• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2011-2013.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI TAHUN 2011-2013."

Copied!
178
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI

TAHUN 2011 – 2013

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dam Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta

untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sains Kimia

Oleh :

Riris Kasduing Galih NIM. 13303241007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

ANALISIS PROFIL LITERASI SAINS PADA SOAL UJIAN NASIONAL DAN OLIMPIADE KIMIA SMA TINGKAT PROVINSI

TAHUN 2011-2013

Oleh:

Riris Kasduing Galih 13303241007

Pembimbing: Dr. Crys Fajar Partana, M.Si

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui profil literasi sains dalam soal Ujian Nasional (UN) dan soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi tahun 2011-2013.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal UN kimia yang berjumlah 1160 butir soal dan soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi tahun 2011-2013 yang berjumlah 109 butir soal, sedangkan objek yang digunakan adalah profil literasi sains. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi dokumenter.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa profil literasi sains dalam soal UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi sebagai berikut, mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki (b) sebesar 26,98% dan 59,63%, menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan suatu fenomena (d) sebesar 12,59% dan 4,59%, menjelaskan pengetahuan faktual (e) sebesar 15,43% dan 7,34%, menjelaskan pengetahuan konseptual (f) sebesar 97,93% dan 100%, menjelaskan pengetahuan prosedural (g) sebesar 3,96% dan 2,75%, memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia (i) sebesar 13,36% dan 7,34%, memberikan penjelasan submikroskopik dari fenomena kimia (j) sebesar 3,79% dan 0%, memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia (k) sebesar 24,31% dan 22,94%, mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena sehari-hari (l) sebesar 18,36% dan 10,09%, menganalisis soal (o) sebesar 26,98% dan 59,63%, mengevaluasi soal (p) sebesar 0% dan 16,51%, menunjukkan ketertarikan peserta didik terhadap isu kimia terkini (q) sebesar 18,36% dan 10,09%, sedangkan untuk indikator literasi sains lainnya menghasilkan persentase rata-rata sebesar 0% pada kedua jenis soal tersebut. Hasil analisis secara keseluruhan menunjukkan bahwa sebagian besar indikator profil literasi sains telah tercakup dalam soal UN maupun Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi.

(3)

iii

THE PROFIL ANALYSIS OF SCIENCE LITERACY IN THE QUESTION OF CHEMISTRY FINAL EXAMINATION AND PROVINCE CHEMISTRY OLYMPIAD FOR SENIOR HIGH SCHOOL IN

2011-2013

by: Riris Kasduing Galih 13303241007

Supervisor: Dr. Crys Fajar Partana, M.Si

ABSTRACT

This research aims to know the profile of science literacy in the question of Chemistry Final Examination and Province Chemistry Olympiad for Senior High School in 2011-2013.

This research is a qualitative descriptive research. The research subjects used are the question of Chemistry Final Examination which amounted to 1160 items and Province Chemistry Olympiad for Senior High School in 2011 – 2013 which amounted to 109 items, while the research object is the profile of science literacy. This research also uses documentary study as the data collection technique.

The results show that the profile of scientific literacy for Chemistry Final Examination and Province Chemistry Olympiad as follows, can identify the problem to be investigated (b) of 26,98% and 59,63%, using experiment’s result to describe the phenomena (d) of 12,59% and 4,59%, explaining factual knowledge (e) of 15,43% and 7,34% , explaining the conceptual knowledge (f) of 97.93% and 100%, explaining procedural knowledge (g) of 3,96% and 2,75% giving macroscopic explanation of the chemical phenomena (i) of 13,36% and 7,34%, giving submicroscopic explanation of the chemical phenomena (j) of 3,79% and 0%, giving symbolic explanation of the chemical phenomena (k) of 24,31% and 22,94%, knowing the important role of chemical knowledge to explain the daily phenomena (l) of 18,36% and 10,09%, analyzing the question (o) of 26,98% and 59,63%, evaluate the question (p) of 0% and 16,51%, showing interest in learners to the latest chemical issues (q) of 18,36% and 10,09%,while other science literacy indicators show the average percentage of 0% results on both types of questions. The results of the overall analysis indicate that most of the science literacy profiles are covered in Chemistry Final Examination and Province Chemistry Olympiad.

(4)
(5)
(6)

vi

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Riris Kasduing Galih

NIM : 13303241007

Program Studi : Pendidikan Kimia

Judul TAS : Analisis Profil Literasi Sains pada Soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013

Menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Yogyakarta, ... Yang menyatakan,

(7)

vii MOTTO

Waktu tidak akan berhenti berputar untuk sekedar menunggu kita

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Teruntuk

Ibu, almarhum bapak, saudara perempuanku, serta seluruh keluargaku

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga Tugas Akhir Skripsi yang berjudul Analisis Profil Literasi Sains pada Soal Ujiam Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013 guna memenuhi sebagian persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan dapat terselesaikan.

Tugas Akhir Skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, berkenaan dengan hal tersebut maka penulis ucapkan banyak terimakasih kepada:

1. Bapak Dr.Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Jaslin Ikhsan, Ph.D selaku Ketua Jurusan Pendidikan Kimia.

3. Bapak Sukisman Purtadi, M.Pd selaku ketua Program Studi Pendidikan Kimia

yang telah berkenan memberikan bimbingan, kritik dan saran bagi terselesaikannya penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.

4. Bapak Dr. Crys Fajar Partana, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberika bimbingan dan motivasi bagi terselesaikannya Tugas Akhir Skripsi ini.

5. Rr. Lis Permana Sari, M.Si selaku dosen penguji

(10)

x

7. Seluruh dosen pengajar dan staff yang telah memberi ilmu dan memberikan

fasilitas bagi terselesaikaanya Tugas Akhir Skripsi ini.

8. Sahabat seperjuanganku (Fatma Septiyani) dan seluruh teman-teman

Pendidikan Kimia A, terimakasih atas kebersamaan yang telah kalian berikan.

9. Segenap pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih atas

bantuan yang telah diberikan.

Penulis menyadari bahwa hasil karya ini masih jauh dari kata sempurna. Kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan bagi perbaikan dimasa mendatang. Akhirnya, semoga Tugas Akhir Skripsi ini dapat bermanfaat.

Yogyakarta, ... 2017 Penulis,

(11)

xi DAFTAR ISI

halaman

JUDUL ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

LEMBAR PERSETUJUAN... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined. SURAT PERNYATAAN... vi

MOTTO ... vii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Batasan Masalah... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

A. Dekripsi Teori ... 9

B. Kerangka Berpikir ... 26

C. Pertanyaan Penelitian ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Desain Penelitian ... 29

B. Definisi Operasional Istilah Penelitian... 30

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 30

(12)

xii

E. Teknik Analisis Data ... 33

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35

A. Hasil Penelitian ... 35

B. Pembahasan ... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

A. Kesimpulan ... 70

B. Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

halaman Tabel 1. Skor Rerata Literasi Sains Indonesia dalam PISA Tahun

2000-2015... 2

Tabel 2. Kenaikan Skor Rata-Rata dan Median Indonesia dibandingkan

Negara Lain... 4

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengumpulan Data terhadap Profil Litersai

Sains Kimia... 32

Tabel 4. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal UN dan

Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013... 34

Tabel 5. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal UN

Tahun 2011-2013... 36 Tabel 6. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal Olimpiade

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

halaman

Gambar 1. Persentase Rata-Rata Aspek Ide Saintifik Umum dalam Soal

UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013... 39

Gambar 2. Persentase Rata-Rata Aspek Karakteristik Kimia (Ide Pokok)

dalam Soal UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun

2011-2013... 49

Gambar 3. Persentase Rata-Rata Dimensi Kimia dalam Konteks dalam Soal

UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013... 55

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN

halaman

Lampiran 1. Instrumen Analisis Profil Literasi Sains Kimia... 77

Lampiran 2. Lembar Validasi Instrumen... 82

Lampiran 3. Instrumen Analisis Kimia dalam Konteks... 85

Lampiran 4. Hasil Analisis Profil Literasi Sains Kimia terhadap Soal UN... 86

Lampiran 5. Hasil Analisis Profil Literasi Sains Kimia terhadap Soal Olimpiade... 145

Lampiran 6. Hasil Analisis Kimia dalam Konteks terhadap Soal UN... 151

Lampiran 7. Hasil Analisis Kimia dalam Konteks terhadap Soal Olimpiade.... 157

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Kimia merupakan cabang dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau sains yang mempelajari mengenai struktur sifat, perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut. Sebagai cabang dari sains, ilmu kimia tentu memiliki sifat yang menjadi karakteristik seperti yang dimiliki oleh sains. Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011) menyatakan bahwa sains merupakan pengetahuan yang kebenarannya sudah diujicobakan secara empiris melalui metode ilmiah. Salah satu tujuan akhir yang diharapkan dalam pembelajaran sains adalah mampu mengimplementasikan pengetahuan sains dalam kehidupan sehari-hari.

