• Tidak ada hasil yang ditemukan

TANGGUNGJAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN ATAS PELANGGARAN JAM PENAYANGAN IKLAN ROKOK TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TANGGUNGJAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN ATAS PELANGGARAN JAM PENAYANGAN IKLAN ROKOK TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

ii

SKRIPSI

TANGGUNGJAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN ATAS

PELANGGARAN JAM PENAYANGAN IKLAN

ROKOK TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN

GEDE ANGGA PRAWIRAYUDA

NIM. 1203005053

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(2)

iii

TANGGUNGJAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN ATAS

PELANGGARAN JAM PENAYANGAN IKLAN

ROKOK TERHADAP KERUGIAN KONSUMEN

Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum

pada Fakultas Hukum Universitas Udayana

GEDE ANGGA PRAWIRAYUDA NIM. 1203005053

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

(3)
(4)
(5)
(6)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, Ida Sang Hyang Widi Wasa karena atas berkat rahmatNyalah, penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini yang berjudul “Tanggungjawab Media Penyiar Iklan Atas Pelanggaran Jam Penayangan Iklan Rokok Terhadap Konsumen”.

Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi kewajiban terakhir sebagai mahasiswa guna melengkapi persyaratan dalam menyelesaikan studi Program Sarjana. Dalam penulisan skripsi ini penulis menyadari masih jauh dari sempurna, karena masih terdapat keterbatasan pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki penulis. Maka kritik, saran, dan bimbingan yang sifatnya membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan guna kelengkapan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penulisan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu dikesempatan yang sangat berharga ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat :

1. Bapak Prof. Dr. I Made Arya Utama, SH.,M.H, Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana.

2. Bapak Dr. Gde Made Swardhana, SH.,M.H, Pembantu Dekan I Fakultas Hukum Universitas Udayana.

(7)

4. Bapak Dr. Gede Yusa, SH,.M.H, Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Udayana.

5. Bapak Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,M.H, Ketua Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana.

6. Ibu I Gst. Ayu Puspawati, SH.,MH, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 7. Bapak Ida Bagus Putu Sutama, SH.,Msi, Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan sehingga terselesaikannya penulisan skripsi ini. 8. Bapak Dr. I Gede Artha, SH., MH., Dosen Pembimbing Akademik yang

telah banyak memberikan dorongan, arahan dan semangat selama penulis mengikuti perkuliahan di Fakultas Hukum Universitas Udayana.

9. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan pegawai administrasi Fakultas Hukum Universitas Udayana yang telah tulus memberikan bantuan serta petunjuk. 10. Bapak Made Pasek Sudarsana, dipl.teks dan Ibu Made Ariani, SE beserta

keluarga besar Berdikari.

11. Rekan seperjuangan Kapaktujeng, Seledetong, Band EMA dan jajaran serta Putu Mahayani Pitria Dewi.

Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi semua dan tak lupa penulis meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat kata-kata yang menyinggung perasaan pembaca secara sengaja maupun tidak sengaja.

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i

HALAMAN SAMPUL DALAM ... ii

HALAMAN PRASYARAT GELAR SARJANA HUKUM ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv

HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI SKRIPSI... v

HALAMAN SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

ABSTRACT ... xiii

ABSTRAK ………... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Ruang Lingkup Masalah ... 6

1.4 Orisinalitas Penelitian ... 6

1.5 Tujuan Penelitian ... 8

1.5.1 Tujuan umum ... 8

1.5.2 Tujuan khusus ... 8

1.6 Manfaat Penulisan ... 8

(9)

1.6.2 Manfaat praktis ... 9

1.7 Landasan Teoritis ... 9

1.8 Metode Penelitian ... 15

1.8.1 Jenis penelitian ... 15

1.8.2 Jenis pendekatan ... 15

1.8.3 Bahan hukum/ data…... 16

1.8.4 Teknik pengumpulan bahan hukum/ data ... 17

1.8.5 Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum... 17

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG IKLAN ... 19

2.1. Pengertian dan Fungsi Iklan………... 19

2.2. Pihak-pihak dalam Pembuatan dan Penyiaran Iklan ... 26

2.3. Jenis-jenis Iklan ... 28

2.4. Kode Etik Periklanan ... 30

2.5. Hukum Positif yang Mengatur Tentang Iklan ... 31

BAB III TANGGUNG JAWAB MEDIA PENYIAR IKLAN ATAS PELANGGARAN JAM PENAYANGAN IKLAN ROKOK TERHADAP KONSUMEN ... 33

3.1 Pengertian dan Prinsip-Prinsip Tanggung Jawab….……... 33

3.1.1 Pengertian tanggung jawab ... 33

(10)

Perundang-Undangan ... 38

3.2.1 Tanggung jawab berdasarkan undang-undang nomor 8 tahun 1999 ... 38

3.2.2 Tanggung jawab berdasarkan kitab undang-undang hukum perdata ... 41

3.2.3 Tanggung jawab berdasarkan PP no. 69 tahun 1999 44 3.2.4 Tanggung jawab berdasarkan PP no. 19 tahun 2003 46 3.3 Kepastian Hukum Pengaturan Tanggung Jawab Media Penyiar Iklan ... 47

BAB IV PENYELESAIAN SENGKETA KONSUMEN TERHADAP PELANGGARAN PENAYANGAN IKLAN ROKOK ... 49

4.1 Sengketa Konsumen ... 49

4.2 Penyelesaian Sengketa Konsumen Terhadap Pelanggaran Jam Penayangan Iklan Rokok ... 50

4.3 Penyelesaian Sengketa Konsumen Melalui Pengadilan ... 53

4.3.1 Pengajuan gugatan ... 53

4.3.2 Pemeriksaan dan pembuktian ... 56

4.4 Penyelesaian Sengketa Konsumen di Luar Pengadilan...… 58

4.4.1 Penyelesaian penggantian kerugian seketika dengan jalan damai ... 58

(11)

BAB V PENUTUP ... 65

5.1 Kesimpulan ... 65 5.2 Saran………... 66 DAFTAR PUSTAKA

(12)

ABSTRACT

Advertising is the activity of introduction or dissemination of information goods and / or services to attract consumers to buy the goods and / or services that will be and are being traded. Information is not infrequently used by certain people or certain countries to create public opinion. Opinion built to form opinions that lead to things that are positive and some are leading to negative things. Today there are many advertisements that violated the ethics of advertising. Signs advertising no longer able to bind the artists in producing a work of art on the grounds they are free to break through the boundaries of social norms so that advertising on television is now full with violations of the ethics of advertising. In the ad, ethics is a cornerstone to limit the extent to which an ad may be reaching the limit. Advertising is the main media in conveying information about products that can affect the emotions and feelings of potential consumers.

