terutama di Pulau Kalimantan dan Pulau Sumatera (di daerah lainnya dapat dijumpai batubara walaupun dalam jumlah kecil, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah, Papua, dan Sulawesi), sebaiknya jumlah yang besar ini dimanfaatkan juga untuk mengolah batubara ini menjadi batubara cair yang kemudian dimanfaatkan menjadi bahan bakar.

Grafik 1

(15)

Disamping jumlah sumber daya yang melimpah, pangsa pasar batubara cair sebagai bahan bakar juga sangat prospektif di masa yang akan datang. Dari catatan International Energy Agency (IEA) tahun 2012, terlihat bahwa konsumsi energi dunia selalu meningkat tiap tahunnya dan semakin boros, walaupun di beberapa negara seperti Indonesia tengah gencar-gencarnya menyusun program hemat energi. Konsumsi energi dari tahun 1971 s/d 2010 diperlihatkan pada Grafik 1.

Sedangkan proporsi jenis bahan bakarnya diperlihatkan pada Grafik 2.

Peran batubara sebagai penyumbang energi dunia berkurang perannya dari tahun 1973 sampai tahun 2010. Yang naik secara signifikan adalah pada sumber-sumber lain yang didalamnya termasuk sumber energi baru dan terbarukan.

Untuk pengkonsumsi energi yang berasal dari batubara, sampai tahun 2010 didominasi oleh industri termasuk didalamnya pembangkit tenaga listrik. Konsumsi oleh pengguna dari tahun1971 sampai 2012 relatif naik. Selengkapnya diperlihatkan pada Grafik 3.

Kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh batubara cair menyebabkan komoditas ini perlu segera dikembangkan untuk mengantisipasi tingginya konsumsi energi dunia di masa yang akan datang.

(16)

Grafik 2

Persentase masing-masing jenis bahan bakar yang meyuplai energi dunia

Grafik 3

Pengguna energi final yang berasal dari batubara Grafik 2

Persentase masing-masing jenis bahan bakar yang meyuplai energi dunia

Grafik 3

Pengguna energi final yang berasal dari batubara Grafik 2

Persentase masing-masing jenis bahan bakar yang meyuplai energi dunia

Grafik 3

(17)

2.2.Teknologi Pengolahan batu bara

Menurut Muchjidin (2005), “Batubara adalah batuan sedimen yang secara kimia dan fisika adalah heterogen dan mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen dan oksigen sebagai unsur utama dan belerang serta nitrogen sebagai unsur tambahan. Zat lain, yaitu senyawa organik pembentuk “ash” tersebar sebagai partikel zat mineral dan terpisah-pisah di seluruh senyawa batubara. Secara fisik batubara bersifat padat dan berwarna hitam. Batubara dapat diubah menjadi bentuk lain seperti gas dan cair untuk menghasilkan produk baru yang dapat dimanfaakan lagi untuk berbagai keparluan. Pengubahan batubara dapat dilakukan melalui dua cara yaitu melalui pembuatan gas atau gasifikasi (coal gasification). Sedangkan merubah bentuk fisik batubara dari padat menjadi cair atau disingkat pencairan batubara memungkinkan batubara dapat digunakan sebagai alternatif untuk bahan bakar minyak.

Ada dua metode yang berbeda untuk mengubah batubara menjadi bahan bakar cair:

1. Pencairan langsung

Pencairan langsung (Direct Liquefaction) bekerja dengan melarutkan batubara dalam pelarut pada suhu dan tekanan tinggi. Proses ini sangat efisien, namun produk cair yang dihasilkan membutuhkan pemurnian lebih lanjut untuk mencapai karakteristik bahan bakar kelas tinggi.

2. Pencairan tidak langusng (Indirect liquefaction).

Pencairan tidak langsung dilakukan dengan jalan gasifikasi batubara untuk membentuk 'syngas' (campuran hidrogen dan karbon monoksida). Syngas ini kemudian dipadatkan menggunakan sebuah katalis untuk menghasilkan produk ultra-bersih yang berkualitas tinggi. Salah satu jenis pencairan batubara ini adalah proses 'Fischer-Tropsch.

(18)

Untuk teknologi pencairannya, ada 3 (tiga) jenis teknologi pencairan yang dapat digunakan, yaitu:

1. Karbonisasi dan Pyrolisis (Carbonisation & Pyrolysis)

Karbonisasi dengan temperatur tinggi merupakan proses pencairan batubara yang paling tua. Batubara dipanasi sampai 950 dalam sebuah kontainer- dimana didalamnya terjadi proses dekomposisi dan radikal-radikal bebas terdorong keluar. Ini merupakan ciri khas dari proses pembuatan kokas, dan hidrokarbon cair (coal tar = ter arang) yang merupakan produk yang dominan dalam proses ini.

Proses karbonisasi ini relatif menggunakan biaya yang tinggi dengan hasil yang sangat rendah. Oleh karena itu, coal tar yang dihasilkannya tidak ekonomis jika digunakan sebagai bahan bakar transportasi kendaraan umum. Coal tar ini digunakan secara luas untuk menghasilkan atap, waterproofing, dan isolasi bahan-bahan campuran dan sebagai bahan baku untuk pewarna, obat-obatan dan cat.

Mild pyrolysis merupakan proses karbonisasi pada suhu yang lebih rendah, atau proses dekomposisi. Batubatara dipanaskan pada suhu antara 450°C dan 650°C, mengeluarkan bahan-bahan yang mudah terbang (volatile matter) dan membentuk bahan-bahan campuran lain melalui proses dekomposisi termal.

Gambar 1

Proses Karbonisasi dan Pyrolisis

Bahan baku cairan yang dihasilkan lebih tinggi

kualitasnya jika

dibandingkan dengan

proses karbonisasi pada temperatur tinggi namun maksimum hanya sampai

(19)

20%. Hasil utamanya adalah arang. Proses ini telah digunakan di Amerika Serikat untuk menaikkan nilai kalori batubara low-rank sub-bituminous dan juga

untuk mengurangi kandungan sulfurnya. Untuk mempercepat Proses Pyrolysis dilakukan dengan cara memasukkan batubara ke dalam kontainer yang bersuhu sekitar 1200°C, tapi hanya dalam beberapa detik saja. Proses ini hanya bertujuan untuk menghasilkan bahan campuran kimia, bukan untuk menghasilkan bahan bakar cair. Karbonisasi dan pyrolysis menghasilkan bahan bakar cair dalam proporsi yang kecil dari keseluruhan produksinya dan masih membutuhkan perlakuan lebih lanjut untuk menghasilkan bahan bakar. Sebuah stasiun pengolahan percontohan telah dibangun di Amerika Serikat (beroperasi pada Tahun 1992 sampai 1997) untuk meng-upgrade nilai kalor batubara.

2. Pencairan Langsung (Direct Liquefaction)

Proses ini dilakukan dengan cara menghaluskan ukuran butir batubara, kemudian Slurry (bubuk batubara) dibuat dengan cara mencampur batubara ini dengan pelarut. Slurry dimasukkan ke dalam reaktor bertekanan tinggi bersama-sama dengan hidrogen dengan menggunakan pompa. Slurry kemudian diberi tekanan 100-300 atm di dalam sebuah reaktor kemudian dipanaskan hingga suhu mencapai 400-480° C.

Terdapat beberapa metode dalam Direct Liquefaction, namun proses dasarnya adalah melarutkan batubara pada suhu dan tekanan tinggi yang diikuti dengan proses ‘hydrocracking’ (yaitu, dengan menambahkan hidrogen pada sebuah katalis).

