• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAHASA BALI DAN MASYARAKAT BALI RANTAU DI KOTA GORONTALO. Oleh. Abstrak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAHASA BALI DAN MASYARAKAT BALI RANTAU DI KOTA GORONTALO. Oleh. Abstrak"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

3

BAHASA BALI DAN MASYARAKAT BALI RANTAU DI KOTA GORONTALO

Oleh

Ni Ketut Ariati Fatmah AR. Umar

Salam

Abstrak

ARIATI, NIKETUT. 2014. Bahasa Bali dan Masyarakat Bali Rantau Di Kota Gorontalo. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra dan Budaya, Universitas Negeri Gorontalo, Pembimbing I Dr. Fatmah AR. Umar, M.Pd, Pembimbing II Salam, S.Pd, M.Pd. Tujuan dari penelitian ini yaitu (1) untuk mendeskripsikan pilihan kata yang digunakan oleh masyarakat Bali rantau dilingkungan keluarga (Ayah-Ibu, Kakak-Adik, Anak-Teman, Ayah-Anak, Ibu-Anak) kota Gorontalo, (2) untuk mendeskripsikan makna pilihan kata yang digunakan oleh masyarakat bali rantau di lingkungan keluarga kota Gorontalo, (3) untuk mendeskrpsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan kata oleh masyarakat Bali rantau di lingkungan keluarga kota Gorontalo. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif dan menggunakan pendekatan sosiolinguistik. Data dalam penelitian ini adalah penggunaan bahasa atau pilihan kata yang dituturkan oleh masyarakat Bali. Sumber data adalah masyarakat Bali dalam lingkungan keluarga. Dalam teknik pengumpulan data ini menggunakan teknik observasi terus terang atau tersamar dan teknik wawancara terstruktur. Teknik analisis data yang digunakan yaitu Mentranskripsikan data, menerjemahkan, mengklasifikasikan, reduksi data, menganalisis data, menarik simpulan dan disajikan. Simpulan dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada masyarakat Bali rantau di Kota Gorontalo menggunakan bahasa campuran yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Bali di lingkungan keluarga. Pemertahanan Bahasa Bali digunakan pada saat-saat tertentu.

Kata Kunci : Pemertahanan, Bahasa Bali, Masyarakat Bali

PENDAHULUAN

Bahasa daerah adalah bahasa yang dipakai oleh penutur bahasa yang tinggal di daerah tertentu, misalnya bahasa Bugis, Gorontalo, Jawa, Kaili (Pateda dan Yennie, 2008:82). Pemerintah memberikan peluang kepada bahasa daerah untuk bertahan sebagai bahasa pertama dan bahasa pergaulan intrasuku. Dalam

(3)

4

Undang-undang tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan, Pasal 1 dikatakan, “ Bahasa daerah adalah bahasa yang digunakan secara turun-temurun oleh warga negara Indonesia di daerah-daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Kemudian pada Pasal 42, ayat (1) dinyatakan bahwa “Pemerintah daerah wajib mengembangkan, membina, dan melindungi bahasa dan sastra daerah agar tetap memenuhi kedudukan dan fungsinya dalam kehidupan bermasyarakat sesuai dengan perkembangan zaman dan agar tetap menjadi bagian dari kekayaan budaya Indonesia (Darwis, 2011:2).

Bahasa Bali adalah bahasa yang dipakai oleh orang Bali. Bahasa Bali sebagai bahasa ibu tidak hanya hidup dan berkembang di wilayah Bali. Penutur bahasa Bali juga terdapat di luar wilayah Bali.

Penuturan bahasa Bali untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat Bali yang tinggal di kota Gorontalo sudah jarang digunakan, mereka menggunakan bahasa Bali pada saat-saat tertentu. Pada kenyataannya eksistensi bahasa Bali terutama oleh masyarakat Bali di Gorontalo semakin mengkhawatirkan kalaupun belum bisa dikatakan telah terpinggirkan (marginal). Sehubungan dengan hal itu, untuk mengetahui ada atau tidaknya pemertahanan bahasa khususnya bahasa Bali pada masyarakat Bali diperantauan ini dapat diamati dari sikap bahasa, pilihan kata dan dalam konteks penggunaannya. Sikap bahasa dan pilihan kata oleh para penutur pada umumnya dianggap sebagai perilaku terhadap bahasa dan dapat diamati melalui perilaku masyarakat. Jika seseorang atau sekelompok anggota masyarakat jarang menggunakan bahasa Bali untuk mempertahankan kemandirian bahasanya, maka hal itu merupakan suatu petunjuk bahwa kesetiaan bahasanya mulai berkurang dan pada gilirannya tidak digunakan lagi. Hal ini mengakibatkan anak-anak akan sulit belajar bahasa Bali.

