TESIS
PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU,
LOCUS
OF CONTROL
, KOMITMEN ORGANISASI, DAN
PENGALAMAN PADA PERILAKU PENURUNAN
KUALITAS AUDIT
NI KADEK WIDIASTINI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
i
TESIS
PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU,
LOCUS
OF CONTROL
, KOMITMEN ORGANISASI, DAN
PENGALAMAN PADA PERILAKU PENURUNAN
KUALITAS AUDIT
NI KADEK WIDIASTINI NIM : 1391662019
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
ii
PENGARUH TEKANAN ANGGARAN WAKTU,
LOCUS
OF CONTROL
, KOMITMEN ORGANISASI, DAN
PENGALAMAN PADA PERILAKU PENURUNAN
KUALITAS AUDIT
Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi
Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana
NI KADEK WIDIASTINI NIM : 1391662019
PROGRAM MAGISTER
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS UDAYANA
iii
Lembar Pengesahan
TESIS INI TELAH DI SETUJUI
PADA TANGGAL………
Pembimbing I, Pembimbing II,
Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE., MSi Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi., Ak. NIP 19690115 199402 2 001 NIP 19580718198601 1 001
Mengetahui
Ketua Program Studi Magister Akuntansi Direktur
Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana Universitas Udayana,
iv
Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal………
Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor
Universitas Udayana, No : ………Tanggal : ………
Panitia Penguji Usulan Penelitian Tesis adalah :
Ketua : Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi.
Anggota :
1. Dr. Ida Bagus Putra Astika, SE, MSi..,Ak
2. Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi
3. Dr. I Made Sadha Suardikha, SE, MSi.,Ak
v
PERNYATAAN KEASLIAN
KARYA ILMIAH MAHASISWA
Yang bertanda tangan di bawah iniNama : Ni Kadek Widiastini
NIM : 1391662019
Program Studi : Magister Akuntansi
Judul Tesis : Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Komitmen
Organisasi dan Pengalaman Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit
Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah saya merupakan hasil karya
sendiri dan bebas dari plagiasi. Apabila kelak di kemudian hari terbukti terdapat
plagiasi dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 17 Tahun 2010 dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Denpasar, ………..
Mahasiswa,
Ni Kadek Widiastini
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Pertama-tama perkenankanlah penulis memanjatkan puji syukur ke hadapan
Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha esa, karena hanya atas Asung Wara
Nugraha-Nya penulis dapat meyelesaikan tesis yang berjudul: “Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu, Locus of Control, Tekanan Anggaran Waktu, dan
Pengalaman pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit.” Tesis ini merupakan
hasil penelitian sebagai persyaratan akhir studi jenjang Strata-2, di bidang Akuntansi,
Program Studi Magister Akuntansi, Program Pascasarjana Universitas Udayana,
Denpasar.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada Dr. I Gusti Ayu Nyoman Budiasih, SE, MSi, pembimbing
utama yang dengan sabar memberikan motivasi, bimbingan dan saran selama
persiapan dan pelaksanaan penelitian serta penyelesaian penyusunan tesis. Terima
kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Dr. Ida Bagus Putra
Astika,SE, Msi., Ak, pembimbing pendamping yang dengan penuh perhatian dan
kesabaran telah memberikan bimbingan dan saran kepada penulis.
Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Prof.
Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD-KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan
kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Magister di
vii
Program Pascasarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Prof. Dr. dr. A.A. Raka
Sudewi, Sp.S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi
mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana.
Tidak lupa pula penulis ucapkan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Udayana masa atas ijin yang diberikan kepada penulis untuk
mengikuti pendidikan program Magister. Pada kesempatan ini, penulis juga
menyampaikan rasa terima kasih kepada Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi.,
Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana dan Dr.
Dewa Gede Wirama, SE, MSBA, AK, Ketua Program Magister Akuntansi pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana. Ungkapan terima kasih penulis
sampaikan pula kepada para penguji tesis Dr. I Dewa Nyoman Badera, SE, MSi., Dr.
I Made Sadha Suardikha, SE, MSI., Ak., dan Dr. Made Wirakusuma, SE, MSi yang
telah memberikan masukan, saran, sanggahan, dan koreksi sehingga tesis ini dapat
terwujud seperti ini.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus
disertai penghargaan kepada seluruh dosen yang telah membimbing penulis selama
mengikuti perkuliahan dan staf administrasi yang telah membantu kelancaran
pelaksanaan kuliah serta rekan-rekan mahasiswa MAKSI Angkatan 13 atas
kebersamaan, kekeluargaan serta dukungannya selama perkuliahan. Kedua orang tua
Bapak I Nyoman Sunama dan Ibu Ni Wayan Suparmi. Untuk adik- adik tercinta I
viii
morilnya kepada penulis. Untuk Lettu Laut (K) drg I Putu Gede Arisyasa, tercinta
yang dengan segala kesabaran, pengorbanan dan ketulusan serta dukungan sepenuh
hati sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Semoga Ida Sang Hyang Widhi
Wasa selalu melimpahkan kebahagiaan kepada semua pihak yang telah membantu
pelaksanaan dan penyelesaian tesis ini.
Penulis, 20 Januari 2016
ix
2.2 Penelitian Sebelumnya ... 28
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 35
3.1 Kerangka Berpikir ... 35
3.2 Konsep Penelitian ... 38
3.3 Hipotesis Penelitian ... 40
3.3.1 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 40
3.3.2 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 41
x
3.3.4 Pengaruh Pengalaman pada Perilaku Penurunan
Kualitas Audit ... 44
5.1 Gambaran Umum Responden dan Data Penelitian ... 68
5.1.1 Deskripsi Responden ... 68
5.3.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 78
5.4 Pengujian Hipotesis ... 80
5.5 Pembahasan ... 82
5.5.1 Pengaruh Tekanan Anggaran Waktu Audit pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 82
5.5.2 Pengaruh Locus of Control Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 83
5.5.3 Pengaruh Komitmen Organisasi Pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 85
5.5.4 Pengaruh Pengalaman pada Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 85
BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 88
6.1 Simpulan ... 88
xi
DAFTAR PUSTAKA ... 92
xii
DAFTAR TABEL
4.1 Nama-Nama KAP di Bali Tahun 2016 ... 49
4.2 Proses Pengambilan Sampel ... 51
4.3 Indikator-Indikator Variabel Tekanan Anggaran Waktu ... 54
4.4 Indikator-Indikator Variabel Locus of Control ... 56
4.5 Indikator-Indikator Variabel Komtmen Organisasi ... 57
4.6 Indikator-Indikator Variabel Pengalaman ... 59
4.7 Indikator-Indikator Perilaku Penurunan Kualitas Audit ... 60
5.1 Tingkat Penyebaran dan Pengembalian Kuesioner ... 69
5.2 Karakteristik Responden ... 70
5.3 Hasil Statistik Deskriptif ... 72
5.4 Hasil Uji Reliabilitas ... 75
5.5 Hasil Uji Normalitas ... 76
5.6 Hasil Uji Multikolineritas ... 77
5.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 78
xiii
DAFTAR GAMBAR
2.1 Kurva U Terbalik ... 19
3.1 Kerangka Berpikir ... 37
3.2 Konsep Penelitian ... 39
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian ... 100
Lampiran 2 Ringkasan Penelitian Sebelumnya ... 108
Lampiran 3 Statistik Deskriptif Data Uji ... 116
Lampiran 4 Hasil Uji Validitas Instrumen Penelitian ... 117
Lampiran 5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 127
Lampiran 6 Hasil Uji Normalitas ... 132
Lampiran 7 Hasil Uji Multikolineritas ... 133
Lampiran 8 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 134
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Era transparansi menjadikan jasa auditor semakin dibutuhkan di masa
yang akan datang mengingat perkembangan bisnis yang semakin kompleks.
