• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERIYOGYAKARTA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERIYOGYAKARTA."

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Isna Latifatut Toyyibah NIM 06104241035

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

JANUARI 2014

(2)
(3)
(4)
(5)

HALAMAN MOTTO

“Orang yang paling bahagia ialah orang yang paling sering membuat bahagia banyak orang”

( DR ‘Aidh Al Qorni, MA)

(6)

PERSEMBAHAN

Karya ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orangtua saya dan segenap keluarga 2. Suami dan anak saya serta segenap keluarga 3. Almamater Bimbingan dan Konseling FIP UNY 4. Agama, Nusa dan Bangsa

(7)

KEBAHAGIAAN PADA MAHASISWA BIMBINGAN DAN KONSELING UNIVERSITAS NEGERIYOGYAKARTA

Oleh

Isna Latifatut Toyyibah NIM 06104241035

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kebahagiaan pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling di Universitas Negeri Yogyakarta.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey.Subyek penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang masih aktif pada tahun ajaran 2013/2014 di Universitas Negeri Yogyakarta, dengan teknik pengambilan sampel yaitu Proportionate Stratified Random Sampling.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan skala dan pertanyaan terbuka.Sedangkan instrument yang digunakan adalah skala kebahagiaan pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling. Hasil uji validitas dan reliabilitas skala kebahagiaan pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling tersebut yaitu valid dan reliabel, berdasarkan hasil uji perhitungan instrumen penelitian yang menunjukkan skor koefisien korelasi diatas 0,3 dan berdasarkan uji reliabilitas instrumen diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,872. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program computer Microsoft Excel 2010

Hasil penelitian dari 50 mahasiswa menunjukkan bahwa 22 (44%) mahasiswa Bimbingan dan Konseling mempunyai tingkat kebahagiaan yang tinggi dan 28 (56%) mahasiswa tingkat kebahagiaannya sedang dilihat dari afek dan kepuasan hidup. Berdasarkan jenis kelamin, mahasiswa laki-laki memiliki kebahagiaan yang tinggi sebanyak 2 (33%) mahasiswa dan memiliki kebahagiaan sedang sebanyak 4 (67%) mahasiswa sedangkan pada mahasiswa perempuan memiliki tingkat kebahagiaan tinggi sebanyak 20 (42%) mahasiswa dan memiliki tingkat kebahagiaan sedang sebanyak 24 (58%) mahasiswa. Mahasiswa yang merasa dirinya bahagia sebanyak 40 (80%) mahasiswa dan yang merasa dirinya tidak bahagia sebanyak 10 (20%) mahasiswa. Hal-hal yang membuat bahagia menurut mahasiswa yaitu keluarga sebanyak 13 (26%) mahasiswa, berkumpul dengan teman sebanyak 16 (32%) mahasiswa, tercapai cita-cita sebanyak 4 (8%) mahasiswa dan hanya 1 (2%) mahasiswa yang menyebutkan uang.

Kata kunci: kebahagiaan

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahhirabbil’alamin. Segala puji bagi Alloh SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan HidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Kebahagiaan Pada Mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta”.

Penyusunan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta.

Dalampenulisan skripsi ini, penulis tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan bimbingan selama proses penyusunan skripsi dari awal sampai selesainya skripsi ini. Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta yang telah berkenan memberikan ijin untuk mengadakan penelitian di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta yang telah bersedia menyediakan fasilitas sehingga mempermudah melancarkan studi penulis.

3. Bapak Fathur Rahman, M. Si. selaku Ketua Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah membimbing dan memberikan motivasi.

4. Ibu Prof. Dr. Siti Partini Suardiman, SU sebagai pembimbing I yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.

5. Ibu Farida Harahap, M. Si.sebagai pembimbing II yang telah meluangkan waktu untuk membimbing dan mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi.

6. Seluruh dosen jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan yang telah memberikan ilmu, wawasan dan pengetahuan.

(9)
(10)

DAFTAR ISI

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Kebahagian 1. Pengertian Kebahagiaan ... 9

2. Hal-hal yang Mempengaruhi Kebahagian ... 16

3. Tanda-tanda orang yang bahagia ... 19

B. Mahasiswa 1. Pengertian Mahasiswa ... 22

2. Pengertian Remaja Akhir ... 23

(11)

3. Ciri-ciri Masa Remaja Akhir ... 24

C. Bidang Bimbingan Pribadi Sosial pada Remaja ... 28

D. Pertanyaan Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 34

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 34

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian ... 35

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 36

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrument ... 38

F. Teknik Analisis Data Penelitian ... 44

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 47

B. Hasil Penelitian ... 47

C. Pembahasan ... 54

D. Keterbatasan Penelitian ... 59

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 60

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66

(12)

DAFTAR TABEL

Hal

Tabel 1. Distribusi Populasi Penelitian ... 38

Tabel 3. Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 40

Tabel 4. Daftar Instrumen Tidak Valid ... 43

Tabel 5. Rumus Kategori ... 45

Tabel 6. Distribusi Data Tingkat Kebahagiaan ... 47

Tabel 7. Data Tingkat Kebahagiaan berdasarkan Jenis Kelamin ... 48

Tabel 8.Data Tingkat Kebahagiaan berdasarkan Semester ... 48

Tabel 9.Data Tingkat Kebahagiaan berdasarkan Usia... 49

Tabel 10. Sebaran Frekuensi Indikator Perasaan Positif ... 50

Tabel 11. Sebaran Frekuensi Indikator Perasaan Negatif... 50

Tabel 12. Sebaran Frekuensi Indikator Kepuasan Hidup ... 51

Tabel 13. Hasil dari Pertanyaan Terbuka ... 53

Tabel 14. Hal-Hal yang Membuat Bahagia Menurut Mahasiswa ... 53

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal

Lampiran 1.Angket Penelitian sebelum Uji Coba ... 67

Lampiran 2. Angket Penelitian Setelah Uji Coba ... 70

Lampiran 3. Uji Validitas Skala Kebahagiaan ... 73

Lampiran 4. Uji Reliabilitas Skala Kebahagiaan ... 76

Lampiran 5. Data Hasil Penelitian ... 81

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ... 83

Lampiran 7. Surat Ijin Penelitian dari Universitas ... 84

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebahagiaan dalam istilah asing sering disebut dengan happiness. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kebahagiaan adalah perasaan bahagia, kesenangan dan ketentraman hidup (lahir, batin) keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin.

Kesedihan dan kebahagiaan merupakan fenomena yang sangat unik di dalam hidup ini. Semua orang menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya dan ingin untuk menghindarkan diri dari kesedihan sejauh mungkin, tetap saja kesedihan itu sewaktu-waktu datang dan kebahagiaan kadang lama tak muncul-muncul, manusia mencari kebahagiaan di luar diri mereka, atau di dalam diri mereka, kadang mereka mendapatkannya, tetapi kadang tidak mendapatkannya. “Banyak manusia yang gagal dalam memperoleh kebahagiaan dan terus menerus tertimpa kesedihan dan kegelisahan, walaupun kekayaan mereka berlimpah ruah. Beberapa orang lainnya mampu menggali kebahagiaan melalui hal-hal yang lebih sederhana dari dalam diri mereka sendiri. Sebetulnya, mereka tidak mencari-cari kebahagiaan, tetapi mereka menciptakan kebahagiaan mereka sendiri” (Alwi Alatas, 2005: 179).

Kebahagiaan merupakan konsep yang subjektif karena setiap individu memiliki tolok ukur yang berbeda. Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya. Penelitian yang dilakukan oleh Nanang Wulan Meina dan Nanang Suprayogi pada tahun 2012 yang berjudul Hubungan Antara Bersyukur dengan Kebahagiaan pada

(15)

Pedagang Pasar Tradisional Pulogadung, berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan positif yang signifikan antara bersyukur dengan kebahagiaan pada pedagang pasar pulogadung.Kebahagiaan tidak hanya ditentukan oleh bersyukur saja, namun oleh berbagai macam faktor yaitu gender, usia, pendidikan, tingkat pendapatan,pernikahan, pekerjaan, kesehatan, agama, kejadian penting dalam hidup, traits, tingkatkesejahteraan dan tingkat kepadatan penduduk. Meskipun secara teori menjelaskan bahwa bersyukur merupakan salah satu komponen dari kebahagiaan.Namun dalam penelitian inibersyukur tidak ada kaitannya dengan kebahagiaan pada Pedagang Pasar Tradisional Pulogadung.