Era globalisasi yang sangat erat kaitannya dengan kemajuan teknologi telah menghadirkan berbagai macam studi Internasional mengenai sains. Studi yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan menguji kompetensi peserta didik di seluruh dunia. Salah satu studi yang menjadi trend

saat ini adalah PISA (Programme of International Students Assesment) yang

diselenggarakan oleh OECD (Organisasion for Economic Co-operation and

(17)

2

(mathematics literacy) dan sains (scientific literacy). Sejak kemunculannya yang pertama, Indonesia sudah menjadi salah satu negara peserta dalam PISA tersebut.

Hasil skor rerata literasi sains capaian Indonesia yang diperoleh dalam

PISA tahun 2000 – 2015 ditunjukkan pada Tabel 1.

Tabel 1. Skor Rerata Literasi Sains Indonesia dalam PISA Tahun 2000-2015

No Tahun

Studi

Rerata Skor Literasi Sains

Peringkat Jumlah Negara

Peserta

1 a2000 393 38 41

2 b2003 395 38 40

3 c2006 393 50 57

4 d2009 383 60 65

5 e2012 382 64 65

6 f2015 403 62 70

Keterangan: a

: sumber PISA 2000; b : sumber PISA 2003; c : sumber PISA 2006; d : sumber

PISA 2009; e : sumber PISA 2012; f : sumber PISA 2015

Berdasarkan data tersebut, terlihat bahwa dari setiap tahunnya skor rerata literasi sains dan peringkat Indonesia mengalami fluktuasi. Tahun 2000 Indonesia berada pada peringkat ke empat dari bawah, kemudian tahun 2003 mengalami penurunan peringkat, yaitu peringkat ke tiga dari bawah meskipun skor rerata yang diperoleh mengalami kenaikan sebanyak dua poin dari tahun sebelumnya. Selanjutnya pada tahun 2006 terjadi kenaikan peringkat, yaitu peringkat kedelapan dari bawah, namun skor rerata yang diperoleh mengalami penurunan sebanyak dua poin dari tahun sebelumnya.

(18)

3

rendahnya kemampuan mengidentifikasi masalah ilmiah, menggunakan fakta ilmiah, memahami sistem kehidupan dan memahami penggunaan peralatan sains.

Tahun 2009, hasil skor rerata literasi sains Indonesia mengalami penurunan sebanyak sepuluh poin dengan disertai penurunan peringkat menjadi peringkat ke enam dari bawah. Kemudian tahun 2012, penurunan ini terus berlanjut, skor rerata literasi sains Indonesia mengalami penurunan sebanyak satu poin dengan disertai penurunan peringkat menjadi urutan ke dua dari bawah. Pada tahun 2015 skor rerata literasi sain dan peringkat Indonesia mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya.

(19)

4

Laju kenaikan skor rata-rata dan median yang diperoleh Indonesia dibandingkan dengan negara lain dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kenaikan Skor Rata-Rata dan Median Indonesia dibandingkan Negara Lain

Tahun Basis

Data

Vietnam Thailand Indonesia Brasil Peru

2012 Median 531 441 327 399 372

Rata-rata 528 444 382 373 373

2015 Median 522 416 359 394 392

Rata-rata 525 421 403 401 395

Kenaikan Median -9 -25 32 -5 20

Rata-rata -3 -23 21 -1 22

Sumber: https://www.kemdikbud.go.id/main/blog/2016/12/peringkat-dan-capaian-pisa-indonesia-mengalami-peningkatan

Hasil skor PISA dan diagnosa yang disampaikan seharusnya dapat dijadikan bahan evaluasi apakah sistem pendidikan Indonesia sudah mengarah pada pengembangan literasi sains pada diri setiap peserta didiknya, atau justru sebaliknya belum sama sekali. Evaluasi dapat dilakukan dengan mengadakan suatu analisis terhadap instrumen penilaian yang dipakai dalam proses pembelajaran. Hal ini mengingat bahwa instrumen penilaian merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar kompetensi peserta didik yang telah tercapai. Instrumen penilaian yang kandungannya sudah mengarah pada literasi sains dapat menjadi indikasi bahwa sistem pendidikan di tempat instrumen itu berada memiliki kompetensi capaian yang sudah mengarah pada pengembangan literasi sains dalam diri setiap peserta didiknya.

(20)

5

Ujian Nasional (UN). Penyelenggaraan UN ini dilakukan setiap tahun, selain untuk mengukur seberapa besar ketercapaian kompetensi yang dapat diraih peserta didik, UN juga menjadi salah satu persyaratan kelulusan peserta didik dari program pendidikan yang sedang ditempuhnya. Materi yang diujikan dalam UN mencakup materi yang telah diajarkan selama di sekolah.

Selain UN, pemerintah mengadakan suatu macam test lain yang digunakan untuk menyaring peserta didik yang memiliki kemampuan diatas rata-rata. Salah satu test ini dilakukan dengan mengadakan ajang bergengsi yang berupa olimpiade. Olimpiade dilakukan dengan berbagai tahapan dan diikuti oleh peserta didik dalam skala wilayah yang luas. Tingkatan olimpiade yang paling rendah adalah tingkat kabupaten. Peserta didik yang lolos dalam tingkatan ini akan mengikuti tahapan selanjutnya ditingkat provinsi dan selanjutnya pada tingkatan nasional. Peserta didik yang dapat lolos dalam olimpiade nasional dapat menjadi perwakilan negara untuk mengikuti olimpiade ditingkat Internasional. Melihat tingkatan yang dilalui begitu besar, maka tidak diherankan bahwa soal yang diujikan dalam olimpiade dianggap memiliki kesulitan yang lebih tinggi dibandingkan soal-soal yang diberikan di sekolah.

(21)

6 B.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Skor rerata literasi sains peserta didik Indonesia dalan PISA masih tergolong

rendah jika dibandingkan dengan skor rerata Internasional.

2. Perlu adanya evaluasi dan perbaikan terhadap sistem pendidikan Nasional

untuk meningkatkan kualitas pendidikan Indonesia dalam bersaing secara Internasional.

3. Belum diketahui seberapa besar profil literasi sains dalam soal UN maupun

Olimpiade SMA Tingkat Provinsi.

4. Perlu adanya penelitian terhadap profil literasi sains dalam soal UN maupun

Olimpiade SMA Tingkat Provinsi.

C.Batasan Masalah

Merujuk pada identifikasi masalah, maka penelitian ini membatasi masalah dengan memfokuskan penelitian untuk mengetahui profil literasi sains hanya pada soal Ujian Nasional materi kimia dan soal Olimpiade Kimia Tingkat

Provinsi di jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA) pada tahun 2011 – 2013.

Kriteria yang digunakan mengacu pada literasi kimia yang disampaikan oleh Yael Shwartz yang menggunakan empat dimensi, dan sebagian mengacu pada PISA 2006. Dimensi yang dimaksud adalah:

1. Saintifik dan pengetahuan konten kimia

2. Kimia dalam konteks

(22)

7

4. Aspek afektif

D.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana profil komponen literasi sains dalam soal Ujian Nasional SMA materi kimia tahun 2011 – 2013?

2. Bagaimana profil komponen literasi sains dalam soal Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi tahun 2011 – 2013?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:

1. Bagaimana profil komponen literasi sains dalam soal Ujian Nasional SMA

materi kimia tahun 2011-2013.

2. Bagaimana profil komponen literasi sains dalam soal Olimpiade Kimia SMA

Tingkat Provinsi tahun 2011-2013.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian Analisis Profil Literasi Sains pada Soal Ujian Nasional dan Olimpiade Kimia SMA Tingkat Provinsi Tahun 2011- 2013 ini dapat digunakan sebagai berikut:

1. Bagi peneliti

a. Memberikan pengalaman empiris tentang penelitian pendidikan kimia.

b. Menambah khasanah pengetahuan dalam bidang pendidikan.

(23)

8

a. Masukan bagi guru kimia sehingga dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam

menyusun soal - soal ulangan supaya lebih memperhatikan aspek literasi sains.

