• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Identifikasi

Identifikasi adalah proses pengenalan, menempatkan obyek atau individu dalam suatu kelas sesuai dengan karakteristik tertentu (Kartini Kartono, 2008:65). Identifikasi adalah penentuan atau penetapan identitas seseorang atau benda”. identifikasi adalah suatu proses yang dilakukan seseorang, secara tidak sadar, seluruhnya atau sebagian, atas dasar ikatan emosional dengan tokoh tertentu, sehingga berperilaku atau membayangkan dirinya seakan-akan ia adalah tokoh tersebut. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa identifikasi adalah penempatan atau penentu identitas seseorang atau benda pada suatu saat tertentu.

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa identifikasi merupakan kecenderungan atau keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan individu lain yang ditiru. orang lain yang menjadi sasaran identifikasi disebut idola (dari kata idol yang berarti "sosok yang dipuja"). Secara sepintas, identifikasi hampir mirip dengan imitasi, namun sesungguhnya keduanya adalah hal yang berbeda. Dalam proses identifikasi, peniruan dilakukan secara menyeluruh, sehingga proses identifikasi lebih mendalam dibandingkan dengan proses peniruan imitasi.

Awal berlangsungnya identifikasi adalah adanya rasa kekaguman yang kemudian mendorongnya untuk menyamakan diri dengan orang yang

(2)

dikagumi tersebut. Individu yang melakukan identifikasi tidak hanya meniru gaya hidup, penampilan dna tingkah laku sang idola, akan tetapi juga menempatkan kepercayaan serta prinsip hidup sang idola menjadi kepercayaan dan prinsip hidupnya sendiri.

Sehingga dalam proses identifikasi diperlukan adanya pengetahuan yang mendalam tentang sosok idolanya tersebut. Seperti halnya imitasi identifikasi juga memberi dampak negatif dan dampak positif tergantung pada sosok idola yang pilih. Jika idola tersebut baik, maka identifikasi yang dilakukan menjadikan ia sebagai individu yang baik. Namun sebaliknya, jika idola tersebut jelek dalam pandangan umum, maka akan menjadi individu yang dinilai sama dengan idola tersebut oleh masyarakat.

B. Belajar

1. Definisi Belajar

Belajar menurut Winkel (2007:35) merupakan suatu aktivitas mental/ psikis yang berlangsung dalam interaktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dan pengetahuan-pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Sedangkan menurut pengertian belajar secara psikologis adalah suatu proses perubahan yaitu perubahan didalam tingkah laku sebagai hasil memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan dinyatakan dalam seluruh aspek tingkah laku (Ahmadi, 2000:21).

(3)

Pengertian diatas menunjukkan adanya kesamaan dalam pengertian-pengertian belajar yaitu adanya proses-proses dan usaha dari individu yang melakukan belajar sebagai bahan memperoleh hasil berupa kecakapan, pengalaman, kebiasaan baru, perubahan tingkah laku dan penyesuaian diri dalam interaksi dengan lingkungan.

2. Bentuk Perbuatan Belajar

Gagne berpendapat, bahwa dalam belajar dapat dilihat dari segi proses dan dapat pula dilihat dari segi hasil (Sudjana, 2002:46). Dari segi proses, menurut Gagne ada delapan tipe perbuatan belajar, yaitu:

a. Belajar Signal. Bentuk belajar ini paling sederhana yaitu memberikan reaksi terhadap perangsang.

b. Belajar mereaksi perangsang melalui penguatan, yaitu memberikan reaksi yang berulang-ulang menakala terjadi reinforcement atau penguatan.

c. Belajar membentuk rangkaian, yaitu belajar menghubung-hubungkan gejala atau faktor yang satu dengan yang lain. Sehinggga menjadi satu kesatuan (rangkaian) yang berarti.

d. Belajar asosiasi verbal, yaitu memberikan reaksi dalam bentuk kata-kata, bahasa, terhadap perangsang yang berarti.

e. Belajar membedakan hal yang majemuk, yaitu memberikan reaksi yang berbeda terhadap perangsang yang hampir sama sifatnya. f. Belajar konsep, yaitu menempatkan objek menjadi satu klasifikasi

tertentu.

g. Belajar kaidah/ prinsip, yaitu menghubung-hubungkan beberapa konsep.

h. Belajar memecahkan masalah, yaitu menggabungkan beberapa kaidah atau prinsip, untuk memecahkan persoalan.

