• Tidak ada hasil yang ditemukan

menjadi lebih besar. Artinya, jenis-jenis tumbuhan bawah dan anakan memiliki potensi cukup tinggi sebagai pakan merak.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "menjadi lebih besar. Artinya, jenis-jenis tumbuhan bawah dan anakan memiliki potensi cukup tinggi sebagai pakan merak."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

VI. PEMBAHASAN

A. Potensi Pakan Merak Hijau di Taman Nasional Baluran

Total jenis tumbuhan yang terinventarisasi pada petak contoh 122 jenis, namun hanya 30 jenis yang menjadi pakan merak. Dari 30 jenis pakan, 24 jenis merupakan tumbuhan bawah dan liana (tabel 12), berarti merak hijau lebih memilih tumbuhan bawah sebagai pakan. Hal ini disebabkan merak merupakan unggas pejalan yang kuat sehingga lebih mudah untuk makan tumbuhan bawah daripada harus hinggap di atas pohon.

Menurut Yuniar (2007), karakteristik habitat pakan merak adalah tempat terbuka (open area) dengan keanekaragaman rumput dan tumbuhan bawah yang tinggi. Di Taman Nasional Baluran Seksi Bekol, habitat pakan merak berada di hampir semua tipe vegetasi yaitu savana Bekol, hutan musim, dan tepi jalan evergreen.

Jarong (Achirantes aspera L.) terdapat di semua tipe vegetasi. Namun terlihat dimakan oleh merak hanya pada tipe vegetasi savana dan evergreen. Jerukan (Capparis separia L.) juga terdapat di semua tipe vegetasi kecuali savana, namun terlihat dimakan oleh merak hanya pada tipe vegetasi hutan musim saja. Pada lampiran 5, 6, dan 7 terlihat bahwa jerukan memiliki nilai INP paling tinggi di hutan musim (52,244%), sedangkan di evergreen 26,493% dan di hutan pantai hanya 8,061%. Semakin banyak suatu jenis ada di suatu tipe vegetasi, maka kecenderungan jenis tersebut dimakan oleh merak semakin tinggi. Oleh karena itu, jerukan terlihat lebih banyak dimakan merak di hutan musim dibandingkan tipe vegetasi yang lain.

Tipe vegetasi yang menjadi wilayah jelajah merak sangat beragam, namun tidak semua tipe vegetasi menjadi penyedia makanan utama merak hijau. Tipe vegetasi yang disukai merak hijau biasanya terbuka dan kaya akan jenis tumbuhan bawah, terutama untuk habitat pakan. Tipe vegetasi yang tidak terlalu terbuka biasanya digunakan untuk tidur, berlindung, berteduh, dan bertengger. Hasil analisis vegetasi menyatakan bahwa semua tipe vegetasi di daerah pengamatan memiliki jumlah jenis tumbuhan bawah sebagai pakan merak yang lebih besar dibandingkan jenis pohon. Merak makan sambil berjalan ke arah sumber air, menuju pohon tidur, sambil berteduh atau beristirahat, sehingga kecenderungan tumbuhan bawah dan anakan sebagai pakan merak

(2)

menjadi lebih besar. Artinya, jenis-jenis tumbuhan bawah dan anakan memiliki potensi cukup tinggi sebagai pakan merak.

Tabel 22. Jumlah jenis tumbuhan bawah pada tiap tipe ekosistem No. Tipe Ekosistem Jumlah jenis

