iv Universitas Kristen Maranatha
ABSTRAK
DAYA REPELEN MINYAK ATSIRI SEREH WANGI (Cymbopogon
nardus), MINYAK KEDELAI (Glycine max), DAN KOMBINASI
KEDUANYA TERHADAP NYAMUK Aedes sp.
Stella Vaniadewi, 2015; Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani,dr.,M.Kes. Pembimbing II : Sijani Prahastuti, dr. M.Kes.
Repelen digunakan untuk mencegah cucukan Aedes pada manusia. DEET, yang merupakan gold standard, memiliki berbagai efek samping. Diperlukan repelen alami yang relatif lebih aman, seperti sereh wangi dan kedelai yang telah sering digunakan di masyarakat.
Penelitian ini bertujuan membuktikan daya repelen minyak atsiri sereh wangi, minyak kedelai, dan kombinasi keduanya terhadap Aedes sp. serta membandingkan kombinasi tersebut dengan DEET 12,5%.
Metode penelitian bersifat prospektif eksperimental sungguhan, komparatif, menggunakan Rancangan Acak Lengkap. Hewan coba yang digunakan adalah 1.250 ekor nyamuk Aedes sp. betina, terbagi dalam 5 perlakuan dengan 5 kali pengulangan. Perlakuan yang diberikan: akuades (I) sebagai kontrol negatif, DEET (II) sebagai kontrol positif, minyak atsiri sereh wangi / citronella oil 100% (III), minyak kedelai / soybean oil 100% (IV), dan kombinasi keduanya dengan perbandingan 1:1(V). Data yang diamati: jumlah nyamuk yang berpindah ke sisi berseberangan setelah 10 menit. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah, dilanjutkan uji beda rata-rata Tukey HSD. Kemaknaan berdasarkan nilai
p≤0,05. Analisis data menggunakan program SPSS.
Hasil penelitian menunjukkan rata-rata jumlah nyamuk yang berpindah pada perlakuan II (82,8%), III (91,6%), IV (68%), dan V (90%) memiliki perbedaan sangat signifikan dengan perlakuan I (35,6%) dengan p≤0,01. Rata-rata perlakuan V tidak berbeda siginifikan dengan perlakuan II (p= 0,157).
Simpulan dari penelitian adalah minyak atsiri sereh wangi, minyak kedelai, serta kombinasi keduanya memiliki daya repelen terhadap Aedes sp. Kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki daya repelen setara DEET 12,5%.
v Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT
THE EFFECT OF CITRONELLA (Cymbopogon nardus) OIL, SOYBEAN (Glycine max) OIL, AND THEIR COMBINATION AS REPELLENTS
AGAINST Aedes sp. MOSQUITOES
Stella Vaniadewi, 2015 ; 1st Adviser: Prof. Dr. Susy Tjahjani,dr.,M.kes.
2st Adviser: Sijani Prahastuti, dr., M.kes.
Repellents are used to prevent Aedes’ bitting to human. DEET as the gold standard has a lot of side effects. Therefore, we need natural repellent which is relatively safer than DEET, such as citronella and soybean which have been widely used by society.
This study aimed to prove the effect of citronella oil, soybean oil, and their combination as repellents against Aedes sp. and also compare the combination with DEET 12.5%.
The method is prospective true experimental, comparative, with Complete Randomized Design. The objects were 1,250 female Aedes sp. mosquitoes, which are divided into 5 different groups with 5 replications. The groups are: aqudest (I) as negative control, DEET 12.5% (II) as positive control, citronella oil 100% (III), soybean oil 100% (IV), and their combination 1:1 (V). The measured data is the number of mosquitoes which moved to the opposite side after 10 minutes. Data was analyzed by one way ANOVA test, followed by Tukey HSD test. Significance
based on the value of p ≤ 0.05 , using SPSS program.
The study shows that the average number of mosquitoes which moved in group II (82.8%), III (91.6%), IV(68%), and V (90%) are highly significantly different with group I (35.6%), with p≤0.01. The avereage of group V are not significantly different from group II (p= 0.157).