Sedangkan perbuatan belajar yang dilihat dari segi hasil belajar menurut Gagne adalah sebagai berikut :

a. Informasi Verbal ( Verbal Information )

Yaitu pengetahuan yang dimiliki seseorang dan dapat diungkapkan dalam bentuk bahasa, lisan dan tertulis. Mempunyai informasi verbal memegang peranan cukup penting dalam kehidupan manusia, karena

(4)

tanpa sejumlah pengetahuan orang tidak dapat mengatur kehidupan sehari-hari dan tidak dapat berkomunikasi dengan orang lain secara berarti.

b. Kemahiran Intelektual ( Intellectual Skill )

Yaitu kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan hidup dan dirinya sendiri dalam bentuk suatu representasi, khususnya konsep dan berbagai lambang/ simbol ( huruf, angka, kata dan gambar ) c. Pengaturan Kegiatan Kognitif ( Cognitive Strategy )

Gagne menyebut “Cognitive Strategy” sebagai cara menangani aktivitas belajar dan berpikir sendiri mempunyai aplikasi yang luas sekali. Makin mampu seseorang dalam hal ini, makin baik pula hasil pemikirannya.

d. Keterampilan Motorik ( Motor Skill )

Orang yang memiliki suatu keterampilan motorik, mampu melakukan suatu rangkaian gerak jasmani dalam urutan tertentu, dengan mengadakan koordinasi antara gerak gerik berbagai anggota badan secara terpadu. Dalam kehidupan manusia, keterampilan motorik memegang peranan yang sangat pokok. Pada waktu masuk sekolah dasar, anak memperoleh keterampilan-keterampilan baru, seperti menulis dengan memegang alat tulis dan membuat gambar-gambar, keterampilan-keterampilan ini menjadi bekal dalam perkembangan kognitifnya.

e. Sikap ( Attitude )

Sikap merupakan kemampuan internal yang berperanan sekali dalam mengambil tindakan, lebih-lebih bila terbuka berbagai kemungkinan untuk bertindak. Orang yang memiliki sikap yang mantap mampu memilih secara tegas diantara beberapa kemungkinan.

3. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Suryabrata (2004:249 ) mengemukakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi belajar seseorang yaitu :

a. Faktor dari luar diri

1) Faktor non sosial seperti pengaruh udara, suhu dan cuaca 2) Faktor sosial seperti kebisingan suara

b. Faktor dari dalam diri

1) Faktor fisik seperti hambatan penglihatan, kelelahan, kurang tidur dan kurang makan.

2) Faktor psikologi yaitu kejiwaan seperti kurang motivasi dan kelemahan intelektual.

(5)

C. Kesulitan Belajar

1. Pengertian

Kesulitan belajar adalah suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar (Ahmadi, Supriyono, 2000:68).

Menurut Abdurrahman (2012:1) kesulitan belajar merupakan terjemahan dari bahasa inggris learning disability. Learning artinya belajar sedangkan Disability artinya ketidakmampuan sehingga kesuitan belajar dapat diartikan ketidakmampuan dalam belajar.

Selanjutnya dalam buku sama Abdurrahman (2012:7) kesulitan belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok yaitu :

a. Kesulitan belajar yang berhubungan dengan perkembangan (Developmental learning disability) mencakup ganguan motorik dan persepsi, kesulitan belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku social. Kesulitan belajar ini sukar diketahui baik oleh orang tua maupun guru disekolah karena tidak ada pengukuran-pengukuran yang sistematis.

b. Kesulitan belajar akademik (academic learning disability) mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca, menulis, dan berhitung. Kesulitan belajar ini dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.