1 Evergreen 30

2 Hutan Musim 31 3 Hutan Pantai 15

4 Savana 28

Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak terkonsentrasi di savana Taman Nasional Baluran. Maryanti (2007) juga menyatakan bahwa tempat makan merak hijau di Taman Nasional Baluran merata di savana, dan hanya beberapa titik di evergreen, hutan musim, dan hutan pantai. Savana memiliki karakteristik yang terbuka dengan jenis tumbuhan bawah dan rumput yang tinggi. Hal ini mendukung hasil bahwa jumlah jenis pakan merak paling banyak terdapat di savana (Tabel 12.), meskipun musim kemarau membatasi jumlah jenis rumput yang ada, yaitu hampir semua jenis rumput sudah mengering. Selain itu, sejak adanya invasi akasia, peranan rumput sebagai vegetasi dominan savana tergantikan oleh jenis semak dan herba pionir yang mampu bertahan dari akasia (Djufri 2006). Pergantian rumput sebagai vegetasi dominan oleh semak dan herba tidak menyulitkan merak untuk mencari pakan. Pada tabel 22 terlihat bahwa savana bukan tipe vegetasi dengan keanekaragaman tumbuhan bawah tertinggi, namun merak tetap lebih banyak makan di savana karena savana merupakan areal terbuka (open area). Jika penelitian dilakukan pada musim hujan, diduga akan lebih banyak lagi jenis pakan merak yang tercatat karena jumlah jenis vegetasi terutama tumbuhan bawah akan lebih bervariasi dengan adanya hujan.

Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak akan hinggap di atas pohon untuk mendapatkan buah dari jenis pohon seperti tumbuhan dari marga

Ficus. Hal ini kurang terlihat pada bulan kemarau karena pada umumnya pohon

tidak berbuah, kecuali pada pohon Gebang (Corypha utan). Gebang memiliki nilai INP 36,272% di TNB, menduduki peringkat kedua setelah serut, dan merupakan tumbuhan dominan di hutan pantai (84,314%). Artinya, gebang memiliki potensi yang cukup tinggi sebagai pakan merak pada bulan kemarau.

(3)

Tidak hanya merak yang hinggap dan makan buah gebang (klanthing:lokal), tapi kangkareng perut putih (Anthracoceros albirostris) juga memakannya.

Merak terlihat paling sering makan di vegetasi savana (tabel 21.) yaitu sebanyak 215 kali. Hutan pantai merupakan vegetasi dimana terlihat merak makan paling sedikit yaitu hanya 5 kali. Hasil analisis vegetasi di TNB menyatakan bahwa manting (S. polyanthum) merupakan anakan paling dominan yang terdapat di hutan pantai. Manting tidak pernah terlihat dimakan oleh merak hijau. Tumbuhan bawah yang terdapat di hutan pantai kebanyakan merupakan jenis kurang disukai oleh merak. Jika ada jenis yang disukai, biasanya daunnya sudah habis oleh mamalia besar yang sering berkubang di daerah hutan pantai.

Tabel 17. menunjukkan proporsi dimakannya suatu jenis tumbuhan dilihat dari habitusnya. Persentase paling tinggi adalah tumbuhan bawah (35,29%). Hal ini memperkuat dugaan bahwa merak lebih sering makan sambil berjalan.

B. Distribusi Pakan Merak Hijau

Frekuensi pakan dihitung untuk mengetahui tingkat penyebaran jenis tumbuhan sebagai pakan merak hijau di TNB. Serut (Streblus asper) merupakan jenis tumbuhan pakan merak hijau yang memiliki nilai frekuensi tertinggi (0.563%). Sedangkan jarong (A. aspera L.) dengan frekuensi 0.425% menduduki tempat kedua. Kemudian urutan setelahnya adalah jerukan dari suku Capparidaceae (Capparis separia L.) dengan nilai frekuensi 0.263%. Hal ini menunjukkan bahwa penyebaran serut lebih luas dibandingkan jarong, sehingga potensi serut untuk menjadi pakan merak menjadi lebih tinggi. Namun pada kenyataannya, merak lebih memilih jarong sebagai pakan. Ini disebabkan serut secara umum memiliki bentuk pohon, sedangkan jarong adalah tumbuhan bawah. Merak hijau lebih memilih tumbuhan bawah sebagai pakan dibandingkan pohon karena merak makan sambil berjalan.

Nilai frekuensi terkecil dimiliki oleh mengkuduan (M. tinctoria) yaitu sebesar 0.013%. Pohon mengkuduan hanya berada di tipe vegetasi savana saja, baik savana Bekol maupun savana Bama. Oleh karena itu nilai frekuensinya kecil.