Penelitian lain dilakukan oleh Henny E Wirawan pada tahun 2010 yang berjudul Kebahagiaan Menurut Dewasa Muda Indonesia, hasil dari penelitian tersebut yaitu laki-laki lebih memaknai kebahagiaan sebagai hal yang dapat memuaskan kebutuhannya serta ketika mereka mencapai hal-hal yang diinginkan.Laki-laki tidak terlalu memaknai kebahagiaan sebagai hal yang bersifat sosial.Bagi laki-laki yang berfikir lebih banyak menggunakan logika sulit bagi merka untuk memaknai kebahagiaan dari segi spiritual.Sama halnya dengan laki-laki, perempuan juga memaknai kebahagiaan sebagai hal yang ditujukan untuk dirinya sendiri, serta menelaah setiap kejadian dari berbagai sisi,termasuk menarik sisi positif dari setiap kejadian negatif yang dialaminya. Perempuan juga tidak memandang kebahagiaan dari segi sosial dalam pemaknaannya sebab mereka masih lebih mementingkan kebutuhannya sendiri dibandingkan dengan kebutuhan orang lain. Perempuan dalam hal pemaknaan kebahagiaan lebih dapat memaknainya dari sisi spiritual dibanding

(16)

dengan laki-laki yang disebabkan oleh perempuanlebih mementingkan perasaannya dibanding laki-laki.

Setiap orang ingin bahagia, tetapi bahagia tidak datang begitu saja, berbagai cara dilakukan seseorang untuk mencapai kebahagiaan.Begitu pula bagi seorang mahasiswa, mereka juga menginginkan kebahagiaan.Namun, tentu saja tidak mudah, sebagai mahasiswa banyak permasalahan yang dihadapinya.

Kebahagiaandalam hidup adalah suatu hal yang menjadi harapan di dalam kehidupan banyak orang, bahkan sepertinya semua orang mendambakan kehidupan yang berbahagia. Tingkat kebahagiaan akan berubah-ubah seiring perjalanan hidup seseorang terutama karena adanya peristiwa-peristiwa dalam hidup yang dapat meningkatkan kebahagiaan misalnya pernikahan, kelahiran anak, keberhasilan, dan lain-lain. Kebahagiaan juga dapat menurun karena adanya peristiwa yang menyedihkan seperti kematian, perceraian, kegagalan, dan lain-lain. Menurut Lucas tingkat kebahagiaan secara umum dapat menetap disepanjang kehidupan seseorang, walaupun stabil tetap saja tidak menutup kemungkinan untuk berubah, meskipun tidak akan mengubahnya secara drastis(Henny E. Wirawan, 2010:2).

Universitas Negeri Yogyakarta merupakan salah satu perguruan tinggi yang memiliki program studi Bimbingan dan Konseling. Sebagai seorang konselor tidak jarang mahasiswa Bimbingan dan Konseling juga memiliki masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari terutama yang menyangkut dengan kegiatan perkuliahan.

(17)

Masa perkuliahan tentu sangat jauh berbeda dengan masa-masa sekolah dahulu yang terkesan lebih formal, baik dari segi peraturan, kedisiplinan, serta sistem belajar mengajarnya. Dunia perkuliahan adalah dunia dimana hampir semua kegiatan dilakukan dan diputuskan sendiri, oleh karena itu kemandirian dalam diri mahasiswa dibutuhkan di sini. Kemampuan dan cara mahasiswa dalam menyelesaikan masalahnya berbeda-beda. Ada sebagian mahasiswa yang mampu menyelesaikan masalah-masalahnya dengan baik sehingga mahasiswa tersebut dapat menjalankan perannya sebagai mahasiswa dengan baik dan lancar. Ada pula mahasiswa yang kurang bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik sehingga akan menjadikannya memiliki masalah yang lebih banyak lagi. Seperti yang dialami MW, sebagai seorang mahasiswa dia jauh dari kata bahagia karena selain mengikuti kegiatan perkuliahan dia juga harus bekerja untuk memenuhi kebutuhan ekonominya. Bekerja sangat mengganggu kegiatan perkuliahannya, sehingga menjadi terbengkalai dan nilai akademisnya rendah, dan dia tidak bisa lulus dalam waktu yang singkat.

Tingkat kebahagiaan yang dimiliki setiap mahasiswa berbeda-beda. Mahasiswa yang mampu menyelesaikan masalahnya dengan baik akan dapat menjalankan perannya sebagai mahasiswa yang baik dan lancar, tingkat kebahagiaan mahasiswa tersebut akan lebih tinggi jika dibandingkan dengan mahasiswa yang kurang bisa menyelesaikan masalahnya dengan baik sehingga akan menjadikannya memiliki masalah yang lebih banyak lagi.

Penelitian yang dilakukan oleh Lyubomirsky dari Universitas of California yang dipublikasikan oleh American Psikologi menemukan bahwa orang-orang yang berbahagia lebih berhasil disepanjang rentang hidupnya

(18)

dibandingkan dengan orang yang kurang bahagia. Disamping itu, orang yang berbahagia akan lebih mudah mencapai situasi kondisi kehidupan yang lebih menyenangkan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena orang yang berbahagia seringsekali mengalami suasana hati yang positif, dan suasana hati yang positif ini menggugah mereka untuk bekerja dengan lebih aktif untuk mencapai tujuan yang baru dan membangun sumberdaya yang baru. Ketika orang merasa bahagia, mereka cenderung merasa percaya diri,optimis dan energik dan orang lain berpandangan bahwa mereka adalah orang-orang yang lebih disukai dan lebih mudah bergaul ( Henny E. Wirawan, 2010:8).

Dari hasil penelitian tersebut juga didapatkan bahwa kebahagian memang mendorong tercapainya sebuah kesuksesan dalam pekerjaan hubungan dan kesehatan. Penelitian ini juga mendapatkan hasil bahwa kesejahteraan seseorang dapat diasosiasikan dengan persepsi positif diri sendiri dan orang lain, sosiabilitas, kreativitas, perilaku prososial, kuatnya daya tahan tubuh dan kemampuan coping yang efektif. Selain itu orang yang berbahagia mampu merasa dan menyadari perasaan sedih dan emosi negative yang sebenarnya baik dan merupakan respon yang wajar.

Penelitian tentang kebahagiaan pada mahasiswa khususnya pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling penting dilakukan agar kita bisa mengetahui kebahagiaan yang dimiliki mahasiswa, agar nantinya mahasiswa Bimbingan dan Konseling sebagai calon konselor disekolah dapat bekarja lebih maksimal dalam membantu menangani siswa disekolah.

Adanya tujuan hidup yang sama yaitu untuk mendapatkan kebahagiaan namun ada mahasiswa yang masih merasa sulit untuk mencapai kebahagiaan, adanya persepsi yang berbeda-beda tentang kebahagiaan dari setiap individu,

(19)

serta belum adanya penelitian tentang kebahagiaan pada mahasiswa maka penulis tertarik untuk meneliti tentang tingkat kabahagiaan pada mahasiswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, masalah dalam penelitian ini dapat teridentifikasi sebagai berikut :

1. Adanya mahasiswa yang merasa sulit untuk mencapai kebahagiaan.

2. Adanya persepsi yang berbeda-beda tentang kebahagiaan dari setiap individu

3. Belum banyak dilakukan penelitian di jurusan Bimbingan dan Konseling Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta tentang kebahagiaan pada mahasiswa.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi agar tidak menyimpang dari tujuan.Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah tentang kebahagiaan pada mahasiswa khususnya tingkat kebahagiaan pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

(20)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bagaimana tingkat kebahagiaan pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini mempunyai tujuan yaitu untuk mengetahui tingkat kebahagiaan pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta.

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan pengembangan terhadap keilmuwan Bimbingan dan Konseling pada umumnya dan bimbingan pribadi sosial pada khususnya.

b. Dapat dijadikan kajian untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan masalah yang sama, sehingga hasilnya dapat lebih luas dan mendalam.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

(21)

Penelitian ini diharapkan menjadi sarana belajar praktis dalam mempraktekkan teori-teori yang telah diperoleh, serta dapat memperkaya wawasan berfikir dan menganalisa suatu permasalahan, khususnya mengenai kebahagiaan.

b. Bagi Fakultas Ilmu Pendidikan

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan dalam memberikan layanan yang tepat bagi mahasiswa.

(22)

BAB II KAJIAN TEORI

A. Kebahagiaan

1. Pengertian Kebahagiaan

Kebahagiaan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perasaan bahagia, kesenangan dan ketentraman hidup (lahir, batin), keberuntungan, kemujuran yang bersifat lahir batin. Menurut Sharp (2010 :10), kebahagiaan adalah istilah yang mencakup sejumlah emosi positif.

Menurut Chalil (2006 : 79), bahagia adalah suatu perasaan, sesuatu yang sifatnya emosional. Perasaan bahagia ini timbul dari dalam diri kita karena kita secara fisik dengan menggunakan kelima indera kita telah mengalami suatu kejadian yang menurut diri kita sendiri menyenangkan hati dan pikiran kita.Kelima indera kita tersebut berpusat pada otak kita, otak kitalah yang mengirimkan rasa sakit yang diterima dari tangan kita yang terluka, otak kita jugalah yang mengirimkan bau wangi-wangian kepada kita sehingga perasaan bahagia tersebut dapat kita timbulkan apabila kita mampu mengendalikan pikiran kita.

