• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PERAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI. keputusan, sedangkan sekolah adalah suatu lembaga pendidikan. 1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II PERAN KEPALA SEKOLAH DAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU PAI. keputusan, sedangkan sekolah adalah suatu lembaga pendidikan. 1"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

22 A. KEPALA SEKOLAH

1. Pengertian Kepala Sekolah

Secara etimologi, kepala sekolah berasal dari dua kata yaitu kepala dan sekolah. Kata kepala dapat diartikan ketua atau pemimpin dalam suatu organisasi atau lembaga yang diangkat berdasarkan keputusan, sedangkan sekolah adalah suatu lembaga pendidikan.1

B.Suryosubroto dalam bukunya yang berjudul Manajemen Pendidikan di Sekolah mendefinisikan bahwa kepala sekolah adalah jabatan tertinggi di Sekolah, sehingga ia berperan sebagai pemimpin sekolah dan dalam struktur organisasi sekolah dimana ia didudukan pada tempat paling atas.2

Kepala sekolah merupakan jabatan karir yang diperoleh seseorang setelah sekian lama menjabat sebagai guru. Seseorang diangkat dan dipercaya menduduki jabatan kepala sekolah harus memenuhi kriteria-kriteria yang disyaratkan untuk menjadi kepala sekolah. Kepala sekolah yang efektif mempunyai karakteristik sebagai berikut: (1) mempunyai jiwa kepemimpinan dan mampu memimpin sekolah, (2) memiliki kemampuan untuk memecahkan masalah, (3) memiliki ketrampilan sosial, (4) profesional dan kompeten dalam bidang tugasnya. Dan sebagai pemimpin organisasi, terutama dalam bidang pendidikan setidaknya mempunyai ciri-ciri: (1) mampu mengambil keputusan, (2) mempunyai kemampuan hubungan manusia, (3) mempunyai keahlian dalam berkomunikasi, (4) mampu memberikan motivasi kerja kepada bawahannya.3

1 B. Suryosubroto, Manajemen Pendidikan di Sekolah (Jakarta: Rinekan Cipta,2004), hal.

139

2 Ibid., hal. 140 3

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Education), (Bandung: Alfabeta, 2009), Hal. 63

(2)

Menurut Nawal Ath-Thuwairiqi, kepala sekolah adalah pemimpin yang berhubungan langsung dengan sekolah. Ia adalah panglima pengawal pendidikan yang melaksanakan fungsi kontrol berbagai pola kegiatan pengajaran dan pendidikan didalamnya, oleh sebab itu kepala sekolah harus berupaya mewujudkan kondisi sosial yang mendukung kegiatan sekolah.4 Menurut E. Mulyasa, bahwa kepala sekolah merupakan pemimpin pendidikan tingkat satuan pendidikan yang harus memiliki dasar kepemimpinan yang kuat.5

Dengan demikian, kepala sekolah adalah pemimpin formal yang biasanya dipilih dan diangkat oleh orang-orang yang ada di lingkungan sekolah atau dikukuhkan menjadi kepala sekolah dengan surat keputusan yang dikeluarkan oleh badan yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan maupun Departemen Agama yang memiliki dasar kepemimpinan yang kuat.

4

Nawal Ath-Thuwairiqi, Sekolah Unggulan berbasis Sirah Nabawiyah (jakarta: Darul Falah, 2004), h. 3

5

E. Mulyasa, Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2012), Hal. 16

(3)

2. Tugas dan Tanggung Jawab Kepala Sekolah

Tugas dan tanggung jawab kepemimpinan kepala sekolah dirumuskan dalam 11 langkah sebagai berikut.

1) Memahami misi dan tugas pokoknya 2) Mengetahui jumlah pembantunya 3) Mengetahui nama-nama pembantunya 4) Memahami tugas setiap pembantunya 5) Memperhatikan kehadiran pembantunya

6) Memperhatikan peralatan yang dipakai pembantunya 7) Menilai pembantunya

8) Memperhatikan karir pembantunya 9) Memperhatikan kesejahteraan 10) Menciptakan suasana kekeluargaan 11) Memberikan laporan kepada atasannya.6

Tanggung jawab seorang pemimpin harus dibuktikan bahwa kapan saja dia harus siap untuk melaksanakan tugas, yang mana dia harus tetap siaga bila ada perintah dari yang lebih atas, sehingga dia harus memosisisikan diri sebagai seorang pekerja keras, berdedikasi, serta mampu memberdayakan dan mempengaruhi orang lain secara positif.7

