• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi penggunaan obat celecoxib pada pasien nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Evaluasi penggunaan obat celecoxib pada pasien nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta"

Copied!
109
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT CELECOXIB PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi. Oleh : Immanuel Cahyo Hari Mulia NIM : 138114010. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. EVALUASI PENGGUNAAN OBAT CELECOXIB PADA PASIEN NYERI PUNGGUNG BAWAH DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA. SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) Program Studi Farmasi. Oleh : Immanuel Cahyo Hari Mulia NIM : 138114010. FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017. i.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iv.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. v.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. “Aku mengucap syukur kepada Allah-ku setiap kali aku mengingat kamu. Dan setiap kali aku berdoa untuk kamu semua, aku selalu berdoa dengan sukacita” ( Filipi 1 : 3,4 ). Kupersembahkan karya ini untuk : Orangtuaku tersayang yang selalu mendoakan dan mendukung Kedua kakakku, mas Kris dan mba Nila yang selalu menjadi teladan bagi adiknya Sahabat-sahabat yang selalu ada untuk memberikan senyuman serta almamaterku tercinta. vi.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PRAKATA. Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa penulis panjatkan atas segala berkat, rahmat, dan limpahan kasih-Nya yang luar biasa sehingga penulis dapat menyelesaikan naskah skripsi yang berjudul “Evaluasi Penggunaan Obat Celecoxib pada Pasien Nyeri Punggung Bawah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta” sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulisan skripsi ini mendapat dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, sehingga penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1.. Aris Widayati, M.Si., Ph.D., Apt, selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan izin dan arahan kepada peneliti.. 2.. Dr. dr. Rizaldy Taslim Pinzon, M.Kes, Sp.S, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak membantu dalam berbagai ilmu, pengetahuan, wawasan dan bersedia meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk berdiskusi dan mengarahkan penulis dalam penyusunan skripsi ini.. 3.. Bapak Christianus Heru Setiawan, M.Sc., Apt. dan Bapak Dr. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt., selaku dosen penguji atas semua saran dan dukungan yang membangun.. 4.. Kepala Rumah Sakit Bethesda dan Poli Saraf rawat jalan yang memberikan ijin kepada peneliti untuk mengadakan penelitian dan pengambilan data.. 5.. Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana, yang telah memberikan ijin untuk melakukan penelitian.. 6.. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan ilmu pengetahuan dan bimbingan kepada penulis selama proses perkuliahan.. 7.. Teman-teman seperjuangan skripsi “Gregorius Kris, Krisyonas Rendra, Tiara Triasari, Maria Atika, Dias Rosari, Susi Susanti, Veronika Fidelia, Florentina Kassandra, Reny Indriawati yang selalu berjuang bersama dan saling memberikan semangat.. vii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. viii.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. INTISARI. Pendahuluan: Nyeri punggung bawah merupakan keluhan rasa nyeri, ketegangan otot, atau kekakuan yang menyebabkan penurunan produktivitas kerja. Celecoxib termasuk golongan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang selektif menghambat enzim siklooksigenase-2 (COX-2) digunakan untuk mengurangi intensitas nyeri. Penatalaksanaan terapi nyeri perlu mempertimbangkan kondisi risiko gastrointestinal dan kardiovaskuler untuk mencegah keterulangan riwayat penyakit faktor risiko. Tujuan: Mengevaluasi penggunaan obat celecoxib meliputi aspek indikasi, informasi dosis, efek samping obat, dan interaksi obat. Metode: Jenis penelitian ini adalah observasional deskriptif dengan rancangan penelitian case series yang menggunakan data retrospektif dengan data rekam medik elektronik melalui komputer pada pasien nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2015 - Juni 2016. Evaluasi penggunaan obat celecoxib dianalisis dengan metode SOAP (subjective, objective, assessment, plan). Hasil: Data 130 pasien nyeri punggung bawah terdiri dari 46 laki-laki (35,4%) dan 84 perempuan (64,6%). Aspek kesesuaian indikasi berdasarkan kondisi risiko gastrointestinal (GI) dan risiko kardiovaskuler (CV) sebesar 73,1%; aspek kesesuaian regimen dosis celecoxib berdasarkan kesesuaian kondisi risiko GI dan CV sebesar 56,9%; aspek efek samping pengobatan yang muncul sebesar 6,9% diantaranya hipertensi (6,1%) dan dispepsia (0,8%); dan aspek interaksi obat diantaranya hanya bersifat signifikan (39,2%) dan minor (33,8%). Simpulan: Kesesuaian indikasi (73,1%) dan kesesuaian regimen dosis celecoxib (56,9%) berdasarkan kondisi risiko GI dan CV perlu ditingkatkan. Kata kunci: Celecoxib, nyeri punggung bawah, evaluasi penggunaan obat. ix.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT. Background: Low back pain is a complaint of pain, muscle tension, or stiffness leading to decreased work productivity. Celecoxib is Non Steroid AntiInflammatory Drugs (NSAIDs) that selectively inhibits the enzyme cyclooxygenase-2 (COX-2) which can reduce the intensity of pain. Management of pain therapy should consider the gastrointestinal risk and cardiovascular risk conditions to prevent repeatability history of disease risk factors. Aim: Evaluating the use of celecoxib medications, include aspects of indication, dosage information, drug side effects, and drug interactions. Methods: The study was observational descriptive case series study design using retrospective data with electronic medical records through a computer in patients with low back pain at Bethesda Hospital in Yogyakarta period 2015/2016. Drug use evaluation of celecoxib was analyzed by SOAP (subjective, objective, assessment, plan). Results: Data from 130 patients with low back pain consisted of 46 males (35.4%) and 84 women (64.6%). Aspects of suitability indication based on the gastrointestinal risk (GI) and cardiovascular risk (CV) conditions is 73.1%; suitability aspects celecoxib dose regimen based on the suitability of GI risk and CV risk conditions 56.9%; aspects of drug side effects is 6.9% including hypertension (6.1%) and dyspepsia (0.8%); and aspects of drug interactions are significant (39.2%) and minor (33.8%). Conclusions: The suitability indication (73.1%) and the suitability of celecoxib dose regimen (56.9%) based on the GI risk and CV risk conditions need to be improved. Keywords: Celecoxib, low back pain, drug use evaluation. x.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ ii HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................ iii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................ iv PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI .............................................. v HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................ vi PRAKATA ......................................................................................................... vii INTISARI ........................................................................................................... ix ABSTRACT .......................................................................................................... x DAFTAR ISI ....................................................................................................... xi DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv PENDAHULUAN ............................................................................................. 1 METODE PENELITIAN ................................................................................... 2 HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 4 KESIMPULAN .................................................................................................. 12 SARAN .............................................................................................................. 12 DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 13 LAMPIRAN ....................................................................................................... 17 BIOGRAFI PENULIS ....................................................................................... 94. xi.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL. Tabel I. Persentease karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin ............... 4 Tabel II. Persentase kesesuaian indikasi berdasarkan algoritma ........................ 10 Tabel III. Persentase kesesuaian regimen dosis celecoxib terhadap algoritma ... 11. xii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Profil faktor risiko gastrointestinal (GI) dan faktor risiko kardiovaskuler (CV) ...................................................................... 6 Gambar 2. Algoritma penggunaan obat celecoxib ........................................... 8. xiii.