DAFTAR ISI
hlm
PERNYATAAN ……… i
ABSTRAK ……… ii
KATA PENGANTAR ……….. iii
DAFTAR ISI ……… vi
DAFTAR TABEL ……… viii
DAFTAR GAMBAR ……… x
DAFTAR LAMPIRAN ……… xi
BAB I PENDAHULUAN ……….. 1
A. Latar Belakang ……….. 1
B. Rumusan Masalah ………. 7
C. Pembatasan Masalah ………. 7
D. Asumsi Dasar ………. 8
E. Tujuan Penelitian ……….. 8
F. Manfaat Penelitian ……… 8
G. Hipotesis Penelitian ……….. 9
H. Penjelasan Istilah … ………. 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ………. 13
A. Kajian tentang Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 13
B. Pembelajaran Alami ………. 20
C. Kajian tentang Penguasaan Konsep ………. 21
E. Kajian tentang Materi Pemisahan Campuran ………... 30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….. 35
A. Metode Penelitian ……….. 35
B. Subyek Penelitian ………... 36
C. Hipotesis Statistik ………. 36
D. Instrumen Penelitian ………. 37
E. Prosedur Penelitian ……….. 38
F. Teknik Pengolahan Data ………... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ……… 51
A. Keterlaksanaan Program Pembelajaran Berbasis Masalah ………….. 51
B. Keterlaksanaan Pembelajaran di Kelas Kontrol .……… 62
C. Analisis Pengusaan Konsep Pemisahan Campuran ………. 64
D. Analisis Penguasaan Keterampilan Proses Sains (KPS) ………. 87
E. Tanggapan Siswa terhadap Program Pembelajaran ………. 107
F. Tanggapan Guru terhadap Program Pembelajaran ……….. 110
G. Keunggulan dan Kekurangan Program Pembelajaran Berbasis Masalah. 111 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… 114
A. Kesimpulan ……… 114
B. Saran ……….. 116
DAFTAR PUSTAKA ……… 118
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Tahapan Pembelajaran Berbasis Masalah dengan
Metode Proyek Menurut Chin and Chia ……… 18
Tabel 2.2. Jens-jenis KPS dan Karakteristiknya ………. 26
Tabel 3.1. Kriteria Validitas Butir Soal ……….. 40
Tabel 3.2. Kriteria Interpretasi Daya Pembeda ……….. 42
Tabel 3.3. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran ………... 43
Tabel 3.4. Kualitas soal-soal tes ………... 43
Tabel 3.5. Tafsiran Peningkatan Kemampuan ……… 47
Tabel 4.1. Pembagian Wacana untuk Masing-masing Kelompok Siswa ……….. 52
Tabel 4.2. Masalah-masalah yang dikemukakan oleh Tiap Kelompok Siswa ……… 53
Tabel 4.3. Persentase Nilai Keterlaksanaan Tahapan Kegiatan Pembelajaran Berbasis Masalah ………... 60
Tabel 4.4. Deskripsi Skor Tes Awal, Tes Akhir dan N-Gain Penguasaan Konsep Filtrasi, Sublimasi dan Kristalisasi 65 Tabel 4.5. Normalitas Data Penguasaan Konsep ……… 67
Tabel 4.6. Normalitas Data Penguasaan Konsep Filtrasi ………… 70
Tabel 4.7. Normalitas Data Penguasaan Konsep Sublimasi ……... 73
Tabel 4.8 Normalitas Data Penguasaan Konsep Kristalisasi ……. 75
Tabel 4.9 Distribusi Skor Tes Awal, Tes Akhir dan N-gain Penguasaan Konsep Terintegrasi ………... 77
untuk Konsep Filtrasi dan Kristalisasi ………... 78 Tabel 4.11 Normalitas Data Pengusaan Konsep Terintegrasi untuk
Konsep Filtrasi dan Kristalisasi ……….. 81
Tabel 4.12 Normalitas Data Penguasaan Konsep Terintegrasi
untuk Konsep Sublimasi dan Kristalisasi ………... 83
Tabel 4.13 Normalitas Data Penguasaan Konsep Terintegrasi
untuk Konsep Filtrasi, Sublimasi dan Kristalisasi ……. 85
Tabel 4.14 Penguasaan KPS Siswa pada Kelas Kontrol dan Kelas
Eksperimen ………. 88
Tabel 4.15 Normalitas Data Penguasaan Seluruh Aspek KPS ……. 91 Tabel 4.16 Normalitas Data Penguasaan KPS Aspek Mengamati ... 94 Tabel 4.17 Normalitas Data Penguasaan KPS Aspek
Mengaplikasikan Konsep ………... 97
Tabel 4.18 Normalitas Data Penguasaan KPS Aspek
Merencanakan Penelitian ………... 99
Tabel 4.19 Normalitas Data Penguasaan KPS pada Aspek
Menyimpulkan ………... 102
Tabel 4.20 Normalitas Data Penguasaan KPS pada Aspek
Mengkomunikasikan Temuan ……… 104
Tabel 4.21 Persentase Tanggapan Siswa terhadap Model
Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Mini
Project
……….