Kepala sekolah juga mempunyai wewenang dan tanggung jawab penuh untuk menyelenggarakan seluruh kegiatan pendidikan dalam lingkungan sekolah yang dipimpinnya dengan dasar pancasila dan tujuan untuk :

a. Meningkatkan ketakwaan terhadap Tuhan yang Maha Esa, b. Meningkatkan kecerdasan dan ketrampilan,

c. Mempertimbangkan budi pekerti, d. Memperkuat kepribadian,

e. Mempertebal semangat kebangsaan dan cinta tanah air.8

6 Ibid., hal. 58 - 59

7 Ibid, hal. 27 8

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah yang Profesional (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), h. 120

(4)

Dari uraian di atas, maka tanggung jawab merupakan beban yang harus dipikul dan melekat pada seorang kepala sekolah. Segala tindakan yang dilakukan oleh semua staf sekolah merupakan tanggung jawab kepala sekolah. Memikul tanggung jawab adalah kewajiban seorang pemimpin dalam berbagai situasi dan kondisi, sehingga kepala sekolah bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan-kegiatan sekolah sesuai dengan dasar kepemimpinannya. 3. Peran Kepala Sekolah

Dalam perspektif kebijakan pendidikan nasional sebagaimana yang tertera dalam aturan Depdiknas tahun 2006 yang diikuti oleh Mulyasa, terdapat tujuh peran utama kepala sekolah yaitu, sebagai : (1) educator (pendidik); (2) manager; (3) administrator; (4) supervisor, (5) leader (pemimpin); (6) pencipta iklim kerja; dan (7) wirausahawan.9 1. Kepala Sekolah sebagai Educator

Sebagai seorang pendidik, Sumidjo sebagaimana dikutip oleh E. Mulyasa, menyebutkan bahwa kepala sekolah harus berusaha menanamkan, memajukan dan meningkatkan paling tidak empat macam nilai yaitu: nilai-nilai yang berkaitan dengan mental, moral, fisik dan artistik.10 Dalam memainkan peranannya sebagai pendidik, kepala sekolah perlu memperhatikan tiga kelompok sasaran utama yaitu para guru atau tenaga fungsional yang lain, tenaga administrasi (staf) dan kelompok para siswa atau peserta didik. Dan disamping itu

9 Ibid, hlm. 98

10

(5)

juga perlu diperhatikan kelompok sasaran lain yang juga memberikan kontribusi besar terhadap pembinaan sekolah, mereka adalah: organisasi orang tua, organisasi siswa dan organisasi guru. 2. Kepala Sekolah sebagai Manager

Sebagai manager, kepala sekolah harus mau dan mampu mendayagunakan seluruh sumber daya sekolah dalam rangka mewujudkan visi, misi dan mencapai tujuan. Kepala sekolah harus mampu bekerja melalui orang lain (wakil-wakilnya), serta berusaha untuk senantiasa mempertanggung jawabkan setiap tindakan.11

Dari uraian diatas, dapat digarisbawahi bahwa kepala sekolah harus mampu menghadapi berbagai persoalan di sekolah, berfikir secara analitik dan konseptual, dan harus senantiasa berusaha menjadi juru penengah dalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi oleh para tenaga kependidikan yang menjadi bawahannya, serta berusaha untuk mengambil keputusan yang memuaskan bagi semua anggotanya.

3. Kepala Sekolah sebagai Administrator

Kepala sekolah selaku administrator berfungsi merencanakan, mengarahkan, mengkoordinasikan dan mengawasi seluruh kegiatan pendidikan yang diselenggarakan di suatu sekolah.12 Aktivitas yang berkaitan dengan tugas administrator

11

Wahyudi, Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar (Learning Education), (Bandung: Alfabeta, 2009), Hlm.53

12

Hadari Nawawi, Organisasi Sekolah dan Pengelolaan Kelas sebagai Lembaga Pendidikan (Jakarta: Gunung Agung , 2003), hal.88

(6)

meliputi pengelolaan administrasi yang bersifat pencatatan, penyusunan dan pendokumennan seluruh program sekolah.13

Jadi, dalam administrator tugas utama yang harus dilakukan oleh kepala sekolah adalah membuat atau menyusun perencanaan. Perencanaan merupakan salah satu syarat mutlak bagi setiap organisasi atau lembaga bagi setiap kegiatan. Tanpa perencanaan, pelaksanana suatu kegiatan akan mengalami kesulitan dan bahkan mungkin juga kegagalan.