The type of research used in this thesis is the normative legal research. The chosen type of normative legal research because this research outlines the problems-problems that exist, then discussed with the study based on legal theories are then associated with the regulations that apply in the practice of law.

In this first study will explore how the responsibility of the media broadcaster advertising for violations of advertisement of cigarettes to consumers , the media poet ads that are in violation of times ads of cigarettes and the second will be discussed on consumer dispute resolution on violation ad serving cigarette if occurred case . The hope of this study provide knowledge on the responsibility of media advertising broadcaster for violation of advertisement of cigarettes to consumers and the second to determine consumer dispute resolution on violation cigarette ads. With the provisions of Law No. 8 of 1999 on Consumer Protection media broadcasters are expected to be more cautious in broadcast airtime cigarette ads later in the day that cause consumers to feel aggrieved .

(13)

ABSTRAK

Periklanan adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan. Informasi tidak jarang digunakan oleh masyarakat tertentu atau negara tertentu untuk membuat opini publik. Opini yang dibangun dapat berupa opini yang menjurus kepada hal-hal yang positif dan ada pula yang menjurus pada hal-hal yang negatif. Dewasa ini banyak terdapat iklan yang melakukan pelanggaran terhadap etika periklanan. Rambu-rambu periklanan tidak mampu lagi mengikat para seniman dalam menghasilkan sebuah karya dengan alasan seni mereka bebas menerobos batasan norma sosial sehingga iklan di televisi sekarang penuh dengan pelanggaran-pelanggaran etika periklanan. Dalam iklan, etika merupakan sebuah landasan untuk membatasi sampai dimana sebuah iklan boleh mencapai batas. Iklan merupakan media utama dalam menyampaikan informasi tentang produk yang dapat mempengaruhi emosi dan perasaan calon konsumen.

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Dipilihnya jenis penelitian hukum normatif karena penelitian ini menguraikan permasalah-permasalahan yang ada, untuk selanjutnya dibahas dengan kajian berdasarkan teori-teori hukum kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek hukum.

Di dalam penelitian ini pertama akan membahas bagaimana tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap konsumen, terhadap media penyair iklan yang melakukan pelanggaran atas jam penayangan iklan rokok dan yang kedua akan di bahas tentang penyelesaian sengketa konsumen terhadap pelanggaran penayangan iklan rokok jika terjadi perkara. Harapannya penelitian ini memberi pengetahuan mengenai tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap konsumen serta yang kedua untuk mengetahui penyelesaian sengketa konsumen terhadap pelanggaran penayangan iklan rokok. Dengan ketentuan Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen diharapkan media penyiar lebih berhati-hati dalam menyiarkan jam tayang iklan rokok di kemudian hari yang menyebabkan konsumen merasa dirugikan.

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Periklanan adalah kegiatan pengenalan atau penyebarluasan informasi suatu barang dan/atau jasa untuk menarik minat beli konsumen terhadap barang dan/atau jasa yang akan dan sedang diperdagangkan.1 Informasi tidak jarang digunakan oleh masyarakat tertentu atau negara tertentu untuk membuat opini publik. Opini yang dibangun dapat berupa opini yang menjurus kepada hal-hal yang positif dan ada pula yang menjurus pada hal-hal yang negatif.

Etika periklanan, di Indonesia diistilahkan dengan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI).2 Secara umum Tata Krama dimaksudkan untuk menjaga citra bisnis periklanan di mata masyarakat, sedangkan Tata Cara bertujuan untuk menjaga persaingan antar pengusaha periklanan agar berjalan dengan wajar dan mencegah terjadinya persaingan curang dalam penyelenggaraan bisnis periklanan. Jadi titik beratnya adalah agar terdapat praktek usaha periklanan yang wajar dan sehat. Meskipun Tata Krama dan Tata Cara Peiklanan Indonesia tidak merupakan produk undang-undang yang mengikat secara luas, tetapi sebagai self regulation bagi para anggotanya, kode etik ini memiliki arti penting dalam rangka memberikan kejelasan aturan main. Sekaligus untuk menjaga tindakan dan perilaku anggotanya agar tetap menjujung etika dalam berusaha. Sehingga persaingan bisnis untuk mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui periklanan tidak menimbulkan penyesatan informasi, yang pada akhirnya sangat

1

Tams Djayakusumah, 1982, Periklanan, Amico, Bandung. h. 15.

2

(15)

merugikan konsumen.3 Etika iklan merupakan landasan sejauh mana kita dapat merancang suatu karya iklan layak atau tidak untuk dipublikasikan. Etika iklan tidak mengikat tetapi membatasi atara suatu budaya dinegara tertentu dengan keabsahan iklan itu sendiri. Di Indonesia pelanggaran etika iklan kerap terjadi, terutama iklan rokok. Disini peran etika sepenuhnya dibutuhkan sebagai landasan untuk melindungi hak konsumen terhadap pelanggaran etika yang sebnarnya tidak perlu terjadi.