(4)

C. Palatabilitas dan Analisis Proksimat Pakan Merak Hijau

Hasil pengamatan menunjukkan bahwa jarong (A. aspera L.) merupakan tumbuhan yang paling sering dimakan oleh merak dengan nilai palatabilitas 34.568%. Kemudian diikuti oleh othok-othok (Flemingia lineata Roxb.) dengan nilai 13.580% dan rayutan labu hutan (Passiflora sp.) dengan nilai 11.523% (tabel 16). Ketiga jenis ini banyak ditemukan di savana, dan juga ditemukan di tipe ekosistem lain yang diamati. Jarong memiliki nilai frekuensi yang cukup tinggi, namun othok-othok dan labu hutan memiliki nilai frekuensi kecil. Hal ini menunjukkan bahwa, meskipun penyebarannya tidak meluas di semua tipe vegetasi, namun kedua jenis ini tetap merupakan pilihan pakan merak yang utama. Jarong, othok-othok, dan daun labu hutan yang memiliki palatabilitas tinggi ini banyak ditemui di savana, terutama savana Bekol. Pernyataan ini mendukung pernyataan bahwa merak hijau lebih memilih makan di areal savana.

Gambar 21. Daun labu hutan (Passiflora sp.) (Doc.: Septania 2006)

(5)

Gambar 22. Daun mengkuduan (Morinda tinctoria) (Doc.: Septania 2006)

Selain jenis tumbuhan di atas, merak juga makan mengkuduan (M.

tinctoria), sangkep (A. indica), tarum (I. sumatrana), sidaguri (S. acuta Burm.

F)., gebang (C. utan), widuri (C. gigantea), bukol (Z. rotundifolia), B. prionitis L., liana daun kupu-kupu (B. angulata Roxb), pathikan kebo (E. hirta), kacang beneh (T. pumila Persl), Achyranthes sp, jerukan (C. separia L.), aseman (C. mimosoides Bl.), serut (S. asper), sokdoy (A. sarmentosa), rayutan bulu (I. obscura (L.) Kor), meniran (Phyllanthus sp.), melati hutan (P.

zeylanica L.), rayutan kacang (C. ternatea L.), rayutan kangkung (W.

acidula), santiet (P. foetida), dan M. tomentosa Roth. Dalam pengamatan di

lingkungan sekitar bangunan penginapan, terlihat merak juga makan cabai rawit (Capsicum sp)., jenis rumput lulangan (E. indica), bayem ri

(Amaranthus sp), dan jenis legum C. obtusifolia L.

Jarong merupakan tumbuhan bawah bukan rumput yang dominan dari empat tipe vegetasi yang diamati. Nilai penting paling tinggi terdapat di vegetasi savana, namun sebenarnya tumbuhan ini bukan asli savana. Sejak adanya invasi akasia di savana Baluran, jarong menjadi tumbuhan pionir yang dapat bertahan hidup bersama dengan beberapa jenis tumbuhan lain. Jarong menjadi pilihan utama makanan merak karena jarong memiliki kandungan gizi yang cukup baik serta memiliki penyebaran yang luas sesuai dengan daya jelajah merak, dan dapat hidup sepanjang musim. Selain itu, jarong memiliki buah dengan bentuk seperti padi yang mudah dimakan

(6)

merak sebagai granivor. Pada pengamatan, jika buah jarong sudah tidak ada maka daun jarong menjadi pilihan berikutnya.

Selain jarong, othok-othok juga merupakan tumbuhan pionir di savana yang mampu bertahan hidup. Meskipun populasinya tidak sebanyak jarong, namun ternyata tumbuhan ini merupakan pilihan makanan merak juga. Tekstur daun yang kasar dan agak tebal tidak mengurangi kelebihannya sebagai pakan merak. Dari beberapa pengamatan yang dilakukan, tidak pernah terlihat merak makan bunga othok-othok, yang dimakan hanya bagian daunnya saja. Selain di savana, tumbuhan ini juga terdapat di vegetasi hutan pantai. Populasinya mengelompok berpencar, tidak merata seperti jarong.