4. Kepala Sekolah sebagai Supervisor

Untuk mengetahui kepala sekolah sebagai supervisor, kita harus mengetahui arti dari supervisi itu terlebih dahulu. Dikatakan bahwa supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi atau syarat-syarat yang esensial yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan.14 Sehubungan dengan itu, maka kepala sekolah sebagai supervisor berarti bahwa kepala sekolah hendaknya pandai meneliti, mencari, dan menentukan syarat-syarat mana yang diperlukan bagi kemajuan sekolahnya sehingga tujuan pendidikan di sekolah itu tercapai dengan maksimal.

13 E. Mulyasa, Op. Cit, hal. 107 14 Suryosubroto, Op, Cit. Hal.185

(7)

5. Kepala Sekolah sebagai Leader (pemimpin)

Kepemimpinan seseorang sangat berkaitan dengan kepribadian dan kepribadian kepala sekolah sebagai pemimpin akan tercermin dalam sifat-sifat sebagai berikut: (1) jujur, (2) percaya diri, (3) tanggung jawab, (4) berani mengambil resiko dan keputusan, (5) berjiwa besar, (6) emosi yang stabil dan (7) teladan.15 Jadi, karakter khusus yang diharapkan ada pada diri kepala sekolah dalam perannya sebagi leader mencakup: kepribadian, keahlian dasar, pengalaman dan pengetahuan profesional, diklat dan ketrampilan profesional serta pengetahuan administrasi dan pengawasan kompetensi kepala sekolah.

6. Kepala Sekolah sebagai Pencipta Iklim Kerja

Dalam upaya menciptakan budaya dan iklim kerja yang kondusif, kepala sekolah hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip sebagai berikut.

 Guru akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang dilakukannya menarik dan menyenangkan.

 Tujuan kegiatan perlu disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada para guru sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja, para guru juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.

 Guru harus selalu diberitahu tentang setiap pekerjaannya,  Pemberian hadiah lebih baik dari hukuman, namun

sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.

 Usahakan untuk memenuhi kebutuhan sosio-psiko-fisik guru, sehingga memperoleh kepuasan.16

Jadi, Budaya dan iklim kerja yang kondusif akan memungkinkan setiap guru lebih termotivasi untuk menunjukan

15

E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), Hal.17.

(8)

kinerjanya secara unggul, yang disertai usaha untuk meningkatkan kompetensinya.

7. Kepala Sekolah sebagai Wirausahawan

Dalam menerapkan prinsip-prinsip kewirausahaan dihubungkan dengan peningkatan kompetensi guru, untuk meningkatkan kompetensi guru maka kepala sekolah harus mampu untuk mendapatkan inovasi yang tercermin dari cara-cara ia melakukan pekerjaannya secara konstruktif, delegatif, integratif, rasional dan objektif, pragmatis, keteladanan, disiplin serta adaptable dan fleksibel.17

Dalam hal ini, maka seyogyanya kepala sekolah sebagai wirausahawan dapat menciptakan pembaharuan, keunggulan komparatif, serta memanfaatkan berbagai peluang bagi guru yang lain. Jadi, kepala sekolah dengan sikap kewirausahaan yang kuat akan berani melakukan perubahan-perubahan yang inovatif di sekolahnya, termasuk perubahan dalam hal-hal yang berhubungan dengan proses pembelajaran siswa beserta kompetensi gurunya, sehingga secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kompetensi guru, yang pada gilirannya dapat membawa efek terhadap peningkatan mutu pendidikan di sekolah.