The conclusion of this study is citronella oil, soybean oil, and their combination can repel Aedes sp. mosquitoes. The potency of combination between citronella oil and soybean oil is equivalent to DEET 12.5%.
viii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1
1.2Identifikasi Masalah ... 3
1.3Maksud dan Tujuan ... 4
1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 4
1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis ... 5
1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 5
1.5.2 Hipotesis ... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biologi Nyamuk Secara Umum ... 7
2.2Aedes sp. ... 10
2.2.1 Taksonomi ... 10
ix Universitas Kristen Maranatha
2.2.3 Larva Aedes ... 11
2.2.4 Pupa Aedes ... 12
2.2.5 Nyamuk Dewasa Aedes ... 12
2.2.6 Aedes aegypti... 13
2.2.7 Aedes albopictus ... 14
2.3Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue ... 16
2.3.1 Etiologi Demam Dengue dan Demam Berdarah Dengue ... 16
2.3.2 Epidemiologi ... 17
2.3.3 Perkembangan Virus dalam Tubuh Nyamuk Aedes sp. ... 18
2.3.4 Patogenesis, Patofisiologi, dan Manifestasi Klinik Demam Dengue/ Demam Berdarah Dengue ... 18
2.4Yellow Fever (Demam Kuning) ... 21
2.5Demam Chikungunya ... 22
2.6Filariasis ... 23
2.7Upaya Pencegahan Penyebaran Penyakit oleh Nyamuk ... 23
2.8Repelen Nyamuk ... 24
2.8.1 Stimuli yang Menarik Nyamuk ... 24
2.8.2 Repelen ... 25
2.8.3 DEET ... 25
2.8.4 Minyak Atsiri Sereh Wangi (Citronella Oil) ... 27
2.8.4.1Taksonomi dan Deskripsi Tanaman Cymbopogon nardus... 27
2.8.4.2Mekanisme Kerja Minyak Atsiri Sereh Wangi (Citronella Oil) sebagai Repelen Nyamuk ... 29
2.8.5 Minyak Kedelai / Soybean Oil ... 30
2.8.5.1Taksnomi dan Deskripsi Tanaman Glycine max ... 30
2.8.5.2Mekanisme Kerja Minyak Kedelai sebagai Repelen Nyamuk 32 BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Alat dan Bahan ... 34
x Universitas Kristen Maranatha
3.2.1 Rancangan Penelitian ... 34
3.2.2 Jumlah Replikasi ... 35
3.2.3 Variabel Penelitian... 35
3.2.3.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 35
3.2.3.2 Definisi Operasional Variabel ... 36
3.2.4 Persiapan Penelitian ... 36
3.2.4.1 Persiapan Hewan Coba ... 36
3.2.4.2 Persiapan Bahan Uji ... 37
3.2.5 Prosedur Kerja ... 38
3.2.6 Metode Analisis ... 39
3.2.7 Hipotesis Statistik ... 39
3.2.8 Kriteria Uji ... 39
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 40
4.2 Pembahasan ... 44
4.3 Uji Hipotesis ... 45
BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 49
5.2 Saran ... 49
DAFTAR PUSTAKA ... 50
LAMPIRAN ... 54
xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Rata- rata Jumlah Nyamuk yang Berpindah Ke Sisi
Berseberangan Kotak Kaca dengan Berbagai Perlakuan... 40
Tabel 4.2 Hasil Uji Distribusi Varians Jumlah Nyamuk Yang Berpindah ke Sisi Yang Berseberangan ... 41
Tabel 4.3 Hasil Uji ANAVA Jumlah Nyamuk Yang Berpindah ke Sisi Yang Berseberangan ... 42
Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey HSD untuk Rerata Jumlah Nyamuk Yang Berpindah ke Sisi Yang Berseberangan ... 42
Tabel L 2.1 Deskriptif ... 56
Tabel L 2.2 Tes Homogenitas Varian ... 56
Tabel L 2.3 ANOVA ... 57
xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Telur nyamuk Aedes sp... 11
Gambar 2.2 Larva Aedes sp... 11
Gambar 2.3 Pupa Aedes sp. ... 12
Gambar 2.4 Gambar Skematis Nyamuk Aedes aegypti betina dewasa ... 13
Gambar 2.5 Nyamuk Aedes aegypti Betina Dewasa ... 14
Gambar 2.6 (a) Bagian dorsal toraks nyamuk Aedes aegypti betina dewasa, memperlihatkan sisik putih dengan pola seperti harpa ... 14
(b) Jika diperbesar ... 14
Gambar 2.7 Nyamuk Aedes albopictus dewasa ... 15