Pelaku bisnis tidak lagi mengharapkan audit yang dilakukan auditor berbasis
transaksi tapi berbasis risiko, sehingga informasi keuangan perusahaan setelah
audit menjadi lebih berkualitas. Akuntan publik dalam melaksanakan pemeriksaan
akuntan, memperoleh kepercayaan dari klien dan para pemakai laporan keuangan
untuk membuktikan kewajaran laporan keuangan yang disusun dan disajikan oleh
klien. Klien mempunyai kepentingan yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan
dengan kepentingan para pemakai laporan keuangan, sehingga dalam memberikan
pendapat mengenai kewajaran laporan keuangan yang diperiksa, akuntan harus
bersikap independen. Berhasil tidaknya auditor melaksanakan perannya sangat
tergantung dari kinerjanya. Kinerja kantor akuntan publik yang berkualitas sangat
ditentukan oleh kinerja auditor. Menurut DeAngelo (1981) kualitas audit adalah
probabilitas auditor dapat menemukan dan melaporkan kekeliruan dan
ketidakberesan yang terjadi dalam laporan keuangan yang diaudit.
Diterbitkannya peraturan UU Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011,
mengenai kode etik akuntan publik, standar professional akuntan publik, dan
hukuman bagi pelanggaran untuk mengatur profesi agar akuntan memiliki
2
bahwa aturan tidak dapat mengantisipasi permasalahan yang terjadi. Kasus di luar
negeri diantaranya adalah kasus Enron Corporation dan Worldcom. Enron
Corporation adalah perusahaan pemasok energi terbesar di Amerika Serikat
sedangkan Worldcom merupakan perusahaan penyedia layanan telpon terbesar
kedua di Amerika. Tahun 1997 Enron mengumunkan telah salah menyajikan laba
sebesar $600 juta, sehingga harus melakukan penyajian ulang atas laporan
keuangan yang telah diaudit sejak empat tahun sebelumnya (Elder et al., 2011).
Kasus Enron melibatkan banyak pihak, diantaranya auditor Enron Corporation,
yakni, Kantor Akuntan Publik (KAP) Arthur Andersen. KAP Arthur Andersen
telah gagal melaporkan ketidaklayakan sistem akuntansi di Enron Corporation
(Messier et al., 2006). Praktik penurunan kualitas audit yang dilakukan Kantor
Arthur Andersen antara lain melaporkan hasil audit yang tidak sesuai dengan
temuan audit dilapangan kepada publik serta memberikan opini audit terhadap
Enron yaitu melaporkan laporan keuangan tidak sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku dan tidak ditemukan adanya manipulasi laporan keuangan. Faktanya
Enron telah mengalami kerugian yang sangat besar akan tetapi tidak dilaporkan
dalam laporan keuangan perusahaan. Sehingga KAP Arthur Andersen harus
ditutup karena telah melakukan pelanggaran terhadap kode etik profesional
auditor.
Kasus yang sama melibatkan Worldcom dan KAP Arthur Andersen
yaitu, melakukan praktik akuntansi yang tidak sehat untuk memanipulasi laporan
keuangan perusahaan. Worldcom telah memanipulasi dengan melebihsajikan
3
Andersen sebagai auditor yang mengaudit Worldcom mengetahuinya namun tidak
mengungkapkan kecurangan tersebut dalam opini auditnya.
Kejadian yang terjadi di Indonesia, yaitu Departemen Keuangan sebagai
pengawas Akuntan Publik dan Kantor Akuntan Publik hampir setiap tahun
mengeluarkan Surat Keputusan Pembekuan Ijin Akuntan Publik. Sejak
Departemen Keuangan mengintensifkan pengawasannya pada tahun 2002, tercatat
ada 10 Kantor Akuntan dibekukan ijin operasinya. Selanjutnya pada tahun 2003
tercatat 5 Akuntan Publik dibekukan ijin operasinya karena melakukan
pelanggaran terhadap Standar Profesional Akuntan Publik (Mayangsari, 2003).
Sedangkan pada tahun 2005, 2006 2008, dan 2009 Departemen Keuangan kembali
mengumumkan pembekuan 5 ijin Akuntan Publik.
Pembekuan Kantor Akuntan Publik oleh Departemen Keuangan
dilakukan tanggal 11 Juni 2008 lalu terhadap KAP Drs Tahir Hidayat dan Dody
Hapsoro dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 397/KM.1/2008.
Pembekuan dilakukan karena yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran
terhadap Standar Auditing (SA) – Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP)
dalam pelaksanaan audit atas laporan keuangan konsolidasi PT Pupuk Sriwidjaya
(Pesero) dan anak perusahaannya.
Kasus PT. Kimia Farma tbk. Badan Pengawas Pasar Modal dalam siaran
pers tanggal 27 Desember 2002 menyatakan Kasus PT Kimia Farma tbk, yaitu
menyajikan laba bersih terlalu tinggi karena adanya penggelembungan nilai
persediaan dan pencatatan ganda atas penjualan pada laporan keuangan tahun
4
mendeteksi kecurangan tersebut meskipun telah melakukan prosedur audit sesuai
dengan Standar Profesional Akuntansi Publik (SPAP). Pada kasus tersebut,
menyebabkan banyak pihak mengalami kerugian materi dalam jumlah besar.
Kasus PT. Great River International tbk. tahun 2003, bulan November tahun 2006,
Departemen Keuangan (DEPKEU) melakukan pembekuan izin selama 2 tahun
terhadap Akuntan Publik Justinus Aditya Sidharta. Pelanggaran terhadap SPAP
berkaitan dengan Laporan Audit atas Laporan Keuangan Konsolidasi PT. Great
River International tbk. Kasus tersebut mencuat ke publik seiring terjadinya gagal
bayar obligasi yang diterbitkan perusahaan produsen pakaian. Badan pengawas
Pasar Modal dan Lembaga Keuangan mengindikasikan terjadi praktik
overstatement (pernyataan yang berlebihan) atas penyusunan laporan keuangan
yang melibatkan auditor independen, yaitu akuntan publik Justinus Aditya
Sidharta.
Kalbers dan Fogarty (1995) menyatakan kinerja merupakan hasil kerja
yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggungjawab yang diberikan. Seorang auditor dituntut untuk dapat
meningkatkan kinerjanya agar nantinya dapat menghasilkan audit yang
berkualitas. Kualitas audit selain ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki oleh
auditor, juga dipengaruhi oleh perilaku auditor.
