• Tidak ada hasil yang ditemukan

Implementasi media bead frame montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Implementasi media bead frame montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1."

Copied!
263
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Kingkin Prabandari, 2016. Implementasi Media Bead Frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: implemetasi, media bead frame Montessori, matematika, perkalian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan beberapa siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika khususnya perkalian. Siswa masih kesulitan dalam pembelajaran perkalian dua angka. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan guru belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil pretest, posstest dan analisis angket. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 sebanyak 12 siswa. Implementasi ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.

(2)

ABSTRACK

Kingkin Prabandari , 2016. The Implementation of Media Bead Frame Montessori for Multiplication at the Thirth Grade Elementary School Caturtunggal 1. Thesis . Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program , Sanata Dharma University.

Keywords : implementation, media bead frame Montessori, mathematics, multiplication.

This research based on the problem of student who get difficult in joining mathematics learning, especially multiplication. The students get difficulty in learning two figures multiplication. It happened because the teacher still used speech method when the educational is going on and the teachers haven’t used the media that help studens understand the material

The kind of research that used is descriptive qualitative and quantitative. The qualitative data is collected from the result of observation, documentary, and interview. While the qualitative data is found from the result of pretest, posttest and analysis of questionnaire. This implementation is done on 12 studemts of grade third in SDN Caturtunggal 1 and this implementation is done 5 meetings.

(3)

i

IMPLEMENTASI MEDIA BEAD FRAME MONTESSORI PADA MATERI PERKALIAN SISWA KELAS III SD NEGERI CATURTUNGGAL 1

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Kingkin Prabandari NIM: 121134239

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)
(5)
(6)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:  Allah SWT

 Orangtuaku

 Dosen pembimbingku  Sahabat-sahabatku  Teman-temanku

(7)

v

HALAMAN MOTTO

“Dream, Believe, and Make It Happen” (Agnes Moo)

(8)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang disebutkan dalam kutipan dan daftar referensi, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Oktober 2016 Peneliti

(9)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma: Nama : Kingkin Prabandari

Nomor Mahasiswa : 121134239

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul:

“IMPLEMENTASI MEDIA BEAD FRAME MONTESSORI PADA

MATERI PERKALIAN SISWA KELAS III SD NEGERI

CATURTUNGGAL 1”

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.

Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal: 21 Oktober 2016 Yang menyatakan,

(10)

viii ABSTRAK

Kingkin Prabandari, 2016. Implementasi Media Bead Frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: implemetasi, media bead frame Montessori, matematika, perkalian. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh permasalahan beberapa siswa yang terlihat kesulitan dalam mengikuti pembelajaran matematika khususnya perkalian. Siswa masih kesulitan dalam pembelajaran perkalian dua angka. Hal ini terjadi karena guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan guru belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dari hasil observasi, dokumentasi dan wawancara. Sedangkan data kuantitatif didapat dari hasil pretest, posstest dan analisis angket. Implementasi ini dilakukan pada siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 sebanyak 12 siswa. Implementasi ini dilakukan sebanyak lima kali pertemuan.

(11)

ix ABSTRACK

Kingkin Prabandari , 2016. The Implementation of Media Bead Frame Montessori for Multiplication at the Thirth Grade Elementary School Caturtunggal 1. Thesis . Yogyakarta: Elementary School Teacher Education Study Program , Sanata Dharma University.

Keywords : implementation, media bead frame Montessori, mathematics, multiplication.

This research based on the problem of student who get difficult in joining mathematics learning, especially multiplication. The students get difficulty in learning two figures multiplication. It happened because the teacher still used speech method when the educational is going on and the teachers haven’t used the media that help studens understand the material

The kind of research that used is descriptive qualitative and quantitative. The qualitative data is collected from the result of observation, documentary, and interview. While the qualitative data is found from the result of pretest, posttest and analysis of questionnaire. This implementation is done on 12 studemts of grade third in SDN Caturtunggal 1 and this implementation is done 5 meetings.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya yang diberikan, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Implementasi Media Bead Frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1” dengan baik. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, skripsi ini tidak akan terwujud seperti adanya sekarang ini. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terimakasih kepada pihak yang sudah terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyusunan skripsi ini.

Ucapan terimakasih peneliti sampaikan kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kelancaran dan kesehatan dalam proses penelitian dan penyusunan skripsi ini.

2. Rohandi, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan. 3. Christiyanti Aprinastuti, S.S., M.Pd. Kaprodi PGSD.

4. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd. Wakaprodi PGSD.

5. Dra. Haniek Sri Pratini, M.Pd. dosen pembimbing I yang telah memberikan banyak bimbingan dan dukungan dengan sabar dan bijaksana. 6. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd. dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak bimbingan dan dukungan dengan sabar dan bijaksana. 7. Widodo, S.Pd. kepala sekolah SD Negeri Caturtunggal 1 yang telah

memberikan ijin penelitian di SD Negeri Caturtunggal 1.

8. Indhah Setiyani, S.Pd.SD wali kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yag telah membatu dalam pelaksanaan penelitian di sekolah.

9. Siswa-siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yang telah memberikan waktu kepada peneliti untuk bekerjasama selama penelitian berlangsung. 10.Bapak dan Ibu karyawan sekretariat prodi PGSD yang senantiasa

membantu dalam proses perkuliahan dan skripsi.

(13)

xi

13.Dhimas Bagus Riztiyo, yang selalu memberikan semangat, dukungan, dan mendoakanku. Mengenalmu dan bersamamu adalah rencana Tuhan yang indah.

14.Sahabat-sahabat yang selalu mendukungku, Farida Hardiyanti, Anggita Pawestri, Defirra Alizunna, dan Eka Oktafiana. Bertemu kalian adalah anugerah yang indah.

15.Teman-teman seperjuangan PGSD angkatan 2012, Sr. Nining, Fabiana Dwi, Orisa Ratih, Susanna Nur, Katarina Tiara, Anastasya Sidharta, Anastasya Ambar, Theresia Wulan, Ratna Dewi, Monica Putri, Elisabet Riris, Wahyu Ahmet, dan semua yang telah memberikan doa, motivasi dan dukungannya.

16.Bapak Muhibat yang membantu dalam pembuatan alat peraga.

17.Segenap pihak, sahabat, dan teman yang telah membantu dan tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu.

Peneliti menyadari bahwa kesempurnaan hanya milik Tuhan. Karena itu, peneliti meminta maaf apabila dalam penulisan skripsi ini terdapat kesalahan baik dalam sistematika, isi, dan sebagainya. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Yogyakarta, 21 Oktober 2016 Peneliti

(14)

xii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

BAB II LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ... 7

1. Belajar dan Pembelajaran ... 7

a. Hakikat Belajar ... 7

(15)

xiii

b. Karakteristik Pembelajaran dengan Montessori ... 15

4. Tahap-Tahap Perkembangan Anak ... 16

(16)

xiv

1. Analisis Data Kualitatif ... 43

2. Analisis Data Kuantitatif ... 43

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Paparan Implementasi Media Bead Frame Montessori ... 47

a. Pertemuan I ... 47

4. Hasil Angket Respon Siswa terhadap Media Bead Frame Montessori dalam Pembelajaran ... 74

5. Hasil Wawancara Guru terkait Pengimplementasian Media Bead Frame Montessori terhadap Pembelajaran Perkalian ... 75

6. Hasil Wawancara Siswa terkait Pengimplementasian Media Bead Frame Montessori terhadap Pembelajaran Perkalian ... 82

B.Pembahasan ... 88

1. Hasil Implementasi ... 88

(17)

xv

DAFTAR BAGAN

(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran ... 33

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 34

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest ... 35

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa ... 36

Tabel 3.5 Hasil Validasi Angket Respon Siswa ... 37

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran ... 37

Tabel 3.7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran ... 38

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran ... 38

Tabel 3.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran ... 39

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Setelah Pembelajaran ... 39

Tabel 3.11 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa ... 40

Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Hasil Validasi Ahli ... 43

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Hasil Pretest dan Posttest Siswa ... 44

