• Tidak ada hasil yang ditemukan

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN PESISIR KOTA MAKASSAR"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

POLA PENGGUNAAN LAHAN PADA KAWASAN PESISIR

KOTA MAKASSAR

Wiwik Wahidah Osman, Samsuddin Amin & Musdaliana Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin Jl. Perintis Kemerdekaan Km. 10 Tamalanrea € Makassar, 90245

Telp./Fax: (0411) 586265/(0411) 587707 e-mail: w_wahidahosman@yahoo.com

Abstract

Kota Makassar merupakan wilayah pesisir yang berdasarkan sejarah merupakan titik tumbuh Kota Makassar yang memiliki berbagai kegiatan dan fungsi ruang yang beragam. Penelitian ini mengidentifikasi karakteristik ruang kawasan pesisir sehingga dihasilkan suatu gambaran pola atau bentuk ruang pesisir Kota Makassar. Variabel yang dibahas adalah karakteristik fisik lingkungan, karakteristik permukiman, karakteristik jalan, sempadan pantai, dan jenis vegetasi. Penelitian dilakukan di sepanjang pesisir Kota Makassar dibagi dalam 5 (lima) sub kawasan yaitu: Delta Sungai Jeneberang, Pantai Losari, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Paotere, dan Muara Sungai Tallo. Variabel dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui karakteristik pola ruang dan pengaruh laut terhadap pola ruang sehingga hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa karakteristik pola ruang ditentukan oleh jenis aktivitas, peruntukan lahan fisik lingkungan, pola permukiman, pola jalan yang dapat di tunjukkan dengan skema pola ruang kawasan. Untuk Kawasan pesisir kota Makassar pola ruangan dapat dibedakan yakni kawasan fungsi lindung (pada Delta Sungai Jeneberang dan Muara Sungai Tallo) dan kawasan budidaya (Pantai Losari, Pelabuhan Makassar, Pelabuhan Paotere).

Kata Kunci: pola ruang, kawasan pesisir, kota makassar

PENDAHULUAN

Kota Makassar merupakan wilayah pesisir yang merupakan titik tumbuh kota Makassar, memiliki areal seluas 175,77 kilometer persegi dengan panjang pesisir mencapai ±35,52 km (Perda Makassar 2005-2015), wilayah pesisir kota Makassar menyediakan sumberdaya alam yang produktif baik sebagai sumber pangan, tambang mineral dan energi, media komunikasi maupun kawasan rekreasi atau pariwisata. Hal tersebut mempunyai konsekuensi bagi Pemerintah Kota Makassar dalam mengelola berbagai potensi yang ada khususnya wilayah pesisir serta mengatasi kendala dan tantangan yang dihadapi.

Kendala di wilayah pesisir antara lain munculnya permukiman kumuh dan penggunaan lahan yang tidak sesuai dengan rencana yang ada, tantangan yang dihadapi selanjutnya di masa yang akan datang agar dapat menjadikan wilayah pesisir kota Makassar lebih tertata dengan pengelolaan lingkungan dalam wilayah pesisir sesuai dengan konsep yang terencana, rasional, bertanggungjawab dengan kemampuan daya dukungnya dengan mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat serta memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan kawasan pesisir bagi pembangunan yang berkelanjutan (Sugandhy, 2001).

Lokasi penelitian sepanjang kawasan pesisir dibagi 5 (lima) zona, setiap zona memiliki karakteristik yang berbeda, yaitu pada zona delta Sungai Jeneberang merupakan daerah pariwisata dan komersil yang kepadatan penduduk saat ini masih rendah, zona Pantai Losari merupakan daerah perdagangan/jasa dan ruang terbuka publik, zona Pelabuhan Makassar merupakan daerah pelabuhan dan perdagangan, zona Pelabuhan Paotere merupakan daerah pelabuhan dan permukiman, zona Sungai Tallo sebagai daerah konservasi dan permukiman.