Sedangkan menurut Budi Hartono (2006: 15), kesuksesan adalah kebahagiaan. Menurut Nusantari (2005: 136), keimanan akan membawa kebahagiaan sedangkan kekafiran akan membawa kearah sebaliknya.Kholid Umar Ad-Dasuqi (2008: 27), menjelaskan bahwa bila tujuan yang hendak diraih adalah keridhoan Allah, maka itulah yang dinamakan kebahagiaan. Menurut Mahmud Al-Mishri (2009: 37),

(23)

kebahagiaan adalah benda abstrak yang tidak bisa dilihat oleh mata, tidak bisa diukur dengan jumlah, tidak bisa dimuat digudang serta tidak bisa dibeli dengan dinar dan dirham.

Seligman (2005:207) memberikan gambaran individu yang mendapatkan kebahagiaan yang authentic (sejati) yaitu individu yang telah dapat mengidentifikasi dan mengolah atau melatih kekuatan dasar yang dimilikinya dan menggunakannya pada kehidupan sehari-hari, baik dalam pekerjaan, cinta, permainan, dan pengasuhan.

Kebahagiaan merupakan konsep yang subyektif karena setiap individu memiliki tolak ukur yang berbeda-beda.Setiap individu juga memiliki faktor yang berbeda sehingga bisa mendatangkan kebahagiaan untuknya. Menurut Seligman (2005: 65) faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan itu antara lain uang, status pernikahan, kehidupan social, usia, kesehatan, emosi negatif, pendidikan, iklim, ras, dan jenis kelamin, serta agama.

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kebahagiaan adalah suuatu keadaan individu yang berada dalam afek positif (perasaan yang positif)dan untuk mencapai kebahagiaan yang autentik, individu harus dapat mengidentififkasikan, mengolah dan melatih serta mengggunakan kekuatan serta keutamaan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-hari.

Teori tentang kebahagiaan berasal dari tiga prinsip fundamental yang dikemukakan oleh Freud. Tiga prinsip ini mengatur dan menguasai

(24)

semua proses psikis; prinsip-prinsip itu adalah prinsip konstransi (the principle of constancy), prinsip kesenangan (the pleasure principle) dan prinsip realitas (the reality principle). Menurut prinsip konstansi, hidup psikis berkecenderungan untuk mempertahankan kuantitas ketegangan psikis pada taraf yang serendah mungkin atau stidaknya pada taraf yang sedapat mungkin stabil.Menurut prinsip kesenangan, hidup psikis berkecenderungan untuk menghindarkan ketidaksenangan dan sebanyak mungkin memperoleh kesenangan.Pemuasan secara langsung sering kali harus ditangguhkan, demi pemuasan yang lebih sesuai dengan realitas, prinsip ini disebut prinsip realitas (Bertens, 2006: 12).

Pengukuran kebahagiaan berdasarkan dua dimensi dalam kebahagiaan.Kebahagiaan memiliki dua dimensi yaitu faktor afek (perasaan) dan kepuasan hidup.

a. Afek (perasaan)

Afek adalah gambaran perasaan, suasana hati dan emosi secara keseluruhan yang menyertai kesadaran dan dapat bervariasi antara sangat menyenangkan sampai sangat tidak menyenangkan.Perasaan (afek) terdiri dari perasaan positif dan perasaan negatif. Perasaan positif tentang seseorang atau suatu benda membuat seseorang mendekatinya, sedangkan perasaan negatif membuat seseorang menghindarinya (Seligman, 2005: 38).Sebagian orang memiliki banyak afek positif dan keadaan ini sedang kuat sepanjang hidup.Orang-orang dengan afek positif yang

(25)

tinggi merasa nyaman pada sebagian besar waktu, hal-hal yang baik memberi mereka banyak kesenangan dan keceriaan, namun banyak orang memiliki sedikit sekali afek positif, pada kebanyakan waktu mereka tidak merasa nyaman atau bahkan merasa tidak baik-baik saja.

b. Kepuasan Hidup

Seligman (2005: 80) mengatakan emosi positif yang dirasakan individu dapat membantu individu tersebut untuk memaknai kehidupannya. Emosi positif dikategorikan menjadi tiga kategori yaitu emosi positif pada masa lalu, emosi positif pada masa depan, dan emosi positif pada saat ini. Ketiga emosi positif ini berbeda namun tak harus berhubungan erat.Setiap individu tentunya merasakan ketiga emosi positif (kebahagiaan) ini namuntidak selalu terjadi.Misalnya, individu puas dengan masa lalu, namun merasa sedih pasa masa sekarang, dan merasa pesimis dengan masa depannya. Ketika seseorang dapat mengetahui dan mempelajari ketiga bentuk emosi positif ini, diharapkan ia dapat mengarahkan emosinya ke arah positif dengan mengubah perasaan tentang masa lalu, cara berpikir tentang masa depan, dan cara menjalani kehidupannya saat ini.

1) Emosi positif pada masa lalu

Emosi positif tentang masa lalu adalah kepuasan, kelegaan, kesuksesan, kebanggaan dan kedamaian.Emosi

(26)

positif tentang masa lalu inisepenuhnya ditentukan oleh penafsiran dan pemikiran individu tentang masa lalu.Pemahaman dan penghayatan yang tidak memadai atas peristiwa baik pada masa lalu dan terlalu menekankan peristiwa buruk adalah dua penyebab yang menurunkan ketenangan, kelegaan, dan kepuasan. Ada dua cara untuk membawa perasaan-perasaan tentang masa lalu ini ke ranah kelegaan dan kepuasan, yaitu bersyukur karena dengan bersyukur menambah penghayatan dan pemahaman terhadap peristiwa baik pada masa lalu dan menulis ulang sejarah dengan disertai rasa maaf mengurangi kegetiran peristiwa buruk bahkan dapat mengubah kenangan buruk menjadi kenangan indah.

2) Emosi positif pada masa kini (sekarang)

Menurut Seligman (2005:132) emosi positif terhadap masa sekarang mencakup kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification). Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen indrawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat yang disebut sebagai “perasaan-perasaan dasar” atau raw feelseperti: ekstase, gairah, orgasme, rasa senang, riang, ceria dan nyaman. Kenikmatan ini bersifat sementara dan hanya sedikit melibatkan pikiran atau malah tidak sama sekali.

(27)

Seligman (2005:132) menjelaskan gratifikasi adalah datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat disukai individu, sama sekali tidak disertai olehperasaan-perasaan dasar.Gratifikasi membuat individu terlibat sepenuhnya, sehingga membuat individu merasa tenggelam didalamnya dan seakan-akan waktu berhenti ketika melakukan kegiatan tersebut.Saat seseorang mengalami gratifikasi, individu merasa mampu menjawab tantangan dan bersentuhan dengan kekuatannya. Menurut Csikszentmihalyl dalam Seligman (2005:151) hal tersebut dengan flowyaitu perasaan mengalir, keadaan puas yang dimasuki individu ketika sepenuhnya merasa tenggelam dalam kegiatan yang dilakukan. Gratifikasi bertahan lebih lama daripada kenikmatan dan melibatkan lebih banyak pemikiran serta interprestasi.

3) Emosi positif tentang masa depan

Emosi positif yang berkaitan dengan masa depan mencakup keyakinan (faith), kepercayaan (trust), kepastian(confidence), harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi ketika terkena musibah, kinerja yang lebih tinggi ditempat kerja terutama untuk tugas-tugas yang menantang. Kesehatan fisik seseorang juga akan lebih baik

(28)

apabila memiliki optimism dan harapan. Menurut Seligman (2005:115) ada dua dimensi untuk menilai apakah seseorang tersebut termasuk optimis ataukah pesimis, yaitu permanen ( menentukan berapa lama seseorang menyerah) dan pervasive (menentukan apakah ketidakberdayaan melebar kebanyak situasi atau terbatas pada wilayah asalnya). Orang yang optimis meyakini bahwa peristiwa yang baik memiliki penyebab yang permanen dan peristiwa buruk hanya sementara saja sehingga ketika mendapatkan keberhasilan orang yang optimis akan berusa lebih keras lagi agar bisa mendapatkan yang lebih baik lagi pada lain waktu. Orang yang optimis percaya bahwa peristiwa buruk hanya terjadi pada satu area tertentu pada kehidupannya (spesifik) tetapi dapat melangkah dengan mantappada area lain, sedangkan orang yang pesimis menyerah disegala aspek ketika mengalami peristiwa burukdiarea tertentu (universal). Dengan kata lain orang yang optimis dapat menemukan penyebab permanen dan universal dari setiap peristiwa baik, serta menemukanpenyebab temporer dan spesifik untuk musibah.