Tabel 3.14 Lembar Penilaian Sikap Saling Berbagi ... 44

Tabel 3.15 Kriteria Penilaian Sikap Saling Berbagi ... 45

Tabel 3.16 Lembar Penilaian Sikap Kerjasama ... 45

Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Sikap Kerjasama ... 45

Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Hasil Angket Siswa ... 46

Tabel 4.1 Hasil Pretest 12 Siswa SDN Caturtunggal 1 ... 69

Tabel 4.2 Hasil Posttest 12 Siswa SDN Caturtunggal 1 ... 70

Tabel 4.3 Penilaian Sikap Saling Berbagi ... 73

Tabel 4.4 Penilaian Sikap Kerjasama ... 73

(19)

xvii

DAFTAR DIAGRAM

(20)

xviii

Gambar 4.6 Guru Mempersiapkan Kondisi Siswa dalam Pembelajaran ... 54

Gambar 4.7 Siswa dan Guru Menyerukan Jargon ... 55

Gambar 4.8 Perwakilan dari Masing-Masing Kelompok Mengambil Bead Frame ... 56

Gambar 4.9 Guru Menjelaskan Media Bead Frame ... 56

Gambar 4.10 Guru Memberikan Contoh Soal ... 57

Gambar 4.11 Guru Menunjukkan Hasil Perkalian 5 x 3 ... 58

Gambar 4.12 Guru Menanyakan kepada Siswa Angka yang Dikalikan Selanjutnya ... 59

Gambar 4.13 Guru Menunjukkan Hasil Perkalian 33 x 5 ... 59

Gambar 4.14 Guru Membagikan LKS ... 61

Gambar 4.15 Guru Mengelilingi Kelas dan Mengajari Siswa dalam Belompok ... 61

Gambar 4.16 Siswa Saling Bekerja Sama dalam Mengerjakan Soal ... 62

Gambar 4.17 Ekspresi Siswa Ketika Jawaban Mereka Benar ... 62

Gambar 4.18 Kelompok Mempresentasikan Hasil Pekerjaanya ... 63

Gambar 4.19 Siswa Mengangkat Tangan Ketika Guru Menanyakan Tentang Benar Salah dalam Mengerjakan Soal ... 63

Gambar 4.20 Guru Membagikan LKS kepada Siswa ... 65

Gambar 4.21 Guru Memberikan Contoh Soal Kepada Siswa ... 65

(21)

xix

Lampiran 11 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Validator 1 ... 168

Lampiran 12 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Validator 2 ... 175

Lampiran 13 Lembar Validasi Perangkat Pembelajaran oleh Validator 3 ... 178

Lampiran 14 Lembar Validasi Instrumen Pengumpulan Data ... 189

Lampiran 15 Hasil Kerja Siswa Pertemuan II ... 197

Lampiran 16 Hasil Kerja Siswa Pertemuan III ... 203

Lampiran 17 Hasil Kerja Siswa Pertemuan IV ... 209

Lampiran 18 Angket yang telah Diisi Siswa ... 215

Lampiran 19 Hasil Rekapan Pengisian Angket Siswa ... 216

Lampiran 20 Soal Prestest yang telah dikerjakan Siswa ... 217

Lampiran 21 Soal Posttest yang telah dikerjakan Siswa ... 219

Lampiran 22 Transkipsi Video Pertemuan III ... 221

Lampiran 23 Transkripsi Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran ... 228

Lampiran 24 Transkripsi Wawancara Guru Setelah Pembelajaran ... 231

Lampiran 25 Transkripsi Wawancara Siswa ... 233

Lampiran 26 Dokumentasi Foto Saat Pembelajaran ... 236

Lampiran 27 Surat Ijin Penelitian ... 238

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini, peneliti menjelaskan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, asumsi penelitian dan definisi operasional yang digunakan dalam penelitian ini. Berikut adalah uraian dari pendahuluan.

A. Latar Belakang Masalah

Kecakapan dasar yang sangat penting sebagai fondasi untuk pengembangan kecakapan akademis seseorang adalah membaca, menulis, dan menghitung. Salah satu mata pelajaran yang mempelajari salah satu aspek dari kecakapan dasar tersebut adalah matematika. Menurut Susanto (2012: 185) matematika dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam berpikir dan juga berargumentasi, memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan juga dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Oleh karena itu, mulai dari sekolah dasar hingga sekolah menengah atas bahkan perguruan tinggi, matematika menjadi salah satu bidang studi yang wajib diperkenalkan dan juga dipelajari. Bahkan matematika juga telah diajarkan di taman kanak-kanak secara informal.

(23)

serta berharga. Akan tetapi sebaliknya, saat anak tidak suka, tidak mampu, atau tidak cakap berhitung, anak tumbuh dengan konsep diri yang tidak baik karena merasa rendah diri (minder) dan menghindar dari pelajaran yang melibatkan hitungan atau angka.

Menurut survei yang dilakukan oleh Supriadi (2013: 7) mengatakan bahwa beberapa siswa masih menganggap matematika menjadi salah satu pelajaran yang menakutkan karena dirasa paling sulit. Hal ini menjadi salah satu penyebab yang mengakibatkan siswa semakin sulit memahami matematika. Kesulitan belajar dan menguasai matematika dasar, penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian ini juga dapat berawal pula dari proses belajar yang salah. Padahal sikap dan minat yang positif terhadap matematika merupakan salah satu standar kompetensi matematika di sekolah dasar yang harus dimiliki siswa setelah melakukan kegiatan pembelajaran.

(24)

3

pembelajaran. Terlihat dari siswa hanya mendengarkan guru berbicara menyampaikan materi dan siswa menyimak materi ajar yang ada pada buku paket. Saat pembelajaran berlangsung tanggal 14 September 2015, terlihat kurangnya interaksi antara guru dengan siswa. Hal ini dapat terlihat ketika guru memberikan tugas kepada siswa, namun beberapa siswa belum memahami mengenai apa yang guru jelaskan. Siswa yang belum memahami materi enggan bertanya kepada guru karena siswa malu dan menganggap teman-teman yang lain sudah memahami materi.

Pembelajaran di kelas III diketahui bahwa guru masih menggunakan metode ceramah saat pembelajaran berlangsung dan pembelajaran belum menggunakan media yang dapat membantu siswa memahami materi. Berdasarkan wawancara yang peneliti lakukan kepada guru kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 tanggal 7 Maret 2016, guru jarang menggunakan media ketika pembelajaran matematika berlangsung. Hal ini disebabkan karena guru merasa kebingungan dengan media yang harus digunakan dalam pembelajaran matematika. Matematika dianggap sebagai pembelajaran abstrak sehingga guru sulit menentukan media yang pas. Selain itu, tidak adanya waktu untuk mempersiapkan media yang digunakan saat pembelajaran. Oleh karena itu, dibutuhkan media untuk menyampaikan materi perkalian kepada siswa agar materi dapat tersampaikan dengan baik. Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan adalah media pembelajaran dari Montessori.

(25)

mempunyai karakteristik tersendiri yang berbeda, unik dan tidak dimiliki oleh media pada umumnya. Maria Montessori merumuskan empat karakteristik media yang baik sesuai dengan tingkat perkembangan anak. Karakteristik tersebut adalah menarik, bergradasi, auto-correction (mempunyai pengendali kesalahan), dan auto-education (dapat digunakan secara mandiri) (Montessori, 2002: 171-175).

