• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai analisis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai analisis"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang telah dilakukan mengenai analisis pengaruh usaha tanaman hias terhadap pengembangan wilayah, antara lain :

1. Hermanto (2003) dalam penelitiannya “Prospek Pengembangan Agribisnis Bunga Potong Di Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa usahatani bunga potong di Kabupaten Karo secara ekonomis layak untuk dikembangkan, angka perbandingan penerimaan dan biaya produksi lebih besar dari 1. Nilai ekonomis masing-masing bunga potong dipengaruhi oleh jumlah permintaan yang berkaitan dengan hari besar keagamaan dan event-event budaya pada masyarakat. Bunga krisan memiliki nilai ekonomis tertinggi yang disusul oleh gladiol dan sedap malam, sedangkan bunga ester merupakan bunga dengan nilai ekonomis lebih kecil. Namun secara umum tampak bahwa masing-masing jenis bunga potong memiliki prospek yang cukup baik dikembangkan. Hanya saja perlu adanya dukungan dari subsistem secara terpadu.

2. Nasution (2004) dalam penelitiannya “Pengaruh Pembudidayaan Ikan Terhadap Pengembangan Wilayah Di Kabupaten Simalungun. (Studi Kasus : Desa Nagori Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan)”, menyimpulkan bahwa kenaikan pendapatan peternak ikan lebih besar dibandingkan dengan harga ikan yang berlaku di pasar. Sehingga dapat ditafsirkan bahwa semakin besar jumlah modal, luas lahan, tenaga kerja dan harga ikan, maka pendapatan peternak ikan akan mengalami peningkatan. Pendapatan budidaya ikan sebesar Rp 4.878.350,- per

(2)

kerambah. Pertambahan pendapatan petani dengan adanya usahatani pembudidayaan memiliki hubungan antara pendapatan yang meliputi : besarnya modal, luas lahan dan tenaga kerja, kecuali harga ikan yang tidak memiliki hubungan dalam usahatani pembudidayaan ikan. Dari hasil persamaan regresi linier berganda yang telah diperoleh bentuk hubungan antara variabel-variabel yang berpengaruh terhadap perubahan pendapatan peternak ikan di Desa/Nagori Haranggaol Kecamatan Haranggaol Horisan, dimana modal, luas lahan dan tenaga kerja mempunyai hubungan yang positif terhadap pendapatan peternak ikan kecuali harga ikan.

3. Murni (2003) dalam penelitiannya “ Analisis Usahatani Kol dan Kaitannya dengan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Karo”, menyimpulkan bahwa analisis yang telah dilakukan terhadap usahatani kol diperoleh koefisien elastisitas dari masing-masing variabel yang dianggap berpengaruh terhadap produksi kol. Variabel penelitian yang mempunyai nilai elastisitas positif adalah luas lahan, bibit, pupuk organik dan pupuk anorganik. Sedangkan yang mempunyai koefisien elastisitas negatif adalah obat-obatan dan tenaga kerja. Berdasarkan nilai F-hitung diketahui bahwa secara serempak seluruh variabel yang dianalisis berpengaruh sangat nyata terhadap hasil produksi kol, yang artinya tingkat produksi kol dipengaruhi oleh : luas lahan, benih, pupuk (organik dan anorganik), obat-obatan dan tenaga kerja. Berdasarkan analisis mengenai keterkaitan komoditi kol terhadap sektor perekonomian dan kontribusinya terhadap PDRB Kabupaten Karo dapat diketahui bahwa nilai total keterkaitan kebelakang adalah sebesar 1.78445. komoditi kol mempunyai indeks penyebaran 0,91349. Yang berarti bahwa sektor tanaman kol besar ketergantungannya terhadap sektor lainnya dalam proses

(3)

kegiatan produksinya. Sedangkan untuk keterkaitan kedepan sektor kol mempunyai nilai keterkaitan ke depan sebesar 1,09150. Komoditi kol mempunyai indeks kepekaan 0,55876, artinya bahwa daya dorong sektor tanaman kol terhadap perekonomian Sumatera Utara cukup lemah dibandingkan dengan sektor lain karena nilainya cukup kecil.