Gambar 2.8 Bagian dorsal toraks nyamuk Aedes albopictus... 15
Gambar 2.9 Tanaman Cymbopogon nardus/ serai wangi ... 29
Gambar 2.10 Kedelai / Glycine max ... 32
Gambar 2.11 Biji kedelai / Glycine max... 32
Gambar L 1.1 Profil Kebun Percobaan Manoko... 54
Gambar L 1.2 Cymbopogon nardus di Kebun Percobaan Manoko ... 54
Gambar L 1.3 Alat Distilasi Uap ... 54
Gambar L 1.4 Citronella Oil dan Soybean Oil ... 54
Gambar L 1.5 Pipet Tetes, DEET 12,5% Merek X, Kertas Saring ... 55
Gambar L 1.6 Proses Pengambilan Nyamuk dari Kandang Nyamuk Menggunakan Aspirator ... 55
Gambar L 1.7 Kotak Kaca Berukuran 80cm x 10 cm x 10 cm ... 55
xiii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto-Foto Penelitian ... 54
Lampiran 2. Data Hasil Pengolahan SPSS Daya Repelen Minyak Atsiri Sereh
Wangi (Citronella Oil), Minyak Kedelai (Soybean Oil), dan
1 Universitas Kristen Maranatha BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Infeksi virus dengue merupakan penyakit yang sangat berbahaya dan dapat menyebabkan kematian, terutama apabila penanganannya terlambat dilakukan. Angka kejadiannya telah meningkat sebanyak 30 kali dalam 50 tahun terakhir ini dan setiap tahunnya, sekitar 50 juta orang di dunia terinfeksi virus dengue (WHO,
2011). Secara umum, infeksi virus dengue dapat dibagi menjadi 2 bagian besar, yaitu asymptomatic dengue infection dan the symptomatic dengue. Infeksi dengue dengan gejala (the symptomatic dengue) kemudian dibagi ke dalam 3 kelompok besar : demam dengue tanpa gejala yang spesifik, demam dengue dengan gejala yang spesifik, dan demam berdarah dengue dengan atau tanpa dengue shock
syndrome. Penyakit ini disebarluaskan di seluruh dunia karena adanya vektor
yang sesuai, yaitu nyamuk. (Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI, 2010).
Nyamuk merupakan hewan yang seringkali dianggap merugikan manusia, karena selain cucukannya dapat menyebabkan rasa gatal, nyamuk juga merupakan vektor dari berbagai macam penyakit yang dapat menyebabkan morbiditas maupun mortalitas. Setiap tahunnya, nyamuk menularkan penyakit pada lebih dari 700 juta orang di seluruh dunia dan penyakit yang ditularkan oleh serangga (insect
borne disease) tetap merupakan penyebab mayor masalah kesehatan dan kematian
di dunia, terutama pada daerah beriklim tropis dan subtropis (Fradin et al., 2002).
Aedes merupakan salah satu genus nyamuk yang beberapa spesiesnya
seringkali menjadi vektor berbagai penyakit berbahaya, termasuk infeksi virus
dengue. Infeksi dengue merupakan mosquito-borne viral disease yang paling
cepat disebarkan di seluruh dunia (WHO, 2011). Selain sebagai vektor infeksi
dengue, nyamuk Aedes juga dapat menjadi perantara penyakit lain, seperti yellow
fever, demam chikungunya, filariasis, dan berbagai penyakit akibat virus lainnya
2 Universitas Kristen Maranatha disebabkan oleh virus dan juga sangat berbahaya, karena dapat menyebabkan kerusakan hepar, ginjal, bahkan menyebabkan syok hingga kematian jika tidak segera diatasi dengan baik. Meski sejauh ini belum ditemukan bukti penyebarannya di Asia, tidak menutup kemungkinan untuk terjadi penularan penyakit ini, karena adanya vektor yang sesuai (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, 2009). Sementara itu, demam chikungunya, meskipun merupakan salah satu self-remmiting disease, dalam kesehariannya merupakan penyakit yang cukup mengganggu aktivitas (Natesan et al., 2015). Filariasis sendiri merupakan infeksi yang masih sering ditemukan di daerah Indonesia dan
menyumbang angka kesakitan dan kecacatan yang cukup tinggi setiap tahunnya (WHO, 2015).