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Proses penyaringan air dan pasir ………... 32
Gambar 2.2. Proses sublimasi pada campuran iodin dan pasir ………. 33
Gambar 2.3. Proses kristalisasi garam dari larutannya ………. 34
Gambar 3.1. Desain Penelitian ………... 35
Gambar 3.2. Alur penelitian ………. 46
Gambar 4.1. Grafik N-gain Penguasaan Konsep pada Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol …………... 66
Gambar 4.2. Grafik N-gain Penguasaan Konsep Terintegrasi pada Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol untuk
Kelima Soal ……….. 79
Gambar 4.3. Grafik N-gain Kelas Kontrol dan Kelas Eksperimen Pada Berbagai Aspek KPS ………... 89
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A.1 Peta Konsep ………... 123
Lampiran A.2 Analisis Konsep ………. 124
Lampiran A.3 RPP Kelas Eksperimen .……… 127
Lampiran A.4 RPP Kelas Kontrol ………. 139
Lampiran A.5 Kisi-kisi Soal ………. 145
Lampiran A.6 Soal Tes ………. 150
Lampiran A.7 LKS ……… 153
Lampiran A.8 Rubrik Penilaian Proses Kegiatan Pembelajaran & LKS untuk Setiap Kelompok Siswa ………. 169
Lampiran A.9 Lembar Observasi Kegiatan Guru ……… 173
Lampiran A.10 Lembar Observasi Kegiatan Siswa ………. 174
Lampiran A.11 Angket Guru ………. 175
Lampiran A.12 Angket Siswa ……….. 178
Lampiran B.1 Perhitungan Validitas Soal ……… 181
Lampiran B.2 Perhitungan Validitas dan Reliabilitas Soal Perbaikan .... 182
Lampiran B.3 Rekapitulasi Skor Tes Awal Siswa Kelas Kontrol ……… 183
Lampiran B.4 Rekapitulasi Skor Tes Awal Siswa Kelas Eksperimen …. 184 Lampiran B.5 Rekapitulasi Skor Tes Akhir Siswa Kelas Kontrol ……... 185
Lampiran B.8 Hasil Observasi Kegiatan Kelompok Siswa ………. 188 Lampiran B.9 Hasil Angket Guru ….……… 197 Lampiran B.10 Rekapitulasi Hasil Angket Siswa ……….. 199
Lampiran C.1 Penilaian Proses Kegiatan Pembelajaran dan LKS untuk
Setiap Kelompok Siswa ……….…… 202
Lampiran C.2 Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Kelas Kontrol... 204 Lampiran C.3 Rekapitulasi N-gain Penguasaan Konsep Eksperimen …. 206 Lampiran C.4 Rekapitulasi N-gain KPS Pada Kelas Kontrol ...……….. 208
Lampiran C.5 Rekapitulasi N-gain KPS pada Kelas Eksperimen ……… 210 Lampiran C.6 Hasil Analisis N-gain Penguasaan Konsep ………... 212
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyebutkan bahwa proses pembelajaran pada
setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif,
serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran sains harus lebih diarahkan pada proses
pembelajaran yang mengaktifkan siswa untuk memperoleh berbagai kemampuan yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
Berbagai model pembelajaran telah diciptakan oleh para ahli untuk membuat siswa aktif dalam pembelajarannya, salah satunya yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Karakteristik inti dari model pembelajaran berbasis masalah yaitu
memfokuskan masalah sebagai skenario dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Wena (2009) pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang
menghadapkan siswa pada permasalahan-permasalahan praktis sebagai pijakan dalam belajar atau dengan kata lain siswa belajar melalui permasalahan-permasalahan. Ibrahim dalam Sahara (2008) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah
adalah rangkaian aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian masalah autentik untuk menjadi pembelajar mandiri yang meliputi