Labu hutan merupakan liana yang juga banyak ditemui di beberapa tipe vegetasi yang diamati, terutama savana. Bagian yang terlihat dimakan oleh merak hanya daun saja. Penyebaran labu hutan terutama dibantu oleh mamalia besar seperti kerbau dan banteng yang memakan buahnya kemudian menyebarkan bijinya.

Pemilihan tumbuhan sebagai pakan merak kurang bisa diperkirakan jika tanpa pengamatan. Pada saat pengamatan, dilihat jenis tumbuhan tertentu yang kira-kira dapat menjadi pakan merak. Namun ternyata tidak pernah terlihat merak makan tumbuhan tersebut, dan sebaliknya. Widuri

(Calotropis gigantea) yang ditemukan berada di savana dan hutan pantai,

memiliki daun yang tebal dan berdaging, serta memiliki getah berwarna putih. Merak memakan daun dan buahnya. Tumbuhan berduri banyak

(Barleria prionitis L.) juga tidak menyulitkan merak untuk memakan daun

yang terdapat di sela-sela duri.

Tumbuhan bawah dan liana menduduki peringkat paling tinggi sebagai pakan merak. Seperti yang terlihat pada tabel 17, hampir 80% tumbuhan bawah dan liana menjadi pilihan pakan bagi merak hijau. Hal ini mendukung teori bahwa merak makan sambil berjalan (Hernowo 1996). Merak lebih memilih tumbuhan bawah karena merak melakukan strategi makan sambil berjalan. Tumbuhan bawah lebih mudah diperoleh sebagai pakan pada saat merak berjalan. Merak makan daun atau buah pada pohon atau tihang hanya pada saat istirahat atau akan naik ke pohon tidur. Tetapi ada juga yang dengan sengaja naik ke pohon untuk memakan daun dan buah, seperti pada pohon mengkuduan (Morinda tinctoria) dan gebang.

(7)

Diduga, kesengajaan ini dilakukan untuk memperoleh nilai gizi atau nutrisi lain yang tidak ada pada tumbuhan bawah.

Bahan makanan yang masuk ke dalam saluran pencernaan akan dipecah menjadi senyawa-senyawa kecil untuk dapat diserap melalui dinding saluran pencernaan. Proses utama pencernaan adalah secara mekanik, enzimatik, maupun mikrobial. Merak masih satu suku dengan ayam yaitu Phasianidae (Faaborg 1988), oleh karena itu sistem pencernaannya bisa melalui pendekatan sistem pencernaan ayam. Merak sama seperti ayam, sering terlihat mematuk kerikil. Kerikil ini akan digunakan untuk membantu dalam pencernaan mekaniknya.

Seperti yang terlihat pada tabel hasil analisis proksimat (tabel 19), nilai gizi dari empat jenis pakan merak ternyata tidak jauh berbeda. Jarong memiliki palatabilias tertinggi, namun ternyata kandungan gizinya, terutama protein masih berada di bawah jenis pakan lainnya. Merak merupakan hewan pejalan yang kuat, oleh karena itu diperlukan asupan makanan dengan kandungan energi yang tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan proteinnya, merak makan serangga di sekitar habitat pakannya. Protein merupakan zat penyusun struktur jaringan lunak sedangkan lemak adalah cadangan energi. Daun biasanya memiliki banyak kandungan lemak, dan biji paling banyak mengandung lemak. Oleh karena itu merak banyak makan jarong untuk memenuhi konsumsi biji bagi tubuhnya.

Nilai kandungan serat kasar tertinggi terdapat pada jarong (29,69%). Semakin tinggi kandungan serat kasar, maka pencernaan enzimatis akan semakin sulit. Biji-bijian juga merupakan sumber serat kasar, sebagai bagian dari karbohidrat, yang tinggi. Namun merak tetap memilih jarong sebagai sumber pakan utamanya. Jika dilihat dari empat bahan yang sudah dilakukan analisis, sebenarnya kandungan serat kasarnya tidak terlalu jauh berbeda.