Oleh karena itu, perlu dilakukan tindakan untuk mencegah cucukan nyamuk
Aedes pada manusia. Hal itu dapat dilakukan dengan mengeliminasi nyamuknya
sendiri (contohnya dengan menggunakan berbagai insektisida maupun larvisida), atau dengan memberikan proteksi pada manusia agar nyamuk tidak mencucuknya. Proteksi tersebut banyak jenisnya, mulai dari yang paling sederhana, seperti menggunakan kelambu, jaring nyamuk, baju tertutup, dan lain-lain. Akan tetapi, kelemahannya adalah proteksi tersebut tidak praktis. Oleh karena itu, manusia mencari jalan lain, yaitu dengan menggunakan repelen.
Repelen yang saat ini banyak digunakan mengandung
N,N-diethyl-m-toluamide atau DEET (Chen-Hussey et al., 2014). DEET merupakan bahan kimia
yang sangat efektif untuk menolak nyamuk dan tersedia dalam berbagai sediaan (lotion, cream, aerosol, obat nyamuk bakar, dan lain-lain) sehingga sangat populer penggunaannya. Akan tetapi, DEET memiliki beberapa efek samping, baik yang bersifat akut, yaitu iritasi lokal yang ditandai dengan pruritus dan eritema,
maupun kronik yaitu insomnia, kram otot, gangguan mood, dan skin rash (Utah
Poison Control Center, 2005). Selain itu, pada beberapa kasus juga dijumpai
3 Universitas Kristen Maranatha bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menggunakan DEET selama masa kehamilan. Selain itu, ingesti DEET dapat mengakibatkan mual, muntah, hipotensi, kejang, koma, hingga kematian (Chen-Hussey et al., 2014).
Untuk itulah, diperlukan suatu repelen alami yang dapat menolak nyamuk dengan efektif, namun relatif lebih aman daripada DEET. Citronella oil merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman famili Poaceae, salah satunya dari tanaman sereh atau serai wangi (Cymbopogon nardus). Sejak dahulu, minyak sereh wangi telah sering digunakan masyarakat luas, baik sebagai parfum, bahan campuran sabun, maupun pengusir nyamuk. Minyak sereh wangi
mengandung bahan aktif : citronellal, citronellol, geraniol, citral, α pinene, dan
limonene yang dapat menolak nyamuk. Minyak kedelai sendiri sering digunakan
sebagai salah satu bahan campuran repelen karena toksisitasnya yang rendah dan kemampuannya untuk meningkatkan durasi proteksi repelen (Maia et al., 2011). Akan tetapi, kombinasi dari minyak atsiri sereh wangi dengan minyak kedelai sebagai penolak nyamuk belum ada data ilmiahnya. Sementara itu, efektivitas dari minyak kedelai sendiri sebagai penangkal nyamuk masih dipertanyakan dan perlu diteliti lebih lanjut (Campbell, 2009). Selain itu, daya repelen minyak atsiri sereh wangi, terutama yang berasal dari tanaman lokal di Indonesia belum banyak diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuktikan daya repelen minyak atsiri sereh wangi, minyak kedelai, dan kombinasi keduanya terhadap nyamuk Aedes sp. Selain itu, penelitian ini juga membandingkan daya repelen dari kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai terhadap DEET 12,5%, yang merupakan konsentrasi umum DEET yang banyak ditemukan di pasaran di Indonesia.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Apakah minyak atsiri sereh wangi memiliki daya repelen terhadap nyamuk
Aedes sp.
4 Universitas Kristen Maranatha 3. Apakah kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki
daya repelen terhadap nyamuk Aedes sp.
4. Apakah kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki daya repelen yang setara dengan DEET 12,5% terhadap nyamuk Aedes sp.
1.3 Maksud dan Tujuan
Maksud : Mengetahui apakah minyak atsiri sereh wangi, minyak kedelai, dan kombinasi keduanya memiliki daya repelen terhadap nyamuk Aedes
sp. dan apakah daya repelen kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan
minyak kedelai setara dengan DEET 12,5%.
Tujuan : Memberikan alternatif repelen nyamuk alami bagi masyarakat, terbuat dari minyak atsiri sereh wangi, minyak kedelai, atau kombinasi keduanya.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat akademik : Menambah pengetahuan dalam bidang parasitologi kedokteran, yaitu dalam hal pengendalian nyamuk Aedes sp. yang merupakan vektor penyakit dengue,
yellow fever, chikungunya, dan lain-lain dengan
menggunakan repelen berbahan dasar alami, yaitu sereh wangi dan kedelai.