Dewasa ini banyak terdapat iklan yang melakukan pelanggaran terhadap etika periklanan. Rambu-rambu periklanan tidak mampu lagi mengikat para seniman dalam menghasilkan sebuah karya dengan alasan seni mereka bebas menerobos batasan norma sosial sehingga iklan di televisi sekarang penuh dengan pelanggaran-pelanggaran etika periklanan. Etika merupakan suatu kehendak yang sistematik melalui alasan untuk mempelajari bentuk-bentuk moral dan pilihan-pilihan moral yang dilakukan oleh seseorang dalam menjalankan hubungan dengan orang lain. Dalam iklan, etika merupakan sebuah landasan untuk membatasi sampai dimana sebuah iklan boleh mencapai batas. Iklan merupakan media utama dalam menyampaikan informasi tentang produk yang dapat mempengaruhi emosi dan perasaan calon konsumen. Sedangkan televisi merupakan media yang paling efektif untuk mendemonstrasikan sebuah produk. Lewat televisi, produk akan cepat diterima oleh masyarakat. Mengingat dampak iklan di televisi dalam beberapa hal cukup berbahaya, maka dibentuklan undang-undang yang memberikan batasan bagi hal tersebut. Salah satu iklan yang dianggap berbahaya dan sering melanggar etika periklanan adalah iklan rokok.

3

(16)

Berdasarkan PP No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan. Peraturan ini mengatur bahwa iklan rokok di televisi dapat ditayangkan pukul 21.30 - 05.00 waktu setempat.

(17)

terstandarisasi. Dunia simbolis yang ditampilkan media, terutama media televisi, akan membentuk dan memelihara konsepsi audience mengenai dunia nyata. Atau dengan kata lain membentuk dan mempertankan konstruksi audience mengenai realitas. Dalam iklan rokok, penggambaran tokoh serta adegan-adegan yang menantang membuat para masyarakat khususnya remaja dan anak-anak menjadi tertarik. Iklan yang ada menarik dan mempengaruhi mereka untuk merokok dengan bujukan yang berbeda walau dalam iklan rokok tidak digambarkan orang merokok akan tetapi adegan-adegan yang identik dengan keperkasaan atau kebebasan mempengaruhi mereka untuk mengkonsumsi rokok. Citra itulah yang membangun persepsi bahwa merokok bukan hal yang negatif. Efek ini memberikan kesan bahwa televisi mempunyai dampak yang sangat kuat pada diri individu. Bahkan mereka yang terkena efek ini menggangap bahwa lingkungan disekitar sama seperti yang tergambar dalam media televisi.

Karena sesungguhnya perlindungan konsumen adalah bagian dari perlindungan hak asasi manusia (HAM).4 Bahwa ruang lingkup konsep HAM tidak hanya dalam konteks hubungan antara rakyat dan negara, namun lebih luas lagi HAM perspektif hubungan antar masyarakat, yakni hubungan antara pelaku usaha dan konsumen. Dalam hal ini, pelaku usaha melalui media penyiar iklan mengakui eksistensi konsumen sebagai manusia dan makhluk ciptaan Allah SWT yang memiliki hak-hak universal dan patut memperoleh apresiasi secara positif.5

4

HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum dan pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia. Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia.

5

(18)

Media penyiar iklan sebagai pihak yang menayangkan iklan di luar ketentuan Pasal 16 ayat (3) PP No. 19 tahun 2003 tentang pengamanan rokok bagi kesehatan bertanggung jawab terhadap hal itu sebagaimana ketentuan UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran dalam Pasal 46 angka (5) yang menjelaskan bahwa, siaran iklan niaga yang disiarkan menjadi tanggung jawab lembaga penyiaran. Terdapat kekaburan norma perihal tanggung jawab bagi lembaga penyiaran tersebut perihal mekanisme dan pengenaan sanksinya.

Dengan adanya latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, maka skripsi ini akan diberi judul “Tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap kerugian konsumen”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1.2.1 Bagaimanakah tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap kerugian konsumen?

1.2.2 Bagaimanakah penyelesaian sengketa konsumen terhadap pelanggaran penayangan iklan rokok?

1.3 Ruang Lingkup Masalah

(19)

1.3.1 Bagian pertama membahas tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap kerugian konsumen.

1.3.2 Sedangkan bagian kedua membahas tentang penyelesaian sengketa konsumen terhadap pelanggaran penayangan iklan rokok.

1.4 Orisinalitas Penelitian

Bahwa memang benar skipsi ini merupakan karya tulis asli sehingga dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya. Penelitian ini dibuat berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di universitas udayana, melalui buku, peraturan perundang-undangan dan internet. Sebelumnya telah dilakukan riset apakah ada penelitian dengan judul dan rumusan masalah yang sama atau tidak. Hasilnya peneliti menemukan beberapa penelitian yang serupa namun memiliki judul dan rumusan masalah yang berbeda. Berikut peneliti rangkum beberapa judul penelitian dan rumusan masalah yang serupa dalam bentuk tabel sebagai berikut :

Nomor iklan rokok di Indonesia

sebagai bentuk

(20)

2. Bagaimanakah upaya Adapun tujuan tersebut antara lain :

1.5.1 Tujuan umum

(21)

b. Serta yang kedua untuk mengetahui penyelesaian sengketa konsumen terhadap pelanggaran penayangan iklan rokok.

1.5.2 Tujuan khusus

a. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memahami dan mendalami tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap kerugian konsumen.

b. Serta yang kedua untuk memahami penyelesaian sengketa konsumen terhadap pelanggaran penayangan iklan rokok.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmiah bagi pengembangan ilmu hukum di bidang hukum perdata, khususnya pemahaman teoritis mengenai tanggung jawab media penyiar iklan di Indonesia dalam rangka perlindungan hukum terhadap konsumen yang di rugikan, termasuk di dalamnya pengkajian terhadap tanggung jawab media penyiar iklan atas pelanggaran jam penayangan iklan rokok terhadap kerugian konsumen.

1.6.2 Manfaat praktis

(22)

pemasaran atau penjualan produk atau makanan bagi konsumen. Selain itu diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumbangsih bagi media penyiar iklan untuk lebih memperhatikan dampak buruk bagi konsumen, serta dapat dijadikan pedoman baik itu untuk penulis, pelaku usaha untuk permasalahan yang sejenis.

1.7 Landasan Teoritis

Dalam setiap penelitian harus disertai dengan pemikiran-pemikiran teoritis, oleh karena ada hubungan timbal balik yang erat antara teori dengan kegiatan pengumpulan dan pengolahan data, analisis, serta konstruksi data, untuk memberikan argumentasi yang meyakinkan bahwa kajian yang dilakukan itu ilmiah atau paling tidak memberikan gambaran bahwa kajian tersebut memenuhi kajian teoritis sesuai dengan bidang ilmu yang menjadi obyek kajian. Sebelum mengemukakan asumsi terhadap permasalahan, maka terlebih dahulu dikemukakan pendapat para ahli yang relevan dengan permasalahan yang di teliti.

