Universitas Kristen Maranatha
v
ABSTRAK
KARAKTERISTIK PENDERITA APENDISITIS AKUT DI RUMAH
SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2013 – 30 JUNI 2013
Pauline Calista, 2015 Pembimbing I : Dani, dr., M.Kes.
Apendisitis merupakan penyebab tersering operasi kegawatdaruratan dan salah satu penyebab tersering nyeri abdomen akut. Diperkirakan dapat terjadi 120/100.000 kasus tiap tahunnya. Insidensi terjadinya apendisitis berkaitan dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, ras/etnik dan teori klasik (diet dan hygiene).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui angka kejadian dan karakteristik penderita apendisitis akut berdasarkan golongan usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, perbandingan apendisitis akut dengan apendisitis kronis eksaserbasi akut, hubungan dengan pemeriksaan leukosit dan histopatologi.
Metode penelitian dilakukan dengan metode survei deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 didapatkan152 kasus, rentang usia 26-35 tahun, perbandingan pria dan wanita 1: 1,08, pekerjaan pasien terbanyak karyawan swasta dengan 36.18%, keluhan utama tersering adalah nyeri perut kanan bawah sebanyak 96.05%, apendisitis akut lebih banyak dibanding apendisitis kronis eksaserbasi akut, hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil leukositosis, dan kesesuaian hasil histopatologi dengan diagnosis klinis.
Kesimpulan prevalensi apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 sebanyak 152 kasus dengan karakteristik distribusi lebih banyak menyerang usia dewasa awal, lebih banyak pada wanita, pekerjaan swasta terbanyak, nyeri perut kanan bawah tersering, apendisitis akut lebih banyak dibanding apendisitis eksaserbasi akut, hasil pemeriksaan penunjang leukositosis dan terdapat kesesuaian hasil histopatologi dengan diagnosis klinis.
Universitas Kristen Maranatha
vi ABSTRACT
CHARACTERISTIC OF ACUTE APPENDICITIS IN IMMANUEL
HOSPITAL BANDUNG PERIOD 1 JANUARY 2013 – 30 JUNE 2013
Pauline Calista, 2015 Tutor I: Dani, dr., M.Kes.
Acute appendicitis represenst the most common emergency surgery and the most common cause of abdominal pain. Estimation of these incidences are 120/100.000 cases ever year. Occurrence of appendicitis relates to risk factors such as age, gender, race and clasic theory of diet and hygene.
The purpose of this research is determining the prevalence of acute appendicitis and characteristic of distribution according to age, gender, occupation, the main complaint, comparison of acute appendicitis with acute exacerbation of chronic inflammatory appendicitis, relation with examination of leucocyte and histopathology.
This conducted research method used descriptive survey and retrospective data collection from medical record.
Result of the study revealed that in 1 January 2013 – 30 June 2013 there were 152 acute appendicitis cases with deviation between 26 – 35 years old; comparison men and women 1 : 1,08; the most of patient occupation was private employees that was counted 36.18%; the most complaint was right lower quadrant abdominal pain were found in 96.05%; amount of acute appendicitis was more than acute exacerbation of chronic inflammatory appendicitis; results of examination which were leukocytosis and suitability between histopatological finding and clinical features.
Conclusion prevalence of acute appendicitis in Immanuel Hospital Bandung period 1 January 2013 – 30 June 2013 were 152 cases with characteristic of distribution were more common in early adult age, more women than in men, more in patient with occupation of private employees, the most complaint was right lower quadrant abdominal pain, acute appendicitis more common rather than acute exacerbation of chronic inflammatory appendicitis, results of examination which were leukocytosis and suitability between histopathology and clinical features.
Universitas Kristen Maranatha
ix
DAFTAR ISI
JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
SURAT PERNYATAAN ... iii
PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... iv
ABSTRAK ... v
ABSTRACT ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN...1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 4
1.3.1 Maksud Penelitian ... 4
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Karya Ilmiah ... 4
1.4.1 Manfaat Ilmiah (Akademis) ... 4
1.4.2 Manfaat Untuk Peneliti ... 4
1.5 Landasan Teori ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7
2.1 Anatomi, Histologi, dan Fisiologi Apendiks... 7
2.1.1 Anatomi Apendiks Vermiformis ... 7
2.1.2 Histologi Apendiks Vermiformis ... 10
2.1.3 Fisiologi Apendiks Vermiformis ... 11
Universitas Kristen Maranatha
x
2.2.1 Latar Belakang dan Definisi Apendisitis Akut ... 11
2.2.2 Epidemiologi dan Insidensi Apendisitis Akut ... 12
2.2.3 Etiologi dan Faktor Risiko Apendisitis Akut ... 13
2.2.4 Stadium Apendisitis Akut ... 14
2.2.5 Patogenesis dan Patofisiologis Apendisitis Akut ... 16
2.2.6 Gejala Klinis Apendisitis Akut ... 17
2.2.7 Dasar Diagnosis Apendisitis Akut ... 17
2.2.8 Diagnosis Banding Apendisitis Akut ... 21
2.2.9 Penatalaksanaan Apendisitis Akut ... 23
2.2.10 Komplikasi Apendisitis Akut ... 24
2.2.11 Pencegahan Apendisitis Akut ... 24
2.2.12 Prognosis Apendisitis Akut ... 24
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 26
3.1 Bahan dan Subjek Penelitian... 26
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 26
3.2.1 Lokasi Penelitian ... 26
3.2.2 Waktu Penelitian ... 26
3.3 Metode Penelitian ... 27