Latar belakang inilah yang mendorong peneliti untuk melakukan suatu tindakan guna memperbaiki keadaan tersebut menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik dan juga relevan. Peneliti mengimplementasikan salah satu media pembelajaran dari Montessori yaitu bead frame untuk materi perkalian pada siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah yang terdapat dalam penelitian ini, yaitu:

1. Bagaimana implementasi media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1?

2. Bagaimana dampak pengimplementasian media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 ditinjau dari hasil belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini memiliki tujuan sebagai berikut:

(26)

5

2. Mengetahui dampak pengimplementasian media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 ditinjau dari hasil belajar siswa.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa

Memberikan pengalaman baru bagi siswa dalam belajar matematika menggunakan media bead frame Montessori.

2. Bagi Guru

Guru memiliki referensi baru tentang media pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran matematika pada materi perkalian.

3. Bagi Sekolah

Memberikan masukan mengenai media pembelajaran Montessori untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah.

4. Bagi Peneliti

Memperoleh pengalaman baru dalam menerapkan media pembelajaran untuk siswa pada materi perkalian.

E. Assumsi Penelitian

(27)

2. Implementasi media bead frame Montessori pada materi perkalian siswa kelas III SDN Caturtunggal 1 memberikan dampak yang baik bagi hasil belajar siswa.

F. Definisi Operasional

1. Media pembelajaran adalah alat bantu mengajar untuk menyampaikan materi agar pesan lebih mudah diterima dan menjadikan siswa lebih termotivasi dan aktif.

2. Media Montessori adalah merupakan media/alat yang didesain untuk mengembangkan pengetahuan anak secara mandiri.

3. Bead frame adalah suatu media pembelajaran Montessori yang terbuat dari tiga meterial (kayu, manik-manik, dan juga kawat) dengan kayu sebagai bingkai, dan kawat sebagai penghubung manik-manik.

4. Pembelajaran matematika sekolah dasar merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorang guru kepada siswa untuk memahami materi matematika dengan cara berpikir meningkat.

(28)

7 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab II ini peneliti menguraikan segala sesuatu yang mendasari teori penelitian, yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, dan kerangka berfikir. Berikut adalah uraian dari landasan teori.

A. Kajian Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran a. Hakikat belajar

(29)

keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan memperkuat kepribadian (Suyono dan Hariyanto, 2011: 9). Melihat dari devinisi beberapa ahli, dapat disimpulkan bahwa belajar tindakan atau usaha yang dilakukan seseorang karena adanya interaksi dengan lingkungan yang dapat menghasilkan pengetahuan, keterampilan, perilaku, sikap dan kepribadian.

Menurut Gagne (dalam Siregar dan Nara, 2011: 8) setelah seseorang berinteraksi dengan lingkungannya, selanjutnya belajar untuk mencapai sebuah hasil yang diinginkan. Hasil belajar tersebut antara lain keterampilan intelektual, informasi verbal, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap. Menurut Jihad (2012: 14) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang mengarah pada keterampilan kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Jika dilihat dari perkembangannya, anak sekolah dasar berada pada tahap operasional konkret yang memberikan benda-benda konkret untuk membenatu proses belajarnya, sedangkan dalam konsep matematika ilmu yag dipelajari bersifat abstrak (Sudayana, 2014: 26). Berdasarkan paparan di atas siswa aka lebih mudah memperoleh pengetahuan dengan menggunakan objek-objek yang dapat ditangkap oleh panca indera. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa untuk membantu proses belajar, anak membutuhkan alat bantu berupa media yang merupakan benda-benda konkret yang dapat di tangkap oleh panca indera.

b. Hasil Belajar

(30)

9

hasil belajar adalah suatu perubahan yang menetap dalam kinerja seseorang, dan (2) hasil belajar yang muncul dari diri siswa adalah akibat atau hasil dari interaksi siswa dengan lingkungan. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan tes, yaitu mengukur dan menilai hasil kinerja siswa (Nurcholis, 2013: 1). Guru dapat mengetahui tingkat penguasaan materi pelajaran yang diajarkan melalui pengukuran hasil kerja siswa. Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan kemampuan yang dimiliki seseorang setelah memperoleh pengalaman belajar.

c. Hakikat pembelajaran

(31)

siswa secara emosional dan sosial agar matematika lebih menarik untuk dipelajari (Trianto, 2010: 19).

Pandangan tersebut sejalan dengan pemikiran Montessori yang mengatakan bahwa lingkungan belajar siswa disiapkan untuk memberikan kebebasan kepada siswa. Jika lingkungan sekolah disiapkan dengan benda-benda yag bersifat mengoreksi diri, maka siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuan masing-masing (Gutek, 2013: 75).

2. Pembelajaran Matematika a. Hakikat Matematika

Kata matematika berasal dari bahasa Latin, yaitu mathematicus dari bahasa Yunani atau mathematikos dengan akar kata manthanein yang berarti be;ajar atau hal yang dipelajari, sedangkan dalam bahasa Belanda, matematika disebut wiskunde atau ilmu pasti yang berkaitan dengan penalaran (Susanto, 2013: 184).

Matematika merupakan ide-ide abstrak yang berupa simbol-simbol, karena itu konsep-konsep dalam matematika harus terlebih dulu dipahami (Susanto, 2013: 183).

(32)

11

pemberian bantuan pada kemampuan yang terbentuk atau retension (Runtukahu, 2014: 31).

Dalam kelas Montessori, matematika di SD berfungsi sebagai literasi yang bertujuan untuk, mengembangkan kemampuan siswa dalam memahami konsep-konsep yang abstrak dengan menggunakan benda-benda kongret (Payne & Rodiot, 2008: 10). Penekanan matematika bukan hanya mengenai rumus dan ketepatan atau benar salah saja, melainkan lebih kepada bagaimana siswa memahami materi melalui proses trial and error yang harus dilewatinya sehingga dapat membantu mengembangkan kemampuan berpikir logis dan matematis (Payne & Rodiot, 2008: 9).

Berdasarkan definisi di atas, peneliti menyimpulkan bahwa matematika memerlukan metode pembelajaran yang dapat mengaktifkan siswa terutama pada saat siswa belajar konsep dari matematika itu sendiri.

b. Pembelajaran Matematika

(33)

Dalam proses pembelajaran matematika, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah agar siswa mampu dan terampil menggunakan matematika. Selain itu, dengan pembelajaran matematika dapat memberikan penalaran dalam penerapan matematika.

Berdasarkan paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika merupakan suatu kegiatan belajar mengajar yang dilakukan seorag guru kepada siswa untuk memahami materi matematika dengan cara berpikir meningkat.

c. Hakikat Perkalian

Operasi hitung perkalian merupakan penjumlahan berulang suatu bilangan (Fajariyah, 2008: 70). Operasi perkalian seperti operasi bilangan lainnya, perkalian berguna untuk memecahkan masalah dalam dunia nyata (Runtukahu, 2014: 117) . Oleh karena itu, pengenalan operasi perkalian sebaiknya dimulai dari situasi dalam kehidupan sehari-hari. Sejalan dengan teori tersebut, Soesilowati menyebutkan bahwa perkalian merupakan bentuk lain dari penjumlahan bilangan yang dilakukan secara berulang (Soesilowati, 2011: 35). Perkalian dapat dicontohkan dengan 2 x 3. Perkalian 2 x 3 = 3 + 3. Prinsipnya, perkalian sama dengan penjumlahan secara berulang (Heruman, 2008: 22).

(34)

13

d. Perkalian dalam Matematika Sekolah Dasar

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran pokok yang wajib dipelajari oleh siswa SD. Sesuai dengan Kurikulum 2013 tujuan matematika adalah membangun kemampuan siswa untuk berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan bekerja sama. kompetensi tersebut diperlukan agar siswa dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengeola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

Operasi perkalian merupakan penjumlahan berulang (Heruman, 2008: 17). Materi perkalian pada siswa kelas III SD meliputi perkalian bilangan satu angka dengan dua angka, perkalian bilangan dua angka dengan dua angka, perkalian yang hasilnya tiga angka, perkalian bersusun, dan operasi hitung perkalian menggunakan soal cerita.