penyelidikan individual/kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisis dan mengevaluasi pemecahan masalah.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesis (2008), masalah adalah sesuatu yang harus diselesaikan atau dipecahkan. Sanjaya dalam Harefa (2010) mengungkapkan
bahwa hakikat masalah adalah gap atau kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan atau kecemasan sehingga perlu segera diselesaikan atau
dipecahkan. Dengan demikian, pembelajaran berbasis masalah merupakan pembelajaran yang dimulai dengan masalah-masalah yang harus dipecahkan. Proses
pemecahan masalah inilah yang menjadikan siswa menjadi aktif dalam pembelajarannya. Permasalahan tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, tetapi juga dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu yang
disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan tahapan perkembangan fisik dan psikologis siswa. Model pembelajaran ini menawarkan jawaban atas pertanyaan “
mengapa kita perlu belajar hal ini ?”. Karena itu pengetahuan yang berkaitan dengan masalah tersebut dapat dipelajari secara mendalam sekaligus melatih keterampilan-keterampilan praktek dalam memecahkan masalah, bersosialisasi, bekerja sama dalam
tim dan cara mempublikasikan produk sains.
Salah satu cara untuk mengemas masalah yaitu melalui kerja proyek. Metode
ini cukup menantang dan dianggap sebagai suatu alat yang efektif untuk membelajarkan siswa secara aktif karena mereka didorong untuk tidak tergantung sepenuhnya pada guru, tetapi diarahkan untuk dapat belajar lebih mandiri. Menurut
sebagai usaha kolaboratif. Masih dalam sumber yang sama, Thomas dkk menyebutkan bahwa kerja proyek memuat tugas-tugas yang kompleks berdasarkan
kepada pertanyaan dan permasalahan (problem) yang sangat menantang dan menuntut siswa untuk merancang, memecahkan masalah, membuat keputusan, melakukan
kegiatan investigasi, serta memberikan kesempatan kepada siswa untuk bekerja secara mandiri. Siswa dituntut untuk dapat mengintegrasikan keterampilan-keterampilan teknik dan mengadaptasinya untuk menciptakan suatu rencana eksperimen baru,
membuat hubungan dari apa yang telah dipelajarinya, menyesuaikan dan mengaplikasikannya dengan masalah yang mereka hadapi. Dengan demikian dalam
diri siswa akan tertanam rasa tanggung jawab yang besar untuk menyelesaikan dan meraih kesuksesan tugas belajarnya. Selain itu, karena proyek dikerjakan dalam suatu kelompok kecil, maka akan terjadi interaksi sosial sehingga dapat melatih
kerjasama tim dan mengembangkan moral untuk tidak individualistis. Temuan hasil praktikum perlu dipublikasikan, hal ini dapat melatih siswa bagaimana cara
mengkomunikasikan hasil penelitian melalui presentasi dan melatih tampil percaya diri di depan suatu forum.
Beberapa tahun terakhir, banyak ahli penelitian yang mulai mengembangkan
metode proyek sebagai salah satu metode pembelajaran baru, diantaranya yaitu: Arnold (2003) menerapkan metode proyek dalam kimia analitik untuk
mengembangkan kemampuan belajar mandiri dan berpikir kritis siswa. Maros (2004), Power (2005), Adami (2006), Butter (2009), dan Mascoti (2010) mengembangkan metode proyek untuk mengukur penguasaan konsep. Dunn dan Philips (dalam
masalah. Fauziah (2009) menerapkan metode ini untuk meningkatkan pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa SMA sedangkan Firgiawan (2010)
menerapkannya untuk meningkatkan kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan proses sains.