Bahan kering dari empat bahan pakan merak memiliki nilai hampir sama, artinya kandungan air yang terdapat dalam empat bahan tersebut juga hampir sama. Air merupakan zat makanan yang penting karena menyusun kira-kira 75% jaringan bebas lemak dalam tubuh. Oleh karena itu kebutuhan air sebagai zat makanan adalah tinggi. Untuk memenuhi kebutuhan air, merak minum dari sumber-sumber air yang ada, seperti sumber air bekol, kubangan bama, dan sumber air manting.

(8)

Analisis proksimat terhadap feses merak diperoleh hasil protein kasar rata-rata 18,60 dan serat kasar rata-rata 23,19. Hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan hasil analisis proksimat terhadap masing-masing bahan pakan merak. Analisis proksimat dilakukan hanya pada protein dan lemak karena kedua zat ini paling penting dalam menghasilkan energi. Dari kisaran hasil analisis proksimat jenis pakan merak dan feses, terlihat merak lebih memanfaatkan protein dibandingkan serat kasar. Merak memiliki tembolok dan ampela yang membantu proses pencernaan agar semakin baik, dapat dilihat dari feses merak yang halus hampir tidak terlihat seratnya. Penyerapan zat makanan pada saluran pencernaan merak harus efisien, karena sebagai burung besar, merak harus memiliki energi cukup banyak untuk dapat terbang pada saat menghindari musuh atau saat naik/turun pohon tidur, bahkan saat mencoba memetik buah yang diinginkan sebagai pakan. Pemanfaatan energi yang paling utama pada waktu pengamatan adalah untuk melakukan tarian pemikat bagi merak jantan terhadap merak betina (display).

Gambar 23. Merak hijau sedang display di hutan musim (Doc.: Septania 2006)

Daun serut diketahui dimakan merak hijau pada saat menghindar dari predator dengan hinggap di atas pohon ini. Pada saat ajag (Cuon alpinus) mengejar, merak terbang dan hinggap di atas pohon serut untuk kemudian naik ke pohon asam, lalu setelah ajag pergi, merak makan daun serut. Daun serut kasar dan tebal, hampir seperti othok-othok namun memiliki pertulangan daun dan warna yang berbeda. Daun jerukan (Capparis separia

(9)

L.) lebih halus dan lunak. Merak tidak pernah terlihat makan daun jerukan dengan hinggap di atas pohon, yang dipilih hanya anakannya.

Gambar 24. Merak di atas pohon serut (Streblus asper) di Hutan Pantai (Doc.: Septania 2006)

Gambar 25. Ajag (Cuon alpinus) sebagai predator merak hijau (Doc.: Septania 2006)

D. Aktivitas makan

Pengamatan yang dilakukan pada cara makan merak hijau memberikan hasil yang bervariasi. Untuk pakan yang ada di atas kepalanya, merak bisa meloncat-loncat untuk mendapatkannya, setelah mendapatkan biasanya daun disobek atau buah dipatuk. Sedangkan untuk jenis tumbuhan seperti widuri, merak mematuk-matuk daun yang ada di bawah, dan demi mendapatkan buah maka merak meloncat-loncat untuk memotong tangkai

(10)

buah hingga buah jatuh. Setelah terjatuh maka dengan mudah merak membuka kulit buah dengan paruh, lalu mematuk biji-biji di dalam buah.

Untuk jenis tumbuhan seperti jarong, merak makan sambil berjalan, biasanya pada saat menuju ke arah sumber air. Cara memakan daunnya seperti biasa yaitu dipatuk. Namun memakan buahnya dengan cara yang agak lain, karena buahnya menempel pada satu tangkai panjang, maka merak menjepitkan paruhnya pada ujung paling bawah kemudian menariknya hingga ujung atas (Jawa:diplurut). Sedangkan untuk tumbuhan tingkat tihang atau pohon, merak biasanya hinggap di atas dahan, baik disengaja maupun tidak disengaja, dan memakan daun dengan memotong dan menariknya. Hal ini terlihat pada saat merak hijau sedang makan daun mengkuduan dengan hinggap di atas dahan. Selain mengkuduan, pohon yang dengan sengaja dihinggapi merak adalah gebang Untuk memperoleh buah gebang, merak akan terbang hinggap di atas pohon gebang di pagi hari. Bisa juga pada saat merak akan tidur di sore hari, dimana merak akan langsung tidur di pohon tersebut. Merak memakan isi dalam buah gebang yang berbentuk seperti agar-agar. Jika terlalu matang, isi gebang akan keras dan tidak mudah dimakan. Jika hal ini terjadi, biasanya merak memakan kulit luar buah yang manis. Kemanisan kulit buah ini juga tergantung dari umur buah.