Manfaat praktis : Menurunkan angka kejadian penyakit berbahaya yang diperantarai nyamuk tersebut, seperti dengue, yellow
5 Universitas Kristen Maranatha 1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis
1.5.1 Kerangka Pemikiran
Manusia memproduksi keringat yang mengandung karbon dioksida, asam laktat, dan produk-produk ekskretori lainnya. Zat-zat tersebut menjadi atraktan alamiah bagi nyamuk betina (Patel, 2012). Nyamuk mendeteksi bau-bauan (odours) ketika molekulnya (odorant) berikatan dengan protein Odoran Receptor
(OR) pada reseptor khusus : specialized Odour Receptor Neurons (ORNs) yang
ditemukan di antena nyamuk. DEET, yang sejauh ini menjadi gold standard bagi repelen nyamuk, memiliki cara kerja memblok OR83b , salah satu jenis ORNs yang sangat penting bagi penciuman nyamuk (Maia et al., 2011). Sementara itu, penelitian Syed dan Leal menghasilkan hipotesis bahwa DEET akan mengikat sebagian odoran yang diproduksi manusia atau mengubah profil odoran tersebut ketika berinteraksi di permukaan kulit manusia (Dickens et al., 2013).
Citronella oil merupakan minyak atsiri yang didapat dari destilasi uap daun
Cymbopogon nardus (sereh wangi). Citronella oil mengandung bahan aktif :
citronellal, citronellol, geraniol, citral, α pinene, dan limonene yang dapat menolak nyamuk (Maia et al., 2011). Citronellal, sama seperti DEET, bekerja terhadap OR83b, sehingga mempengaruhi kemampuan nyamuk mengenali host-nya (Kwon et al., 2010). Selain itu, dari berbagai penelitian, terbukti bahwa
citronellol, geraniol, citral, pinene, dan limonene memiliki aktivitas menolak
nyamuk dan sering digunakan sebagai zat-zat aktif dalam berbagai repelen yang beredar di pasaran (Debboun et al., 2015). Citronella oil memiliki daya repelen yang sama efektifnya dengan DEET (Maia et al., 2011).
Minyak kedelai merupakan salah satu bahan repelen yang telah digunakan
masyarakat luas dan merupakan 1 dari 4 pilihan bahan aktif yang diakui pemerintah Kanada sebagai penolak nyamuk. Minyak kedelai mengandung asam palmitat, oleat, linoleat, dan asam stearat. Meskipun begitu, belum diketahui zat aktif utama yang berperan sebagai repelen di dalam minyak kedelai. Menurut Pest
6 Universitas Kristen Maranatha kedelai memberikan proteksi terhadap cucukan nyamuk dengan cara menyamarkan (masking) bau manusia dan menurunkan temperatur di permukaan kulit manusia. (Campbell, 2009). Repelen yang berbahan aktif minyak kedelai 2% memiliki durasi proteksi sebanding dengan DEET 4,75% , yaitu 94 menit (Fradin
et al., 2002). Sementara itu, penelitian Amer dan Melhorn tahun 2006
membuktikan solusio yang mengandung 20% minyak kedelai dapat memberikan proteksi terhadap nyamuk hingga 3 jam (Campbell, 2009).
Sementara itu, Andreas Wijaya pada tahun 2009 meneliti daya repelen dari kombinasi eucalyptus oil, soybean oil, dan kombinasinya terhadap nyamuk Aedes
sp. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa eucalyptus oil 100% memiliki
daya repelen yang lebih rendah daripada DEET 12,5%. Namun, apabila
eucalyptus oil dikombinasi dengan soybean oil (perbandingan 1:1), daya
repelennya meningkat, menjadi setara dengan DEET 12,5% (Wijaya, 2009).
1.5.2 Hipotesis
1. Minyak atsiri sereh wangi memiliki daya repelen terhadap nyamuk Aedes
sp.
2. Minyak kedelai memiliki daya repelen terhadap nyamuk Aedes sp.
3. Kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki daya repelen terhadap nyamuk Aedes sp.
49 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1Simpulan
1. Minyak atsiri sereh wangi memiliki daya repelen terhadap nyamuk Aedes
sp.
2. Minyak kedelai memiliki daya repelen terhadap nyamuk Aedes sp.
3. Kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki daya
repelen terhadap nyamuk Aedes sp.