Pemakaian bahasa Bali oleh Masyarakat Bali yang ada di Gorontalo sudah banyak dipengaruhi bahasa-bahasa yang ada di lingkungannya, sehingga pemakaian bahasa Bali oleh penutur cenderung mengalami penurunan. Kenyataan menunjukkan berdasarkan hasil pengamatan, bahasa yang digunakan pada

(4)

5

masyarakat Bali baik di dalam lingkungan keluarga, antara anak kepada orang tua maupun dengan sesama masih dominan menggunakan bahasa Indonesia dibandingkan dengan menggunakan bahasa Bali. Hal ini orang tua lebih membiasakan anak-anak menggunakan bahasa indonesia dan dialek bahasa Gorontalo sebagai bahasa sehari-hari, sehingga anak-anak kurang memahami jika di ajak berkomunikasi dengan menggunakan bahasa bali.

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan penelitian ini yaitu (1) untuk mendeskripsikan pilihan kata yang digunakan oleh masyarakat Bali rantau di lingkungan keluarga (Ayah-Ibu, Kakak-Adik, Anak-Teman, Ayah-Anak, Ibu-Anak) kota Gorontalo, (2) untuk Mendeskripsikan makna pilihan kata yang digunakan oleh masyarakat Bali rantau di lingkungan keluarga kota Gorontalo, (3) untuk mendeskripsikan faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan kata oleh masyarakat Bali rantau di lingkungan keluarga kota Gorontalo.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian deskriptif adalah penelitian yang berusaha untuk menuturkan pemecahan masalah yang ada sekarang berdasarkan data-data, dan menyajikan data, menganalisis dan menginterpretasi (Narbuko:2008:44). Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara (1) observasi terus terang dan tersamar. Dalam hal ini, peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian (Sugiyono, 2008:66). Jadi sumber data mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, (2) wawancara terstruktur. Peneliti telah menyiapkan instrumen penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun telah disiapkan.

HASIL PENELITIAN

1. Pilihan Kata yang Digunakan di Lingkungan Keluarga

(5)

6 Data I

Lokasi Percakapan : Pak Komang pemilik kos Situasi Percakapan : Santai

Peserta Percakapan : P1 (Ariati, sebagai peneliti, suku Bali)) P2 (Ibu Murni, pemilik kos, suku Bali) Tempat : di ruang tengah

P1 : Bu, ade ngujang ne dini? (Bu, ada ngapain di sini?) P2 : Ne ade makan tut. (ini lagi makan)

P1 : mih adi cenik keto mangkok e angon medaar (astaga kenapa kecil begitu mangkonya di pakai makan)

P2 : ane cenik-cenik be luwung (yang kecil-kecil dah bagus) P1 : oh nah (oh ya)

Peserta percakapan : P1 (Galuh, anak Ibu Murni) P2 (Ibu Murni, pemilik kos) Tempat: di dapur

P1 : Maaa....ada di mana?

P2 : Mai-mai meme ade dini. (kemari mama ada di sini) P1 : Ma, potong tempenya dikasih kecil-kecil saja. P2 : ah, gak enak yang kecil, lebih baik yang besar.

P2 : Galuh kenapa tempenya di bawa kesana, ayo ambil lagi! (nada yang keras)

P1 : iya.

P2 : bes rajin san anak e to ngemaang tempe di kamar nak len (terlalu rajin sekali anak itu kasih tempe dikamarnya orang). Simpan disitu saja tempenya, jangan dibawa kesana lagi.

Dari percakapan di atas piihan kata yang digunakan masih menggunakan pilihan kata atau bahasa Indonesia. Di dalam percakapan di atas, diperoleh data bahwa percakapan berlangsung di kos. Kutipan percakapan di atas memberikan gambaran bahwa (Suami-Istri menggunakan bahasa Bali, Ibu-Anak menggunakan Bahasa campuran yaitu bahasa Indonesia dan bahasa Bali, Bapak-Anak menggunakan bahasa Indonesia, Peneliti-Anak menggunakan bahasa Bali).