(23)

dan tidak pantas disebut hak. Sebaliknya tidak adanya kewajiban pada seseorang tidak perlu ada tanggung jawab.6

1.7.1 Prinsip Tanggung Jawab

Prinsip tentang tanggung jawab merupakan perihal yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen. Dalam kasus-kasus pelanggaran hak konsumen, diperlukan kehati-hatian dalam menganalisis siapa yang harus bertanggung jawab dan seberapa jauh tanggung jawab dapat dibebankan kepada pihak-pihak terkait. Prinsip tanggung jawab yang dapat diterapkan adalah:7

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan.

Prinsip ini menyatakan, seseorang baru dapat dimintakan pertanggung jawabannya secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liabilityatauliability based on fault) ini prinsip yang cukup umum berlaku dalam hukum pidana dan perdata.

Kesalahan adalah unsur yang bertentangan dengan hukum. Pengertian hukum, tidak hanya bertentangan dengan Undang-undang, tetapi juga kepatutan dan kesusilaan dalam masyarakat. "Kesalahan" dipakai untuk menyatakan, bahwa seseorang dinyatakan bertanggung jawab untuk akibat yang merugikan yang terjadi oleh perbuatannya yang salah. Secara common sense, asas tanggung jawab ini dapat diterima karena adalah adil bagi orang yang berbuat salah untuk mengganti keinginan bagi pihak korban. Dengan kata lain, tidak adil jika orang yang

6

M. Yatimin Abdullah, 2006, Pengantar Studi Etika,PT. Raja Grafindo, Jakarta, h. 297-298.

7

(24)

tidak bersalah harus mengganti kerugian yang diderita orang lain unsur kesalahan dari pihak tergugat.

2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggung jawab

Prinsip ini menyatakan, tergugat selalu dianggap bertanggung jawab (presumption of liability principle), sampai ia dapat membuktikan ia tidak bersalah. Jadi beban pembuktian ada pada si tergugat. Dasar pemikiran Teori Pembalikan Beban Pembuktian adalah seseorang dianggap bersalah, sampai yang bersangkutan dapat membuktikan sebaliknya. Jika digunakan teori ini, maka yang berkewajiban untuk membuktikan kesalahan itu ada di pihak pelaku usaha yang digugat. tergugatlah yang harus menghadirkan bukti-bukti bahwa dirinya tidak bersalah.

Terkait dengan kerugian konsumen akibat iklan, maka dipandang tepat untuk menerapkan prinsip tanggung jawab praduga untuk selalu bertanggung jawab (presumption liability) dengan pertimbangan karena prinsip ini menganut sistem pembuktian terbalik, dimana pihak konsumen yang dirugikan dapat menuntut ganti rugi tanpa harus dibebani untuk membuktikan adanya unsur kesalahan dari pihak tergugat. Adanya sistem pembuktian terbalik ini, maka kepentingan konsumen akan terlindungi. 3. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab

(25)

4. Prinsip tanggung jawab mutlak

Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability) sering diidentikkan dengan prinsip tanggung jawab absolut (absolut liability). Kendati demikian ada pula para ahli yang membedakan kedua terminologi di atas.

Menurut R.C. Hoeber, biasanya prinsip tanggung jawab mutlak ini diterapkan karena (1) konsumen tidak dalam posisi menguntungkan untuk membuktikan adanya kesalahan dalam suatu proses produksi dan distribusi yang kompleks; (2) diasumsikan produsen lebih dapat mengantisipasi jika sewaktu-waktu ada gugatan atas kesalahannya, misalnya dengan asuransi atau menambah komponen biaya tertentu pada harga produknya; (3) asas ini dapat memaksa produsen lebih hati-hati.

Prinsip tanggung jawab mutlak dalam hukum perlindungan konsumen secara umum digunakan untuk menjerat pelaku usaha, khususnya produsen barang, yang memasarkan produknya yang merugikan konsumen. Asas tanggung jawab itu dikenal dengan nama product liability. Menurut asas ini produsen wajib bertanggung jawab atas kerugian yang diderita konsumen atas penggunaan produk yang dipasarkannya. Gugatanproduct liabilitydapat dilakukan berdasarkan tiga hal:

- melanggar jaminan (breach of warranty), misalnya khasiat yang timbul tidak sesuai dengan janji yan tertera dalam kemasan produk;

- ada unsur kelalaian (neglience), yaitu produsen lalai memenuhi standar pembuatan obat yang baik;

(26)

Variasi yang sedikit berbeda dalam penerapan tanggung jawab mutlak terletak pada risk liability. Dalam risk liability, kewajiban mengganti rugi dibebankan kepada pihak yang menimbulkan resiko adanya beban pembuktian, walaupun tidak sebesar si tergugat. Dalam hal ini, ia hanya perlu membuktikan adanya hubungan kausalitas antara perbjuatan pelaku usaha (produsen) dan kerugian yang dideritanya. Selebihnya dapat digunakan prinsipstrict liability.

5. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan (limitation of liability principle) sangat disenangi oleh pelaku usaha untuk dicantumkan sebagai klausul eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya. Prinsip tanggung jawab ini sangat merugikan konsumen bila ditetapkan secara sepihak oleh pelaku usaha. Dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 seharusnya pelaku usaha tidak boleh secara sepihak menentukan klausul yang merugikan konsumen, termasuk membatasi maksimal tanggung jawabnya. Jika ada pembatasan mutlak harus berdasarkan pada peraturan perundang-undangan yang jelas.

(27)

menuntut ganti rugi tanpa harus dibebani untuk membuktikan adanya unsur kesalahan dari pihak tergugat. Adanya sistem pebuktian terbalik ini, maka kepentingan konsumen akan terlindungi.