4. Damayanti (2013) dalam penelitiannya “Analisis Pengaruh Komoditi Jagung Terhadap Pengemabangan Wilayah Di Kabupaten Dairi”, menyimpulkan bahwa komoditi jagung menjadi basis dalam perekonomian Kabupaten Dairi. Kecamatan Tanah Pinem menjadi salah satu sentra produksi jagung di Kabupaten Dairi, dimana Kecamatan Tanah Pinem memberikan kontribusi sebesar 29,27% terhadap luas panen dan sebesar 37,78% terhadap produksi jagung. Komoditi jagung berpengaruh positif terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi, dimana perubahan produksi dan harga jagung akan mempengaruhi perubahan pendapatan masyarakat di Kecamatan Tanah Pinem sebesar 85,9%. Secara parsial menunjukkan bahwa produksi dan harga jagung berpengaruh signifikan terhadap pendapatan masyarakat. Artinya, setiap peningkatan produksi dan harga jual jagung akan meningkatkan pendapatan masyarakat. Juga dapat dilihat bahwa variabel yang lebih tinggi pengaruhnya terhadap pendapatan masyarakat adalah produksi jagung. Komoditi jagung berdampak positif terhadap pengembangan wilayah Kecamatan Tanah Pinem Kabupaten Dairi. Hal ini dapat dilihat dari keterkaitan kebelakang (backward linkage), yaitu pengembangan usaha-usaha penyediaan sarana produksi pertanian serta keterkaitan ke depan (forward linkage) yaitu berdirinya usaha penggilingan jagung serta pengembangan usaha peternakan.

(4)

5. Arumsari (2000) dalam penelitiannya “ Pengaruh Krisis Ekonomi Terhadap Tingkat Pendapatan Petani Anggrek Dendrobium SPP Di Wilayah Kecamatan Kebun Jeruk dan Kecamatan Serpong”, menyimpulkan bahwa bisnis anggrek sebagai bagian dari bisnis florikultura memiliki potensi besar untuk dikembangkan. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia sejak pertengahan tahun 1997, sedikit banyak akan berpengaruh terhadap kelangsungan bisnis anggrek. Pendapatan tunai dan total yang diperoleh oleh petani tanaman hias anggrek Dendrobium sebelum masa krisis, selama satu periode produksi sebesar Rp 21.207.166,7 dan Rp 16.288.233,8. Di masa krisis besarnya pendapatan tunai meningkat sebesar 15,98 persen sedangkan pendapatan total menurun 10,47 persen. Dan hasil R/C rasio sebelum masa krisis adalah sebesar 3,06. Di masa krisis nilai rasio ini menjadi 1,93 yang menandakan usahatani tanaman hias anggrek Dendrobium masih layak untuk diusahakan.

2.2. Tanaman Hias

Tanaman hias merupakan salah satu bagian dari subsektor pertanian hortikultura, tanaman ini dahulu merupakan tumbuhan yang ditanam orang sebagai hiasan. Namun seiring dengan masuknya pengaruh peradaban Barat, penggunaan tanaman hias semakin meningkat. Kini tanaman hias banyak dibutuhkan untuk memperindah lingkungan sekitar, termasuk dekorasi ruangan dan halaman rumah, dan tidak sedikit masyarakat mengusahakan tanaman hias sebagai salah satu jenis usaha yang menjadi sumber pendapatan utama dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Usahatani tanaman hias ini berkembang pesat di berbagai daerah Indonesia dan berperan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi yang cukup penting. Saat ini kegiatan usahatani tanaman hias dilakukan secara komersial, Usahatani tanaman hias mampu

(5)

menggerakkan pertumbuhan industri barang dan jasa, berkembangnya kegiatan usahatani tanaman hias di indonesia disebabkan karena meningkatnya pendapatan konsumen, tuntutan keindahan lingkungan, pembangunan industri pariwisata, pembangunan kompleks perumahan, perhotelan dan perkantoran. Dengan meningkatnya permintaan pasar akan tanaman hias, maka hal ini akan berpengaruh terhadap pendapatan petani tanaman hias.

Kehadiran tanaman hias pada suatu tempat dapat menambah keindahan atau menghiasi halaman maupun ruangan di dalam rumah. Walaupun tanaman hias termasuk kebutuhan sekunder, tetapi pesonanya dapat menambah gengsi seseorang. Ada pula beberapa jenis tanaman hias yang dipercaya dapat membawa keberuntungan, misalnya pachira (money tree) dan bambu emerald. Untuk tanaman sejenis ini, banyak orang akan berusaha memperoleh dan memilikinya (Prihmantoro, et al, 2001).