Data percakapan di atas membuktikan bahwa mereka adalah dwibahasawan karena mereka dapat berbicara menggunakan dua bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa tidak setiap hari mereka menggunakan bahasa Bali, dan digunakan pada saat-saat tertentu. Meskipun orangtuanya sudah menggunakan bahasa Bali, terkadang anak tersebut menjawabnya menggunakan bahasa

(6)

7

Indonesia. Namun penerapan bahasa Bali yang dilakukan oleh orangtuanya selalu bahasa Bali, agar anaknya mengerti dengan bahasanya sendiri.

Data II

Lokasi Percakapan : Rumah Keluarga Pak Made

Situasi percakapan : Sibuk sedang melakukan pekerjaan Peserta percakapan : P1 (Pak Made, pemilik rumah, suku Bali)

P2 (Ariati, sebagai peneliti, suku Bali) Tempat : Di ruang Toko

P1 : Ye ade Ketut, engken Tut? (ya ada Ketut, ada apa Tut?)

P2 : Sing pak, kebetulan saya ade ke telaga, langsung ade singgah mai. (gak Pak, kebetulan saya lewat ke telaga, langsung saya singgah kemari) P1 : Oh nah, Pak kaden nak nagih nulungin. (oh ya, Pak kira mau bantu) P2 : Oh nah Pak, mai saya nulungin, ibu ne dije pak? (oh ya Pak, mari saya bantu, Ibunya ada di mana pak?).

P1 : To ade di tengah, ade sibuk angkat minuman. (itu ada di dalam, ada sibuk angkat minuman).

Peserta percakapan: P1 (Ariati, sebagai peneliti, suku Bali) P2 (Savira, anak Pak Made)

P3 (Ibu Kadek, pemilik rumah, suku Bali) Tempat : Di ruang Toko

P1 : Hey savira, lagi ngapain?

P2 : Yeee,,,ada kak ketut datang, ada bermain kak. P3 : Ade Ketut teke. (ada Ketut datang)

P1 : Ae Bu, mekite melali gen mai. (ya Bu, ingin pesiar kemari)

P3 : Oh nah. (oh ya). Savira ada kak ketut datang, ajak dulu ke dalam, ambilkan kak Ketut minuman, ada buah juga di sana.

P2 : Oh ya ma. Ayo kak ketut ke dalam

Jenis pilihan kata yang digunakan dalam lingkungan keluarga tersebut berbagai variasi bahasa. Dari percakapan di atas menggunakan bahasa yang campuran, yang tidak lepas dari bahasa dialek Gorontalo. Percakapan di atas yang paling menggunakan bahasa Indonesia yaitu anak-anak dari Pak Made, hal ini dikarenakan banyak pengaruh bahasa-bahasa yang ada disekitarnya, sehingga mereka jarang menggunakan bahasa Bali.

Dari percakapan di atas dapat dilihat bahwa (suami-istri menggunakan Bahasa Bali, Adik-Kakak masih dominan menggunakan bahasa Indonesia) karena

(7)

8

mereka sudah terbiasa dengan bahasa yang ada disekitarnya dibandingkan dengan bahasa Bali. Hal ini disebabkan mereka kurang mengerti dengan bahasa Bali dan sulit untuk mengucapkannya.

Data III

Lokasi percakapan : Rumah Keluarga Pak Gede Situasi Percakapan : Santai

Peserta Percakapan : P1 (Vina, anak dari Pak Gede) P2 (Pak Gede, Pemilik rumah) Tempat : Ruang tamu

P1 : pak mau ke pura sebentar?

P2 : ya kepura sebentar, tapi jam 7 baru ke pura.

P2 : Vina sekolahnya di mana?

P1 : TK putra 4

Peserta percakapan : P1 (Ibu Wayan, pemilik rumah) P2 (Pak Gede, pemilik rumah) Tempat : Ruang Tamu

P1 : Ade ngujang ne Pak? (ada ngapain ini Pak) P2 : Ne kel meneliti. ( ini mau meneliti)

P1 : oh nah Pak. (oh ya Pak)

P2 : mai mefoto kone malu. (kemari berfoto dulu)

Dengan percakapan di atas, sudah terlihat jelas bahwa, keluarga pak Gede masih dominan menggunakan pilihan kata atau bahasa Indonesia. Pemertahanan bahasa Bali dapat dilihat dari percakapan dari suami istri. Dalam keluarga pak Gede antara Suami-Istri menggunakan bahasa Bali, Ibu-Anak menggunakan bahasa Indonesia, Bapak-Anak terkadang menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Bali. Jenis pilihan kata yang dikeluarkan adalah kata-kata yang masih berbahasa Indonesia, sedikit terlihat pilihan kata bahasa Bali yang digunakan kepada Anaknya.

