• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang telah berumur 65 tahun atau lebih, sedangkan tua secara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang yang telah berumur 65 tahun atau lebih, sedangkan tua secara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lansia

WHO memberikan definisi bahwa tua secara kronologis adalah seseorang yang telah berumur 65 tahun atau lebih, sedangkan tua secara psikologis seseorang yang elum berumur 65 tahun tetapi secara fisis sudah tampak seperti 65 tahun, misalnya karena stres emosional. Tua fisis adalah seseorang yang tampak tua karena menderita suatu penyakit kronik (Darmojo dan Martono, 2004).

Usia lanjut ditandai dengan perubahan fisik dan psikologis tertentu. Efek-efek tersebut menentukan, sampai sejauh tertentu, apakah pria atau wanita usia lanjut akan melakukan penyesuaian diri secara baik atau buruk. Hurlock (2000) menyatakan ciri- ciri lansia antara lain :

1. Lansia merupakan periode kemunduran

Kemunduran yang terjadi pada lansia berupa kemunduran fisik dan juga mental. Kemunduran tersebut sebagian datang dari faktor fisik dan sebagian lagi dari faktor psikologis. Penyebab kemunduran fisik merupakan suatu perubahan pada sel- sel tubuh bukan karena penyakit khusus tapi karena proses menua. Penyebab kemunduran psikologis karena sikap tidak senang terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan, dan kehidupan pada umumnya.

(2)

2. Perbedaan individual pada efek menua

Individu menjadi tua secara berbeda karena mereka mempunyai sifat bawaan yang berbeda, sosial ekonomi, dan latar belakang pendidikan yang berbeda, serta pola hidup yang berbeda. Perbedaan terlihat diantara individu-individu yang mempunyai jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing- masing jenis kelamin yang sama, dan semakin nyata bila pria dibandingkan dengan wanita karena menua terjadi dengan laju yang berbeda pada masing- masing jenis kelamin.

3. Usia tua dinilai dengan kriteria yang berbeda

Arti usia itu sendiri tidak jelas serta tidak dapat dibatasi pada anak muda, maka individu cenderung menilai tua itu dalam hal penampilan dan kegiatan fisik.

4. Berbagai stereotipe lansia

Banyak stereotipe lansia dan banyak pula kepercayaan tradisional tentang kemampuan fisik dan mental. Stereotipe dan kepercayaan tradisional muncul dari berbagai sumber, ada yang menggambarkan bahwa usia pada lansia sebagai usia yang tidak menyenangkan, diberi tanda sebagai orang yang tidak menyenangkan oleh berbagai media massa (Hurlock, 2000).

(3)

5. Sikap sosial terhadap lansia

Ada pendapat tentang lansia mempunyai pengaruh besar terhadap sikap sosial terhadap lansia. Kebanyakan pendapat tersebut tidak menyenangkan, sehingga sikap sosial tampaknya cenderung menjadi tidak menyenangkan.

B. Konsep Menua

1. Pengertian Menua

Menua (menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memperbaki diri/mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang di derita (Nugroho, 2008). Masa ini adalah masa penyesuaian diri atas berkurangnya kekuatan dan kesehatan, menata kembali kehidupan, masa pension dan penyesuaian diri dengan peran- peran sosial (Santrock, 2006).

2. Tipe Lansia

Beberapa tipe pada lansia bergantung pada karakter, pengalaman hidup, lingkungan, kondisi fisik, mental, sosial, dan ekonominya (Nugroho, 2008). Tipe tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut.

(4)

a. Tipe arif bijaksana

Kaya dengan hikmah, pengalaman, menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah, rendah hati, sederhana, dermawan, memenuhi undangan, dan menjadi panutan.

b. Tipe mandiri

Menggali kegiatan dengan tipe yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, bergaul dengan teman, dan memenuhi undangan.

c. Tipe tidak puas

Konflik lahir batin menentang proses penuaan sehingga menjadi pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, sulit dilayani, pengkritik, dan banyak menuntut.

d. Tipe pasrah

Menerima dan menunggu nasib baik, mengikuti kegiatan agama, dan melakukan pekerjaan apa saja.

e. Tipe bingung

Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, minder, menyesal, pasif, dan acuh tak acuh.

Tipe lain dari lansia adalah tipe optimis, tipe konstruktif, tipe dependen (kebergantungan), tipe defensif (bertahan), tipe militant dan serius, tipe pemarah/ frustasi (kecewa akibat kegagalan dalam melakukan sesuatu), serta tipe putus asa (benci pada diri sendiri).