3. Pembelajaran Montessori a. Sejarah Montessori

Maria Montessori adalah anak tunggal dari Alessandro Montessori dan Renilde Stoppani yang lahir pada 31 Agustus 1870, di Chiaravalle, Ancona, Italia. montessori lahir dari keluarga yang terpandang, ayahnya bekerja di perusahaan garam dan tembakau milik negara sebagai pengawas. Sedangkan ibu Montessori adalah wanita berpendidikan tinggi dengan latar belakang keluarga yang kaya dan terpandang (Gutek, 2013: 1).

(35)

Kemudian pada tahun 1883, Montessori diterima sebagai murid di sekolah teknik negeri yang terletak di Regia Secuola Michelangelo Buonarroti. Setelah itu, Montessori meneruskan pendidikannya di akademi kejuruan teknik Regio Istituto Technico Leonardo da Vinci dan fokus di bidang ilmu fisika dan matematika. Pada 1890, Montessori melanjutkan pendidikannya sebagai mahasiswa kedokteran. Namun, usahanya untuk meraih keingannya tidaklah mudah. Pihak universitas menolak karena bidang kedokteran hanya boleh dipelajari oleh kaum laki-laki. Keinginannya yang sangat besar untuk melnjutkan pendidikannya sangat besar tidak membuatnya putus asa. Montesssori untuk sementara masuk fakultas IPA yang kemudian masuk fakultas kedokteran setelah mendapatkan gelar diploma. Montessori adalahsatu-satunya wanita di fakultas kedokteran kala itu (Magini, 2013: 14-17).

Berawal dari Casa dei Bambini yang diresmikan pada tahun 1907. Montessori muli menjajaki dunia pendidikan. Pada awalnya anak-anak masih terlihat kaku dan cenderung liar di kelas. Akan tetapi anak-anak memiliki ketertarikan besar terhadap alat-media yang dibawa oleh Montessori. anak-anak yang tadinya liar menjadi antusias bermain dengan media tersebut.Montessori melihat adanya perubahan pada diri mereka. Seiring berjalannya waktu, sekolah tersebut menjadi sekolah percontohan dan semakin banyak tokoh-tokoh yang berkunjung untuk melihat pembelajaran di Casa dei Bambini (Magini, 2013: 48-56).

(36)

15

besar itu tidak disia-siakan, Montessori semakin mudah untuk menyebarkan pemikirannya. Oleh sebab itu Montessori mulai berkeliling dunia untuk berdialog dan menulis beberapa buku. Sejak saat itu perkembangan metode Montessori di negara-negara Eropa dan Amerika sangat pesat, terutama di Eropa. Hingga saat ini metode Montessori masih terus berkembang di dunia pendidikan (Gutek, 2013: 33-34)

b. Karakteristik Pembelajaran dengan Montessori

(37)

kemudian mengulangi hingga anak menguasai tugasnya (Gutek, 2013: 27). Ada beberapa area dalam kelas Montessori yaitu practical life (keterampilan hidup), sensorial (pelatihan indera), bahasa dan matematika (Hainstock, 1997: 21-88). Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Montessori merupakan pembelajaran yang mengedepankan keterampilan dan kemandirian siswa dalam proses perkembangannya.

4. Tahap-tahap Perkembangan Anak

Jean Piaget mengemukakan bahwa perkembangan kognitif anak berkembang melalui beberapa tahapan. Tahap-tahap perkembangan menurut Piaget dirumuskan menjadi empat tahapan (Suparno, 2001: 26-100).

a. Tahap Sensorimotor (usia 0-2 tahun)

Pada tahap ini, anak melakukan tindakan-tindakan dengan menggunakan panca indera seperti meraba, melihat, mendengar, membau, dll. Pada tahap ini anak belum bisa berbicara, anak belum mempunyai bahasa simbol untuk mengatakan suatu benda. Gagasan anak terus berkembang mulai dari belum mempunyai gagasan menjadi mempunyai gagasan. Gagasan ini berkaitan dengan ruang dan waktu yag belum terkoordinir dengan baik. Perkembangan tersebut terjadi terus-menerus dan menjadi tumpukan periode perkembangan berikutnya. b. Tahap Praoperasional (usia 3-7 tahun)

(38)

17

anak. Pada tahap ini kemampuan kognitif anak sudah pada taraf yang lebih tinggi. Namun pada tahap ini anak belum berpikir secara sistematis dan logis.

c. Tahap Operasional Konkret (usia 7-11 tahun)

Pada tahap ini pemikiran anak sudah terarah dengan berdasarkan logika. Konsep bilangan, waktu dan ruang sudah semakin berkembang, tetapi masih terbatas pada benda-benda kongkret sebagai batuannya. Anak masih belum bisa memecahkan masalah yang bersifat abstrak. Oleh sebab itu, ilmu matematika yang bersifat abstrak masih terlalu sulit untuk anak sekolah dasar.

d. Tahap Operasional Formal (usia 11 tahun ke atas)

Pada tahap ini pemikiran anak sudah tidak lagi berfokus pada objek-objek yang dapat dilihat, dengan kata lain anak sudah mampu berpikir abstrak untuk memahami suatu konsep. Penelaran anak sudah jauh meningkat, sehingga anak dapat berpikir lebih dari satu dimensi abstrak.

(39)

5. Media Pembelajaran Montessori a. Pengertian Media

Salah satu faktor yang mendukung keberhasilan dalam pembelajaran adalah media pembelajaran. Anitah (2010: 5) menyatakan bahwa media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Senada dengan itu, Munandi (2010: 7) mengemukakan bahwa media dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif.

Kusnadi dan Sutjipto (2011: 9) media adalah alat yang dapat membantu proses belajar mengajar dan berfungsi untuk memperjelas makna pesan yang disampaikan, sehingga dapat mencapi tujuan pembelajaran dengan baik dan sempurna atau sarana untuk meningkatkan kegiatan belajar mengajar. Guna mencapai tujuan pembelajaran tersebut, dalam hal ini media dapat berfungsi sebagai sumber belajar yang dapat mengaktifkan siswa dan penyampai materi (Munadi, 2010: 37).

(40)

19

b. Pengertian Media Pembelajaran

Media adalah bentuk jamak dari medium yang berasal dari bahasa latin medius yang berarti tengah. Dalam bahasa Indonesia kata medium diartikan

sebagai “antara” atau “sedang” (Latuheru, 1988: 14). Pengertian media

pembelajaran menurut Latuheru (1988: 14) adalah semua alat (bantu) atau benda yang digunakan untuk kegiatan belajar mengajar, dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (dalam hal ini anak didik atau warga belajar).

Sadiman (2008: 7) menjelaskan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima. Dalam hal ini adalah proses merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian siswa sehingga proses belajar dapat terjalin. Dalam interaksi pembelajaran, guru menyampaikan pesan ajaran berupa materi pembelajaran kepada siswa.

Selanjutnya Schramm (dalam Asyhar, 2011: 10) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran. Pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan kenginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa (Arsyad, 2002: 15).

(41)

c. Media Montessori

Media adalah setiap orang, bahan, alat, atau peristiwa yang dapat menciptakan kondisi yang memungkinkan pembelajaran untuk menerima pengetahuan, keterampilan, dan sikap (Anitah, 2010: 5). Media dijadikan sebagai alat bantu guru mengajar agar siswa lebih memahami materi. Seperti halnya dengan media Montessori, media Montessori di desain untuk menarik perhatian anak-anak yang dapat mengajarkan konsep dengan menggunakan media/alat tersebut secara berulang-ulang (Liliard, 2005: 21). Media Montessori dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dan kemandirian, mengandung unsur seni, dan mengembagkan rasa tanggung jawab. Media ini dilengkapi dengan pengendali kesalahan sehingga anak dapat memperbaiki kesalahannya sendiri.