17 E. Mulyasa, Op.Cit, hal.118

(9)

B. KOMPETENSI PEDAGOGIK

1. Pengertian Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik berasal dari dua kata yaitu kata kompetensi dan pedagogik. “kompetensi adalah (kewenangan) kekuasaan untuk menentukan atau memutuskan suatu hal”.18 Sedangkan pedagogis adalah berasal dari kata pedagogi yang artinya ilmu pendidikan atau ilmu pengajaran.19 Sedangkan Secara etimologis, kata pedagogi berasal dari bahasa Yunani, paedos dan agogos (paedos = anak dan agogos = mengantar atau membimbing). Karena itu pedagogi berarti membimbing anak. Jadi, Pedagogik berarti segala usaha yang dilakukan oleh pendidik untuk membimbing anak muda menjadi manusia yang dewasa dan matang.20

Secara harfiah kompetensi dapat diartikan sebagai kemampuan dengan memiliki kompetensi yang memadai seseorang, khususnya guru dapat melaksanakan tugasnya dengan baik.21 Kompetensi guru dapat dipahami sebagai kebulatan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap yang berwujud tindakan cerdas dan penuh tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sebagai egen pembelajaran.22

18

W.J.S Poerwodarminto, Kamus Umum Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 1999), h. 518

19 Depdikbud, kamus besar bahasa indonesia, (jakarta: balai pustaka, 1998) h,324 20

Saiful Sagala, Kemampuan Profesional Guru dan Tenaga Kependidikan (Bandung: Alfabeta, 2009), h.32

21

Ngainun naim, Menjadi Guru Inspiratif Memberdayakan dan Mengubah Jalan Hidup Siswa, (yogyakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 12

22

Masnur Muslich, Sertifikasi Guru Menuju Profesionalisme Pendidik, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h.12

(10)

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan.23

Dari uraian tersebut nampak bahwa kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan, kompetensi guru menunjukan kepada penampilan dan tindakan yang mempunyai arah dan tujuan untuk memenuhi spesifikasi tertentu dalam melaksanakan tugas-tugas pendidikan.

Dengan demikian kompetensi yang dimiliki oleh guru akan menunjukan kualitas guru tersebut. Kompetensi akan terwujud dalam bentuk penguasaan pengetahuan, ketrampilan, maupun sikap profesional dalam menjalankan tugasnya sebagai guru.

Dalam peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat (3) butir a dikemukakan bahwa kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.24

Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam pengelolaan pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi hal-hal sebagai berikut.

23 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru Dan Dosen, Pasal 1. 24

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan, Pasal 28 ayat (3).

(11)

a) Pemahaman wawasan atau landasan kependidikan b) Pemahaman terhadap peserta didik

c) Pengembangan silabus d) Perancangan pembelajaran

e) Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis f) Pemanfaatan teknologi pembelajaran

g) Evaluasi hasil belajar (EHB)

h) Pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.25

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru telah menggarisbawahi 10 kompetensi inti yang harus dimiliki oleh guru yang terkait dengan standar kompetensi pedagogis. Kesepuluh kompetensi inti itu adalah sebagai berikut.

1. Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, kultural, emosional, dan intelektual.

2. Menguasai teori-teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.

3. Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran atau bidang pengembangan yang diampu.

4. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.

5. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran.

6. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

7. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik.

8. Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 9. Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan

pembelajaran.

10. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.26

25

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), h.77

26

Peraturan pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Nasional Pendidikan

(12)

Jadi, dari semua definisi diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kompetensi pedagogik adalah keseluruhan dari semua inti kompetensi yang tertuang dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 16 tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru. Kesepuluh inti kompetensi tersebut antara lain, menguasai karakteristik peserta didik, menguasai teori-teori belajar, mengembangkan kurikulum, menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik, memanfaatkan TIK untuk pembelajaran, menfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya, berkomunikasi secara efektif, menyelenggarakan penilaian, memanfaatkan hasil penilaian pembelajaran, dan melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.

2. Ruang Lingkup Kompetensi Pedagogik Guru a. Kemampuan mengelola pembelajaran

Secara pedagogis, kompetensi guru dalam mengelola pembelajaran perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini penting karena pendidikan di Indonesia dinyatakan kurang berhasil oleh sebagian masyarakat, dinilai kurang dari aspek pedagogis dan sekolah nampak lebih mekanis sehingga peserta didik cenderung kerdil karena tidak mempunyai dunianya sendiri.27 Jadi menurut uraian di atas sangat perlu sekali untuk para pendidik dalam mmengelola pembelajaran agar peserta didik dapat dikelola dari aspek pembelajarannya.