Pola Ruang

Adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

(2)

Pola Penggunaan Lahan

Adalah model atau bentuk penggunaan lahan seperti: perladangan, tegalan, hutan penghijauan, perkampungan dan lain-lain. Secara umum lahan memiliki karakteristik yang membedakan dengan sumberdaya alam yang lain (Kaiser, Godschalk, and Chapin, 1995) yaitu;

a. Lahan mempunyai sifat tertentu yang berbeda dengan sumberdaya yang lain, meliputi: - lahan merupakan aset ekonomis, harganya tidak terpengaruh oleh penurunan nilai & waktu. - jumlah lahan terbatas dan tidak dapat bertambah, kecuali melalui reklamasi.

- lahan secara fisik tidak dapat dipindahkan, sehingga lahan yang luas di suatu daerah merupakan keuntungan bagi daerah tersebut yang tidak dapat dialihkan dan dimiliki oleh daerah lain.

b. Lahan mempunyai nilai dan harga.

c. Hak atas lahan dapat dimiliki dengan aturan tertentu. Pengertian Tata Guna Lahan

Tata guna (land use) adalah pengaturan penggunaan tanah yang meliputi penggunaan permukaan bumi di daratan dan penggunaan permukaan bumi di lautan (Jayadinata, 1999). Tata guna lahan kota adalah cermin tata kegiatan kota, guna lahan memiliki kemungkinan yang besar untuk berubah-ubah baik luas ruang atau fungsi jalan dan kegiatan seiring dengan sarana dan prasarana penggunaan aktivitas (Warpani, 1990 dalam Noorwahyuni, 2006). Tanah dalam pengertian lahan adalah tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pemiliknya perorangan maupun lembaga (Jayadinata, 1999).

Pengertian Kawasan Tepian Air/ Wilayah Pesisir

Menurut UU No. 27 tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir &Pulau-pulau Kecil, Wilayah Pesisir adalah daerah peralihan antara ekosistem darat & laut yang dipengaruhi oleh perubahan di darat & laut. Belum ada kesepakatan dunia tentang berapa jarak batas wilayah pantai ke laut maupun ke darat, namun setiap negara memberikan batasan wilayah pesisir sesuai tujuan pengelolaannya. Batas wilayah pantai yang digunakan adalah batas administrasi daerah, batas wilayah politik negara, bentuk fisik pantai, unit-unit ekologi (arbitrary). Dalam kesepakatan nasional, wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara darat dan laut, mencakup daerah yang masih terkena percikan air laut/pasang surut, ke arah laut meliputi daerah paparan benua. Dalam proyek perencanaan dan evaluasi sumberdaya kelautan, batas wilayah pantai ke arah laut sesuai dengan peta Lingkungan Pantai Indonesia (LPI) yang diterbitkan oleh Bakorsurtanal, sedang ke arah darat meliputi batas administrasi seluruh desa pantai berdasarkan Departemen Dalam Negeri (Dahuri 2000).

Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan KEP.10/MEN/2002 tentang Pedoman Umum Perencanaan Pengelolaan Pesisir Terpadu, Wilayah Pesisir didefinisikan sebagai wilayah peralihan antara ekosistem darat dan laut yang saling berinteraksi, ke arah laut 12 mil dari garis pantai untuk propinsi dan sepertiga dari wilayah laut (kewenangan propinsi) untuk kabupaten/kota dan ke arah darat batas administrasi kabupaten/kota.

Elemen yang menjadi satu kesatuan yang membentuk keseluruhan dari kawasan pantai, antara lain: 1. Pesisir (beach), adalah pantai yang tersusun oleh endapan pasir atau kerikil.

2. Tepian (shore), adalah mintakat diposisi muka air terendah dan posisi muka air tertinggi yang dapat dicapai. 3. Garis Tepi (shore line), adalah garis yang diperoleh dari hasil rata-rata pengukuran pasang surut, garis tepi

merupakan titik ikat nol terhadap ketinggian (altitude) di daratan.