Pengertian belajar sebagaimana dikemukakan oleh Ahmadi (2000:120) adalah merupakan “Suatu proses dan bukan suatu hasil, oleh karena itu belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai tujuan”.

(6)

Sedangkan menurut Prayitno dan Amti (2008:279-280) masalah belajar memiliki bentuk yang banyak ragamnya, yang pada umumnya dapat digolongkan atas :

a. Keterlambatan akademik, yaitu keadaan siswa yang diperkirakan memiliki intelegensi yang cukup tinggi, tetapi tidak dapat memanfaatkannya secara optimal.

b. Ketercepatan dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang cukup tinggi atau memiliki IQ 130 atau lebih, tetapi masih memerlukan tugas-tugas khusus untuk memenuhi kebutuhan dan kemampuan belajarnya yang amat tinggi.

c. Sangat lambat dalam belajar, keadaan siswa yang memiliki bakat akademik yang kurang memadai dan perlu dipertimbangkan untuk mendapat pendidikan atau pengajaran khusus.

d. Kurang motivasi dalam belajar, yaitu keadaan siswa yang kurang bersemangat dalam belajar, mereka seolah-olah Nampak jera dan malas.

e. Bersikap dan berkebiasaan buruk dalam belajar, yaitu kondisi siswa yang kegiatannya atau perbuatan belajarnya sehari-hari antagonistic dengan yang seharusnya.

Kasulitan dalam belajar dapat diartikan sebagai hambatan yang dialami individu dalam proses belajar. Hal ini disebabkan oleh dalam serangkaian kegiatan belajar, tidak semua individu dapat secara lancar memperoleh materi belajar/tujuan belajar, akan tetapi ada sebagian dari individu yang akan mengalami kesulitan belajar.

2. Bentuk – bentuk Kesulitan Belajar

Menurut Winatapura (2003:34) bentuk-bentuk kesulitan belajar yang biasa dijumpai adalah :

a. Learning Disorder (kekacauan dalam belajar)

Yaitu kondisi keadaan dimana proses belajar seseorang tergantung karena timbulnya respon yang bertentangan.

b. Learning Disabilities (ketidakmampuan belajar)

Dimana kesulitan gejala anak tidak mampu belaja atau menghindari proses belajar, sehingga hasil belajar yang dicapainya berada di bawah potensi intelektualnya.

(7)

c. Learning Disfunction (ketidak berfungsian kegiatan belajar mengajar) Mengacu kepada gejala dimana proses belajar tidak berfungsi dengan baik, meskipun sebenarnya anak tidak menunjukkan adanya subnormalitas gangguan alat indera atau gangguan fisikologis lainnya. d. Under achiever (Kemampuan tinggi, hasil yang dicapai rendah)

Yaitu anak yang mempunyai intelegensi di atas normal, dan ia tidak dapat mengembangkan kelebihan yang dimilikinya.

e. Slow Learnes ( lambat belajar)

Yaitu anak yang lambat dalam belajarnya sehingga membutuhkan waktu yang relatif lama untuk dapat memahami suatu materi dibandingkan dengan temannya yang lain .

Sedangkan kesulitan belajar yang sering dijumpai pada siswa kelas XI pada seluruh mata pelajaran yang dapat dilihat melalui leger nilai (terlampir).

D. Faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa

Menurut Ross dalam Abdurrahman (2009:68), kesulitan belajar banyak disebabkan oleh adanya gangguan perkembangan dari penggunaan dan mempertahankan perhatian selektif.

Penyebab utama kesulitan belajar adalah faktor internal, yaitu kemungkinan adanya disfungsi neurologis, sedangkan penyebab utama problem belajar adalah faktor eksternal, yaitu antara lain berupa strategi pembelajaran yang keliru. Pengelolaan kegiatan belajar yang tidak membangkitkan motivasi belajar anak, dan pemberian ulangan penguatan yang tidak tepat (Abdurrahman, 2009:13).