Tanaman hias adalah jenis tanaman tertentu baik yang berasal dari tanaman daun atau tanaman bunga yang dapat ditata untuk memperindah lingkungan sehingga suasana menjadi lebih artistik dan menarik. Rahardi, et al (1994) menjelaskan bahwa tanaman hias merupakan tanaman yang mempunyai nilai keindahan dan daya tarik tertentu. Di samping itu, juga mempunyai nilai ekonomis untuk keperluan hiasan di dalama dan di luar ruangan. Karena mengandung arti ekonomi, tanaman hias dapat diusahakan menjadi suatu bisnis yang menjanjikan keuntungan besar.

Tanaman hias biasanya ditanaman di dalam pot dengan media yang terbatas. Padahal media tersebut harus mampu menyediakan nutrisi, air, dan oksigen bagi tanaman, serta memiliki porositas yang baik. Kondisi ini sering menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Air yang

(6)

tergenang menyebabkan akar membusuk, terutama bagi jenis-jenis tanaman sekulen yang bonggol dan perakarannya mengandung banyak air, seperti adenium dan euphorbia. (Redaksi Agromedia, 2007).

Keanekaragaman jenis tanaman hias di Indonesia sangat berlimpah. Tanaman hias dapat dijumpai, mulai dari bentuk rerumputan dan penutup tanah, herba daun dan bunga, semak dan perlu yang menggerombol, liana yang menjalar, merambat dan menjuntai berenda-renda, hingga tanaman besar dalam bentuk pohon yang menjulang tinggi. Tanaman hias tersebut bebas dipilih dengan memperhatikan tampilan fisik (ukuran, bentuk, tekstur dan warna) dan persyaratan lingkungan (Arifin, 2004).

Tanaman hias mempunyai manfaat sebagai sumber pendapatan petani maupun pedagang tanaman hias, serta memperluas lapangan kerja. Manfaat lain menciptakan kesegaran (kenyamanan), kesejukan dan keindahan maupun kesehatan lingkungan. Tanaman hias mempunyai nilai keindahan tajuk juga bentuk, warna bunga dan kerangka tanaman.

Dalam hal ini harus diakui bahwa penilaian terhadap keindahan suatu tanaman kadang-kadang sangat subjektif. Namun secara umum keindahan suatu tanaman terletak pada organ tanaman itu sendiri, terutama pada daun dan bunganya. Dan dari sinilah muncul istilah tanaman hias daun dan tanaman hias bunga (Sudarmono, 1997).

Menurut Hanum (2008) Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam budidaya tanaman hias adalah

1. Menyiapkan media tanam yang baik dan gembur yang memiliki unsur hara yang cukup dengan menambahkan campuran pupuk kandang atau pupuk kompos.

(7)

Bagi tanaman dalam pot, maka dasari pot dengan beberapa pecahan genting atau batu bata sebagai pengikat air ketika disiram.

2. Lalu dapat menanamkan bibit tanaman atau tanaman muda ke dalam tanah. Bagi tanaman pot, sebaiknya anda menanamnya dengan menyisakan 2-3 cm pada bibir pot, sehingga dapat memudahkan penyiraman, dan pastikan pot memiliki lubang drainase yang cukup. Dinding pot juga harus dibersihkan sebelum dimasukkan dalam ruangan.

3. Selanjutnya proses penyiraman dilakukan dengan menggunakan air bersih, dan lebih baik menggunakan semprotan sehingga air tersiram menyeluruh pada tanaman. Penyiraman pun dapat dilakukan melalui alas pot bagi tanaman pot, sehingga air dapat naik ke atas ke media tanam yakni melalui sistem kapiler.

4. Usahakan agar tanaman memperoleh cahaya matahari yang cukup untuk pertumbuhannya.

Selanjutnya perlu diketahui teknik budidaya tanaman hias secara umum, sehingga tanaman dapat tumbuh subur, cepat berbunga dan dapat tumbuh dalam waktu lama, yatiu:

1. Pemupukan

Pemupukan dapat dilakukan sebulan sekali dengan dosis yang cukup dan sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman.

(8)

2. Penyiraman

Proses penyiraman dapat dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari, dan terdapat beberapa jenis tanaman yang tidak terlalu membutuhkan banyak air, maka sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan tanaman agar tidak berlebihan.

3. Penyemprotan hama

Penting dilakukan agar tanaman tidak terserang penyakit, ini pun dapat dilakukan 3-4 hari sekali, dengan penyemprotan pestisida.