4. Belakang Tepian (back shore), adalah bagian yang tidak dipengaruhi oleh air laut atau terletak antara tebing pasir (dune) atau tebing laut (sea cliff) dengan muka tepian.

5. Lepas Pantai (off shore), adalah mintakat terhitung mulai dari posisi air surut terendah hingga laut lepas. Hunt (1998) menerangkan penentuan batasan wilayah pesisir, yaitu:

1. Batas wilayah pesisir ke arah darat adalah jarak arbiter dari rata-rata pasang tinggi (mean high tide), dan batas ke arah laut umumnya adalah sesuai dengan batas yurisdiksi provinsi.

2. Untuk kepentingan pengelolaan, batas ke arah darat dari suatu wilayah pesisir dapat diterapkan yaitu: batas untuk wilayah perencanaan (planning zone) dan batas untuk wilayah pengaturan (regulation zone) atau pengelolaan keseharian (day-to-day management). Wilayah perencanaan meliputi seluruh daerah daratan (hulu) apabila terdapat kegiatan manusia (pembangunan) yang dapat menimbulkan dampak secara nyata

(significant) terhadap lingkungan dan sumberdaya di pesisir. Oleh karena itu, untuk kepentingan perencanaan (planning zone) dapat sangat jauh ke arah hulu.

(3)

METODE PENELITIAN

Lokasi penelitian sepanjang kawasan pesisir Kota Makassar mulai dari muara Sungai Jenebarang sampai muara Sungai Tallo dengan panjang pesisir ±35,52 km (Perda Makassar 2005-2015). Kawasan penelitian di bagi 5 (lima) zona yaitu: 1). Zona delta Sungai Jeneberang; 2). Zona Pantai Losari; 3). Zona Pelabuhan Makassar; 4). Zona Pelabuhan Paotere; 5). Zona Muara Sungai Tallo.

Metode penelitian adalah penelitian deskriptif yang menggambarkan pola ruang tepian air Kota Makassar. Penelitian ini membahas: 1). Karakteristik fisik lingkungan berupa: topografi kawasan; 2). Karakteristik permukiman berupa: pola permukiman, orientasi bangunan, koefisien dasar bangunan (KDB), koefisien lantai bangunan (KLB), dan jenis bangunan; 3) Prasarana jalan berupa: pola jalan dan kondisi jalan; 4). Sempadan pantai; 5). Jenis Vegetasi yang ada pada kawasan penelitian; 6). Pengaruh eksistensi laut/pesisir terhadap pola ruang di sekitar kawasan pesisir Kota Makassar berupa: pola permukiman dan pola Land use.

Teknik analisis yang digunakan: 1). Analisis deskriptif-kualitatif; 2). Analisis standar tentang peraturan pembangunan wilayah pesisir; 3). Analisis Kuantitatif; 4). Analisis Figure Ground.

Gambar 1. Peta Pembagian Zona Penelitian

(Sumber: Citra Satelit)

HASIL DAN BAHASAN

Gambaran Umum Kawasan Penelitian 1. Zona Delta Sungai Jeneberang

Terletak di kawasan pesisir pantai bagian selatan Kota Makassar, terbentuk dari hasil sedimentasi Sungai Jeneberang. Kawasan ini tercakup dalam wilayah kecamatan Tamalate yaitu Kelurahan Tanjung Bunga. Kawasan delta Sungai Jeneberang seluas 349 ha. Ketinggian permukaan 010m di atas permukaan laut, kemiringan 0% -2%, di sekitar aliran sungai terdapat daerah cekungan, sehingga mengalami penggenangan air selama musim hujan. Di selatan delta Sungai Jeneberang terdapat jembatan menghubungkan Kota Makassar dengan Kabupaten Takalar. Kondisi jalan utama terdiri dari 2 ruas jalan, di tengah terdapat drainase lebar 6 m (gambar 2).