(29)

2. Hal-hal yang Mempengaruhi Kebahagiaan

Ada berbagai hal yang mempengaruhi kebahagiaan individu. Seligman (2005: 66) mengungkapkan hal-hal yang mempengaruhi kebahagiaan, seperti:

a. Uang

Banyak penelitian yang dilakukan untuk melihat hubungan antara kebahagiaan dan uang. Umumnya, penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan kebahagiaan antara orang yang tinggal di negara kaya dengan orang yang tinggal dinegara miskin. Perbandingan lintas negara sulit untuk dijelaskan karena Negara yang lebih kaya juga memiliki angka buta huruf yang lebih rendah, kebebasan yang lebih luas dan barang materiil yang lebih banyak.Di negara yang sangat miskin, kaya bisa berarti lebih bahagia, namun di Negara yang lebih makmur dimana hampir semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan. Seligman (2005:70) menyimpulkan penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiannya lebih daripada uang itu sendiri. b. Perkawinan

Perkawinan sangat erat hubungannya dengan kebahagiaan. Kebahagiaan orang yang menikah mempengaruhi panjang usia dan besar penghasilan dan ini berlaku baik pada laki-laki maupun perempuan.

(30)

c. Kehidupan Sosial

Penelitian yang dilakukan oleh Seligman dan Ed Diener menemukan bahwa semua orang yang termasuk dalam 10% orang yang paling bahagia sedang terlibat dalam hubungan yang romantis.Orang yang sangat bahagia jauh berbeda dengan orang rata-rata dan orang yang tidak bahagia, yaitu mereka menjalani kehidupan sosial yang kaya dan memuaskan.Orang-orang yang sangat bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka bersosialisasi.

d. Emosi Negatif

Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif.Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan rata-rata.Meski demikian, tidak berarti tercampak dari kehidupan riang gembira.Demikian pula meski seseorang lebih banyak memiliki emosi positif, tidak berarti Anda sangat terlindungi dari kepedihan.

e. Usia

Sebuah penelitian otoritatif atas 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa membagi kebahagiaan kedalam 3 komponen : kepuasan hidup, afek menyenangkan, dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah. Perubahan ketika menua adalah intensitas emosi.Perasaan “mencapai

(31)

puncak dunia” dan “terpuruk dalam keputusasaan” menjadi berkurang seiring dengan bertambahnya umur dan pengalaman.

f. Kesehatan

Pastilah bahwa kesehatan merupakan kunci menuju kebahagiaan, karena kesehatan yang bagus biasanya dinilai sebagai segi terpenting dalam kehidupan manusia.Namun ternyata kesehatan objektif yang baik tidak begitu berkaitan dengan kebahagiaan, yang penting adalah persepsi subjektif terhadap kesehatan. Mereka yang memiliki lima atau lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang seiring dengan berjalannya waktu, masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas menyebabkan ketidakbahagiaan tetapi sakit yang parah memang menyebabkannya.

g. Pendidikan, Iklin, Ras dan Jenis Kelamin

Keempat hal tersebut kurang berpengaruh terhadap kebahagiaan.Pendidikan meskipun merupakan sarana untuk mencapai penghasilan yang lebih tinggi, namun bukan sarana menuju kebahagiaan yang lebih besar, kecuali hanya sedikit, dan hanya terjadi di kalangan mereka yang berpenghasilan rendah.

h. Agama

Relevansi yang paling langsung tampak pada fakta bahwa data survey secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religious lebih bahagia dan lebih puas dengan kehidupan daripada orang yang tidak religius. Terdapat korelasi yang lebih mendasar, agama mengisi manusia dengan harapan akan masa depan dan menciptakan makna dalam hidup sehingga tercapai kebahagiaan.

(32)

Selain lingkungan hal lain yang mempengaruhi kebahagiaan adalah kepuasan akan masa lalu Seligman (2005: 80) menyebutkan bahwa emosi tentang masa lalu mulai dari kelegaan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan sampai pada kegetiran yang tak terpendamkan dan kemarahan penuh dendam, sepenuhnya ditentukan oleh pikiran tentang masa lalu. Terdapat tiga cara agar bisa lebih bahagia tentang masa lalu, yang pertama bersifat intelektual dengan membuang ideologi yang mengatakan bahwa masa lalu menentukan masa depan. Kedua dan ketiga bersifat emosional dan keduanya melibatkan perubahan memori secara disengaja. Menambah rasa syukur tentang hal-hal baik pada masa lalu akan memperkuat memori positif, belajar untuk memaafkan kesalahan pada masa lalu mengurangi kepahitan yang membuat kepuasan menjadi mustahil. Selain hal-hal tersebut untuk membuat kita bahagia yaitu kita harus optimis akan masa depan.

3. Tanda-tanda Orang yang Bahagia

Gail & Seehy dalam Siswanto (2007: 39) pernah melakukan penelitian terhadap kurang lebih 60.000 orang dewasa mengenai kebahagiaan.Hasil penelitian mereka menunjukkan adanya sepuluh tanda-tanda orang yang bisa disebut dalam keadaan sehat/ bahagia. Kesepuluh tanda-tanda tersebut adalah :

a. Hidup memiliki arti dan arah

Orang yang didapati puas dengan kehidupan mereka dicirikan dengan cara mereka menghidupi kehidupan mereka dengan mengikatkan diri pada sesuatu di luar diri mereka (bisa dengan sesuatu

(33)

yang berkaitan dengan pekerjaan, ide ataupun visi ke depan) yang memberikan hidup mereka arti/ makna dan arah.

b. Memiliki pengalaman transisi yang penting

Orang yang bahagia dicirikan dengan kemampuan mereka untuk menjalankan rencana yang telah mereka buat secara berkesinambungan, tetapi mereka juga menggunakan waktu-waktu tertentu untuk melakukan refleksi/ mawas diri secara kritis terutama ketika mendekati pemikiran transisi atau setelah keluar dari transisi. c. Jarang merasa diperlakukan secara tidak adil atau dikecewakan oleh

kehidupan

Orang-orang yang memiliki kepuasan hidup tinggi cenderung melihat kegagalan sebagai pengalaman yang berguna dan kegagalan tersebut justru mendorong mereka untuk melakukan usaha yang lebih baik dari sebelumnya.

d. Mencapai beberapa tujuan hidup yang penting

Orang yang berbahagia, sehat dan puas dengan kehidupan dicirikan dengan terpenuhinya semua tujuan jangka panjang kehidupan mereka yang penting, seperti : kehidupan yang nyaman, keluarga yang aman, dan perasaan pemenuhan.

e. Peduli dengan pertumbuhan dan perkembangan pribadi

Orang yang sehat dan bahagia menggambarkan diri mereka sebagai pribadi yang jujur, penuh cinta dan tanggung jawab.

(34)

f. Mempunyai hubungan mencintai dengan yang dicintai secara mutualisme

Mereka yang bahagia memiliki ciri mempunyai relasi yang saling menguntungkan dengan orang yang mereka cintai serta mampu memelihara hubungan tersebut.

g. Memiliki banyak teman

Orang yang bahagia memiliki teman-teman yang mampu memberikan perasaan nyaman dan dukungan disaat-saat yang diperlukan.

h. Orang yang menyenangkan dan bersemangat

Orang yang bahagia dan puas dengan hidupnya dicirikan juga dengan perilaku mereka yang menyenangkan dan bersemangat, sehingga menarik bagi orang lain karena mereka sendiri menawarkan dukungan yang intim dan kehidupan emosional yang kaya bagi orang lain.

i. Tidak melihat kritik sebagai serangan pribadi yang menurunkan harga diri

Orang yang bahagia dan sehat memiliki harga diri yang sedang sehingga mereka merasa sedang aman ketika mendapatkan kritik dari orang lain. Mereka bisa membedakan antara tingkah laku mereka yang kurang sesuai sehingga patut mendapatkan kritikan dengan pribadi mereka pada sisi lainnya.

j. Tidak memiliki ketakutan-ketakutan

(35)

Orang yang bahagia dan sehat tidak memiliki ketakutan atau kecemasan seperti yang umumnya dimiliki orang lain seperti takut hidup sendirian, takut kalau apa yang dilakukan mengacaukan kehidupan pribadi, memiliki perasaan “terperangkan di dalam” suatu keadaan, ketakutan bila tidak mampu secara bebas merubah cara hidup, takut bila tidak menarik secara fisik, takut bila tidak dipedulikan lagi oleh pasangan/ orang yang dicintai, takut mengalami sakit atau keterbatasan kemampuan fisik.

B. Mahasiswa

1. Pengerian Mahasiswa

Menurut bahasa, kata mahasiswa berasal dari dua kata, yakni maha dan siswa.Maha berarti tinggi, sedangkan siswa berarti pelajar.

Menurut Hasan Alwi,dkk (2005 : 696), mahasiswa adalah orang yang telah terdaftar di perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Menurut Anisya (Soetjiningsih, 2004: 67), mahasiswa adalah siswa di perguruan tinggi, sedangkan menurut Marhijanto (Soetjiningsih, 2004: 68), mahasiswa adalah murid perguruan tinggi, senada dengan pendapat yang telah dikemukakan dua ahli tersebut di atas, visi pelayanan mahasiswa menyebutkan bahwa mahasiswa adalah seseorang yang sedang mempersiapkan diri dalam keahlian tertentu dalam tingkat pendidikan tinggi.