Kegiatan auditor tidak lepas dari masalah keperilakuan, seperti adanya
kemungkinan auditor melakukan penyimpangan perilaku yang nantinya dapat
menurunkan kualitas audit, yaitu disebut dengan perilaku audit disfungsional
5
yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan program audit yang dapat mereduksi
atau menurunkan kualitas secara langsung maupun tidak langsung (Otley dan
Pierce, 1996a). Tindakan-tindakan yang dilakukan auditor dalam pelaksanaan
program audit yang dapat mereduksi kualitas audit secara langsung disebut
sebagai Perilaku Reduksi Kualitas Audit (Audit Quality Reduction Behaviors),
sedangkan yang dapat mereduksi kualitas audit secara tidak langsung disebut
perilaku underreporting of time (Otley dan Pierce, 1996a).
Perilaku Reduksi Kualitas Audit (RKA) merupakan setiap tindakan yang
dilakukan auditor selama pelaksanaan prosedur audit yang mereduksi efektifitas
bukti-bukti audit yang dikumpulkan (Malone dan Robert, 1996). Contoh perilaku
RKA adalah penghentian prematur prosedur audit, review yang minim atas
dokumen klien, tidak menginvestasikan kesesuaian perlakuan akuntansi yang
diterapkan klien, penerimaan atas penjelasan klien yang tidak memadai,
mengurangi pekerjaan audit dari yang seharusnya dilakukan, dan tidak
memperluas jangkuan pengauditan ketika terdeteksi transaksi atau pos yang
meragukan (Pierce dan Sweeney, 2004). Perilaku tersebut berdampak negatif bagi
hasil laporan audit pemeriksa, karena kelengkapan bukti audit yang telah
dikumpulkan selama pemeriksaan menjadi diragukan keandalannya dalam proses
menyatakan pendapat auditor atas laporan keuangan klien. Coram et al. (2003)
menyatakan bahwa probabilitas auditor menerbitkan opini yang salah semakin
tinggi ketika auditor melaksanakan tindakan (RKA) dalam pelaksanaan program
6
Donelly et al. (2003) menyatakan terdapat tiga perilaku penyimpangan
audit, yaitu: 1) Underreporting of audit time, yaitu tindakan melaporkan waktu
audit dengan total waktu yang lebih pendek dari waktu yang sebenarnya, 2)
Replacing and alerting original audit prosedures, yaitu tindakan merubah
prosedur yang telah ditetapkan dalam pelaksanaan audit di lapangan, 3) Prematur
sign off of audit step without completion of the procedure, yaitu tindakan
penyelesaian langkah-langkah audit terlalu dini, tanpa melengkapi keseluruhan
prosedur.
Perilaku penurunan kualitas audit yang dilakukan oleh seorang auditor
disebabkan, antara lain karena faktor situasional dan karakteristik individual
auditor. Faktor situasional yang diuji dalam penelitian adalah tekanan anggaran
waktu dalam pelaksanaan audit. Karakteristik individual auditor yang dikaji dalam
penelitian ini adalah locus of control, komitmen auditor terhadap organisasinya
dan pengalaman. Auditor sebagai individu yang memiliki faktor bawahan juga
diperkirakan mempengaruhi kinerja auditor. Faktor bawahan berupa locus of
control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan (Engko dan Gudono, 2007).
Tekanan anggaran waktu dari pihak manajemen merupakan faktor utama yang
dapat mengurangi kualitas audit dan kinerja auditor (Willet dan Page, 1996).
Menurut Mc Namara dan Gregory (2008) menunjukkan berbagai variasi
penyebab tekanan sehubungan dengan tekanan anggaran waktu yang sering
dijumpai di lingkungan audit. Alokasi waktu audit yang tidak tepat akan dapat
mengakibatkan munculnya perilaku yang mengurangi kualitas audit. Cook dan
7
auditor melakukan tindakan audit disfungsional dalam melaksanakan prosedur
audit karena ketidakseimbangan antara waktu yang tersedia dengan waktu yang
dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas audit sehingga auditor cenderung
menempuh cara disfungsional (dengan melakukan RKA) dibandingkan dengan
cara fungsional (meminta tambahan anggaran waktu atau bekerja lebih giat).
Cook dan Kelley (1988) menyimpulkan perilaku audit disfungsional cenderung
meningkat sesuai dengan peningkatan tekanan anggaran waktu yang dirasakan
auditor dalam pelaksanaan tugas audit. Hasil penelitian McNamara dan
Liyanarachichi (2008) menyatakan berkurangnya anggaran waktu menyebabkan
perilaku penuruan kualitas audit meningkat secara signifikan. Artinya semakin
tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan program
audit, maka semakin meningkat kecenderungan auditor berperilaku disfungsional.
Locus of control, yaitu tingkat di mana individu meyakini bahwa mereka
adalah penentu nasib mereka sendiri (Robbins, 2008:138). Locus of control
menggambarkan tingkat keyakinan seseorang yang dapat mengendalikan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya (Rotter,
1966). Locus of control terdiri atas locus of control internal dan locus of control
eksternal. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya
berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan
individu yang meyakini bahwa tindakan yang mereka lakukan mempengaruhi apa
yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar yang di luar
kontrolnya, seperti kesempatan atau keberuntungan disebut memiliki locus of
8
eksternal cenderung untuk berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor
yang memiliki locus of control internal. Silaban (2009) beberapa perbedaan
perilaku individual yang diakibatkan oleh locus of control eksternal, antara lain:
locus of control eksternal kurang bertanggung jawab atas konsekuensi dari
tindakan yang mereka perbuat, individu yang memiliki locus of control eksternal
cenderung memilih strategi berfokus emosi dalam menanggulangi suatu kendala.
Hasil penelitian Donnelly et al. (2003) dan Wintari (2015) menunjukkan adanya
hubungan yang positif antara locus of control eksternal dengan penerimaan
perilaku audit disfungsional. Hasil penelitian yang berbeda, yaitu penelitian
Andani dan Mertha (2014) locus of control eksternal berpengaruh negatif
signifikan pada penghentian prematur prosedur audit.
Karakteristik personal lainnya yang digunakan pada penelitian ini adalah
komitmen auditor terhadap organisasinya. Komitmen organisasi merupakan suatu
keadaan di mana seorang auditor memihak pada suatu organisasi tertentu dan
tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu
(Robbins, 2003). Auditor yang memiliki komitmen organisasional akan memiliki
tingkat loyalitas yang lebih baik dan lebih bersedia melakukan pekerjaan melebihi
apa yang seharusnya dikerjakan. Auditor yang memiliki komitmen organisasi
yang rendah cenderung berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor
yang memiliki komitmen organisasional yang tinggi. Hasil Penelitian Aisyah,
dkk. (2014) menunjukkan komitmen organisasi berpengaruh negatif signifikan
terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Namun berbeda dengan
9
pengaruh positif kinerja auditor secara parsial terhadap perilaku menyimpang
dalam audit. Tingginya komitmen organisasional akan meminimalkan keinginan
untuk pindah kerja yang akan berdampak pada rendahnya penerimaan perilaku
disfungsioanal auditor serta auditor yang berkomitmen tinggi akan mempunyai
usaha yang keras dan akan mempunyai kinerja yang lebih baik daripada yang
tidak berkomitmen.