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Data pengobatan pasien nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2015 - Juni 2016 (Subjective dan objective) ................................................................................... 17 Lampiran 2. Persentase kondisi diagnosa pada pasien nyeri punggung bawah .... 53 Lampiran 3. Persentase penggunaan obat bersamaan dengan obat celecoxib ...... 53 Lampiran 4. Faktor risiko gastrointestinal (GI) (Assessment) .............................. 56 Lampiran 5. Faktor risiko kardiovaskuler (CV) (Asssesment) .............................. 62 Lampiran 6. Kesesuaian indikasi dan regimen dosis celecoxib terhadap algoritma faktor risiko (Assessment)................................................ 67 Lampiran 7. Persentase kesesuaian indikasi berdasarkan algoritma (Assessment)..................................................................................... 70 Lampiran 8. Persentase kesesuaian regimen dosis celecoxib terhadap algoritma (Assessment)..................................................................................... 71 Lampiran 9. Efek samping pengobatan (Assessment) ........................................... 72 Lampiran 10. Persentase efek samping pengobatan (Assessment)........................ 72 Lampiran 11. Kategori interaksi obat (Assessment) .............................................. 73 Lampiran 12. Keterangan interaksi obat (Assessment) ......................................... 78 Lampiran 13. Persentase kategori interaksi obat (Assessment)............................. 79 Lampiran 14. Plan (P) terhadap subjective, objective, dan assessment ............... 80 Lampiran 15. Ethical Clearance .......................................................................... 92 Lampiran 16. Surat izin penelitian ........................................................................ 93. xiv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENDAHULUAN Nyeri Punggung Bawah (NPB) adalah salah satu keluhan karena kehilangan fungsi tubuh pada tulang belakang bagian bawah yang menyebabkan penurunan produktivitas kerja (Mayhew, 2010). Beberapa kondisi yang menyebabkan terjadinya NPB antara lain pekerjaan berat dengan gerakan yang menimbulkan cedera otot dan saraf, posisi tidak bergerak dalam waktu yang lama, dan waktu pemulihan yang tidak memadai karena kurang istirahat (Patrianingrum, 2015). Nyeri punggung bawah dialami oleh 70% orang di negara-negara maju (McIntosh dan Hall, 2011). Nyeri punggung bawah termasuk dalam sepuluh penyakit berbeban tinggi di dunia. Global Burden of Disease Study (GBD) 2010 menyatakan bahwa prevalensi nyeri punggung bawah di dunia 9,17% dengan jumlah populasi 632.045 jiwa. Berdasar jenis kelamin, prevalensi pada laki-laki lebih tinggi sebesar 9,64% daripada perempuan sebesar 8,70% (Vos et al., 2010). Di Indonesia tidak terdapat data yang menunjukkan prevalensi nyeri punggung bawah secara jelas, tetapi prevalensi penyakit sendi di Indonesia berdasarkan diagnosis atau gejala menurut Riskesdas (2013) sebesar 24,7%. Prevalensi pada perempuan lebih tinggi (27,5%) dari laki-laki (21,8%). Sebanyak 88,3% pasien diberikan pengobatan nyeri punggung bawah menggunakan OAINS (Obat Anti Inflamasi Non Steroid) sebagai terapi lini kedua setelah paracetamol sebagai lini pertama karena OAINS memiliki potensi mengurangi nyeri yang lebih signifikan daripada paracetamol. Terapi farmakologi lainnya yang diresepkan sebanyak 10,4% paracetamol dengan kombinasi dengan kodein, 9% muscle relaxants, 6,3% paracetamol, 5,2% steroids, dan 2,9% tramadol (Piccoliori et al., 2013). Penelitian Roelofs et al. (2011) menunjukkan OAINS efektif untuk mengurangi gejala jangka pendek pada pasien nyeri punggung bawah akut dan kronis. Efek samping yang lebih sedikit ditunjukkan pada OAINS selektif COX-2 inhibitor dibandingkan OAINS non-selektif. Efek samping COX-2 inhibitor adalah peningkatan resiko kardiovaskuler pada populasi pasien tertentu. Bedaiwi et al. (2016) menyatakan bahwa efek obat celecoxib (200 mg dua kali sehari) lebih tinggi dalam mengatasi nyeri dibandingkan dengan acetaminophen (500 mg dua kali sehari) pada pasien nyeri punggung bawah non-spesifik. Selain itu, efek samping minimal ditunjukkan bahwa celecoxib lebih efektif digunakan karena kejadian ulkus saluran cerna bagian atas (perdarahan, perforasi, atau kerusakan lambung) lebih rendah. 1.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. dibandingkan dengan OAINS non-spesifik seperti naproxen, diklofenak, dan ibuprofen sehingga penggunaannya lebih aman digunakan (Goldstein et al., 2000) Obat antiinflamasi non steroid memiliki efek samping pada saluran cerna yang menyebabkan ulkus peptikum, penurunan fungsi ginjal, dan kardiovaskuler. Interaksi dengan obat lain yang digunakan pasien dengan penyakit penyerta kardiovaskuler, seperti obat golongan antihipertensi menyebabkan tidak terkontrolnya tekanan darah. Celecoxib yang termasuk COX-2 inhibitor merupakan OAINS dapat memicu peningkatan infark miokard dan stroke sehingga penggunaan OAINS harus diawasi terhadap efek samping yang timbul (Stollberger dan Finsterer, 2003). Solomon et al. (2005) melakukan penelitian kejadian kardiovaskuler bahwa celecoxib (200 mg dan 400 mg yang diberikan dua kali sehari) dalam pencegahan adenoma kolorektal mengakibatkan kematian karena kejadian kardiovaskuler, infark miokard, stroke, atau gagal jantung sebesar 1% pada placebo, dibandingkan dengan celecoxib 200 mg dua kali sehari sebesar 2,3%, dan celecoxib 400 mg dua kali sehari sebesar 3,4%. Selain kejadian tersebut, hipertensi juga merupakan salah satu komorbiditas nyeri akibat penggunaan obat antinyeri khususnya OAINS (Aw et al., 2005). Laporan berdasarkan data Badan POM RI tahun 2014 menunjukkan penggunaan OAINS masuk dalam profil 10 besar golongan obat yang diduga menimbulkan efek samping obat. Golongan OAINS menempati urutan ke-3 sebesar 16% (Badan POM RI, 2015). Penatalaksanaan nyeri perlu memperhatikan fungsi metabolisme yang menurun, penyakit penyerta yang dialami, dan konsumsi obat lainnya (Pinzon, 2015). Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penggunaan obat celecoxib meliputi aspek indikasi, informasi dosis, efek samping pengobatan, dan interaksi obat pada pasien nyeri punggung bawah. Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran mengenai evaluasi penggunaan OAINS khususnya celecoxib dengan menyesuaikan kondisi pasien dengan risiko gastrointestinal dan risiko kardiovaskuler dan meminimalkan efek samping obat. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian observasional deskriptif dengan sifat pengambilan data secara retrospektif yang berasal dari rekam medik pasien. Rancangan penelitian yang digunakan adalah case series. Instrumen penelitian ini adalah rekam medik elektronik melalui komputer. Penelitian ini dilaksanakan di poliklinik saraf Rumah Sakit. 2.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Bethesda pada periode Juli 2015 - Juni 2016. Subyek penelitian ini adalah rekam medik pasien sebanyak 130 kasus. Desain sampel yang digunakan adalah non-random sampling dengan jenis consecutive sampling. Kriteria inklusi penelitian ini adalah pasien rawat jalan, pasien terdiagnosa nyeri punggung bawah dengan peresepan celecoxib pertama kali pada periode Juli 2015 - Juni 2016, dan usia ≥ 18 tahun. Kriteria eksklusi penelitian ini adalah pasien dengan catatan rekam medik yang tidak lengkap. Permohonan izin berupa ethical clearance yang diajukan kepada Komisi Etik Penelitian Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Duta Wacana Yogyakarta. Surat izin penelitian dikeluarkan oleh Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan menelusuri rekam medik elektronik melalui komputer yang berupa kasus nyeri punggung bawah. Berdasarkan data yang diperoleh dicatat nomor registrasi rekam medik, usia, jenis kelamin, anamnesis, diagnosis, riwayat penyakit, riwayat pengobatan, obat-obatan yang digunakan bersama obat celecoxib, kesesuaian indikasi, regimen dosis celecoxib, dan efek samping pengobatan. Data rekam medik pasien yang telah diperoleh secara lengkap ditabulasi dengan microsoft excel sehingga dapat disajikan dalam bentuk tabel dengan beberapa keterangan seperti pada lampiran. Evaluasi penggunaan obat celecoxib dianalisis dengan menggunakan metode SOAP (Brown et al., 2007), yaitu: subjective (S), berisi data yang diambil dari rekam medik meliputi usia, jenis kelamin, anamnesis, diagnosa, riwayat penyakit, dan riwayat pengobatan (Lampiran 1); objektive (O), berisi data yang diambil dari rekam medik meliputi hasil pemeriksaan radiologi, tekanan darah, dan penatalaksanaan obat yang diterima pasien (Lampiran 1); assessment (A) merupakan penilaian terkait penggunaan obat celecoxib pada pasien nyeri punggung bawah yang dilakukan oleh peneliti meliputi indikasi terhadap kesesuaian terapi celecoxib diberikan kepada pasien yang memiliki faktor risiko GI dan faktor risiko CV berdasarkan acuan Malaysian Low Back Pain Management Guideline (2009), Scarpignato et al. (2015), dan Lanas et al. (2011); informasi dosis berupa regimen pengobatan berdasarkan acuan Scarpignato et al. (2015) dan Lanas et al. (2011) (Lampiran 4, 5, 6, 7, dan 8); efek samping obat (Lampiran 9 dan 10) berdasarkan acuan Perhimpunan Reumatologi Indonesia (2014); dan interaksi obat (Lampiran 11, 12, dan 13) berdasarkan acuan Medscape Drug Interaction Checker dengan membagi tiga kategori sifat interaksi obat, yaitu kategori minor, signifikan, dan serius; dan plan (P) atau rekomendasi merupakan 3.