Maryanti (2007) menyatakan bahwa merak hijau di TNB melakukan aktifitas makan antara pukul 05.12 WIB – 09.13 WIB dan antara 13.55 WIB – 17.18 WIB. Aktifitas makan ini disebut aktifitas makan primer. Sedangkan aktifitas makan sekunder dilakukan pada saat berteduh di siang hari maupun pada saat berlindung. Aktifitas makan sekunder dilakukan karena kebutuhan makan merak waktu pagi belum cukup.

Merak jarang melakukan kaisan kaki, namun untuk makan serangga, merak melakukannya. Merak melakukan sedikit kaisan agar rayap dan semut di tanah dapat terlihat, kemudian merak mematuk dengan paruhnya.

Telah dibahas sebelumnya bahwa merak lebih menyukai savana sebagai tempat makan dibandingkan tipe ekosistem yang lain. Maryanti (2007) juga menyatakan bahwa durasi merak untuk makan di savana lebih lama dibandingkan yang lain.

(11)

E. Strategi Mencari Pakan (Foraging Strategy)

Merak hijau makan sambil berjalan menuju tempat minum, berteduh, tidur, dan aktivitas lainnya. Merak berjalan secara berkelompok yaitu 2-6 individu tiap kelompoknya, tapi merak jantan dewasa biasanya berjalan sendiri.

Gambar 26.Merak berteduh di pohon mimba (Azadirachta indica) (Doc.: Septania 2006)

Merak akan langsung makan setelah turun dari pohon tidurnya. Kemudian merak akan berjalan menuju sumber air sambil tetap melakukan aktivitas makan. Setelah berteduh di siang hari, merak akan menuju pohon tidurnya sambil makan juga. Pada saat berteduh, sulit dilakukan pengamatan terhadap aktivitas makan sekunder karena tempat berteduh biasanya berada di semak-semak.

Merak hijau melakukan aktivitas makan sambil memperhatikan keadaan lingkungannya, yaitu dengan menegakkan kepalanya. Sikap waspada ini juga dilakukan saat merak sedang minum. Sumber air minum merak bisa berupa sumber air tawar maupun air payau.

(12)

Gambar 27. Merak minum di kubangan Bama (Doc.: Septania 2006)

Sumber air payau terbentuk secara alami. Air yang payau disebabkan lokasinya yang sangat dekat dengan pantai sehingga sumber air tawar bercampur dengan infiltrasi air laut. Bahkan di sumber air Kalitopo, air laut ikut menggenangi sumber air jika terjadi pasang air laut. Sumber air tawar di savana Bekol dibuat oleh petugas Taman Nasional Baluran. Tempat air dibuat dari semen dan batu bata yang berbentuk bak penampung air, pengisian air dilakukan melalui pemompaan air tanah dari sumur bor secara rutin. Dalam penelitian ini telah teramati 25 ekor merak hijau yang melakukan aktivitas minum secara bersamaan di bak penampung air bekol.

Melakukan pengamatan tumbuhan sebagai pakan merak tidak mudah karena merak termasuk hewan yang sangat awas dan waspada. Sebagian besar merak waspada (kepala tegak dan berbunyi tak..tak..tak..) pada jarak 20 meter. Namun beberapa merak bisa teramati sampai jarak 7 meter jika tidak menyadari kejanggalan atau kehadiran pengamat. Jika pengamat melakukan gerakan sedikit saja, merak akan terbang menjauh. Ketinggian pohon sebagai titik pengamatan bervariasi, dari 3 meter sampai 7 meter dari permukaan tanah.