(13)

b. Pemahaman terhadap peserta didik

Pemahaman terhadap peserta didik merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki guru. Guru mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk memahami sifat dan karakteristik peserta didik.28 Tujuan memahami karakteristik siswa adalah untuk mengukur apakah peserta didik akan mampu mencapai tujuan pembelajaran atau tidak, sampai dimana minat peserta didik terhadap pelajaran yang dipelajari.29 Dapat disimpulkan bahwa pemahaman terhadap peserta didik sangat penting dan harus dimiliki seorang pendidik, supaya pendidik dapat dengan mudah memahami sifat dan karakteristik siswa khususnya dalam proses pencapaian tujuan pembelajaran.

c. Perancangan pembelajaran

Perancangan pembelajaran merupakan salah satu kompetensi pedagogik yang harus dimiliki oleh guru, yang akan bermuara pada pelaksanaan pembelajaran. Perancangan pembelajaran sedikitnya mencakup tiga kegiatan, yaitu: identifikasi kebutuhan, identifikasi kompetensi dan penyusunan program pembelajaran.30 Jadi, dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa perancangan dalam suatu pembelajaran harus di sesuaikan dengan program pembelajaran, yang mana dari

28

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan Problema, Solusi dan Reformasi Pendidikan di Indonesia (Bandung: Remaja Rosdakarya,2006), hal.28

29 Harjanto, Perencanaan Pengajaran (jakarta: Rineka Cipta, 1997), hal.146 30

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana,2007), hal. 41

(14)

program tersebut harus disesuaikan pula dengan beberapa kebutuhan sekolah dan disesuaikan dengan kompetensi dari semua masing-masing guru. Agar dari semua rencana pembelajaran dapat tercapai dan terlaksana dengan maksimal.

d. Pelaksanaan pembelajaran yang mendidik dan dialogis

Pembelajaran yang mendidik dan dialogis merupakan respon terhadap praktek pendidikan anti realitas yang harus diarahkan pada proses hadap masalah. Pembelajaran pada hakikatnya proses interaksi antar peserta didik dan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku ke arah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang datang dari dalam diri individu maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan.31 Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang mendidik dan dialogis adalah pembelajaran yang lebih menekankan pada faktor internal atau dari dalam diri individu itu maupun eksternal dari lingkungan, yang mana kedua faktor tersebut sangat berpengaruh bagi peserta didik. Sehingga dalam pelaksanaan pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan aspek lingkungan saja tetapi juga dari aspek internalnya.

31

Wina sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan (Jakarta:Kencana,2007), hal.42.

(15)

e. Pemanfaatan teknologi pembelajaran

Penggunaan teknologi dalam pendidikan dan pembelajaran (e – learning) dimaksudkan untuk memudahkan atau mengefektifkan kegiatan pembelajaran. Dalam hal ini, guru dituntut untuk memiliki kemampuan untuk menggunakan dan mempersiapkan materi pembelajaran dalam suatu sistem jaringan komputer yang dapat diakses oleh peserta didik. 32 Dengan demikian, perkembangan sumber-sumber belajar dengan teknologi ini dapat memungkinkan peserta didik belajar tanpa batas, tidak hanya di ruang kelas, tetapi bisa di laboratorium, perpustakaan, dirumah dan di tempat-tempat lainnya, sehingga penguasaan guru terhadap kompetensi dalam bidang teknologi pembelajaran dapat dijadikan sebagai salah satu indikator standar dan sertifikasi kompetensi guru.

f. Evaluasi hasil belajar

Evaluasi hasil belajar dilakukan dengan mengetahui perubahan perilaku dan pembentukan kompetensi peserta didik, yang dapat dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi, benchmarking, serta penilaian program.33 Jadi, dari pelaksanaan evaluasi hasil belajar tersebut dapat dijadikan sebagai acuan untuk mengetahui bagaimana tingkat

32

M. Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah: Reformasi, Perencanaan, Strategi, dan Peluang (jakarta: Erlangga,2004), hal.34

33

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2008), hal. 237.