Selanjutnya Abdurrahman menjelaskan, ditinjau dari aspek psikologi perkembangan, kesulitan belajar disebabkan oleh faktor kematangan. Lingkungan sosial yang berupaya mempercepat proses perkembangan anak

(8)

dapat menimbulkan kesulitan belajar, begitu pula dengan lingkungan sosial yang tidak memberikan stimulasi terhadap suatu fungsi yang telah matang untuk berkembang.

Ditinjau dari aspek psikologi kognitif, kesulitan belajar dapat terjadi karena adanya kekurangan dalam fungsi pemprosesan psikologis. Dengan demikian, anak yang memiliki disfungsi pemrosesan auditoris, misalnya mungkin mengambil kesulitan dengan pendekatan pembelajaran yang menekankan kemampuan mendengar. Suatu hal yang sama adalah anak dengan disfungsi visual mungkin mengalami kesulitan dalam belajar membaca melalui metode yang mengutamakan kemampuan melihat.

Menurut Ahmadi dan Supriyono (2001:75–76), mengemukakan faktor penyebab kesulitan belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu : 1. Faktor intern (faktor dari dalam manusia itu sendiri) yang meliputi

a. Faktor fisiologis b. Faktor psikologis

2. Faktor ekstern (faktor dari luar manusia) meliputi : a. Faktor – faktor non sosial

b. Faktor – faktor sosial

Uraian lebih lanjut mengenai faktor – faktor tersebut adalah sebagai berikut :

1. Faktor Intern (faktor yang terdapat dalam diri siswa) a. Sebab yang bersifat fisik

1) Karena sakit. Orang yang sakit akan mengalami kelemahan fisik, sehinga saraf sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui inderanya tidak dapat

(9)

diteruskan ke otak. Lebih-lebih jika sakitnya lama, syarafnya akan bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa hari yang menyebabkan ia tertinggal jauh dari pelajarannya.

2) Karena kurang sehat. Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan respon pelajaran berkurang, syaraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterprestasikan dan mengorganisasikan bahan pelajaran melalui inderanya.

3) Sebab karena cacat tubuh Cacat tubuh dibedakan atas :

a) Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang penglihatan, gangguan psikomotor.

b) Cacat tubuh yang tetap (serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang tangan dan kakinya.

b. Sebab – sebab kesulitan belajar karena rohani :

Belajar memerlukan kesiapan rohani, ketenangan dengan baik. Jika hal-hal diatas tidak ada pada diri anak, maka anak akan mengalami kesulitan dalam menerima pelajaran.

(10)

Faktor rohani ini, meliputi : 1) Intelegensi

2) Bakat : Bakat adalah potensi/ kecakapan dasar yang dibawa sejak lahir. Apabila seorang anak harus mempelajari bahan yang lain dari bakatnya ia akan cepat bosan, mudah putus asa, tidak senang. Hal inilah yang menyebabkannya mengalami kesulitan belajar. 3) Minat : Tidak adanya minat siswa terhadap suatu pelajaran akan

menimbulkan kesulitan belajar.

4) Motivasi : Anak-anak yang motivasinya rendah, akan tampak acuh tak acuh, mudah putus asa, perhatiannya tidak tertuju pada mata pelajaran, suka mengganggu, sering meningglakan pelajaran, akan mengakibatkan banyak mengalami kesulitan belajar.

5) Faktor kesehatan mental

6) Maladjusment sebagai manifestasi dari rasa emosional mental yang kurang sehat dapat merugikan belajarnya.

7) Tipe-tipe khusus seorang pelajar

Tipe-tipe pelajar ini ada 3 macam, yaitu :

a) Visual : Seseorang yang bertife visual akan lebih cepat mempelajar bahan-bahan yang disajikan secara tertulis, bagan, grafik dan gambar. Sebaliknya mereka akan menghadapi kesulitan apabila dihadapkan pada bahan-bahan dalam bentuk suara atau gerakan.