(5)

3. Teori-teori penuaan

Stanley (2002) menyatakan, ada beberapa teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa penuaan bisa terjadi. Teori ini di kelompokkan ke dalam dua kelompok besar, yaitu teori biologis dan teori psikososial.

a. Teori biologis

Teori biologis yaitu teori yang mencoba untuk menjelaskan proses fisik penuaan, termasuk perubahan fungsi dan struktur, pengembangan, panjang usia dan kematian.

1) Teori genetika

Teori sebab akibat menjelaskan bahwa penuaan terutama dipengaruhi oleh pembentukan gen dan dampak lingkungan pada pembentukan kode genetik. Penuaan adalah suatu proses yang secara tidak sadar di wariskan yang berjalan dari waktu ke waktu mengubah sel atau struktur jaringan. Dengan kata lain, perubahan rentang hidup dan panjang usia telah ditentukan sebelumnya (Stanley, 2006).

2) Teori wear and tear

Teori wear and tear mengusulkan bahwa akumulasi sampah metabolik atau zat nutrisi dapat merusak sintesis DNA, sehingga mendorong malfungsi molekular dan akhirnya malfungsi organ tubuh. Pendukung teori ini percaya bahwa tubuh akan mengalami kerusakan berdasarkan suatu jadwal. Radikal bebas adalah

(6)

molekul atau atom dengan suatu elektronyang tidak berpasangan. Ini merupakan jenis yang sangat reaktif yang dihasilkan dari reaksi selama metabolisme. Radikal bebas dengan cepat dihancurkan oleh system enzim pelindung pada kondisi normal, beberapa radikal bebas berhasil lolos dari proses perusakan ini dan berakumulasi didalam struktur biologis yang penting, saat itu kerusakan organ terjadi (Stanley, 2006).

3) Riwayat lingkungan

Menurut teori ini, faktor-faktor di dalam lingkungan (misalnya karsinogen dari industri cahaya matahari, trauma dan infeksi) dapat membawa perubahan dalam proses penuaan. Walaupun faktor-faktor ini diketahui dapat mempercepat penuaan, dampak dari lingkugan lebih merupakan dampak sekunder dan bukan merupakan faktor utama dalam penuaan (Stanley, 2006).

4) Teori imunitas

Teori imunitas merupakan suatu kemunduran dalam sistem imun yang berhubungan dengan penuaan. Ketika oranng bertambah tua, pertahanan mereka terhadap organisme asing mengalami penurunan, sehingga mereka lebih rentan untuk menderita berbagai penyakit seperti kanker dan infeksi. Seiring dengan berkurangnya fungsi imun, terjadilah peningkatan dalam respon autoimun tubuh (Stanley, 2006).

(7)

b. Teori psikologis

Teori psikologis memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari implikasi biologi pada kerusakan anatomis. Perubahan sosiologis dikombinasikan dengan perubahan psikologis.

1) Teori kepribadian

Kepribadian manusia adalah suatu wilayah pertumbuhan yang subur dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang penelitian yang pantas di pertimbangkan. Teori kepribadian menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung,

(2003) mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian sebagai ekstrovert dan introvert. Ia berteori bahwa keseimbangan antara kedua hal tersebut adalah penting bagi kesehatan.

2) Teori tugas perkembangan

Beberapa ahli teori terkenal sudah menguraikan tugas maturasi dalam kaitannya dengan tugas yang harus di kuasai pada berbagai tahap sepanjang rentang hidup manusia. Tugas perkembangan adalah aktivitas dan tantangan yang harus di penuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam hidupnya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat kehidupan seseorang

(8)

sebagai kehidupan yang di jalani dengan integritas (Stanley, 2006).

3) Teori disengagement (teori pembebasan)

Yaitu suatu proses yang menggambarkan penarikan diri oleh lansia dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Menurut ahli teori ini, proses penarikan diri ini dapat di prediksi, sistematis, tidak dapat dihindari, dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat yang sedang tumbuh.