(20)

Gambar 2

Proses Pencairan Langsung

Dalam proses Direct

Liquefaction ini, cairan yang dihasilkan dapat melebihi 70% dari berat

batubara keringnya,

dengan efisiensi panas mencapai sekitar 60-70%. Sedangkan kualitasnya,

lebih tinggi jika

dibandingkan proses

pyrolysis. Disamping itu, hasilnya dapat digunakan sebagai bahan pencampur bahan bakar pada sebuah pembangkit tenaga listrik atau pada beberapa kebutuhan lainnya. Namun demikian, diperlukan proses lebih lanjut untuk menghasilkan bahan bakar yang diperuntukkan untuk bahan bakar pada sektor transportasi. Ada dua kelompok utama dalam proses direct liquefaction, yaitu:  Single-stage: menghasilkan bahan baku cair yang sudah

disuling (distillates) melalui satu reaktor utama atau reaktor berantai. Sebagian besar, dalam proses ini telah diubah menjadi proses two-stage untuk meningkatkan produksi minyak ringan (light oil).

 Two-stage: menghasilkan bahan baku cair yang sudah disuling (distillates) melalui dua reaktor atau reaktor berantai. Awal proses reaksinya adalah dengan melarutkan batubara baik tanpa menggunakan katalis maupun dengan menggunakan katalis namun yang beraktifitas rendah, yang kemudian menghasilkan batubara cair berat. Ini merupakan perlakuan lanjutan dalam reaktor yang kedua, dengan menggunakan hidrogen dan sebuah katalis aktifitas tinggi untuk menghasilkan distilasi tambahan.

(21)

Sejumlah proses pada Teknologi Single-Stage telah di kembangkan – termasuk pada proses Kohleoel, NEDOL, H-Coal, Exxon Donor Solvent, SRC, Imhausen dan Conoco, namun kesemuanya belum dikembangkan secara komersial

Proses Kohleoel dan NEDOL mempunyai prospek untuk dikembangkan lebih jauh. Pada proses ini, batubara dengan sebuah katalis berbasis besi sintetik yang merupakan komponen dasarnya, dicampur dengan sebuah pelarut untuk membentuk granular/bubuk batubara.

Gambar 3

Proses Kohleoel and NEDOL

Campuran ini kemudian ditambahkan hidrogen dan dipanasi sebelum

memasukkannya ke

reaktor utama, yang beroperasi pada suhu 450°C dan temperatur 170 bar. Produk yang

dihasilkan adalah

cooled, depressurised dan distilled.

.3. Pencairan Tidak Langsung (Inderect Liquefaction)

Gambar 4.

Proses pencairan batubara tidak langsung

Pencairan tidak

langsung atau

Indirect Liquefaction. Proses pencairan ini

diawali dengan

proses gasifikasi

untuk membentuk

(22)

syngas. Syngas ini merupakan campuran antara hidrogen dengan karbon monoksida. Syngas ini kemudian dipadatkan menggunakan sebuah katalis - proses 'Fischer-Tropsch' - untuk menghasilkan produk ultra-bersih yang berkualitas tinggi. Komposisi dari syngas diatur agar diperoleh keseimbangan antara hidrogen dengan karbon monoksida. Pada tahap ini, senyawa sulfur juga dikeluarkan untuk mencegah terjadinya keracunan pada katalis reaksi dan sekaligus juga untuk menghasilkan bahan bakar. Karena senyawa sulfurnya telah dikeluarkan, bahan bakar yang dihasilkanpun sudah tidak mengandung senyawa sulfur sehingga dapat digunakan sebagai bahan bakar pada alat transportasi.

Sintetik gas (syngas) ini kemudian direaksikan pada sebuah katalis dengan suhu dan tekanan relatif rendah. Produk yang dihasilkan bermacam-macam, tergantung dari kondisi reaksi dan katalisnya. Methanol, sebagai contoh, diperoleh dengan menggunakan tembaga sebagai katalis (pada 260-350°C dan 50-70 bar). Satu-satunya proses pencairan batubara tidak langsung yang beroperasi pada skala komersial hanya ada di Sasol, Afrika Selatan.

Pencairan batubara di Sasol berbasis proses Fischer-Tropsch (FT). Sasol menggunakan baik proses FT dengan temperatur rendah (fixed bed gasification, slurry-phase FT) maupun proses FT dengan temperatur tinggi (High Temperature – Fischer Tropsch = HTFT) dan menggabungkan circulating fluidized bed gasification, dan Sasol Advanced Synthol Technology. Proses High Temperature – Fischer Tropsch (HTFT) beroperasi pada suhu 300-350°C dan tekanan sebesar 20-30 bar, dengan katalis berbasis besi, dan menghasilkan sebuah produk dengan tingkat keringanan yang sesuai, termasuk bahan bakar bensin yang bersih dengan

(23)

kualitas tinggi, petrokimia, dan bahan-bahan kimia yang teroksigen (oxygenated chemicals).

2.3. Pasar dan Pesaing

a. Negara Produsen dan pengimpor batubara cair.

Batubara saat ini menyuplai sekitar 30,3% dari seluruh energi primer yang dikonsumsi dunia, dan 42% pembangkit tenaga listrik menggunakan batubara sebagai bahan bakar (IAE Report, 2012). Indonesia masuk dalam 10 negara penghasil batubara terbesar di dunia. Negara-negara yang masuk dalam 10 besar penghasil batubara (dalam Mt-2011-e, Million Tonnes-tahun 2011 perkiraan) adalah 1. People Republic of China (3.471 Mt), 2. United State of America (1.004 Mt), 3. India (585 Mt), 4. Australia (414 Mt), 5. Indonesia (376 Mt), 6 Russia (334 Mt), 7. South Africa (253 Mt), 8. Germany (189 Mt), 9. Poland (139 Mt), dan 10. Kazakhstan (117 Mt). Selain itu Indonesia termasuk negara pengekspor batubara terbesar dan tercatat pada tahun 2011 Indonesia mengekspor batubara sebanyak 309 Mt dan naik pada tahun 2012 menjadi sekitar 350 Mt.

Pasar ekspor batubara (importir batubara) adalah negara-negara 1. People Republic of China (190 Mt), 2. Japan (175 Mt), 3. South Korea (129 Mt), 4. India (105 Mt), 5. Chinese Taipei (66 Mt), 6. Germany (41 Mt), dan 7. United Kingdom (33 Mt).

Dari beberapa negara penghasil batubara terbesar di dunia, umumnya mereka telah mengembangkan batubara bukan lagi sebagai komoditas ekspor semata namun telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.

Perhatian terhadap batubara cair sebagai bahan bakar transportasi saat ini sangat diminati. Ada tiga negara yang sangat intens dalam mengembangkan bahan bakar ini, yaitu Cina, India, dan Amerika Serikat. Ketiga negara ini mempunyai sumber daya batubara yang

(24)

besar namun terbatas sumber daya minyak dan gasnya. Selain itu, Jepang sebagai negara industri besar telah mengembangkan teknologi batubara cair ini baik untuk keperluan pengembangan teknologi itu sendiri maupun untuk keperluan komersial walaupun skalanya masih kecil. Negara-negara lain juga berminat

dalam mengembangkan komoditas ini seperti Australia,

Botswana, Jerman, Mongolia, Filipina, Inggris, Afrika Selatan, serta termasuk Indonesia.

Negara yang dianggap berhasil mengembangkan batubara cair adalah Afrika Selatan. Negara Afrika Selatan telah memproduksi bahan bakar yang diperoleh dari pencairan batubara ini sejak tahun 1955 dan merupakan satu-satunya kegiatan komersial industri pengolahan batubara cair yang beroperasi saat ini. Tidak hanya digunakan dalam mobil dan kendaraan lainnya, bahan bakar batubara cair ini yang diproduksi dari perusahaan energi Sasol, juga memiliki izin untuk digunakan dalam jet komersial. Saat ini sekitar 30% dari kebutuhan bensin dan diesel di negara Afrika Selatan dihasilkan dari batubara. Saat ini tercatat kapasitas total perusahan pengolahan batubara cair ini mencapai lebih dari 160.000 barel per hari.