1.7.2 Cara Penyelesaian Sengketa Konsumen

Suatu sengketa konsumen berdasarkan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) dapat diselesaikan melalui 2 cara:

1. Pengadilan

Setiap konsumen yang dirugikan atau terlibat suatu sengketa dapat menyelesaikan sengketanya melalui lembaga peradilan umum. Penyelesaian sengketa konsumen melalui pengadilan ini mengacu pada ketentuan tentang peradilan umum yang berlaku dengan memperhatikan ketentuan Pasal 45 UUPK.

2. Diluar Pengadilan

(28)

1.8 Metode Penelitian

1.8.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam skripsi ini adalah penelitian hukum normatif. Dipilihnya jenis penelitian hukum normatif karena penelitian ini menguraikan permasalah-permasalahan yang ada, untuk selanjutnya dibahas dengan kajian berdasarkan teori-teori hukum kemudian dikaitkan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam praktek hukum.8

Penelitian hukum normatif digunakan dalam penelitian ini beranjak dari adanya persoalan dalam aspek norma hukum, yaitu norma yang kabur atau tidak jelas (vague van normen), norma yang konflik (geschijld van normen), maupun norma yang kosong (leemten van normen) yang ada dalam peraturan perundang-undangan terkait permasalahan yang hendak diteliti. Penelitian hukum normatif dilakukan dengan cara meneliti bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, dan bahan hukum tersier yang terkait.

1.8.2 Jenis pendekatan

Dalam penelitian ini digunakan jenis pendekatan perundang-undangan(the statue approach),pendekatan fakta(the fact approach),dan pendekatan analisis konsep hukum(analitical & conseptual approach).

8

(29)

Pendekatan perundang-undangan digunakan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus tema sentral dalam penelitian ini. Pendekatan perundang-undangan digunakan berdasarkan pada peraturan perundang-undangan, norma-norma hukum yang berhubungan dengan perlindungan konsumen.

Pendekatan fakta digunakan berdasarkan pada fakta atau kenyataan aktual yang terjadi dalam masyarakat terkait pengaruh perlindungan konsumen di Indonesia. Pendekatan analisis konsep hukum digunakan untuk memahami konsep-konsep aturan tentang perlindungan konsumen di Indonesia.

1.8.3 Bahan hukum/ data

a. Sumber bahan hukum primer

Sumber bahan hukum primer adalah sumber bahan hukum yang bersifat mengikat yakni berupa norma, kaidah dasar dan peraturan yang berkaitan. Sumber bahan hukum primer yang digunakan adalah :

• Undang-Undang Dasar NRI 1945,

• Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen,

• Kitab Undang-undang Hukum Perdata, • UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran,

(30)

• PP No. 19 tahun 2003 tentang Pengamanan Rokok Bagi Kesehatan.

b. Sumber bahan hukum sekunder

Sumber bahan hukum sekunder yakni bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder yang digunakan adalah literatur-literatur yang relevan dengan topik yang dibahas, baik literatur-literatur hukum buku-buku hukum (textbook) yang ditulis para ahli yang berpengaruh (de hersender leer), pendapat para sarjana, maupun literatur non hukum dan artikel atau berita yang diperoleh via internet.

c. Sumber bahan hukum tersier

Bahan hukum tersier, yakni bahan yang memberikan petunjuk maupun penjelasan terhadan bahan hukum primer dan sekunder, seperti kamus besar bahasa Indonesia dan kamus hukum.

1.8.4 Teknik pengumpulan bahan hukum/ data

(31)

dikelompokkan secara sistematis sesuai dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian skripsi ini.

1.8.5 Teknik pengolahan dan analisis bahan hukum

Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah terkumpul dapat digunakan berbagai teknik analisis. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi, teknis interpretasi, teknik evaluasi, teknik argumentasi dan teknik sistematisasi.

Teknik deskripsi adalah teknik dasar analisis yang tidak dapat dihindari penggunaannya, deskripsi berarti uraian apa adanya terhadap suatu kondisi atau posisi dari proposisi-proposisi hukum atau non-hukum.

Teknik interpretasi berupa penggunaan jenis-jenis penafsiran dalam ilmu hukum seperti penafsiran gramatikal, penafsiran sistematis, penafsiran teleologis, penafsiran historis, dan lain sebagainya.

Teknik evaluasi adalah penilaian berupa tepat atau tidak tepat, setuju atau tidak setuju, benar atau salah, sah atau tidak sah oleh peneliti terhadap suatu pandangan, proposisi, pernyataan rumusan norma, keputusan, baik yang tertera dalam bahan primer maupun dalam bahan hukum sekunder.

(32)
(33)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG IKLAN

2.1. Pengertian dan Fungsi Iklan

Peranan pemasaran sangat besar dalam meningkatkan penjualan produk barang dan jasa. Apalagi dalam era perdagangan bebas, dituntut adanya suatu hal, yaitu memproduksi barang dan jasa yang kompetitif, baik dipasaran nasional maupun internasional. Dalam mewujudkan produk yang kompetitif dipasar tersebut, peran periklanan akan semakin besar, dan berarti dalam memasarkan produk barang dan jasa. Produk yang dihasilkan perusahaan periklanan, berupa iklan, diharapkan mampu memberikan kepuasan bagi pengusaha iklan (produsen, distributor, supplier, dan retailer), sekaligus juga bagi para konsumen (akhir) suatu produk barang dan jasa yang diiklankan.1

Bersamaan dengan perkembangan perekonomian dan perdagangan, iklan telah benar-benar menyatu dalam kehidupan perekonomian masyarakat dewasa ini, sehingga iklan bukan lagi merupakan sesuatu hal yang dianggap baru walaupun mungkin belum dipahami secara luas dan mendalam makna dari iklan tersebut. Hal ini disebabkan banyaknya pandangan dari para sarjana tentang iklan itu sendiri, yang satu sama lain menunjukkan adanya beberapa perbedaan meskipun pada dasarnya esensinya sama, yaitu sebagai salah satu cara untuk memasarkan produk barang dan jasa.