3.3.1 Desain Penelitian ... 27
3.3.2 Besar Sampel Penelitian ... 27
3.3.3 Definisi Operasional ... 28
3.3.4 Sumber Data ... 29
3.4 Prosedur Kerja ... 29
3.5 Aspek Etik Penelitian ... 30
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 40
5.1 Simpulan ... 40
Universitas Kristen Maranatha
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 42
LAMPIRAN ... 46
Universitas Kristen Maranatha
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Skor Alvarado ... 21
Tabel 4.1 Distribusi Menurut Golongan Usia ... 32
Tabel 4.2 Distribusi Menurut Jenis Kelamin ... 33
Tabel 4.3 Distribusi Menurut Jenis Pekerjaan ... 34
Tabel 4.4 Distribusi Menurut Keluhan Utama ... 35
Tabel 4.5 Distribusi Perbandingan Diagnosis ... 36
Tabel 4.6 Distribusi Menurut Pemeriksaan Leukosit ... 36
Universitas Kristen Maranatha
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Anatomi Caecum dan Apendiks Vermiformis; Posisi Taenia Coli. 8
Gambar 2.2 Variasi Posisi Apendiks Vermiformis ... 9
Gambar 2.3 Histologi Apendiks Vermiformis ... 10
Gambar 2.4 Titik McBurney ... 12
Gambar 2.5 Rovsing Sign ... 18
Universitas Kristen Maranatha
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1 Universitas Kristen Maranatha BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Apendiks diartikan sebagai bagian tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks vermiformis. Apendisitis merupakan peradangan pada apendiks vermiformis, yaitu divertikulum pada caecum yang menyerupai cacing, panjangnya bervariasi mulai dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm. Batasan apendisitis akut adalah apendisitis dengan onset akut yang memerlukan intervensi bedah, ditandai dengan nyeri di abdomen kuadran bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot yang ada di atasnya, dan hiperestesia kulit. Sedangkan apendisitis kronis adalah apendisitis yang ditandai dengan penebalan fibrotik dinding organ tersebut akibat peradangan akut sebelumnya (Dorland N. W., 2010). Apendisitis kronis dapat mengalami peradangan akut lagi yang disebut eksaserbasi akut (Hafid & Syukur, 2005). Apendisitis merupakan penyebab tersering operasi kegawatdaruratan dan salah satu penyebab tersering nyeri abdomen akut (Craig, 2013).
Tujuh persen populasi di Amerika Serikat menderita apendisitis dengan insidensi 1,1 kasus tiap 1000 orang per tahun. Angka kejadian apendisitis akut mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000 dari tahun 1993 sampai 2008 (Buckius, McGrath, Monk, Bell, & Ahuja, 2011).
2 Universitas Kristen Maranatha
Penyakit ini dapat dimulai saat lahir, mengalami puncak di usia remaja akhir dan menurun di usia lanjut (Craig, 2013; Buckius, McGrath, Monk, Bell, & Ahuja, 2011).
Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, jarang pada anak kurang dari satu tahun. Insidensi tertinggi kelompok usia 20-30 dominasi pria, selain itu sebanding (Hafid & Syukur, 2005).
Perbandingan angka kejadian pada remaja : dewasa muda adalah 3 : 2 dan didominasi pria. Pada orang dewasa, angka kejadian apendisitis 1,4 kali lebih banyak pada pria dibanding wanita dan risiko terkena apendisitis sebanyak 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita (Craig, 2013; Feldman, Friedman, & Brandt, 2010).
Terdapat 12 % pria dan 25% wanita yang melakukan operasi apendektomi dan 7% diantaranya mengalami apendisitis akut. Berdasarkan 10 tahun penelitian mulai tahun 1987 – 1997 didapatkan penurunan kasus operasi apendektomi yang sesuai dengan penurunan insidensi apendektomi. Didapatkan pula rata- rata usia pasien yang mengalami apendisitis adalah 31,3 tahun dengan usia tengah 22 tahun (Bunicardi, et al., 2010).
Meningkatnya jumlah sel darah putih antara 11.000/mm3 sampai 17.000/mm3 didapatkan pada 80% penderita, tetapi tidak jelas apakah spesifik untuk apendisitis atau penyakit lain dengan gejala nyeri abdomen akut (Feldman, Friedman, & Brandt, 2010).
3 Universitas Kristen Maranatha
Untuk mengetahui angka kejadian apendisitis akut dan kaitannya dengan faktor-faktor diatas maka mendorong penulis untuk melakukan penelitian penyakit tersebut di Rumah Sakit Immanuel Bandung.
1.2 Identifikasi Masalah
1. Bagaimanakah angka kejadian apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
2. Bagaimanakah karakteristik distribusi kasus apendisitis akut menurut golongan usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
3. Bagaimanakah karakteristik distribusi kasus apendisitis akut menurut jenis kelamin di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013
4. Bagaimanakah karakteristik distribusi kasus apendisitis akut menurut jenis pekerjaan di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
5. Bagaimanakah karakteristik distribusi apendisitis akut menurut keluhan utama tersering di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
6. Bagaimanakah karakteristik distribusi apendisitis akut dengan apendisitis kronis eksaserbasi akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
7. Bagaimanakah karakteristik distribusi apendisitis akut dengan pemeriksaan penunjang (leukosit) di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
4 Universitas Kristen Maranatha 1.3Maksud dan Tujuan
1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik penderita apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013- 30 Juni 2013.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi karakteristik apendisitis akut yang ditinjau dari berbagai faktor di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013.