Hutabarat (2012) menyatakan bahwa pengalaman seorang auditor
berpengaruh terhadap kualitas audit yang artinya bahwa semakin tinggi
pengalaman maka akan memberikan dampak positif pada peningkatan kualitas
audit. Menjadi seorang auditor harus memiliki pengalaman baik secara langsung
maupun tidak langsung di bidang auditing serta memiliki latar belakang
pendidikan formal akuntansi dan auditing (Meidawati, 2001). Standar umum yang
pertama mensyaratkan akuntan publik harus menjalani pelatihan teknis yang
cukup dalam praktik akuntansi dan prosedur audit. Pendidikan formal akuntan
publik dan pengalaman kerja dalam profesinya merupakan dua hal yang saling
melengkapi (Mulyadi, 2002). Keunggulan auditor yang memiliki pengalaman
antara lain: (1) mereka lebih banyak mengetahui kesalahan, (2) mereka lebih
akurat mengetahui kesalahan, (3) mereka tahu kesalahan tidak khas, (4) pada
umumnya hal-hal yang berkaitan dengan faktor-faktor kesalahan (ketika
kesalahan terjadi dan tujuan pengendalian internal dilanggar) menjadi lebih
menonjol (Tubbs, 1992). Winarna (2001) mengemukakan seorang auditor dalam
membuat laporan audit harus memiliki pengalaman yang cukup, karena
10
informasi yang diperoleh selama melakukan pemeriksaan dan juga dalam
memberi kesimpulan audit terhadap obyek yang diperiksa berupa pemberian
pendapat.
Secara umum auditor yang berpengalaman akan bekerja dengan
sebaik-baiknya dan menghindari perilaku yang menyimpang karena mereka memahami
risiko yang akan dihadapi. Menurut Davis (1996) auditor yang berpengalaman
juga memperlihatkan tingkat selektif yang lebih tinggi terhadap informasi yang
relevan. Dengan memakai subjek analis keuangan, Whitecotton (1996)
mengungkapkan bahwa pengalaman memiliki dampak positif terhadap ketelitian.
Analis keuangan yang berpengalaman memiliki ketelitian yang lebih baik
daripada yang belum berpengalaman. Dalam meminimalisir adanya
kesalahan-kesalahan ingatan (memory errors) bagi auditor pada saat penugasan audit maka
pengalaman juga memberikan pengaruh cukup besar (Moeckel, 1990). Hasil
Penelitian Indarto (2011) menunjukkan pengalaman auditor berpengaruh negatif
terhadap penghentian prematur atas prosedur audit. Menemukan hasil yang
berbeda dimana menurut Anderson dan Maletta (1994) semakin berpengalaman
atau familiar individu dengan tugas yang dikerjakan, maka individu itu semakin
berani menghadapi risiko dalam pengambilan keputusan. Dalam konteks
pengauditan, studi Anderson dan Maletta (1994) menunjukkan para auditor yang
kurang berpengalaman bila dibandingkan auditor yang lebih berpengalaman
terlalu berfokus pada bukti-bukti atau informasi negatif dan lebih semakin negatif
juga pertimbangan audit yang mereka buat. Pemikiran yang sama juga berlaku
11
yang berpengalaman cenderung berani mengambil risiko untuk menurunkan
kualitas audit, dibandingkan auditor yang kurang berpengalaman.
Subjek penelitian ini adalah auditor KAP di Bali. Di Provinsi Bali
tercatat ada 8 (delapan) KAP, diantaranya 2 KAP pernah dibekukan ijinnya oleh
Kementerian Keuangan selama 6 (enam) bulan. Pembekuan dilakukan karena
yang bersangkutan telah melakukan pelanggaran terhadap Standar Auditing (SA),
Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) dalam pelaksanaan audit atas laporan
keuangan dana pensiun pada PT. Bank Dagang Bali pada Tahun 2009
(Dharmawan, 2015)
Selain fenomena tersebut, pemilihan KAP di Bali didasarkan pada
dimensi lokasi, dimensi waktu, dan kultur daerah. Subjek penelitian McNamara
dan Liyanarachichi (2008) adalah auditor KAP di New Zealand; Simanjuntak
(2008) adalah auditor KAP di Jakarta; Silaban (2009) adalah auditor KAP di
Jakarta, Medan, dan Surabaya, Indarto (2011) adalah auditor KAP Semarang.
Perbedaan kultur daerah akan memengaruhi karakter atau personality
(kepribadian) seseorang yang diantaranya diwujudkan dalam sikap dan tindakan
etis (Crismastuti dan Vena, 2006). Penelitian ini menjadi penting dengan alasan
kultur yang berbeda di setiap daerah yang membawa perilaku yang berbeda pula.
Mengetahui faktor-faktor penyebab perilaku penurunan kualitas audit tersebut
sangat membantu dalam meningkatkan kualitas opini audit, sehingga respon yang
12
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian, maka rumusan masalah
disusun sebagai berikut:
1) Apakah tekanan anggaran waktu berpengaruh pada perilaku penurunan
kualitas audit?
2) Apakah locus of control berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas
audit?
3) Apakah komitmen organisasi berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas
audit?
4) Apakah pengalaman berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, penelitian ini mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh tekanan anggaran waktu
pada perilaku penurunan kualitas audit.
2) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh locus of control pada
perilaku penurunan kualitas audit.
3) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh komitmen organisasi
pada perilaku penurunan kualitas audit.
4) Untuk mendapatkan bukti secara empiris pengaruh pengalaman pada
13
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diberikan melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1) Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan informasi dan
memperkaya literatur akuntansi, khususnya yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang berpengaruh pada perilaku penurunan kualitas audit. Secara
spesifik hasil penelitian ini diharapkan memberikan bukti empiris untuk
mengkonfirmasi temuan penelitian-penelitian sebelumnya yang masih
menunjukkan hasil yang beragam. Mengenai pengaruh locus of control,
komitmen organisasi, dan pengalaman sebagai faktor individual yang
dikaitkan dengan teori atribusi, dimana perilaku seseorang ditentukan oleh
kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang berasal dari
dalam diri seseorang, dan kekuatan eksternal yaitu faktor-faktor yang berasal
dari luar seseorang. Selain itu hasil penelitian ini juga diharapkan
memberikan bukti empiris pengaruh tekanan anggaran waktu yang didukung
oleh teori U terbalik, menjelaskan hubungan antara stress dan kinerja,
dimana ketika individu memiliki level stress yang rendah dan sedang dapat
memberikan stimulasi terhadap individu untuk dapat bekerja dengan lebih
baik dan begitu juga sebaliknya. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan
dapat digunakan sebagai rujukan (referensi) bagi para peneliti yang berminat
14
2) Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada seluruh pihak
yang berkepentingan dengan penelitian ini, khususnya kepada Kantor
Akuntan Publik (KAP) mengenai fenomena perilaku penyimpangan audit,
khususnya perilaku penurunan kualitas audit oleh auditor. Penelitian ini
diharapkan memberikan kontribusi bagi pihak-pihak yang berkepentingan
seperti KAP dalam merumuskan kebijakan berbagai bidang yaitu:
penentuan anggaran waktu audit, sistem evaluasi terhadap kinerja personal
auditor, dan rekruitmen auditor baru, dan standar untuk menyempurnakan
pedoman pelaksanaan kerja bagi auditor. Selain itu agar selalu
mempertimbangkan karakteristik individual dalam penyusunan tim audit
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
Landasan teori merupakan dasar berpikir yang bersumber dari suatu teori
yang relevan dan dapat digunakan sebagai tuntunan untuk memecahkan
permasalahan dalam penelitian. Penelitian ini menggunakan kajian teoretis dan
kajian empiris. Kajian teorites dalam penelitian ini terdiri dari grand theory dan
supporting theory. Grand theory, yaitu teori atribusi, sedangkan supporting
theory, yaitu teori U terbalik, tekanan anggaran waktu, locus of control, komitmen
organisasi, dan pengalaman. Kajian empiris dalam penelitian ini berasal dari
research yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.