(11)

b) Auditif : Anak yang memiliki tipe auditif, mudah mempelajari bahan yang disajikan dalam bentuk suara (ceramah), begitu guru menerangkan siswa cepat menangkap bahan pelajaran, disamping itu kata dari teman (diskusi ) atau suara radio / kaset siswa akan lebih mudah menangkapnya. Tetapi pada pelajaran yang disajikan dalam bentuk tulisan, perabaan, gerakan-gerakan siswa akan mengalami kesulitan.

c) Motorik : Anak yang bertipe motorik, mudah menerima bahan yang berupa tulisan-tulisan, gerakan-gerakan tetapi akan kesulitan mempelajari bahan yang berupa suara dan penglihatan.

2. Faktor ekstern (faktor dari luar diri siswa) a. Faktor keluarga

Keluarga merupakan pusat pendidikan yang pertama dan utama. Tetapi dapat juga sebagai faktor penyebab kesulitn belajar. Yang termasuk faktor ini adalah :

1) Faktor orang tua

a) Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar anak– anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya.

Orang tua yang bersifat kejam, otoriter akan menimbulkan mental yang tidak sehat bagi anak. Sehingga anak menjadi tidak betah di rumah dan sering berada diluar rumah. Sehingga

(12)

anak tersebut akan lupa belajar. Sebaliknya orang tua yang lemah, suka memanjakan anak, menuruti segala kemauan dan keinginan anaknya dapat mengakibatkan anak menjadi sangat tergantung pada orang tua, hingga malas untuk berusaha menyelesaikan tugas-tugas sekolah, sehingga prestasinya menurun. Kedua sikap orang tua ini pada umumnya tidak memberikan dorongan kepada anaknya, untuk berhasil dalam belajar. Tetapi karena sikap orang tuanya yang salah, anak bisa benci belajar.

b) Hubungan orang tua dan anak

Yang dimaksud hubungan disini adalah kasih sayang, perhatian dan pengertian.

Kurangnya kasih sayang dari orang tua dapat menimbulkan emosional insecurity, sehingga anak akan mengalami kesulitn belajar.

2) Suasana rumah / keluarga

Suasana keluarga yang sangat ramai, tidak memungkinkan anak dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya, sehingga sulit untuk belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang atau sering terjadi percekcokan diantara anggota keluarga, selalu membisu akan melahirkan anak-anak yang tidak sehat mental.

(13)

Anak tidak akan tahan tinggal dirumah, akhirnya ia akan selalu berada di luar rumah dan menghabiskan waktunya untuk hal-hal yang tidak berguna. Sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajarnya menurun.

3) Keadaan ekonomi keluarga

Keadaan ekonomi keluarga digolongkan dalam : a) Ekonomi yang kurang

Keadaan ini akan menimbulkan : (1) Kurangnya alat-alat belajar

(2) Kurangnya biaya yang disediakan oleh orang tua (3) Tidak mempunyai tempat belajar yang baik

Keluarga yang ekonominya kurang tidak dapat menyediakan tempat untuk belajar yang memadai, dimana tempat belajar merupakan salah satu sarana terlaksananya belajar yang efektif dan efisien.

b) Ekonomi yang berlebihan

Anak yang berasal dari keluarga yang ekonominya melimpah ruah, juga akan mengalami banyak kesulitan belajar. Hal ini dapat disebabkan karena sudah terbiasa dengan kesenangan. Atau juga ia terlalu dimanjakan oleh orang tuanya, yang juga akan menyebabkan kesulitan belajar pada anak.

(14)

4) Faktor sekolah a) Guru

Guru dapat menjadi penyebab kesulitan belajar, apabila :

(1) Guru tidak kualified, baik dalam pengambilan metode yang digunakan maupun dalam mata pelajaran yang dipegangnya. Hal ini bisa terjadi karena kurang menguasai materi pelajaran, kurang persiapan, sehingga cara mengajarnya kurang dapat dimengerti oleh murid-muridnya.