3. Bagi pihak lain

a. Sumber informasi bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut mengenai profil

(24)

9 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A.Dekripsi Teori 1. Pembelajaran Kimia

Kimia merupakan anggota dari Ilmu Pengetahuan Alam (natural science) yang didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang susunan sifat perubahan materi dan energi yang menyertai perubahan tersebut (Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011), sedangkan tujuan pembelajaran kimia disampaikan Sastrawijaya (1998) adalah untuk memperoleh pemahaman yang tahan lama perihal fakta, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai keterampilan dalam menggunakan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

(25)

10 2. Analisis Soal

Soal merupakan salah satu instrumen evaluasi hasil belajar yang harus memiliki tiga persyaratan minimal. Persyaratan tersebut berupa persyaratan substansi, persyaratan konstruksi dan persyaratan bahasa, sedangkan untuk soal ujian sekolah dan ujian nasional perlu ditambah persyaratan yang berupa validitas dan reliabilitas. Berdasarkan hal itu, maka analisis butir soal diarahkan untuk mencermati apakah setiap butir soal telah mengandung persyaratan yang diajukan (Sukiman, 2012).

Analisis soal menurut Surapranata (2004), merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui berfungsi atau tidaknya sebuah soal. Umumnya, analisis soal dibagi menjadi dua cara, yaitu analisis kualitatif (qualitatif control) atau dapat disebut dengan validitas logis (logical validity), dan analisis kuantitatif (quantitatif control) atau dapat disebut dengan validitas empiris (empirical validity).

a. Analisis kualitatif

(26)

11

Selain pengkategorian tersebut, analisis kualitatif dapat pula dikategorikan dari segi materi, konstruksi dan bahasa. Analisis dari segi materi merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan substansi keilmuan yang ditanyakan dalam soal serta tingkat kemampuan yang sesuai dengan soal, analisis konstruksi merupakan suatu telaah yang berkaitan dengan teknik penulisan soal sedangkan analisis bahasa lebih mnyorot pada aspek penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar menurut EYD.

Lebih lanjut Sukiman (2012) menyatakan bahwa analisis kualitatif dapat dilakukan sebelum maupun sesudah dilaksanakan uji coba soal. Analisis ini dilakukan dengan mencermati setiap butir soal terhadap pemenuhan persyaratan substansi, konstruksi maupun bahasa. Instrumen yang digunakan dapat berupa lembar analisis soal.

b. Analisis kuantitatif

(27)

12 3. Literasi Sains

Literasi sains (science literacy) berasal dari dua kata dari bahasa latin,

yaitu literatus yang artinya ditandai dengan huruf, melek huruf atau

berpendidikan, dan scienta yang artinya memiliki pengetahuan. Literasi sains

menjadi penting dikuasai oleh setiap peserta didik, hal ini berhubungan dengan cara peserta didik untuk memahami lingkungan hidup, kesehatan, ekonomi, dan berbagai masalah yang dihadapi oleh masyarakat global dimana kemajuan sains dan teknologi sangat berpengaruh. Tujuan pendidikan sains sendiri adalah untuk meningkatkan kompetensi peserta didik guna memenuhi kebutuhan hidup dalam berbagai situasi yang sedang terjadi. Dengan kompetensi tersebut, peserta didik akan mampu membangun dirinya untuk dapat belajar lebih lanjut dan dapat hidup di masyarakat modern saat ini (Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman, 2011).

Berbagai definisi literasi sains telah disampaikan, salah satunya OECD (2006) yang mendefinisikan literasi sains sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti untuk membantu dalam pembuatan keputusan yang berhubungan dengan alam dan perubahan yang berasal dari aktifitas manusia. Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman (2011) mendefinisikan literasi sains

sebagai “Suatu kemampuan seseorang untuk memahami sains,

mengkomunikasikan sains (lisan dan tulisan), serta menerapkan pengetahuan sains untuk memecahkan masalah sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya dalam mengambil keputusan berdasarkan

(28)

13

Selain pengertian tersebut, literasi sains dapat dipandang dari dua segi, Mohapatra (2013) menyampaikan dua pandangan literasi sains sebagai berikut:

1. Memandang literasi sains sebagai pusat untuk pengetahuan sains.

Pandangan ini membangun gagasan bahwa terdapat gagasan mendasar dalam sains yang sangat penting yaitu terdapat kandungan sains yang merupakan komponen penting dari literasi sains.

2. Memandang literasi sains menunjuk pada kegunaannya dalam masyarakat.

Pandangan tersebut menjelaskan bahwa literasi sains merupakan suatu hal yang perlu dimiliki untuk dapat menghadapi tantangan perubahan dunia yang sangat cepat sehingga pandangan ini menunjuk pada pembangunan life skills.

Pada dasarnya hakikat sains terdiri dari tiga unsur utama, yaitu sains sebagai proses, sains sebagai produk dan sains sebagai sikap. Sains sebagai proses selalu merujuk pada aktivitas ilmiah yang dilaksanakan oleh para ahli sains. Aktivitas ilmiah tentu memiliki ciri tersendiri yang membedakan dengan aktivitas non ilmiah, diantaranya adalah rasional, kognitif dan bertujuan. Selain hal tersebut dalam kaitannya dengan sains sebagai proses, sains juga merupakan suatu prosedur. Prosedur yang dimaksud merupakan suatu prosedur ilmiah, dengan langkah yang ditempuh meliputi penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen, evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan.

(29)

14

telah teruji kebenarannya dapat digunakan untuk memecahkan berbagai persoalan melalui teknologi yang dikembangkan. Hukum, teori, postulat dan segala bentuk produk sains menjadi dasar utama untuk pembuatan berbagai macam teknologi.

Sikap ilmiah merupakan sikap yang diperlihatkan ilmuwan saat melakukan berbagai aktivitas ilmiah terkait dengan profesi yang dimilikinya sebagai seorang ilmuwan, dengan kata lain sikap ilmiah dapat diartikan sebagai kecenderungan individu untuk bertindak atau berperilaku dalam memecahkan masalah sistematis melalui langkah ilmiah. Sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dapat berupa rasa ingin tahu, jujur (objektif), terbuka, toleran,tekun, optimis, kritis, berani dan mau bekerja sama (Toharudin, Hendrawati, dan Rustaman, 2011).

PISA 2006 mengkarakteristikan literasi sains dalam empat aspek yang saling berhubungan, yaitu konteks (context), pengetahuan (knowledge), kompetensi (competencies), dan sikap (attitudes).

a. Konteks

Konteks yang disajikan dalam PISA 2006 lebih pada situasi dalam kehidupan sehari-hari, termasuk sains dan teknologi. Konteks sains yang disajikan tersebut terdiri dari kesehatan, sumber daya alam, lingkungan, bahaya, sains dan teknologi yang dalam pengaplikasiannya dapat secara personal, sosial maupun global.

b. Pengetahuan

Memahami alam semesta sebagai dasar dari ilmu pengetahuan terdiri dari pengetahuan tentang alam, dan pengetahuan tentang ilmu pengetahuan itu sendiri.

(30)

15

Menunjukkan kompetensi yang terdiri dari mengidentifikasi isu ilmiah, menjelaskan fenomena secara ilmiah, dan menarik kesimpulan berdasarkan bukti yang ada.

d. Sikap

Menunjukkan ketertarikan dalam sains, mendukung penyelidikan ilmiah, dan motivasi untuk bertanggungjawab seperti terhadap sumber daya alam dan lingkungan (OECD, 2006).

Literasi sains adalah sebuah konsep yang sangat luas, mengajarkan subjek khusus dalam pendidikan sains harus berkontribusi pada tujuan melatih literasi sains seseorang. Mengajarkan kimia memberi kontribusi pada literasi kimia pada khususnya, dan literasi sains pada umumnya. Pehaman akan ilmu kimia sangat penting dimiliki seseorang, hal ini karena pada kenyataannya lingkungan fisik atau keseharian seseorang sangat dipengaruhi oleh kimia dan dipenuhi dengan berbagai macam produk kimia. Memahami berbagai penjelasan yang ada dalam kimia juga sangat penting bagi kebanyakan orang, hal ini karena penjelasan tersebut memiliki aplikasi praktis dalam kehidupan sehari-hari. Memahami kimia dan kemampuan untuk menerapkan pemahaman itu terhadap kehidupan sehari-hari adalah yang disebut sebagai literasi kimia (Celik, 2014).

Shwartz (2006) membagi literasi kimia menjadi empat dimensi pokok, yaitu dimensi saintifik dan pengetahuan konten kimia, dimensi kimia dalam

konteks, dimensi keterampilan berfikir tingkat tinggi atau High Order Thinking

(31)

16

konten kimia terbagi menjadi dua aspek yaitu ide saintifik umum dan karakteristik kimia (ide pokok).

a. Dimensi saintifik dan pengetahuan kimia

1) Ide saintifik umum

Dalam dimensi ini dijelaskan bahwa kimia merupakan salah satu disiplin ilmu eksperimental, seorang kimiawan membuat rumusan masalah saintifik dan membuat hipotesis, selain itu seseorang yang memiliki literasi kimia harus memahami konsep dasar ilmiah, seperti kimia itu adalah cabang ilmu pengetahuan dan melibatkan teori-teori yang membantu menjelaskan dunia alam, dan pengetahuan yang diperoleh dari studi kimia dapat ditransfer dan diterapkan pada topik lain dalam sains dan teknologi (Shwartz, 2006).