4. Kombinasi minyak atsiri sereh wangi dan minyak kedelai memiliki daya repelen yang setara dengan DEET 12,5% terhadap nyamuk Aedes sp.
5.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai daya repelen minyak atsiri sereh wangi, minyak kedelai, maupun kombinasi keduanya terhadap nyamuk dari genus yang lain.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut agar ditemukan perbandingan minyak atsiri sereh wangi terhadap minyak kedelai yang paling efektif dan ekonomis sebagai repelen nyamuk.
50 Universitas Kristen Maranatha Daftar Pustaka
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Jawa Barat. 2015. Kedelai Bisa
Menjadi Alternatif Saat Kemarau.
http://bkpd.jabarprov.go.id/kedelai-bisa-menjadi-alternatif-saat-kemarau/ . November 21st, 2015.
Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Kementrian Pertanian Republik Indonesia. 2015. Serai Wangi (Cymbopogon nardus L.) Tanaman Yang Cukup Adaptif di
Lahan Rawa.
http://balittra.litbang.pertanian.go.id/index.php?option=com_content&view=a
rticle&id=1520&Itemid=10 . November 1st, 2015.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Aceh. 2015. Serai Wangi, Tanaman Atsiri
Yang Potensial. http://nad.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/info-teknologi/712-serai-wangi-tanaman-penghasil-atsiri-yang-potensial.
November, 21st. 2015.
Busowski, M.T., et. al. 2015. Yellow Fever.
http://emedicine.medscape.com/article/232244-overview#showall . November 21st, 2015.
Campbell, C.J. 2009. Analyses of Essential And Edible Oils , And Constituents
Therein, As Candidate Repellents for The Yellow Fever Mosquito Aedes
aegypti L. (Diptera: Culicidae). http://summit.sfu.ca/item/9858. January 25th, 2015.
Chen-Hussey, V., Behrens, R., Logan, J.G. 2014. Assesment of Methods Used to Determine The Safety of The Topical Insect Repellent N,N-Diethyl-M-Toluamide (DEET). Parasites & Vectors, 173(7): 1-7.
Coats, J., Peterson, C. 2001. Insect Repellent of Natural Origins: Catnip and
Osage Orange. http://lib.dr.iastate.edu/rtd . January 25th, 2015. Cox, C. 2005. DEET. Journal of Pesticide Reform, 25(3): 10-14.
Christophers, S.R. 1960. Aedes Aegypti (L.) The Yellow Fever Mosquito. Cambridge: University Press. p 355-361.
51 Universitas Kristen Maranatha Dickens, J.C., Bohbot, J.D. 2013. Mini Review: Mode of Action of Mosquito
Repellents. Pestic. Biochem. Pysiol., 106 (3): 149-155.
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kalimantan Selatan. 2014.
Mengenal Kedelai.
http://distantph.kalselprov.go.id/2014/03/10/mengenal-kedelai/ . November 21st, 2015.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi IV. Jilid ke-II. Jakarta: Media Aesculapius. p 716-720.
Fradin, M.S., Day, J.F. 2002. Comparative Efficacy of Insect Repellents Against Mosquito Bites. N Engl J Med, 347(1): 13-18.
Hambali, R.D. 2009. Daya Repelen Cinnamon Oil (Cinnamomum zeylanicum),
Soybean Oil (Glycine max) Dan Campuran Keduanya Terhadap Nyamuk
Aedes sp. Bandung: Fakultas Kedokteran Universitas Maranatha.
James, M.T., Harwood, R.F. 1969. Entomology. Sixth edition. New York: Macmillan Publishing Co., Inc. p 12-14, 24-31, 167-168.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2015. Data Dan Informasi Tahun
2014 (Profil Kesehatan Indonesia). Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia. p 131-132.
Koren, G., Matsui, D., Bailey, B. 2003. DEET-based Insect Repellents: Safety Implications for Children And Pregnant And Lactating Women. CMAJ, 169(3): 209-212.
Kwon, Y., et al. 2010. Drosophila TRPA1 Channel Is Required To Avoid The Naturallu Occuring Insect Repellent Citronellal. Curr Biol, 20(18): 1672-1678..
Le Goff, G., et al. 2012. The Mosquitoes (Diptera: Culicidae) of Seychelles: Taxonomy, Ecology, Vectorial Importance, And Identification Keys.