(2) Hubungan guru dengan murid kurang baik. Hal ini dapat terjadi karena sifat atau sikap guru yang tidak disenangi oleh murid- muridnya, seperti :

(a) Kasar, suka marah, suka mengejek, tak pernah senyum, tak suka membantu anak, suka membentak dan sebagainya.

(b) Tak pandai menerangkan, sinis, sombong.

(c) Menjengkelkan, tinggi hati, pelit dalam memberi angka, tidak adil, dan lain-lain.

Sikap – sikap guru yang demikian tidak disenangi murid, hingga menghambat perkembangan anak dan mengakibatkan hubungan guru dengan murid tidak baik.

(15)

(d) Guru menuntut standard pelajaran diatas kemampuan anak. Hal ini biasa terjadi pada guru yang masih muda dan belum berpengalaman, sehingga belum dapat menilai/mengukur kemampuan murid-murid.

(e) Guru tidak memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar.

(f) Metode mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar murid, antara lain :

(g) Metode mengajar yang mendasarkan diri pada latihan mekanis, tidak didasarkan pada pengertian.

(h) Dalam mengajar, guru tidak menggunakan alat peraga yang memungkinkan semua alat indreanya berfungsi. (i) Metode mengajar yang menyebabkan murid pasif,

sehingga anak tidak ada aktivitas. (j) Metode mengajar tidak menarik

(k) Guru hanya menggunakan satu metode saja dan tidak bervariasi.

b. Faktor alat

Alat yang kurang lengkap membuat penyajian pelajaran yang tidak baik. Dengan tidak adanya alat-alat itu menyebabkan guru cenderung menggunakan metode ceramah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.

(16)

c. Kondisi gedung

Kondisi ruang belajar yang tidak memenuhi tuntutan kesehatan serta dekat dengan keramaian, akan menyebabkan kesulitan belajar bagi murid.

f. Kurikulum

Kurikulum yang kurang baik, misalnya : a) Bahan – bahannya terlalu tinggi

b) Pembagian bahan yang tidak seimbang c) Adanya pendataan materi

g. Waktu sekolah dan disiplin kurang

Waktu sekolah pada sore hari, disiplin guru dan murid yang kurang akan menimbulkan kesulitan belajar.

d. Faktor mass media dan lingkungan sosial

1) Mass media seperti bioskop, TV, Surat kabar, majalah, buku-buku komik, dan sebagainya, akan mengganggu aktivitas belajar anak apabila mereka tidak bisa membagi waktu.

2) Lingkungan sosial

a) Teman bergaul. Pengaruh teman bergaul sangat besar dan lebih cepat masuk dalam jiwa anak. Apabila anak sering bergaul dengan anak yang tidak bersekolah, maka ia akan malas belajar.

(17)

b) Lingkungan tetangga. Corak kehidupan tetangga yang kurang kondusif akan mempengaruhi kegiatan belajar anak, yang menyebabkan timbulnya kesulitan belajar.

c) Aktivitas dalam masyarakat. Terlalu banyak berorganisasi, banyak mengikuti kursus dan kegiatan lain, akan mengakibatkan kegiatan belajar anak terbengkalai dan menimbulkan kesulitan belajar pada anak.

E. Kesulitan Belajar matematika

Proses pendidikan, bimbingan dan konseling merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan, bahkan bimbingan dan konseling merupakan hal yang sangat penting dalam komponen pendidikan disamping komponen pengajaran Pengajaran yang tidak disertai dengan pelaksanaan bimbingan dan konseling akan berakhir dengan sia-sia.

Hal diatas disebabkan oleh adanya kenyataan bahwa didalam proses pengajaran, banyak dijumpai siswa yang mengalami kesulitan untuk mencapai tujuan pengajaran baik setingkat sekolah dasar maupun setingkat sekolah menengah. Untuk dapat mengatasi kesulitan –kesulitan belajar yang dialami oleh siswa itu diperlukan usaha melalui layanan bimbingan dan konseling.