Istilah iklan dalam bahasa asing, misalnya bahasa Inggris, "advertisement", "advertising" dan bahasa Belanda "advertentiil" serta bahasa

1

(34)

Indonesia, "pariwara". Iklan artinya setiap bentuk penyajian apapun untuk sebuah produk, ide, gagasan-gagasan dan sponsor dalam menggunakan media, seperti majalah, radio, televisi, ataupun surat kabar.2

Beberapa pengertian yang diberikan oleh para sarjana mengenai iklan ini. Menurut Kotler bahwa iklan adalah komunikasi bukan pribadi, yang dilakukan melalui media yang dibayar atas usaha yang jelas.3

Kemudian Sofyan Assauri menulis bahwa iklan adalah cara mempromosikan barang-barang, jasa atau gagasan/ide yang dibiayai oleh sponsor yang dikenal dalam rangka untuk menarik calon pembeli sehingga dapat meningkatkan penjualan produk dari perusahaan yang bersangkutan. 4 Definisi tentang iklan juga diberikan oleh Soehardi Sigit dalam bukunya Pengantar Ekonomi Perusahaan Praktis, bahwa iklan adalah penyajian tercetak, tertulis, dengan kata-kata atau dengan gambar, dari lembaga, orang tentang produk, jasa atau gerakan dengan maksud mempengaruhi penjualan, pemakaian, pungutan suara, kegiatan atau dukungan.5

Basu Swasta, memberikan definisi bahwa iklan adalah suatu berita yang akan disebarluaskan kepada pasar yang pembayarannya dilakukan oleh sponsor kepada media yang membawakan berita tersebut.6 Dalam Pasal 1 angka 13 Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 329/Men.Kes/PER/XII/76 Tentang Produksi dan Peredaran Makanan disebutkan :

2

A.A. Sagung Ngurah Indradewi, 2014,Tanggung Jawab Yuridis Media Penyiar Iklan,Udayana University Press, Denpasar, h. 83.

3

Philip Kotler, 1994,Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan dan Pengendalian,Jilid II, Edisi Kelima, Erlangga, Jakarta, h.7.

4

Sofyan Assauri, 1990, Manajemen Pemasaran, Dasar, Konsep dan Strategi, Rajawali Press, Jakarta, h. 247.

5

Soehardi Sigit, 1987,Pengantar Ekonomi Perusahaan Praktis,Lyberti, Yogyakarta, h. 98.

6

(35)

Iklan adalah usaha dengan cara apapun untuk meningkatkan penjualan, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Sedangkan dalam Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan disebutkan :

Iklan pangan adalah setiap keterangan atau pernyataan mengenai pangan dalam bentuk gambar tulisan atau bentuk lain yang dilakukan dengan berbagai cara untuk pemasaran dan atau perdagangan pangan.

Sementara itu, Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia juga memberikan pengertian iklan sebagai pesan komunikasi pemasaran atau komunikasi publik tentang sesuatu produk yang disampaikan melalui suatu media, dibiayai oleh pemrakarsa yang dikenal, serta ditunjukan kepada sebagian atau seluruh masyarakat.7

Beberapa definisi tentang iklan sebagaimana disampaikan diatas, maka dapat dikemukakan makna iklan sebagai berikut :

- Iklan merupakan salah satu cara untuk mempromosikan barang dan jasa.

- Iklan adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan omzet penjualan.

- Iklan merupakan pesan komunikasi publik tentang suatu produk yang disampaikan melalui media masa.

- Iklan adalah merupakan keterangan atau pernyataan produk dalam bentuk gambar, tulisan atau bentuk lainnya.

7

(36)

Apa yang disebut sebagai pemasaran sebenarnya lebih dari sekedar mendistribusikan barang dari para produsen pembuatnya ke para konsumen pemakainya. Pemasaran sesungguhnya meliputi semua tahapan, yakni mulai dari penciptaan produk hingga ke pelayanan purna jual setelah terjadinya transaksi perdagangan itu sendiri. Salah satu tahapan dari pemasaran tersebut adalah periklanan. Tahapan-tahapan tersebut bagaikan mata rantai yang saling berhubungan dan rangkaiannya akan terputus jika salah satu mata rantai itu lemah.8

Dengan demikian, periklanan merupakan tahapan yang sangat penting, yang sama pentingnya dengan mata rantai yang lain dari suatu proses pemasaran. Keberhasilan mata rantai yang satu menentukan keberhasilan yang lainnya: Produk barang dan jasa itu sendiri, baik penanamannya, pengemasannya, penetapan harga, dan pendistribusiannya, semuanya tercermin dalam kegiatan periklanan yang sering kali disebut sebagai darah kehidupan bagi suatu organisasi (perusahaan). Tanpa adanya periklanan berbagai produk barang atau jasa tidak akan dapat mengalir secara lancar ke para distributor atau penjual, apalagi sampai ke tangan para konsumen, baik konsumen pemakai maupun konsumen penjual.9

Bila mengacu pada beberapa pengertian tentang iklan, sesungguhnya ada 2 (dua) fungsi pokok iklan, yaitu sebagai sarana pemasaran dan sebagai sarana informasi produk.

1. Sebagai sarana pemasaran produk

Fungsi pemasaran adalah fungsi untuk memahami permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang-barang ataupun jasa serta gagasan yang

8

Op.Cit,h. 2.

9

(37)

diperlakukannya. Jika tanpa iklan, maka untuk memasarkan tentang produk memerlukan cara-cara sepertisalesman productionataupersonal selling.10

Berdasarkan iklan, konsumen akan mendatangi tempat-tempat penjualan produk tersebut. Ringkasnya fungsi pemasaran adalah fungsi untuk menjual informasi tentang barang, jasa, gagasan melalui media dengan membayar ruang dan waktu sebagai tempat lewatnya pesan dari komunikator kepada komunikan (khalayak) sasaran.11

Sebagai sarana pemasaran iklan berfungsi :

a. Mengidentifikasi produk dan menjelaskan perbedaannya dengan produk lainnya.

b. Mengkomunikasikan informasi mengenai produk.

c. Menganjurkan percobaan produk baru secara bertahap dan akhirnya tetap bagi pembeli dan para pemakainya.

d. Merangsang penyebaran dan akhirnya berakibat peningkatan penggunaan produk.

e. Membangun rasa cinta dan dekat dengan produk, sehingga konsumen terus merasa terikat dalam jangka waktu lama.