2.1.1 Teori Atribusi (Attribution Theory)
Teori atribusi mempelajari proses bagaimana seseorang
menginterpretasikan suatu peristiwa, alasan atau sebab perilakunya (Suartana,
2010:181). Teori atribusi mengargumentasikan bahwa perilaku seseorang
ditentukan oleh kombinasi antara kekuatan internal, yaitu faktor-faktor yang
berasal dari dalam diri seseorang, dan kekuatan eksternal orang lain, yaitu
faktor-faktor yang berasal dari luar diri seseorang. Teori ini mengacu pada bagaimana
seseorang menjelaskan penyebab perilaku orang lain atau diri sendiri yang
ditentukan dari internal atau eksternal dan pengaruhnya terhadap perilaku
16
Malone dan Robert (2009) mengatakan bahwa faktor penyebab tindakan
pengurangan kualitas audit adalah faktor situsional saat melakukan audit seperti
review procedure dan quality control, dan time-budget pressures, serta faktor
internal, yaitu sisi personalitas dan karakter pribadi auditor. Salah satu karakter
pribadi auditor tercermin dalam karakteristik profesional, komitmen organisasi,
keinginan bertahan pada KAP tempat bekerja, pengalaman bekerja sebagai
auditor, maupun etika profesional yang mendasari kerja dari seorang auditor.
Pada penelitian yang dilakukan ini akan dikaji mengenai tekanan anggaran waktu,
locus of control, komitmen organisasi dan pengalaman.
Dalam teori atribusi Correspondent Inference, perilaku berhubungan
dengan sifat atau karakteristik personal, berarti dengan melihat perilakunya dapat
diketahui dengan pasti sikap atau karakteristik orang tersebut serta prediksi
perilaku seseorang dalam menghadapi situasi tetentu. Hubungan yang demikian
adalah hubungan yang dapat disimpulkan (correspondent inference), (Febrina,
2012). Hubungan tersebut dapat diamati melalui hal berikut.
1) Melihat kewajaran perilaku. Orang yang bertindak wajar sesuai dengan
keinginan masyarakat, sulit untuk dikatakan bahwa tindakannya
merupakan cermin karakternya, bisa saja karena suatu keharusan.
2) Pengamatan terhadap perilaku yang terjadi pada situasi yang
memunculkan beberapa pilihan.
3) Memberikan peran berbeda dengan peran yang sudah biasa dilakukan.
17
baru, tampak keaslian perilaku yang merupakan gambaran
kepribadiannya.
Gordon dan Graham (2006) menjelaskan situasi di sekitar yang
menyebabkan perilaku seseorang dalam persepsi sosial disebut dengan
dispositional attributions dan situational attributions. Dispositional attributions
merupakan penyebab internal yang mengacu pada aspek perilaku individual yang
ada dalam diri seseorang, misalnya keperibadian, persepsi diri, kemampuan, dan
motivasi. Sedangkan situational attributions merupakan penyebab eksternal yang
mengacu pada lingkungan sekitar yang dapat mempengaruhi perilaku, misalnya
kondisi sosial, nilai-nilai sosial, dan pandangan masyarakat.
Penelitian ini menggunakan teori atribusi karena peneliti melakukan
studi empiris untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi auditor dalam
menerima dysfunctional audit behavior, khususnya pada karakteristik personal
auditor itu sendiri. Karakteristik personal menjadi penentu utama dalam
penerimaan dysfunctional audit behavior karena merupakan faktor internal yang
mendorong seorang individu untuk melakukan suatu aktivitas (Febrina, 2012).
Berdasarkan teori Konsensus Weiner (Febrina, 2012), keberhasilan dan
kegagalan memiliki penyebab internal atau eksternal. Ketika seseorang dengan
need of achievement tinggi telah sukses, dia akan menganggap keberhasilan itu
berasal dari faktor internal (usaha dan kemampuan) serta cenderung menganggap
18
2.1.2 Teori U Terbalik
Hubungan antara stress dan kinerja dalam sejumlah penelitian banyak
dijelaskan dengan menggunakan pola U terbalik. Pola U terbalik pertama kali
didokumentasikan oleh Yerkes dan Dodson pada tahun 1908 yang dikenal sebagai
hukum Yerkes-Dodson (Adler dan Fich, 2012), yang menyatakan kinerja
meningkat sesuai dengan stimulus tetapi hanya pada sampai titik tertentu, ketika
tingkat stimulus menjadi tinggi, kinerja justru menurun, sehingga disimpulkan
terdapat stimulus optimal untuk aktivitas tetentu. Menurut Baumler (1994) dalam
Adler dan Fich (2012), hukum ini telah digunakan untuk menjelaskan pengaruh
reward, motivasi, stimulus, dan stres pada pembelajaran, kinerja, pemecahan
masalah atau memori. Penelitian dalam psikologi telah menemukan bukti
hubungan lengkung antara stimulus (arousal) dan kinerja (performance).
Robbins (2015:435) menyatakan level stress yang rendah hingga sedang
memberikan stimulus terhadap individu untuk dapat bekerja lebih baik, lebih
intesns, atau lebih cepat. Sebaliknya, level stres yang tinggi akan memberikan
banyak tuntutan yang dapat menghasilkan kinerja yang lebih rendah. Beberapa
studi telah memberikan bukti yang mendukung hukum Yerkes-Dodson, seperti
Choo (1995); Kelly dan Margheim (1990); Kelly dan McGrath (1982);. Smith et
al. (1997); Sweeney dan Pierce (2004) dalam Bowrin dan King (2010). Choo
(1986) dalam Silaban (2009) menemukan terdapat hubungan bentuk U-terbalik
antara stress kerja dengan kinerja tugas. Choo (1995) dalam Bowrin dan King
(2010) melaporkan hubungan antara tekanan waktu dan keakuratan penilaian
auditor berbentuk U terbalik. Dalam melaksanakan pekerjaannya, auditor berpacu
19
menimbulkan tekanan bagi auditor yang menyebabkan stress. Stress dalam tahap
rendah hingga menengah tersebut akan memacu auditor dalam melaksanakan
pekerjaan, sehingga menjadi lebih intensif dan lebih baik. Oleh karena itu, auditor
dapat memenuhi anggaran waktu yang telah ditetapkan tanpa mengabaikan
kualitas dengan tetap memperhatikan independensi, kode etik dan prinsip-prinsip
yang berlaku.
Tinggi
Kinerja
Rendah
Rendah Stres Tinggi
Gambar 2.1
Kurva U Terbalik: Hubungan antara Stres dan Kinerja
2.1.3 Tekanan Anggaran Waktu
Tekanan anggaran waktu merupakan kendala yang terjadi pada perikatan
20
melaksanakan seluruh tugas audit (DeZoort dan Lord, 1997). Temuan hasil survey
yang dilakukan secara luas di Amerika Serikat oleh Rhode mengindikasikan
adanya insiden yang menganggu dari perilaku disfungsional auditor yang
utamanya disebabkan oleh tekanan anggaran waktu (Otley dan Pierce 1996b).