Jika dibandingkan dengan Indonesia, jumlah cadangan batubara Afrika Selatan lebih sedikit dibandingkan dengan yang dimiliki oleh Indonesia. Tercatat bahwaAfrika Selatan memproduksi batubara lebih dari 253 Juta ton (IEA, 2011 estimate) dan menyumbangkan hampir ¾ dari total energi yang dikonsumsi dalam negeri. Sekitar 77% kebutuhan energi Afrika Selatan secara langsung diperoleh dari batubara dan 92% dari konsumsi batubara di daratan Afrika disuplai dari Afrika Selatan.

Selain Afrika Selatan, China juga telah memproduksi batubara cair yang dijadikan bahan bakar. Sebuah perusahaan terbesar di China, Shen Hua Group, bekerja sama dengan perusahaan

(25)

Amerika Serikat, Headwaters Technology Innovation (HTI), sudah memproduksi batubara cair yang digunakan untuk sektor transportasi dan industri dasar dan menggunakan pasokan batu-baranya sejak tahun 2007.

Selain Afrika Selatan dan Cina, Negara Jerman juga telah mengembangkan batubara cair dan bahkan Jerman yang pertama kali mengembangkan produksi bahan bakar sintetis berbasis batu bara ini sejak tahun 1900-an dengan menggunakan proses sintesis Fischer-Tropsch yang dikembangkan Franz Fisher dan Hans Tropsch. Pada 1930, disamping menggunakan metode proses sintesis Fischer-Tropsch, mulai dikembangkan pula proses Bergius untuk memproduksi bahan bakar sintesis.

Sementara itu, Jepang juga melakukan inisiatif dalam pengembangan teknologi pencairan batubara melalui proyek Sunshine tahun 1974 sebagai pengembangan alternatif energi pengganti minyak bumi. Pada 1983, NEDO (the New Energy Development Organization), organisasi yang memfokuskan diri dalam pengembangan teknologi untuk menghasilkan energi baru juga berhasil mengembangkan suatu teknologi pencairan batubara bituminous dengan menggunakan tiga proses, yaitu solvolysis system, solvent extraction system dan direct hydrogenation to liquefy bituminous coal.

b. Potensi pengembangan pemanfaatan batubara cair

Ada dua metode yang diakui oleh dunia dalam menentukan jumlah cadangan batubara dunia. Yang pertama adalah metode yang dikeluarkan oleh the German Federal Institute for Geosciences and Natural Resources (BGR). Metode ini digunakan oleh International Energy Agency (IAE) sebagai sumber utama dalam memberikan informasi tentang cadangan batubara. Yang kedua adalah yang dikeluarkan oleh the World Energy Council (WEC) dan digunakan oleh the BP Statistical Review of World

(26)

Energy. Menurut BGR, masih ada 1.004 Milyar ton cadangan batubara tersisa.

Dalam “Statistik Batubara Indonesia Tahun 2012” yang dikeluarkan oleh Badan Geologi Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), tercatat bahwa jumlah cadangan batubara Indonesia sampai November 2011 sebesar 105.187,44 Juta Ton. Sedangkan Total Cadangannya sebesar 21.131, 84 Juta Ton. Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara Indonesia status Desember 2011 diperlihatkan pada Gambar 4. Pada posisi Januari 2011, jumlah sumber daya dan cadangan batubara Indonesia berdasarkan perhitungan Pusat Sumber Daya Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral adalah sebesar 120.338,60 Juta ton. Sumber daya batubara tersebut tersebar di 20 propinsi (Hand book of Energy and Economic Statistics of Indonesia, 2012 – posisi Januari 2011). Lihat Tabel 2.

Gambar 5

Peta Lokasi Penyebaran Sumber Daya dan Cadangan Batubara Status Desember (2011)

Sumber : Badan Pusat Geologi, Kementrian ESDM Status: Novembewr 2012

Total Sumber Batubara (2011) = 105.187,44 Juta Ton dan cadangan Batubaranya pada 2011 = 21.131,84 Juta Ton

(27)

Jumlah batubara yang telah diproduksi pada tahun 2011 sebesar 353.387.341 Ton dan yang diekspor pada tahun 2011 sebanyak 272.671.351 Ton. Data lengkap ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1

Pasokan Batubara (2004 – 2012)

Dari segi produksi, pada grafik 1 memperlihatkan jumlah produksi batubara Indonesia dari tahun 2004 sampai tahun 2011 jumlahnya mengalami peningkatan yaitu dari 132.352.025 Ton pada Tahun 2004 menjadi 353.387.341 Ton pada Tahun 2011 atau mengalami pertumbuhan rata-rata dari Tahun 2004 sampai Tahun 2011 sebesar 15,35%. Sementara jumlah batubara yang diekspor juga selalu mengalami peningkatan dari tahun 2004 sebanyak 93.758.806 Ton menjadi 272.671.351 Ton pada tahun 2011.

Provinsi Kalimantan Timur termasuk daerah yang mempunyai sumber daya paling besar dan menempati urutan kedua setelah Popinsi Sumatera Selatan. Jumlah sumberdaya dan cadangan pada Provinsi Kalimantan Timur masing-masing sebesar 40.665 JutaTon dan8.861,90 Juta Ton.

(28)

Garafik 4

Kondisi Batubara Indonesia dari 2004 s/d 2011

Tabel 2

Jumlah sumber daya dan cadangan batubara di beberapa provinsi tahun 2011(Juta Ton)

Provinsi

Sumberdaya

Hipotetik

(Hypothetic) (Inferred)Tereka (Indicated)Tertunjuk (Measured)Terukur Total (Reserves)Cadangan

Banten 5,47 5,75 4,86 2,72 18,80 0,00 Jawa Barat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 Jawa Tengah 0,00 0,82 0,00 0,00 0,82 0,00 Jawa Timur 0,00 0,08 0,00 0,00 0,08 0,00 NAD 0,00 346,35 13,40 90,40 450,15 0,00 Sumatera Utara 0,00 7,00 0,00 19,97 26,97 0,00 Riau 12,79 168,06 626,38 948,05 1755,27 645,67 Sumatera Barat 24,95 294,50 231,16 249,45 800,06 158,43 Bengkulu 15,15 17,86 104,08 71,21 208,30 19,02 Jambi 190,84 656,90 699,08 443,50 1990,32 351,65 Sumatera Selatan 19909,99 14508,95 14808,82 10026,59 59254,35 13625,22 Lampung 0,00 106,95 0,00 0,00 106,95 0,00 Kalimantan Barat 0,00 477,69 6,85 4,70 489,24 0,00 Kalimantan Tengah 197,58 1838,50 808,28 704,89 3549,25 577,42 Kalimantan Selatan 0,00 3833,53 3344,05 3481,66 10659,24 3778,04 Kalimantan Timur 13101,53 13276,66 6286,62 8004,19 40665,00 8861,90 0 50 100 150 200 250 300 350 400 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 (J ut a To n)

Grafik xx Pasokan Batubara Indonesia (2004 - 2011)

Produksi Eksport Dalam Negeri

(29)

Sulawesi Selatan 0,00 48,81 129,22 53,09 231,12 0,12 Sulawesi Tengah 0,00 1,98 0,00 0,00 1,98 0,00 Maluku Utara 2,13 0,00 0,00 0,00 2,13 0,00 Irian Barat 95,59 32,82 0,00 0,00 2,16 0,00 Papua 0,00 2,16 0,00 0,00 2,16 0,00 TOTAL 33554,03 35625,36 27058,79 24100,42 120338,60 28017,46

Sumber : Geological Agencies (diolah)

Sejumlah perusahaan tambang batubara di Kalimantan Timur telah beroperasi dengan memegang izin usaha pertambangan .Jumlah sumber daya dan cadangan serta perusahaan tambang yang beroperasi di Kalimantan Timur diperlihatkan pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3