Berdasarkan fungsi pemasaran ini, ada pula beberapa hal tentang informasi barang yang harus diperhatikan adalah :

a. Produk sendiri harus bermutu dan mempunyai kelebihan daripada produk lainnya.

b. Harga harus bersaing dengan produk yang sejenis (lebih murah).

10

Alo Liliweri, 1992,Dasar-Dasar Komuinikasi Periklanan,Pt. Citra Aditya Bakti, Bandung. h. 7.

11

(38)

c. Tempat penjualan harus dapat dijangkau pembeli dan pemakai, artinya mudah dan murah.

d. Segi promosi, dengan bantuan salesman terpilih sehingga mampu memberikan peneguhan pada iklan tentang produk yang sama.12

2. Sebagai sarana informasi produk.

Disamping sebagai saranapemasaran produk dan meningkatkan omzet penjualan, iklan juga berfungsi sebagai sarana informasi produk, baik melalui media cetak maupun elektronik. Pada dasarnya konsumen pengguna tidak akan mengetahui semua jenis produk barang dan jasa, sehingga masyarakat sangat membutuhkan dan memerlukan informasi produk barang dan jasa yang ada di pasaran. Untuk menyampaikan informasi itu diperlukan iklan. Sebagai sarana informasi, iklan meempunyai fungsi :

a. Memberikan penerangan dan informasi tentang suatu barang, jasa, gagasan yang lebih diketahui oleh suatu pihak dan dijual kepada pihak lain agar ikut mengetahuinya.

b. Memberi pesan yang berbau pendidikan, dalam arti mempunyai efek yang panjang, mengedepankan suatu gagasan.

c. Berusaha menciptakan pesan-pesan yang bersifat menghibur agar dinikmati khalayaknya.

d. Mempengaruhi khalayak untuk dekat, rasa selalu membeli, dan memakai produk secara tetap dalam waktu lama.13

12

Ibid, h. 49

13

(39)

2.2. Pihak-pihak dalam Pembuatan dan Penyiaran Iklan

Iklan yang tampil di media adalah hasil sebuah kreativitas. Sebelum iklan tampil di media, terlebih dulu tentu melalui proses pembuatan yang ditangani oleh pihak yang ahli dibidangnya. Berkaitan dengan proses pembuatan dan penyiaran iklan ada beberapa pihak yang terlibat di dalamnya, yaitu:

a. Pelaku (subjek) sebagai pengiklan, produsen, distributor barang dan jasa atau perusahaan yang menggunakan/pemasang iklan.

b. Biro jasa iklan (advertising agency) sebagai pihak yang mempertemukan antara pengiklan dengan media (sarana) atau tempat pemasangan iklan.

c. Media cetak atau elektronik, media luar ruang (billboard) dan media lainnya yang mempublikasikan atau mempromosikan materi iklan baik berupa gambar, visual maupun tulisan.14

Taufik H. Simatupang dalam bukunya Aspek Hukum Periklanan

menegaskan ada beberapa pihak yang terkait dalam bisnis periklanan disamping konsumen sebagai pemakai dan penikmat iklan dan pemerintah sebagai pengawasnperaturan periklanan, maka dalam bisnis periklanan ada 3 (tiga) pihak yang berperan yaitu:15

1. Perusahaan periklanan (advertising)/biro iklan, yaitu perusahaan yang bergerak di bidang biro jasa pembuatan iklan. Dengan demikian, perusahaan periklanan adalah perusahaan yang menjual jasa periklanan bagi produk barang atau jasa. Disamping itu, perusahaan periklanan juga berfungsi sebagai pihak yang

14

Rosadi Ruslan, 1995, Aspek-Aspek Hukum dan Etika dalam Aktivitas Public Relation Kehumasan,Ghalia Indonesia, Jakarta. h.84.

15

(40)

mempertemukan antara pengiklan dengan media (sarana atau tempat pemasangan/penyiaran iklan).

2. Media penyiar iklan, yaitu media komunikasi massa, yang meliputi baik media cetak (surat kabar, majalah tabloid) maupun media elektronik (televisi, radio), termasuk pula media luar ruangan, seperti pamflet dan spanduk.

3. Pengiklan (pemasang iklan), yaitu perusahaan atau perorangan sebagai pemasang iklan. Pihak pengiklan dimaksud bisa produsen maupun distributor. Berkaitan dengan terbitnya suatu iklan, maka pada umumnya inisiatif datangnya dari pengiklan agar produknya dibuatkan iklan. Selanjutnya perusahaan periklanan (biro iklan) dan atau media penyiar iklan dengan persetujuan pengiklan secara kreatif akan menerjemahkan inisiatif itu dalam bahasa periklanan untuk membuatkan dan meniarkan iklan tersebut untuk kepentingan pengiklan.

2.3. Jenis-jenis Iklan

Bila dilihat dari segi tujuan yang dikehendaki oleh iklan itu sendiri, secara umum iklan dapat dibagi dalam 2 (dua) jenis, yaitu:

A. Iklan Komersial

Iklan komersial sering disebut pula dengan iklan bisnis. Sebagaimana namanya, iklan komersial atau iklan bisnis bertujuan mendapatkan keuntungan ekonomi, utamanya peningkatan penjualan. Produk yang ditawarkan dalam iklan ini sangat beragam, baik barang, jasa, ide, keanggotaan organisasi, dan lain-lain.16

Iklan komersial dapat dibagi dalam 3 (tiga) jenis iklan, yaitu iklan untuk konsumen, untuk bisnis, dan iklan untuk profesional. Perbedaan yang esensial

16

(41)

antara ketiganya adalah pada khalayak sasaran yang dituju. Namun semua iklan tersebut tetap dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan komersial. Iklan konsumen dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis dimana pesan iklan ditujukan kepada konsumen akhir, yaitu pengguna terkahir suatu produk. Sedangkan iklan bisnis adalah iklan yang disampaikan dengan mskud mendapatkan keuntungan ekonomi dan sasaran pesan yang dituju adalah untuk seseorang atau lembaga yang akan mengolah dan/atau menjual produk yang diiklankan tersebut kepada konsumen akhir.17

Sementara iklan profesional adalah iklan yang dimaksudkan untuk mendapatkan keuntungan bisnis dan khalayak sasaran iklan adalah segmen khusus, yaitu para profesional. Kaum profesional adalah sekelompok orang yang memiliki pekerjaan spesifik, ia dibayar karena keterampilan dan keahlian spesifiknya tersebut. Misalnya para dokter, guru, manager, pilot, dan sebagainya yang bekerja secara profesional.

