• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH. PERANAN KARANTINA PERTANIAN DALAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) PENDAHULUAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH. PERANAN KARANTINA PERTANIAN DALAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca) PENDAHULUAN"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PERANAN KARANTINA PERTANIAN DALAN PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT TERPADU

PADA TANAMAN KUBIS (Brassica oleracca)

Lenny Hartati Harahap,SP.Msi.

( POPT Ahli Pertama pada Balai Besar Karantina Pertanian Belawan) Dipublikasikan melalui www.bbkpbelawan.deptan.go.id tanggal 18 Mei 2010

PENDAHULUAN

PHT dan Karantina Pertanian memadukan berbagai metode pengelolaan tanaman budidaya dalam perpaduan yang paling efektif dalam mencapai stabilitas produksi, dengan seminimal mungkin bagi manusia dan lingkungan.

Dengan keluarnya Undang-Undang No.12 Tahun 1992 tentang Budidaya Tanaman yang salah satu pasalnya menyatakan supaya mengendalikan OPT dengan cara Pengedalian Hama Terpadu (PHT). PHT meliputi empat prinsip dasar, yaitu:

1. Tanaman budidaya yang sehat

Sasaran pengelolaan agro-ekosistem adalah produktivitas tanaman budidaya. Pemilihan varietas, tanaman yang memperoleh cukup pemupukan, pengairan, penyiangan gulma dan disertai pengolahan tanah yang baik sebelum masa tanam adalah dasar bagi pencapaian hasil produksi yang tinggi. Budidaya yang sehat dan kuat bagian program PHT.

2. Melestarikan dan Mendayagunakan fungsi musuh alami

Kekuatan unsur-unsur alami sebenarnya mampu mengendalikan lebih dari 99% hama kebanyakan lahan agar tetap berada pada jumlah yang tidak merugikan. Tanpa disadari, sebenarnya semua petani bergantung pada kekuatan alami yang sudah tersedia di lahannya masing-masing. PHT secara sengaja mendayagunakan dan memperkuat peranan musuh alami yang menjadi jaminan pengendalian, serta memperkecil pemakaian pestisida berarti mendatangkan keuntungan ekonomis kesehatan dan lingkungan tidak tercemar.

3. Pemantauan Lahan Secara Mingguan

Masalah hama tidak timbul begitu saja. Masalah ini timbul karena kombinasi faktor-faktor lingkungan yang mendukung pertumbuhan populasi hama. Kondisi lingkungan atau ekosistem sangat penting artinya dalam kaitannya dengan timbulnya masalah ham. Dalam hal ini PHT menganjurkan pemantauan lahan secara mingguan oleh petani sendiri untuk mengkaji masalah hama yang timbul dari keadaan ekosistem lahan yang cenderung berubah dan terus berkembang. Pengendalian Hama Terpadu membantu petani untuk mempelajari dan mempraktekkan keterampilan teknologi pengendalian hama.

4. Petani Menjadi Ahli PHT di Lahannya Sendiri

Pada dasarnya petani adalah penanggung jawab, pengelola dan penentu keputusan di lahannya sendiri. Petugas dan orang-orang lain merupakan nara sumber, pemberi informasi dan pemandu petani apabila diperlukan. Maka untuk itu petani dilatih untuk AHLI PHT dilahannya sendiri. Dengan keahliannya itu petani secara mandiri dan percaya diri mampu untuk melaksanakan dan menerapkan prinsip teknologi PHT di lahannya sendiri. Sebagai ahli PHT petani harus mampu

(2)

menjadi pengamat, penganalisis ekosistem, pengambil keputusan pengendalian dan sebagai pelaksana teknologi pengendalian sesuai dengan prinsip-prinsip

PERANAN KARANTINA PERTANIAN

Karantina Pertanian adalah bagian integral dari kegiatan perlindungan tanaman sebagai upaya penyelamatan dan kelestarian lingkungan dalam kerangka keberhasilan peningkatan produksi pertanian.