Jumlah sumber daya dan cadangan tiap Kabupaten/Kota di Provinsi Kalimantan Timur (Ton)

No Kabupaten/

Kota

Tahun 2011 Tahun 2012

Sumberdaya Cadangan Sumberdaya Cadangan

1 Samarinda 1.323.877.815 516.371.655 576.154.570 275.010.550 2 Kukar 5.055.959.110 1.711.650.625 6.281.747.672 2.000.040.517 3 Kutai Timur 15.528.827.097 4.107.882.421 17.618.457.436 4.927.606.027 4 Kutai Barat 1.274.670.043 196.585.418 1.559.335.685 204.287.116 5 Ppu 30.103.695 30.103.695 307.793 6 Paser 1.204.367.708 745.163.040 1.204.367.708 745.163.040 7 Berau 2.969.013.631 395.332.484 2.969.013.631 395.332.484 8 Bulungan 1.345.858.388 576.336.224 1.345.858.388 576.336.224 9 Nunukan 90.809.478 30.482.845 95.979.872 75.141.552 10 Malinau 103.963.600 54.550.800 136.251.160 45.182.148 11 Tana Tidung - - - -12 Bontang - - - -13 Balikpapan - - - -14 Tarakan - - - -Jumlah 28.927.450.565 8.334.355.512 31.817.269.817 9.244.407.451

(30)

Tabel 4

Perusahaan tambang yang beroperasi di Provinsi Kalimantan Timur

No Nama Perusahaan (Kabupaten)Lokasi Keg Luas Area(Ha) Tahapan Generasi

1 PT. Berau Coal Berau 118.400,00 Eksploitasi I

2 PT. BHP Paser 1.869,00 Close Mining I

3 PT. Indominco Mandiri Kutim, Bontang& Kukar 25.121,00 Eksploitasi I

4 PT. Kaltim Prima Coal Kutim 90.938,00 Eksploitasi I

5 PT. Kideco Jaya Agung Pasir 50.400,00 Eksploitasi I

6 PT. Multi Harapan

Utama Kukar & Smd 47.232,35 Eksploitasi I 7 PT. Tanito Harum Kukar 35.757,00 Eksploitasi I

8 PT. Gunung Bayan PC Kubar 33.940,00 Eksploitasi II

9 PT. Indexim Coalindo Kutim 24.050,00 Eksploitasi II

10 PT. Kartika SelabumiMining Kukar 4.600,30 Eksploitasi II

11 PT. Mandiri IntiPerkasa Nunukan &Bulungan 9.240,00 Eksploitasi II

12 PT. Trubaindo CoalMining Kubar 23.650,00 Eksploitasi II

13 PT. Bharinto Ekatama Kubar (Kaltim) &

Kalteng 22.000,00 Konstruksi III 14 PT. Dharma PuspitaMining Kukar 2.811,00 Eksploitasi III

15 PT. Firman KetaunPerkasa Kubar 24.840,00 Eksploitasi III

16 PT. Insani Bara Perkasa Kukar & SMD 24.477,60 Eksploitasi III

17 PT. Interex Sacra Raya Pasir 15.650,00 Eksploitasi III

18 PT. Lahai Coal Kubar & Barut 46.620,00 Eksplorasi III

19 PT. Lana HaritaIndonesia Kukar & SMD 14.690,00 Eksploitasi III

20 PT. Mahakam Sumber

Jaya Kukar & SMD 20.380,00 Eksploitasi III 21 PT. Maruwai Coal Kubar & Barut 48.860,00 Kontruksi III

22 PT. Pari Coal Kubar 38.040,00 Eksplorasi III

23 PT. Perkasa Inakakerta Kutim 10.110,00 Eksploitasi III

24 PT. Pesona

Khatulistiwa Bulungan 23.646,00 Eksploitasi III 25 PT. Ratah Coal Kubar 36.490,00 Eksplorasi III

26 PT. Santan Batubara Kukar & SMD 24.930,00 Eksploitasi III

27 PT. Singlurus Pratama Kukar & Bpp 5.619,00 Eksploitasi III

(31)

29 PT. Teguh Sinar Abadi Kubar 2.404,00 Eksploitasi III

30 PT. Delma Mining Corp

Berau &

Bulungan 20.160,00 Konstruksi III 31 PT. Batubara SelarasSapta Paser 68.360,00 Eksplorasi III

32 PT. Bumi LaksanaPerkasa Kutim 11.330,00 Eksplorasi III

33 PT. Sumber Barito Coal Kubar 44.650,00 Eksplorasi III

Jumlah 1.068.845,25

c. Potensi produksi batubara cair di Indonesia.

Produksi batubara Indonesia sebagian besar di ekspor ke berbagai negar tujuan dengan negara tujuan utama China, Korea, dan Jepang. Dari Tabel 1 terlihat bahwa ekspor batubara Indonesia sampai tahun 2011 mencapai 272.671351 Ton dengan produksi pada tahun yang sama sebesar 353.387.341 Ton. Sedangkan jumlah cadangannya tercatat 104,8 milyar ton yang jika diproduksi sampai 500 juta ton tiap tahunnya, maka cadangan batubara tersebut diperkirakan baru akan habis sekitar 200 tahun yang akan datang.

Dengan potensi batubara yang dimiliki tersebut, Indonesia mempunyai kesempatan untuk mengembangkan batubara cair menjadi bahan bakar pengganti yang selama ini selalu menimbulkan permasalahan. Disamping itu, pengembangan batubara cair untuk bahan bakar ini menjadi solusi alternatif dalam menghadapi permasalahan energi dunia di masa yang akan datang.

Seberapa besar potensi batubara yang dapat diolah menjadi batubara cair yang ada di bumi Indonesia ?. Pertanyaan ini sangat menarik mengingat jenis batubara yang ada mempunyai karakteristik tertentu khsusunya mengenai kandungan kalori yang dimiliki.

Sebuah artikel yang dikeluarkan oleh Department of Chemical Technology for Energy Source, East China University of Science, and Technology China, menyimpulkan bahwa hasil pencairan

(32)

batubara tergantung baik dari struktur molekuler dan kandungan kimianya maupun dari komposisi petrografik dan bahan materialnya. Batubara bituminous muda (young bituminous) dan lignit tua (old lignite) sangat cocok diolah menjadi batubara cair. Selain itu, beberapa referensi menggunakan kandungan kalori sebagai rujukan dimana batubara yang mempunyai nilai kalori rendah (low rank coal) lebih prospektif dibandingkan dengan batubara yang bernilai kalori tinggi (high rank).

Grafik 5

Distribusi Kualitas Batubara Indonesia berdasarkan Kalori Tahun 2005

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006, diolah kembali.

batubara tergantung baik dari struktur molekuler dan kandungan kimianya maupun dari komposisi petrografik dan bahan materialnya. Batubara bituminous muda (young bituminous) dan lignit tua (old lignite) sangat cocok diolah menjadi batubara cair. Selain itu, beberapa referensi menggunakan kandungan kalori sebagai rujukan dimana batubara yang mempunyai nilai kalori rendah (low rank coal) lebih prospektif dibandingkan dengan batubara yang bernilai kalori tinggi (high rank).

Grafik 5

Distribusi Kualitas Batubara Indonesia berdasarkan Kalori Tahun 2005

Sumber: Pusat Sumber Daya Geologi, 2006, diolah kembali.

batubara tergantung baik dari struktur molekuler dan kandungan kimianya maupun dari komposisi petrografik dan bahan materialnya. Batubara bituminous muda (young bituminous) dan lignit tua (old lignite) sangat cocok diolah menjadi batubara cair. Selain itu, beberapa referensi menggunakan kandungan kalori sebagai rujukan dimana batubara yang mempunyai nilai kalori rendah (low rank coal) lebih prospektif dibandingkan dengan batubara yang bernilai kalori tinggi (high rank).