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. saran yang diberikan dalam penggunaan obat celecoxib pada pasien nyeri punggung bawah berdasarkan literatur yang mendukung jika ditemukan ketidaksesuaian terapi (Lampiran 14). HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini dimulai dengan penelusuran data pasien nyeri punggung bawah rawat jalan di poliklinik saraf Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta pada periode Juli 2015 - Juni 2016. Data diambil melalui rekam medik elektronik melalui komputer. Data yang dapat tercatat sebanyak 130 kasus dengan kriteria pasien rawat jalan, pasien terdiagnosa nyeri punggung bawah dengan peresepan celecoxib pertama kali pada periode Juli 2015 - Juni 2016, dan usia ≥ 18 tahun. Karakteristik usia dan jenis kelamin Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya nyeri punggung bawah salah satunya adalah faktor individu. Faktor individu dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin. Nyeri punggung bawah dapat dialami di segala usia. Sejalan dengan meningkatnya usia akan terjadi degenerasi pada tulang, kerusakan jaringan, dan pengurangan cairan (Andini, 2015). Distribusi karakteristik usia dan jenis kelamin penelitian ini dapat dilihat pada tabel I. Tabel I. Persentease karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin Karakteristik Jenis Kelamin Total Pasien Laki-laki Perempuan n = 46 % = 35,4 n = 84 % = 64,6 n = 130 % = 100 Usia (tahun) 1 0,8 2 1,5 3 2,3 18-24 1 0,8 1 0,8 25-29 3 2,3 1 0,8 4 3,1 30-34 3 2,3 5 3,8 8 6,2 35-39 6 4,6 12 9,2 18 13,8 40-44 7 5,9 15 11,5 22 16,9 45-49 7 5,9 16 12,3 23 17,7 50-54 7 5,9 7 5,4 14 10,8 55-59 3 2,3 10 7,7 13 10,0 60-64 6 4,6 9 6,9 15 11,5 65-69 2 1,5 5 3,8 7 5,4 70-74 1 0,8 1 0,8 2 1,5 75-79. Kejadian tertinggi nyeri punggung bawah pada penelitian ada pada usia 55 tahun sebesar 17,7% dan terendah dimulai dari usia 25 tahun sebesar 0,8% (Tabel I). Hal ini menunjukkan kejadian nyeri punggung bawah meningkat seiring bertambahnya umur. Hal ini diperkuat menurut WHO (2017) prevalensi meningkat pada umur 35 sampai 55 tahun. Kejadian terjadinya NPB pada penelitian lebih banyak terjadi pada perempuan sebesar 64,4% dibandingkan laki-laki sebesar 35,4% (Tabel I). Hal ini serupa menurut Riskesdas (2013) bahwa prevalensi penyakit sendi di Indonesia, termasuk nyeri punggung 4.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bawah berdasarkan jenis kelamin, perempuan kejadiannya lebih besar dibandingkan lakilaki. Penyebab nyeri punggung bawah pada setiap individu dapat berbeda-beda karena aktivitas fisik, durasi aktivitas, faktor penuaan, kekuatan otot, atau mobilitas tulang belakang yang kurang memadai (Norasteh, 2012). Kondisi nyeri punggung bawah Pada 130 kasus nyeri punggung bawah pada penelitian ini, kondisi keluhan pasien yang paling sering umum dialami adalah nyeri pada pinggang, nyeri pada punggung atau nyeri boyok, kesemutan, kemeng, dan nyeri yang terasa hingga bagian bahu, leher, paha, kaki, atau tungkai. Hasil diagnosa NPB diketahui melalui rekam medik elektronik komputer berdasarkan kode ICD 10 (International Classification of Disease revisi 10) yaitu M 54.5.9. Hasil diagnosa dapat menentukan kondisi-kondisi penyebab NPB dengan hasil radiologi melalui MRI (Magnetic Resonance Imaging). MRI dapat mengidentifikasi ketidaknormalan tulang belakang, meliputi spinal stenosis, spondylolisthesis, hernaiated disc, degenerasi diskus, penyempitan diskus yang mempengaruhi akar saraf yang berkaitan dengan kondisi nyeri punggung bawah (Endean et al., 2011). Kondisi nyeri punggung bawah berdasarkan diagnosa dapat dilihat pada lampiran 2, ditunjukkan pada penelitian bahwa nyeri punggung bawah non-spesifik adalah yang terbesar yaitu 49,2%. Nyeri punggung bawah non-spesifik pada penelitian ini termasuk pasien yang tidak terdapat hasil radiologi MRI. Nyeri punggung bawah non-spesifik adalah istilah yang digunakan untuk nyeri punggung yang tidak dapat dikenali patologi dan gejalanya seperti infeksi, tumor, osteoporosis, rematoid artritis, fraktur, atau inflamasi (McIntosh dan Hall, 2011). Herniated disk dialami sebesar 46,2% merupakan kondisi tidak normal yang terdapat pada diskus invertebralis disebabkan karena tonjolan nucleus pulposus pada celah annulus fibrosus sehingga tidak cukup menahan tekanan tulang belakang. Pada hasil radiologi MRI biasanya ditunjukkan dengan hasil multiple herniated disc pada VL (Vertebra Lumbal) posisi 1-2; 2-3; 3-4; 4-5; atau VL 5-S1 (sacral) (Deyo dan Weinstein, 2001). Spinal stenosis dialami sebesar 34,6% merupakan kondisi tidak normal yang disebabkan oleh perubahan degeneratif hipertrofi facet dan penebalan ligamentum flavum yang menyebabkan penyempitan kanal pada celah foraminal di central maupun lateral yang mendesak struktur radikuler atau persarafan (Deyo dan Weinstein, 2001). Spondylosis dialami sebesar 10,0% merupakan kondisi degeneratif yang disebabkan karena artritis pada tulang belakang (Borczuk, 2013). 5.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Spondylolisthesis dialami sebesar 5,4% merupakan kondisi yang terjadi karena pergeseran pada bagian L5 tulang belakang bagian bawah. Apabila menderita spondylolisthesis memungkinkan dapat menyebabkan spondylolysis atau kerusakan fraktur yang biasanya terjadi pada orang tua karena penyakit degeneratif (Deyo dan Weinstein, 2001). Kondisi lain pada nyeri punggung bawah seperti scoliosis lumbalis dialami sebesar 3,9% merupakan kondisi ketidaknormalan bentuk tulang belakang bagian bawah yang asimetris karena terdapat lekukan. Hiperlordosis lumbalis dialami sebesar 0,8% merupakan kondisi lekukan di atas bokong (Ullrich, 2012). 23,8% 20,0%. 47,7%. 10,8%. 28,5% 18,5% 3,8% 6,2%. 4,6%. 1,5% Usia ≥ 65 tahun. ASA. Kortikosteroid Riwayat ulkus peptikum. Riwayat dispepsia. Dua obat OAINS. Faktor risiko GI. 1,5%. 0,8% Riwayat angina. Riwayat stroke. Riwayat IHD. Riwayat gagal jantung. Riwayat Tekanan hipertensi darah tidak terkontrol. Faktor risiko CV. Gambar 1. Profil faktor risiko GI dan faktor risiko CV (Lanza et al., 2009, Lanas et al., 2011). Faktor risiko gastrointestinal Risiko gastrointestinal (GI) tinggi apabila pasien memiliki riwayat perdarahan ulkus atau menggunakan OAINS bersamaan dengan kortikosteroid, antikoagulan, atau OAINS lainnya atau terdapat lebih dari dua faktor risiko (Lanza et al., 2009). Faktor risiko GI, yaitu pasien berusia 65 atau lebih; menggunakan obat seiringan obat acetyl saliclyclic acid (ASA), kortikosteroid, antikoagulan; memiliki riwayat perdarahan pada saluran gastrointestinal, ulkus peptikum, dispepsia; menggunakan satu obat OAINS dengan dosis maksimal atau menggunakan dua obat kombinasi OAINS. Risiko GI rendah adalah kondisi klinis pasien yang tidak tercantum pada kriteria sebelumnya (Lanas et al., 2011). Faktor risiko GI tinggi tertinggi (Gambar 1) dialami pasien yang menggunakan kortikosteroid sebesar 47,7%. Penggunaan kortikosteroid yang diresepkan antara lain methylprednisolone dan triamcinolone. Narum et al. (2014) menyatakan dalam penelitin metaanalisis bahwa penggunaan kortikosteroid memiliki hubungan meningkatkan risiko gastrointestinal terhadap efek samping, meliputi ulkus peptikum dan perdarahan terhadap plasebo.. 6.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Riwayat dispepsia terjadi sebanyak 28,5% diantaranya termasuk riwayat epigastric pain, GERD (Gastro-esophageal Reflux Disease), dan nyeri abdominal. Riwayat dispepsia merupakan salah satu risiko gastrointestinal karena kejadiannya tidak bisa diprediksi secara jelas dengan tanda dan gejalanya sebanyak 50% pasien dengan dispepsia masih memiliki mukosa yang normal (Sostres et al., 2010). Riwayat ulkus peptikum termasuk faktor risiko gastrointestinal yang terjadi sebanyak 6,2% diantaranya termasuk riwayat gastritis. Pasien yang berusia ≥ 65 tahun terdapat sebesar 18,5%. Hal tersebut dipertimbangkan sebagai faktor risiko gastrointestinal karena seiring terjadinya penuaan maka risiko efek samping, risiko kardiovaskuler akan meningkat, dan fungsi renal akan menurun (Barkin et al., 2010). Penggunaan bersamaan OAINS sebesar 4,6% diantaranya menggunakan asam mefenamat, metamizole, etodolac, metamizole, dan metampiron. Penggunaan acetyl salicylic acid atau aspirin dengan dosis rendah sebesar 1,5%. Lanas et al. (2015) menyatakan bahwa penggunaan antikoagulan, aspirin dosis rendah, dan OAINS memiliki hubungan signifikan menyebabkan risiko perdarahan gastrointestinal. Faktor risiko kardiovaskuler Risiko kardiovaskuler (CV) tinggi apabila pasien dengan satu atau lebih faktor risiko, yaitu pasien yang memiliki riwayat infark miokard, angina, stroke, IHD (Ischemic Heart Disease), gagal jantung; riwayat hipertensi; tidak terkontrolnya tekanan darah sistolik lebih dari 140 mm Hg atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mm Hg saat kunjungan pengobatan. Risiko CV rendah adalah kondisi klinis pasien yang tidak tercantum pada kriteria sebelumnya (Lanas et al., 2011). Kejadian risiko kardiovaskuler tertinggi (Gambar 1) terjadi pada pasien dengan riwayat hipertensi sebesar 23,8%, disusul oleh riwayat stroke 20,0%. Penatalaksanaan pengobatan nyeri perlu mempertimbangkan risiko kardiovaskuler untuk mencegah terjadinya keterulangan atau peningkatan kejadian kardiovaskuler sehingga penggunaan OAINS selektif maupun nonselektif harus sangat dibatasi (Pinzon, 2015). Algoritma kebutuhan terapi celecoxib Celecoxib merupakan obat yang memiliki aktivitas antiinflamasi dan analgesik yang selektif menghambat isoenzim COX-2 sehingga menghambat sintesis prostaglandin sebagai mediator inflamasi (Tive, 2000). Isoenzim COX-2 adalah enzim yang bertanggung jawab dalam respon inflamasi (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014). Penggunaan obat. 7.