(13)

Gambar 28. Pohon Bukol sebagai titik pengamatan di tengah savana (Doc.: Septania 2006)

Taman Nasional Baluran Seksi Bekol, sebagian besar merupakan zona pemanfaatan. Pantai Bama yang merupakan bagian dari seksi Bekol juga merupakan tempat pariwisata. Gangguan sering terjadi pada saat pengamatan dilakukan, dan menyebabkan menyingkirnya merak dari jarak pandang. Merak takut terhadap benda asing, jika melihat manusia baik berjalan atau menggunakan kendaraan bermotor, merak akan berusaha bersembunyi dengan terbang maupun berlari ke balik semak-semak.

Gangguan terhadap pengamatan merak semakin meningkat di bulan terakhir penelitian yaitu bulan September. Pemeliharaan habitat savana dengan pembakaran dilakukan oleh petugas setempat. Tidak hanya cukup dengan pembakaran, pembabatan terhadap akasia dan pemeliharaan jalan setapak pun dilakukan. Kegiatan ini membutuhkan banyak tenaga manusia. Semakin banyak manusia di lokasi pengamatan, maka merak semakin sulit untuk diamati.

Selain gangguan tersebut, banyak terjadi eksploitasi terhadap hasil hutan, baik yang berupa kayu maupun bukan kayu. Gangguan ini juga menyebabkan berpindahnya lokasi aktivitas merak, baik pohon tidur, pohon berlindung, bahkan tempat makan. Selain perpindahan lokasi, pola konsumsi makan merak juga diduga dapat berubah. Dari hasil penelitian yang sudah pernah ada, jarong tidak pernah tercatat sebagai pakan merak di TNB, hingga kini menjadi pilihan utama pakan oleh merak. Hal ini berarti

(14)

merak menggunakan strategi foraging oportunis, dimana jika terjadi perubahan vegetasi pakan maka merak dapat melakukan penyesuaian secara cepat.

Catatan pertama mengenai populasi merak hijau jawa di TNB oleh Hernowo (1995) sebanyak 120 ekor di resort Bekol, ternyata sudah mengalami penurunan menjadi 61,8 ekor (Risnawati 2008). Gangguan yang terjadi diduga menjadi salah satu penyebab turunnya populasi satwa tertentu terutama merak hijau di TNB. Gangguan tersebut berupa eksploitasi hasil hutan terutama satwa tertentu seperti merak.

Gambar

Gambar 21. Daun labu hutan (Passiflora sp.)
Gambar 22. Daun mengkuduan (Morinda tinctoria)
Gambar 23. Merak hijau sedang display di hutan musim
Gambar 24. Merak di atas pohon serut (Streblus asper) di Hutan Pantai
+4

Referensi

Dokumen terkait

Baby blues ini dikategorikan sebagai sindrom gangguan mental yang ringan oleh sebab itu sering tidak dipedulikan sehingga tidak terdiagnosis dan tidak

Qbonk Media Group - Pusat konsultasi dan penjualan Ebook Teknisi PC, Teknisi Laptop, Teknisi Jaringan PC, Bisnis Online.. www.agussale.com www.dpcworld.com

Pada pertemuan berikut, guru membantu kelancaran siswa dalam melaporkan hasil kerja kelompok dan memberikan penguatan terhadap hasil kerja kelompok; (c) Tahap empat,

Komplikasi infeksi pada sindrom nefrotik terjadi karena konsentrasi IgG serum yang rendah (akibat hilangnya immunoglobulin melalui urin, peningkatan laju katabolisme, dan

Jika memang harus menggunakan pompa, sebaiknya dilakukan pemeliharaan yang teratur dan sesuai standar sehingga pompa dapat bertahan sesuai dengan umur rencana dan

Ucapan terimakasih juga tidak lupa penulis sampaikan kepada Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Muhammadiyah

Relaksasi afirmasi merupakan teknik gabungan antara relaksasi dan afirmasi yang dapat menurunkan emosi negatif dengan menanamkan kalimat afirmasi ke dalam pikiran alam bawah sadar