Mengingat begitu banyaknya tipe pengetahuan, khususnya dalam psikologi kognitif yang digunakan dalam kerangka kerja, terdapat empat tipe pengetahuan umum, meliputi pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan metakognitif. Keempat tipe tersebut disebut dengan dimensi pengetahuan. Kimia yang merupakan anggota dari ilmu pengetahuan, untuk mempelajarinya tentu memerlukan keempat tipe pengetahuan tersebut untuk dapat membantu memahami sifat kompleks pembelajaran dikelas. Definisi setiap dimensi pengetahuan oleh Kuswana (2012) dapat dijabarkan sebagai berikut:

a) Pengetahuan faktual

(32)

17

dapat diobservasi lebih mudah. Pengetahuan tersebut meliputi definisi pengetahuan, pengetahuan umum dan bagiannya, atau bentuk dari bagian-bagian suatu benda baik dalam bentuk proses maupun hasil pekerjaan manusia maupun alam. Lebih lanjut, Siregar dan Nara (2011) menambahkan bahwa pengetahuan faktual berisi unsur dasar yang harus diketahui ketika peserta didik diperkenalkan terhadap suatu mata pelajaran atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu (low level abstraction). Selain itu, Suyono dan Hariyanto (2014) mencoba menjelaskan mengenai definisi fakta. Menurutnya fakta dinyatakan sebagai segala hal yang berwujud kenyataaan atau kebenaran, meliputi nama-nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, nama bagian atau komponen dari suatu benda.

b) Pengetahuan konseptual

Konsep merupakan segala hal yang berwujud pengertian-pengertian yang dapat timbul dari hasil pemikiran, meliputi definisi, pengertian, ciri khusus, dan hakikat inti/ isi (Suyono dan Hariyanto, 2014), sedangkan pengetahuan konseptual adalah pengetahuan yang lebih rumit dalam bentuk pengetahuan yang tersusun sistematik sesuai dengan disiplin ilmu yang relevan. Pengetahuan konseptual dapat berupa pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori, pengetahuan tentang prinsip dan generalisasi, dan pengetahuan tentang teori, model, dan struktur.

(33)

18

meliputi berbagai abstraksi yang menyimpulkan fenomena penelitian. Abstraksi

tersebut memiliki nilai yang sangat besar dalam mendeskripsikan,

memprediksikan, atau untuk menentukan tindakan yang paling tepat dan relevan yang harus diambil. Contoh pengetahuan ini dapat berupa pengetahuan prinsip-prinsip utama dalam pembelajaran, pengetahuan dasar-dasar kimia yang relevan dalam proses kebudayaan dan kesehatan. Pengetahuan tentang teori model dan struktur merupakan pengetahuan dasar dan generalisasi dengan timbal balik yang jelas, pandangan ynag sistematis dari fenomena rumit, masalah atau materi. Pengetahuan mengenai hubungan timbal balik antara prinsip kimia sebagai dasar untuk teori kimia merupakan salah satu contoh dari pengetahuan ini.

c) Pengetahuan prosedural

Prosedur didefinisikan oleh Suyono dan Hariyanto (2014) sebagai langkah sistematis atau berurutan dalam melakukan sesuatu aktivitas ataupun kronologi suatu sistem. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu hal. Pengetahuan ini dapat berupa keterampilan, algoritma, teknik-teknik dan metode yang secara keseluruhan dikenal sebagai prosedur atau serangkaian langkah.

(34)

19

prosedur yang tepat dapat berupa pengetahuan kriteria untuk menentukan prosedur statistik dalam mengolah data eksperimen, pengetahuan kriteria untuk menentukan teknik-teknik dalam menyelesaikan pekerjaan teknis.

d) Pengetahun metakognitif

Pengetahuan metakognitif merupakan pengetahuan mengenai pengertian umum atau mengenai pengertian itu sendiri dari disiplin ilmu yang relevan, sedangkan Siregar dan Nara (2011) mendefinisikan pengetahuan metakognitif ini sebagai pengetahuan tentang pemahaman umum, meliputi kesadaran tentang sesuatu dan pengetahuan tentang pemahaman terhadap pribadi seseorang.

2) Karakteristik kimia (ide pokok)

(35)

20

Menitikberatkan dari penjelasan tersebut, dapat terlihat bahwa ilmu kimia dalam membantu menjelaskan suatu fenomena agar konsep kimia lebih mudah dipahami membutuhkan suatu bentuk representasi. Thomas (2017) menyatakan bahwa representasi dan kegunaannya dalam pendidikan kimia sangat penting bagi keberlangsungan proses belajar peserta didik, mengingat karaktristik ilmu kimia yang sangat kompleks dan abstrak sehingga membutuhkan kemampuan untuk dapat menyusun hubungan antara tingkat representasi. Representasi kimia dapat dibagi menjadi tiga tingkatan yaitu representasi makroskopik, representasi submikroskopik dan representasi simbolik. Ketika kemampuan untuk menghubungkan ketiga tingkat representasi tersebut dapat berlangsung, maka dapat dimulailah kemampuan berfikir untuk membangun pemahaman tentang kimia.

Ketiga tingkat representasi tersebut didefinisikan Alex Johnstone sebagai

“the macroscopic level as involving observable phenomena that could be

experienced through touch, smell and sight; the representational level as involving symbols, chemical formulas, graphs, and symbols; and the submicroscopic form

as involving particles such as atoms, molecules and ions” (Nyachwaya & Wood,

2014, h. 721).

(36)

21

tingkat submikroskopik dapat dimaknai sebagai bentuk representasi yang mampu memberikan pemahaman dalam tingkat partikel seperti atom, molekul dan ion.

Dalam mempelajari ilmu kimia, huruf alfabet dapat menjadi simbol suatu unsur kimia, suatu kata dapat menjadi simbol dari rumus kimia suatu zat. Bahasa simbol tersebut perlu dipahami ketika mempelajari kimia. Kurangnya pemahaman mengenai hal itu dapat menyebabkan terjadinya kesalahpahaman konsep (Markic &. Childsb, 2016).

b. Dimensi kimia dalam konteks

Dimensi kimia dalam konteks yang disampaikan Shwartz (2006) bermakna bahwa seseorang yang memiliki pengetahuan tentang kimia tentu akan dapat mengetahui peran penting pengetahuan kimia dalam menjelaskan fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-harinya, dapat menggunakan pemahaman kimianya dalam pengambilan keputusan dan partisipasi dalam masalah sosial yang berhubungan dengan isu-isu kimia, dan sebagai konsumen akan produk dan teknologi baru, selain itu seorang yang berpengetahuan kimia dapat mengerti tentang hubungan antara inovasi kimia dan proses sosial.

Situasi atau konteks merupakan aplikasi dari konsep-konsep sains. PISA 2006 menggunakan lima ranah konteks yang berupa sumber daya alam, lingkungan, bahaya, sains dan teknologi yang pengaplikasiannya dapat secara personal, sosial maupun global.

(37)

22

merupakan konsep belajar yang membantu guru dalam mengakitkan antara dunia nyata yang ada disekitar peserta didik dengan materi yang akan diajarkan, dengan adanya konteks ini diharapkan dapat mendorong peserta didik untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya yang ada dikehidupan nyata sebagai anggota dari keluarga dan masyarakat. Dengan demikian, hasil belajar dapat lebih bermakna bagi peserta didik (Siregar & Nara, 2011).

c. Dimensi keterampilan berfikir tingkat tinggi (High Order Thinking Skills)

Shwartz (2006) menyatakan bahwa seseorang yang berpengetahuan kimia,

akan dapat membuat pertanyaan, mencari informasi dan mampu

menghubungkannya ketika dibutuhkan dalam situasi tertentu. Pengertian tersebut mengindikasikan bahwa untuk memiliki literasi kimia, seseorang harus memiliki kemampuan berfikir tingkat tinggi.