(16)

kecerdasan peserta didik, baik dari segi afektif, kognitif maupun psikomotoriknya.

g. Pengembangan peserta didik

Menurut E. Mulyasa dalam bukunya yang berjudul Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru menyebutkan, bahwa pengembangan peserta didik dapat dilakukan oleh guru melalui berbagai cara, antara lain: a) kegiatan ekstrakurikuler, b) bimbingan dan konseling, c) pengayaan dan remedial.34

1) kegiatan ekstrakurikuler, disamping dapat mengembangkan bakat dan ketrampilan, ekstra kurikuler juga dapat membentuk watak dan kepribadian peserta didik.35

2) pengayaan dan remedial, menurut Suharsimi Arikunto sebagaimana dikutip oleh Syaiful Bahri Djamarah, ada dua kegiatan untuk mengantarkan peserta didik untuk mencapai penguasaan bahan pelajaran yang diberikan, yaitu kegiatan pengayaan dan kegiatan perbaikan.36

3) bimbingan dan konseling pendidikan, sekolah berkewajiban memberikan bimbingan konseling kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier.37

Dalam bukunya yang lain, E. Mulyasa mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaannya, kegiatan pengembangan diri dapat dipadukan

34

E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, h. 111-113

35 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, h. 111 36 Syaiful Bahri Djamarah, Strategi Belajar Mengajar, h. 22 37 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Kompetensi Guru, h. 113

(17)

dengan muatan lokal, yang sesuai dengan minat, bakat dan potensi peserta didik, misalnya pembelajaran kesenian dan bahasa daerah.38 Jadi, berhasil atau tidaknya suatu program pengembangan peserta didik tergantung kepada kreatifitas gurunya, baik kepala sekolah maupun tenaga kependidikan lain dalam mengelola dan mengembangkan program-program sekolahnya.

C. GURU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM 1. Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam

Dalam pengertian sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia ” guru adalah orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar”.39

Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya yang berjudul Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam menyebutkan guru adalah orang yang mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik itu potensi psikomotorik, kognitif maupun afektif.40

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 1 ayat (1) guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak

38

E. Mulyasa, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, h.283

39 Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, h. 584 40

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam perspektif Islam (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1992), hal.74

(18)

usia dini, jalur pendidikan formal, pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah.41

Guru merupakan salah satu komponen penting dalam sistem pendidikan, guru dituntut harus menjalankan tugas profesionalnya. Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik.42

Disebutkan dalam UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.43

Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang yang profesional yang bertugas menjalankan tugas keprofesionalannya dan memberikan ilmu pengetahuan ranah, cipta, rasa, karsa peserta didik.

Guru pendidikan agama islam adalah guru yang mengajarkan mata pelajaran agama, dimana mata pelajaran agama merupakan mata pelajaran yang bertujuan dalam rangka pembentukan mental dan spiritual. Adapun hakekat pendidik (guru) dalam islam adalah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan peserta didik dengan mengupayakan seluruh potansi anak didik, baik afektif, kognitif, maupun psokomotorik. Sehingga pendidik dalam pendidikan islam adalah setiap

41

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 1 Ayat (1).

42

Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Peserta Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm.31.

43

Undang-undang Republik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2006), hlm. 2.

(19)

orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain.44

Dari definisi di atas, maka guru pendidikan agama Islam adalah pendidikan profesional yang pekerjaannya tidak hanya mengajar tetapi juga mendidik, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi serta mengupayakan seluruh potensi peserta didik pada jalur pendidikan formal yang mengampu mata pelajaran pendidikan agama Islam.

2. Syarat Guru Pendidikan Agama Islam

Athiyah Al Abrossyi mengemukakan pendapatnya tentang syarat-syarat bagi guru agama, ialah:

1). Guru agama harus zuhud, yakni ikhlas, dan bukan semata-mata bersifat materialis, 2). Bersih jasmani dan rohani, dalam berpakaian rapi dan bersih, dalam akhlaknya juga baik.3).Bersifat pemaaf, sabar dan pandai menahan diri, 4). Seorang guru harus terlebih dahulu merupakan seorang bapak sebelum ia menjadi guru (cinta kepada murid-muridnya seperti anaknya sendiri), 5). Mengetahui tabiat dan tingkat berfikir anak, 6). Menguasai bahan pelajaran yang diberikan.45

Munir Mursi menyatakan bahwa syarat terpenting untuk menjadi guru agama Islam adalah sebagai berikut. 1). Umur harus sudah dewasa, 2). Kesehatan harus sehat jasmani dan rohani, 3). Keahlian harus

44

Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), hlm 85 - 86.

45

http://www.Athiyah Al Aborsyi/2012/01/syarat-guru-agama-yang-ideal.html, di akses pada tanggal 17 agustus 2014.