Grafik 5

Distribusi Kualitas Batubara Indonesia berdasarkan Kalori Tahun 2005

(33)

Tabel 5

Kualitas Sumber daya dan cadangan Batubara Indonersia tiap Provinsi, 2006 (diolah)

No Provinsi Kwalitas

Kelas Kriteria Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah ( Juta Ton)Sumberdaya (Juta Ton) Cadangan (Kal/gr,adb)

1. Banten Kalori Sedang

Kalori Tinggi 5100.61006100-7100 5470.00 2.782.97 0.000.00 0.000.00 10.342.97 0.000.00

5.47 5.75 0.00 0.00 13.13 0.00

2. Jawa Tengah Kalori rendah <5100 0.00 0.82 0.00 0.00 0.82 0.00

0.00 0.82 0.00 0.00 0.82 0.00

3 Jawa Timur Kalori Sedang 5100-6100 0.00 0.08 0.00 0.00 0.08 0.00

0.00 0.08 0.00 0.00 0.08 0.00

4. Nangroe Aceh Darusalam Kalori Rendah

Kalori Sedang <51005100-6100 0.000.00 20.92325.43 6.706.70 64.1426.26 91.76351.69 0.000.00

0.00 346.35 13.40 90.40 443.45 0.00

5. Sumatra Utara Kalori Rendah

Kalori Sedang <51005100-6100 0.000.00 0.007.00 0.000.00 19.970.00 19.977.00 0.000.00

0.00 7.00 0.00 19.97 26.97 0.00

6. Riau Kalori Rendah

Kalori Sedang Kalori Tinggi <5100 5100-6100 6100-7100 0.00 0.00 12.79 1.345.69 30.62 359.60 0.00 0.00 0.00 268.06 51.57 16.99 1.613.75 82.19 389.13 0.00 0.00 16.54 12.79 1.735.91 0.00 336.62 2.035.32 16.54

7. Sumatra Barat Kalori Sedang Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi

51.00-6100 6100-7100 >7100 19.19 5.76 0.00 284.36 164.58 27.00 42.72 0.00 0.00 22.97 144.27 14.00 369.24 314.61 41.00 2.83 19.24 14.00 24.95 475.94 42.72 181.24 724.85 36.07

8. Jambi Kalori Rendah

Kalori Sedang Kalori Tinggi <5100 5100-6100 6100-7100 0.00 190.84 0.00 51.13 1.200.09 210.81 0.00 36.32 0.00 0.00 90.24 82.96 51.13 1.517.49 294.77 0.00 18.00 0.00 190.84 1.462.03 36.32 173.20 1.862.39 18.00

(34)

Lanjutan tabel 5

No. Provinsi Kwalitas

Kelas Kriteria Sumberdaya Cadangan

(kal/gr,adb) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

9. Bengkulu Kalori Rendah

Kalori Sedang Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi

<5100 5100-6100 6100-7100 >7100 0.00 0.00 15.15 0.00 11.34 0.81 100.62 0.32 0.00 0.00 8.11 0.00 10.58 5.86 45.49 0.37 21.92 6.67 169.37 0.36 0.00 3.79 17.33 0.00 15.15 113.09 B.11 62.30 189.65 21.12

10. Sumatra Selatan Kalori Rendah Kalori Sedang Kalori Tinggi <5100 5100-6100 6100-7100 326.55 198.93 0.00 7.400.27 1.629.28 31.00 2.300.07 9.139.87 433.89 1.358.00 366.01 14.00 11.384.89 11.334.10 478.89 2.426.00 186.00 67.00 525.48 9.060.55 11.873.83 1.738.01 23.197.88 2.679.00

11. Lampung Kalori Sedang

Kalori Tinggi 5100-61006100-7100 0.000.00 14.0092.95 0.000.00 0.000.00 14.0092.95 0.000.00

0.00 106.35 0.00 0.00 106.95 0.00

12. Kalimantan Barat Kalori Tinggi

Kalori Sangat Tinggi 6100-7100>7100 42.120.00 378.60104.00 0.001.32 0.001.48 420.27106.80 0.000.00

42.13 482.80 1.32 1.48 527.52 0.00

13. Kalimantan Tengah Kalori Rendah Kalori Sedang Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi

<5100 5100-6100 6100-7100 >7100 0.00 0.00 114.11 0.00 483.92 296.75 262.72 247.62 0.00 5.08 0.00 0.00 0.00 44.00 72.00 77.00 483.92 354.80 449.47 324.64 0.00 0.00 0.00 44.00 114.11 1.291.01 5.08 194.02 1.612.83 48.59

14 Kalimantan Selatan Kalori Rendah Kalori Sedang Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi

<5100 5100-6100 6100-7100 >7100 0.00 0.00 0.00 0.00 370.87 4.793.13 336.19 17.62 0.00 301.36 33.12 0.00 600.99 2.526.46 109.62 29.62 971.86 7.620.95 478.95 29.62 536.33 1.287.01 44.36 0.14 0.00 5.517.31 334.48 3.249.09 9.101.38 1.867.84

(35)

Lanjutan tabel 5

No Provinsi Kwalitas Kriteria Sumber daya

(Juta Ton) Cadangan

Kelas (Kal/gr,adb) Hipotetik Tereka Tertunjuk Terukur Jumlah (Juta Ton)

15. Kalimantan Timur Kalori Rendaah Kalori Sedang Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi

<5100 5100-6100 6100-7100 >7100 0.00 2.295.84 502.96 90.11 201.93 10.630.35 2.611.07 60.84 13.76 121.61 191.77 4.48 89.83 2.609.46 1.558.62 14.40 305.52 15.682.72 4.918.92 169.82 0.00 941.62 1.064.82 65.24 2.878.90 13.504.19 331.62 4.272.31 21.0776.89 2.071.68 16. Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Kalori Sedang Kalori Tinggi 5100-61006100-7100 0.000.00 131.0013.00 32.310.78 53.100.00 216.4414.68 0.060.00 0.00 144.93 33.09 53.10 321.12 0.06 17. Kalori Kalori Rendah <5100 0.00 1.98 0.00 0.00 1.98 0.00 0.00 1.98 0.00 0.00 1.98 0.00

18. Maluku Utara Kalori Rendah <5100 0.00 0.00 2.13 0.00 2.13 0.00

0.00 2.13 0.00 0.00 2.13 0.00

19 Papua Barat Kalori Sedang

Kalori Tinggi Kalori Sangat Tinggi

5100-6100 6100-7100 >7100 89.40 0.00 0.00 30.95 5.38 25.53 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 120.35 5.38 25.53 0.00 0.00 0.00 89.40 61.89 0.00 0.00 151.26 0.00

Jumlah Sumberdaya Batu

(36)

Dari Grafik 2 dan Tabel 5 memperlihatkan jumlah cadangan batubara Indonesia untuk kalori rendah sebesar 24,4%. Jika pengelolaan batubara cair difokuskan pada batubara kalori rendah dan diambil hanya 50% dari 24,4% cadangan yang ada, maka jumlah cadangan yang bisa diolah menjadi batubara cair dengan asumsi jumlah cadangan total sebesar 6.758,90 Juta Ton (data tahun 2005)adalah sekitar 800 Juta Ton.