4. Pemotongan/Pemangkasan

Yakni khusus untuk tanaman yang tumbuh bercabang seperti tanaman perdu, sehingga perlu melakukan pemotongan pada cabang atau dahan yang mulai mengering, sehingga pertumbuhan bunganya tidak terhambat, dan pemotongan sebaiknya menggunakan gunting kebun.

2.3. Pendapatan Usahatani

Menurut Soekartawi (1987) Pendapatan terdiri dari pendapatan kotor dan pendapatan bersih. Pendapatan kotor usahatani (gross farm income) didefinisikan sebagai nilai produksi total usahatani dalam jangka waktu tertentu baik yang dijual atau yang tidak dijual. Pendapatan bersih (net farm income)

Dalam meningkatkan pendapatan, maka petani harus berusaha meningkatkan hasil-hasil produksi agar memperoleh peningkatan pendapatan dengan memaksimalkan input-input faktor yang mempengaruhi. Menurut Hernanto (1993), ada beberapa ukuran pendapatan petani yaitu:

didefinisikan sebagai selisih pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani.

(9)

a. Pendapatan kerja petani (operator labor income), diperoleh dengan menghitung semua penerimaan yang berasal dari penjualan yang dikonsumsi keluarga dan kenaikan nilai inventaris. Setelah itu dikurangi dengan semua pengeluaran baik yang tunai maupun yang tidak diperhitungkan.

b. Penghasilan kerja petani (operator farm labor earning), diperoleh dari menambahpendapatan kerja petani ditambah denganpenerimaan tidak tunai.

c. Pendapatan kerja keluarga (family farm labor earning), merupakan hasil balas jasadari petani dan anggota keluarga.

d. Pendapatan keluarga (family income), yaitu dengan menjumlahkan semua pendapatan petani dan keluarganya dari berbagai sumber.

Keuntungan/profit adalah selisih antara total penerimaan (TR) dan total biaya (TC). Tujuan ini dapat diformulasikan sebagai berikut : π = pq – c(q). Keuntungan juga merupakan insentif bagi produsen untuk melakukan proses produksi. Keuntungan inilah yang mengarahkan produsen untuk mengalokasikan sumber daya ke proses produksi tertentu. Produsen bertujuan untuk memaksimumkan keuntungan dengan kendala yang dihadapi (Sunaryo, 2001).

Tingkat keuntungan dapat diukur dengan pendapatan yang umumnya digunakan untuk mengevaluasi kegiatan suatu usahatani dengan tujuan untuk membantu perbaikan pengelolaan usahatani. Analisis pendapatan bertujuan untuk menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan dapat menggabarkan keadaan yang akan datang.

(10)

Usahatani dalam operasinya bertujuan untuk memperoleh pendapatan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan serta dana untuk kegiatan di luar usahatani. Untuk memperoleh tingkat pendapatan yang diinginkan maka pengusaha seharusnya mempertimbangkan harga jual dari produksinya. Melakukan perhitungan terhadap semua unsur biaya dan selanjutnya menentukan harga pokok hasil usahataninya, keadaan ini tidak dapat dilakukan oleh pengusaha, akibatnya efektivitas usahatani menjadi rendah. Volume produksi, produktivitas serta harga yang diharapkan jauh di luar harapan yang dikhayalkan. (Fhadoli, 1991).

Untuk dapat meningkatkan pendapatan sangat tergantung pada cepat tidaknya mengadopsi inovasi tergantung dari faktor ekstern dan faktor intern itu sendiri, yaitu faktor sosial dan ekonomi. Faktor ekonomi itu diantaranya jumlah tanggungan keluarga, luas lahan yang dimiliki dan ada tidaknya usahatani yang dimilikinya. Sedangkan faktor sosial diantaranya umur, tingkat pendidikan dan pengalaman. (Soekartawi, 1989).