Tugas proyek yang diberikan bisa berskala kecil atau besar, disesuaikan dengan tingkat kemampuan kognitif siswa. Donnel (2007) menerapkan metode proyek ini dalam ruang lingkup kimia analitik yang mencakup beberapa pokok
bahasan, oleh karena itu disebut mini project. Mini project ini dijadikan sebagai permulaan dari proses pembelajaran yang dilakukan siswa, mereka dituntut untuk
mampu menyelesaikan tugas proyeknya. Disadari atau tidak, sesungguhnya mereka telah dituntun untuk belajar bagaimana cara menyelesaikan suatu masalah. Hal ini dapat bermanfaat bagi mereka dalam memperoleh “life skills” yang sangat penting
untuk bekal kehidupannya di masa depan ketika mereka dihadapkan pada masalah-masalah lain. Karakteristik ini menjadikan hasil pembelajaran dalam sains bukan
hanya sekedar mengetahui sekumpulan pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip atau teori saja, tetapi diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitarnya serta prospek pengembangan
berbagai kemampuan/keterampilan lebih lanjut
Standar Isi Mata Pelajaran IPA SMP/MTs menuliskan bahwa topik pemisahan
campuran merupakan topik yang kontekstual dan dapat dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Ada beberapa teknik pemisahan campuran yang dipelajari, untuk itu siswa ditantang agar dapat mengaplikasikannya untuk menyelesaikan masalah kehidupan
menyelesaikan masalahnya, selanjutnya membuktikannya melalui eksperimen. Dengan demikian pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru (teacher centered)
tetapi berubah menjadi pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered). Guru hanya bertindak sebagai fasilitator, memberikan dorongan agar mereka belajar
serta memberikan kesempatan untuk mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.
Kegiatan eksperimen dapat memberikan pengalaman belajar langsung dan
memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi siswa untuk mengembangkan berbagai keterampilan. Siswa diajak untuk mengetahui dan memahami bagaimana
proses suatu produk sains diperoleh, mulai dari perumusan masalah sampai dengan membuat suatu kesimpulan. Proses perolehan keterampilan-keterampilan ini dikenal dengan istilah keterampilan proses sains (KPS).
Rustaman et al. dalam Nurhayati (2010) menyatakan bahwa Keterampilan Proses Sains (KPS) adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh,
mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental, keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Rustaman dalam Nurhayati, 2010)
Sangat disayangkan bahwa kegiatan eksperimen di laboratorium yang dilakukan selama ini masih banyak yang kurang melibatkan siswa secara aktif untuk
berpikir. Kegiatannya lebih bersifat untuk sekedar membuktikan teori, prinsip, atau konsep dan seperti mencobakan resep-resep saja, karena prosedur dan hasilnya telah ditentukan dari awal oleh guru sehingga kurang melibatkan KPS secara optimal.
dapat memberikan pengalaman mendesain eksperimen, mengaitkan subjek pengetahuan dengan pengalaman praktek dan proses-proses sains lainnya.
Selain itu, fakta di lapangan memperlihatkan bahwa dalam mempelajari sains, siswa cenderung lebih menghafal konsep, teori, dan prinsip tanpa memaknai proses
perolehannya (Balitbang Depdiknas, 2003). Pembelajaran lebih banyak diarahkan untuk keberhasilan menempuh tes ujian yang hakikatnya lebih banyak menekankan pada dimensi proses kognitif yang rendah seperti menghafal konsep, memahami dan
mengaplikasikan rumus-rumus, sedangkan proses kognitif yang lebih tinggi (menganalisis, mengevaluasi dan mencipta) jarang tersentuh. Selain itu aspek proses
dari hakikat sains itu sendiri telah terabaikan, begitu pula dengan aspek sikap dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari. Akibatnya siswa menjadi kurang terlatih untuk berpikir dan menggunakan daya nalarnya dalam memahami fenomena alam
yang terjadi ataupun ketika menghadapi masalah. Pada saat diberi permasalahan baru, mereka hanya bisa memindahkan kalimat-kalimat dari buku teks ke kertas kosong.