Bidang studi matematika dapat dikatakan sulit dapat dibuktikan melihat hasil belajar siswa pada setiap ulangan yang diberikan guru, hal ini

(18)

sesuai dengan pendapat menurut Ahmadi dan Supriono (2000:89), cara mengenal siswa yang berkesulitan belajar adalah :

1. Menunjukkan prestasi yang rendah/ dibawah rata-rata yang dicapai oleh kelompok kelas.

2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan, dia berusaha dengan keras tetapi nilainya rendah.

3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar, dia selalu tertinggal dengan kawan-kawannya dalam hal mengerjakan soal-soal dan tugas-tugas. 4. Menunjukkan sikap yang kurang wajar seperti acuh tak acuh,

berpura-pura, dusta dan lain-lain.

5. Menunjukkan tingkah laku yang berlainan misalnya mudah tersinggung, murung, pemarah, bingung, selalu sedih dan kurang bergembira.

Bimbingan dan konseling dilaksanakan dengan tehnik-tehnik khusus yang dapat dilakukan berdasarkan teori yang ada. Jika siswa mengalami kesulitan belajar, maka guru tersebut dapat melaksanakan langkah-langkah bantuan dengan cara mendiagnosis kesulitan yang dialami siswa .

Untuk dapat mendiagnosis kesulitan belajar, menurut Daharnis (2009:29) dapat dilakukan langkah-langkah sebagai berikut :

1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.

2. Melokalisasi letak kesulitan belajar yang dialami oleh siswa (Permasalahan).

3. Melokalisasi faktor-faktor yang menyebabkan siswa-siswa mengalami berbagai kesulitan.

4. Memperkirakan berbagai kemungkinan cara mengatasinya 5. Menetapkan kemungkinan cara mengatasinya.

(19)

Dibawah ini akan diuraikan secara lebih detail mengenai langkah-langkah tersebut :

1. Identifikasi siswa yang mengalami kesulitan belajar.

Langkah ini dimaksudkan untuk menemukan siapa-siapa saja diantara siswa yang mengalami kesulitan belajar dan memerlukan bantuan tehnik yang digunakan adalah :

a. Meneliti nilai ujian siswa dan membandingkannya dengan nilai rata-rata kelas atau tingkat penguasaan yang telah di tetapkan sebelumnya. b. Menganalisis hasil ujian siswa dengan melihat tipe kesalahannya. c. Mengobservasi siswa sewaktu proses belajar mengajar berlangsung d. Memeriksa buku catatan siswa

e. Memeriksa catatan tentang pribadi siswa yang biasanya sudah ada pada konselor atau wali kelas.

f. Melaksanakan sosiometri untuk melihat hubungan sosial siswa 2. Melokalisasi letak kesulitan ( Permasalahan )

Dalam hal ini hal-hal yang perlu ditelaah adalah :

a. Mencari letak kesulitan pada bidang studi tertentu dengan tujuan untuk menemukan pada bidang studi apa saja siswa sebagai individu mengalami kesulitan belajar.

b. Mencari letak kesulitan pada tujuan belajar dan ruang lingkup bahan manakah kesulitan itu terjadi dengan cara mengadakan tes diagnostik

(20)

Menurut Burton dalam Daharnis (2009:48) menyatakan bahwa cara yang paling tepat dilakukan adalah dengan menggunakan atau melaksanakan tes diagnostik.

Sedangkan Partowisastro dan Suparto (2006:57) mengemukakan bahwa untuk menemukan pada bagian mana siswa mengalami kesulitan dalam suatu bidang studi tertentu adalah dengan cara: 1) Menggunakan tes hasil belajar terstandart, 2) Menggunakan test yang disusun oleh guru atau konselor, 3) Menggunakan lembar kerja dan tugas-tugas siswa yang teratur, 4) Mengobservasi tanpa catatan, 5) Observasi tercatat dan 6) Melaksanakan wawancara.