1.4Manfaat Karya Ilmiah
1.4.1 Manfaat Ilmiah (Akademis)
Manfaat adanya penelitian ini untuk mengetahui distribusi karakteristik penderita apendisitis yang berlokasi di Rumah Sakit Immanuel Bandung dan dapat digunakan untuk penelitian selanjutnya.
1.4.2 Manfaat Untuk Peneliti
5 Universitas Kristen Maranatha 1.5Landasan Teori
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung dengan panjang 8 – 13 cm dengan dinding yang terdiri dari lapisan otot (tidak berkembang dengan baik) dan jaringan limfatik yang merupakan bagian dari sistem imun dan berfungsi menghasilkan antibodi (Snell, 2012 ; Marks, 2014).
Apendisitis akut merupakan penyakit yang sering ditemukan di klinik emergensi, sebanyak 250.000 kasus di Amerika Serikat dan 40.000 kasus di Inggris tiap tahun (Sulu, 2012).
Nyeri pada perut merupakan gejala awal dari apendisitis akut. Nyeri bermula pada bagian bawah epigastrium atau daerah umbilikal, cukup parah dan dapat terjadi kram intermiten. Selama 4 – 6 jam selanjutnya, nyeri terlokalisir di kuadran kanan bawah, namun pada beberapa penderita didapatkan nyeri yang langsung terlokalisir di kuadran kanan bawah. Hal ini bergantung pada posisi apendiks yang berbeda tiap individu (Bunicardi, et al., 2010).
Obstruksi pada lumen apendiks merupakan etiologi dominan apendisitis akut dengan sumbatan tersering adalah fekalit sebanyak 40 % pada simpel apendisitis akut, 65 % pada apendisitis gangrenosa tanpa perforasi dan 90 % pada apendisitis gangrenosa dengan perforasi (Bunicardi, et al., 2010).
Beberapa faktor predisposisi lain yaitu sisa makanan, limfoid hiperplasia (pada anak-anak) dan tumor karsinoma. Inflamasi akibat virus dan bakteri juga dapat mempengaruhi apendiks (Shimi, 2011).
Teori tentang diet pada apendisitis akut pertama dikemukakan oleh Rendle Short tahun 1920, dan didapatkan korelasi yang berhubungan antara apendisitis akut dengan diet rendah serat dan tingginya konsumsi makanan seperti daging, kentang, dan gula. Didapatkan pula korelasi yang tidak berhubungan antara apendisitis akut dengan diet tinggi serat yang mengandung sayur, buah, dan tomat (Sulu, 2012).
6 Universitas Kristen Maranatha
dari 4 cm lebih sering ditemukan pada orang yang tidak mengalami apendisitis akut (Pickhardt, Suhonen, Lawrence, Alejandro, & Pooler, 2013).
40 Universitas Kristen Maranatha BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa:
Prevalensi kasus apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel periode 1
Januari 2013 – 30 Juni 2013 sebanyak 152 kasus.
Golongan usia dengan kasus apendisitis terbanyak berada di rentang
26-35 tahun dengan kategori dewasa awal sebanyak 26.32%, sedangkan gologan usia yang tidak terserang adalah usia <5 tahun dengan kategori balita.
Apendisitis akut ditemukan lebih banyak pada wanita sebanyak 51.97 %
dan pada pria sebanyak 48.03%, dengan perbandingan 1,08 : 1.
Apendisitis akut terbanyak ditemukan pada pasien dengan pekerjaan
sebagai karyawan swasta sebanyak 36.18%.
Keluhan utama tersering apendisitis akut adalah nyeri perut kanan bawah sebanyak 96.05%.
Apendisitis akut lebih banyak ditemukan sebanyak 97.48% dibanding
dengan apendisitis kronis eksaserbasi akut sebanyak 2.63%.
Sebanyak 76.97% pasien apendisitis akut menunjukkan kadar
leukositosis, sedangkan 23.03% menunjukkan kadar leukosit yang normal dan tidak ditemukan kasus dengan leukopenia.
Didapatkan kesesuaian antara diagnosis klinik dengan gambaran
41 Universitas Kristen Maranatha 5.2 Saran
Meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang penyakit gejala apendisitis
akut dan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi angka kejadian dan angka kematian apendisitis akut terutama untuk kelompok usia risiko tinggi baik pria maupun wanita.
Meningkatkan kewaspadaan para dokter mengenai gejala awal dari
apendisitis akut.
Kepada bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung agar dapat melengkapi data-data pasien sehingga dapat digunakan lebih baik bagi tenaga medis dan paramedik (melengkapi status pekerjaan,pemeriksaan laboratorium yang digunakan dah hasil dari pemeriksaan tersebut)
Melakukan penelitian mengenai hubungan antara diet rendah serat dan
53
RIWAYAT HIDUP
Nama : Pauline Calista
Nomor Pokok : 1110085
Tempat, tanggal lahir : Bandung, 23 Januari 1993
Alamat : Jl. Sumber Hegar 7-16/68, Bandung
Riwayat Pendidikan :
1997 – 1999 TK Maria Bintang Laut Bandung
1999 – 2005 SD Maria Bintang Laut Bandung
2005 – 2008 SMP Waringin Bandung
2008 - 2011 SMA Trinitas Bandung
KARAKTERISTIK PENDERITA APENDISITIS AKUT DI RUMAH
SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2013 – 30 JUNI 2013
CHARACTERISTIC OF ACUTE APPENDICITIS IN IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG PERIOD 1 JANUARY 2013 – 30 JUNE 2013
Dani1, Pauline Calista2
1
Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha,
2
Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia
ABSTRAK
Apendisitis merupakan penyebab tersering operasi kegawatdaruratan dan salah satu penyebab tersering nyeri abdomen akut. Diperkirakan dapat terjadi 120/100.000 kasus tiap tahunnya. Insidensi terjadinya apendisitis berkaitan dengan beberapa faktor seperti usia, jenis kelamin, ras/etnik dan teori klasik (diet dan hygiene).