Oleh karena itu, kegiatan eksperimen diharapkan selain dapat melatih berbagai kemampuan KPS juga dapat membantu siswa lebih menguasai konsep sehingga mampu menjawab fenomena atau masalah yang terjadi.
Beberapa tahun terakhir, penelitian terhadap pembelajaran berbasis masalah melalui metode proyek banyak diterapkan di tingkat Perguruan Tinggi atau Sekolah
Menengah Atas (PT/SMA), dan belum diterapkan di tingkat Sekolah Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah (SMP/MTs). Berdasarkan uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh penerapan pembelajaran berbasis
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka secara umum dapat
dirumuskan masalah penelitian yaitu “ Bagaimana Model Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Metode Mini Project Berpengaruh terhadap Penguasaan Konsep dan
Keterampilan Proses Sains Siswa pada Topik Pemisahan Campuran ?”.
Rumusan tersebut difokuskan dalam beberapa pertanyaan penelitian yaitu : 1. Bagaimanakah keterlaksanaan dari model pembelajaran yang diterapkan ?
2. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan metode
mini project terhadap penguasaan konsep pada topik pemisahan campuran ?
3. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dengan metode
mini project terhadap keterampilan proses sains siswa pada topik pemisahan
campuran ?
4. Bagaimanakah tanggapan guru dan siswa terhadap model pembelajaran yang diterapkan ?
5. Apa keunggulan dan kekurangan model pembelajaran yang telah diterapkan?
C. Pembatasan Masalah
Mengingat keterbatasan dalam berbagai hal dan untuk menghindari meluasnya
masalah, maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Topik pemisahan campuran yang dipelajari meliputi teknik filtrasi, sublimasi dan kristalisasi.
D. Asumsi Dasar
Pada penelitian, variabel waktu tidak bisa dikendalikan sehingga diasumsikan
bahwa variabel waktu yang berbeda tidak mempengaruhi hasil karena kedalaman materi yang diajarkan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama.
E. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan penguasaan konsep dan KPS siswa pada topik pemisahan campuran.
Adapun tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Diperoleh suatu model pembelajaran yang teruji.
2. Mendapatkan informasi tentang pengaruh model pembelajaran yang dilaksanakan
terhadap penguasaan konsep dan KPS siswa.
F. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru, siswa , sekolah ataupun pihak yang terkait dengan pendidikan.
1. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu gambaran alternatif model pembelajaran yang berbeda dengan pembelajaran yang biasa diterapkan.
2. Bagi siswa
mandiri) serta lebih meningkatkan penguasaan konsep sehingga belajarnya menjadi lebih bermakna.
b. Memiliki “life skills” yang dapat dijadikan bekal untuk kehidupannya di masa yang akan datang apabila mereka dihadapkan pada suatu masalah lain,
sehingga mereka dapat menyelesaikannya secara sistematis dan terarah. 3. Bagi peneliti
Penelitian dapat dijadikan sebagai salah satu rujukan untuk melakukan penelitian
lanjutan dengan mengembangkan model pembelajaran lebih lanjut untuk topik yang berbeda.
G. Hipotesis Penelitian
Gurses et al. (2007) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu bentuk alternatif pembelajaran yang ditujukan untuk mengatasi
keterbatasan pembelajaran tradisional dalam mengajarkan konsep-konsep penting dalam konteks pemecahan masalah dunia nyata. Shelton dan Smith dalam Gurses
(2007) mengungkapkan bahwa tugas pemecahan masalah yang diberikan mengharuskan siswa menghubungkan konsep-konsep yang dipelajari ke dalam praktik sehingga akan membantu siswa untuk lebih menguasai konsep-konsep yang
dipelajari. Dengan adanya motivasi yang kuat untuk memecahkan masalah, diharapkan dapat mendorong siswa lebih mampu menguasai konsep-konsep yang dipelajari, sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran berbasis masalah
diduga kuat dapat meningkatkan penguasaan konsep dari materi yang dipelajari.
