47
Bab IV
Hasil dan Analisis
IV.1 Peta Mikrozonasi Seismisitas Berdasarkan Metoda SAW
Dari hasil perhitungan skor keseluruhan poligon-poligon dihasilkan peta
mikrozonasi. Peta mikrozonasi seismisitas tersebut ditampilkan dalam bentuk
histogram dan peta dalam gradasi warna sesuai dengan skor totalnya seperti pada gambar 4.1 dan 4.2. Semakin tinggi skor totalnya menunjukkan tingkat bahaya gempabumi semakin tinggi.
Histogram peta mikrozonasi seismisitas dengan metoda SAW
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0.28 0.30 0.32 0.34 0.36 0.38 0.40 0.42 0.44 0.46 0.48 0.50 0.52 0.54 0.56 0.58 0.60 0.62 0.64 0.66 0.68 0.70 0.72 0.74 0.76 0.79 0.81 0.83 Skor total L u a s a n p o lig o ( H a ) Gambar 4.1.
Histogram peta mikrozonasi seismisitas yang dihasilkan dari nilai bobot dan ranking dengan metoda SAW.
Pada model SAW rentang skor totalnya dari 0,21 hingga 0,84. Distribusi luasan poligon seluas 36.060,4 ha (74,7%) terlihat dominan pada skor antara 0,39 dan 0,49. Luasan poligon yang cukup dominan terlihat juga pada skor total yang lebih tinggi antara 0,67 dan 0,76 seluas 6.831,6 ha (14,2 %).
Dari peta mikrozonasi terlihat bahwa sepanjang zona sesar aktif menempati skor total tinggi, hal ini disebabkan karena bobot zona sesar aktif sebagai sumber gempabumi dinilai memiliki bobot yang paling tinggi. Wilayah-wilayah yang dilewati zona sesar aktif meliputi wilayah kabupaten Bantul diantaranya Kecamatan Kretek, Pundong, Jetis dan Berbah serta Kecamatan Prambanan yang termasuk dalam wilayah Kabupaten Klaten. Selain itu beberapa wilayah lain yang
48
memiliki skor total yang relatif tinggi yaitu wilayah Kecamatan Sanden, Sewon dan Kasihan.
Gambar 4.2.
49
IV.2 Peta Mikrozonasi Seismisitas Berdasarkan Metoda AHP
Hasil perhitungan skor keseluruhan poligon-poligon pada peta mikrozonasi menggunakan model AHP berkisar antara 0,09 dan 0,64. Histogram dan peta mikrozonasi seismisitas berdasarkan metoda AHP dapat dilihat pada gambar 4.3
Histogram peta mikrozonasi seismisitas dengan metoda AHP
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 0.09 0.11 0.13 0.15 0.17 0.19 0.21 0.23 0.25 0.27 0.29 0.31 0.33 0.35 0.37 0.39 0.41 0.43 0.45 0.47 0.49 0.51 0.53 0.55 0.57 0.59 0.61 0.63 Skor total
Luasan poligon (ha)
Gambar 4.3.
Histogram peta mikrozonasi seismisitas yang dihasilkan dari nilai bobot dan ranking dengan metoda AHP.
dan 4.4. Distribusi luasan poligon hampir sama dengan metoda SAW yaitu terdapat dua rentang dominan yaitu antara skor total 0,12 dan 0,24 seluas 40.701,27 ha (84,3 %) dan skor total antara 0,59 dan 0,62 seluas 6.938,67 ha (14,4%). Berbeda dengan histogram peta mikrozonasi seismisitas dengan metoda
SAW, pada metoda AHP distribusi skor total poligon lebih tegas.
IV.3 Perbandingan Peta-peta Mikrozonasi Seismitas
Kedua peta mikrozonasi yang dibuat berdasarkan metoda SAW dan AHP dibandingkan dengan cara mengurutkan skor total poligon pada metoda SAW dari skor total kecil ke besar, dan diikuti dengan skor total metoda AHP. Perbandingan skor total poligon kedua metoda dapat dilihat pada grafik gambar 4.5.
Pola urutan skor total pada metoda AHP umumnya mengikuti urutan seperti pada metoda SAW yaitu semakin membesar. Pada grafik terlihat terjadi kenaikan skor total yang cukup signifikan pada awal poligon dan poligon ke 216.
50
Gambar 4.4.
Peta mikrozonasi seismisitas dibuat berdasarkan metoda AHP
Pada metoda AHP poligon ke 216 naik tajam dikarena terjadi kekosongan poligon antara skor total 0,26 dan 0,53. Hubungan antara skor total yang dihasilkan dengan metoda SAW dan AHP dihitung dengan analisis regresi. Analisis dilakukan pada 220 variabel (skor total) yang terpilih dari hasil seleksi poligon.