2. Zona Pantai Losari

Pantai Losari berada tepat di jantung Kota Makassar, yaitu di Jalan Penghibur, terletak di sebelah barat Kota Makassar & merupakan icon Kota Makassar. Teletak pada wilayah kelurahan Maloku & Kelurahan Losari Kecamatan Ujung Pandang, fungsi utama sebagai pusat jasa pelayanan, perdagangan & permukiman. Letak Pantai Losari sangat strategis mudah diakses. Dari pelabuhan Sukarno Hatta dapat ditempuh sekitar 15 menit dengan mobil/motor. Jika dari Bandara Udara Hasanuddin dapat ditempuh sekitar 45 menit menggunakan mobil/motor. Pesisir Pantai Losari terdapat anjungan sebagai sarana rekreasi menikmati panorama laut & tempat memancing (Gambar 3).

3. Zona Pelabuhan Makassar

Pelabuhan ini terletak di Kecamatan Wajo, pesisir barat Kota Makassar. Pelabuhan Makassar merupakan pelabuhan Nasional dan pelabuhan terbesar di Kawasan Timur Indonesia juga sebagai pelabuhan ekspor.

(4)

Pelabuhan Makassar mempunyai panjang dermaga 2.500 m dengan kedalaman ± 18 m, dilengkapi fasilitas seperti gedung perkantoran luas 2.171 m2.. Ruang tunggu penumpang, pergudangan luas 4000 m2 berkapasitas 1.600 orang. Pelabuhan Makassar dapat dicapai melalui jalan utama yakni jalan Nusantara yang dibedakan atas dua yaitu jalan Nusantara lebar 8 m dan Jalan Nusantara Baru dengan lebar 12 m terdiri dari 2 ruas jalan (Gambar 4).

Gambar 2. Peta Kondisi Eksisting Delta Sungai Jeneberang (Sumber: Analisis Penulis, 2013)

Gambar 3. Peta Kondisi Eksisting Pantai Losari (Sumber: Analisis Penulis, 2013)

4. Zona Pelabuhan Paotere

Kawasan pelabuhan Paotere terletak di sebelah utara kota Makassar berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar & merupakan bagian dari sejarah kota Makassar. Pelabuhan Paotere terletak di Kec Ujung Tanah yaitu di Kelurahan Gusung & Kelurahan Cambaya, berfungsi sebagai kawasan permukiman & pelabuhan terpadu. Luas dataran kawasan pelabuhan ± 38 ha, merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan & merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Fungsi kawasan sebagai pusat pelelangan ikan Paotere, pelabuhan tradisional dan pemukiman nelayan (Gambar 5).

(5)

Gambar 4. Peta Kondisi Eksisting Pelabuhan Makassar (Sumber: Analisis Penulis, 2013)

Gambar 5. Kondisi Eksisting Pelabuhan Paotere (Sumber: Analisis Penulis, 2013)

5. Zona Muara Sungai Tallo

Sungai Tallo adalah sungai yang membelah Kota Makassarterletak di Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo. Pada

kawasan ini terdapat makam kuno yang di dalamnya terdapat 778 makam dengan berbagai bentuk (susun timbun, papan batu, maupun kubah batu) & terdiri dari berbagai jenis bahan bangunan. Terletak di bagian utara Kelurahan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Makassar, tepatnya dalam lingkungan bekas kerajaan Tallo. Termasuk wilayah muara Sungai Tallo dalam area perencanaan, khususnya dari aspek konservasi (Gambar 6).

(6)

Gambar 6. Kondisi Eksisting Sungai Tallo (Sumber: Analisis Penulis, 2013)

Karakteristik Penggunaan Lahan Pada Kawasan Pesisir Kota Makassar

Gambar 7. Transek Zona Delta Sungai Jeneberang (Sumber: Hasil Analisis 2013)

(7)

Gambar 8. Transek Zona Pantai Losari (Sumber: Hasil Analisis 2013)

Gambar 9. Transek Zona Pelabuhan Makassar (Sumber: Hasil Analisis 2013)

(8)

Gambar 10. Transek Zona Muara Sungai Tallo (Sumber: Hasil Analisis 2013)