Dalam Standar Proses Pendidikan (Permendiknas No.41 tahun 2007)
menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi
prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis siswa. Hal tersebut mengisyaratkan bahwa kurikulum yang
diterapkan harus dapat mengembangkan berbagai kemampuan atau keterampilan termasuk KPS sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis siswa.
Menurut Barrow dan Tamblyn dalam Gurses (2007), pembelajaran berbasis masalah melibatkan suatu proses kerja dalam memahami dan menyelesaikan masalah. Proses penyelesaian masalah dalam pembelajaran berbasis masalah sejalan dengan
aspek-aspek KPS yang dikembangkan dalam penelitian, sehingga dengan diterapkannya model pembelajaran tersebut diduga kuat dapat meningkatkan KPS
siswa.
H. Penjelasan Istilah
Agar tidak terdapat perbedaan dalam penafsiran, maka beberapa istilah dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut :
1. Pembelajaran berbasis masalah adalah suatu model pembelajaran yang menggunakan skenario permasalahan untuk mendorong siswa terlibat dalam proses pembelajarannya (Barrows dan Tamblyn dalam Savin-Baden, 2004).
2. Mini project adalah suatu desain pembelajaran yang bertujuan untuk membantu
siswa mengembangkan kemampuan-kemampuan praktek dan pengetahuan tentang
alat-alat praktek (teknik) dalam memecahkan masalah kehidupan nyata yang berhubungan dengan penelitian di bidang industri, institusi akademik dan sains
komputer (Team Sikkim Manipal University, 2009). Mini project yang diberikan kepada siswa merupakan proyek pemisahan campuran yang melibatkan teknik filtrasi, sublimasi dan kristalisasi yang harus diselesaikan berdasarkan sifat fisika
dan kimia dari komponen-komponen penyusun campurannya.
3. Penguasaan konsep adalah kemampuan siswa memahami abstraksi dari suatu
fenomena (kejadian) baik secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar dalam Agustin, 2009). Penguasaan konsep pada topik pemisahan campuran sebelum dan sesudah pembelajaran diukur melalui tes
tertulis dengan bentuk pilihan ganda yang dikembangkan sesuai dengan konsep-konsep yang dikaji.
4. Keterampilan Proses Sains adalah keterampilan yang diperlukan untuk memperoleh, mengembangkan, dan menerapkan konsep-konsep, prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori sains, baik berupa keterampilan mental,
keterampilan fisik (manual) maupun keterampilan sosial (Rustaman et al. dalam Nurhayati, 2010). Aspek KPS yang dikaji dalam penelitian ini meliputi: (1)
melakukan pengamatan, (2) mengaplikasikan konsep, (3) merencanakan penelitian, (4) menyimpulkan, (5) mengkomunikasikan. KPS sebelum dan sesudah pembelajaran diukur dengan menggunakan tes KPS berdasarkan indikator
5. Pemisahan campuran didefinisikan sebagai teknik tentang cara memisahkan komponen-komponen yang menyusun campuran berdasarkan sifat fisikanya
(Wasis-Irianto, 2009). Teknik-teknik pemisahan campuran yang dilatihkan kepada siswa meliputi filtrasi, sublimasi dan kristalisasi. Dalam kurikulum IPA SMP/MTs
materi ini mencakup standar kompetensi memahami berbagai sifat dalam perubahan fisika dan kimia, dengan kompetensi dasar melakukan pemisahan campuran dengan berbagai cara berdasarkan sifat fisika dan sifat kimia.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan yaitu quasi eksperimen dengan
Nonequivalent Pre-Test and Post-Test Control- Group Design (Creswell, 2010).
Model desain ini terdiri atas dua kelompok berbeda, akan tetapi hanya satu kelompok saja yang diberi perlakuan, misalnya kelompok A diberi perlakuan
“pembelajaran berbasis masalah” dan selanjutnya disebut kelompok eksperimen, sedangkan kelompok B tidak diberi perlakuan tersebut dan selanjutnya disebut
kelompok kontrol. Desain penelitian tersebut dapat dilihat pada gambar 3.1 sebagai berikut:
Kelompok Tes Awal Perlakuan Tes Akhir
Eksperimen O1 X O2
Kontrol O1 - O2
Gambar 3.1. Desain Penelitian
Keterangan: O1 = tes awal O2 = tes akhir
X = perlakuan pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project
kelompok tersebut dianalisis dan dideskripsikan untuk melihat sejauh mana pengaruh model pembelajaran yang telah diimplementasikan terhadap penguasaan
konsep dan KPS siswa.