Menurut Suratiyah (2008), faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya biaya dan pendapatan sangatlah komplek. Namun demikian, faktor tersebut dapat dibagi ke dalam dua golongan sebagai berikut :

1. Faktor internal dan faktor eksternal 2. Faktor Manajemen

(11)

Gambar 2.1. Faktor Internal dan Eksternal

Faktor manajemen juga sangat menentukan dimana petani sebagai manajer harus dapat mengambil keputusan dengan berbagai pertimbangan ekonomis sehingga diperoleh hasil yang memberikan pendapatan yang maksimal.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), pendapatan usahatani adalah jumlah yang tersisa setelah biaya, yaitu semua nilai input untuk produksi, baik yang benar-benar dibayar maupun yang hanya diperhitungkan, telah dikurangkan dari penerimaan. Pendapatan pengelola itu sendiri terdiri dari 2 unsur, yaitu:

1. Imbalan jasa manajemen, upah atau honorarium petani sebagai pengelola. 2. Sisanya atau laba, yaitu net profit, merupakan imbalan bagi resiko usaha. Inilah

yang sebenarnya merupakan keuntungan atau laba, dalam pengertian ekonomi perusahaan. Faktor Internal 1. Umur petani 2. Pendidikan, Pengetahuan, pengalaman keterampilan

3. Jumlah tenaga kerja keluarga

4. Luas Lahan 5. Modal

Usahatani

Biaya dan Pendapatan

Faktor Eksternal 1. Input : a. Ketersediaan b. Harga 2. Output : a. Permintaan b. Harga

(12)

Pendapatan diperoleh dengan cara mengurangi keseluruhan penerimaan dan biaya. Rumus yang digunakan untuk mencari pendapatan, adalah:

Pd = TR – TC Dimana :

Pd = Pendapatan TR = Total Penerimaan TC = Total Biaya

Penerimaan adalah perkalian antara produksi yang diperoleh dengan harga jual. Pernyataan ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

TR1 = Y1 . Py

Yaitu: TR = Total Penerimaan

1

Y = Produksi yang diperoleh dalam suatu usahatani Py = Harga y (Soekartawi, 2002).

Menurut Soekartawi (1987), dalam usahatani tentunya para petani memperhitungkan biaya-biaya yang dikeluarkan serta memperhitungkan penerimaan yang diperoleh. Biaya atau pengeluaran total usahatani adalah semua nilai masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam kegiatan produksi usahatani. Biaya usahatani dapat dibedakan menjadi biaya tunai dan biaya yang diperhitungkan.

1. Biaya tunai

Biaya tunai usahatani didefinisikan sebagai jumlah uang yang dibayarkan untuk pembelian barang dan jasa bagi usahatani.

(13)

2. Biaya yang diperhitungkan

Biaya yang diperhitungkan merupakan pengeluaran secara tidak tunai yang dikeluarkan oleh petani, biaya ini dapat berupa faktor produksi yang digunakan petani tanpa mengeluarkan uang tunai seperti sewa lahan yang diperhitungkan atas lahan milik sendiri, penggunaan tenaga kerja dalam keluarga, dan penyusutan peralatan.

Berdasarkan sifatnya biaya produksi usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu: (1) Biaya tetap (fixed cost); dan (2) Biaya tidak tetap (variabel cost).

1) Biaya tetap

Biaya tetap ini umumnya didefinisikan sebagai biaya yang relatif tetap jumlahnya, dan terus dikeluarkan walaupun produksi yang diperoleh sedikit atau banyak. Jadi besarnya biaya tetap ini tidak tergantung pada besar kecilnya produksi yang diperoleh. Contoh biaya tetap: sewa tanah, pajak dan alat-alat pertanian.

2) Biaya variabel

Di sisi lain biaya tidak tetap atau biaya variabel biasanya didefinisikan sebagai biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang diperoleh. Contohnya biaya untuk sarana produksi: tenaga kerja, pupuk, pestisida. Jika ingin menambah jumlah produksi, maka jumlah sarana produksi juga harus ditambah.

Menurut Tjakrawiralaksana (1983), biaya adalah semua pengeluaran, dinyatakan dengan uang, yang diperlukan untuk menghasilkan sesuatu produk dalam satu periode produksi. Biaya disebut pula “ongkos-ongkos” yang merupakan nilai dari seluruh pengorbanan (unsur produksi) yang disebut pula

(14)

“input”. Termasuk biaya-biaya tersebut adalah: sarana produksi yang habis terpakai, lahan, biaya alat-alat produksi tahan lama, tenaga kerja, dan biaya lain-lain.

2.4. Pengembangan Wilayah

Wilayah merupakan suatu unit geografi yang membentuk suatu kesatuan. Unit geografi disini adalah ruang sehingga bukan merupakan aspek fisik tanah saja melainkan meliputi aspek-aspek lain, seperti biologi, ekonomi, sosial dan budaya. Suatu wilayah sering dilakukan berdasarkan korelasi yang kuat dari bagian-bagian (baik fisik maupun non fisik) yang membentuk wilayah tesebut. Proses pengelompokkan ke dalam wilayah akan bermanfaat untuk membuat suatu deskripsi (Wibowo, et al, 2004).