Media/alat matematika Montessori mencakup jumlah dan simbol, sistem desimal, dan empat operasi hitung matematika. Media yang digunakan bukan untuk mengajarkan matematika melainkan untuk membatu mengembagka kemampuan matematikanya. Pikiran tersebut mencakup kemampuan untuk memahami perintah, sesuatu yang abstrak, dan memiliki kemampuan untuk memahami konsep baru sebagai pengetahuan yang diperoleh dalam pembelajaran (Liliard, 1997:137). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa media Montessori merupakan media/alat yang didesain untuk mengembangkan pengetahuan anak secara mandiri.

d. Ciri-Ciri Media Pembelajaran Montessori

(42)

21

ciri menarik, bergradasi, auto-correction (mempunyai pengendali kesalahan), dan auto-education (dapat digunakan secara mandiri). Maria Montessori merumuskan

empat ciri utama media yang baik sesuai dengan tingkat perkembangan anak (Montessori, 2002: 171-175)

1) Menarik

Setiap media Montessori harus mampu menarik perhatian anak, sehingga secara spontan anak ingin menyentuk, meraba, memegang, merasakan, dan menggunakannya (Montessori, 2002: 174-175). Media yang menarik adalah yang memiliki keindahan dari segi warna dan kecerahannya. Warna yang digunakan merupakan warna yang lembut dan terang.

2) Bergradasi

(43)

3) Auto-correction (Mempunyai Pengendali Kesalahan)

Media pada Montessori pengenadali kesalahan, maksudnya melalui media tersebut anak dapat mengetahui sendiri setiap kesalahan yang dilakukan sehingga dengan sendirinya anak tahu jika ia melakukan kekeliruan. Montessori memberikan contoh tentang model balok yang berlubang-lubang (papan silinder). Dalam lubang-lubang terpasang silinder-silinder kecil dari kayu yang memiliki perbedaan ukuran dari yang paling kecil sampai paling besar. Silinder-silinder itu dilepask dan ditempatkan di atas meja secara acak, lal anak diminta untuk memasangkan kembali ke dalam lubang-lubang yang sesuai. Anak sangat antusias untuk mengamati hubungan antara ukuran lubang dan silinder. Silinder yang ukurannya lebih kecil dari lubang bisa masuk, tetapi yang lebih besar tidak bisa masuk. Anak akan mengetahui kesalahannya dan mengulang berkali-kali jika silinder yang mereka masukkan tidak tepat pada lubangnya (Montessori, 2002: 172)

4) Auto-education (Pembelajaran Mandiri)

Seluruh media pembelajaran Montessori dibuat sedemikian rupa sehingga memungkinkan anak melakukan pendidikan diri (auto-education). Hal tersebut akan meningkatkan kemandirian anak dalam belajar dan campur tangan pendidik semakin diminimalisir. Peran pendidik dalam kelas Montessori adalah sebagai pengamat. Oleh sebab itu, Montessori tidak lagi menggunakan istilah “guru”

tetapi “direktris” bagi pendidik, sebab direktris bertugas untuk mengarahkan

(44)

23

e. Bead Frame Montessori

Bead frame merupakan salah satu media yang dikembangkan oleh Maria

Montessori. Bead Frame digunakan untuk membantu siswa dalam belajar matematika yaitu penjumlahan, pengurangan, pembagian, dan perkalian. Kali ini peneliti fokuskan pada materi perkalian.

Terdapat tiga material pokok pada media bead frame yaitu manik-manik, kayu, dan kawat. Kayu merupakan bahan yang digunakan untuk membuat bingkai bead frame. Manik-manik dalam media ini memiliki tiga warna yaitu hijau, biru

dan merah sesuai dengan susunannya. Jumlah maik-manik seluruhnya ada 70 manik-manik dengan jumlah kawat 7 buah. Manik-maik teratas berwarna hijau yang melambangkan satuan, manik-manik kedua berwarna biru melambangkan nilai puluhan, manik-manik ketiga berwarna merah yang melambangkan ratusan. Pada baris keempat menggunakan warna hijau kembali yang melambangkan nilai ribuan dan begitu seterusnya. Bead frame mudah dibawa oleh siswa karena bentuknya yang tidak terlalu besar dan tidak terlalu berat. Jadi anak-anak senang menggunakannya. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa bead frame adalah salah suatu media pembelajaran Montessori yang terbuat dari tiga meterial (kayu, manik-manik, dan juga kawat) dengan kayu sebagai bingkai, dan kawat sebagai penghubung manik-manik.

B. Penelitian yang Relevan

Devi (2013) meneliti tentang “Implementasi Perangkat Pembelajaran

(45)

Bantul”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengimplementasikan desain perangkat pembelajaran geometri menggunakan pendekatan PMRI dan mengetahui kemunculan indikator PMRI pada pembelajaran matematika. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan data yang dikumpulkan kuantitatif dan kualitatif. Data kualitatif dikumpulkan dari hasil wawancara da dokumentasi. Sedagkan data kuantitatif didapat dari hasil validasi desain peragkat pembelajaran yang sudah direvisi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa implementasi desain perangkat pembelajaran dengan pendekatan PMRI membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran. Dari hasil penelitian ini kelima karakteristik yang telah diklarifikasikan ke dalam beberapa indikator, indikator memodelkan masalah dalam kalimat matematika dan indikator merupakan rumus matematika dalam pemecahan masalah tidak tampak di dalam proses pembelajaran karena saat menjelaskan guru tidak memakai kalimat matematika da materi yang dipelajari adalah sifat-sifat dan jaring-jaring bangun ruang balok dan kubus.

Dian (2015) meneliti tentang “Pengembangan Media Pembelajaran

Matematika SD Materi Perkalian Berbasis Montessori”. Tujuan dari penelitian ini

(46)

25

auto-correction, auto-education, dan kontekstual. (2) memiliki rerata skor 3, 55 dan masuk kategori “sangat baik”. Memalui penggunaan media matematika

perkalian berbasis Montessori. nilai siswa dapat meningkat dari rerata 3,95 menjadi 8,62. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa media papan perkalian sudah layak digunakan dan dapat melalui tahap uji coba yang lebih luas

Pratiwi (2013) meneliti tentang “Pengembangan Media Montessori untuk Keterampilan Berhitung Matematika Kelas IV”. Penelitian ini dilakukan pada

siswa kelas IVA SDN Tamanan 1 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media yang berkualitas sesuai dengan lima ciri media yang telah ditetapkan untuk melatih kemampuan berhitung bilangan bulat. Jenis penelitian pada penelitian ini menggunakan penelitian dan pengembangan (R&D). Hasil dari penelitian ini menunjukkan hasil yang sangat memuaskan. Produk yang dikembangkan memperoleh rerata 4,65 dengan kategori “sangat baik” dari pakar pembelajaran matematika, pakar media matematika, guru

kelas, dan sekelompok siswa kelas IVA. Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa produk yang dikembangkan mempunyai kualitas yang sangat baik dan sesuai dengan lima ciri media yang dijadikan dasar pengembangan media Montessori.

C. Kerangka Berfikir

(47)

abstrak padahal pada dasarnya siswa sekolah dasar masih pada tahap perkembangan untuk belajar secara kongkret. Selain itu, dalam menyampaikan materi pembelajaran guru cenderung monoton yang mengakibatkan siswa merasa bosan dan jenuh sehingga siswa menganggap matematika adalah mata pelajaran yang sulit.

Kesulitan siswa menjadi pokok pemikiran bagi guru sehingga guru harus mengemas pembelajaran secara menarik. Pembelajaran yang menarik dapat dilaksanakan menggunakan media pembelajaran yang menarik pula. Media pembelajaran dapat membantu proses belajar siswa sehingga siswa dapat mencapai tujuan belajarnya. Media pembelajaran menjadi bagitu penting sehingga dibutuhkan media yang pas dan efisien untuk materi yang sedang diajarkan. Salah satu media pembelajaran yang cocok digunakan untuk adalah pembelajaran dengan metode Montessori. Metode Montessori mengembangkan alat-media yang menarik dan memiliki pengendali kesalahan sehingga siswa mampu belajar menggunakan alat-alat tersebut.