(38)

23

EPI (Educational Partner, INC) menyatakan bahwa dimensi kognitif Blooms yang dianggap mendasari dimensi kemampuan berfikir tingkat tinggi adalah kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi. Dimensi kognitif yang disampaikan tersebut mengacu pada taksonomi Blooms yang lama. Anderson dan Krathwohl telah berhasil melaksanakan revisi terhadap taksonomi Blooms dengan menghilangkan kemampuan sintesis dan menambahkan kemampuan baru yang berupa mencipta. Kuswana (2012) mendefinisikan keenam dimensi proses kognitif revisi taksonomi Blooms tersebut sebagai berikut:

1) Mengingat, memiliki makna mendapatkan kembali atau pengembalian

pengetahuan yang relevan yang tersimpan dalam memori jangka panjang

2) Memahami, memiliki makna mendeskripsikan susunan dalam artian pesan

pembelajaran, mencakup oral, tulisan dan komunikasi grafik

3) Menerapkan, memiliki makna adanya penggunaan prosedur dalam menghadapi

situasi

4) Menganalisis, memiliki makna memecah materi menjadi bagian-bagian pokok,

menggambarkan setiap bagian tersebut, menghubungkannya menjadi satu sama lain sehingga membentuk sebuah struktur atau tujuan

5) Mengevaluasi atau menilai, memiliki makna melakukan suatu penilain yang

didasarkan pada suatu kriteria tertentu, dan

6) Mencipta, memiliki makna yang berupa menempatkan bagian-bagian secara

bersama-sama ke dalam ide, semuanya saling berhubungan untuk membuat hasil yang baik

(39)

24

Dalam dimensi aspek afektif ini Shwartz (2006) menganggap orang yang berpengetahuan kimia mempunyai pandangan yang menyeluruh dan realistis dalam masalah kimia dan pengaplikasiannya. Terlebih lagi, seorang tersebut menunjukkan adanya rasa tertarik terhadap isu kimia.

Aspek afektif oleh Siregar dan Nara (2011) dijelaskan sebagai perilaku yang dimunculkan oleh seseorang, sebagai tanda kecenderungan orang tersebut untuk mengambil keputusan untuk beraksi dalam lingkungan tertentu. Joesmani (1988) menyatakan bahwa domain afektif berhubungan dengan sikap, perasaan apresiasi dan minat terhadap suatu hal. H. J. X. Fernandes dalam bukunya Testing and Measurenment dan Gilbert Sax dalam bukunya Principle of Educational Psycological Measurenment and Evaluation menyatakan sikap adalah suatu rentangan positif negatif yaitu suka tidak suka terhadap suatu kelompok khusus, lembaga, konsep, dan obyek, dengan tingkat positif atau negatif terhadap obyek tersebut berarti tidak hanya dua pola yang bertentangan tetapi masih terdapat pola yang dapat dideteksi diantara dua pola yang positif dan negatif ini.

Sikap (attitude) dalam literasi sains mengindikasikan adanya ketertarikan terhadap sains, adanya dukungan terhadap penelitian ilmiah, dan adanya dorongan bertanggungjawab terhadap setiap tindakan yang dilakukan, sebagai contoh dalam sumber daya alam dan lingkungan tempat tinggal (OECD, 2006). Lebih lanjut, Joesmani (1988) menyebutkan pula bahwa domain afektif dibagi menjadi lima kategori, dimulai dari tingkat yang paling rendah hingga tingkat tinggi, yaitu

(40)

25

mengorganisasikan (organization) dan mempribadi atau mewatak

(Characterization by value orvalue complex).

Menerima (receiving), merupakan suatu sikap yang menunjukkan kesediaan atau kesiapan seseorang dalam menerima suatu fenomena khusus atau sebuah rangsangan tertentu. Kemauan untuk menerima adanya suatu eksistensi dapat menimbulkan minat untuk memperhatikan, hal tersebut akan membangkitkan kesadaran peserta didik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajari di kelas.

Merespon (responding), menunjukkan sikap partisipasi yang aktif dari diri peserta didik. Merespon tidak hanya sekedar memperhatikan tetapi juga ikut terlibat secara aktif dalam situasi tersebut. Dalam hal ini, kemampuan yang diharapkan akan muncul adalah timbulnya kesadaran diri untuk mengikutsertakan diri secara suka rela terhadap suatu kegiatan sehingga dapat memberi kepuasan bagi dirinya sendiri.

Penghargaan (valuing) didefinisikan sebagai suatu sikap yang

(41)

26

sehingga sangat berkaitan dengan pembentukan sikap (attitudes) dan apresiasi (appreciation).

Mengorganisasikan (organization), menunjukkan kepada sikap yang dapat mengorganisasikan nilai-nilai dari berbagai nilai yang berbeda, bahkan yang bertolak belakang satu dengan yang lainnya. Kemampuan yang diharapkan terbentuk adalah pembentukan konsep nilai dan pengorganisasian sistem nilai pada diri peserta didik, dalam proses pembelajaran digunakan untuk mengajarkan perkembangan filsafat hidup (the development of philosophy of life).

Mempribadi (Characterization by value orvalue complex), berarti individu telah memiliki sistem nilai yang dapat mengontrol perilakunya dalam kehidupan sehari-hari hingga berkembang menjadi gaya hidup (life style). Perilaku yang diharapkan yang akan muncul dalam proses pembelajaran berada pada rentang yang luas dengan tekanan utamanya adalah kenyataan bahwa peserta didik telah mempunyai perilaku khusus sebagai kharakteristiknya serta mempunyai pola tersendiri dalam penyesuaian pribadi, sosial dan emosional (Joesmani, 1988).

B.Kerangka Berpikir

(42)

27

untuk meneliti secara berkala kemampuan peserta didik pada usia 15 tahun yaitu kisaran peserta didik kelas tiga SMP atau kelas satu SMA dalam membaca (reading literacy), matematika (mathematics literacy) dan sains (scientific literacy).

Hasil skor rerata literasi sains Indonesia dalam PISA masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan skor rerata negara lain dan skor rerata yang diberikan oleh OECD. Hasil ini perlu dijadikan bahan evaluasi apakah sistem pendidikan Indonesia sudah mengarah pada pengembangan literasi sains pada diri setiap peserta didiknya atau justru belum sama sekali. Hasil ini perlu pula dijadikan bahan pertimbangan bagi perbaikan pendidikan Indonesia kedepannya dan bagi pencapaian skor literasi sains pada tahun selanjutnya.

Seiring dengan hasil capain literasi tersebut, perlu adanya tindak lanjut

terhadap beberapa instrumen penilaian yang ada, hal ini mengingat bahwa

instrumen penilaian adalah alat ukur yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar capaian kompetensi peserta didik akan suatu materi tertentu. Instrumen penilaian yang digunakan dapat berupa soal tertulis seperti dalam Ujian Nasional maupun dalam soal Olimpiade. Instrumen penilaian yang sebagian besar mengandung aspek literasi sains mengindikasikan bahwa pendidikan ditempat instrumen itu berada telah terarah menuju pendidikan yang berusaha mengembangkan aspek literasi sains dalam diri peserta didiknya.

(43)

28

dilakukan dengan mengidentifikasi setiap butir soal UN dan Olimpiade berdasarkan indikator literasi sains kimia. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi perbaikan pendidikan di masa mendatang.

C.Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana profil komponen literasi sains dalam soal Ujian Nasional SMA

materi kimia tahun 2011-2013?

2. Bagaimana profil komponen literasi sains dalam soal Olimpiade Kimia SMA

(44)

29 BAB III

METODE PENELITIAN A.Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif menurut Arifin (2011) merupakan penelitian yang dilakukan secara wajar dan natural sesuai dengan kondisi objektif di lapangan tanpa adanya manipulasi, serta data yang dikumpulkan terutama data dalam bentuk kualitatif.

Tujuuan penelitian dengan pendekatan kualitatif ini adalah untuk

menggambarkan, memahami, dan menjelaskan tentang fenomena secara mendalam dan lengkap dengan prosedur dan teknik khusus sesuai dengan karakteristik penelitian kualitatif sehingga menghasilkan suatu teori yang grounded, yaitu teori yang dibangun berdasar data yang diperoleh selama penelitian berlangsung.

(45)

30

kegiatan, peristiwa yang terjadi, selanjutnya mengetahui manfaat, hasil atau berbagai dampak dari hal-hal tersebut (Sukmadinata, 2009).

B.Definisi Operasional Istilah Penelitian

Untuk menghindari berbagai macam penafsiran, maka penelitin ini memberikan definisi istilah penelitian sebagai berikut:

1. Literasi sains merupakan kemampuan untuk dapat memahami sains dan

mengaplikasikan pengetahuan sains dalam memecahkan persoalan maupun dalam pengambilan keputusan sehingga memiliki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap fenomena sekitar.

2. Literasi sains dalam kimia atau dapat pula disebut dengan literasi kimia,

memiliki empat dimensi pokok, yaitu:

a. Dimensi saintifik dan pengetahuan konten kimia

b. Dimensi kimia dalam konteks

c. Dimensi keterampilan berfikir tingkat tinggi

d. Dimensi aspek afektif

C.Subjek dan Objek Penelitian 1. Subjek Penelitian

(46)

31 2. Objek Penelitian

Objek penelitian ini adalah profil literasi sains dalam soal Ujian Nasional (UN) materi kimia dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi di jenjang pendidikan SMA pada tahun 2011-2013.