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. celecoxib perlu menyesuaikan kondisi pasien dalam pemilihan terapi celecoxib. Berikut algoritma kebutuhan terapi celecoxib menurut Scarpignato et al. (2015) : Pasien membutuhkan terapi OAINS Risiko GI tinggi. Risiko CV tinggi (dengan ASA). Risiko CV tinggi. Risiko GI rendah. Risiko CV rendah. Risiko CV tinggi (dengan ASA). Celecoxib dosis rendah + PPI. Risiko CV tinggi. Celecoxib dosis rendah. Risiko CV rendah. Non-selektif OAINS. Gambar 2. Algoritma penggunaan obat celecoxib (Scarpignato et al.,2015). Aspek indikasi terhadap kesesuaian terapi celecoxib Terapi farmakologi celecoxib untuk menangani nyeri telah sesuai indikasi 100% berdasarkan acuan Malaysian Low Back Pain Management Guideline (2009), tetapi dari kesesuaian indikasi tersebut perlu memperhatikan faktor risiko GI dan CV setiap individu. Kesesuaian indikasi tersebut ditelaah melalui algoritma penggunaan obat celecoxib pada gambar 2. Hasil menunjukkan kesesuaian indikasi berdasarkan algoritma (Tabel II) terhadap risiko GI dan CV sebesar 73,1%. Ketidaksesuaian indikasi berdasarkan algoritma terjadi sebesar 26,9% disebabkan karena pasien memiliki risiko GI rendah dan risiko CV rendah. Pasien dengan kondisi risiko GI rendah dan CV rendah direkomendasikan menggunakan OAINS non-selektif seperti etodolac, diclofenac, ketorolac, ibuprofen, piroxicam, atau meloxicam (Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 2014). Tabel II. Persentase kesesuaian indikasi berdasarkan algoritma (Scarpignato et al.,2015) Kesesuaian indikasi Regimen dosis Kondisi risiko pasien n % 31 23,9 Celecoxib 200 mg/hari Risiko GI tinggi + risiko CV tinggi Sesuai + PPI Risiko GI tinggi + risiko CV rendah 41 31,5 (n = 95; 73,1%) Celecoxib 200 mg/hari Risiko GI rendah + risiko CV tinggi 23 17,7 Celecoxib 200 mg/hari Risiko GI rendah + risiko CV rendah 17 13,1 + PPI Tidak sesuai Celecoxib 200 mg/hari Risiko GI rendah + risiko CV rendah 17 13,1 (n = 35; 26,9%) Celecoxib 100 mg Risiko GI rendah + risiko CV rendah 1 0,8. Pada kondisi risiko GI dan CV rendah sebaiknya tidak menggunakan celecoxib terlebih dahulu karena masih terdapat OAINS non-selektif dalam menangani nyeri. Urutan langkah pengobatan nyeri yang direkomendasi AHA (The American Heart Association) adalah acetaminophen, OAINS non-selektif, OAINS non-selektif tetapi aktivitas lebih pada 8.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. COX-2 inhibitor, OAINS selektif COX-2 inhibitor. Celecoxib termasuk obat selektif menghambat COX-2 menjadi pilihan terakhir pengobatan nyeri. Hal tersebut disarankan untuk memperhatikan keuntungan dan keamanan dari bahaya risiko kardiovaskuler (Fitzgerald, 2007). Aspek informasi dosis berupa kesesuaian regimen dosis celecoxib Kesesuaian indikasi diatas (Tabel II) dengan salah satu risiko belum dapat dipastikan bahwa regimen pengobatan tersebut telah sesuai. Pada tabel III menunjukkan bahwa terdapat 56,9% yang memiliki kesesuaian regimen dosis celecoxib dengan atau tanpa PPI (Proton Pump Inhibitor). Terdapat 43,1% ketidaksesuaian penggunaan celecoxib terhadap kondisi risiko pasien. Rekomendasi untuk menangani ketidaksesuaian dapat dilihat pada tabel III. Tabel III. Persentase kesesuaian regimen dosis celecoxib terhadap algoritma (Scarpignato et al.,2015) Kesesuaian Regimen dosis Kondisi risiko pasien n % Rekomendasi regimen Risiko GI tinggi + risiko CV tinggi 27 20,8 Sudah tepat Celecoxib 200 mg/hari Sesuai + PPI Risiko GI tinggi + risiko CV rendah 38 29,2 Sudah tepat (n = 74; 56,9%) Celecoxib 200 mg/hari Risiko GI rendah + risiko CV tinggi 9 6,9 Sudah tepat Tidak memerlukan Risiko GI rendah + risiko CV tinggi 14 10,8 Celecoxib 200 mg/hari PPI + PPI Tidak Risiko GI rendah + risiko CV rendah 17 13,1 OAINS non-selektif sesuai Risiko GI tinggi + risiko CV tinggi 4 3,1 Memerlukan PPI (n = 56; Celecoxib 200 mg/hari Risiko GI tinggi + risiko CV rendah 3 2,3 Memeerlukan PPI 43,1%) Risiko GI rendah + risiko CV rendah 17 13,1 OAINS non-selektif Celecoxib 100 mg Risiko GI rendah + risiko CV rendah 1 0,8 OAINS non-selektif. Dosis celecoxib yang direkomendasikan adalah 200 mg/hari. Celecoxib 100 mg yang digunakan dua kali sehari dan celecoxib 200 mg yang digunakan sehari sekali memiliki efektifitas yang sama. Risiko kardiovaskuler meningkat dari RR 1.26 (95% CI 1,09-1,47) pada celecoxib ≤ 200 mg hingga RR 1.69 (95% CI 1,11-2,57) pada celecoxib > 200 mg/hari. Dosis celecoxib ≤ 200 mg lebih meminimalkan risiko kejadian kardiovaskuler (McCormack, 2011). Pasien dengan risiko GI tinggi memerlukan penambahan obat golongan PPI karena penggunaan COX-2 inhibitor dikombinasikan dengan PPI berhubungan dengan pengurangan risiko GI lebih besar dibandingkan OAINS non-selektif + PPI atau COX-2 inhibitor sendiri (Scheiman dan Hindley, 2010). Pasien dengan risiko GI rendah dan CV tinggi direkomendasikan hanya menggunakan celecoxib 200 mg/hari tanpa PPI, tetapi kondisi ini tidak selalu mutlak karena adanya kondisi penggunaan OAINS dalam jangka panjang sehingga membutuhkan obat golongan PPI untuk mencegah keterulangan riwayat risiko gastrointestinal.. 9.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pasien yang memiliki risiko GI dan CV rendah direkomendasikan menggunakan OAINS non-selektif terlebih dahulu sesuai rekomendasi AHA untuk meminimalkan kejadian kardiovaskuler dan masih dapat memilih lini terapi lain yang disesuaikan dengan kondisi pasien. Dalam hal ini meloxicam direkomendasikan sebagai OAINS non-selektif yang memiliki aktivitas selektifitas COX-2 lebih unggul dibandingkan diclofenac sebagai OAINS non-selektif menunjukkan bahwa tolerabilitas meloxicam lebih baik daripada diclofenac dalam tolerabilitas gastrointestinal (Hendera et al., 2015). Meloxicam 15 mg sama efektifnya dengan diclofenac 150 mg (Draiser et al., 2001). Penggunaan obat-obatan lain bersamaan dengan celecoxib Penggabungan 2 obat atau lebih obat yang memiliki mekanisme kerja berbeda dan memiliki efek sinergistik adalah diperbolehkan. Konsep ini disebut sebagai analgesia multi modal (Pinzon dan Karunawan, 2016). Penggunaan obat celecoxib bersamaan dengan obat lain (Lampiran 3), penggunaan terbesar adalah kombinasi dengan kelompok obat antasida dan antiulcer sebesar 75% karena kepentingannya sebagai gastroprotectant diantaranya terdapat golongan PPI, H2RA, dan antasida. Antikonvulsan digunakan sebesar 56,9% (golongan gabapentin). Gabapentin biasanya digunakan dalam penanganan nyeri karena mekanismenya memiliki afinitas kuat terhadap kanal kalsium yang memodulasi pelepasan eksitasi neurotransmiter yang mempengaruhi sel saraf (Miller, 2012). Romano et al. (2009) menyatakan bahwa kombinasi pregabalin dengan celecoxib memiliki pengurangan nyeri yang besar dibandingkan penggunaan monoterapi. Kortikosteroid juga digunakan sebagai antiinflamasi untuk mengatasi nyeri digunakan sebesar 49,2% diantaranya terdapat methylprednisolone dan triamcinolone. Analgesik digunakan sebesar 33,8% diantaranya berisi paracetamol, OAINS non-selektif, dan tramadol untuk mengatasi nyeri. Kelompok obat neurotropik sebesar 11,5% dengan terapi methylcobalamin. Methylcobalamin merupakan analog vitamin B12 yang berperan dalam mengatasi nyeri dengan meningkatkan konduksi saraf, memperbaiki fungsi neuromuskular, dan mengatasi nyeri neuropati (Zhang et al., 2013). Relaksan otot digunakan sebesar 10,8% dengan terapi eperisone HCl. Mekanismenya sebagai antispasmodik yang merelaksasi otot skeletal dan otot polos vaskular. Penggunaan eperisone secara signifikan lebih efektif untuk penggunaan jangka pendek selama kurang dari 3 bulan untuk nyeri punggung bawah akut (Shaheed et al., 2016). 10.