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui angka kejadian dan karakteristik penderita apendisitis akut berdasarkan golongan usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama, perbandingan apendisitis akut dengan apendisitis kronis eksaserbasi akut, hubungan dengan pemeriksaan leukosit dan histopatologi.
Metode penelitian dilakukan dengan metode survei deskriptif dan pengambilan data secara retrospektif.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013
didapatkan152 kasus, rentang usia 26-35 tahun, perbandingan pria dan wanita 1: 1,08, pekerjaan pasien terbanyak karyawan swasta dengan 36.18%, keluhan utama tersering adalah nyeri perut kanan bawah sebanyak 96.05%, apendisitis akut lebih banyak dibanding apendisitis kronis eksaserbasi akut, hasil pemeriksaan penunjang menunjukkan hasil leukositosis, dan kesesuaian hasil histopatologi dengan diagnosis klinis.
Kesimpulan prevalensi apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 sebanyak 152 kasus dengan karakteristik distribusi lebih banyak menyerang usia dewasa awal, lebih banyak pada wanita, pekerjaan swasta terbanyak, nyeri perut kanan bawah tersering, apendisitis akut lebih banyak dibanding apendisitis eksaserbasi akut, hasil pemeriksaan penunjang leukositosis dan terdapat kesesuaian hasil histopatologi dengan diagnosis klinis.
Kata kunci : apendisitis akut, prevalensi, karakteristik
ABSTRACT
Acute appendicitis represenst the most common emergency surgery and the most common cause of abdominal pain. Estimation of these incidences are 120/100.000 cases ever year. Occurrence of appendicitis relates to risk factors such as age, gender, race and clasic theory of diet and hygene.
This conducted research method used descriptive survey and retrospective data collection from medical record.
Result of the study revealed that in 1 January 2013 – 30 June 2013 there were 152 acute appendicitis cases with deviation between 26 – 35 years old; comparison men and women 1 : 1,08; the most of patient occupation was private employees that was counted 36.18%; the most complaint was right lower quadrant abdominal pain were found in 96.05%; amount of acute appendicitis was more than acute exacerbation of chronic inflammatory appendicitis; results of examination which were leukocytosis and suitability between histopatological finding and clinical features.
Conclusion prevalence of acute appendicitis in Immanuel Hospital Bandung period 1 January 2013 – 30 June 2013 were 152 cases with characteristic of distribution were more common in early adult age, more women than in men, more in patient with occupation of private employees, the most complaint was right lower quadrant abdominal pain, acute appendicitis more common rather than acute exacerbation of chronic inflammatory appendicitis, results of examination which were leukocytosis and suitability between histopathology and clinical features.
Key Word : acute appendicitis, prevalence, characteristic
PENDAHULUAN
Apendiks diartikan sebagai bagian
tambahan, aksesori atau bagian tersendiri yang melekat ke struktur utama dan sering kali digunakan untuk merujuk pada apendiks
vermiformis. Apendisitis merupakan
peradangan pada apendiks vermiformis,
yaitu divertikulum pada caecum yang
menyerupai cacing, panjangnya bervariasi mulai dari 7 sampai 15 cm, dan berdiameter sekitar 1 cm. Batasan apendisitis akut adalah
apendisitis dengan onset akut yang
memerlukan intervensi bedah, ditandai dengan nyeri di abdomen kuadran bawah dengan nyeri tekan lokal dan nyeri alih, spasme otot yang ada di atasnya, dan hiperestesia kulit. Sedangkan apendisitis kronis adalah apendisitis yang ditandai dengan penebalan fibrotik dinding organ
tersebut akibat peradangan akut
sebelumnya1. Apendisitis kronis dapat
mengalami peradangan akut lagi yang
disebut eksaserbasi akut2. Apendisitis
merupakan penyebab tersering operasi kegawatdaruratan dan salah satu penyebab tersering nyeri abdomen akut3.
Tujuh persen populasi di Amerika Serikat menderita apendisitis dengan insidensi 1,1 kasus tiap 1000 orang per tahun. Angka kejadian apendisitis akut mengalami kenaikan dari 7,62 menjadi 9,38 per 10.000 dari tahun 1993 sampai 20084.
Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis menempati urutan keempat penyakit terbanyak di Indonesia setelah dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit sistem cerna lain dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.0405.
Penyakit ini dapat dimulai saat lahir, mengalami puncak di usia remaja akhir dan menurun di usia lanjut3,4. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, jarang pada anak kurang dari satu tahun. Insidensi tertinggi kelompok usia 20-30 dominasi pria, selain itu sebanding2.
Perbandingan angka kejadian pada
remaja : dewasa muda adalah 3 : 2 dan didominasi pria. Pada orang dewasa, angka kejadian apendisitis 1,4 kali lebih banyak pada pria dibanding wanita dan risiko terkena apendisitis sebanyak 8,6% pada pria dan 6,7% pada wanita3,6.
Terdapat 12 % pria dan 25% wanita yang melakukan operasi apendektomi dan 7% diantaranya mengalami apendisitis akut. Berdasarkan 10 tahun penelitian mulai tahun 1987 – 1997 didapatkan penurunan kasus operasi apendektomi yang sesuai dengan
penurunan insidensi apendektomi.