Pengembangan wilayah merupakan suatu tindakan mengembangkan wilayah atau membangun daerah/ kawasan dalam rangka usaha memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat. Pengembangan wilayah ini juga adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sesuatu yang sudah ada, juga suatu usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan yang terencana (Hadjisarosa, 1995).

Pengembangan wilayah adalah upaya untuk memperbaiki tingkat kesejahteraan kualitas hidup masyarakat dari suatu wilayah tertentu. Tujuan pengembangan wilayah mengandung dua sisi yang saling berkaitan, yaitu sisi sosial ekonomi dan sisi ekologis. Menurut Triutomo (1999) pengembangan wilayah merupakan program yang menyeluruh dan terpadu dari semua kegiatan dengan memperhitungkan sumber daya yang ada dan kontribusinya pada

(15)

pembangunan suatu wilayah Beberapa kata kunci yang terdapat dalam pengembangan wilayah, yaitu:

• Program yang menyeluruh dan terpadu.

• Sumber daya yang tersedia dan kontribusinya terhadap wilayah. • Suatu wilayah tertentu.

Pada umumnya pengembangan wilayah mengacu pada perubahan produktivitas wilayah, yang diukur dengan peningkatan populasi penduduk, kesempatan kerja dan tingkat pendapatan. Selain defenisi ekonomi, pengembangan wilayah mengacu pada pengembangan sosial, berupa aktivitas kesehatan, pendidikan, kualitas lingkungan, kesejahteraan dan lainnya. Pengembangan wilayah lebih menekankan pada perbaikan wilayah secara bertahap dari kondisi yang kurang berkembang menjadi berkembang.

Pembangunan pengembangan wilayah, yang terpenting bagaimana memberdayakan dan memanfaatkan potensi wilayah, baik potensi alam maupun buatan, yang harus dilaksanakan secara penuh dan efisien agar pemanfaatan potensi benar-benar berdampak pada kesejahteraan masyarakat secara maksimal sebagai akhir dari pembangunan dan pengembangan (Miraza, 2005).

Dalam pengembangan wilayah, peranan tata ruang wilayah-wilayah ditinjau dari perkembangan historis yang telah mengalami perubahan dan pertumbuhan. Beberapa kasus spasial (tata ruang wilayah) dapat dikemukakan seperti terjadinya pemusatan kegiatan-kegiatan industri dan urbanisasi ke kota-kota besar, terbentuknya pasar-pasar dan pusat-pusat baru yang menimbulkan perubahan dalam wilayah pengaruh atau wilayah pelayanan, antara kota dan wilayah pedesaan terdapat keterkaitan erat satu sama lain (Adisasmita, 2008).

(16)

Pengembangan wilayah pada dasarnya mempunyai arti peningkatan manfaat wilayah bahi suatu masyarakat pada wilayah tertentu, mampu menampung lebih banyak penduduk dengan tingkat kesejahteraan yang lebih baik, bertambahnya sarana dan prasarana, tersedianya barang atau jasa yang dibutuhkan masyarakat dan meningkatnya aktifitas usaha-usaha masyarakat baik dalam jenis, intensitas, pelayanan maupun kualitasnya (Sirojuzilam, 2006).

Menurut Hanafiah (1982), beberapa indikator yang dapat dipakai dalam mengidentifikasikan perkembangan suatu wilayah antara lain :

a. Jumlah penduduk b. Pasar tradisional

c. Jumlah perusahaan kecil

d. Persepsi penduduk dan peran sertanya e. Tingkat kesejahteraan

f. Jumlah relatif pengusaha

g. Jumlah relatif sarana dan prasarana transportasi 2.5. Kerangka Pemikiran

Usahatani tanaman hias merupakan jenis usahatani yang belakangan ini banyak ditemui, khususnya di daerah Deli Serdang. Usahatani ini dapat berupa budidaya tanaman hias dan perdagangan tanaman hias. Pada umumnya usahatani ini terletak di pinggir jalan terutama di Desa Bangun Sari Gg. Madirsan dan membentuk sentra usaha. Keberadaan usahatani tanaman hias dipinggir jalan secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap kesejukan, keasrian dan kebersihan udara di sekitar lokasi usaha, disamping dapat menjadi sumber pendapatan keluarga dan penyerapan tenaga kerja.