Tabel 1. Karakteristik Pola Ruang Kawasan Pesisir Kota Makassar Muara Delta Sungai Jeneberang Pantai Losari Pelabuhan Makassar Pelabuhan Paotere Muara Sungai Tallo Gambar Topografi Relatif datar ketinggian kurang dari 2 meter dpl Ketinggian permukaan 0-10 m dpl, kemiringan 0-2% Ketinggian permukaan 0-10 m dpl, & kemiringan 0-2% Ketinggian permukaan 0-10m dpl, & kemiringan 0-2%. Ketinggian permukaan 0-10 m dpl, kemiringan 0-2%.

Permukiman Terpencar, tidak

teratur

Linear, teratur di

kiri-kanan jalan. Terpusat, teratur.

Ribbon, tidak teratur (permukiman di atas air) Terpusat, tidak teratur (permukiman di atas air)

Orientasi Laut dan jalan Laut dan jalan Laut dan Jalan Laut dan jalan Laut dan jalan

Jenis Bangunan

Heterogen (panggung permanen & non permanen, tingkat permanen) Homogen (tingkat permanen) Homogen (tingkat permanen) Heterogen (panggung non permanen, tingkat semi permanen, dan tingkat permanen)

Heterogen (panggung semi permanen dan non permanen) KDB dan KLB Permukiman KDB= 40-60%, perdagangan KDB= 80% KLB= 0,6- 2,4 - KDB= 90-100% - KLB= 3 € 7,2 KDB di sekitar pelabuhan= 90-100% dan KDB dalam area pelabuhan= 40% - KDB= 90- 100% - KLB= 2- 4 - KDB= 90-100% - KLB= 2

Pola Jalan Linear (natural) Grid Grid Tidak teratur Tidak teratur

Sempadan Ruang terbuka

Publik Ruang terbuka publik, perdagangan dan jasa Pelabuhan dan gudang. Pelabuhan dan permukiman konservasi dan permukiman Kawasan Pola

(9)

Muara Delta Sungai Jeneberang Pantai Losari Pelabuhan Makassar Pelabuhan Paotere Muara Sungai Tallo

Jenis Vegetasi Kelapa, pisang,

palem Palem, kelapa, tanaman hias Bambu, ketapang gelondongan, palem Beringin dan rumput mangrove

Peta Land Use dan Pola Permukiman Sub Kawasan Delta Sungai Jeneberang

Peta Land Use dan Pola Permukiman Sub Kawasan Pantai Losari Kawasan

(10)

Peta Land Use dan Pola Permukiman Sub Kawasan Pelabuhan Makassar

Peta Land Use Sub Kawasan Sungai Tallo

(11)

SIMPULAN

Pola ruang merupakan distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budidaya.

a. Peruntukan ruang di Kawasan Delta Sungai Jeneberang difungsikan sebagai kawasan budidaya dan kawasan lindung. Untuk fungsi budidaya berada di pesisir pantai berupa ruang terbuka publik & permukiman. Untuk fungsi lindung pada Benteng Sombaopu berupa kawasan bersejarah. Pola permukiman terpencar & tidak teratur, KDB 90%-100%, KLB 0,6-3, pola jalan linear, sempadan pantai untuk ruang terbuka publik. b. Peruntukan ruang di Kawasan Pantai Losari difungsikan sebagai kawasan budidaya. Pada pesisir pantai untuk

ruang terbuka publik berupa anjungan dan perdagangan/jasa berupa rumah makan, hotel, salon, ruko, dll. Pola permukiman linear mengikuti pantai dan jalan, KDB 90%-100%, pola jalan grid.

c. Peruntukan ruang di Kawasan Pelabuhan Makassar difungsikan sebagai kawasan budidaya. Terdapat dermaga yang dilengkapi ruang terbuka berupa tempat parkir, perdagangan/jasa berupa ruko, travel, penginapan/hotel, rumah makan, dll. Pola permukiman terpusat teratur, orientasi bangunan ke jalan, KDB 90%-100%, pola jalan grid, sempadan pantai difungsikan untuk dermaga.