(36)

Menurut Monks, dkk (2002: 262) masa remaja secara global berlangsung antara usia 12-21 tahun, dengan pembagian 12-15 tahun adalah masa remaja awal, 15-18 tahun adalah masa remaja pertengahan, dan 18-21 tahun adalah masa remaja akhir. Rata-rata remaja yang berusia 18 tahun sudah menyelesaikan sekolah menengah dan kemudian melanjutkan ke perguruan tinggi.Menurut Kartini Kartono (2005: 232) mahasiswa adalah mereka yang berusia 18-24 tahun, yakni pribadi yang sedang berkembang dan tengah mencari jati diri.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa mahasiswa strata I (SI) adalah seseorang yang telah menyelesaikan pendidikan di Sekolah Menengah Umum yang kemudian melanjutkan studinya di perguruan tinggi dengan keahlian tertentu. Sedangkan menurut tahap perkembangannya mahasiswa termasuk dalam remaja akhir yakni yang berusia 18-24 tahun.

2. Pengertian Remaja Akhir

Secara umum, individu yang termasuk dalam usia remaja akhir adalahmereka yang dalam usia berkisar 14-24 tahun. Sarlito Wirawan (2005: 10) menjelaskan bahwa di Indonesia batasan remaja yang mendekati batasan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa)tentang pemuda adalah kurun usia 15-24 tahun. Sarlito Wirawan (2005: 9) menjelaskan bahwa pada tahun 1974, WHO memberikan definisi tentang remaja yang lebih bersifat konseptual. Dalam definisi tersebut dikemikakan tiga kriteria

(37)

yaitu, biologis, psikologis dan sosial ekonomi. Secara lengkap definisi tersebut berbunyi sebagai berikut. Remaja adalah suatu masa ketika : a. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan

tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual.

b. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

c. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relatif lebih mandiri.

3. Ciri-ciri Masa Remaja Akhir

Sarlito Wirawan (2005: 24) menjelaskan bahwa dalam proses penyesuaian diri menuju kedewasaan, ada tiga tahap perkembangan remaja.

a. Remaja Awal

Seorang remaja pada tahap ini masih terheran-heran akan perubahan-perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubaman itu.

b. Remaja Madya (Middle Adolescence)

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan kawan-kawan.Ia senang kalau banyak teman yang menyukai. Ada kecenderungan “ narcistic “ , yaitu mencintai diri sendiri dengan mencintai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya.

(38)

c. Remaja Akhir(Late Adolesence)

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal dibawah ini :

1) Minat yangmakin mantap dengan fungsi-fungsi intelek.

2) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dan dalam pengalaman-pengalaman baru.

3) Terbentuknya identitas seksual yang tidak akan berubah lagi. 4) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri)

diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dengan orang lain.

5) Tumbuh “ dinding “ yang memisahkan diri pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public).

Tugas perkembangan remaja menurut Havighurst (Hendrianti Agustiani,2006:62) adalah sebagai berikut :

1) Mencapai relasi baru dan lebih matang bergaul dengan teman seusia dari kedua jenis kelamin.

Tujuan utama adalah belajar melihat anakperempuan sebagai wanita dan anak laki-laki sebagai pria, untuk mejadi manusia dewasa diantara orang dewasa lainnya. Belajar bekerja bersama orang lain dengan tujuan umum/tujuan bersama tanpa mempedulikan perasaan pribadim belajar untuk menjadi pimpinan tanpa mendominasi.

2) Mencapai maskulinitas dan feminitas dari peran sosial.

(39)

Tujuan utamanya adalah menerima dan belajar mengenai peran sosial maskulinitas dan feminitas yang dibenarkan dalam lingkungan orang dewasa.

3) Menerima perubahan fisik dan menggunakan secara efektif. Tujuannya adalah merasa bangga/memiliki toleransi terhadap kondisi fisiknya serta dapat menggunakan dan memelihara badannya/dirinya secara efektif dengan kepuasan pribadi.

4) Mencapai ketidaktergantungan emosional dari orang tua dan orang dewasa lainnya.

Tujuannya utamanya adalah untuk menjadi bebas (tidak tergantung dari orang tua), untuk mengembangkan afeksi dariorang tua tanpa bergantung pada mereka, untuk mengembangkan rasa hormat terhadap orang dewasa lainnya tanpa tergantung pada mereka.Orang dewasa yang gagal dalam memenuhi tugas ini menjadi orang yang bergantung (dependent), sering sekali masih mengingatkan diri padaorang tua.Mereka menjadi orang secara emosional masih anak-anak. 5) Menyiapkan perkawinan dan kehidupan berkeluarga.

Tujuan ini untuk mengembangkan sikan positif terhadap kehidupan keluarga khususnya wanita untuk mendapatkan pengetahuan penting dalammengelola rumah tangga.

6) Menyiapkan diri untuk karir ekonomi.

(40)

Tujuannya untuk mengorganisasikan suatu perencanaan dan berusaha dengan berbagai cara untuk mencapai tingkat karir yang teratur untuk merasa mapu membina “kehidupan”. 7) Menentukan set dari nilai-nilai dan sistematika sebagai

petunjuk dalam berperilaku mengembangkan ideologi. Tugas utama dari remaja adalah mencapai identitas.

8) Mencapai dan diharapkan untuk memiliki tingkah laku social secara bertanggungjawab.

Hal ini bertujuan untuk mengembangkan ideology social, untuk berpartisipasi sebagai orang dewasa yang bertanggungjawab dalam kehidupan bermasyarakat, agama, nasionalisme.

Untuk mencapai kebahagiaan maka tugas perkembangan remaja juga harus dicapai dengan baik dan dalam waktu yang tepat. Hal ini dikarenakan agar tercapai keberhasilan yang seutuhnya dan kebahagiaan sejati akan tercipta. Havighurst (Hendrianti Agustiani, 2006:60) mengemukakan bio-sosio-psikologis, yaitu apabila tugas perkembangan itu tidak dicapai pada waktunya, hal ini berarti tidak berhasil dengan baik, dan kegagalan akan suatu tugas akan mengakibatkan kegagalan yang bersifat sebagian ataupun seluruhnya dalam pencapaian tugas-tugas lain yang dihadapinya.

(41)

C. Bidang Bimbingan Pribadi-Sosial pada Remaja

Mahasiswa yang dalam tahap perkembangannya termasuk dalam kategori remaja akhir dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam perkembangan jiwanya, seperti penerimaan akan pertumbuhan fisik yang dialaminya, penyesuaian diri terhadap perkembangan psikis, peran sosial, peran seksual, perkembangan moral dan religi serta pengendalian emosi, prasangka serta perasaan rendah diri yang dialaminya. Rudi mulyatiningsih, dkk (2004:4) menjelaskan hal-hal tersebut seperti dibawah ini :

1. Penyesuaian diri dengan perubahan fisik

Diantara perubahan fisik yang terbesar pengaruhnya terhadap perkembangan jiwa remaja adalah perkembangan tubuh.Remaja wanita ada perubahan yang sangat mencolok seperti perbesaran payudarayang cepat dan tubuh menjadi berlemak sehingga gemuk.Haid pada wanita dan mimpi basah pada remaja pria menunjukkan mulai berfungsinya alat reproduksi.Remaja harus dapat menerima perubahan tersebut karena perubahan itu adalah wajar.

2. Penyesuaian diri dengan perkembangan psikis

Penyesuaian diri yang harus dilakukan pada masa remaja meliputi penyesuaian dengan perkembangan inntelegensi, perkembangan peran social, perkembangan peran seksual, dan perkembangan moral dan religi. a. Perkembangan Intelegensi

Perkembangan intelegensi pada remaja adalah mulai dapat berfikir abstrak dan hipotesis.Remaja sudah dapat memikirkan apa

(42)

yang mungkin terjadi.Remaja sudah dapat mengambil kesimpulan mengenai suatu hal untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi.Remaja harus dapat menyelesaikan masalah dengan berfikir abstrak dan hipotesis sehingga remaja dapat mengambil kesimpulan yangsesuai dengan kemampuan diri.

b. Perkembangan Peran Sosial

Perkembangan peran social remaja dapat dilihat dari keinginannya untuk mandiri, tetapi ia harus terus menerus mengikuti orang tua. Remaja juga mempunyai keinginan untuk mencari identitas diri. Hal ini didorong oleh rasa ingin diakui oleh orang lain dengan cara menonjolkan diri dalam hal yang positif. Perkembangan peran social remaja banyak dipengaruhi oleh faktor dari luar diri seperti teman sebaya, media massa dan media elektronik.

c. Perkembangan Peran Seksual

Perkembangan peran seksual remaja berkaitan dengan mempelajari peran sesuai dengan jenis kelamin terhadap jenis kelamin lain. Remaja mulai tertarik dengan jenis kelamin lain.

d. Perkembangan Moral dan Religi

Moral dan religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Agama yang dianut remaja adalah satu cara memenuhi kebutuhan akan moral dan religi. Agama berguna untuk mengendalikan tingkah laku remaja sehingga tidak terjerumus dalam hal-hal yang tidak diinginkan.