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Analgetika adjuvan selain antikonvulsan dan relaksan otot yang umum dipakai adalah antidepresan (amitriptyline) yang digunakan sebesar 8,5%. Biasanya penggunaan tersebut adalah pasien yang memiliki nyeri kronis (Chou, 2010). Aspek efek samping pengobatan Efek samping obat merupakan efek yang tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat dengan dosis terapi. Kejadian hipertensi ditelaah pada pasien yang tidak memiliki riwayat hipertensi dan menunjukkan peningkatan tekanan darah pada kunjungan selanjutnya. Kejadian hipertensi menurut JNC VIII terjadi sebesar 6,1% dengan jumlah 8 pasien. Kejadian dispepsia didapatkan 0,8% dengan jumlah 1 pasien (Lampiran 10). Terjadinya hipertensi disebabkan karena pengaruh prostaglandin yang dihambat oleh mekanisme kerja celecoxib dengan menghambat COX-2 sehingga konversi asam arakidonat menjadi prostaglandin terganggu. Prostaglandin PGI2 memiliki efek vasodilator, namun pemberian OAINS menghambat produksi PGI2 yang menyebabkan tekanan darah meningkat (Khatchadourian et al., 2014). Terjadinya dispepsia diduga karena interaksi obat antara celecoxib-triamcinolone. Mekanisme celecoxib menghambat prostaglandin yang bertanggung jawab pada sintesis dan sekresi mukus menyebabkan integritas mukosa berkurang dalam perlindungan mukosa (Sostres et al., 2010). Aspek interaksi obat Aspek interaksi obat dianalisis berdasarkan acuan Medscape Drug Interaction Checker. Kategori interaksi signifikan dan minor dapat dilihat pada lampiran 11, 12, dan 13. Kategori signifikan merupakan kombinasi obat yang harus dilakukan pemantauan karena dapat memperburuk keadaan pasien sehingga memerlukan perubahan terapi. Kategori minor merupakan interaksi obat yang tidak memerlukan perubahan terapi, tetapi tetap dilakukan pemantauan pada pasien (Albadr et al., 2014). Interaksi obat yang bersifat signifikan sebesar 39,2% pasien. Interaksi obat antara celecoxib dan triamcinolone keduanya dapat meningkatkan risiko ulkus GI sehingga perlu dipantau apabila terdapat keluhan yang menggangu saluran cerna. Interaksi celecoxib pada penggunaan bersama produk herbal, khususnya ginkgo biloba pada pasien nomor sampel 68, digunakan sebagai efek antiplatelet dapat mengakibatkan perdarahan (Barkin et al., 2010). Interaksi obat antara celecoxib dengan tramadol atau codein dapat menurunkan efek tramadol atau codein dengan mempengaruhi atau menghambat enzim metabolisme hati CYP2D6 sehingga metabolit yang berperan menurun. 11.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Interaksi celecoxib dengan obat antihipertensi bersifat signifikan seperti pada pasien dengan nomor sampel 17, 28, 36, dan 68 dengan terapi bisoprolol, telmisartan-amlodipin, valsartan, dan candesartan dapat mempengaruhi efek kerja obat antihipertensi karena mekanisme kerja obat berlawanan. Keberadaan celecoxib menyebabkan PGI2 terhambat sehingga menyebabkan vasokonstriksi. Penggunaan obat hipertensi harus diberi peringatan karena dapat mengganggu efek obat antihipertensi. Tekanan darah harus selalu dipantau. Tekanan darah dapat mempengaruhi gangguan pada ginjal dan retensi cairan (Barkin et al., 2010). Evaluasi penggunaan obat (Drug Use Evaluation/ DUE) dilakukan untuk menjamin ketepatan dalam memutuskan pengobatan dan memberi luaran positif pada pasien pada periode selanjutnya (Navarro, 2009). Tujuan tatalaksana nyeri adalah mengendalikan rasa nyeri, menjaga fungsi, meminimalkan efek samping pengobatan nyeri punggung bawah, dan mencegah keadaan yang lebih buruk (McIntosh dan Hall, 2011). Penelitian ini memberikan perhatian lebih pada kondisi pasien terhadap risiko gastrointestinal dan kardiovaskuler yang berpengaruh terhadap regimen pengobatan nyeri dan dapat memberikan langkah pemilihan obat nyeri yang tepat sesuai kondisi pasien. Pemilihan pengobatan yang tepat maka biaya terhadap pengobatan dapat diminimalkan sesuai kebutuhan pasien. Kelemahan penelitian ini tidak ada penggolongan risiko yang bersifat moderat karena hanya menilai penggunaan celecoxib sebagai alternatif pengobatan nyeri yang biasanya digunakan untuk risiko GI atau CV tinggi. Data bersifat retrospektif sehingga tidak dapat mengikuti perkembangan kondisi pasien. Data diambil menurut kriteria peneliti dan dievaluasi peneliti sehingga cenderung subyektif. KESIMPULAN Kesesuaian indikasi berdasarkan kondisi risiko GI dan CV sebesar 73,1%. Kesesuaian regimen dosis celecoxib berdasarkan kesesuaian kondisi risiko GI dan CV sebesar 56,9%. SARAN Dapat dilakukan penelitian lanjutan mengenai kajian faktor risiko gastrointestinal dan kardiovaskuler dengan periode yang lebih lama.. 12.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR PUSTAKA. Albadr, Y., Bohassan, A. K., Ming., L. C., dan Khan, T. M., 2014. An Exploratory Study Investigating The Potential Drug-Drug Interaction In Internal Medicine Departement Alahsa Saudi Arabia. Journal of Pharmaceutical Health Services Research, 2. Andini, F., 2015. Risk Factors of Low Back Pain in Workers. J Majority, 4(1), 12-19. Aw, T. J., Haas, S. J., Liew, D., dan Krum, H. 2005. Meta-analysis of Cyclooxygenase-2 Inhibitors and Their Effects on Blood Pressure. Arch Int Med, 165, 490–496. Badan POM RI. 2015. Bulletin Berita MESO. Drug for Patient Safety. Badan POM RI, 33(1), 1-12. Barkin, R. L., Beckerman, M., Blum, S. L., Clark, F. M., Kog, E. K., dan Wu, D. S. 2010. Should Nonsteroidal Anti-Inflamantory Drug (NSAIDs) be Prescribed to the Older Adult?. Drugs Aging, 27(10), 775-789. Bedaiwi, M. K., Sari, I., Wallis, D., O’shea, F.D., Salonen, D., dan Haroon, N., et al. 2016. Clinical Efficacy of Celecoxib Compared to Acetaminophen in Chronic Nonspecific Low Back Pain: Results of a Randomized Controlled Trial. American Collage of Rheumatology, http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/26474041 diakses 21 April 2016. Borczuk, P. 2013. An Evidence-Based Approach to The Evaluation and Treatment of Low Back Pain in The Emergency Department. Emergency Medicine Practice, 15(7), 124. Brown, S. Z., Brown, T. R., Chen, D., dan Blackburn, R. W. 2007. Clinical Docmentation for Patient Care: Models, Concept, and Liability Considerations for Pharmacists. American Society of Health-System Pharmacist, 64(1), 1851-1858. Chou, L. 2010. Pharmacological Management of Low Back Pain. Drugs, 70(4), 387-402. Deyo, R. A. dan Weinstein, J. N. 2001. Low Back Pain. The New England Journal of Medicine, 344(5), 363-370. Draiser, R. L., Pare, J. M. L., Velicitat, P., dan Lieu., P. L. 2001. Oral Meloxicam is Effective in Acute Sciatica: Two Randomised, Double-Blind Trials Versus Placebo or Diclofenac. Inflammation Research, supplement 1. Endean, A., Palmer, K. T., dan Caggon., D., 2011. Potential MRI Findngs to Refine Case Definition for Mechanical Low Back Pain in Epidemiological Studies: A Systematic Review. Spine (Phila Pa 1976), 36(2), 160-169. 13.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Fitzgerald, G. A. 2007. COX-2 in play at the AHA and the FDA. Elsevier, 28(7), 303-307. Goldstein, J. L., Silverstein, F. E., Agrawal, N. M., Hubbard, R. C., Kaiser, J., Maurath, C. J., et al. 2000. Reduced Risk of Upper Gastrointestinal Ulcer Complications with Celecoxib, a Novel COX-2 Inhibitor. Am J Gastroenterol, 95(1), 1681-1690. Hendera, Suryana, B. P. P., dan Yulistiani. 2015. Gastrointestinal Tolerability of Diclofenac Sodium and Meloxicam in Osteoarthritis Patient. Folia Medica Indonesiana, 51(1), 35-39. Hussein, A. M. M., Singh, D., Mansor, P. M., Kamil, O. I. M., Choy, C. Y., Cardosa, M. S., et al. 2009. Malaysian Low Back Pain Management Guideline. First edition. Malaysian Association for the Study of Pain and Spine Society Malaysia, 24. James, P. A., Oparil, S., Carter, B.L., Cushman, W. C., Himmerfarb, C. D., Handler, J., et al. 2014. 2014 Evidance-Based Guideline for the Management of High Blood Pressure in Adults: Report From the Panel Members Appointed to the Eight Joint National Committee (JNC 8). JAMA, 311(5), 507-520. Khachadorian, Z. D., Hay, I. M., dan Leeuw, R. 2014. Nonsteroidal Anti-inflamantory Drugs and Antihypertensives: How Do They Related?. Oral medicine, 117(6), 697-703. Lanas, A., Carrera, P., Arguades, Y., Garcia, S., Bujanda, L., Calvet, X., et al. 2015. Risk of Upper and Lower Gastrointestinal Bleeding in Patients Taking Nonsteroidal Antiinflamantory. Drugs,. Antiplatelet. Agents,. or. Anticoagulants.. Clinical. Gastroenterology and Hepatology, 13(5), 906-912. Lanas, A., Tell, G. G., Armada, B., dan Alvaro, O. 2011. Prescription Patterns and Appropriateness of NSAID Therapy According to Gastrointestinal Risk and Cardiovascular Hidtory in Patients with Diagnoses of Osteoarthritis. BMC Medicine, 9(1), 38. Lanza, F. L., Chan, F. K. L., dan Quigley, E. M. M.. 2009. Guidelines for Prevention of NSAID-Related Ulcer Complication. The American Journal of Gastroenterology, 104(1), 728-738. Mayhew, M. S. 2010. Medications to Treat Low Back Pain. The Journal for Nurse Practitioners, 6(8), 640-641. McCormack, P. L. 2011. Celecoxib: A Review of its Use for Symptomatic Relief in the Treatment of Osteoarthritis, Rheumatoid Arthritis and Ankylosing Spondylitis. Drugs, 71(18), 2157-2489.. 14.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. McIntosh, G. dan Hall, H. 2011. Low Back Pain (Acute). Clinical Evidence BMJ Journal, 5(1), 1102. Medscape. 