Didapatkan pula rata- rata usia pasien yang mengalami apendisitis adalah 31,3 tahun dengan usia tengah 22 7.
Meningkatnya jumlah sel darah putih
antara 11.000/mm3 sampai 17.000/mm3
jelas apakah spesifik untuk apendisitis atau penyakit lain dengan gejala nyeri abdomen akut6.
Penelitian epidemiologi menunjukkan peran kebiasaan makan makanan rendah serat dan pengaruh konstipasi terhadap apendisitis2. Adapun faktor risiko yang berpotensi menyebabkan apendisitis antara lain, diet rendah serat dan tinggi gula, riwayat keluarga, infeksi, dan panjang apendiks8,9. Faktor predisposisi lain yaitu sisa makanan, limfoid hiperplasia (pada anak-anak) dan tumor karsinoma. Inflamasi
akibat virus dan bakteri juga dapat
mempengaruhi apendiks10.
Maksud dan Tujuan
Maksud penelitian ini adalah untuk
mengetahui karakteristik penderita
apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013- 30 Juni 2013.
Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui distribusi karakteristik
apendisitis akut yang ditinjau dari berbagai faktor.
METODOLOGI PENELITIAN
Bahan dan Subjek Penelitian
Sampel diambil dari data rekam medik pasien yang di diagnosis apendisitis akut dan kronis eksaserbasi akut pada Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung,
yang didalamnya memuat data-data
mengenai usia, jenis kelamin, pekerjaan, keluhan utama ,perbandingan jumlah kasus apendisitis akut dengan apendisitis kronis
eksaserbasi akut, hubungan dengan
pemeriksaan penunjang (leukosit) , dan
pemeriksaan histopatologi penderita
apendisitis periode 1 Januari 2013-30 Juni 2013.
Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian
deskriptif observasional dengan data
retrospektif berupa data rekam medik penderita apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013
– 30 Juni 2013.
Besar Sampel
Besar sampel yang digunakan dalam
penelitian ini merupakan whole sample,
yaitu seluruh data rekam medik penderita apendisitis akut yang telah memenuhi kriteria subjek penelitian di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013
– 30 Juni 2013. Kriteria penelitian meliputi data yang memiliki identitas pasien (usia dan jenis kelamin), pekerjaan, keluhan utama, diagnosis akhir penyakit, hasil pemeriksaan penunjang (leukosit), dan hasil pemeriksaan histopatologi.
Sumber Data
Data yang digunakan berupa data sekunder yang diambil dari rekam medik penderita apendisitis di Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1 Januari 2013
– 30 Juni 2013.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Total data mengenai kasus apendisitis akut dan apendisitis kronis eksaserbasi akut yang terkumpul dari Bagian Rekam Medik, Rumah Sakit Immanuel Bandung periode 1
Januari 2013 – 30 Juni 2013 terkumpul
sebanyak 304 kasus. Namun, data yang dapat digunakan untuk penelitian sebanyak
152 kasus yang bertujuan untuk
homogenisasi data.
di negara maju lebih tinggi daripada negara berkembang. Namun, dalam tiga-empat dasawarsa terakhir kejadiannya menurun secara bermakna2.
Menurut Departemen Kesehatan RI pada tahun 2006, apendisitis menempati urutan keempat penyakit terbanyak di Indonesia setelah dispepsia, gastritis dan duodenitis, dan penyakit sistem cerna lain dengan jumlah pasien rawat inap sebanyak 28.0405.
Menurut Daftar Rumah Sakit pada tahun 2014 didapatkan 24 Rumah Sakit Umum di
Kota Bandung. Bila dihitung, 152 kasus dikalikan dengan jumlah Rumah Sakit, maka didapatkan angka kejadian apendisitis di Kota Bandung sebanyak 3.648 kasus. Angka kejadian ini masih dibawah dari angka yang ditunjukkan Departemen Kesehatan RI. Hal ini mungkin terjadi karena gaya hidup masyarakat perkotaan mulai bergeser kearah hidup sehat seperti vegetarian atau mengkonsumsi makanan tinggi serat lainnya.
Tabel 1 Distribusi kasus apendisitis akut menurut golongan usia periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Usia Kategori Jumlah Kasus Persen (%)
0-5 tahun Balita 0 0
5-11 tahun Anak-anak 10 6.58
12-16 tahun Remaja awal 13 8.55
17-25 tahun Remaja akhir 36 23.68
26-35 tahun Dewasa awal 40 26.32
36-45 tahun Dewasa akhir 35 23.03
46-55 tahun Lansia awal 12 7.89
56-65 tahun Lansia akhir 4 2.63
>65 tahun Manula 2 1.32
Jumlah 152 100
Dari Tabel 1 didapatkan kelompok usia terbanyak adalah usia 26-35 tahun pada kategori dewasa awal sebanyak 26.32 % dan tidak ditemukan kasus pada kategori balita rentang usia 0-5 tahun (0%).
Apendisitis akut dapat ditemukan pada semua umur, jarang dilaporkan pada anak kurang dari satu tahun. Insidensi tertinggi
kelompok usia 20-30 tahun2. Menurut
literatur, perkembangan maksimal dari jaringan limfoid di masa remaja menjadi faktor meningkatnya insidensi apendiks
untuk tersumbat12 yang memungkinkan
adanya sumbatan sedikit saja akan
menyebabkan tekanan intraluminal yang tinggi. Pada usia diatas 60 tahun, sudah tidak didapatkan lagi jaringan limfoid pada apendiks7 namun terdapat perubahan pada lapisan serosa yang kurang elastis dibanding dengan lapisan mukosa yang menyebabkan
respon terhadap tekanan intraluminal
arteri dan vena ke apendiks. Selain itu, respon inflamasi dari sel dan faktor lokal jaringan untuk mengontrol bakteri kurang
baik13. Jadi, hasil penelitian dapat
dinyatakan sesuai dengan literatur.