Menyelamatkan tetumbuhan (pangan, perkebunan dan kehutanan) dari ancaman gangguan hama/penyakit tanaman (organisme pengganggu tumbuhan) merupakan tujuan diselenggarakannya upaya Karantina.

Latar belakang yang membuat Karantina menjadi penting adalah kenyataan bahwa tindak “Karantina” dapat mencegah, melindungi masuk dan tersebarnya OPT dari negara lain dang menghindarkan kerugian ekonomi dalam negeri akibat serangan hama dan penyakit berbahaya jika lolos dari penjagaan Karantina.

Kegiatan Karantina disebut “ tindakan Karantina”, terdiri dari rangkaian pengawasan (Searching), pemeriksaan (Inspection), dan penilaian (Appraisal) terhadap media pembawa potensial OPT (tanaman, bibit tanaman, hasil tanaman) yang dimasukkan (impor), dikeluarkan (ekspor), dibawa antar pulau (domestik) dalam lalulintas transportasi dan perdagangan. Dengan demikian penyelenggaraan Karantina adalah dipelabuhan pemasukan, pengeluaran dan antar batas negara/pulau.

Benih Cruciferae (kubis-kubisan) adalah sebagian dari benih sayuran yang paling banyak didatangkan dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan akan benih sayuran didalam negeri.

Masalah utama dalam penggunaan benih kubis-kubisan ini adalah bakteri penyebab penyakit busuk hitam (black rot), Xanthomonas campestris (Pammel) Dowson, yang dapat ditularkan melalui benih (seed-borne). Untuk menghindarkan kerugian karena serangan penyakit ini di pertanaman sebaiknya hanya benih yang sehat dan tidak mengandung bakteri patogen tersebut yang digunakan.

PETUNJUK PHT UNTUK TANAMAN KUBIS 1. Sebelum Tanam

Varietas

- Pemilihan varietas untuk pertanaman merupakan langkah awal dalam pelaksanaan budidaya tanaman sehingga dalam pemilihan ini benar-benar dilaksanakan dan dipikirkan apa yang akan ditanam.

Waktu Tanam

- Setiap saat, tetapi untuk musim kemarau, serangan hama akan lebih banyak. - Bibit sudah berumur kira-kira 3 minggu

Persiapan lahan

- 2 hari sebelum tanam, tanah yang sudah diolah mulai di bedeng-bedeng dengan ukuran bedengan 1 m. Bagian yang akan dibuat timbunan ini berguna untuk menutup pupuk kandang yang ditaburkan diatas bedengan.

(3)

Persemaian

- Buatlah petakan dengan ukuran 1 x 3 m, setinggi 30 cm.

- Campurkan pupukkandang yang benar-benar matang kedalam petakan tersebut.

- Biarkan 3-4 hari supaya tanah terkena sinar matahari langsung. Bersihkan gulma yang mulai tumbuh.

- Pasang naungan dari daun pisang atau daun kelapa supaya tanaman tidak terkena sinar matahari atau hujan secara langsung.

- Pemeliharaan persemaian yang terpenting adalah penyiraman. Siramlah persemaian setiap pagi dan sore dengan menggunakan gembor yang halus. Atau alirkan air kedalam parit yang mengelilingi petakan. Jika terlihat ada serangan jamur, yaitu busuk pangkal batang, segera buang tanaman yan terserang.

Waktu Tanam

- Tanamlah bibit kubis yang sudah siap dari persemaian (setelah berumur 3-4 minggu) dengan jarak tanam 60 x 70 cm, dengan

cara memasukkan benih kubis ke dalam lubang yang sudah dibuat, kemudian tutuplah dengan tanah.

- Berikan pupuk dasar 5 gram TSP/SP 36 dan 5 gram KCL per tanaman dengan cara ditugalkan di sebelah lubang tanam.