(43)

Terwujudnya penyesuaian diri pada perkembangan psikis yang maksimal pada remaja dapat membantu menumbuhkan identitas dirinya menuju kedewasaan dan kepribadian yang matang.

3. Pengendalian dan Pengarahan emosi

Emosi adalah perasaan yang terpengaruh karena adanya perasaan yang ditangkap oleh indera (Rudi Mulyatiningsih, 2004:11).Perbedaan rangsang yang ditangkap oleh indera menimbulkan emosi yang berbeda-beda. Macam-macam emosi berdasarkan pengaruh perangsang yang diterima inderaantara lain: emosi marah, emosi sedih, emosi iri, emosi takut dan emosi cinta. Semua orang pernah mengalami takut, sedih, iri, marah dan cinta. Emosi tersebut harus bisa dikendalikan dan diarahkan secara positif agar tidak merugikan diri sendiridan orang lain. Cara yang dapat dilakukan untuk mengarahkan dan mengendalikan emosi secara positif yaitu:

a. Setiap tindakan didasarkan padaakal sehat

b. Berfikir tentanga akibat negatif yang mungkin terjadi c. Berusaha untuk memaafkan kesalahan orang lain 4. Mengembangkan sikappositif

Sikap (attitude) adalah kecenderungan seseorang untuk bertindak atau bertingkah laku (Rudi Mulyatiningsih,2004:20).Kecenderungan sesorang untuk bertindak dapat bersifat positif dan negatif. Menurut Siti Partini, sikap adalah kesiapan merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap suatu obyek atau situasi secara konsisten (Rudi Mulyatiningsih,

(44)

2004:20). Setiap orang dituntut untuk memiliki sikap positif dimanapun berada. Ada beberapa manfaat yang diperoleh dari bersikap positif :

a. Meningkatkan disiplin diri

b. Memperoleh hasil yang memuaskan

c. Terhindar dari sanksi (Rudi Mulyatiningsih, 2004:25) 5. Menghindari prasangka

Prasangka adalah anggapan yang kurang baik yang berupa perasaan tidak simpatik terhadap sesuatu (orang, pekerjaan) sebelum mengetahui sendiri (Rudi Mulyatiningsih, 2004:28).Prasangka selalu merugikan diri sendir dan tidak menguntungkan bagi kehidupan bersama (bermasyarakat). Usaha untuk menghindari dan menghilangkan prasangaka adalah sebagai berikut :

a. Usaha Preventif (pencegahan)

Yaitu usaha agar seseorang jangan sampai terkena prasangka. Usaha itu dapat dilakukan dengan cara menciptakan situasi atau suasana yang tenteram, damai dan jauh dari permusuhan.

b. Usaha Kuratif

Yaitu usaha untuk menyembuhkan apabila individu sudah terkena prasangka. Usaha itu dapat dilakukan dengan usaha menyadarkan diri bahwa prasangka itu akan merugikan diri sendiri dan orang lain.

Akibat dari orang yang berprasangka antara lain tidak mempunyai sahabat, menemui kegagalan dalam belajar, gagal dalam mencapai citi-cita, menyebabkan permusuhan.

(45)

6. Penerimaan terhadap kekurangan dan kelebihan

Menerima kelemahan dan kelebihan diri sendiri akan mengatasi rasa rendah diri. Rendah diri adalah perasaan menganggap terlalu rendah pada diri sendiri (Rudi Mulyatiningsih, 2004:34).Perasaan rendah diri tidak timbul dengan sendirinya. Ada 2 faktor yang menyebabkan perasaan rendah diri:

a. Faktor Intern

Yaitu penyebab yang berasal dari diri sendiri seperti cacat tubuh, kelebihan menguasai bidang studi dan susah berkomunikasi.

b. Faktor Ekstern

Yaitu penyebab yang berasal dari luar, seperti ekonomi orang tua lemah, orang tua bercerai, keluarga sering cekcok.

Tingkah laku orang yang rendah diriantara lain selalu menyendiri dan menarik diri dari pergaulan, selalu ragu dalam bertindak, dan tidak mau bersaing positif.

Cara mengatasi timbulnya perasaan rendah diri yaitu dengan menerima kekurangan yang ada pada diri, mencari kelabihan yang dimiliki, mensyukuri bahwa Tuhan menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna.

D. Pertanyaan Penelitian

Untuk mempermudah pelaksanaan studi ini peneliti menyebutkan pokok masalah yang akan diteliti dalam bentuk pertanyaan penelitian. Berdasarkan

(46)

kajian teori maka pertanyaan yang akan dijawab dalam studi ini yaitu : Bagaimana tingkat kebahagiaan yang dimiliki mahasiswa Bimbingan dan KonselingUniversitas Negeri Yogyakarta ?

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena gejala-gejala hasil pengamatan dikonversikan ke dalam angka-angka yang dianalisis menggunakan analisis statistik.

Berdasarkan sifatnya penelitian ini merupakan penelitian terapan yang dimaksudkan untuk menyediakan informasi bagi pemakai.Berdasarkan tempat kajian, penelitian ini merupakan penelitian lapangan yaitu menggunakan kehidupan nyata sebagai tempat kajian.Berdasarkan tujuannya, penelitian ini merupakan penelitian survei, yaitu melibatkan pengumpulan dan analisis data atas sampel.Penelitian survei adalah penelitian yang hanya dilakukan atas sampel yang kemudian kesimpulan atas sampel tersebut digeneralisasikan kesimpulannya kepada populasi. Berdasarkan analisisnya, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang hanya melibatkan satu variabel pada satu kelompok, tanpa menghubungkan dengan variabel lain atau kelompok lain. Berdasarkan kehadiran variabel, penelitian ini merupakan penelitian non eksperimen

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini mengambil lokasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling. Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri

(48)

Yogyakarta. Sedangkan waktu penelitian ini adalah bulan Januari 2014 sampai dengan selesai.

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel Penelitian

Dalam suatu penelitian, ketepatan dalam pengukuran sangat tergantung dari variabel yang ditentukan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002 : 94) variabel adalah objek penelitian yang bervariasi dan variasi merupakan titik perhatian dari penelitian. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel merupakan suatu objek penelitian yang mendefinisikan sebuah ciri khusus yang terdapat pada seluruh anggota danciri khusus yang bervariasi.Variabel dalam penelitian ini hanya satu, yaitu tingkat kebahagiaan pada mahasiswa bimbingan dan konseling Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Definisi Operasional Penelitian

Seberapakah ukuran kebahagiaan yang dimiliki pada mahasiswa Bimbingan dan Konseling Universitas Negeri Yogyakarta berdasarkan indikator-indikatoryang ada yaitu berdasarkan afek (perasaan) dan kepuasan hidup.Dimana afek (perasaan) terdiri dari perasaan positif dan perasaan negatif.

(49)

D. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Menurut Sugiyono (2007: 80) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek dan subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 108) populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Pengertian tersebut mengandung maksud bahwa populasi merupakan seluruh individu yang akan dijadikan subjek penelitian dan keseluruhan dari individu itu paling tidak harus memiliki sifat yang sama.

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendiidkan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta pada tahun ajaran 2013/2014. Untuk keperluan penelitian populasi peneliti merupakan mahasiswa yang berjumlah 495 mahasiswa yang tercatat aktif pada tahun akademik 2013/2014, pada semester II, IV, VI, VII dan X dengan rincian sebagai berikut :

Tabel 1. Distribusi Populasi Penelitian

No Semester Jumlah Jumlah Total Populasi 495

(50)

2. Sampel Penelitian

Menurut Sugiyono (2007: 81) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 109) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Dimana sampel merupakan wakil dari populasi yang mempunyai ciri, karakteristik yang sama yang dapat digeneralisasikan terhadap populasi.