Jika diasumsikan bahwa dalam 1 ton batubara dapat dikonversi menjadi 2 barel bensin, akan dihasilkan bensin sekitar 1.600 Juta barel atau sekitar 254.400.000.000 liter. Nilai ini tentu bisa ditingkatkan jika ada kebijakan dan komitmen yang kuat dari semua pihak untuk mengembangkan lebih intensif program pencairan batubara ini. Selain itu, nilai ini dapat ditingkatkan dengan menambahkan batubara berkalori sedang (medium rank coal) yang jumlahnya jauh lebih besar yaitu sekitar 61,4%.

d. Perkembangan harga batubara di Indonesia

Perkembangan harga batu bara akan mempengaruhi peluang investasi pencairan batubara. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Mineral dan Batubara, perkembangan harga batubara selama tahun 2009-2011 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 6

Perkembangan harga batubara di Indonesia tahun 2009-2011

(37)

Catatan:

Harga realisasi PKP2B dan IUP direpresantasikan oleh HBA dan marker batubara dalam satu tahun karena forecast harga yang dilakukan oleh penerbit indeks harga batubara ditentukan berdasarkan harga realisasi yang terjadi di lapangan.

Grafik 6

Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun Dalam USD

(GCV 6322 kcal/kg gar; rata-rata 4 indeks dalam kesetaraan kalori dalam US$/ton, FOB Vessel)

(38)

Tabel 7

Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun Dalam USD

(GCV 6322 kcal/kg gar; rata-rata 4 indeks dalam kesetaraan kalori dalam US$/ton, FOB Vessel)

No Bulan Harga (USD/ton) /Penurunan (%)Kenaikan

1 Jan-13 109.29 -3 2 Feb-13 111.58 2.1 3 Mar-13 112.87 1.16 4 Apr-13 106.61 -5.55 5 May-13 102.12 -4.21 6 Jun-13 96.65 -5.36 7 Jul-13 87.56 -9.41 8 Agt-12 84.75 -3.21 9 Sep-13 86.21 1.72 10 Okt-12 86.04 -0.2 11 Nov-13 81.44 -5.35 12 Des-12 81.75 0.38 Grafik 7

Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Dalam USD (Gcv 6322 Kcal/Kg gar; rata-rata 4 indeks dalam kesetaraan kalori dalam US$/ton,

(39)

Tabel 8

Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Dalam USD (Gcv 6322 Kcal/Kg gar; rata-rata 4 indeks dalam kesetaraan kalori dalam US$/ton,

FOB Vessel)

No Bulan (USD/ton)Harga /Penurunan (%)Kenaikan

1 10-Feb 87.81 2 10-Mar 86.64 -1.33 3 10-Apr 86.58 -0.07 4 10-May 92.07 6.34 5 10-Jun 97.22 5.59 6 10-Jul 96.65 -0.59 7 10-Aug 94.86 -1.85 8 10-Sep 90.05 -5.07 9 10-Oct 92.68 2.92 10 10-Nov 95.51 3.05 11 10-Dec 103.41 8.27 12 11-Jan 112.4 8.69 13 11-Feb 127.05 13.03 14 11-Mar 122.43 -3.64 15 11-Apr 122.02 -0.33 16 11-May 117.61 -3.61 17 11-Jun 119.03 1.21 18 11-Jul 118.24 -0.66 19 11-Aug 117.21 -0.87 20 11-Sep 116.26 -0.81 21 11-Oct 119.24 2.56 22 11-Nov 116.65 -2.17 23 11-Dec 112.67 -3.41 24 12-Jan 109.29 -3 25 12-Feb 111.58 2.1 26 12-Mar 112.87 1.16 27 12-Apr 106.61 -5.55 28 12-May 102.12 -4.21 29 12-Jun 96.65 -5.36 30 12-Jul 87.56 -9.41 31 Agt-12 84.75 -3.21 32 12-Sep 86.21 1.72 33 Okt-12 86.04 -0.2 34 12-Nov 81.44 -5.35

(40)

35 Des-12 81.75 0.38 36 13-Jan 87.55 7.09 37 13-Feb 88.35 0.91 38 13-Mar 90.09 1.97 39 Apr-13 88.56 -1.70 Grafik 8

Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun Dalam IDR Berdasarkan Kurs Tengah Rata-Rata Dalam Satu Bulan (GCV 6322 kcal/kg gar; rata-rata 4 indeks dalam kesetaraan kalori dalam

(41)

Tabel 9

Perkembangan Harga Batubara Acuan Indonesia Selama 1 Tahun Dalam IDR Berdasarkan Kurs Tengah Rata-Rata Dalam Satu Bulan (GCV 6322 kcal/kg gar; rata-rata 4 indeks dalam kesetaraan kalori dalam

US$/ton, FOB Vessel) No. Bulan HBA Dlm

USD Nilai rupiahthd USD HBA DlmIDR PenurunanKenaikan/

1 11-Dec 112.67 9,094 1,025 -2.55 2 12-Jan 109.29 9,102 995 -2.91 3 12-Feb 111.58 9,026 1,007 1.24 4 12-Mar 112.87 9,166 1,035 2.72 5 12-Apr 106.61 9,176 978 -5.44 6 12-May 102.12 9,289 949 -3.03 7 12-Jun 96.65 9,451 913 -3.71 8 12-Jul 87.56 9,455 828 -9.37 9 12-Aug 84.75 9,499 805 -2.76 10 12-Sep 86.21 9,566 825 2.44 11 12-Oct 86.04 9,597 826 0.13 12 12-Nov 81.44 9,628 784 -5.04 13 Des-12 81.75 9,642 788 0.53 14 13-Jan 87.55 9,687 848 7.59 15 13-Feb 88.35 9,687 856 0.91

e. Perkembangan pengolahan batubara cair di Indonesia

Saat ini, pengembangan batubara cair masih dalam tahap percontohan atau dalam tahap penelitian. Salah satu satu investor yakni Sugico MOK Energy, telah memulai membangun pabrik pengolahan batubara cair di Sumatera Selatan. Sugico MOK Energy merupakan perusahaan joint venture antara PT. Sugico Graha (Perusahaan Tambang Batubara di Sumatera Selatan) and Mok Industries LLC dari Amerika Serikat ( perusahaan yang memproduksi teknologi sel surya). Sugico Mok menggunakan

(42)

sistem Hidrogenasi (Hydrogenation) dalam proses pengolahan batubara cairnya (Coal Liquefaction). Dengan inovasi teknologi sel surya, energi matahari yang dibutuhkan oleh sel surya dirubah menjadi energi listrik. Dalam proyek ini, energi listrik yang dihasilkan sebesar 1 Megawatt untuk tiap panel dalam satu jam dengan biaya kurang dari US$ 5 tiap barrel. Ada dua jenis arus yang dihasilkan dari sel surya ini, yaitu Alternating Current (AC) yang digunakan untuk lampu penerangan beserta peralatan lainnya dan arus Direct Current (DC) untuk mengubah air (H2O) menjadi oxygen dan hidrogen. Hydrogen digunakan dalam proses hydrogenasi, yang mengubah batubara padat menjadi batubara cair. Proses Hidrogenasi digunakan dalam Reaktor Bergius. Untuk 1 ton batubara padat yang diolah di reaktor ini akan menghasilkan sekitar 6,2 barrel bahan bakar sintetik dengan kualitas tinggi.

Sebanyak 11 perusahaan telah menandatangani Memorandum of Understanding (MoU) tentang pembentukan konsorsium untuk berpartisipasi dalam program Pencairan Batubara di Indonesia. Konsorsium ini menggunakan pola B to B (Bussiness to Bussiness) dan melibatkan perusahaan-perusahaan yang berasal dari Jepang dan Indonesia. Perusahaan-perusahaan tersebut adalah PT Adaro Indonesia, PT Jorong Barutama Gestron, PT Berau Coal, PT Bumi Resources, PT DH Power, PT Bayan Resources, PT Ilthabi Bara Utama, PT Rekayasa Industri, PT Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk., PT Pertamina (Persero), AES Asia & Middle East. Konsorsium ini bekerjasama dengan beberapa institusi di Jepang, seperti: METI, NEDO, JBIC, JCOAL, Kobe Steel Ltd, dan Sojitz. Teknologi BCL (The brown coal liquefaction) yang berasal dari Jepang digunakan dalam proses pencairan barubara ini.