Tabel 2 Distribusi kasus apendisitis akut menurut jenis kelamin periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Jenis Kelamin Jumlah Kasus Persen (%)
Pria 73 48.03
Wanita 79 51.97
Jumlah 152 100
Dari Tabel 2 didapatkan penderita apendisitis akut di Rumah Sakit Immanuel periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 dengan jenis kelamin pria sebanyak 73 kasus dan jenis kelamin wanita sebanyak 79 kasus dengan persentase sebanyak 51.97% dengan perbandingan 1:1,08. Menurut literatur, pada orang dewasa, angka kejadian apendisitis 1,4 kali lebih banyak pada pria dibanding
wanita14. Ada pula yang menjelaskan
insidensi tertinggi kelompok usia 20-30
dominasi pria, selain itu sebanding2.
Menurut penelitian yang dilakukan Hwang dan Khumbhaar tahun 1940, proporsi jaringan limfoid pada pria lebih banyak dibandingkan wanita namun tidak ada konfirmasi lebih lanjut mengenai hal ini12. Hasil penelitian menunjukkan perbedaan yang sangat tipis antara pria dan wanita. Jadi, hasil penelitian dapat dinyatakan sesuai dengan literatur.
Tabel 3 Distribusi kasus apendisitis akut menurut jenis pekerjaan periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Pekerjaan Jumlah Persen (%)
Karyawan Swasta 55 36.18
Wiraswasta 8 5.26
PNS 3 1.97
Pelajar 38 25
Mahasiswa 11 7.24
IRT 33 21.71
Buruh 3 1.97
Pedagang 1 0.66
Jumlah 152 100
Dari Tabel 3 didapatkan jenis pekerjaan terbanyak adalah karyawan swasta dengan persentase 36.18 % dan paling sedikit pedagang dengan persentase 0.65 %.
Pernyataan ini dapat disesuaikan dengan hasil penelitian, karena karyawan swasta cenderung memiliki pendapatan menengah
ke atas dan memiliki gaya hidup dengan diet rendah serat.
Tabel 4 Distribusi kasus apendisitis akut menurut keluhan utama periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Keluhan utama Jumlah Persen (%)
Nyeri perut kanan bawah 146 96.05
Nyeri ulu hati 6 3.95
Total 152 100
Dari data diatas didapatkan keluhan utama tersering dari apendisitis akut adalah nyeri perut kanan bawah sebanyak 96.05%. Gejala utama adalah sakit pada perut. Sakit biasa berawal di bagian epigastrium atau umbilikal. Setelah 1- 12 jam (4-6 jam) sakit akan terlokalisir di kuadran kanan bawah. Pada beberapa pasien, sakit berawal dan menetap pada kuadran kanan bawah7. Perlu diperhatikan bahwa posisi dari apendiks
bervariasi tergantung individu. Apendiks yang memanjang sampai ke abdomen bagian kuradran kiri bawah dapat menimbulkan nyeri pada tempat tersebut. Menurut literatur, 96% pasien apendisitis akan mengalami rasa nyeri pada bagian kuadran kanan bawah abdomen. Nyeri saat palpasi
pada titik McBurney menjadi kunci
diagnosis14.
Tabel 5 Distribusi perbandingan kasus apendisitis akut dengan apendisitis kronis eksaserbasi akut periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Diagnosis Jumlah Persen (%)
Apendisitis Akut 148 97.37
Apendisitis Kronis Eksaserbasi akut 4 2.63
Jumlah 152 100
Dari Tabel 5 didapatkan diagnosis terbanyak adalah apendisitis akut dengan persentase sebanyak 97.37 %. Literatur menunjukkan insidensi apendisitis kronis eksaserbasi akut adalah 10% dari spesimen yang diperiksa secara patologik. Kelainan ini terjadi bila apendisitis akut pertama kali
sembuh spontan namun, apendiks tidak pernah kembali ke bentuk aslinya karena
terjadi fibrosis dan jaringan parut2.
Tabel 6 Distribusi kasus apendisitis akut menurut kadar leukosit periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Jumlah Kasus Persen (%)
Leukositosis 117 76.97
Normal 35 23.03
Leukopenia 0 0
Jumlah 152 100
Dari Tabel 6 didapatkan sebanyak 76.97 % pasien apendisitis akut mengalami
leukositosis. Menurut literatur, 80%
penderita apendisitis akan memberikan
gejala leukositosis. Peningkatan mulai
10.000 sampai 18.000/mm3 biasanya terjadi pada pasien apendisitis akut tanpa perforasi
dan didominasi PMN7. Ada pula studi
menunjukkan sekitar 80 – 85% orang
dewasa dengan apendisitis memiliki kadar leukosit lebih dari 10.500 sel/µL. Kadar neutrofil lebih dari 75% ditemukan pada 78% penderita14. Hasil penelitian sesuai dengan literatur yang menunjukkan jumlah pasien dengan leukositosis lebih banyak.