D.Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data 1. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa lembar pengumpulan data analisis terhadap profil literasi sains dan lembar analisis terhadap kimia dalam konteks. Adapun perinciannya sebagai berikut:

a. Lembar pengumpulan data terhadap profil literasi sains

(47)
[image:47.595.111.781.135.494.2]

32

Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengumpulan Data Analisis Profil Literasi Sains Kimia

Dimensi Aspek Indikator Kode

1. Saintifik dan pengetahuan konten kimia

Ide santifik umum

Merencanakan eksperimen untuk membuktikan teori kimia a Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki b Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat

terjadi dalam suatu percobaan ilmiah c

Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan suatu fenomena d

Menjelaskan pengetahuan faktual e

Menjelaskan pengetahuan konseptual f

Menjelaskan pengetahuan prosedural g

Menjelaskan pengetahuan epistemik h

Karakteristik kimia (ide pokok)

Memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia i Memberikan penjelasan submikroskopik dari fenomena kimia j Memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia k

2. Kimia dalam konteks

Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena

sehari-hari l

Menggunakan pemahaman kimianya untuk mengambil keputusan yang

berhubungan dengan isu kimia m

Menghubungkan antara inovasi kimia dan proses sosial dalam menanggapi isu

kimia n

3. Keterampilan berfikir tingkat

tinggi

Menganalisis soal (C4) o

Mengevaluasi soal (C5) p

(48)

33

b. Lembar pengumpulan data terhadap kimia dalam konteks

Lembar pengumpulan data terhadap kimia dalam konteks berbentuk lembar isian. Dalam penelitian ini, lembar pengumpulan tersebut digunakan untuk meperjelas lembar pengumpulan data terhadap profil literasi sains, khususnya terhadap aspek kimia dalam konteks. Melalui lembar ini, konteks yang terdapat dalam soal lebih diperjelas.

2. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumenter. Studi dokumenter merupakan suatu tenik pengumpulan data yang menghimpun dan menganalisis dokumen, baik yang berbentuk tertulis, gambar maupun elektronik. Dokumen tersebut dipilih berdasarkan fokus dan tujuan dari penelitian yang akan dilakukan (Sukmadinata, 2009). Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa soal UN materi kimia dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi pada tahun 2011-2013 di jenjang pendidikan SMA.

E.Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis dengan menghitung persentase rata-rata masing-masing indikator profil literasi sains. Berikut adalah langkah analisis data yang dilakukan:

1. Menghitung jumlah total butir soal dalam setiap indikator literasi sains yang

diungkap.

2. Hasil penjumlahan tersebut kemudian dihitung persentase rata-ratanya dengan

(49)

34

Keterangan:

X = jumlah butir soal yang mengungkap setiap profil literasi sains n = jumlah keseluruhan butir soal

% = persentase rata-rata setiap indikator literasi sains dalam soal

3. Data persentase rata-rata yang diperoleh kemudian ditabulasikan pada Tabel 4

[image:49.595.109.519.370.542.2]

yang berupa tabel persentase rata-rata profil literasi sains.

Tabel 4. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013

N o

Indikator Jumlah (%)

UN 2011

OP 2011

UN 2012

OP 2012

UN 2013

OP 2013

UN OP Total

1 2 3

4. Butir soal yang mengandung dimensi konteks dideskripsikan lebih lanjut dalam

(50)

35 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian

Analisis profil literasi sains dalam soal Ujian Nasional (UN) dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi dilakukan dengan memperhatikan empat dimensi literasi kimia. Dimensi literasi kimia yang dimaksud mengacu pada dimensi literasi kimia yang disampaikan oleh Yael Shawartz (2006), meliputi dimensi saintifik dan pengetahuan konten kimia yang mencakup dua aspek, yaitu ide saintifik umum dan karakteristik kimia (ide pokok), dimensi kimia dalam konteks, dimensi keterampilan berfikir tingkat tinggi atau HOTS (High Order Thinking Skills) dan dimensi pada aspek afektif. Hasil analisis yang telah dilakukan dapat dilihat pada Tabel 5 untuk analisis terhadap soal UN dan Tabel 6 untuk analisis terhadap soal Olimpiade, selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

(51)
[image:51.595.78.767.127.505.2]

36

Tabel 5. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal UN Tahun 2011-2013

Nomor Indikator Keterangan

Persentase Rata-Rata

Total UN

2011

UN 2012

UN 2013

1 a Merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia 0% 0% 0% 0% 2 b Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki 30% 22,5% 27,5% 26,98%

3 c Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang

dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah 0% 0% 0% 0%

4 d Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan suatu fenomena 16,25% 10% 12,5% 12,59%

5 e Menjelaskan pengetahuan faktual 15,62% 17% 15% 15,43%

6 f Menjelaskan pengetahuan konseptual 97,5% 100% 97,5% 97,93%

7 g Menjelaskan pengetahuan prosedural 7,5% 2,5% 3,62% 3,96%

8 h Menjelaskan pengetahuan epistemik 0% 0% 0% 0%

9 i Memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia 13,12% 17% 12,5% 13,36% 10 j Memberikan penjelasan submikroskopik dari fenomena kimia 2,5% 0% 5% 3,79% 11 k Memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia 25% 25% 24% 24,31%

12 l Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena

sehari-hari 18,75% 17,5% 18,5% 18,36%

13 m Menggunakan pemahaman kimianya untuk mengambil keputusan yang

berhubungan dengan isu kimia 0% 0% 0% 0%

14 n Menghubungkan antara inovasi kimia dan proses sosial dalam menanggapi isu

kimia 0% 0% 0% 0%

15 o Menganalisis soal (C4) 30% 22,5% 27,5% 26,98%

16 p Mengevaluasi soal (C5) 0% 0% 0% 0%

(52)
[image:52.595.63.768.113.492.2]

37

Tabel 6. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal Olimpiade Tahun 2011-2013

Nomor Indikator Keterangan

Persentase Rata-Rata

Total OP

2011

OP 2012

OP 2013

1 a Merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia 0% 0% 0% 0% 2 b Mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki 72,22% 59,46% 47,22% 59,63%

3 c Merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang

dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah 0% 0% 0% 0%

4 d Menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan suatu fenomena 2,78% 0% 11,11% 4,59%

5 e Menjelaskan pengetahuan faktual 5,56% 2,70% 13,89% 7,34%

6 f Menjelaskan pengetahuan konseptual 100% 100% 100% 100%

7 g Menjelaskan pengetahuan prosedural 5,56% 0% 2,70% 2,75%

8 h Menjelaskan pengetahuan epistemik 0% 0% 0% 0%

9 i Memberikan penjelasan makroskopik dari fenomena kimia 5,56% 2,70% 13,89% 7,34% 10 j Memberikan penjelasan mikroskopik dari fenomena kimia 0% 0% 0% 0% 11 k Memberikan penjelasan simbolik dari fenomena kimia 72,78% 13,51% 27,78% 22,94%

12 l Mengetahui peran penting pengetahuan kimia untuk menjelaskan fenomena

sehari-hari 5,56%

13,

51% 11,11% 10,09%

13 m Menggunakan pemahaman kimianya untuk mengambil keputusan yang

berhubungan dengan isu kimia 0% 0% 0% 0%

14 n Menghubungkan antara inovasi kimia dan proses sosial dalam menanggapi isu

kimia 0% 0% 0% 0%

15 o Menganalisis soal (C4) 72,22% 59,46% 47,22% 59,63%

16 p Mengevaluasi soal (C5) 22,22% 10,81% 16,67% 16,51%

(53)

38 B.Pembahasan

1. Dimensi Saintifik dan Pengetahuan Konten Kimia a. Ide Saintifik Umum

Ditinjau dari aspek ide saintifik umum, terdapat delapan poin indikator literasi kimia yang digunakan untuk mengungkap profil literasi sains dalam soal UN maupun olimpiade kimia tingkat provinsi pada tahun 2011-2013. Indikator tersebut adalah poin (a) menyatakan merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia, poin (b) menyatakan mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki, poin (c) menyatakan merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah, poin (d) menyatakan menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena dunia, poin (e) menyatakan menjelaskan pengetahuan faktual, poin (f) menyatakan menjelaskan pengetahuan konseptual, poin (g) menyatakan menjelaskan pengetahuan prosedural , dan poin (h) yang menyatakan menjelaskan pengetahun epistemik.