(43)

Kegiatan pengolahan batubara cair juga telah dilakukan oleh BPPT bekerja sama dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) dari Jepang. Pada tahun 1994 s/d 2003 telah melakukan penelitian dasar dan penelitian terapan mengenai teknologi tersebut.

Hasil studi BPPT tahun 2003 menunjukkan, teknologi pencairan batu bara berpotensi untuk diaplikasikan dalam skala semikomersial atau komersial. Penelitian tentang batu bara cair ini tidak hanya dilakukan di laboratorium (Coal Liquefaction Center/CLC) di Serpong Jawa Barat, namun juga dibawa ke Jepang.

Berbagai macam batu bara muda telah diuji di CLC, di antaranya batu bara Banko selatan dan tengah, Musi Rawas, Berau Lati, Berau Kerai, Wara, Mulia dan Satui serta Kideco. Studi kelayakan untuk aplikasi pun dilakukan di tiga lokasi, yaitu Muara Enim-Banko PT Bukit Asam untuk batu bara yang lokasinya jauh dari bibir pantai (inland), Satui Asam - PT Bumi Resources Kalimantan Selatan, dan Berau Lati PT Berau Coal Kalimantan Timur untuk batu bara yang lokasinya dekat bibir pantai (costal case).

Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bekerja sama dengan New Energy and Industrial Technology Development Organization (NEDO) Jepang menggunakan metode pencairan langsung (brown coal liquefaction/BCL). Batu bara yang telah dicairkan dengan katalis Limonit Soroako diubah menjadi bubur encer layaknya minyak mentah kemudian diolah menjadi minyak.

f. Investasi

Untuk membangun suatu pusat pengolahan batubara cair berkapasitas 13.500 barrel per hari, dibutuhkan investasi sekitar Rp. 11,7 Trilyun dengan asumsi nilai tukar rupiah sebesar Rp.

(44)

9.000.00 per USD. Diperkirakan sekitar 7 buah stasiun pengolahan pencairan yang dibutuhkan oleh Indonesia untuk mencapai target 2% pada tahun 2025.

Kementrian Energi dan Sumber Daya Mineral - Badan Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, telah membuat suatu perencanaan produksi batubara cair, yang dibagi dalam tiga fasa, yaitu: Fase 1, membanguin stasiun pengolahan yang semi komersial pada tahun 2009 dengan kapasitas 13.500 barrel per hari dengan investasi sebesar US$ 1.3 Milyar. Fase 2, membangun stasiun pengolahan tambahan dengan kapasitas sama dengan fase 1 dengan investasi sebesar US$ 800 Juta pada tahun 2017 dengan kapasitas dalam perkiraan kasar sebesar 27.000 barrel. Fase 3, membangun stasiun pengolahan komersial yang terdiri dari 6 unit stasiun pengolahan dengan investasi sebesar US$ 9.6 Milyar.

Untuk pendanaannya, pemerintah Indonesia akan mencari investor dan pemerintah Jepang sudah berkomitmen untuk memberikan bantuan dalam bentuk grant sebesar US$ 110 Juta untuk Unit Supporting Proses. Sementara, 60% dana dari pinjaman akan dibiayai oleh Japan Bank for International Cooperation (JBIC).

2.4. Arah Pengembangan pemanfaatan batubara cair dan

dampaknya terhadap lingkungan di Indonesia

Berdasarkan hasil studi kelayakan yang telah dilakukan di Berau Lati, menunjukkan bahwa produk yang paling menguntungkan jika batubara cair diolah adalah berupa gasoline (bensin).Hal ini juga akan sesuai dengan perkembangan kebutuhan energi masa depan yang tetap akan didominasi oleh sektor transportasi. Produk lain pada dasarnya tetap mempunyai prospek, namun untuk tahap awal sebaiknya mengembangkan produk gasoline.

(45)

Pengembangan batubara cair selain memberikan keuntungan secara ekonomi juga dapat memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah khususnya menyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan penyerapan tenaga kerja. Dampak negatif pemanfaatan batubara adalah pada aspek pencemaran lingkungan berupa polusi udara dan limbah cair. Namun hasil kajian awal aplikasi teknologi pencairan batubara yang telah dilakukan di Banko menunjukkan bahwa tingkat pencemaran yang terjadi masih berada dibawah ambang batas. Penanganan limbah cair yang terintegrasi terdiri dari unit raw water treatment dan waste water treatment. Pengolahan limbah cair dengan kadar organik yang tinggi dapat menggunakan insinerator, limbah cair yang rendah kandungan organiknya dilakukan dengan teknologi pengolahan air bersih. Sampah padat yang berupa sludge umumnya dibakar dalam insinerator, baik activated sludge dari unit pengolahan limbah cair maupun bottom sludge dari tangki pengendapan, serta sebagian sampah di sekitar kegiatan industri (Yusnitati, 2000).

(46)

BAB III

POTENSI DAERAH DAN TEKNIS PRODUKSI PEMANFAATAN BATUBARA CAIR DI KALIMANTAN TIMUR

3.1. Potensi Daerah pengembangan dan pemanfaatan batubara cair di Kalimantan Timur.

Data statistik menunjukkan bahwa potensi batubara Indonesia sebagian besar berasal dari Pulau Kalimantan (bagian Timur dan

Selatan) dan Pulau Sumatera (Sumatera Selatan). Untuk

Kalimantan Timur, menurut Data dari Pusat Geologi dan Sumber Daya Mineral Kementrian ESDM menunjukkan bahwa besar sumber daya dan cadangan masing-masing sebesar:

a. Kalori Rendah (< 5.100 kal/gr): sumber daya sebesar 305,52 Juta Ton dan cadangannya 0 (tidak ditemukan).

b. Kalori Sedang (5.100 s/d 6.100 kal/gr): sumber daya sebesar 15.482,72 Juta Ton dan cadangannya sebesar 941,62 Juta Ton. c. Kalori Tinggi (6.100 s/d 7.100 kal/gr): sumber daya 4.918,92

Juta Ton dan cadangannya 1.064,82 Juta Ton.

d. Kalori Sangat Tinggi (> 7.100 kal/gr): sumber daya sebesar 169,82 Juta Ton dan cadangannya sebesar 65, 24 Juta Ton. Total sumber daya batubara Kalimantan Timur sebesar 21.076,98 Juta Ton dan total cadangannya sebesar 2.071,68 Juta Ton.

Dari penjelasan pada bagian sebelumnya, diketahui bahwa batubara yang lebih memungkinkan untuk diolah menjadi bahan bakar melalui proses pencairan adalah batubara yang berkalori rendah sampai sedang.

Kalimantan Timur memiliki sumber daya dan cadangan batubara berkalori sedang dan rendah yang cukup besar. Dari Data Tahun 2005 (Tabel 5) memperlihatkan bahwa jumlah sumber daya batubara berkalori sedang dan rendah sebesar 15.788,24 Juta Ton

sedangkan jumlah cadangan batubara yang berkalori sedang dan rendah sebesar2.006,44 Juta Ton.

(47)

Untuk data sumber daya dan cadangan batubara berkalori rendah dan sedang di Kalimantan Timur sampai pada Tahun 2013 belum tersedia. Namun data sumber daya dan cadangan batubara tanpa rincian nilai kalornya diperilhatkan pada Tabel 3.

Melihat potensi yang ada, dan dengan mengasumsikan jumlah sumber daya dan cadangan batubara berkalori rendah dan sedang pada Tahun 2005 sebesar 75,63% dan 45,45%, jumlah batubara yang potensial berdasarkan data Tahun 2012 yang mempunyai potensi untuk diolah menjadi batubara cair sebesar15.788,24 Juta Ton (sumber daya)dan941,62 Juta Ton (cadangan).