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik gabungan yaitu stratified proportional random sampling (Suharsimi Arikunto, 2002: 117). Populasi penelitian merupakan populasi yang mempunyai tingkatan yaitu terdapat semester yang berbeda sehingga menggunakan stratified, proportional yaitu jumlah masing-masing semester tidak sama sehingga untuk memperoleh jumlah yang proportional atau seimbang melihat proporsi dari jumlah masing-masing semester dan kelas. Kemudian sampel diambil secara acak (random) dari masing-masing semester dan kelas mahasiswa tersebut dimana semua individu dalam populasi baik secara sendiri-sendiri atau bersama-sama diberi kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Untuk menentukan jumlah sampel, Suharsimi Arikunto (2002:112) menyebutkan bahwa jika jumlah sampel banyak maka dapat diambil antara 10-15%, atau 20-25% atau lebih.Oleh karena itu, penentuan sampel dalam penelitian ini adalah 10% dari jumlah populasi yang ada. Jumlah mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang aktif pada tahun ajaran

(51)

2013/2014 adalah mahasiswa semester II, IV, VI, VIII dan X sebanyak 495 mahasiswa, sehingga jumlah subyek yang diambil adalah 49,5 dan dibulatkan menjadi 50 mahasiswa. Daftar rincian jumlah sampel dapat dilihat dalam table berikut ini:

Tabel 2. Distribusi Sampel Penelitian

Semester Jumlah populasi Jumlah sampel

II 86 9

E. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen

1. Teknik Pengumpulan Data

Suharsimi Arikunto (2002: 136) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data adalah cara yang digunakan peneliti dalam mengumpulkan data-data penelitiannya.Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan skala bertingkat (rating scale). Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 134)rating atau skala bertingkat adalahsuatu ukuran subyektif yang dibuat berskala.

2. Instrumen Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2000: 134) bahwa instrument pengumpulan data adalah alat bantu yang dipilih dan digunakan peneliti dalam kegiatannya mengumpulkan agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan dipermudah olehnya. Lebih lanjut Suharsimi Arikunto

(52)

(2002: 136) menjelaskan bahwa instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa instrument penelitian adalah alat yang digunakan peneliti untuk mendeteksi data, menyusun frekuensi dan besarnya fenomena, dengan instrument dapat digunakan peneliti mengumpulkan data yang terkait dengan perumusan masalah.

Instrumen yang digunakan untuk mengungkapkan data dalam penelitian ini adalah skala bertingkat (rating scale).

Skala bertingkat (rating scale) dalam penelitian ini menggunakan skala likert, yaitu “sangat setuju” dengan skor 4, “setuju” dengan skor 3, “tidak setuju” dengan skor 2, “sangat tidak setuju” dengan skor 1. Sedangkan untuk pernyataan negatif skor dibalik, yaitu “sangat setuju” dengan skor 1, “setuju”dengan skor 2, “tidak setuju” dengan skor 3, dan “sangat tidak setuju” dengan skor 4. Angket terbuka digunakan untuk menghimpun data tentang kebahagiaan mahasiswa.Angket terbuka berisi tentang pendapat mahasiswa mengenai perasaan bahagia yang dimilikinya.

3. Penjabaran Kisi-kisi Intrumen Penelitian

Langkah yang ditempuh dalam penjabaran kisi-kisi instrument penelitian ini adalah dengan menjabarkan aspek-aspek yang akan diteliti menjadi dimensi-dimensi atau indikator-indikator yang telah dikemukakan oleh Seligman di bab II. Adapun dimensi yang akan diteliti dalam

(53)

penelitian ini adalah kebahagiaan pada mahasiswa program studi Bimbingan dan Konseling Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan Universitas Negeri Yogyakarta.

Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Variabel Indikator Sub Indikator No.

Item

Jumlah Item Perasaan Perasaan

Positif

Memiliki perasaan tertarik dengan

oranglain 1

10

Memiliki perasaan hangat 3

Selalu berkomitmen 5

Lebih banyak senang 7

Memiliki perasaan senang 9 Selalu terlihat ceria 11 Mampu mengambil keputusan 13

Selalu waspada 14

Memiliki banyak energy 16 Memiliki pengaruh yang baik 17 Perasaan

Negatif

Tidak puas dengan apa yang

dilakukan 18

11

Jarang beristirahat 19

Pesimis 20

Merasa bahwa dunia bukan tempat

yang baik 21

Merasa tidak menarik 22

Sulit untuk membuat keputusan 23 Tidak bisa mengendalikan hidup 24 Tidak bisa merasakan makna dan

tujuan hidup 25

Tidak bisa bersenang-senang dengan

orang lain 26

Merasa tidak sehat 27

Tidak memiliki kenangan indah dari

masa lalu 28

Kepuasan hidup

Kepuasan hidup

Merasa hidupnya bermanfaat 2 7 Menemukan banyak hal lucu dalam

hidup 4

Hidup menyenangkan 6

Merasa puas dengan hidup 8 Merasakan keindahan hidup 10 Dapat menahan segala sesuatu dalam

hidup 12

Merasakan kegembiraan 15

Jumlah 28 28

(54)

4. Penjabaran Instrumen Penelitian

a. Validitas

Validitas mempunyai arti sejauh sejauh mana ketepatan dan kecermatan suatu alat ukur dalam mengukur fungsi ukurannya.Suatu tes atau instrument pengukuran dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran tersebut (Saifuddin Azwar, 2006: 6).Sebelum angket disebar kepada responden, maka terlebih dahulu peneliti melakukan uji coba angket.

Uji coba tersebut ditujukan untuk mengetahui validitas angket.Validitas angket dengan konsultasi kepada ahli, dalam hal ini adalah dosen pembimbing.Setelah konsultasi dengan ahli, angket dianalisis terhadap susunan kalimat berkaitan dengan hal-hal yang diteliti.Validitas juga dilakukan dengan melalui hasil uji coba angket yang diisi oleh responden uji coba, bila diketahui bahwa hasil angket telah diisi oleh responden, berarti angket tersebut mampu dipahami oleh responden.

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan menggunakan validitas konstrak.Menuurt Saifuddin Azwar (2006: 48) bahwa konsep validitas konstrak sangat berguna pada tes yang mengukur trait yang tidak memiliki kriteria eksternal.Pengujian validitas konstruksi digunakan dengan analisis faktor, dan

(55)

mengkorelasikan skor faktor dengan skor total. Bila korelasi tiap faktor tersebut positif dan besarnya 0,3 ke atas maka faktor tersebut merupakan construct yang kuat.

Jadi berdasarkan analisis faktor ini dapat disimpulkan bahwa instrument tersebut memiliki validitas konstruksi yang baik.

Pengujian untuk menguji konstrak menggunakan studi mengenai korelasi antar item atau antara belahan tes. Interkorelasi yang tinggi antar belahan dari suatu tes dapat digunakan rumus Korelasi Product Moment dari Pearson, sebagai berikut :

��� = �∑�� −

(Suharsimi Arikunto, 2002 : 146)

Hasil validitas instrumenpenelitian menunjukkan terdapat 2 butir pertanyaan yang gugur dari 28 butir pertanyaan, 2 butir pertanyaan tersebut tidak memenuhi persyaratan yaitu r < 0,3 sehingga jumlah butir pertanyaan yang valid berjumlah 26 butir pertanyaan. Penelitian ini menggunakan skala yang sudah teruji validitasnya yaitu menggunakan angket penelitian yang berjumlah 26 butir.Adapun hasil perhitungan uji instrumen penelitian yang menunjukkan skor koefisien korelasi dibawah 0,3 ( tidak valid ) adalah sebagai berikut :

(56)

Tabel 4. Daftar Instrumen Tidak Valid

Indikator Sub Indikator No. Item Jumlah Item

Perasaan Positif Lebih banyak senang 7 1 Kepuasan Hidup Dapat menahan segala

sesuatu dalam hidup

12 1

Jumlah 2

b. Reliabilitas

Dalam pengujian reliabilitas instrument penelitian ini menggunakan uji reliabilitas dengan internal consistency atau konsistensi internal, dilakukan dengan cara mencobakan instrument sebanyak satu kali, kemudian data yang diperoleh dianalisis dengan teknik tertentu (Sugiyono, 2007: 131).

Lebih lanjut Saifuddin Azwar (2006: 63) menjelaskan bahwa pendekatan konsistensi internal dalam menghindari masalah-maslaah yang biasanya ditimbulkan oleh pendekatan tes ulang dan pendekatan bentuk pararel.

(57)

Untuk menyatakan reliabilitas instrument penelitian digunakan interpretasi terhadap koefisien korelasi, yaitu :

Antara 0,800 sampai 1,000tinggi Antara 0,600 sampai 0,800 sedang Antara 0,400 sampai 0,600 agakrendah Antara 0,200 sampai 0,400 rendah

Antara 0,000 sampai 0,200 sangat rendah (tidak berkorelasi ) (Suharsimi Arikunto, 2002 : 245)

Hasil perhitungan uji reliabilitas instrument dalam penelitian ini diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,872. Koefisien reliabilitas tersebut termasuk tinggi.Artinya instrument penelitian tersebut reliable sehingga layak untuk pengambilan data penelitian.

F. Teknik Analisis Data Penelitian

Untuk melaporkan hasil penelitian maka data yang telah diperoleh terlebih dahulu harus dianalisis, agar data yang diperoleh dapat dipergunakan untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan.

Teknik analisis data yang digunakan peneliti adalah metode analisis data kuantitatif, maksudnya yaitu bahwa analisis data deskripsi kuantitatif merupakan analisis data yang berupa angka-angka (Suharsimi Arikunto, 2002: 213).

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan bantuan program computer Microsoft Excel 2010.