Namun, literatur juga menunjukkan kurang dari 4% penderita dengan apendisitis memiliki hasil hitung leukosit kurang dari 10.500 sel/µL dan neutrofilia yang kurang dari 75%. Hasil yang tidak konsisten akan dijumpai pada anak dan orang tua dengan apendisitis. Hal ini dapat menjelaskan mengapa pada penelitian terdapat kadar leukosit yang normal karena penelitian memasukkan kriteria untuk anak dan orang tua. Hal ini dapat dikarenakan pasien anak dan usia lanjut mungkin tidak berespon baik pada infeksi. Pada wanita hamil, kadar
leukositosis yang fisiologis dapat
mempengaruhi diagnosis apendisitis14.
Tabel 7 Distribusi kasus apendisitis akut menurut pemeriksaan histopatologi periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung.
Hasil Jumlah Kasus Persen (%)
Apendisitis Subakuta 1 0.66
Apendisitis Akuta 87 57.24
Apendisitis Perforata 36 23.68
App Perforata+peritonisis 19 12.5
Apendisitis Phlegmonosa 2 1.31
Apendisitis Empiematosa 1 0.66
Periapendikular Abses 1 0.66
App Kronis Eksaserbasi Akut 5 3.29
Jumlah 152 100
Dari Tabel 7 menunjukkan banyak dokter di Rumah Sakit Immanuel yang melakukan
operasi apendektomi, melakukan
pemeriksaan histopatologi dan hasilnya sesuai dengan apendisitis akut sebanyak 57.24% dan hasil lain dengan total 42.76%. Menurut literatur, dengan tidak adanya
tanda-tanda inflamasi pada pasien
apendisitis akut dan sulitnya diagnosis terutama pasien usia muda dan dewasa awal,
dapat menyebabkan false positive. Dalam
keadaan ini dapat dilakukan pemeriksaan
CT-Scan atau observasi pasien selama 6
jam. Insidensi tertinggi false positive
sebanyak 20% terjadi terutama pada wanita usia 20-40 tahun karena sering memiliki masalah ginekologis yang mempunyai gejala seperti apendisitis16. Jika dibandingkan, insidensi false positive atau pasien yang datang bergejala apendisitis namun setelah di PA bukan apendisitis sudah melebihi data dalam literatur, hal ini mungkin terjadi karena tindakan bedah harus dilakukan
dengan cepat sementara penegakkan
Sebaiknya cara diagnosis diubah agar angka
ini bisa menurun dengan melakukan
pemeriksaan penunjang lain terlebih dahulu sebelum melakukan operasi.
SIMPULAN
Prevalensi kasus apendisitis akut di
Rumah Sakit Immanuel periode 1 Januari 2013 – 30 Juni 2013 sebanyak 152 kasus.
Golongan usia dengan kasus apendisitis terbanyak berada di rentang 26-35 tahun dengan kategori dewasa awal sebanyak 26.32%, sedangkan gologan usia yang tidak terserang adalah usia <5 tahun dengan kategori balita.
Apendisitis akut ditemukan lebih banyak
pada wanita sebanyak 51.97 % dan pada
pria sebanyak 48.03%, dengan
perbandingan 1 : 1,08.
Apendisitis akut terbanyak ditemukan
pada pasien dengan pekerjaan sebagai karyawan swasta sebanyak 36.18%.
Keluhan utama tersering apendisitis akut
adalah nyeri perut kanan bawah
sebanyak 96.05%.
Apendisitis akut lebih banyak ditemukan
sebanyak 97.48% dibanding dengan
apendisitis kronis eksaserbasi akut
sebanyak 2.63%.
Sebanyak 76.97% pasien apendisitis akut
menunjukkan kadar leukositosis,
sedangkan 23.03% menunjukkan kadar
leukosit yang normal dan tidak
ditemukan kasus dengan leukopenia.
Didapatkan kesesuaian antara diagnosis
klinik dengan gambaran histopatologi sebanyak 57.24%.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland, N. W. 2010. Kamus
Kedokteran Dorland (31 ed.). (A. Arfan, & A. A. Mahode, Penyunt.) Jakarta: EGC.
2. Hafid, A., & Syukur, A. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah. (R. Sjamsuhidayat, & W. d. Jong, Penyunt.) Jakarta: Penerbit BUku Kedokteran EGC.
3. Craig, Sandy. 2013. Appendicitis.
http://emedicine.medscape.com/arti cle/773895-overview#a0156 . December 16th,2013.
4. Buckius, M. T., McGrath, B.,
Monk, J., Bell, T., & Ahuja, V. 2011. Changing Epidemiology of Acute Appendicitis in The United States: Study Period 1993-2008. J Surg Res , 185-190.
5. Eylin. 2009. Karakteristik Pasien
dan Histologi Diagnosis Pada Kasus Apendisitis Berdasarkan Data Registrasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003-2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 6. Feldman, M., Friedman, L. S., &
Brandt, L. J. (2010). Sleisenger & Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. Philadelphia: Saunders Elsevier.
7. Bunicardi, F. C., Andersen, D. K., Billiar, T. R., Dunn, D. L., Hunter, J. G., Matthews, J. B., et al. (2010). Schwartz's Principle of Surgery (9th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
8. Cunha, John P. (2014).
Appendicitis.
http://www.emedicinehealth.com/a ppendicitis/page9_em.htm.
Augustus 7th, 2014. Diunduh
tanggal 6 Oktober 2014.
9. Pickhardt, P. J., Suhonen, J.,
B. D. (2013). Appendiceal length as an independent risk factor for acute appendicitis . European Radiology , 3311-3317.
10. Shimi, S. M. (2011). Appendicitis
and Appendectomy. Appendicitis -
A Collection of Essays from Around the World , 137-154.