Pada saat seorang auditor mengalami tekanan anggaran waktu, maka
auditor akan memberikan respon dengan dua cara, yaitu fungsional dan
disfungsional (De Zoort dan Lord, 1997). Tipe fungsional merupakan perilaku
auditor untuk bekerja lebih baik dan menggunakan waktu sebaik-baiknya (Kelley
dan Seiler, 1982; Cook dan Kelley, 1991; Otley dan Pierce, 1996a). Tipe
disfungsional merupakan perilaku auditor yang berpotensi menyebabkan perilaku
penurunan kualitas audit (Rhode dalam Simanjuntak 2008). Akers dan Eton
(2003) menyatakan, saat auditor merasakan tekanan anggaran waktu selama
pelaksanaan tugas audit, maka auditor kemungkinan bertindak dengan cara
fungsional, dengan melaksanan prosedur audit sebagaimana mestinya dan
melaporkan waktu sesungguhnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas
tersebut, dengan cara disfungsional, yaitu tidak melakukan prosedur audit
sebagaimana mestinya, tetapi auditor mengklaim bahwa mereka telah melakukan
prosedur audit sebagaimana mestinya. Cara disfungsional ini merupakan cara
auditor mengatasi tekanan anggaran waktu dengan perilaku penurunan kualitas
audit.
Standar audit, sebelum melaksanakan audit, auditor harus merencanakan
dan mengendalikan pekerjaannya secara efektif dan efisien. Semakin
kompetitifnya setiap KAP dalam memberikan jasa audit, KAP dituntut untuk
21
kompeten yang cukup dalam memenuhi standar professional, dan sisi lain KAP
diharuskan melakukan efisiensi melalui pengendalian biaya audit. Sebagian besar
biaya audit ditimbulkan oleh waktu audit, maka untuk meningkatkan efisiensi
salah satu usaha yang sering ditempuh KAP adalah menetapkan anggaran waktu
audit secara ketat. Akibatnya, auditor merasa tertekan, dan dapat merugikan
publik, yaitu memunculkan perilaku yang mengancam kualitas audit. Berikut
tindakan yang mungkin dilakukan oleh auditor yang merasakan tekanan anggaran
waktu:
1) Melaksanakan proses audit sebagaimana mestinya dan melaporkan waktu
sebenarnya yang digunakan dalam pelaksanaan tugas tersebut.
2) Melaksanakan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi memanipulasi
catatan waktu dengan tidak melaporkan waktu sebenarnya yang digunakan
untuk pelaksanaan tugas audit.
3) Tidak melakukan prosedur audit sebagaimana mestinya, tetapi auditor
mengklaim bahwa mereka telah melakukan prosedur audit sebagaimana
mestinya. Dalam hal ini auditor menanggulangi keandalan dengan perilaku
reduksi kualitas audit.
2.1.4 Locus of Control
Locus of control atau pusat kendali adalah salah satu variabel kepribadian
(personility), yang membedakan perilaku atau tindakan seseorang dengan orang
lain. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya
berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan
22
control yaitu tingkat dimana individu meyakini bahwa mereka adalah sebagai
penentu nasib mereka sendiri (Robbins, 2008:138). Locus of control
menggambarkan tingkat keyakinan seseorang yang dapat mengendalikan
faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya (Rotter,
1966). Locus of control terdiri atas locus of control internal dan locus of control
eksternal. Seseorang yang meyakini keberhasilan atau kegagalan yang dialaminya
berada dalam kontrolnya disebut memiliki locus of control internal, sedangkan
individu yang meyakini bahwa tindakan yang mereka lakukan mempengaruhi apa
yang terjadi pada diri mereka dikendalikan oleh kekuatan luar yang di luar
kontrolnya, seperti kesempatan atau keberuntungan disebut memiliki locus of
control eksternal (Lefcourt, 1982). Auditor yang memiliki locus of control
eksternal cenderung untuk berperilaku disfungsional dibandingkan dengan auditor
yang memiliki locus of control internal.
Silaban (2009) menyatakan dalam literatur psikologi ditunjukkan
beberapa perbedaan perilaku individual yang diakibatkan oleh locus of control
individu, yaitu:
1) Perbedaan atas tanggung jawab atau konsekuensi dari suatu tindakan yang
dilakukan.
Individu yang memiliki locus of control internal pada umumnya lebih
bertanggung jawab atas konsekuensi dari tindakan yang mereka perbuat
dibandingkan dengan individu dengan locus of control ekternal.
2) Perbedaan dalam memandang keterkaitan dari suatu kejadian dengan
23
Individu dengan locus of control internal memandang kejadian atau
pengalaman adalah saling berkaitan dan mereka belajar dari pengalaman
yang berulang, pada pihak lain individu yang memiliki locus of control
eksternal cenderung memandang suatu kejadian atau pengalaman tidak
berhubungan dengan kejadian berikutnya dan mereka tidak belajar dari
pengalaman.
3) Saat memandang suatu kondisi atau keadaan yang mereka hadapi.
Individu yang memiliki locus of control internal cenderang memandang
suatu keadaan atau kondisi sebagai peluang atau kondisi yang tidak
menimbulkan tekanan (stres), sedangkan pihak yang memiliki locus of
control eksternal cenderung memandang suatu kondisi atau keadaan sebagai
ancaman atau menimbulkan tekanan stres.
4) Perbedaan dalam menanggulangi tekanan.
Pada saat mengatasi suatu kondisi yang dapat menimbulkan stres individu
yang memiliki locus of control internal cenderung menggunakan strategi
berfokus masalah yaitu dengan mengelola atau merubah tekanan, sementara
individu dengan locus of control eksternal cenderung menggunakan strategi
berfokus emosi yaitu dengan menyerah pada masalah.
Hasil penelitian Donnelly et al. (2003) dan Wintari (2015) menunjukkan
adanya hubungan yang positif antara locus of control eksternal dengan
24
2.1.5 Komitmen Organisasi
Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat
terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi, komitmen
organisasional merupakan siakp yang menunjukkan “loyalitas” karyawan dan
merupakan proses berkelanjutan bagaimana seorang anggota organisasi
mengekspresikan perhatian mereka kepada kesusksesan dan kebaikan
organisasinya (Luthans dalam Setiyadi, 2002). Robbins dan Judge (2008)
mendefinisikan komitmen organisasi sebagai suatu keadaan dimana seseorang
individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk
mempertahankan keanggotannya dalam organisasi. Komitmen dibutuhkan oleh
organisasi agar sumber daya manusia yang kompeten di dalam organisasi dapat
terjaga dan terpelihara dengan baik. Tanpa adanya komitmen organisasi yang kuat
dalam diri setiap individu, tidak akan mungkin suatu organisasi dapat berjalan
dengan maksimal. Komitmen yang kuat sangat berhubungan erat dengan rasa
memiliki individu setiap organisasi.