Lansia dikatakan akan bahagia apabila kontak sosial telah berkurang dan tanggung jawab telah diambil oleh generasi yang lebih muda. Manfaat pengurangan kontak sosial bagi lansia adalah agar ia dapat menyediakan waktu untuk merefleksikan pencapaian hidupnya dan untuk menghadapi harapan yang tidak terpenuhi, sedangkan manfaatnya bagi masyarakat adalah dalam rangka memindahkan kekuasaan generasi tua kepada generasi muda. Keadaan ini mengakibatkan interaksi sosial lansia menurun, baik secara kualitas maupun kuantitas sehingga sering terjadi kehilangan ganda (tripple loss), yakni (Stanley, 2006): a) Kehilangan peran (loss of role)

b) Hambatan kontak sosial (restraction of contact and relationship).

(9)

4) Teori aktifitas

Lawan langsung dari teori pembebasan adalah teori aktifitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Hasil dari berbagai penelitian memvalidasi hubungan positif antara mempertahan interaksi yang penuh arti dengan orang lain dan kesejahteraan fisik orang tersebut. Gagasan pemenuhan kebutuhan seseorang harus seimbang dengan pentingnya perasaan dibutuhkan oleh orang lain. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya fungsi peran pada lansia secara negatif mempengaruhi kepuasan hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya aktifitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk mencegah kehilangan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang masa kehidupan manusia (Stanley, 2006).

5) Teori kontinuitas

Teori kontinuitas, juga dikenal sebagai suatu teori perkembangan. Teori ini menekankan pada kemampuan koping individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyesuaikan diri terhadap perubahan akibat penuaan. Orang yang menyukai kesendirian dan memiliki jumlah aktivitas yang terbatas mungkin akan menemukan kepuasan dalam melakukan gaya hidupnya ini.

(10)

Ketika perubahan gaya hidup di bebankan pada lansia oleh perubahan sosial-ekonomi atau faktor kesehatan, permasalahan mumgkin akan timbul. Keluarga yang berhadapan dengan keputusan yang sulit tentang perubahan pengaturan tempat tinggal untuk seorang lansia sering memerlukan banyak dukungan (Stanley, 2006).

4. Perubahan-Perubahan yang Terjadi Akibat Proses Menua

Hurlock (2000) menyatakan akibat perkembangan usia, lanjut usia mengalami perubahan–perubahan yang menuntut dirinya untuk menyesuaikan diri secara terus–menerus. Apabila proses penyesuaian diri dengan lingkungannya kurang berhasil maka timbulah berbagai masalah, antara lain :

a. Perubahan kondisi mental

Pada umumnya usia lanjut mengalami penurunan fungsi kognitif dan psikomotor. Perubahan–perubahan mental ini erat sekali kaitannya dengan perubahan fisik, keadaan kesehatan, tingkatpendidikan atau pengetahuan serta situasi lingkungan. Dari segi mental emosional sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan timbulnya suatu penyakit atau takut di telantarkan karena tidak berguna lagi.

(11)

b. Perubahan psikososial

Masalah–masalah ini serta reaksi individu terhadapnya akan sangat beragam, tergantung kepada kepribadian invidu yang bersangkutan. Pada saat ini orang yang telah menjalani kehidupannya dengan bekerja mendadak diharapkan untuk menyesuaikan dirinya dengan masa pensiun. Tetapi bagi banyak pekerja pensiun berarti terputus dari lingkungan dan teman–teman yang akrab dan disingkirkan untuk duduk–duduk dirumah dengan begitu dapat menimbulkan perasaan kesepian akibat pengasingan dari lingkungan sosial, kehilangan hubungan teman dan keluarga, perubahan mendadak dalam kehidupan rutin dan membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna.

c. Perubahan kognitif

Perubahan pada fungsi kognitif diantaranya :

1) Kemundurun umumnya terjadi pada tugas–tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang membutuhakan memori jangka pendek.

2) Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.

3) Kemampuan verbal dalam bidang kosakata akan menetap bila tidak ada penyakit.

d. Perubahan spiritual

1) Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya.

(12)

2) Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari – hari. 3) Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun, perkembangan yang

dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

C. Insomnia

Insomnia merupakan salah satu gangguan utama dalam memulai dan mempertahankan tidur di kalangan lansia. Insomnia didefinisikan sebagai suatu keluhan tentang kurangnya kualitas tidur yang disebabkan oleh satu dari sulit memasuki tidur, sering terbangun malam kemudian kesulitan untuk kembali tidur, bangun terlalu pagi, dan tidur yang tidak nyenyak (Joewana, 2005). Bila seseorang memiliki kualitas dan kuantitas tidur yang kurang, dapat mengakibatkan masalah dalam keluarga dan perkawinan, karena kurang tidur dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit dalam bergaul. Bila tidur kurang lelap, maka tubuh akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun.