(54)
[image:54.595.148.512.84.300.2]

39

Gambar 1. Persentase Rata-Rata Aspek Ide Saintifik Umum dalam Soal UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013

Keterangan:

a : merencanakan eksperimen untuk membuktikan teori kimia b: mampu mengidentifikasi masalah untuk diselidiki

c: merumuskan hipotesis untuk meramalkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat terjadi dalam percobaan ilmiah

d: menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan suatu fenomena e: menjelaskan pengetahuan faktual

f: menjelaskan pengetahuan konseptual g: menjelaskan pengetahuan prosedural h: menjelaskan pengetahuan epistemik

Hasil analisis yang diperoleh pada poin (a) yang menyatakan merencanakan eksperimen untuk membuktikan suatu teori kimia, dan (c) yang

menyatakan merumuskan hipotesis untuk meramalkan

kemungkinan-0 20 40 60 80 100 120

a b c d e f g h

%

r

ata

-ra

ta

Indikator

(55)

40

kemungkinan yang dapat terjadi dalam suatu percobaan ilmiah menunjukkan persentase rata-rata sebesar 0% dalam soal UN maupun olimpiade. Hasil tersebut perlu dijadikan perhatian, mengingat kimia adalah ilmu eksperimen dimana setiap konsep, teori yang ada pada ilmu tersebut berawal dari hasil eksperimen para ilmuwan pada masa lalu yang tidak terlepas dari metode ilmiah yang mencakup aspek poin diatas, dan siswa perlu dilatih untuk mampu berfikir sampai pada taraf tersebut. Sehubungan dengan itu, diharapkan dalam penyusunan soal UN, soal Olimpiade maupun soal ulangan lainnya untuk tidak mengesampingkan aspek ini.

Poin selanjutnya adalah poin (b) yang menyatakan mampu

mengidentifikasi masalah untuk diselidiki, pada poin ini persentase rata-rata yang diperoleh untuk soal UN dan Olimpiade sebesar 26,98% dan 59,63%. Berikut adalah contoh soal UN dan olimpiade yang mengungkap adanya indikator pada poin (b) tersebut:

1) UN13. A. 05

Perhatikan sifat fisik 2 buah zat berikut!

No Sifat Fisik Zat X Zat Y

1 Kelarutan dalam air Larut Tidak larut

2 Daya hantar Menghantarkan Tidak menghantarkan

3 Titik didih 881oC -35oC

Jenis ikatan yang terdapat pada zat X dan zat Y berturut-turut adalah....

A.Ionik dan kovalen non polar

B. Kovalen dan kovalen non polar

C.Kovalen polar dan koordinasi

D.Kovalen non polar dan koordinasi

(56)

41

2) OP12. ES. 01

Senyawa A adalah suatu senyawa hidrida dari unsur non logam yang dalam tabel periodik terletak pada golongan 14.Pada temperatur kamar, senyawa A adalah gas yang mudah terbakar. Senyawa A dapat bereaksi dengan leburan unsur B yang berwarna kuning yang pada temperatur tinggi menghasilkan senyawa C dan D. Dalam temperatur kamar, senyawa D berupa gas yang memiliki bau khas yang menyengat, sedangkan senyawa C dapat bereaksi dengan gas E yang berwarna hijau muda yang menghasilkan senyawa F dan unsur B. Senyawa F juga dapat dihasilkan dari reaksi langsung antara A dan E. Semua senyawa di atas mengandung unsur nonlogam. Tentukan rumus senyawa yang sebenarnya dari A sampai F, dan kemudian tuliskan persamaan reaksi untuk membuktikan senyawa tersebut.

Soal UN13.A.05 merupakan soal yang mengungkap kemampuan mengidentifikasi masalah untuk diselidiki yaitu peserta didik diminta untuk menentukan jenis ikatan dari suatu zat yang sudah diketahui sifat fisiknya meliputi kelarutan dalam air, daya hantar dan titik didih zat tersebut. Melalui ciri sifat tersebut diharapkan peserta didik mampu mengidentifikasi dengan benar jenis ikatan yang ada pada kedua jenis zat.

Selanjutnya, soal OP12.ES.01 digolongkan sebagai soal yang mengungkap kemampuan mengidentifikasi masalah untuk diselidiki, hal ini didasari alasan bahwa soal tersebut meminta peserta didik untuk mampu menganalisis dan mengidentifikasi rumus kimia senyawa yang tepat berdasarkan ciri-ciri yang dimilikinya. Soal ini menjelaskan pula bahwa terdapat keterkaitan antara satu senyawa dengan senyawa lain yang diselidiki sehingga untuk mampu menjawab dibutuhkan kemampuan dalam menganalisis.

(57)

42

soal menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan suatu fenomena yang terdapat dalam soal UN dan olimpiade:

1) UN13. A. 10

Perhatikan data uji percobaan larutan berikut!

No Pengamatan pada

Elektroda Lampu

1 Tidak ada gelembung Padam

2 Sedikit gelembung Padam

3 Sedikit gelembung Redup

4 Banyak gelembung Redup

5 Banyak gelembung Menyala

Pasangan senyawa yang merupakan larutan elektrolit kuat dan nonelektrolit berturut-turut ditunjukkan dengan oleh larutan nomor....

A.(1) dan (3)

B. (2) dan (5)

C.(4) dan (5)

D.(5) dan (1)

E. (5) dan (3)

2) OP11. PG. 19

Perhatikan reaksi dalam larutan akua berikut ini! I- (aq)+ OCl- (aq) IO- (aq) + Cl- (aq)

(58)

43

[I-], M [OCl-], M Laju Awal, M s-1

0,1000 0,0500 3,05 x 10-4

0,2000 0,0500 6,10 x 10-4

0,3000 0,0100 1,83 x 10-4

0,3000 0,0200 3,66 x 10-4

Manakah pernyataan hukum laju untuk reaksi tersebut? A. Laju = r = k = [I-]

B. Laju = r = k = [OCl-] C. Laju = r = k = [I-]2 D. Laju = r = k = [I-] [OCl-] E. Laju = r = k = [I-]2 [OCl-]

Soal tersebut dikategorikan sebagai soal yang menggunakan data eksperimen, hal itu dapat dilihat dari penyajian data yang disajikan secara berulang. Data tersebut kemudian digunakan sebagai informasi untuk menjawab permasalahan yang diajukan oleh soal.

Poin berikutnya adalah poin (e) yang menyatakan menjelaskan pengetahuan faktual. Pengetahuan faktual merupakan pengetahuan yang memiliki ciri yang tampak lebih nyata dan operasional, bersifat penjelasan singkat, dan bersifat kebendaan yang dapat lebih mudah di observasi, dapat berupa definisi pengetahuan, pengetahuan umum dan komponennya, baik dalam bentuk proses atau hasil pekerjaan manusia atau alam (Kuswana, 2012). Pengetahuan faktual dapat pula dinyatakan sebagai suatu kenyataan atau kebenaran dari suatu hal, dapat berupa nama objek, peristiwa sejarah, lambang, nama tempat, nama orang, dan komponen suatu benda.

Hasil analisis menunjukkan persentase rata-rata untuk soal UN dan Olimpiade sebesar 15,43% dan 7,34%. Berikut adalah contoh soal UN yang mengungkap adanya poin (e) tersebut:

(59)

44

Berikut ini adalah beberapa proses pengolahan unsur:

(1)Goldschmit

(2)Wohler

(3)Haber-Bosch

(4)Frasch dan

(5)Dow

Proses pengolahan magnesium ditunjukkan oleh nomor....

A.(5)

B. (4)

C.(3)

D.(2)

E. (1)

2) OP13. PG. 13

Bila fenol merah digunakan sebagai indikator dalam titrasi larutan HCl dengan NaOH, indikator cenderung berubah warna dari kuning menjadi merah pada titik akhir titrasi. Perubahan warna ini terjadi dengan tiba-tiba karena:

A. Fenol merah adalah assam kuat yang mampu dissosiasi cepat.

B. Larutan yang sedang dititrasi cenderung perubahan pH yang besar

mendekati titik akhir titrasi.

C.Fenol merah cenderung reaksi irreversibel dalam laruta basa.

D.Fenol merah adalah asam lemah yang berwarna merah dan basa

konjugasinya berwarna kuning.

E. Fenol merah terlibat dalam langkah penentu laju reaksi antara H3O+ dan

OH- .

Soal UN13.A. 40 dinyatakan soal yang mengungkap pengetahuan faktual karena soal tersebut hanya menyajikan informasi spesifik dan singkat mengenai nama-nama proses pengolahan unsur. Dari pernyataan tersebut, jawaban yang paling tepat mengenai proses pengolahan unsur magnesium adalah pada poin A yang berupa proses Down. Kenyataan akan nama proses pengolahan tersebut tidak berubah dari dahulu hingga sekarang, dan menjadi sebuah kebenaran yang diakui hingga saat ini.