(17)

Produksi adalah total fisik yang diperoleh produsen dalam melakukan kegiatan usahatani. Dalam memperoleh produksi yang maksimal, seorang pengusaha/petani akan mengalokasikan input atau faktor produksi seefisien mungkin guna tercapainya keuntungan yang maksimal. Biaya produksi merupakan nilai dari semua korbanan ekonomi yang diperlukan dan dapat diukur ataupun diperkirakan untuk menghasilkan suatu produk. Cara pengukurannya dilakukan dengan menjumlahkan antara biaya variabel dengan biaya tetap. Dalam mengahasilkan suatu produk itu sendiri diperlukan juga sarana produksi seperti lahan, pupuk, bibit, pestisida, modal dan tenaga kerja.

Penerimaan adalah hasil perkalian dari jumlah produksi total dengan harga satuan, sedangkan pengeluaran adalah nilai penggunaan sarana produksi atau input yang diperlukan pada proses produksi yang bersangkutan.

Pendapatan yang diperoleh adalah total penerimaan yang besarnya dinilai dalam satuan rupiah dan dikurangi dengan nilai total seluruh pengeluaran selama proses produksi berlangsung.

Pendapatan Petani sendiri dipengaruhi oleh luas lahan yang diusahai, modal kerja yang dikeluarkan, tenaga kerja yang dipakai dan pengalaman berusahatani.

Pada umumnya pengembangan wilayah adalah suatu tindakan atau upaya membangun daerah/ kawasan untuk memacu perkembangan sosial ekonomi, memperbaiki kesejahteraan hidup masyarakat, mengurangi kesenjangan antar wilayah dan menjaga kelestarian lingkungan pada suatu wilayah. Pengembangan wilayah ini juga adalah upaya memajukan atau memperbaiki serta meningkatkan sektor produksi dan penjualan usahatani tanaman hias di daerah penelitian.

(18)

Untuk lebih mempermudah pemahaman, maka disusun skema kerangka pemikiran yang digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2. Skema Kerangka Pemikiran Usahatani Tanaman Hias

Produksi

Penerimaan

Pendapatan Petani Tanaman Hias - Modal Kerja

- Upah Tenaga Kerja - Biaya Bibit

- Biaya Pupuk - Biaya Pestisida

Pengembangan Wilayah Penyerapan Tenaga Kerja

(19)

2.6. Hipotesis Penelitian

1. Modal kerja, upah tenaga kerja, bibit, pupuk dan pestisida berpengaruh positif terhadap pendapatan petani di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

2. Usahatani tanaman hias berdampak terhadap pengembangan wilayah di Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang.

Gambar

Gambar 2.1. Faktor Internal dan Eksternal

Referensi

Dokumen terkait

Evaluasi kebijakan adalah tahapan yang paling penting dalam sebuah proses kebijakan, tanpa ada evaluasi suatu kebijakan itu tidak akan ada nilainya karena di

Dalam usahatani, petani atau perusahaan akan mengeluarkan biaya produksi yang besarnya biaya produksi tersebut tergantung kepada komponen biaya yang dikeluarkan petani atau

Dalam memperhitungkan unsur-unsur ke dalam produksi terdapat dua pendekatan yaitu full costing dan variabel costing.Full costing merupakan metode pententuan (HPP) yang

Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah setiap kegiatan yang dilakukan kelompok atau seseorang atau birokrasi untuk memberikan bantuan

Penelitian sekarang dilakukan oleh Wisnu Aditya Nurkamal untuk menguji ulang pengaruh dimensi gaya hidup terhadap keputusan pembelian dengan menggunakan objek yang berbeda dengan

Adapun hasil- hasil dari penelitian terdahulu yang dijadikan perbandingan tidak lepas dari topik penelitian mengenai Analisis Implementasi Corporate Social

2.3.7 Hubungan Size Dengan Nilai Perusahaan Melalui Struktur Modal Perusahaan kecil akan cenderung memiliki biaya modal sendiri dan menggunakan hutang jangka pendek yang lebih

Di sisi lain, kecuali bencana alam dan sosial, kerawanan pangan juga dapat muncul dari faktor ekonomi masyarakat, yang mempunyai biaya terbatas untuk mengakses sumber daya