(48)

27 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab III ini peneliti menguraikan tentang jenis penelitian, setting penelitian, rancangan penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kredibilitas dan transferabilitas, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif (Arifin, 2011: 54) adalah penelitian yang digunakan untuk mendeskripsikan dan menjawab persoalan-persoalan suatu fenomena atau peristiwa yang terjadi saat ini, baik fenomena dalam variabel tunggal maupun korelasi atau perbandingan berbagai variabel. Tujuan penelitian deskriptif adalah menjelaskan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat daerah atau populasi tertentu.

(49)

B. Setting Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri caturtunggal 1 yang terletak di Jl. Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Sekolah ini dijadikan tempat penelitian karena berdasarkan hasil observasi dan wawancara, guru belum menggunakan media pembelajaran khususnya untuk pembelajaran matematika. Sehingga peneliti mengimplementasikan media bead frame untuk membantu siswa yang masih kurang mampu dalam belajar

matematika khususnya pada materi perkalian. 2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah sebagian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yang terletak di Jl. Pandega Marga 1, Manggung, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta tahun pelajaran 2015/2016 yang berjumlah 12 siswa. 3. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah implementasi media bead frame pada materi perkalian siswa kelas III SD Negeri Caturtunggal 1.

C. Rancangan Penelitian

(50)

29

Bagan 3.1 Tahapan Penelitian Kualitatif Menurut Bogdan

1. Tahapan Pralapangan

Tahapan pertama yaitu tahap pralapangan. Pada tahap ini, peneliti melakukan beberapa kegiatan, diantaranya menyusun rancangan penelitian, memilih lokasi penelitian, mengurus perijinan penelitian, menilai keadaan lapangan, menyusun instrumen penelitian dan mempersiapkan media pembelajaran sebagai alat yang digunakan dalam penelitian.

Kegiatan validasi dilakukan untuk memperoleh gambaran apakah keseluruhan isntrumen yang digunakan untuk penelitian benar-benar sudah baik. Proses validasi ini sendiri sebetulnya terkait pada proses setiap instrumen penelitian, artinya keseluruhan instrumen harus diiringi langkah validasi untuk meyakini kebenaran dan ketepatannya sedini mungkin. Validasi instrumen penelitian dilakukan oleh dua dosen ahli, satu kepala sekolah, da satu guru kelas. 2. Tahapan Pekerjaan Lapangan

Pada tahapan kedua yaitu tahapan pekerjaan lapangan. Pada tahap ini, peneliti melakukan implementasi pembelajaran menggunakan media bead frame yang telah disiapkan. Implementasi dilakukan dalam lima kali pertemuan. Implementasi dilakukan di kelas III SD Negeri Caturtunggal 1. Pelaksanaan penelitian dilakukan selama lima kali pertemuan. Pada pertemuan pertama peneliti memberikan sooal pretest kepada siswa kelas III untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Pertemuan kedua peneliti mengenalkan media bead frame kepada

(51)

siswa serta cara menggunakan media bead frame untuk menghitung perkalian. Pada pertemuan kedua ini peneliti menyampaikan materi tentang perkalian bilangan dua angka dengan satu angka yang dibatasi pada angka satu sampai dengan dua puluh. Pada pertemuan ketiga peneliti memberikan materi tentang perkalian dua bilangan dengan satu bilangan tetapi kali ini peneliti membatasi apada angka satu sampai dengan lima puluh. Pada pertemuan keempat peneliti menambah materi lagi mengenai perkalian dua angka dengan dua angka dari angka satu sampai dengan lima puluh. Pada pertemuan keempat ini peneliti memberikan angket respon siswa terhadap pembelajarn menggunakan media bead frame Montessori. Pada pertemuan terakhir yaitu pertemuan kelima, peneliti

memberikan soal postest untuk melihat hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan media bead frame. Pada setiap pertemuan terdapat soal evaluasi untuk mengetahui perkembangan kemampuan siswa dari setiap pertemuannya. Pada saat penelitian berlangsung, peneliti mengumpulkan data dengan cara merekam siswa, mengambil foto siswa, memberikan angket kepada siswa dan melakukan wawancara kepada siswa dan guru.

3. Tahapan Analisis Data

(52)

31

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah data kualitatif dan kuantitatif.

1. Data kualitatif a. Observasi

Data kualitatif observasi diperoleh dari observasi peneliti ketika peneliti melakukan PPL di SDN Caturtunggal 1 tanggal 14 September 2015. Observasi dilakukan ketika guru menjelaskan mengenai materi perkalian matematika dimana materi tersebut yang akan peneliti gunakan sebagai penelitian.

Selain itu peneliti mengamati sikap siswa ketika melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Peneliti mengamati sikap saling berbagi dan kerjasama siswa dalam kelompok.

b. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulsn data yang dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik secara langsung maupun tidak langsung dengan responden untuk mencapai tujuan tertentu (Arifin, 2011: 233). Wawancara dilakukan kepada guru kelas III SDN Caturtunggal 1 dan beberapa siswa dengan kemampuan yang berbeda.

c. Dokumentasi

(53)

2. Data kuantitatif a. Pretest dan Posttest

Teknik pengumpulan data kuantitatif dilakukan dengan menggunakan pretest dan posttest. Pretest dilakukan pada pertemuan pertama sebelum peneliti memulai pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sedangkan posttest dilakukan pada pertemuan kelima setelah peneliti melakukan pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Posttest dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran.

b. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis, logis, objektif, dan rasional (Arifin, 2011: 231). Pada penelitian ini, observasi dilakukan secara langsung selama pembelajaran. Observasi dilakukan bertujuan untuk mengetahui sikap kerjasama dan saling berbagi siswa saat menggunakan media pembelajaran. Data observasi diambil dari pedoman penilaian pada Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Pengisian Angket

(54)

33

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan, atau daftar pertanyaan yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari respondes (Gulo, 2000: 123). Instrumen yang digunakan peneliti dibagi menjadi dua, yaitu:

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan pada saat penelitian adalah media bead frame Montessori, silabus dan tiga Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(RPP) yang di dalamnya terdapat Lembar Kerja Siswa (LKS), soal evaluasi, dan materi pembelajaran. Instrumen pembelajaran sebelum digunakan telah melalui proses validasi oleh dua dosen ahli, kepala sekolah, dan guru kelas SDN Caturtunggal 1. Hasil validasi instrumen pembelajaran sebagai berikut:

Kriteria kelayakan instrumen menurut aturan penilaian Riduwan (2007: 15):  81 – 100 = Sangat layak

 61 – 80 = Kurang layak  41 – 60 = Cukup Layak  21 – 40 = Kurang layak  0 – 20 = Sangat kurang layak

Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran

No Perangkat Pembelajaran

(55)

Tabel tersebut menunjukkan bahwa hasil validasi dari kelima instrumen perangkat pembelajaran termasuk dalam kategori sangat layak. Penafsiran hasil instrumen mengikuti aturan pemberian skor oleh Riduwan (2007: 15).

2. Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data yaitu metode yang digunakan peneliti dalam merekam data (informasi) yang dibutuhkan (Suyadi, 2012: 38). Instrumen yang digunakan oleh peneliti sebagai berikut:

a. Lembar soal pretest

Soal pretest digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Kisi-kisi soal prestest yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest

Kompetensi angka mulai dari 1-20

1. Hasil dari operasi hitung 16 x 7 adalah n. Berapa nilai n? 2. Ibu membeli roti sebanyak 8

kotak. Masing-masing kotak berisi 15 roti. Berapa jumlah roti seluruhnya?