2. Setelah Tanam

Awal Pertumbuhan (0 – 15 hari)

- Setelah bibit ditanam di lapang, segera disiram dan diberi naungan, bisa dengan batang pisang, bisa juga dengan daun-daunan yang lain supaya tanaman tidak layu.

- Penyiraman dilakukan setiap sore sampai tanaman benar-benar hidup. - Tanaman yang mati disulam.

- Pemupukan susulan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari, 1 gram Urea pertanaman, dengan cara ditunggalkan 5 cm dari tanaman.

- Pengendalian hama secraa mekanis “pithesan”, yaitu mengambil hama yang ada kemudian dipencet dngan jari.

Fase Pembentukan daun (15 – 35 hari)

- Penyiangan pada saat tanaman berumur 34 hari - Penambahan 5 g urea/tanaman saat umur 35 hari.

- Pertumbuhan tanaman pada fase ini sangat penting karena akan mempengaruhi pertumbuhan selanjutnya.

- Pengendalian hama dengan cara “pithesan”

Fase Pembentukan telur (35 – panen)

- Peka terhadap serangan penyakit dan ulat jantung kubis

- Pengendalian hama dengan cara “pithesan” , yaitu dengan mengambil hama yang ada kemudian dibunuh.

(4)

Pengamatan

Dilakukan sesuai dengan lembar pengamatan. Cara pengamatan petunjuk umum.

3. Hama Tanaman Kubis

a. Ulat tritip/ulat daun (Plutella xylostella)

Ulat tritip memakan bagian bawah daun sehingga tinggal epidermis bagian atas saja. Ulatnya kecil kira-kira 5 mm berwarna hijau. Jika diganggu akan menjatuhkan diri dengan menggunakan benang. Ulat ini cepat sekali kebal terhadap satu jenis insektisida. Pengendalian dapat dilakukan dengn cara “pithesan” yaitu mengambili ulat yang terdapat pada tanaman kubis, kemudian dipencet sampai mati.

b. Ulat krop/jantung kubis (Crocidoomia binotalis)

Sering menyerang titik tumbuh sehingga disebut sebagai ulat jantung kubis. Ulatnya kecil berwarna hijau lebih besar dari ulat tritip, jika sudah besar garis-garis coklat. Jika diganggu agak malas untuk bergerak. Berbeda dengan ulat tritip yang telurnya dietakkan secara menyebar, ulat jantung kubis meletakkan telurnya dalam satu kelompok. Pengendalian sama dengan ulat tritip. c. Ulat Grayak (Spodoptera Litura)

Ulat grayak juga mau menyerang kubis. Pengendaliannya sama dengan ulat tritip. d. Ulat Tanah (Agrotis Ipsilon)

Ulat berwarna hitam. Gejala kerusakan yang ditimbulkan ialah terpotongnya tanaman kubis yang masih kecil. Pengendalian dapat dilakukan dengan membongkar tanah secara berhati-hati disekitar tanaman yang terpotong. Apabila serangan banyak, dapat digunakan karbofuran, furadan ataucurater.