3.2 Daerah potensial penghasil batubara cair dan cadangan batubara yang tersedia.

Dari Tabel 3, menunjukkan bahwa sumber daya dan cadangan batubara Kalimantan Timur sampai Tahun 2012 masing-masing sebesar 31.817.269.817 ton dan 9.244.407.451 ton dengan 3 (tiga) daerah yang mempunyai sumber daya dan cadangan terbesar yaitu Kutai Timur (sumber daya sebesar 17.618.457.436 Ton dan cadangan 4.927.606.027 ton), Kutai Kartanegara (sumber daya 6.281.747.672 ton dan cadangan 2.000.040.517 ton), dan Berau (sumber daya 2.969.013.031 ton dan cadangan 395.332.484 ton). Melihat potensi yang ada, ke-3 daerah dengan kandungan batubara terbesar tersebut dapat dijadikan basis pengolahan batubara cair. Namun perlu dilihat lagi secara menyeluruh mengenai kendala-kendala yang akan dihadapi, seperti jumlah cadangan yang sudah dikuasai, status lahan yang mau ditambang, komitmen perusahaan tambang dalam mendukung program ini, dan masih banyak persoalan lainnya. Namun demikian, jika melihat kabupaten yang mempunyai potensi batubara yang besar, khususnya ke-tiga daerah tersebut, makaKabupaten Kutai Timur

(48)

sangat layak, kemudian disusul oleh Kabupaten Kutai Kartanegaradan selanjutnyaKabupaten Berau.

Pada tahun 2003, telah dilakukan studi kelayakan untuk aplikasi batubara cair di Berau Lati, PT Berau Coal untuk batubara yang lokasinya dekat bibir pantai (coastal case) dan merupakan batubara kalori rendah (low rank coal). Dari hasil studi kelayakan, PT Berau Coal berencana akan membangun pabrik dengan kapasitas 3.000 ton/hari dan telah menyediakan lahan seluas kurang lebih 60 ha. Namun rencana ini masih terkendala dengan dana. Sebagai gambaran, untuk membangun pabrik dengan kapasitas 3.000 ton/hari diperlukan dana sekitar USD 800 juta dan produk minyak yang akan dihasilkan 13.350 barrel/hari atau 2.122.650 liter/hari. Tentu hal ini sangat menjanjikan dan membutuhkan komitmen yang kuat untuk menindak-lanjuti program ini.

3.3 Teknis Produksi pengembangan dan pemanfaatan batubara cair di Kalimantan Timur

Dari beberapa studi kelayakan yang telah dilakukan baik di Berau Lati maupun di tempat lain menunjukkan bahwa proses

pencairan batubara menggunakan model Direct Coal

Liquefaction (DCL) dengan proses Brown Coal Liquefaction

(BCL) atau Improved Brown Liquefaction (IBCL). Berikut diagram alur proses BCL

(49)

Gambar 6 Diagram proses BCL

Negara yang telah mengembangkan teknologi Direct Liquefaction Process adalah Jepang, Amerka Serikat dan Jerman. Bagi Indonesia, teknik konversi likuifaksi batubara secara langsung (Direct Liquefaction Process) dinilai lebih menguntungkan untuk saat ini. Selain prosesnya yang lebih sederhana, likuifaksi relatif lebih murah dan lebih bersih dibanding teknik gasifikasi. Teknik ini juga cocok untuk batubara peringkat rendah (lignit), yang banyak terdapat di Indonesia.

Adapun skala usaha yang dapat diusahakan sangat tergantung pada kondisi daerah terutama pada ketersediaan sumber daya untuk bahan baku pencairan batubara serta kebijakan investasi yang berlaku.

(50)

BAB IV

DASAR HUKUM DAN KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN BATUBARA CAIR DI KALIMANTAN TIMUR

Dari sisi regulasi telah banyak ditetapkan untuk mendukung pemanfaatan batubara dalam rangka ketahanan energi dan kemandirian energi. Untuk tingkat provinsi dan kabupaten/kota juga telah ada kebijakan yang mendukung pemanfaatan batubara tersebut. Beberapa peraturan dan kebijakan yang telah dikeluarkan adalah sebagai berikut:

Undang undang tentang Mineral dan Batubara (UU Minerba).

Dalam UU Minerba telah mengisyaratkan para pelaku usaha pertambangan batubara (PKP2B, KP/IUP Batubara) untuk melakukan usaha peningkatan nilai tambah produk batubara dalam hal peningkatan teknologi pengolahan dan pemurnian, terutama melalui pemanfaatan batubara dengan diversifikasi produk batubara.

Namun demikian dalam UU Minerba ini masih mengisyaratkan bahwa batubara merupakan bahan komoditas yang ditargetkan untuk menjadi pos penerimaan pendapatan negara.

Peraturan Pemerintah (PP) tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Minerba. Seperti halnya dengan UU Minerba juga mengisyaratkan tentang peningkatan nilai tambah batubara dalam hal peningkatan teknologi pengolahan dan pemurnian.

Peraturan Pemerintah No.24 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas

Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral Dan Batubara.

Peraturan Presiden No. 5 Tahun 2006 tentang Kebijakan Energi Nasional. Dalam Perpres tersebut telah ditetapkan besaran energi baru dan terbarukan yang harus mengambil peran dalam energi nasional sebesar 17 % pada tahun 2025 sementara untuk batubara yang dicairkan harus mengambil peran sebanyak 2% dari total energi baru terbarukan yang akan digunakan. Di dalam sasaran bauran

(51)

energi nasional tersebut, batubara menempati urutan pertama di dalam penggunaan energi.

Peraturan Presiden RI No.47 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua

Atas Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2006 Tentang Penugasan Kepada PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Untuk Melakukan Percepatan Pembangunan Pembangkit Listrik yang Menggunkan Batubara.

Instruksi Presiden (Inpres) No. 2 Tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang dicairkan sebagai Bahan Bakar alternatif. Instruksi Presiden ini ditindak-lanjuti dengan sebuah Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) No. 1128 Tahun 2004 tentang Kebijakan Batubara Nasional.

Gambar 7

Sasaran Bauran Energi Primer Nasional 2005

Kepmen ESDM No.1128 Tahun 2004, tentang Kebijakan Batubara Nasional.

Kepmen ESDM Nomor 2934 K/30/MEM/2012 tentang Penetapan

Gambar

Grafik xx Pasokan Batubara Indonesia (2004 - 2011)
Gambar 6 Diagram proses BCL

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa, campuran daun pisang kering dan sabut kelapa belum berpengaruh terhadap produktivitas

Sehingga hipotesis Ho ditolak dan diputuskan untuk menerima H1 terdapat pengaruh hasil belajar peserta didik pada kompetensi dasar menerapkan instalasi macam-macam

Jl. Gatot Subroto Kav.51 Lt.7.B Jaarta Selatan.. 3.2.1 Melakukan Overhaul dan pemasangan serta pemeriksaan Kopling Manual Bahan dan Peralatan :. 1. Sepeda motor Honda Tiger  2.

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Optimasi Pemupukan Nitrogen dan Kalium terhadap Tanaman Kelapa Sawit di Pembibitan Utama dan Tanaman Belum Menghasilkan

Berdasarkan hasil output tabel di atas dapat diketahui persamaan regresi linier berganda tingkat ketahanan pangan terhadap kerawanan pangan dengan memasukkan nilai-nilai

Sebagai satu bentuk kegiatan ilmiah, penelitian sastra memerlukan landasan kerja dalam bentuk teori. Teori sebagai hasil perenungan yang mendalam, tersistem, dan

Persaingan usaha tidak sehat bagi sebagian para pelaku usaha persaingan sering dianggap sebagai sesuatu ha1 yang negatif, kurang menguntungkan, karena dalain persaingan

Untuk membantu para guru TK di Kecamatan Seririt dapat melaksanakan beberapa strategi pembelajaran dengan lebih menyenangkan dengan menggunakan media boneka