Data IV

Lokasi percakapan : Rumah keluarga Pak Astawa Situasi percakapan : santai

Peserta percakapan : P1 (Pak Astawa, pemilik rumah) P2 (Ibu Ayu, pemilik rumah)

(8)

9 Tempat : Ruang Depan

P1 : Bu, nyen ne nah? (Bu, siapa ini Ya)

P2 : Ne Ketut ane ngajain i putu ngigel. (ini ketut yang ajar putu menari) P1 : Oh....kaden nak nyen. (oh dikirain siapa).

P1 : Ma, tadi Pak ada lihat kadek di sana.

P2 : Di mana?

P1 : di sana, ditempatnya Putu les, uh senang sekali kadek ada ikut itu. P2 : iya memang senang dia ikut.

P1 : belum tau membaca sudah suka ikut.

Dari data percakapan di atas, jenis pilihan kata yang digunakan kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini mengakibatkan pengaruh pergaulan terhadap anak-anak yang ada di lingkungan, karena bahasa atau kata itu dianggap gaul, sehingga Anak-anak suka memilih kata tersebut. Pilihan kata yang digunakan Suami-Istri menggunakan bahasa campuran, terkadang bahasa Bali dan bahasa Indonesia, adik-kakak menggunakan bahasa Indonesia, Ibu- Anak menggunakan bahasa Indonesia. Pilihan kata yang digunakan anak-anak sudah terpengaruh bahasa-bahasa dialek Gorontalo, seperti pilihan kata yang digunakan oleh Adi. Dengan begitu tingginya pengaruh bahasa yang didapatkan dari lingkungan, sehingga anak-anak sulit belajar bahasa daerahnya sendiri.

Data V

Lokasi percakapan : Rumah Keluarga Pak Gusti Situasi Percakapan : Santai

Peserta Percakapan : P1 (Pak Gusti, pemilik rumah) P2 (Ariati, sebagai peneliti) Tempat : Ruang tamu

P1 : Sube semester kude Tut? (sudah semester berapa Tut) P2 : Sube semester pitu Pak. (sudah semester tujuh Pak) P1 : Oh be kel emang wisuda ne? (oh sudah mau wisuda ini?) P2 : Ne be kel berusaha Pak. ( ini mau berusaha Pak)

P1 : Antiang malu nah, Ibu ne nu di sekolah. (tunggu dulu ya, Ibunya masih di sekolah)

(9)

10

Pilihan kata yang di keluarkan oleh Ibu kepada anaknya

- Adit jangan di kasih begitu leptopnya Ibunda, baru dikasih baik itu, jangan nakal Dit.

Dari percakapan keluarga di atas sudah dominan menggunakan bahasa Bali, dan sering dilakukan jika berkomunikasi dalam keluarga maupun dengan sesama. Kendalanya di sini ialah bahasa yang digunakan oleh Anak masih menggunakan bahasa Indonesia. Pilihan kata yang digunakan antara Suami-Istri menggunakan bahasa Bali, Keluarga dengan sesama menggunakan bahasa Bali, Ibu-anak masih menggunakan masih menggunakan bahasa Indonesia, dikarenakan sang Anak belum terlalu mengerti dengan bahasa Bali. Namun penerapan bahasa Bali masih tetap dipertahankan oleh keluarga tersebut.

2. Makna Pilihan Kata di Lingkungan Keluarga

Berikut kutipan percakapan yang memiliki makna yaitu: 1. P2 (Murni, pemilik kos)

P2: bes rajin san anak e to ngemaang tempe di kamar nak len (terlalu rajin sekali anak itu kasih tempe di kamarnya orang). Simpan disitu saja tempenya, jangan dibawa kesana lagi).Dari kutipan kalimat tersebut memiliki makna peringatan, agar anaknya dapat mengerti.