4. Penyakit Tanaman Kubis

Penyakit yang biasa menyerang tanaman kubis antara lain sebagai berikut. NODA COKELAT Ciri-ciri serangan penyakit ini ialah terdapat bintik-bintik kering berwarna cokelat yang dapat meluas. Penyebabnya adalah jamur Altenaria brassicae. Untuk mencegah timbulnya penyakit ini, biji yang akan disemai sebaiknya direndam terlebih dahulu ke dalam larutan sublimat 101o selama 15 menit. Atau, tanaman yang telah tumbuh disemprot dengan zineb. BUSUK HITAM Ciri-ciri serangan penyakit ini mula-mula tepi daun basah kemudian mengering. Urat-urat daun dan batang menjadi hitam. Pertumbuhannya kerdil. Tidak jarang tanaman yang terserang akan membusuk. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris. Penyakit ini dapat dicegah dengan menghindari pemakaian lahan bekas penanaman kubis yang terserang. Tindakan lain adalah desinfeksi biji dengan merendam biji kubis ke dalam larutan merkuri klorida selama 30 menit, kemudian dicuci dan dikeringkan lagi. Tanaman yang sudah terserang segera dicabut karena pemberantasannya sukar. BUSUK AKAR Penyakit ini dapat menyerang tanaman kubis di persemaian maupun di areal pertanaman dewasa. Ciri-ciri serangannya ialah biji di pesemaian tidak bisa tumbuh. Bibit yang tumbuh menjadi layu dan akhirnya membusuk. Pada tanaman dewasa tulang-tulang daun berwarna cokelat muda, kemudian menjadi hitam memanjang. Biasanya bagian dasar daun berwarna hitam, lalu berubah menjadi kuning (layu). Penyebab penyakit ini adalah cendawan yang dalam bentuk tidak sempurna disebut Rhizoctonia solani Khun. Untuk mencegah timbulnya penyakit ini, sebaiknya biji-biji yang akan disemai didesinfeksi terlebih dahulu. Tanaman yang sudah terserang segera dicabut

(5)

Bahan Pustaka

Anonimus, 2000, Prosiding Apresiasi Karantina Tumbuhan, Balai Karantina Tumbuhan Belawan Agus Suyanto, 1994. Hama sayurr dan buah. Seri PHT. Penebar Swadaya Purwokerto.

Apple, J.L. and R.F. Smith, 1976. Integrated Pest Management. New York and London. Plemem Press

Ida Nyoman OKA, 1995. Pengendalian Hama Terpadu dan Implementasinya di Indonesia. Gajah Mada University Press. Jogyakarta

Pimentel, D. 1982. Perspectives of integrated Pest Management. Crop Protection. Volume 7, No.7. 1982. Rini Wudianto, 1996. Petunjuk Penggunaan Pestisida Edisi Revisi. Penebar Swadaya. Ingatlah Bahaya

Pestisida Bunga Rampai.

Riza, V.T dan Gayati, 1994. Residu Pestisida dan Alternatifnya. PAN Indonesia Jakarta.

Robert L. Matcalf and William H. Lukmann, 1982. Introduction to Insect Pest Management. Second edition. A Willy & Sons. New York, Chichester, Brisbone, Toronto, Singapore.

Semeru Ashari, 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. Universitas Indonesia UI Press, Jakarta.

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Pada wilayah berbukit dengan kemiringan >30% tidak dianjurkan untuk kelapa sawit karena akan memerlukan biaya yang besar untuk pengolahannya, sedangkan produksi

NO NAMA LENGKAP NIP TEMPAT TANGGAL LAHIR PANGKAT/ GOLONGAN JABATAN/MAPEL KELAS NAMA MADRASAH NSM ALAMAT TELP.. MAJELIS TAKLIM NO.02 GLEDUG

Oliver dalam Tjiptono (2005:387) mengemukakan bahwa loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk atau jasa yang

Hasil analisis jaringan tanaman merekomendasikan untuk melakukan pemupukan pada tanaman perkebunan dengan 150 gram N, 75 gram P2O5, dan 150 gram K2O pertanaman.. Dari

Sementara responden yang tidak setuju berjumlah 137 orang dengan alasan stereotip yang selama ini banyak dikemukakan tentang becak, yaitu misalnya becak tidak manusiawi,

Prinsip uji toksisitas akut oral yaitu, sediaan uji dalam beberapa tingkat dosis yang diberikan pada beberapa kelompok hewan uji dengan satu dosis per kelompok, kemudian dilakukan

Dari tabel IV.C.26 dapat dilihat bahwa pola produksi yang paling baik digunakan oleh PT.Batik Danar Hadi Solo untuk batik tulis pada tahun 2006 adalah pola produksi bergelombang

Dengan pemahaman diatas, pengembangan hukum islam di lihat dari kaca mata filsafat, hukum Islam yang pertama dan sumber hukum Islam adalah pembuat hukum Islam itu sendiri.sumber