(20)

menguasai bidang yang diajarkannya dan menguasai ilmu mendidik (termasuk ilmu mengajar), 4). Harus berkepribadian muslim.46 Syarat-syarat yang lain menurut Ramayulis adalah: 1). Beriman, 2). Bertakqwa, 3). Ikhlas, 4). Beraklaq, 5). Berkepribadian yang terpadu (integral), 6). Cakap, 7). Bertanggung jawab, 8). Keteladanan, 9). Memiliki kompetensi keguruan.47 Menurut Hafifuddin, tokoh pendidikan Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Malikussaleh, ada beberapa kriteria yang harus terpenuhi bagi guru PAI antara lain, pendidikan guru agama harus paling tinggi selain juga dibekali pelatihan, training kepribadian, metode pendekatan, kepemimpinan dan ESQ.48

Demikian syarat-syarat yang harus dimiliki oleh guru agama. Jika kita lihat persyaratan yang seperti tersebut diatas, maka seorang guru harus mampu menempatkan dirinya pada posisi sebagai guru. Dan harus bisa menunjukkan sikap dan sifat yang baik. Hal ini disebabkan karena dirinya akan dijadikan sebagai cermin bagi yang didepannya, terutama murid-muridnya.

46

http://MunirMursi.id.shvoong.com/social-sciences/education/2260946-syarat-guru-pendidikan-agama-Islam/, di akses pada tanggal 17 agustus 2014.

47Ramayulis, Metodologi Agama Islam (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h.51-52

48

http://Hafifudin/mgmppaismpwaykanan.wordpress.com/2012/11/14/tugas-dan-tanggung-jawab-guru-pai-makin-menantang/ di akses pada tanggal 17 agustus 2014.

(21)

Dari beberapa pendapat di atas dapat dipahami bahwa ada beberapa kemampuan dan perilaku yang perlu bahkan wajib dimiliki oleh seorang guru agama, sehingga diharapkan dapat menjalankan tugasnya berhasil secara optimal. Pada intinya kesemua syarat tersebut berkaitan dengan aspek personal, sosial dan profesional. Aspek personal menyangkut pribadi guru agama itu sendiri, aspek sosial menyangkut misi yang di emban guru yaitu misi kemanusiaan, dalam arti tugas mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia, dan aspek profesional menyangkut peran profesi dari guru, artinya ia memiliki kualifikasi profesional sebagai guru agama. Keberhasilan guru agama dalam mendidik bilamana memiliki kompetensi personal-religius, sosial-religius, profesional-religius. Jadi syarat guru pendidikan agama Islam selain harus memenuhi syarat formal yang tertuang dalam undang-undang. Seorang guru pendidikan agama Islam juga harus bertaqwa kepada Allah Swt dan berbudi pekerti yang baik sesuai ajaran Islam.

(22)

3. Tugas Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas guru PAI dapat dijabarkan ke dalam beberapa pokok pikiran, yaitu:

1) sebagai pengajar yang bertugas merencanakan program pengajaran, melaksanakan program yang disusun, dan akhirnya dengan pelaksanaan penilaian setelah program tersebut dilaksanakan.

2) Sebagai pendidik yang mengarahkan peserta didik pada tingkat kedewasaan kepribadian sempurna (insan kamil), seiring tujuan penciptaan-Nya.

3) Sebagai pemimpin yang memimpin, mengendalikan diri (baik diri sendiri, peserta didik maupun masyarakat), upaya pengerahan, pengawasan, pengorganisasian, pengontrolan, dan partisipasi atas program yang dilakukan.49

Guru mempunyai kekuasaan untuk membentuk dan membangun kepribadian anak didik menjadi seorang yang berguna bagi agama, nusa dan bangsa. Guru bertugas membangun menusia susila yang cakap yang dapat diharapkan membangun dirinya dan membangun bangsa dan negara.50 Menurut Hafifuddin, dunia global adalah kehidupan serba industri dan teknologi, dan mayoritas orang mulai cenderung berpikir materialistis, benda,uang dan finansial. “Di sini guru agama bertugas membentuk karakter peserta didik agar tidak terjerumus ke jalan kemusyrikan dan kesesatan”.51

49 Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputat Press,2002) hlm. 43.

50Syaiful Bahri Djamaroh, Guru dan Peserta Didik Dalam Interaksi Edukatif...hlm. 36.