2017. Medscape Drug Interaction Checker, http://reference.medscape.com/druginteractionchecker diakses tanggal 7 Januari 2017. Miller, S. M. 2012. Low Back Pain: Pharmacologic Management. Prim Care Clin Office Pract., 39(1), 499-510. Navarro, R. P. 2009. Managed Care Pharmacy Practice, Second edition, Jones and Bartlett Publisher. Massachusetts, 218, 219. Narum, S., Westergen, T., and Klemp, M. 2014. Corticosteroid and Risk of Gastrointestinal Bleeding: A Systematic Review and Meta-analysis. BMJ Journal, 4, 1-9. Norasteh, A. A. 2012. Low Back Pain. InTech. Croatia, 12-19. Patrianingrum, M., Oktaliansah, E., dan Surahman, E. 2015. Prevalensi dan Faktor Resiko Nyeri Punggung Bawah di Lingkungan Kerja Anestesiologi Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung. Jurnal Anestesi Perioperatif, 3(1), 47-56. Perhimpunan Reumatologi Indonesia. 2014. Penggunaan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid. Perhimpunan Reumatologi Indonesia, 3-6, 8. Piccoliori, G., Engl, A., Gatterer, D., Sessa, E., Schmitten, J., dan Abholz, H. H. 2013. Management of Low Back Pain in General Practice – is it of acceptable quality: an observational study among 25 general practices in South Tyrol (Italy). BioMed Central Family Practice, 14(1), 148. Pinzon, R. 2015. Komorbiditas Nyeri pada Pasien Lanjut Usia. CDK-226, 42(3), 173-175. Pinzon, R. T. dan Karunawan, N. H. 2016. Nyeri Punggung Bawah. Betha Grafika. Yogyakarta, 24. Riskesdas. 2013. Riset Kesehatan Dasar. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Jakarta, 129, 131. Roelofs, P. D. D. M., Deyo, R. A., Koes, B. W., Scholten, R. J. P. M., dan van Tulder, M. W. 2011. Non-Steroidal Anti-Inflamantory Drugs for Low Back Pain (Review). issue 2. The Cochrane Collaboration. John Wiley and Sons, Ltd., 1, 2. Romano, C. L., Romano, D., Bonora, C., dan Mineo, G. 2009. Pregabalin, Celecoxib, and their Combination for Treatment of Chronic Low Back Pain. J Orthopaed Traumatol, 10(1), 185–191. Scarpignato, C., Lanas, A., Blandizzi, C., Lems, W. F., Hermann, dan M., Hunt, R. H. 2015. Guideline Safe Prescribing of Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs in Patients 15.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. with Osteoarthritis – an Expert Consensus Addressing Benefits as Well as Gastrointestnal and Cardiovascular risks. BMC Medicine, 13(55), 1-22. Scheiman, J. M. dan Hindley, E. 2010. Strategies to Optimize Treatment With NSAIDs in Patients at Risk for Gastrointestinal and Cardiovascular Adverse Events. Clinical Theurapetics, 32(4), 667-677. Shaheed, C. A., Maher, C. G., Williams, K. A., dan McLachan, A. J. 2016. Efficacy and tolerability of muscle relaxant for low back pain: Systematic review and metaanalysis. European Journal of Pain, 1(1), 1-10. Solomon, S. D., McMurray, J. J. V., Pfeffer, M. A., Wittes, J., Fowler, R., Finn, P., et al. 2005, Cardiovascular Risk Associated with Celecoxib in a Clinical Trial for Colorectal Adenoma Prevention. The New England Journal of Medicine, 352(1), 1071–1080. Sostres, C., Gargallo, C. J., Arroyo, M. T., dan Lanas, A. 2010. Adverse Effects of NonSteroidal Anti-Inflamantory Drugs (NSAIDs, Aspirin and Coxibs) on Upper Gastrointestinal Tract. Elsevier, 24(2), 121-132. Stollberger, C. dan Finsterer, J. 2003. Nonsteroidal Anti-Inflamantory Drugs In Patients With Cardio or Cerebrovascular Disorders. Journal of Cardiology, 92(9), 721-729. Tive, L. 2000. Celecoxib Clinical Profile. British Society for Rheumatolog, 39(2), 21. Ullrich, P. F. 2012. Scoliosis, http://www.spine-health.com/conditions/scoliosis/ diakses 6 Januari 2017. Vos, T., Flaxman, A. D., Naghavi, M., Lozano, R., Michaud, C., Ezzati, M., et al. 2010. Years Lived with Disability (YLDs) for 1160 Sequelae of 289 Diseases and Injuries 1990-2010: A Systematic Analysis for the Global Burden of Disease Study 2010. Lancet, 380(1), 2168. WHO. 2017. Priority Diseases and Reason for Inclusion Chapter 6.24 Low Back Pain. WHO, www.who.int/medicines/areas/priority_medicines/Ch6_24LBP.pdf diakses 6 Januari 2017. Zhang, M., Han, W., Hu. S., dan Xu, H. 2013. Methylcobalamin: A Potential Vitamin of Pain Killer. Neural Plasticity, 1(1), 1-6.. 16.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Lampiran 1. Data pengobatan pasien nyeri punggung bawah di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli 2015 - Juni 2016 (Subjective dan objective) Keterangan :  Subjective (S) berupa tanggal pengobatan, nomor RM (Rekam Medik), inisial, usia, jenis kelamin, anamnesis, kondisi nyeri punggung bawah, dan riwayat penyakit  Objective (O) berupa hasil pemeriksaan dengan MRI, tekanan darah dan peresepan  Assessment (A) berada di lampiran 4 sampai 13.  Plan (P) berada di lampiran 14 No.. Tanggal pengobatan. No. RM. Inisial. Usia (tahun). Jenis kelamin. Anamnesis. 1. 29/04/2016. 00158206. SRM. 42. P. nyeri pinggang hingga kaki. 2. 04/06/2016. 01706197. MAR. 43. L. pinggang, kaki kiri terasa nyeri. P. punggung terasa nyeri, tengkuk sampai bahu kanan nyeri sejak 1 bulan yang lalu. 3. 07/05/2016. 00150251. SOT. 44. Diagnosa hasil radiologi dengan MRI. Kondisi nyeri punggung bawah. Tekanan darah ( mm Hg). Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/80. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/80. Tidak ada hasil radiologi. 17. NPB non-spesifik. 110/70. Peresepan Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Calcidin tab (30) 1x1 Zypraz 0,25 mg tab (20) 1x1 Osteoflam tab (30) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 AC Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Antasid tab (10) 2x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. 28/06/2016. 01085392. SRL. 61. P. 5. 24/06/2016. 00151695. ERP. 41. P. 6. 25/06/2016. 01005454. ANT. 55. L. geringgingan, kaki sakit sampai atas punggung sudah setengah bulan. nyeri punggung, hingga tangan geringgingan, nyeri ulu hati (dispepsia) nyeri punggung,. Tanggal 28/6/16 : Tanda spondylosis lumbalis disertai scoliosis lumbalis disertai multiple herniated disc VL 1-2; 2-3; 3-4; 4-5; 5-S1 dengan herniasi terutama herniasi protrusion disc VL 4-5 ke foraminal bilateral yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L4 dan disertai hipertrofi facet joint segmen VL 4-5 dan VL 5-S1. Spondylosis lumbalis, scoliosis lumbalis, herniated disk, spinal stenosis. Tanggal 5/1/12 : Spondylosis lumbalis dengan HNP setinggi VL 4-5; 5-S1. Spondylosis lumbalis, herniated disk. 130/90. Methycobal 500mcg cap (20) 2x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1. Tanggal 25/6/16 : Tanda multiple. Herniated disk, spinal stenosis. 140/90. Methycobal 500mcg cap (20) 2x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1. 18. 150/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam (resep obat sebelumnya yang masih digunakan tanggal 21/6/16 : Pacetik 600 mg tab (10) 2x1).

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. kaki terasa pegal. 7. 8. 27/02/2016. 14/11/2015. 01128701. 00394129. ANS. ROP. 55. 66. P. nyeri boyok sudah 3 minggu, gastritis. P. nyeri punggung hingga kaki kebas, gangguan saluran kencing. herniated disc VL 3-4; 4;-5; 5-S1 dengan herniai terutama protrusion disc VL 5-S1 ke foraminal yang menyebabkan stenosis dan mendesak struktur radikuler Tanggal 30/7/16 : Mengarah spondylolisthesis VL 4-5 dengan tanda bone edema, dengan end plate yang tak tampak reguler dengan tanda degeneratif diskus dengan multiple herniated disk segmen VL 2-3; 3-4; 5-S1 Tanggal 30/8/12 : Multiple HNP lumbal 2-3; 3-4; 4-5; 5-S1 dengan susp. Ruptur annulus fibrosus setinggi lumbal 45. 19. malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 PC. Spondylolisthesis, herniated disk. 160/100. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Ultracet 325 mg + 37,5 mg tab (10) 3x1 Domperidone 10 mg tab (10) 3x1 AC Gabexal 100 mg cap (6) 1x1 malam. Herniated disk. 130/80. Celebrex 100 mg cap (10) 2x1 Urispas 200 mg tab (15) 3x1.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 9. 10. 11. 12. 19/03/2016. 29/06/2016. 15/03/2016. 30/03/2016. 00607253. 00151948. 01100055. 00326735. MES. BPE. SUP. DAR. 60. 45. 61. 74. Tanggal 11/4/16 : Multiple herniated disk VL 2-3;3-4;5-S1, herniasi diskus V5L-S1 ke foraminal diskus mendesak struktur radikuler terutama exiting L5 Tanggal 9/8/12 : multiple HNP lumbal 4-5; 5-S1 dengan susp. ruptur annulus fibrosus. P. pantat kiri ke bawah kemeng, tangan kanan sakit. P. kesemutan tangan kiri, kaki kiri, panggul nyeri. L. nyeri punggung terasa hingga bahu bahu. Tidak ada hasil radiologi. kontrol, nyeri punggung leher terasa sakit. Tanggal 27/10/14 : Tanda scoliosis lumbales disertai multiple herniated disc VL 2-3; 3-4; 4-5; 5-S1 dengan herniasi yang terutama protrusion disc VL 4-5 terutama ke foraminal. P. 20. 140/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1. 100/70. Celebrex 100 mg cap (20) 2x1 Methycobal 500mcg cap (20) 2x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 Orthoplas (1). NPB non-spesifik. 130/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Methylprednisolone 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Amitriptyline 10 mg tab (10) 1x1 malam. Scoliosis lumbalis, herniated disk, spinal stenosis. 140/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10)1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1. Herniated disk. Herniated disk.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bilateral yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L4 lateral yang disertai hipertrofi facet joint. 13. 14. 15. 16. 22/06/2016. 22/06/2016. 21/06/2016. 25/01/2016. 00156853. 