2. (P3: Oh nah. (oh ya). Savira ada kak ketut datang, ajak dulu ke dalam, ambilkan kak ketut minuman, ada buah juga di sana). Makna tersebut memiliki perintah. Tujuan pilihan kata yang dikeluarkan oleh seorang Ibu kepada Anaknya, agar anak tersebut bisa mengerti, karena Anak tersebut tidak mengerti dengan bahasa Bali. Jadi pilihan kata seperti itu sudah biasa digunakan.

3. Dari percakapan pilihan kata di atas terdapat makna pengajaran yang terlihat pada pilihan kata yang dikeluarkan oleh seorang Ibu kepada Anaknya , (Vina diam kesana, jangan nakal ada kakak ini pesiar, ayo mandi dah sore ini!).

(10)

11

4. (Bawa kemari itu sapunya, sapu disebalah sana biar bersih dan Tidak boleh nakal, mama so mau tinggal ini, kalau kadek masih nakal). Percakapan di atas terdapat makna perintah dan makna pengajaran dengan pilihan kata yang dilakukan oleh Ibu kepada Anaknya yaitu

5. (Adit jangan di kasih begitu leptopnya Ibunda, baru dikasih baik itu, jangan nakal Dit). Pilihan kata dari percakapan di atas terdapat makna peringatan yang terlihat pada pilihan kata yang dikeluarkan oleh seorang Ibu kepada Anaknya.

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pilihan Kata oleh Masyarakat Bali

di Lingkungan Keluaraga

1. Lingkungan

Lingkungan yang ada disekitar masyarakat Bali yang merantau mayoritas beragama islam dan bersuku gorontalo.

2. Teman-teman di sekolah/pergaulan

Pergaulan juga berpengaruh adanya bahasa. Pengaruh berdampak pada anak-anak, karena teman-teman Bali yang ada di sekolah hanya beberapa orang dan kebanyakan teman islam, dan sudah terbiasa menggunakan bahasanya mereka.

3. Ranah sosial

Ranah sosial juga berdampak negatif dengan adanya bahasa. Dengan banyaknya masyarakat yang ada disekitar lingkungan, banyak juga bahasa-bahasa yang bervariasa yang ditemukan, sehingga bahasa-bahasa tersebut sudah terbiasa digunakan dalam keluarga saat berkomunikasi.

4. Loyalitas Masyarakat Pendukung

Dalam loyalitas masyarakat pendukung sangat menentukan adanya penggunaan bahasa Bali di lingkungan keluarga. Akan tetapi, dengan kurangnya loyalitas pendukung dalam masyarakat tersebut, sehinnga bahasa Bali sudah jarang digunakan, baik dalam keluarga maupun dengan sesama. Hal ini menunjukkan sikap dan kesetiaan terhadap bahasa sendiri sudah mulai melemah, terutama pada generasi muda dan anak-anak saat sekarang ini.

(11)

12 PEMBAHASAN

Bahasa Bali merupakan bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bali untuk berkomunikasi dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam keluarga maupun dengan sesama. Dalam berkomunikasi sehari-hari sering dijumpai bahasa-bahasa atau pilihan kata yang bervariasi dengan bahasa lain. Hal ini disebabkan karena kita berada lingkungan yang beranekaragam, sehingga penggunaan bahasa pun sering bercampur antara bahasa daerah yang satu dengan yang lain, serta memungut kosakata yang gaul.

Masyarakat Bali rantau di kota Gorontalo merupakan masyarakat bilingual dan multingual. Sesuai dengan hasil pengamatan melalui pencatatan, dan rekaman tentang pilihan kata yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari yang ditemukan dalam lingkungan keluarga menggunakan kosakata bahasa Indonesia, bahasa Bali, Dialek Gorontalo. Pemakaian bahasa Indonesia, dan dialek Gorontalo relatif tinggi, disebabkan karena lingkungan. Sedangkan pemakaian Bahasa Bali sedikit digunakan pada generasi muda, terutama pada anak-anak yang jarang menggunakannya. Oleh karena bahasa campuran ini lahir dari dua kebudayaan yang berbeda, maka bahasa yang prestisenya lebih tinggi akan berkembang menjadi bahasa penyumbang yang dominan dan bahasa campuran itu sudah di anggap biasa dan digunakan untuk berkomunikasi. Dari data yang diperoleh dari percakapan di atas menunjukkan bahwa pemertahanan bahasa Bali hanya digunakan pada saat-saat tertentu, dan masih dominan menggunakan bahasa Indonesia.