51

http://www.Hafifuddin/analisadaily.com/news/read/2012/10/20/82373/tugas_dan_tanggung _jawab_guru_pai_makin_menantang/#.UKLQXido3-U, di akses pada hari minggu, tanggal 17 agustus 2014.

(23)

Kemudian dalam UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas dinyatakan bahwa pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian yang bertujuan dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.52

Jadi tugas guru Pendidikan Agama Islam tidak sebatas tugas profesi yang hanya mentranfer ilmu pengetahuan. Tetapi juga tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan yang mampu mempersiapkan peserta didik agar menjadi manusia yang susila mampu mengembangkan dirinya, negara dan bangsa sesuai ajaran Islam.

4. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Islam

Tugas dan tanggung jawab guru Pendidikan Agama Islam (PAI) dalam memberikan pencerahan dan merubah perilaku peserta didik semakin menantang, seiring pesatnya perkembangan era globalisasi yang cenderung mempengaruhi pola pikir serta masuknya budaya asing. Budaya luar mulai menggerogoti anak-anak. Mereka sangat bangga mengenakan produk seperti baju yang dipakai oleh bintang sinetron, karenanya guru pendidikan agama Islam harus memberikan filter dan mengarahkan peserta didik untuk senantiasa mencintai budaya sendiri yang sarat nilai-nilai Islam.53

52

Undang-undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, (Jakarta: Sinar Grafika, 2003), hlm. 20.

53

http://www.analisadaily.com/news/read/2012/10/20/82373/tugas_dan_tanggung_jawab_gur u_pai_makin_menantang/#.UKLQXido3-U, di akses pada hari minggu, tanggal 17 agustus 2014.

(24)

Guru pendidikan agama Islam wajib bertanggung jawab atas segala sikap, tingkah laku dan amalannya dalam rangka membina dan membimbing anak didik. Dengan demikian dapat diketahui bahwa tugas guru sangat berat, baik yang berkaitan dengan dirinya, dengan para muridnya, dengan teman sekerjanya, dengan kepala sekolahnya, dengan orang tua murid, maupun dengan lainnya. Guru bekerja melaksanakan tugas profesional kependidikan tidak karena takut pada pimpinannya, tetapi karena panggilan tugas profesionalnya dan juga ibadah.54

E. Mulyasa mengemukakan bahwa tanggung jawab guru dapat dijabarkan ke dalam sejumlah kompetensi yang lebih khusus, yaitu: a) tanggung jawab moral, b) tanggung jawab dalam bidang pendidikan sekolah, c) tanggung jawab dalam bidang kemasyarakatan, d) tanggung jawab bidang keilmuan.55

Jadi tanggung jawab guru pendidikan agama Islam tidak sebatas tanggung jawab keilmuan di sekolah saja tetapi juga di masyarakat untuk mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada peserta didik agar mereka mampu membedakan mana perbuatan yang baik dan mana perbuatan tidak baik sesuai ajaran Islam.

54 Op. Cit. Hal. 11-12

Referensi

Dokumen terkait

Performa akurasi pengenalan wajah dengan variasi jumlah data training menunjukkan hasil yang baik pada semua database wajah, seperti ditunjukkan pada tabel 1. Akurasi

Artinya modeling partisipan juga dapat dipergunakan untuk mengurangi perasaan dan perilaku menghindar pada diri seseorang yang dikaitkan dengan aktivitas atau

Yang paling terlihat jelas disini adalah aktifitas manusia yang secara langsung menghancurkan terumbu karang, seperti misalnya pembangunan lapangan terbang dan

Persamaan Linear Ordo 0 Berdasarkan Variabel Sineresis... Persamaan Linear Ordo 0 dan Ordo 1 Berdasarkan

Latar Belakang: Harga diri tidak terbentuk dari lahir, tetapi dipelajari dari pengalaman unik seseorang dalam dirinya sendiri, dengan orang terdekat, dan dengan

Penulis menerapkan metode analisa dan metode perancangan, meliputi survei sistem yang berjalan, survei kebutuhan user dengan wawancara terhadap pihak yang bersangkutan,

RELAKSASI NAFAS DALAM DENGAN TEKNIK RELAKSASI GENGGAM JARI TERHADAP SKALA INTENSITAS NYERI PADA PASIEN POST OPERASI SECTIO CAESAREA DI RUMAH SAKIT IBU DAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh pemberian immediate feedback dan delay feedback terhadap self-efficacy dan hasil belajar siswa di