11. Gleadle, Jonathan. 2012. History
and Clinical Examination at a Glance. 3th Edition. UK: Wiley-Blackwell.
12. Lee, J. 1962. The influence of sex and age on appendicitis in children and young adults. Gut , 80–84. 13. Garba, S., & Ahmed, A. 2012.
Appendicitis in the Elderly.
Appendicitis – A Collection of Essays from Around the World , 107-132.
14. Craig, Sandy. 2014. Appendicitis.
http://emedicine.medscape.com/arti cle/773895-overview#a0156 . October 12th,2014. Update 21st July, 2014.
15. Andersson, N., & Cockroft, A. 1988 . Acute Appendicitis and
Social Class. British Medical
Journal , 1536.
16. Way, L. W. 2003. Current Surgical
Diagnosis & Treatment (11 ed.).
New York: McGraw-Hill
42 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA
Allen, M. (2012). Acute appendicitis. British Journal of Hospital Medicine, c46-c48.
Andersson, N., & Cockroft, A. (1988 ). Acute Appendicitis and Social Class. British Medical Journal , 1536.
Buckius, M. T., McGrath, B., Monk, J., Bell, T., & Ahuja, V. (2011). Changing Epidemiology of Acute Appendicitis in The United States: Study Period 1993-2008. J Surg Res , 185-190.
Bunicardi, F. C., Andersen, D. K., Billiar, T. R., Dunn, D. L., Hunter, J. G., Matthews, J. B., et al. (2010). Schwartz's Principle of Surgery (9th ed.). United States of America: The McGraw-Hill Companies, Inc.
Craig, Sandy. (2014). Appendicitis.
http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#a0156 . October 12th,2014. Update 21st July, 2014.
Craig, Sandy. (2013). Appendicitis.
http://emedicine.medscape.com/article/773895-overview#a0156 . December 16th,2013.
Cunha, John P. (2014). Appendicitis.
http://www.emedicinehealth.com/appendicitis/page9_em.htm. Augustus 7th, 2014. Diunduh tanggal 6 Oktober 2014.
Daftar Rumah Sakit. (2013). Daftar Rumah Sakit. http://rumah-sakit.findthebest.co.id/. 23th November,2014.
43 Universitas Kristen Maranatha
Dorland, N. W. (2010). Kamus Kedokteran Dorland (31 ed.). (A. Arfan, & A. A. Mahode, Penyunt.) Jakarta: EGC.
Ehrlich, Steven D. (2013). Appendicitis.
http://umm.edu/health/medical/altmed/condition/appendicitis . June 24th, 2013. Diunduh tanggal: 14 November 2014.
Eylin. (2009). Karakteristik Pasien dan Histologi Diagnosis Pada Kasus Apendisitis Berdasarkan Data Registrasi di Departemen Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003-2007. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Feldman, M., Friedman, L. S., & Brandt, L. J. (2010). Sleisenger & Fordtran's Gastrointestinal and Liver Disease. Philadelphia: Saunders Elsevier.
Garba, S., & Ahmed, A. (2012). Appendicitis in the Elderly. Appendicitis – A Collection of Essays from Around the World , 107-132.
Gleadle, Jonathan. (2012). History and Clinical Examination at a Glance. 3th Edition. UK: Wiley-Blackwell.
Hafid, A., & Syukur, A. (2005). Buku Ajar Ilmu Bedah. (R. Sjamsuhidayat, & W. d. Jong, Penyunt.) Jakarta: Penerbit BUku Kedokteran EGC.
Junqueira L. Carlos, Carneiro Jose, Kelley Robert O. (2010). Basic Histology. 12th Edition. New York : The Mc Graw-Hill Companies.
Kemdikbud. (2014). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Dipetik November 26, 2014, dari Kamus versi Online: http://kbbi.web.id
Kumar, Abbas, Fausto, Aster. (2010). Robbins and Cotran Pathologic Basis of Disease. Philadelphia: Elsevier Saunders.
44 Universitas Kristen Maranatha
Lee, L James. (2013). Vermiform Appendix.
http://emedicine.medscape.com/article/195652-overview#a04 . Oct 18th, 2013. Diunduh tanggal: 24 Juli 2014.
Marks, Jay W. (2014). Appendicitis.
http://www.medicinenet.com/appendicitis/page2.htm . April 30th, 2014. Diunduh tanggal: Oktober 6, 2014.
Pickhardt, P. J., Suhonen, J., Lawrence, E. M., A. M., & Pooler, B. D. (2013). Appendiceal length as an independent risk factor for acute appendicitis . European Radiology , 3311-3317.
Sanda, R. B. (2012). Epidemiologic Features of Appendicitis. Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World , 1-20.
Shimi, S. M. (2011). Appendicitis and Appendectomy. Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World , 137-154.
Snell, Richard S. (2012). Clinical Anatomy by Regions. 9th Ed. Philadelphia : Lippincott William & Wilkins.
Sulu, B. (2012). Demographic and Epidemologic Features of Acute Appendicitis. Appendicitis - A Collection of Essays from Around the World , 169-178.
Way, L. W. (2003). Current Surgical Diagnosis & Treatment (11 ed.). New York: McGraw-Hill Companies.
http://www.dartmouth.edu/~humananatomy/figures/chapter_27/27-12_files/IMAGE001.jpg
http://medical-dictionary.thefreedictionary.com/Rovsing+sign
45 Universitas Kristen Maranatha
http://quizlet.com/18880864/guide-to-common-clinical-signs-flash-cards/