Insomnia sedikit banyak memberi dampak pada kualitas tidur, sehingga menyebabkan tidur tidak berkualitas. Akibat yang dapat dirasakan adalah menurunya kualitas hidup, produktivitas dan keselamatan serta dapat mempengaruhi kualitas kerja. Kurang tidur, dapat pula mengakibatkan masalah dalam keluarga dan perkawinan, karena kurang tidur dapat membuat orang cepat marah dan lebih sulit dalam bergaul. Bila tidur

(13)

kurang lelap, maka tubuh akan merasa letih, lemah, dan lesu pada saat bangun (Sumedi, T. Wahyudi & Kuswati, A. 2010).

Insomnia yang terjadi pada lansia dapat terjadi karena kecemasan dan depresi. Menurut Soedjono dan Setiadji (dalam Sustyani dkk, 2012) menjelaskan pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat teratas penyakit yang dialami lanjut usia di negara berkembang termasuk Indonesia. Gangguan depresi pada lansia kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada lanjut usia yang tidak dikenali (underdiagnosed) dan tidak diobati (undertreated).

1. Tingkat Insomnia.

Insomnia dimasukkan dalam golongan Disorders of Iniating and Maintaining Sleep (DIMS), menurut klasifikasi diagnostik dari World Health Organization (WHO) pada tahun 1990 dalam (Putra, 2013), yang secara praktis dikasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu insomnia primer dan insomnia sekunder.

a. Insomnia primer

Insomnia primer, merupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya belum diketahui secara pasti. Sehingga dengan demikian pengobatannya masih relatif sukar dilakukan dan biasanya berlangsung lama atau kronis (long term insomnia). Insomnia primer ini sering menyebabkan terjadinya komplikasi kecemasan dan depresi, yang justru dapat menyebabkan semakin parahnya gangguan sulit tidur tersebut. Sebagian penderita golongan ini mempunyai

(14)

dasar gangguan psikiatris, khususnya depresi ringan sampai menengah berat. Adapun sebagian penderita lain merupakan pecandu alkohol atau obat-obatan terlarang (narkotik). Kelompok yang terakhir ini memerlukan penanganan yang khusus secara terpadu mencakup perbaikan kondisi tidur (sleep environment), pengobatan, dan terapi kejiwaan (psikoterapi).

b. Insomnia sekunder

Insomnia sekunder merupakan merupakan gangguan sulit tidur yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti. Gangguan tersebut dapat berupa faktor gangguan sakit fisik, ataupun gangguan kejiwaan (psikis). Pengobatan insomnia sekunder relatif lebih mudah dilakukan terutama dengan menghilangkan penyebab utamanya terlebih dahulu. Insomnia sekunder dapat dibedakan sebagai berikut : 1) Insomnia sementara (transient insomnia)

Insomnia sementara terjadi pada seseorang yang termasuk dalam golongan dapat tidur normal, namun karena adanya stres atau ketegangan sementara (misalnya karena adanya kebisingan atau pindah tempat tidur), menjadi sulit tidur. Pada keadaan ini, obat hipnotik, dapat digunakan ataupun tidak (tergantung pada kemampuan adaptasi penderita terhadap lingkungan penyebab stres atau ketegangan tersebut).

(15)

2) Insomnia jangka pendek (short term insomnia)

Insomnia jangka pendek merupakan gangguan tidur yang terjadi pada penderita sakit fisik (misalnya batuk, rematik, dan lain sebagainya), atau mendapat stres situasional (misalnya kehilangan atau kematian orang dekat, pindah pekerjaan, dan lain sebagainya). Biasanya gangguan sulit tidur ini akan dapat sembuh beberapa saat setelah terjadi adaptasi, pengobatan, ataupun perbaikan suasana tidur. Dalam kondisi ini, pemakaian obat hipnotik dianjurkan dengan pemberian tidak melebihi 3 minggu (paling baik diberikan selama 1 minggu saja). Pemakaian obat secara berselang-seling (intermittent), akan lebih aman, karena dapat menghindari terjadinya efek sedasi yang timbul berkaitan dengan akumulasi obat.

Berdasarkan dari teori yang dikemukakan oleh WHO dalam Putra (2013) diatas, maka dapat dijabarkan lagi bahwa macam tingkat insomnia tersebut dari yang paling ringan adalah sebagai berikut :

a. Insomnia transient (sementara), yaitu insomnia yang berlangsung kurang dari seminggu.

b. Insomnia jangka pendek, yaitu kesulitan tidur yang berlangsung selama 1-4 minggu.

c. Insomnia Kronis (Jangka Panjang), yaitu kesulitan tidur yang berlangsung lebih dari sebulan.