Data yang sudah terkumpul berbentuk data ordinal yang dihitung berdasarkan jumlah masing-masing indikator dari criteria yang dicapai, bila hasil angka memenuhi target atau sesuai dengan harapan pelaksana penelitian,

(58)

maka data tersebut dikatakan baik.Teknik analisis data ini menggunakan rumus skala statistika persentase yang diperoleh dari frekuensi jawaban dibagi jumlah responden dikalikan 100% kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menganalisis data yang digunakan oleh peneliti dilakukan secara kuantitatif dengan menghitung dan menganalisis hasil angket yang disebarkan kepada sejumlah mahasiswa dalam bentuk persentase dan dikategorikan menjadi tinggi, sedang dan rendah.

Rumus persentase tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

�= �

�× 100%

Keterangan : P = Persentase

f = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah data responden (Purwanto, 2008: 263)

Dalam penelitian ini data hasil penelitian juga akan dideskripsikan melalui pengkategorian menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Saifuddin Azwar (2010:108) sebagai berikut :

Tabel 5. Rumus Kategori

Tingkat Kategori Interval Skor Angka/Skor

Tinggi X ≥ M + SD 79 – 104

Sedang M – SD ≤ X < M + SD 43 – 78

Rendah X < M – SD 26 – 42

Untuk menghitung rata-rata ideal (M) digunakan rumus : M = ½ ( nilai ideal tertinggi + nilai ideal terendah )

(59)

Sedangkan standar deviasi ideal (SD) dihitung dengan menggunakan rumus :

SD = 1/6 (nilai ideal tertinggi – nilai ideal terendah )

Pengertian nilai ideal tertinggi adalah nilai total dari hasil keseluruhan skor pilihan alternative jawaban tertingggi dari angket yang digunakan, sedangkan nilai ideal terendah adalah nilai total dari hasil keseluruhan skor pilihan alternative jawaban terendah dari angket yang digunakan.

(60)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

1. Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta dengan waktu pelaksanaan pada bulan Januari sampai dengan selesai.

2. Deskripsi Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang masih aktif pada tahun ajaran 2013/2014 yang termasuk di dalamnya mahasiswa yaitu semester II, IV, VI, VIII dan X dengan jumlah 50 mahasiswa. Subyek penelitian terdiri dari 6 mahasiswa laki-laki atau 12% dan 44 mahasiswa perempuan atau 88%.

B. Hasil Penelitian

Pada bagian iniakan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan di lapangan.Data hasil penelitian berasal dari skala. Data tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan bantuan computer program Microsoft Excel 2010. Berikut adalah rincian hasil penelitian: Tabel 6. Distribusi Data Tingkat Kebahagiaan

(61)

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi yaitu sebanyak 22 (44%) mahasiswa sedangkan mahasiswa Bimbingan dan Konseling yang memiliki tingkat kebahagiaan sedang sebesar 28(56%) mahasiswa.

Data tingkat kebahagiaan berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 7. Data Tingkat Kebahagiaan berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin

Dari tabel diatas dapatdiketahui bahwa 2 (33%) mahasiswa laki-laki memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi sedangkan 4 (67%) mahasiswa laki-laki tingkat kebahagiaannya sedang.Untuk mahasiswa perempuan sebanyak 20(42%) tingkat kebahagiaannya tinggi sedangkan 24 (58%) mahasiswa perempuan tingkat kebahagiaannya sedang.

Data tingkat kebahagiaan berdasarkan semester dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 8. Data Tingkat Kebahagiaan berdasarkan Semester

No. Semester Tingkat kebahagiaan Tinggi Tingkat Kebahagiaan Sedang

(62)

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa semester II dengan jumlah 9 mahasiswa yang memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi sebanyak 2 (22%) mahasiswa, dan tingkat kebahagiaan sedang sebanyak 7 (68%) mahasiswa.Mahasiswa semester X yangmemiliki tingkat kebahagiaan tinggi sebanyak 5 (100%) mahasiswa.

Data tingkat kebahagiaan berdasarkan usia dapatdilihat dalam table berikut ini :

Tabel 9. Data Tingkat Kebahagiaan berdasarkan Usia

No. Usia

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa mahasiswa yang berusia 19 tahun yang berjumlah 9 mahasiswa memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi sebanyak 2 (22%) mahasiswa, dan tingkat kebahagiaan sedang sebanyak 7 (78%)mahasiswa. Mahasiswa yang berusia 23 tahun dari 5 mahasiswa semuanya memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi.

Berdasarkan indikator kebahagiaan yang ada yaitu perasaan positif, perasaan negatif dan kepuasan hidup sebaran frekuensinya akan disajikan dalam tabel di bawah ini. Pertama indikator perasaan positif sebaran frekuensinya adalah sebagai berikut:

(63)

Tabel 10. Sebaran frekuensi indikator perasaan positif

Indikator Sub Indikator

∑ MAHASISWA = 50

Rata-rata

Dari data di atas dapat diketahui bahwa indikator perasaan positif paling tinggi yang dimiliki mahasiswa yaitu pada sub indikator memiliki perasaan tertarik dengan orang lain yaitu sebanyak 40 (80%) mahasiswa. Pernyatan yang ada pada indikator perasaan positif rata-rata sesuai dengan keadaan diri mahasiswa, hal itu dibuktikan dengan hasil perhitungan nilai rata-rata pada setiap item yaitu 3 yang berarti mahasiswa setuju dengan pernyataan-pernyataan tersebut..

Tabel 11. Sebaran Frekuensi Indikator Perasaan Negatif

Indikator Sub indicator

∑ Mahasiswa = 50

Rata-rata

SS S TS STS

F % F % F % F %

Perasaan negatif

Tidak puas dengan apa yang dilakukan

1 2 7 14 33 66 9 18 3

Jarang beristirahat 2 4 17 34 25 50 6 12 2,7

(64)

Pesimis 0 0 5 10 30 60 15 30 3,2 Merasa bahwa dunia

bukan tempat yang baik

1 2 8 16 27 54 14 28 3,08

Merasa tidak menarik 4 8 18 36 19 38 9 18 2,66 Sulit untuk membuat

keputusan

2 4 19 38 25 50 4 8 2,62

Tidak bisa mengendalikan hidup

0 0 6 12 32 64 12 24 3,12

Tidak bisa merasakan makna dan tujuan hidup

0 0 4 8 32 64 14 28 3,2

Tidak bisa bersenang-senang dengan orang lain

7 14 12 24 21 42 10 20 2,68

Merasa tidak sehat 6 12 19 38 17 34 8 16 2,54 Tidak memiliki

kenangan indah dari masa lalu

11 22 11 22 14 28 14 28 2,62

Dari data di atas dapat diketahui bahwa indikator perasaan negatif paling tinggi yang dimiliki mahasiswa yaitu pada sub indikator sulit untuk membuat keputusan yaitu sebanyak 19(38%), merasa tidak sehat sebesar sebanyak 19 (38%) mahasiswa. Pernyataan-pernyataan yang ada pada indikator perasaan negatif rata-rata tidak sesuai dengan keadaan diri mahasiswa, hal ini dibuktikan dengan perhitungan rata-rata dari setiap item yang diperoleh nilai 3, karena pada pernyatan negatif penskorannya dibalik maka nilai 3 berarti tidak setuju.

Ketiga, berdasarkan indikator keputusan hidup sebaran frekuensinya adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Sebaran Frekuensi Indikator Kepuasan Hidup

Indikator Sub Indikator

Gambar

Tabel 1. Distribusi Populasi Penelitian
Tabel 2. Distribusi Sampel Penelitian
Tabel 3. Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 4. Daftar Instrumen Tidak Valid
+7

Referensi

Dokumen terkait

17 Kepala sekolah Anda dapat menyampaikan tentang berbagai inovasi dan kebijakan baru dalam pendidikan kepada seluruh warga sekolah, misalnya tentang life skill , Manajemen

Henry, (1952), General Education The Fifty Years Book, Chicago: The University Of Chicago Press]..

Pada kolom kode sampel berikanlah penilaian anda dengan cara memberikan nilai sesuai skala hedonik (pada keterangan) berdasarkan tingkat kesukaan anda.. Netralkan

Sistem yang telah berjalan di Puskesmas Kebonsari dihadapkan dengan beberapa permasalahan diantaranya, pencatatan dan penyimpanan data rekam medis pasien, pencatatan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik simplisia, golongan senyawa kimia, ekstraksi dan isolasi senyawa steroid/triterpenoid dari simplisia

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk mengangkat permasalahan ini dengan melakukan penelitian dengan judul: Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran

Penggantian Penggantian Ransum Ransum Ransum Ransum Komersil Komersil Komersil Komersil dngan dngan dngan dngan Empelur Empelur Sagu Empelur Empelur Sagu Sagu Sagu yang yang yang

sebangku untuk mencari jawaban. Siswa menulis kata-kata penting, artinya pada kotak yang tersedia, dan membuat kalimat sederhana sesuai arti yang telah