Upaya-upaya untuk bisa mempertahankan bahasa Bali dalam masyarakat yaitu, dari orang tua harus mampu menerapkan bahasa Bali kepada Anaknya, selalu membiasakan menggunakan bahasa Bali, loyalitas masyarakat pendukung harus tetap dikembangkan, karena hal ini akan membantu bahasa daerah atau bahasa Bali dapat digunakan. Dengan upaya tersebut, sedikit demi sedikit bahasa Bali akan digunakan, baik dalam keluarga maupun dengan sesama, dan Anak-anak akan menjadi tahu dan mengerti dengan bahasa Bali.

(12)

13

Setelah data penelitian diolah maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1) Pilihan kata ayang digunakan oleh masyarakat Bali rantau di lingkungan keluarga jika berkomunikasi dengan keluarga inti (Ayah-Ibu, Ibu-Anak, Ayah-Anak, Adik-Kakak,) menggunakan bahasa campuran. Namun demikian, pada saat-saat tertentu bahasa Bali tetap digunakan. Pemertahanan bahasa Bali bisa dilihat dari percakapan dari beberapa keluarga dari orang-orang dewasa atau orang-orang tua, tapi jika dilihat dari anak-anak bahasa Bali sangat jarang digunakan.

2) Makna Pilihan Kata yang yang digunakan oleh masyarakat Bali rantau jika berkomunikasi kepada anak-anaknya yaitu, makna peringatan, makna pengajaran, dan makna perintah.

3) Faktor-faktor yang mempengaruhi pilihan kata yang digunakan oleh masyarakat bali rantau dalam lingkungan keluarga di kota Gorontalo yaitu, pengaruh lingkungan, teman-teman sekolah/pergaulan, ranah sosial, loyalitas masyarakat pendukung.

SARAN

Berdasarkan kesimpulan yang ditemukan oleh peneliti, beberapa hal menjadi saran untuk pembaca yakni sebagai berikut. Penelitian ini bisa dijadikan acuan untuk penelitian selanjutnya. Oleh karena itu peneliti menyarankan kepada pembaca khususnya yang bergelut dalam penelitian kebahasaan untuk dapat meneliti pemertahanan bahasa Bali di lokasi lain, agar bahasa Bali masih tetap digunakan, begitu juga untuk bahasa-bahasa daerah yang lain, karena melalui bahasalah kita dapat mengetahui identitas orang tersebut.

TINJAUAN PUSTAKA

Darwis, Muhammad. (2011). Nasib Bahasa Daerah di Era Globalisasi: Peluang dan Tantangan. Makalah disampaikan pada Workshop Pelestarian Bahasa Daerah Bugis Makassar, Balitbang Agama Makassar, Hotel Pariwisata Parepare. 15 Oktober 2011.

Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. (2008). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

(13)

14

Pateda, Mansoer dan Yennie. P.Pulubuhu. (2008). Sosiolinguistik. Gorontalo: Viladan Gorontalo.

Referensi

Dokumen terkait

Analisa Gambar 1 dan 5 menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara tingkat kepadatan penduduk dengan rata-rata sisa sampah ditempat penampungan sampah sementara.Volume sisa

Selanjutnya, wawancara dengan koordinator bagian pengembangan koleksi mengenai strategi dalam hal sarana dan prasarana di perpustakaan Universitas Islam Negeri

Hasil ini bisa dipahami bahwa variabel bauran pemasaran jasa yang berupa harga (X 2 ) secara linier sangat berkaitan dan terbukti lebih besar pengaruhnya

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kecacatan pada proses pengelasan di kapal Tonasa Lines (N.12611), mengetahui faktor apa saja yang dapat menyebabkan

diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh interaksi antara lama waktu stimulasi listrik dengan jenis otot sapi Pesisir (P>0,05) terhadap nilai. cooking loss daging sapi

Dibawah ini akan dijelaskan analisa sistem kontrol yang pertama yaitu sensitifitas sensor cahaya atau fotodioda, kedua sudut pergerakan naungan (atap) atau tripleks – tripleks,

Kemampuan keluarga terbatas karena keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi pada penyakit hipertensi.. Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah

Objective: To analyze the diagnostic accuracy of VAS compared to PNIF in measurement of nasal obstruction in patients with persistent allergic rhinitis. Method: This