3. Hasil perkalian dari 15 x 9 adalah x. Berapa nilai x?

1. 112 angka mulai dari 1-50

4. 25 x 6 = x. Berapa nilai x? 5. Kakak membelikan kelereng

untuk adik sebanyak 7 kantong. Masing-masing kantong berisi 25 kelereng. Berapa jumlah kelereng yang kakak beli untuk adik?

6. Paman memetik jeruk sebanyak 9 keranjang. Masing-masing keranjang berisi 34 buah jeruk. Berapa jumlah jeruk yang dipetik oleh paman?

7. Hasil operasi hitung 42 x 5 adalah n. Berapa nilai n?

4. 150 5. 175

6. 306

(56)

35 lele. Berapa jumlah ikan yang ada di kolah Pak Topan seluruhnya?

9. Hitunglah hasil perkalian berikut!

26 x 23 = n. Berapa nilai n? 10 Pak Bejo memanen buah

semangka dari ladang miliknya. Dari hasil panennya, Pak Bejo mendapatkan 15 keranjang semangka dan masing-masing keranjang berisi 35 buah semangka. Berapa jumlah buah semangka Pak Bejo seluruhnya?

8. 180

9. 598

10. 525

Soal yang digunakan dalam pretest adalah soal cerita dengan jumlah soal 10. b. Lembar soal posttest

Postest digunakan untuk melihat hasil belajar siswa setelah belajar menggunakan media bead frame. Apabila hasil yang diperoleh siswa lebih tinggi dari pretest dan melebihi KKM yaitu 60 maka penelitian dapat dikatakan berhasil. Kisi-kisi soal posttest yang digunakan adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest

Kompetensi

Menentukan hasil dari perkalian dua angka berapa jumlah anggur seluruhnya?

(57)

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan satu angka mulai dari 1-50

dus berisi 35 kue. Berapa jumlah kue seluruhnya?

5. Petani memanen kacang panjang sebanyak 8 ikat. Masing-masing ikat berisi 28 buah kacang panjang. Berapa banyak kacang panjang seluruhnya?

6. Adik akan membuat 4 buah kalung. Setiap kalung terdiri dari 30 manik-manik. Berapa jumlah manik-manik yang diperlukan adik untuk membuat kalung

Menentukan hasil dari perkalian dua angka dengan dua angka yang hasilnya bilangan tiga angka

8. Sekolah akan mengadakan kunjungan ke musium. Sekolah menyediakan 12 bus. Masing-masing bus berisi 20 siswa. Berapa jumlah siswa yang mengikuti kunjungan ke musium?

9. Perpustakaan memiliki 15 rak buku. Masing-masing rak berisi 28 buku. Berapa jumlah buku seluruhnya?

10. Ada 15 buah keranjang apel di toko buah pak Amir. Masing-masing keranjang berisi 25 buah apel. Berapa jumlah apel

seluruhnya?

8. 240

9. 420

10. 375

Soal yang digunakan dalam posttest adalah soal cerita dengan jumlah soal 10. c. Angket Respon Siswa

Angket dibuat bertujuan untuk mengetahui pernyataan siswa mengenai pembelajaran yang dilakukan menggunakan media yang peneliti gunakan selama proses pembelajaran. Angket dengan jumlah lima pertanyaan dan dengan respon “ya” dan “tidak”. Peneliti menggunakan respon “ya” dan “tidak” karena

(58)

37

Tabel 3.4 Kisi-Kisi Angket Respon Siswa

Indikator Item Nomor Ya Tidak

Ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran.

1. Saya senang menggunakan media bead frame untuk belajar menggunakan media bead frame. Proses pembelajaran di

kelas

3. Saya dapat bekerjasama dalam kelompok untuk mengerjakan soal dengan media bead frame. Proses pembelajaran di

kelas

4. Saya memahami materi perkalian ketika menggunakan media bead frame daripada tidak menggunakan media.

Angket tersebut sebelumnya telah divalidasi oleh validator dengan rincian sebagai berikut.

Tabel 3.5 Hasil Validasi Angket Respon Siswa

No Perangkat Penelitian

Validator Total Rata-rata Skor

Keterangan

1 Angket 90 90 90 Sangat Layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa angket sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.

d. Pedoman Wawancara Guru

(59)

Tabel 3.6 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran

Indikator Item Nomor

Proses kegiatan belajar mengajar. 1. Bagaimana proses kegiatan belajar mengajar kelas III SDN Caturtunggal 1? 2. Bagaimana antusiasme siswa terhadap

pelajaran matematika? Kesulitan yang dialami guru pada

saat memberikan pembelajaran matematika.

3. Apakah Ibu mengalami kesulitan dalam mengajarkan matematika kepada siswa? 4. Apa saja kesulitan yang sering dialami

Ibu ketika mengajarkan matematika? Usaha yang dilakukan untuk

mengatasi kesulitan-kesulitan.

5. Bagaimana usaha Ibu dalam mengatasi kesulitan tersebut?

Media yang tersedia di kelas. 6. Apakah Ibu menggunakan media untuk mengajar matematika?

7. Media apakah yang pernah Ibu ajarkan kepada siswa?

Penggunaan media matematika pada saat pembelajaran.

8. Apakah media tersebut membantu siswa memahami materi yang Ibu ajarkan? Ketertarikan siswa terhadap

media.

9. Bagaimana dengan antusiasme siswa ketika Ibu mengajarkan matematika menggunakan media?

Hasil belajar siswa 10. Menurut Ibu, apakah media pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar siswa? Ketersediaan media 11. Jika saya menawarkan media Bead

Frame untuk mengetahui apakah media tersebut dapat digunakan secara berkelompok dalam pelajaran matematika, apakah Ibu bersedia menerima?

Peneliti menyiapkan 11 item wawancara sebagai dasar wawancara guru. Item tersebut dapat dikembangkan sesuai dengan jalannya wawancara.

Tabel 3.7 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran

No Perangkat Penelitian Validator Total Rata-rata Skor

Keterangan

1 Wawancara Guru Sebelum Pembelajaran

100 100 100 Sangat Layak

(60)

39

Tabel 3.8 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran

Indikator Item Nomor

Pengamatan guru terhadap penggunaan media

1. Bagaimana pendapat Ibu mengenai media Bead Frame yang saya gunakan untuk pembelajaran perkalian?

Efektivitas penggunaan media 2. Apakah media ini efektif digunakan dalam berkelompok?

3. Apakah media ini perlu digunakan kembali untuk pembelajaran selanjutnya?

Keberlanjutan penggunaan media pembelajaran

4. Apakah Ibu berniat untuk menggunakan media Bead Frame?

Masing-masing item dibuat berdasarkan indikator wawancara. Item dapat dikembagkan sesuai jalannya wawancara.

Tabel 3.9 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Guru Setelah Pembelajaran

No Perangkat Penelitian Validator Total Rata-rata Skor

Keterangan

1 Wawancara Guru Setelah Pembelajaran

81,25 81,25 81,25 Sangat Layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat wawancara sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.

e. Pedoman Wawancara Siswa

Berikut adalah tabel kisi-kisi pedoman wawancara siswa setelah pembelajaran.

Tabel 3.10 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara Siswa Setelah Pembelajaran

Indikator Item Nomor

Ketertarikan siswa terhadap media pembelajaran.

1. Bagaimana perasaanmu ketika mengikuti pembelajaran menggunakan media bead frame?

(61)

3. Apakah belajar dalam kelompok lebih memudahkanmu untuk belajar?

Penggunaan media saat pembelajaran matematika

4. Apakah kamu merasa kesulitan ketika menggunakan media bead frame?

5. Apakah kamu ingin belajar menggunakan media bead frame untuk pembelajaran selanjutnya?

Peneliti menyiapkan 5 item wawancara untuk siswa. Masing-masing item dapat dikembangkan sesuai keperluan wawancara.