(60)

45

disajikan dalam soal. Aspek makroskopik yang dimaksud adalah adanya perubahan warna indikator fenol merah dari kuning menjadi merah pada titik akhir titrasi antara HCl dengan NaOH. Fenomena yang terjadi dalam perubahan warna tersebut merupakan suatu bentuk kenyataan atau fakta.

Poin yang diungkap berikunya adalah poin (f) yaitu menjelaskan pengetahuan konseptual. Pengetahuan konseptual menurut Kuswana (2012) meliputi pengetahuan tentang klasifikasi dan kategori dan pengetahuan tentang prisip dan generalisasi yang termasuk didalamnya adalah pengetahuan hukum-hukum dasar kimia dan prinsip-prinsip utama dalam suatu pembelajaran.

Hasil yang diperoleh dalam poin ini menunjukkan persentase untuk soal UN dan Olimpiade sebesar 97,93% dan 100%. Berikut adalah contoh soal UN dan Olimpiade yang menjelaskan pengetahuan konseptual:

1) UN13. A. 30

Pada reaksi kesetimbangan:

2 HBr (g) H2 (g) + Br2 (g) ∆H = + 72,8 kJ

Jika pada kesetimbangan tersebut suhu dinaikkan maka kesetimbangan....

A.Bergeser ke kanan karena reaksi endoterm

B. Bergeser ke kiri karena reaksi endoterm

C.Tetap karena reaksi endoterm

D.Bergeser ke kiri, karena reaksi eksoterm

E. Bergeser ke kanan karena reaksi eksoterm

2) OP13. PG. 10

Ion-ion berikut ini dapat bertindak sebagai asam Bronsted atau basa Bronsted kecuali....

A.CO3=

B. HPO4=

C.HSO3

-D.H2O

(61)

-46

Soal UN13.A.30 dinyatakan sebagai soal yang mengungkap pengetahuan konseptual dikarenakan untuk mampu menjawab pertanyaan yang diajukan membutuhkan pemahaman akan konsep mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kesetimbangan kimia diantaranya adalah faktor suhu, apabila suhu dinaikkan maka kesetimbangan akan bergeser ke arah reaksi endoterm, sehingga jawaban yang tepat untuk pertanyaan tersebut adalah poin A.

Soal OP13.PG.10 dinyatakan sebagai soal yang mengungkap pengetahuan konseptual dikarenakan untuk mampu menjawab pertanyaan yang diajukan membutuhkan pemahaman akan konsep mengenai asam basa Bronsted-Lowry. Asam Bronsted merupakan spesi yang dapat memberikan proton (donor proton), sedangkan basa Bronsted merupakan spesi yang dapat menerima proton (akseptor

prton) sehingga jawaban yang tepat pada soal tersebut adalah poin A karena CO32-

tidak dapat bertindak sebagai asam Bronsted.

Poin (g) yaitu menjelaskan pengetahuan prosedural. Pengetahuan prosedural merupakan pengetahuan bagaimana melakukan sesuatu, seperti pengetahuan mengenai keterampilan, teknik, metode yang secara keseluruhan dianggap sebagai prosedur atau rangkaian langkah-langkah (Kuswana, 2012).

Hasil analisis pada poin (g) ini menunjukkan persentase rata-rata untuk UN dan Olimpiade sebesar 3,96% dan 2,75%. Berikut adalah contoh soal yang mengungkap adanya indikator menjelaskan pengetahuan prosedural:

1. UN13.B.33

Perhatikan persamaan reaksi redoks yang terjadi pada proses pembuatan gas klorin dalam industri berikut!

(62)

47

Harga koefisien a, b, dan c berturut-turut adalah...

A.1, 1, dan 2

B. 1, 2, dan 1

C.2, 1, dan 1

D.2, 1, dan 2

E. 2, 2, dan 1

2) OP13. ES.05

Proses kontak adalah salah satu proses yang digunakan untuk

memproduksi asam sulfat, H2SO4, dalam skala industri. Proses ini terdiri

dari empat tahap utama: tahap pertama adalah reaksi antara leburan belerang dengan gas oksigen menghasilkan gas belerang dioksida. Tahap kedua adalah proses penambahan oksigen berlebih kepada produk dari tahap pertama untuk menghasilkan gas belerang trioksida. Tahap ketiga adalah reaksi antara gas belerang trioksida dengan asam sulfat cair menghasilkan cairan oleum (H2S2O7). Tahap keempat adalah proses penambahan air kepada oleum sehingga menghasilkan asam sulfat pekat. Pada produksi ini digunakan katalis vanadium pentoksida, serta harus pada

suhu kondisi relatif tinggi (450oC) dan tekanan relatif tiggi (2-9 atm).

a. Tuliskan persamaan reaksi yang setara beserta fasa yang sesuai untuk

setiap senyawa yang terlibat dalam reaksi untuk keempat tahap utama dalam proses kontak.

b. Katalis vanadium pentaoksida pada proses kontak berfungsi untuk

mempercepat reaksi tahap-2. Mekanismenya, vanadium pentaoksida tereduksi menjadi vanadium (IV) teroksidasi kembali menjadi V2O5 ketika bereaksi dengan oksigen. Tuliskan kedua tahap reaksi redoks yang sesuai dengan mekanisme tersebut.

(63)

48

sekaligus memotivasi peserta didik untuk dapat mencintai lapangan pekerjaan yang berkaitan dengan bidangnya.

Poin terakhir yaitu poin (h) yang menyatakan menjelaskan pengetahuan epistemik. Hasil analisis terhadap soal UN maupun Olimpiade menunjukkan persentase rata-rata 0%. Berdasar hasil yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa pada dimensi pengetahuan untuk UN dan Olimpiade hanya sampai pada tingkat pengetahuan prosedural.

Melihat hasil analisis yang telah dilakukan dalam dimensi ide saintifik umum untuk soal UN maupun olimpiade, profil literasi sains terbesar terdapat pada aspek poin (f) yang menyatakan menjelaskan pengetahuan konseptual, dilanjutkan poin (b) yang menyatakan mengidentifikasi masalah untuk diselidiki, selanjutnya poin (e) yang menyatakan menjelaskan pengetahuan faktual, poin (d) yang menyatakan menggunakan hasil eksperimen untuk menjelaskan fenomena dunia, dan poin (g) yang menyatakan menjelaskan pengetahuan prosedural sedangkan tiga poin yang lainnya menghasilkan persentase rata-rata 0%, artinya tidak ditemukan kelima aspek poin tersebut dalam soal UN maupun olimpiade. C.Karakteristik Kimia (Ide Pokok)

(64)

49

penjelasan simbolik dari fenomena kimia. Ketiga aspek tersebut merupakan aspek rep

Gambar

Tabel 1. Skor Rerata Literasi Sains Indonesia dalam PISA Tahun 2000-2015
Tabel 2. Kenaikan Skor Rata-Rata dan Median Indonesia dibandingkan Negara Lain
Tabel 3. Kisi-Kisi Lembar Pengumpulan Data Analisis Profil Literasi Sains Kimia
Tabel 4. Persentase Rata-Rata Profil Literasi Sains dalam Soal UN dan Olimpiade Kimia Tingkat Provinsi Tahun 2011-2013
+7

Referensi

Dokumen terkait

menjaga rasio NIM agar selalu berada pada tingkat yang optimal. Bank yang mempunyai rasio NIM yang tinggi akan mempunyai kemampuan yang lebih besar untuk

Responden berdasarkan jumlah kelahiran dengan Diastasis Rectus Abdominis diketahui responden yang tidak ada Diastasis Rectus Abdominis adalah responden yang

Proses pengolahan dengan sistem yang lama memakan waktu berhari-hari, sedangkan sistem yang baru dapat melakukan proses pengolahan data dalam waktu lebih cepat sehingga dapat

Sementara itu mortar geopolimer dengan bahan dasar campuran abu terbang (FA) dengan abu sawit (POFA) masih sedikit informasi tentang geopolimer campuran ini.

Parfum Laundry Jombang Beli di Toko, Agen, Distributor Surga Pewangi Laundry Terdekat/ Dikirim dari Pabrik BERIKUT INI JENIS PRODUK NYA:.. Chemical Untuk Keperluan Laundry

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dalam penelitian di Bank Syariah Mandiri KCP Ajibarang, dapat disimpulkan bahwa investasi emas lantakan atau batangan dengan

Pada Tugas Akhir ini, dilakukan dengan permodelan struktur bangunan gedung dekanat UNWAHAS Semarang yang terdiri dari 7 lantai menggunakan rangka beton

mewakili setiap faktor yang menentukan minat mahasiswa manajemen untuk berwirausaha ada 18 variabel dari 25 indikator yang diidentifikasi. Indikator-indikator