01056715. 02004213. 00299268. ENS. GRL. ASE. SYS. 54. 43. 75. 65. P. P. tangan kiri kesemutan, nyeri punggung bawah lutut terasa sakit, jongkok berdiri terasa sakit, boyok sakit. Tidak ada hasil radiologi. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. NPB non-spesifik. P. pangkal paha nyeri, pernah jatuh. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. P. nyeri boyok terasa pegal, kesemutan ditangan sebelah kanan. Tanggal 19/11/15 : Tanda scoliosis lumbalis disertai penyempitan diskus multiple herniated disk VL 1-2; 3-4; 4-5; 5S1 dengan. Scoliosis lumbalis, herniated disk, spinal stenosis. 21. 130/80. Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1. 130/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam. 110/80. Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 malam Neurobion forte tab (10) 1x1.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 17. 18. 20/06/2016. 31/05/2016. 01119837. 01949966. TBW. TRK. 65. 50. P. P. kontrol LBP, telapak kaki kiri sakit, terdapat hipertensi. kontrol, nyeri punggung. herniasi terutama protrusion disc ke foraminal bilateral yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler yang disertai adanya hipertrofi facet joint VL 4-5 dan VL5-S1 Tanggal 29/1/16 : Tanda spondylolisthesis VL 5-S1 disertai multiple herniated disk VL3-4; 4-5; 5-S1 dengan herniasi protrusion disc VL5-S1 (pseudoherniasi) yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler dan disertai hipertrofi facet joint Tidak ada hasil radiologi. 22. Spondylolisthesis, herniated disk, spinal stenosis. 120/80. NPB non-spesifik. 110/70. Mecobalamin 500mcg tab (30) 1x1 Vitamin B complex tab (30) 1x1 Alpentin 300 mg cap (30) 1x100 mg malam Lansoprazole 30 mg cap (20) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 pc (Tanggal 20/6/16 terkena stroke diberikan : Valesco 80 mg tab (30) 1x1 Miniaspi 80 mg tab(30) 1x1 Concor 2,5 mg tab (30) 1x1). Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Methycobal 500mcg cap (20) 2x1.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. menjalar leher sampai lengan, terdapat dislipidemia. 19. 13/04/2016. 01706141. ERB. 62. P. nyeri punggung, kesemutan paha kiri dan punggung. 20. 30/03/2016. 01130841. SRU. 42. P. nyeri pinggang sampai kak terasa nyeri. 21. 01/03/2016. 00155669. ESH. 44. P. nyeri punggung. Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Zypraz 0,25 mg tab (10) 1x1 malam Atorvastatin 20 mg tab (10) 1x1. Tanggal 18/3/16 : tanda spondylolisthesis VL 4-5 disertai multiple herniated disc VL 3-4; 4-5; 5 -S1 dengan herniasi terutama protrusion disc VL 4-5 ke foraminal yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting root L4 dan juga hipertrofi facet joint VL 4-5 Tanggal 11/6/16 : Spondylosis lumbalis setinggi VL 4-5 Tidak ada hasil radiologi. 23. Spondylolisthesis, herniated disk, spinal stenosis. 100/70. Spondylosis lumbalis. 120/80. NPB non-spesifik. 140/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (6) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Vitamin B complex tab (20) 1x1 Amitriptyline 25 mg tab (10) 1x1. Celebrex 100 mg cap (10) 1x1 Myonal 50 mg tab (20) 3x1 (1110) Zaldiar 325 mg + 37,5 mg tab (15) 2x1 (1010) Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Myonal 50 mg tab (10) 2x1.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 22. 06/06/2016. 01031282. ARY. 39. Tanggal 8/8/16 : Tanda dessication disc VL 4-5 dan VL 5-S1 dengan herniasi terutama pada segmen VL 4-5 terutama pada foraminal bilateral terutama foraminal dextra yang menyebabkan stenosis dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L4 yang bila dibandingkan dengan MRI sebelumnya tahun 2012 radiologis herniasi bertambah di segmen VL 4-5 ke foraminal dextra. Herniated disk, spinal stenosis. L. nyeri boyok. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/80. Tanggal 04/06/16 : Tanda herniated protrusion disc. Herniated disk, spinal stenosis. 100/70. 23. 06/06/2016. 01135185. DAS. 54. L. nyeri punggung sampai leher nyeri. 24. 11/04/2016. 00693272. SRS. 63. P. pinggang terasa nyeri. 24. 120/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 ac Amitriptyline 10 mg tab (10) 1x1.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 25. 26. 04/06/2016. 06/01/2016. 00151131. 02030157. SRR. SRO. 45. 53. P. nyeri punggung bawah. P. nyeri boyok sampai kaki sakit, pantat sakit, berdiri lama-lama kemeng. VL5-S1 dengan bentukan spur posterior yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler exiting L5 Tanggal 4/6/16 : Tanda herniated protrusion disc (HNP) VL5-S1 dengan bentukan spur posterior menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L5 Tanggal 8/1/16 : HNP lumbal 5S1, radiologis spondilosis lumbalis. malam Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Osteoflam tab (20) 1x1. Herniated disk, spinal stenosis. Herniated disk, spondylosis lumbalis. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 Fitajoint roller gel 35 mg 3x1 ue. 130/70. Celebrex 100 mg cap (6) 2x1 (1010) Methycobal 500mcg cap (10) 3x1 (1101) Ranitidin 150 mg tab (6) 2x1 (1010). 27. 06/06/2016. 01096394. SUY. 55. L. boyok ke bawah nyeri. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 130/80. 28. 31/03/2016. 00151839. IKR. 40. P. nyeri punggung. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 150/100. 25. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 2x1 Lansoprazole 30 mg cap (6) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Alpentin 100 mg cap (6) 1x1 malam Methycobal 500mcg cap (40) 2x1 Twynsta 80 mg + 5 mg tab (20) 1x1.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bawah, neuropati, hipertensi. 29. 30. 13/05/2016. 01/02/2016. 00150713. 00151036. PAR. SUW. 49. 64. P. P. kaki kanan sakit, kesemutan. nyeri punggung bawah. Neurobion forte tab (20) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Lyrica 75 mg cap (20) 1x1 malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam Tanggal 19/12/09 : HNP VL 4-5; VL 5-S1. Tidak ada hasil radiologi. 26. Herniated disk. NPB non-spesifik. 110/70. 130/80. (Tanggal 14/5/16 : keluhan pilek, pusing dengan diagnosa asma bronkial diberikan : Ventolin 100mcg/dose inhaler 200 dosis 2202 semprot Seretide diskus (50/250) INH 60 DS Yekaflu tab (15) 3x1 (1101) Neurodex tab (10) 1x1 (0010) Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 (Tanggal 29/12/15 : keluhan batuk dahak, diagnosa bronkitis diberikan : Ambroxol 30 mg tab (20) 3x1, terdiagnosa DC Quervain tenosinositis diberikan : Cetirizine 10 mg tab (10) 1x1 Codein 10 mg tab (20) 2x1 untuk batuk Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Osteoflam tab (10) 2x1 Neurobion forte tab(10) 1x1.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 31. 32. 33. 16/05/2016. 18/04/2016. 01/06/2016. 01117258. 00596143. 01130969. SIR. TOH. WKA. 43. 67. 38. P. L. P. kaki kanan nyeri dari selangkangan sampai bawah, sakit bila jalan, sakit bila duduk lalu berdiri. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. kontrol, pinggul paha sakit. Tanggal 27/05/16 : Spondylolisthesis ringan lumbal 4-5 Multiple HNP lumbal 1-2; 2-3; 3-4: 4-5; 5-S1 dengan ruptur annulus fibrosus dan stenosis canal spinalis setinggi lumbal 4-5. Spondylolisthesis, herniated disk, spinal stenosis. nyeri punggung dan lengan kiri sakit. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1. 120/80. Amitriptyline 25 mg tab (20) 1x1 Calcidin tab (20) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Celebrex 200 mg cap (20)1x1. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Amitriptyline 25 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Tidak ada hasil radiologi. 27. NPB non-spesifik. 120/80. (Tanggal 16/5/16 diberikan: Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Meloxicam 15 mg tab (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (20) 1x1 malam Vitamin B complex tab (20) 1x1).

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 34. 35. 36. 16/05/2016. 26/05/2016. 13/04/2016. 01132803. 01134475. 01090766. BAP. ANT. NWE. 34. 54. 41. L. sakit pinggul di kiri sejak 2002. P. pinggang kiri nyeri, sudah periksa belum ada perubahan. P. pantat nyeri, pinggang sakit, terdapat hipertensi. Tanggal 20/5/16 : Tanda dessication disc VL 5-S1 disertai dengan herniated protrusion disc terutama ke foraminal yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting root L5 Tanggal 26/5/16 : Tanda multiple herniated disc VL 1-2; 2-3; 3-4; 4-5; dan 5-S1 dengan herniasi terutama protrusion VL 4-5 ke foraminal yang menyebabkan stenosis dan mendesak struktur radikuler Tanggal 13/4/16 : spondylosis lumbalis disertai penyempitan disc intervertebral VL 5-S1. 28. Herniated disk, spinal stenosis. Herniated disk, spinal stenosis. Spondylosis lumbalis, spinal stenosis. 140/90. Kenacort 4 mg tab (6) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (6) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1. 110/70. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Domperidone 10 mg tab (10) 3x1 Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 Lansoprazole 30 mg cap (6) 1x1. 120/80. Celebrex 100 mg cap (15) 2x1 (1010) setelah makan Dolo neurobion F.C (10) 1x1 (0100) sesudah makan Orthoplas 2x1 (1010).