Komitmen organisasi ini ditandai dengan adanya kepercayaan dan
penerimaan yang kuat atas tujuan dan nilai-nilai organisasi, kemauan untuk
mengusahakan tercapainya tujuan organisasi, dan keinginan yang kuat untuk
mempertahankan diri dalam organisasi. Individu yang memiliki komitmen yang
tinggi akan cenderung lebih sesuai dengan tujuan dan nilai-nilai organisasi, mau
memberikan kontribusi lebih kepada organisasi dan berinisiatif memberikan
manfaat kepada organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa individu dengan
25
2.1.6 Pengalaman
Menurut Noviari dkk. (2001) mendefinisikan pengalaman sebagai
lamanya seseorang menghabiskan waktu untuk berkarya dalam menerapkan
keahliannya di masyarakat. Gusnardi (2003) mengemukakan bahwa pengalaman
audit (audit experience) dapat diukur dari jenjang jabatan dalam struktur tempat
auditor bekerja, tahun pengalaman, gabungan antara jenjang jabatan, keahlian
yang dimiliki auditor yang berhubungan dengan audit, serta pelatihan-pelatihan
yang pernah diikuti oleh auditor tentang audit. Masalah penting yang
berhubungan dengan pengalaman auditor akan berkaitan dengan tingkat ketelitian
auditor.
Menurut Butt (1988) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor
yang berpengalaman akan membuat pertimbangan yang relatif lebih baik dalam
tugas-tugas profesionalnya, daripada auditor yang kurang berpengalaman. Jadi
seorang auditor yang lebih berpengalaman akan lebih tinggi tingkat skeptisme
profesionalnya dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman.
Penggunaan pengalaman didasarkan pada asumsi bahwa tugas yang dilakukan
secara berulang-ulang memberikan peluang untuk belajar melakukannya dengan
yang terbaik. Menurut Herliansyah (2006), seseorang dengan lebih banyak
pengalaman dalam suatu bidang memiliki lebih banyak hal tersimpan dalam
ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai
peristiwa-peristiwa. Hal ini dipertegas oleh Haynes et al. (1998) yang menemukan
bahwa pengalaman audit yang dimiliki auditor ikut berperan dalam menentukan
26
Sesuai dengan standar umum dalam Standar Profesional Akuntan Publik
bahwa auditor disyaratkan memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi
yang ditekuninya, serta dituntut untuk memenuhi kualifikasi teknis dan
berpengalaman dalam bidang industri yang digeluti kliennya (Arens dkk., 2000).
Pengalaman akuntan publik akan terus meningkat seiring dengan makin
banyaknya audit yang dilakukan serta kompleksitas transaksi keuangan
perusahaan yang diaudit sehingga akan menambah dan memperluas
pengetahuannya di bidang akuntansi dan auditing (Christiawan, 2002). Hal
tersebut mengindikasikan bahwa semakin lama masa kerja dan pengalaman yang
dimiliki auditor maka akan semakin baik dan meningkat pula kualitas audit yang
dihasilkan (Alim dkk., 2007).
2.1.7 Perilaku Penurunan Kualitas Audit
Hasil-hasil penelitian terdahulu menunjukkan terdapat ancaman terhadap
penurunan kualitas audit sebagai akibat audit disfungsional yang kadang-kadang
dilakukan auditor dalam praktik audit (misalnya: Alderman dan Deitrick, 1982;
Kelley dan Margheim, 1990; Pierce dan Sweeney, 2004). Perilaku audit
disfungsional adalah setiap tindakan yang dilakukan auditor selama pelaksanaan
program audit yang dapat mereduksi kualitas audit baik secara langsung maupun
tidak langsung (Otley dan Pierce, 1996).
Kegiatan auditor tidak lepas dari masalah keperilakuan, seperti adanya
kemungkinan auditor melakukan penyimpangan perilaku yang nantinya dapat
27
Tingkat perilaku disfungsional yang sangat mengganggu berhubungan dengan
profesi auditing (Otley dan Pierce, 1995). Menurut Jansen dan Glinow (1985)
dalam Malone dan Roberts (1996), perilaku individu merupakan refleksi dari sisi
personalitasnya sedangkan faktor situsional yang terjadi saat itu akan mendorong
seseorang untuk membuat suatu keputusan. Dari pendapat tersebut, dapat
disimpulkan bahwa perilaku disfungsional audit dapat disebabkan oleh faktor
karakteristik personal dari auditor (faktor internal) serta faktor situsional saat
melakukan audit (faktor eksternal). Faktor situsional yang diuji dalam penelitian
adalah tekanan anggaran waktu dalam pelaksanaan audit. Karakteristik individual
auditor yang dikaji dalam penelitian ini adalah locus of control, komitmen auditor
terhadap organisasinya dan pengalaman. Auditor sebagai individu yang memiliki
faktor bawahan juga diperkirakan mempengaruhi kinerja auditor. Faktor bawahan
berupa locus of control, pengalaman dan kemampuan yang dirasakan (Enko dan
Gudono, 2007).
Perilaku penurunan kualitas audit mengakibatkan bukti-bukti yang
dikumpulkan selama pelaksanaan audit tidak dapat diandalkan sehingga
bukti-bukti tersebut tidak kompeten dan cukup sebagai dasar memadai bagi auditor
dalam mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan yang terdapat dalam laporan
keuangan yang diaudit (Silaban, 2009). Perilaku penurunan kualitas audit
diantaranya adalah penghentian prematur atas prosedur audit, menerima
penjelasan klien yang lemah, membuat ulasan dokumen klien secara dangkal,
gagal meneliti kesesuaian prinsip akuntansi yang diterapkan klien, dan
28
1996; Otley dan Pierce, 1996a). Menurut Silaban (2009) tindakan-tindakan yang
disebutkan tadi di atas secara langsung mereduksi kualitas audit karena auditor
memilih untuk tidak melaksanakan seluruh tahapan program audit secara cermat
dan seksama.
Tindakan penggantian prosedur audit (altering of audit procedure) juga
termasuk sebagai tindakan yang mereduksi kualitas audit secara langsung. Pada
umumnya tindakan ini dilakukan karena auditor beroendapat bahwa prosedur
yang telah ditetapkan memerlukan waktu yang lama untuk diterapkan sehingga
auditor melakukan penggantian prosedur audit sesuai dengan kehendaknya.
Prosedur audit yang tidak sesuai dengan peraturan yang ditetapkan menyebabkan
hasil audit diragukan kualitasnya.
Perilaku yang mereduksi kualitas audit langsung (RKA) dapat
digolongkan sebagai perilaku tidak etis. Perilaku tidak etis adalah setiap tindakan
yang diperbuat seseorang yang dapat berdampak buruk pada pihak lain, dan
tindakan tersebut menyimpang dari aturan yang berlaku dan secara moral tidak
dapat diterima (Jones, 1991).
2.2 HasilPenelitian Sebelumnya
Penelitian Cook dan Kelly (1988), variabel yang digunakan tekanan
anggaran waktu yang dirasakan auditor dalam pelaksanaan audit dan cara yang
ditempuh auditor untuk menanggulanggi tekanan anggaran waktu. Sampel
penelitian adalah 73 auditor dari semua level. Hasil penelitian menunjukkan
29
hasil studi 1982, auditor senior dan staf auditor cenderung menghadapai tekanan
anggaran waktu yang lebih besar daripada auditor posisi level atas (partner dan
manajer), dan cara yang ditempuh auditor dalam mengatasi tekanan anggaran
waktu cenderung dengan melakukan perilaku audit disfungsional. Persamaan
dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu tekanan
anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control; komitmen organisasi;
pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.