d. Peruntukan ruang di Kawasan Pelabuhan Paotere difungsikan kawasan budidaya. Terdapat dermaga dilengkapi ruang terbuka berupa tempat parkir, permukiman nelayan, perdagangan/jasa berupa ruko, pelelangan ikan, penginapan/hotel, rumah makan, dll. Pola permukiman linear terpusat, pola permukiman di atas air tidak teratur, orientasi ke laut, KDB 100%, kepadatan penduduk tinggi, pola jalan tidak teratur. e. Peruntukan ruang di Kawasan muara Sungai Tallo difungsikan sbg kawasan budidaya dan kawasan lindung.

Fungsi lindung di muara Sungai Tallo berupa kawasan konservasi hutan mangrove, dan kawasan bersejarah berupa makan Raja Tallo. Fungsi budidaya berupa permukiman & perindustrian. Pola permukiman terpusat tidak teratur, KDB 90%-100%, pola jalan tidak teratur, sempadan pantai untuk permukiman.

DAFTAR PUSTAKA

Adisasmita, R. 2005. Pembangunan Ekonomi Perkotaan. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Djayadinata, J.T. 1999. Tata Guna Tanah dalam Perencanaan Pedesaan Perkotaan dan Wilayah, Edisi Ketiga. ITB Bandung.

Hadi Sabari Yunus, 1999. Struktur Tata Ruang Kota. Pustaka Pelajar, Yogyakarta.

Harwijaya, M. & P.B Triton, 2007. Pedoman Penulisan Ilmiah Proposal dan Penelitian, Teguh Publisher. Sevilla,Consuelo G et. al .1993. Pengantar Metode Penelitian. Universitas Indonesia, Jakarta.

Hasni, 2008. Hukum Penataan Ruang dan Penatagunaan Tanah dalam konteks UUPA-UUPR-UUPLH Jakarta. Dahuri Rokhiman. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 Tentang Kawasan Pesisir.

(12)

Gambar

Gambar 1. Peta Pembagian Zona Penelitian (Sumber: Citra Satelit)
Gambar 3. Peta Kondisi Eksisting Pantai Losari (Sumber: Analisis Penulis, 2013)
Gambar 4. Peta Kondisi Eksisting Pelabuhan Makassar (Sumber: Analisis Penulis, 2013)
Gambar 7. Transek Zona Delta Sungai Jeneberang (Sumber: Hasil Analisis 2013)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Penggunaan Lahan untuk Pertanian di Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta adalah karya

Zona ini termasuk dalam kelas lahan potensial, kawasan Bandar Udara Mutiara, kawasan permukaan transisi, kawasan permukaan horizontal dalam, dan zona kebisingan tingkat III.

Pada penelitian ini, Urban Fringe Kota Mataram dibagi menjadi 3 kawasan berdasarkan karakteristik/corak kawasan yang berbeda yaitu kawasan pinggiran yang terletak di

Pesisir Kota Tegal merupakan salah satu kawasan di Jawa Tengah yang memiliki kekayaan sumberdaya alam yang beragam dari lautan. Kawasan pesisir Kota Tegal selain berfungsi

Hasil akhir dari penelitian ini adalah lahirnya konsep pemanfaatan ruang kawasan tepi sungai yang dibagi menjadi 3 zona inti yaitu zona tangga batu, zona taman jalur dan

Perkampungan Tambak Mulyo, Pertimbangan awal dalam melakukan pemilihan wilayah penelitian ini yaitu lokasi yang dekat dengan Laut Jawa atau terletak di kawasan pesisir

Dari analisis yang dilakukan dihasilkan beberapa karakteristik ruang terbuka publik organik di kawasan pesisir Kota Manado yang terlihat dari bentuk fisik,

Karakteristik pemanfaatan ruang pada wilayah pesisir Kota Makassar perlu dilakukan mengingat daerah tersebut merupakan salah satu Kawasan strategis pariwisata dan kawasan