3. Diagnosis

Melokalisasi faktor-faktor yang menyebabkan siswa-siswa mengalami berbagai kesulitan belajar : Untuk mendapatkan faktor apa saja yang menyebabkan siswa gagal dalam belajar dapat dilakukan dengan cara:

a. Melaksanakan tes psikologis seperti : 1) Tes intelegensi atau tes kecerdasan 2) Tes bakat

3) Tes minat

4) Tes Kepribadian dan sebagainya

b. Melaksanakan wawancara, misalnya wawancara dengan : 1) Siswa yang bersangkutan

(21)

3) Wali Kelas 4) Orang Tua

5) Teman siswa yang bersangkutan di sekolah 6) Pihak lain yang dirasa perlu

c. Mengamati siswa baik didalam maupun diluar kelas

d. Melaksanakan inventori lain seperti PSKB, Sosiometri, Pengisian Angket, Skala penilaian/ daftar cek atau dengan mempergunakan data yang sudah ada baik yang ada pada wali kelas atau konselor sekolah 4. Memperkirakan kemungkinan bantuan

Untuk menempuh langkah ini dapat dilakukan dengan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan dibawah ini :

a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong/ dibantu untuk mengatasi kesulitan ?

b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk membantu siswa yang bersangkutan ?

c. Kapan dan dimana bantuan itu diberikan ? d. Siapa yang memberikan bantuan ?

e. Bagaimana cara membantunya ?

f. Siapa sajakah yang perlu dilibatkan dalam pemberian bantuan itu ? Untuk menetapkan bantuan perlu direncanakan metode, alat, waktu pelaksanaan maka diperlukan perhatian dari pembimbing yaitu bantuan yang paling tepat, hemat dan dapat dilaksnakan oleh klien.

(22)

5. Menetapkan kemungkinan cara mengatasi kesulitan

Pada langkah ini perlu disusun rencana-rencana antara lain :

a. Cara-cara yang harus ditempuh untuk mengatasi kesulitan siswa b. Menjaga agar kesulitan yang serupa jangan sampai terulang

Rencana diatas harus didiskusikan dan dikomunikasikan dengan berbagai pihak yang berkepentingan.

6. Tindak Lanjut

Kegiatan melakukan pengajaran remedial yang diperkirakan paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar.

Langkah-langkahnya :

1) Melaksanakan pengajaran remedial mata pelajaran tertentu, pada aspek tertentu oleh guru dan dibantu pembimbing atau pihak lain.

2) Membagi tugas dan peranan orang-orang terkait 3) Mencek dan ricek kemajuan siswa

4) Merefral / alih tangan kepada pihak yang lebih berwenang apabila sudah tidak mampu lagi dibantu oleh guru atau konselor.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang dicapai adalah aplikasi ini mampu membantu pengguna dalam menentukan rute transportasi umum dengan cepat dibantu dengan fasilitas rute yang ditampilkan pada peta,

Hal ini berarti auditor yang dapat mengimplementasikan due professional care yang terefleksikan oleh sikap skeptisme dan keyakinan yang memadai dalam pekerjaan

Kita dapat menggunakan strategi metode ini pada saat menjelaskan materi – materi atu rumusan konsep yang bersifat umum kemuadianyang bersifat khusus yang

Permasalahan Pega)ai Negeri #ipil yang merupakan bagian dari paratur #ipil Negara hingga saat ini masih menjadi s!r!tan dari berbagai pihak. Permasalahan =

Penelitian ini dilakukan untuk memaparkan nilai pendidikan karakter yang terkandung dalam novel Doa Anak Jalanan NDU\D 0D¶PXQ $IIDQ\ 'DUL penelitian ini ditemukan lima

Melalui identi- fikasi awal hambatan melaluipembelajaran bersama dengan guru PAUD Gugus 11 Arjowinangun untuk menemukenali faktor kegagalan pemahaman pada K13 PAUD dari

Dari fraksi B2 diperoleh padatan dipermukaan dalam botol, selanjutnya dicuci menggunakan pelarut n-heksana dan etil asetat untuk menghilangkan pengotornya

Berbagai efek negatif tidak mucul pada kebanyakan breast cancer survivor yang telah menjalani mastektomi di Bandung Cancer Society (BCS), mereka tetap dapat