Penelitian Otley dan Pierce (1996b), variabel yang digunakan tekanan
anggaran waktu; komitmen profesional; dan gaya kepemimpinan manajer pada
perilaku audit disfungsional. Sampel penelitian adalah 356 auditor senior pada
tiga perusahaan yang tergolong dalam The Big Six di Irlandia. Kuesioner yang
dapat digunakan 260 buah. Hasil penelitian menunjukkan ketercapaian anggaran
waktu dan gaya kepemimpinan manajer berpengaruh pada perilaku audit
disfungsional; serta komitmen profesional tidak berpengaruh pada perilaku audit
disfungsional. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan
sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control;
komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang
digunakan berbeda.
Penelitian Coram, et al (2003), variabel yang digunakan karakteristik
individu yaitu locus of control internal dan locus of control eksternal pada
30
Kuesioner yang digunakan sebanyak 106 buah. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa auditor dengan locus of control eksternal lebih menerima perilaku audit
disfungsional dibandingkan auditor yang memiliki locus of control internal.
Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu
locus of control internal dan eksternal dan perilaku penurunan kualitas audit.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan tekanan anggaran
waktu; komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang
digunakan berbeda.
Penelitian dilakukan oleh Simanjuntak (2008), variabel yang digunakan
time budget pressure dan risiko kesalahan pada penurunan kualiatas audit.
Populasi penelitian adalah auditor yang bekerja pada Kantor Akuntan Publik The
Big Four dan Non- The Big Four di Jakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tekanan anggaran waktu dan resiko audit berpengaruh pada perilaku penurunan
kualitas audit. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan
sama, yaitu tekanan anggaran waktu dan perilaku penurunan kualitas audit.
Perbedaan dengan penelitian ini adalah tidak menggunakan locus of control;
komitmen organisasi; pengalaman serta waktu dan tempat penelitian yang
digunakan berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Silaban (2009), variabel yang digunakan
adalah locus of control, komitmen profesional, tekanan anggaran waktu audit,
posisi auditor, tipe KAP, perilaku reduksi kualitas audit, dan underreporting of
time. Sampel penelitian, yaitu 1.500 responden di 90 KAP di Kota Jakarta,
31
(locus of control dan dimensi komitmen profesional) berpengaruh pada tekanan
anggaran waktu yang dirasakan dan perilaku audit disfungsional (RKA dan URT);
selanjutnya tekanan anggaran waktu yang dirasakan berpengaruh terhadap
perilaku audit disfungsional; serta posisi auditor di KAP dan tipe KAP
berpengaruh pada model perilaku audit disfungsional (RKA dan URT).
Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu
locus of control; tekanan anggaran waktu audit; dan perilaku reduksi kualitas
audit. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan komitmen
organisas; pengalaman; serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan
berbeda.
Penelitian yang dilakukan oleh Indarto (2011) variabel yang digunakan
time pressure atas prosedur audit berpengaruh positif dan signifikan terhadap
penghentian premature atas prosedur audit. Sebaliknya variabel review procedure
dan quality control oleh Kantor Akuntan Publik, Komitmen pada organisasi
auditor; komitmen professional auditor; prosedur dan kesadaran etis berpengaruh
negatif secara signifikan terhadap penghentian prematur atas prosedur audit.
Sedangkan pengalaman dalam mengaudit meski berpengaruh negatif pada
penghentian prematur atas prosedur audit. Sampel penelitian adalah 71 auditor di
Akuntan Publik di Semarang. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel
yang digunakan sama, yaitu time pressure; ,komitmen organisasi; dan
pengalaman. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak menggunakan locus of
32
Penelitian yang dilakukan oleh Triono dkk. (2012), variabel yang
digunakan adalah locus of control, komitmen organisasional, posisi auditor di
KAP, dan perilaku disfungsional audit. Hasil penelitiannya, yaitu: locus of control
berpengaruh negatif signifikan terhadap komitmen organisasional; locus of
control berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional
audit; posisi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap komitmen
organisasional; posisi auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan
perilaku disfungsional audit; komitmen organisasional berpengaruh negatif
signifkan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit; locus of control,
posisi auditor, dan komitmen organisasional mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap penerimaan perilaku disfungsional audit. Persamaan dengan
penelitian ini adalah variabel yang digunakan sama, yaitu locus of control;
komitmen organisasi; dan perilaku disfungsional audit. Perbedaannya adalah
penelitian ini tidak menggunakan tekanan anggaran waktu audit; pengalaman;
serta waktu dan tempat penelitian yang digunakan berbeda.
Penelitian Hastuti (2013) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu
berhubungan positif dengan perilaku audit disfungsional, yang artinya semakin
tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor, maka kecenderungan
melakukan perilaku penurunan kualitas audit semakin meningkat. Locus of
control eksternal berpengaruh positif dengan perilaku audit disfungsional yang
artinya semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, maka semakin
tinggi juga keinginan auditor tersebut untuk melakukan perilaku penurunan
33
penurunan kualitas audit, artinya semakin tinggi locus of control internal yang
dimiliki seseorang maka semakin kecil keinginan auditor melakukan tindakan
penurunan kualitas audit. Hasil penelitian komitmen professional afektif, kontinu,
dan normatif berhubungan negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hal
ini berarti bahwa auditor yang memiliki komitmen professional afektif, kontinu,
dan normatif rendah lebih cenderung melakukan perilaku penurunan kualitas audit
dibandingkan auditor yang memiliki komitmen profesional afektif, kontinu, dan
normatif kuat.
Wintari (2015) membuktikan bahwa tekanan anggaran waktu
berhubungan positif dengan perilaku audit disfungsional, yang artinya semakin
tinggi tekanan anggaran waktu yang dirasakan auditor, maka kecenderungan
melakukan perilaku penurunan kualitas audit semakin meningkat. Locus of
control eksternal berpengaruh positif dengan perilaku audit disfungsional yang
artinya semakin tinggi locus of control eksternal seorang auditor, maka semakin
tinggi juga keinginan auditor tersebut untuk melakukan perilaku penurunan
kualitas audit. Locus of control internal berpengaruh negatif terhadap perilaku
penurunan kualitas audit, artinya semakin tinggi locus of control internal yang
dimiliki seseorang maka semakin kecil keinginan auditor melakukan tindakan
penurunan kualitas audit. Hasil penelitian komitmen professional afektif, kontinu,
dan normatif berhubungan negatif dengan perilaku penurunan kualitas audit. Hal
ini berarti bahwa auditor yang memiliki komitmen professional afektif, kontinu,
dan normatif rendah lebih cenderung melakukan perilaku penurunan kualitas audit
34
normatif kuat. Persamaan dengan penelitian ini adalah variabel yang digunakan
sama, yaitu locus of control eksternal; tekanan anggaran waktu audit; dan perilaku
disfungsional audit. Populasi penelitian adalah seluruh pegawai yang berstatus
sebagai pejabat fungsional auditor di Perwakilan BPKP Provinsi Bali yang
berjumlah 70 orang di tahun 2015. Perbedaannya adalah penelitian ini tidak
menggunakan komitmen organisasi; pengalaman; serta waktu dan tempat