(16)

2. Faktor-Faktor yang Menyebabkan Insomnia

Putra (2013) menyatakan jika diambil garis besarnya, faktor-faktor penyebab insomnia yaitu :

a. Stres atau Kecemasan : seseorang yang didera kegelisahan yang dalam, biasanya karena memikirkan permasalahan yang sedang dihadapi.

b. Depresi : selain menyebakan insomnia, depresi juga bisa menimbulkan keinginan untuk tidur terus sepanjang waktu, karena ingin melepaskan diri dari masalah yang dihadapi. Depresi bisa menyebabkan insomnia dan sebaliknya insomnia dapat menyebabkan depresi.

c. Kelainan-kelainan kronis : Kelainan tidur (seperti tidur apnea), diabetes, sakit ginjal, arthritis, atau penyakit yang mendadak seringkali menyebabkan kesulitan tidur.

d. Efek samping pengobatan : Pengobatan untuk suatu penyakit juga dapat menjadi penyebab insomnia.

e. Pola makan yang buruk : Mengkonsumsi makanan berat sesaat sebelum pergi tidur bisa menyulitkan seseorang jatuh tidur.

f. Kafein, nikotin, dan alcohol : Kafein dan nikotin adalah zat stimulant (penekan syaraf). Alkohol dapat mengacaukan pola tidur seseorang. g. Kurang berolahraga : hal ini juga bisa menjadi factor sulit tidur yang

(17)

Penyebab lainnya bisa berkaitan dengan kondisi-kondisi spesifik, seperti :

a. Usia lanjut (insomnia lebih sering terjadi pada orang yang berusia di atas 60 tahun).

b. Wanita hamil.

c. Riwayat depresi atau penurunan.

D. Senam Lansia

Senam adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang dilakukan secara tersendiri atau kelompok dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut. Lansia adalah seseorang individu laki-laki dan perempuan yang berumur antara 60-69 tahun. Jadi senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan terarah serta terencana yang diikuti oleh orang lanjut usia yang dilakukan dengan maksud meningkatkan kemampuan fungsional raga untuk mencapai tujuan tersebut (Agustina, 2010).

Senam lansia merupakan salah satu alternatif yang positif untuk membina kesehatan jasmani dan memelihara kebugaran. Menurut Depkes (1999) (dalam Widyastuti dkk, 2011) senam lansia selain memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur. Senam lansia sendiri mempunyai banyak manfaat bagi lansia. Manfaat dari aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena

(18)

melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang ada di dalam tubuh.

Olah raga terbukti memperbaiki kualitas tidur pada lanjut usia. Dengan berolah raga, diharapkan dapat tidur lebih cepat, lebih jarang terbangun dan tidur lebih dalam. Salah satu jenis olahraga yang bisa dilakukan pada lansia yaitu senam bugar lansia. Aktivitas olahraga ini akan membantu tubuh tetap bugar dan segar karena melatih tulang tetap kuat, mendorong jantung bekerja optimal, dan membantu menghilangkan radikal bebas yang berkeliaran di dalam tubuh. Senam bugar lansia disamping memiliki dampak positif terhadap peningkatan fungsi organ tubuh juga berpengaruh dalam meningkatkan imunitas dalam tubuh manusia setelah latihan teratur (Sumedi, T. Wahyudi & Kuswati, A. 2010).

Komponen aktivitas dan kebugaran menurut Darmojo dan Martono (2004) terdiri dari :

1. Keberdayagunaan-mandiri (self efficiency) adalah istilah untuk menggambarkan rasa percaya atas keamanan dalam melakukan aktivitas. Hal ini sangat berhubungan dengan ketidak tergantungan dalam aktivitas sehari-hari. Dengan keberdayaan mandiri ini seorang lanjut usia mempunyai keberanian dalam melakukan aktivitas.

2. Latihan Pertahanan (resistence training) keuntungan fungsional ataslatihan pertahanan berhubungan dengan hasil yang didapat atas jenis

(19)

latihan yang bertahan, antara lain mengenai kecepatan bergerak sendi, luas lingkup gerak sendi (rangeof motion) dan jenis kekuatan.