Parasites & Vectors, 207(5): 1-16.
Maia, M.F., Moore, S.J. 2011. Plant-based Insect Repellents: A Review of Their Efficacy, Development And Testing. Malaria Journal, 10(1): 1-14.
Natesan, S.K., Chandrasekar, P.H. 2015. Chikungunya Virus.
52 Universitas Kristen Maranatha
National Industrial Chemicals Notification and Assessment Scheme – Australian
Government. 2015. Steam Distillation.
http://www.nicnas.gov.au/regulation- and-compliance/nicnas-handbook/handbook-appendixes/naturally-occurring-chemicals/steam-distillation . November 2nd, 2015.
Nerio, L.S., Olivero-Verbel, J., Stashenko, E. 2010. Repellent Activity of Essential Oils: A Review. Bioresource Technology, 101: 372-378.
Patel, E.K., Gupta, A., Oswal R.J. 2012. A Review On : Mosquito Repellent Methods. IJPCBS 2(3): 310-317.
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2009. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam. Aru W. Sudoyo, Bambang S., Idrus Alwi, dkk. Jakarta:
Interna Publishing. p 2773-2782.
Purwaningsih, E., 2007. Cara Pembuatan Tahu Dan Manfaat Kedelai. Bekasi: Ganeca Exact. p 46-47.
Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian Kesehatan RI. 2010. Demam Berdarah Dengue. Buletin Jendela Epidemiologi, (2) : 1-13.
Rios, L., Maruniak, J.E. 2014. Asian Tiger Mosquito.
http://entnemdept.ufl.edu/creatures/aquatic/asian_tiger.htm. October 12th, 2015.
Rueda, M.L. 2004. Pictorial Keys for The Identification of Mosquitoes (Diptera:
Culicidae) Associated with Dengue Virus Transmission. Auckland: Magnolia
Press. p 10.
Salim, E. 2012. Kiat Cerdas Wirausaha Aneka Olahan Kedelai. Yogyakarta: Lily Publisher. p 3.
Service, M. 2008. Medical Entomology for Students. Fourth edition. Cambridge: Cambridge University Press. p 55-57.
Soedarto. 1992. Entomologi Kedokteran. Jakarta: EGC. p 35-40, 58-61
Sukamto, Djazuli, M., Suheryadi, D. 2011. Seraiwangi (Cymbopogon nardus L) Sebagai Penghasil Minyak Atsiri, Tanaman Konservasi, Dan Pakan Ternak.
Prosiding Seminar Nasional Inovasi Perkebunan: 175-180.
53 Universitas Kristen Maranatha Syed, Z., Leal, W.S. 2007. Maxillary Palps Are Broad Spectrum Odorant
Detectors in Culex quinquefasciatus. Chem. Senses. 32: 727-738.
Trubus. 2013. 100 Plus Herbal Indonesia. Vol.11. Depok: PT Trubus Swadaya. p 288-289.
Unites States Department of Agiculture. 2015. Cymbopogon nardus (L.) Rendle
Citronella Grass. http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=CYNA. November 1st, 2015.
Unites States Department of Agiculture. 2015. Glycine max (L.) Merr. Soybean. http://plants.usda.gov/core/profile?symbol=glma4 . November, 6th, 2015.
United States Environmental Protection Agency. 2015. Basic Information About
Pesticide Ingredients. http://www2.epa.gov/ingredients-used-pesticide-products/basic-information-about-pesticide-ingredients. October 21st, 2015.
Utah Poison Control Center. 2005. DEET Insect Repellent Toxicity. Utox
Update, 7(2): 1-4.
Wijaya, A. 2009. Daya Repelen Eucalyptus Oil (Oleum eucalypti) dan Soybean
Oil (Glycine max) Terhadap Nyamuk Aedes sp.
http://repository.maranatha.edu/1799/. November 30th, 2015.
WHO (World Health Organization). 1997. Vector Control. England: Alden Press. p 6-27.
WHO (World Health Organization). 2011. Comprehensive Guidelines for
Preventioin and Control of Dengue and Dengue Haemorrhagic Fever. India:
WHO. p 1-30.
WHO (World Health Organization). 2015. Lymphatic Filariasis.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs102/en/ . November 21st, 2015. Zettel, C. Kaufman, P. 2013. Yellow Fever Mosquito.