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. (Tanggal 8/4/16 diagnosa hipertensi dan ischialgia diberikan : Valesco 80 mg tab (30) 1x1 Myonal 50 mg tab(15) 3x1 Dolo Neurobion F.C tab (5) 1x1 (0100) ). 37. 26/04/2016. 00610134. LAI. 63. P. 38. 16/05/2016. 01711568. AUC. 18. P. 39. 07/05/2016. 00699646. ADI. 35. L. pinggang terasa sakit. pinggang kanan digeser ke kiri sakit, tidur tidak enak nyeri punggung hingga ke. Tanggal 25/9/15 : Herniated protrusion disc VL 3-4; 4-5 dan 5-S1 dengan herniasi terutama protrusion disc VL 4-5 terutama ke foraminal bilateral yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting root L4 disertai hipertrofi facet joint segmen VL 4-5. Herniated disk, spinal stenosis. 130/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 90/60. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Myonal 50 mg tab (10) 2x1. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/80. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Myonal 50 mg tab (10) 2x1. 29.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. leher, telapak kaki kanan sakit. 40. 08/06/2016. 00151297. MUJ. 54. P. nyeri di kaki menjalar dan terasa terbakar. 41. 15/07/2015. 01718428. SAR. 66. L. pantat sakit sampai kaki. 42. 13/05/2016. 01932087. YUN. 54. P. nyeri pinggang ke. Tanggal 20/7/16 : herniasi buldging disc terutama VL 4-5 ke foraminal yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L4 Tanggal 15/7/15 : Tanda multiple herniated disc (HNP) VL 3-4, 45 dan 5-S1 dengan herniasi yang terutama extrusion disc VL 5-S1 terutama ke central foraminal yang menyebabkan stenosis spinal canal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L5 Tanggal 5/3/15: Tanda. 30. 130/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Fitajoint roller gel 35g (1) 2x1 Alpentin 100 mg cap(10) 1x1. Herniated disk, spinal stenosis. 130/80. Celebrex 100 mg cap (15) 2x1 (1010) Myonal 50 mg tab (20) 3x1 (1110) Yekapons 500 mg tab (20) 3x1 (1110) Methycobal 500mcg cap (20) 3x1 (1110). Spondylolisthesis, spondylosis. 120/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1. Herniated disk, spinal stenosis.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. paha kanan, kesemutan, nyeri bahu leher ke tangan kanan. 43. 44. 07/05/2016. 02/10/2015. 01010565. 01034188. LIN. YOS. 38. 65. P. L. spondyolisthesis VL 4-5 disertai spondylosis lumbalis dengan multiple herniated protrusion disc VL 4-5; 5-S1 dengan heriasi tertama protrusion disc VL 4-5 ke foraminal bilateral yang menyebabkan stenosis foraminal. lumbalis, herniated disk, spinal stenosis. kedua tumit nyeri sejak 6 bulan yang lalu. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. kontrol, kaki kanan masih sakit, lama tidak kontrol, nyeri menjalar saat duduk berdiri. Tanggal 2/10/15 : Tanda multiple herniated disc (HNP) VL 2-3;34; 4-5; 5-S1 dengan herniasi protrusion disc central foraminal yang menyebabkan stenosis spinal canal dan foraminal severe dan mendesak. Herniated disk, spinal stenosis. 31. Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 malam. 110/80. Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1. 110/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Somerol 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. strktur radikuler terutama exiting L4 bilateral disetai adanya hipertrofi facet joint 45. 27/02/2016. 00648392. FRN. 48. L. nyeri jika berjalan. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/80. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/80. 46. 02/06/2016. 01132224. SUA. 57. P. kesemutan anggota gerak kanan terasa pegal. 47. 26/04/2016. 01132656. SUR. 71. P. nyeri punggung. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 150/90. P. nyeri punggung, kesemutan kaki dan tangan nyeri. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/80. 48. 49. 26/04/2016. 25/04/2016. 01026647. 01130574. NCD. NUN. 35. 62. P. pinggang sakit 2 minggu terakhir. Tanggal 25/4/16 : Tanda spondylosis lumbalis disertai anterior VL3 dengan intensitas bone edema disekelilingnya dan penyempitan VL 4-5 disertai multiple herniated. 32. Spondylosis, herniated disk, spinal stenosis. 160/100. Kenacort 4 mg tab (20) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Calcidin tab (10) 1x1 Zypraz 0,25 mg tab (10) 1x1 malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Methycobal 500mcg cap (20) 2x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Fitajoint roller gel 35g (1) 3x1 ue Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 pc Librax 5 mg + 2,5 mg tab (10) 2x1 ac rutin. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 2x1 Lansoprazole 30 mg cap (6) 1x1 Alpentin 100 mg cap (6) 1x1 malam Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 nyeri rutin.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 50. 51. 52. 10/11/2015. 22/04/2016. 20/04/2016. 01119881. 00151164. 00558090. MZI. SRB. INK. 33. 47. 67. L. nyeri pinggang menjalar ke kaki. P. kesemutan, nyeri punggung. P. pantat sampai kaki nyeri. disc (HNP) VL 23; 3-4; 4-5; 5-S1 dengan herniasi utama protrusion disc VL 4-5 ke foraminal yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L4 Tanggal 20/10/15 : tanda herniasi VL 4-5 central foraminal yang menyebabkan stenosis spinal canal dan foramina mendesak struktur radikuler terutama exiting L4. Herniated disk, spinal stenosis. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. Tanggal 20/12/12 : dessication disc disertai herniasi mild protrusion disc segmen VL 4-5 dengan. Herniated disk, hiperlordotik lumbalis. 33. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Osteoflam tab (20) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 malam. 120/80. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Osteoflam tab (20) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1. 140/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 pc Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 53. 54. 02/03/2016. 20/04/2016. 00150446. 01933749. PUR. SRY. 57. 57. L. nyeri punggung menjalar ke kaki. P. pinggul sakit, kaki kram. 55. 04/04/2016. 01131164. SPP. 68. L. boyok sakit sampai kaki sakit, sudah 2 tahun. 56. 05/10/2015. 01116434. SRI. 45. P. nyeri punggung hingga paha. insidensi ringan ke canalis spinalis disertai hiperlordotik lumbalis Tanggal 14/7/14 : Spondilosis lumbales dengan susp. HNP lumbal 5-S1 Tidak ada hasil radiologi Tanggal 4/4/16 : Tanda multiple herniated disc VL 2-3; 4-5: 5-S1 dan herniasi terutama ke foraminal yang mendesak struktur radikuler terutama exiting root L5 Tanggal 21/8/15 : Tanda multiple herniated disc (HNP) VL 3-4; 45; 5-S1 dengan herniasi terutama protrusion disc VL 4-5 central foraminal yang menyebabkan. 34. Sponylosis lumbalis, herniated disk. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 malam. 140/80. Celebrex 200 mg cap (6) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (6) 1x1 Librax 5 mg + 2,5 mg tab (10) 2x1. Herniated disk. 150/90. Kenacort 4 mg tab (20) 2x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Ambroxol 30 mg tab (20) 3x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 malam Pacetik 600 mg tab (10) 2x1 nyeri rutin. Herniated disk, spinal stenosis. 130/80. Alpentin 300 mg cap (15) 2x1 (1010) Celebrex 100 mg cap (15) (1010) Myonal 50 mg tab(15) 2x1. NPB non-spesifik.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. stenosis spinal canal dan foraminal bilateral dan mendesak struktur radikuler terutama exiting L4 57. 02/03/2016. 00684880. SRH. 63. P. nyeri punggung, kaki terasa kram. 58. 23/03/2016. 00155290. ANS. 45. P. nyeri punggung, dislipidemia. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/70. L. nyeri punggung, terasa hingga bahu kiri. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/70. kaki kiri terasa sakit dari pinggang. Tanggal 13/4/16 : tanda multiple herniated disc VL 3-4: 4-5; 5-S1 dengan herniasi terutama protrusion disc VL 4-5 ke foraminal bilateral yang menyebabkan stenosis dan. Herniated disk, spinal stenosis. 59. 60. 02/03/2016. 19/01/2016. 00517309. 01125863. BAN. GUN. 42. 48. L. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/80. 35. 120/80. Kenacort 4 mg tab (20) 2x1 Pacetik 600 mg tab (20) 2x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Myonal 50 mg tab (20) 2x1 Methycobal 500mcg cap (20) 2x1 Lipitor 40 mg tab (20) 1x1 malam Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Pacetik 600 mg tab (20) 2x1 Kenacort 4 mg tab (20) 2x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Alpentin 300 mg cap (5) 1x100 mg malam. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. mendesak struktur radikuler terutama exiting root. 61. 25/05/2016. 00150675. SUJ. 46. P. nyeri punggung hingga kaki. 62. 23/09/2015. 00279367. SRT. 52. P. nyeri kaki hingga pantat bawah sakit. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/80. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 150/90. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 120/80. 63. 05/04/2016. 01094148. SUT. 69. P. nyeri pinggang, kaki kesemutan. 64. 13/04/2016. 00150339. KWB. 44. L. nyeri boyok, leher terasa pegal. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/70. nyeri punggung, pantat sampai kaki sebelah kanan terasa sakit. Tanggal 12/4/16 : Tanda multiple herniated disc VL 4-5 dan VL 5-S1 dengan herniasi terutama protruson disc VL 4-5 ke foraminal dextra yang menyebabkan stenosis severe dan mendesak. Herniated disk, spinal stenosis. 110/80. 65. 07/03/2016. 01044410. ASN. 32. L. 36. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (20) 2x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Lipanthyl penta 145 mg tab (20) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Somerol 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Alpentin 100 mg cap (10) 1x1 Calcidin tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Neurobion forte tab (10) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Zypraz 0,25 mg tab (10) 1x1 malam Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 siang. Celecoxib 100 mg (10) 1x1 (0100) Lonene 300 mg cap (15) 2x1 (1010) Myonal 50 mg tab (20) 2x1 (1100).

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 66. 67. 25/07/2016. 12/04/2016. 01064383. 01992813. BAS. KAK. 53. 41. L. L. 68. 11/01/2016. 00150657. AGS. 52. L. 69. 11/04/2016. 01131547. AIA. 21. L. nyeri pinggang belakang terasa tertarik. kaki kanan kebas, pinggang sakit, kaki kanan cepat capek tekanan darah tinggi, nyeri punggung terasa ke bahu pinggang nyeri dari bulan januari. struktur radikuler terutama exiting L4 dextra Tanggal 4/5/16: Tanda multiple herniated disc VL 4-5; 5-S1 dengan herniasi terutama protrusion disc VL 5-S1 ke foraminal yang menyebabkan stenosis foraminal dan mendesak strutur radikuler terutama exiting root. Tidak ada hasil radiologi. Herniated disk, spinal stenosis. NPB non-spesifik. 140/90. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Fitajoint roller gel 35 mg 3x1 ue. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Kenacort 4 mg tab (10) 1x1 Lansoprazole 30 mg cap (10) 1x1 Gabexal 100 mg cap (10) 1x1 malam. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/80. Blopress 8 mg tab (30) 3x1 Ginkgoforce tab (60) 1x1 Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Lancid 30 mg cap (10) 1x1 Mediflex tgc cream 75 mg 3x UE. Tidak ada hasil radiologi. NPB non-spesifik. 110/70. Celebrex 200 mg cap (10) 1x1 Methylprednisolone 4 mg tab (10) 1x1. 37.

Gambar

Tabel I. Persentease karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin ............... 4  Tabel II
Gambar  1.  Profil  faktor  risiko  gastrointestinal  (GI)  dan  faktor  risiko  kardiovaskuler (CV) .....................................................................
Tabel I. Persentease karakteristik berdasarkan usia dan jenis kelamin  Karakteristik
Gambar 1. Profil faktor risiko GI dan faktor risiko CV (Lanza et al., 2009, Lanas et al., 2011)
+2

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Manfaat penulisan ini adalah untuk memahami teknik penyelesaian persamaan Laplace dan persamaan Poisson yang timbul pada masalah aliran panas dua-dimensi dalam pelat persegi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat pengaruh antara partisipasi penyusunan anggaran terhadap kinerja manajerial dengan pelimpahan

Dari definisi-definisi diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa hipertensi adalah suatu keadaan di mana tekanan darah menjadi naik karena gangguan pada pembuluh darah

[r]

68/MPP/Kep/2/2003 Penjualan local produk tissue yang dilakukan antar pulau tidak termasuk dalam kelompok produk yang wajib PKAPT. Tidak

Berdasarkan data hasil post test kemampuan membuktikan konsep Aljabar Abstrak yang dianalisis dengan menggunakan Independent Samples T Test melalui software SPSS

Animasi kemudian membentuk suatu bidang baru dalam ilmu komputer yaitu grafika komputer yang dapat digunakan untuk menggambarkan cara kerja suatu alat dan menampilkan