3. Daya tahan (endurance) adalah kemampuan seseorang untuk melakukan kerja dalam waktu yang relatif cukup lama. Pada lansia latihan daya tahan atau kebugaran yang cukup keras akan meningkatkan kekuatan yang didapat dari latihan bertahan.

4. Kelenturan (flexibility) pembatasan atas lingkup gerak sendi, banyak terjadi pada lasia yang sering mengakibatkan kekuatan otot dan tendon menurun. Oleh karena itu lantihan kelenturan sendi merupakan komponen penting dari latihan atau olah raga bagi lanjut usia.

5. Keseimbangan - keseimbangan penyebab utama yang sering mengakibatkan sering jatuh. Keseimbangan merupakan tanggapan morik yang dihasilkan oleh berbagai faktor, diantaranya input sensorik dann kekuatan otot. Penurunan keseimbangan pada lanjut usia bukan hanya sebagai akibat menurunnya kekuatan otot atau penyakit yang diderita. Penurunan keseimbangan bisa diperbaiki dengan berbagai latihan keseimbangan. Latihan yang meliputi komponen keseimbangan akan menurunkan insiden jatuh pada lansia.

Manfaat olah raga bagi lansia menurut Nugroho (1999) antara lain: a. Memperlancar proses degenerasi karena perubahan usia

b. Meningkatkan kekuatan otot jantung sehingga memperkecil resiko serangan jantung

(20)

c. Melancarkan siklus darah dalam tubuh sehingga menurunkan tekanan darah dan menghindari penyakit tekanan darah tinggi

d. Menurunkan kadar lemak dalam tubuh sehingga membantu mengurangi berat badan berlebih dan terhindar dari obesitas

e. Menguatkan otot-otot tubuh sehingga otot tubuh menjadi lentur dan terhindar dari penyakit reumatik

f. Meningkatkan sistem sistem kekebalan tubuh sehingga terhindar dari penyakit-penyakit yang menyerang lansia.

g. Mengurangi stres dan ketegangan pikiran

h. Mempermudah untuk menyesuaikan kesehatan jasmani dalam kehidupan i. Berfungsi melindungi, yaitu memperbaiki tenaga cadangan dalam

(21)

E. Kerangka Teori Penelitian

Sumber : Joewana (2005), Turana (2007) Gambar 2.1 Kerangka Teori

F. Kerangka Konsep Penelitian

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian dalam penelitian ini penulis merumuskan dalam hipotesis statistik (Ho dan Ha) sebagai berkut:

Ho : Tidak terdapat perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif

senam dan lansia yang tidak aktif senam di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.

Ha : Terdapat perbedaan tingkat insomnia antara lansia yang aktif senam dan

lansia yang tidak aktif senam di Desa Bobotsari Kecamatan Bobotsari Kabupaten Purbalingga.

Senam Lansia Tingkat insomnia

Faktor yang mempengaruhi:

• Suara / bunyi

• Suhu udara

• Tinggi suatu daerah

• Penggunaan obat-obatan • Penyakit jasmani

Insomnia

Istirahat dan tidur Aktivitas dan latihan lansia: • ROM • Senam

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

membangun kemitraan pengembangan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dibuktikan denagn kerja sama dengan dari BLH Kabupaten Wonosobo. Berdasarkan hasil penelitian

Kualitas udara di seluruh AQMS / Sistem Monitoring Kualitas Udara di Provinsi Riau menunjukkan Kategori Baik (good), sedang (moderate), tidak sehat (unhealthy), sangat tidak

Puji dan syukur panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, kelimpahan rahmat dan karunia Nya sehingga dapat menyelesaukan tesis tentang “ Pengaruh Kompensasi dan

Untuk balok komposit dengan dek baja terbentuk, kekuatan geser yang tersedia didasarkan pada properti penampang baja saja sesuai dengan Bab G SNI 1729, Spesifikasi untuk

c. Mahasiswa dan Lulusan: 1) Secara kuantitatif, jumlah mahasiswa baru yang diterima Prodi PAI relatif stabil dan di atas rata-rata dibandingkan dengan jumlah

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji transmisi kebijakan moneter melalui jalur pembiayaan bank syariah (Islamic bank financing channel) dengan membagi jenis

Pada diatas, dapat dilihat bahwa hasil fermentasi cincalok udang rebon yang dibuat dengan metode Backslopping berpengaruh nyata terhadap nilai kadar air, abu,

diminta menandatangani atau cap sidik jari surat pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian bagi yang bersedia berpartisipasi dalam kegiatan penelitian. 3)