51
Perbandingan skor total antara SAW dan AHP
0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.70 0.80 0.90 1 21 41 61 81 101 121 141 161 181 201 221 241 261 281 Poligon S k o r to ta l SAW AHP Gambar 4.5.
Perbandingan skor total poligon antara peta mikrozonasi seismisitas yang dibuat berdasarkan metoda SAW dan AHP.
y = 0.4393x - 0.0223 0.00 0.10 0.20 0.30 0.40 0.50 0.60 0.20 0.25 0.30 0.35 0.40 0.45 0.50 0.55 0.60
Skor total SAW
S k o r to ta l A H P Gambar 4.6
Grafik hubungan antara skor total poligon berdasarkan metoda SAW dan AHP.
Analisis regresi menghasilkan persamaan sebagai berikut (gambar 4.6.): Y = 0,439 X – 0,022
Keterangan:
Y = skor total poligon berdasarkan metoda AHP X = skor total poligon berdasarkan metoda SAW
52
Pada perbandingan antara skor total metoda SAW dan AHP, poligon yang tidak selaras nilai skor totalnya atau dengan kata lain tidak mengikuti pola pada metoda
SAW dimana nilai skor totalnya semakin membesar, seluas 5,8 % dari total luas
daerah penelitian seperti disajikan pada gambar 4.7.
Gambar 4.7.
53
Dalam metoda analisis keputusan multikriteria, subyektifitas pilihan dalam penentuan nilai bobot dan ranking mempengaruhi hasil yang didapatkan. Dalam penelitian ini, nilai bobot dan ranking yang digunakan dalam metoda SAW maupun AHP ditentukan berdasarkan pertimbangan teknis dan konsultasi ahli. Perbedaan dasar yang terdapat dalam metoda SAW dan AHP terletak pada obyektifitas dan kemudahannya. Walaupun metoda AHP lebih rumit daripada
SAW, metoda AHP lebih obyektif. Perbandingan berpasangan untuk menentukan
bobot lebih teliti daripada penentuan bobot langsung, karena dalam perbandingan berpasangan dikontrol kekonsistenannya dengan rasio konsistensi. Di lain pihak metoda SAW memiliki keuntungan lebih cepat penyelesaian perhitungannya.
IV.4 Perbandingan Peta Mikrozonasi Seismisitas Dengan Kerusakan Akibat Gempabumi Yogyakarta 2006
Wilayah kerusakan bangunan akibat gempabumi Yogyakarta 27 Mei 2006 telah dipetakan oleh Unosat (dalam Marjiyono, et. al, 2007). Kerusakan bangunan dikategorikan dalam tiga kelas yaitu rusak ringan, rusak sedang dan rusak berat. Wilayah kecamatan yang mengalami kerusakan berat di antaranya Kecamatan Jetis, Sewon, Pleret, serta sebagian wilayah Kecamatan Imogiri, Bambanglipuro, Pundon dan Kretek.
Dalam penelitian ini akan dibandingkan peta mikrozonasi yang dihasilkan dengan analisis keputusan multikriteria dengan wilayah kerusakan yang diakibatkan oleh gempabumi 27 Mei 2006. Gambar tumpangsusun antara peta mikrozonasi seismisitas dengan wilayah kerusakan bangunan diberikan dalam gambar 4.8. dan 4.9.
Hasil tumpangsusun memperlihatkan wilayah yang mengalami kerusakan berat pada bangunan umumnya terletak pada skor total tinggi sepanjang zona sesar gempa. Namun beberapa wilayah yang memiliki skor total relatif rendah seperti Kecamatan Bambang Lipuro dan Sewon justru mengalami kerusakan bangunan yang berat. Sebaliknya beberapa wilayah di bagian utara daerah penelitian yang memiliki skor total tinggi seperti Kecamatan Piyungan dan Berbah serta sebagian wilayah Kabupaten Klaten hanya menderita kerusakan ringan. Hal ini dapat
54
disebabkan kualitas bangunan yang tidak seragam dan tidak diketahui secara rinci. Sebagian besar rumah-rumah pribadi, terutama golongan masyarakat kurang mampu menggunakan bahan bangunan bermutu rendah dan tidak memiliki kerangka bangunan yang esensial sehingga mudah runtuh apabila terjadi guncangan.
Gambar 4.8.
Tumpangsusun antara peta mikrozonasi seismisitas yang dibuat berdasarkan metoda SAW dan wilayah kerusakan (Unosat dalam Marjiyono et. al., 2007)
55
Gambar 4.9.
Tumpangsusun antara peta mikrozonasi seismisitas yang dibuat berdasarkan metoda AHP dan wilayah kerusakan (Unosat dalam Marjiyono et. al., 2007) Banyak bangunan publik juga runtuh karena buruknya standar bangunan, khususnya bangunan Sekolah Dasar.