Tabel 3.11 Hasil Validasi Pedoman Wawancara Siswa

No Perangkat Pembelajaran Validator Total Rata-rata Skor

Keterangan Dosen

1 Wawancara Siswa 90 90 90 Sangat Layak

Hasil validasi menunjukkan bahwa perangkat wawancara siswa sangat layak untuk digunakan dalam penelitian.

Pedoman wawancara dalam penelitian ini, peneliti buat berdasarkan langkah-langkah yaitu: merumuskan indikator wawancara, membuat pertanyaan wawancara, dan validasi instrumen pedoman wawancara.

F. Kredibilitas dan Transferabilitas

Hasil penelitian berupa data yang telah dikumpulkan dari lapangan, memerlukan pengecekan data untuk memastikan perolehan data yang dapat dipercaya dan dan dapat menjawab rumusan masalah (Tohirin, 2012: 71). Kebenaran data penelitian dapat ditentukan dari:

1. Kredibilitas (Credibility)

(62)

41

terjadi di lapangan. Strategi untuk menjamin dan meningkatkan kredibilitas hasil penelitian dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:

a. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan merupakan pencarian secara konsisten interpretasi dengan berbagai cara dalam kaitan dengan proses analisis yang konstan dan tentatif (Tohirin, 2012: 72). Peneliti diharuskan lebih fokus, melakukan pengamatan lebih rinci, terus-menerus atau berkesinambungan sampai menemukan penjelasan yang mendalam dalam gejala atau fenomena yang muncul (Putra, 2011: 173). Ketekunan pengamatan bertujuan untuk mendapatkan data yang lengkap, akurat, dan sesuai dengan fokus penelitian. Ketekunan pengamatan oleh peneliti dilakukan dengan mencermati data yang dikumpulkan melalui pengamatan dan penyusunan transkip video dan wawancara. Ketekukan pengamatan membuat peneliti memahami masalah yang diteliti secara menyeluruh dan mendalam, sehingga hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya.

b. Trianggulasi

(63)

2. Transferabilitas (Transferability)

Transferabilitas merujuk pada tingkat kemampuan hasil penelitian dapat digeneralisasikan atau ditransfer kepada konteks yang lain. Penelitian dapat meningkatkan transferabilitas dengan mendeskripsikan secara rinci hasil penelitian dan asumsi-asumsi sentral pada penelitian tersebut. Nasution (dalam Tohirin, 2012: 71) berbendapat bahwa peneliti tidak dapat menjamin transferabilitas dan hanya melihat tansferabilitas sebagai kemungkinan. Tansferabilitas bergantung pada orang yang ingin mentransfer hasil penelitian pada konteks yang berbeda, orang tersebut bertanggung jawab untuk membuat keputusan tentang bagaimana transfer dilakukan sesuai dengan situasi atau keadaan masing-masing (Emzir, 2010: 80). Dari penjelasan di atas, tingkat transferabilitas hasil penelitian tentang implementasi media bead frame Montessori pada Materi Perkalian Siswa Kelas III SD Negeri Caturtunggal 1 yaitu dapat diterapkan di tempat lain, selama sesuai dengan permasalahan dan keadaan yang ada.

G. Teknik Analisis Data

(64)

43

digunakan untuk bahan menfsirkan dan mengambil simpulan. Adapun analisis yang digunakan peneliti sebagai berikut:

1. Analisis Data Kuatitatif a. Transkripsi Data

Dalam tahap ini, hasil rekaman video dan rekaman wawancara di transkripsikan serta mendeskripsikan pembelajaran yang telah dilakukan. Transkripsi video menyajikan kembali segala sesuatu yang terjadi pada saat proses pembelajaran dalam bentuk narasi. Video pembelajaran dilakukan satu kali pada saat pertemuan ketiga. Transkripsi wawancara menyajikan hasil wawancara sebelum dan setelah pebelajaran dengan guru kelas III SDN Caturtunggal 1 dalam bentuk deskripsi.

2. Analisis Data Kuantitatif

Data kuantitatif diperoleh dari lembar validasi ahli, pretest dan posttest, observasi, dan hasil analisis angket siswa. Berikut adalah pedoman penghitungan skor yang digunakan.

a. Lembar Validasi Ahli

Lembar validasi dihitung dengan menggunakan rumus:

Skor akhir = x 100

Tabel 3.12 Kriteria Penilaian Hasil Validasi Ahli

Nilai Klarisikasi

81 – 100 Sangat Layak

61 – 80 Layak

41 – 60 Cukup Layak 21 – 40 Kurang Layak

(65)

Klasifikasi hasil penilaian yang digunakan adalah pengembangan dari aturan penilaian Riduwan (2007: 15).

b. Pretest dan Posttest

Penghitungan prestest dan posttest menggunakan rumus: Skor akhir = jumlah jawaban benar x 10

Tabel 3.13 Kriteria Penilaian Hasil Pretest dan Posttest Siswa

Skor Akhir Klasifikasi

x ≥ 60 Tuntas

x ≤ 59 Tidak Tuntas

x = skor akhir siswa

c. Observasi

Penghitungan hasil observasi berdasarkan pedoman penilaian pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang sudah divalidasi oleh ahli. Observasi yang dilakukan mengenai sikap saling berbagi dan kerjasama saat penggunaan media pembelajaran. Berikut kriteria penghitungan observasi.

1) Lembar Penilaian Sikap Saling Berbagi

Tabel 3.14 Lembar Penilaian Sikap Saling Berbagi

(66)

45

Tabel 3.15 Kriteria Penilaian Sikap Saling Berbagi

Aspek yang

2) Lembar Penilaian Sikap Kerjasama

Tabel 3.16 Lembar Penilaian Sikap Kerjasama

No Nama Siswa Kerjasama Total

Tabel 3.17 Kriteria Penilaian Sikap Kerjasama

Aspek yang dinilai

Kriteria penilaian

3 2 3

(67)

menggunakan media bead frame secara bergiliran.

bead frame secara bergiliran.

bergiliran.

Nilai =

d. Hasil Analisis Angket

Penghitungan hasil angket menggunakan rumus:

Skor akhir = x 100

Tabel 3.18 Kriteria Penilaian Hasil Angket Siswa

Nilai Keterangan

80 < x ≤ 100 Sangat Baik 60 < x ≤ 80 Baik 40 < x ≤ 60 Cukup 20 < x ≤ 40 Kurang

x ≤ 20 Sangat Kurang

x = skor akhir siswa

Gambar

Tabel 3.1 Hasil Validasi Instrumen Pembelajaran
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pretest
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Soal Posttest
Tabel 3.5 Hasil Validasi Angket Respon Siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kepada guru matematika khususnya guru matematika SMK N.4 Medan diharapkan menerapkan model siklus belajar sebagai alternatif dalam kegiatan pembelajaran khususnya

Berdasarkan paparan di atas, mengenai permasalahan yang dialami, siswa kelas IV pada mata pelajaran IPA materi daur hidup hewan, kebutuhan media pembelajaran dalam

Seperti paparan di atas maka media pembelajaran berbasis metode Montessori sangat cocok digunakan karena berdasarkan hasil dari sumber yang peneliti dapat dari hasil wawancara

Mengingat penggunaan media pembelajaran atau benda-benda konkret dapat berpengaruh dalam peningkatan hasil belajar, untuk itu penelitian ini menggunakan media pembelajaran IPA

menjadi suatu media pembelajaran untuk membantu guru atau siswa ketika adanya keterbatasan dan berhalangan hadir dalam proses belajar mengajar yang berbasis tatap

Dengan menggunakan media pembelajaran interaktif matematika berbasis multimedia, proses belajar mengajar yang dulunya bersifat konvensional menjadi lebih interaktif

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan media pembelajaran berupa gambar dengan judul “Upaya

Agar kiranya guru dapat menggunakan media pembelajaran berbasis Videoscribe maupun berbagai media pembelajaran lainnya, sehingga dalam proses kegiatan belajar mengajar menjadi