B. Iklan Layanan Masyarakat

Iklan layanan masyarakat adalah iklan yang digunakan untuk menyampaikan informasi, mempersuasi atau mendidik khalayak dengan tujuan akhir bukan untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, melainkan keuntungan sosial, keuntungan sosial yang dimaksud adalah munculnya penambahan pengetahuan, kesadaran sikap dan perubahan perilaku terhadap masalah yang diiklankan, serta mendapatkan citra baik di mata masyarakat.

Alo Liliweri menyebut iklan layanan masyarakat ini sebagai iklan tanggung jawab sosial, karena bertujuan untuk menyebarkan pesan-pesan yang

17

(42)

bersifat informatif, penerangan, pendidikan agar membentuk sikap warga masyarakat sehingga mereka bertanggung jawab terhadap masalah sosial dan kemasyarakatan tertentu. Keuntungan yang diharapkan dari iklan layanan masyarakat adalah berusaha mendapatkan atau membentuk citra baik di tengah masyarakat.

2.4. Kode Etik Periklanan

Kode etik periklanan merupakan suatu rangkaian prinsip tentang tingkah laku atau perilaku kalangan bisnis atau profesi periklanan, yang ditetapkan sendiri oleh mereka dan berlaku bagi kalangan periklanan itu sendiri dan hubungannya dengan pihak-pihak lain. Kode etik periklanan ini masuk ke dalamself regulation

atau regulasi sendiri yang merupakan salah satu bentuk pelaku usaha dalam memberikan perlindungan kepada konsumen, maka pelaku usaha yang terhimpun dalam berbagai organisasi profesi sejenis atau organisasi, membuat aturan-aturan yang berlaku ke dalam bagi para anggotanya.18

Kode etik periklanan dibuat dengan pertimbangan bahwa produk bidang usaha atau profesi yang berada di bawah ruang lingkup self regulation ini termasuk produk konsumen yang sangat berkaitan dengan kepentingan dan upaya perlindungan konsumen, serta menonjol menjadi perhatian masyarakat, tanpa mengurangi pentingnya kesemua regulasi sendiri yang sudah ada. Hal lain yang menjadi perhatian yaitu apakah bidang usaha itu cukup diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, atau sama sekali belum dikendalikan oleh perundang-undangan.19

18

Margaretha E.P. Napitupulu, 2008, "Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum yang Merugikan Konsumen", Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Sumatra Utara Meda, h. 113.

19

(43)

Sebagai organisasi periklanan, Persatuan Perusahaan Periklanan (PPP) memiliki Kode Etik yang dikelan dengan sebutan Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia (TKTCPI), yang saat ini telah diubah menjadi Etika Pariwara Indonesia (EPI). Meskipun Etika pariwara Indonesia (Tata krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia) tidak merupakan produk Undang-undang yang mengikat luas (publik), tetapi sebagai self regulationbagi para anggotanya, kode etik ini memiliki arti penting dalam rangka memberikan kejelasan aturan main.20

Etika Pariwara Indonesia (Tata Krama dan Tata Cara Periklanan Indonesia) dianut prinsip atau asas umum sebagai berikut.

1. Iklan harus jujur, benar dan bertanggung jawab. 2. Iklan harus dijiwai oleh persaingan yang sehat.

Iklan harus melindungi dan menghargai khalayak, tidak merendahkan agama, budaya, negara, dan golongan, serta tidak bertentangan dengan hukum yang berlaku.21

2.5. Hukum Positif yang Mengatur Tentang Iklan

Pengaturan secara tegas terhadap iklan tidak saja dapat menjamin perlindungan hukum terhadap konsumen, tetapi pengaturan itu juga sangat bermanfaat sebagai pedoman bagi para pihak yang terlibat dalam kegiatan periklanan, seperti: pengiklan, perusahaan periklanan, dan media penyiar iklan dalam melakukan kegiatannya. Selain itu, semua pihak yang terlibat itu dapat melakukan mekanisme kontrol sesuai dengan rambu-rambu yang ada. Melalui peraturan atau perangkat hukum yang ada diharapkan produk iklan yang dihasilkan penuh muatan kreativitas itu dapat menjunjung asas-asas umum

20

Taufik H. Simatupang,Op. Cit. h. 24

21

(44)

periklanan serta rambu-rambu hukum yang telah ada. Namun sayangnya hingga kini Indonesia belum mempunyai Undang-Undang khusus yang mengatur tentang iklan. Hukum positif di Indonesia tentang iklan diatur secara parsial di dalam beberapa peraturan perundang-undangan seperti :

1. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Dalam UU ini masalah yang menyangkut iklan diatur dalam Pasal 8-20.

Referensi

Dokumen terkait

a. Penulisan hukum ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum pada umumnya dan hukum perdata pada khususnya. Diharapkan

a) Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu Hukum Perdata pada umumnya dan hukum perusahaan, khususnya mengenai pelaksanaan CSR (Corporate Social Responsibility)

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan di bidang hukum perdata Islam, menambah wawasan bagi pembaca

Penelitian ini diharapkan dapat berguna unuk memberikan suatu sumbangan pemikiran dibidang ilmu pengetahuan yang sudah dipelajari, khususnya di bidang ilmu hukum perdata,

Kegunaan secara teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau sumbangan ilmu pengetahuan di bidang akuntansi perpajakan khususnya mengenai

Karya tulis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu hukum, khususnya hukum Perlindungan Konsumen dan Hukum Islam. Bagi konsumen pengguna jasa

Secara Teoritis penelitian ini adalah untuk memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum perusahaan dalam hubungannya dengan hukum kepailitan, khususnya

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam bidang manajemen sumber daya manusia khususnya mengenai kompensasi finansial,