B. Subyek Penelitian
Subyek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas VII pada semester II tahun ajaran 2010/2011 yang berjumlah 76 siswa, dan terbagi menjadi dua kelas yaitu 38 siswa kelas kontrol dan 38 siswa kelas eksperimen.
Pengambilan subyek penelitian dilakukan secara “purposive sampling”. Peneliti memilih sampel berdasarkan kebutuhan dan menganggap bahwa sampel
tersebut representatif. Penelitian dilaksanakan di suatu MTs Negeri yang berada di wilayah Kabupaten Bandung Barat. Jumlah rombongan belajar kelas VII di madrasah ini ada tujuh kelas, maka penentuan kelompok sampel penelitian dipilih
secara langsung yang dianggap setara kemampuannya sehingga diperoleh satu kelompok sampel untuk kelas eksperiman dan satu kelompok sampel lain untuk
kelas kontrol.
C. Hipotesis Statistik
Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah:
H1 : Terdapat perbedaan penguasaan konsep yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah metode mini project dengan
H2 : Terdapat perbedaan keterampilan proses sains yang signifikan antara siswa yang mengikuti model pembelajaran berbasis masalah metode mini
project dengan siswa yang tidak mengikuti model pembelajaran tersebut.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data dalam penelitian ini terdiri atas:
1. Tes tertulis
Jenis tes tertulis yang digunakan adalah tes pilihan ganda. Tes yang digunakan bertujuan untuk mengukur penguasaan konsep pemisahan campuran dan
keterampilan proses sains siswa, oleh karena itu sebelum tes ini digunakan maka terlebih dahulu dibuat kisi-kisi soal tes dan analisis instrumen tes.
Setelah dilakukan revisi pada beberapa soal, maka soal tes telah siap diimplementasikan.
2. Lembar Kerja Siswa (LKS)
Lembar Kerja siswa digunakan untuk memandu siswa melaksanakan kegiatan pembelajaran berbasis masalah tahap demi tahap sehingga dapat memecahkan
masalah yang telah teridentifikasi di awal pembelajaran. 3. Angket Guru dan Siswa
Angket digunakan untuk mengungkap tanggapan siswa dan guru terhadap
model pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project yang telah diterapkan serta untuk mengetahui keunggulan dan kekuranganya.
4. Format observasi kegiatan siswa dan guru
Format observasi kegiatan digunakan untuk mengamati keterlaksanaan
tahapan-tahapan kegiatan model pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project yang telah diterapkan.
5. Wawancara
Wawancara dilakukan dengan tujuan untuk mengungkap keterangan dari guru maupun siswa apabila ditemukan data yang kurang jelas.
E. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahapan prosedur yang telah
ditempuh yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir. Berikut uraian dari setiap tahap-tahap tersebut, yaitu:
1. Tahap Persiapan
Pada tahap ini, kegiatan yang dilakukan adalah mengkaji kurikulum, variabel-variabel yang terlibat dalam penelitian, serta penyusunan instrumen. Kajian
kurikulum bertujuan untuk mengetahui standar isi dan standar proses pembelajaran sains. Standar isi berkaitan dengan konsep-konsep yang harus dikuasai oleh siswa. Konsep-konsep tersebut selanjutnya dianalisis yang
meliputi label konsep, definisi konsep, atribut konsep, dan hierarki konsep. Adapun kajian tentang variabel-variabel yang terlibat yaitu menentukan
meliputi bahan kajian tentang topik pemisahan campuran, sedangkan variabel terikat dalam penelitian ini meliputi penguasaan konsep dan KPS siswa. Studi
pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project dilakukan untuk mengetahui tahapan pembelajaran yang harus dilaksanakan siswa,
menentukan masalah dan cara pengemasan yang sesuai dengan konsep pemisahan campuran. Studi KPS siswa dilakukan untuk mengidentifikasi aspek-aspek KPS yang sesuai dengan materi dan model pembelajaran
berbasis masalah yang dikembangkan serta karakteristik dari aspek-aspek KPS tersebut. Selanjutnya dilakukan studi literatur tentang pemisahan campuran
dengan mengkaji buku paket dan sumber-sumber lain yang relevan untuk menentukan konsep-konsep yang perlu dikuasai dan perlu dilatihkan melalui KPS.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini meliputi soal tes tertulis bentuk pilihan ganda, LKS, angket dan format observasi kegiatan siswa dan
guru. Sebelum soal tes digunakan, terlebih dahulu disusun kisi-kisi soal untuk menentukan kesesuaian indikator penguasaan konsep dan KPS dengan isi dari soal tes tersebut. Selanjutnya dilakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat
kesukaran dan daya pembeda soal. Soal tes yang tidak memenuhi kriteria dibuang sedangkan soal yang sudah sesuai kriteria digunakan. Secara lebih
rinci dapat diuraikan sebagai berikut: a. Analisis Validitas Soal
Menurut Arikunto (2007) sebuah data atau informasi dapat dikatakan valid
itu dapat mengukur apa yang hendak diukur. Teknik yang digunakan untuk mengukur validitas tes adalah teknik korelasi product moment yang
dikemukakan oleh Pearson. Berikut adalah rumus korelasi product
moment pearson:
Keterangan:
rXY = koefisien korelasi antara variabel x dan variabel y N = Jumlah peserta tes
X = skor siswa pada tiap butir soal Y = skor total
Arikunto (2007) mengemukakan bahwa interpretasi besarnya koefisien
korelasi berdasarkan kriteria yang sering diikuti adalah seperti tabel berikut:
Tabel 3.1. Kriteria Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < rxy≤ 1,00 Sangat tinggi
0,60 < rxy≤ 0,80 Tinggi
0,40 < rxy≤ 0,60 Cukup
0,20 < rxy≤ 0,40 Rendah
0,00 < rxy≤ 0,20 Sangat rendah
∑ ∑ ∑
Hasil perhitungan uji validitas untuk setiap soal tes dapat dilihat pada tabel
3.4.
b. Analisis Reliabilitas Soal
Suatu tes memiliki reliabilitas yang tinggi apabila tes tersebut
memberikan hasil yang konsisten pada kelompok yang sama walaupun diteskan pada waktu dan kesempatan yang berbeda. Metode yang digunakan adalah metode belah dua, oleh karena itu untuk mengukur
reliabilitas soal tes dapat digunakan kembali rumus product moment dari Pearson. Hasil perhitungan dengan rumus product moment pearson
diperoleh nilai korelasi antara belahan tes 0,607. Reliabilitas seluruh tes dihitung berdasarkan rumus Spearman-Brown sebagai berikut:
Perhitungan dengan menggunakan rumus di atas, maka diperoleh nilai r11
sebesar 0,755. Berdasarkan kriteria pada tabel 3.1. terlihat bahwa nilainya memenuhi kriteria tinggi, artinya soal tes ini dikatakan cukup reliabel
untuk digunakan sebagai instrumen penelitian.
c. Analisis Daya Pembeda
Perhitungan daya pembeda pada setiap butir soal dapat digunakan rumus
daya pembeda yang terdapat dalam Arikunto (2007) berikut:
Keterangan:
DP = Daya pembeda
BA = Jumlah siswa pada kelompok atas yang menjawab soal dengan benar BB = Jumlah siswa pada kelompok bawah yang menjawab soal dengan benar
JA = Jumlah seluruh siswa kelompok atas JB = Jumlah seluruh siswa kelompok bawah
Adapun klasifikasi daya pembeda yang sering diikuti menurut Arikunto (2007) adalah sebagai berikut:
Tabel 3.2. Kriteria Interpretasi Daya Pembeda
Batasan Kategori
0,00 < DP ≤ 0,20 Jelek 0,20 < DP ≤ 0,40 Cukup 0,40 < DP ≤ 0,70 Baik 0,70 < DP ≤ 1,00 Baik sekali
Butir-butir soal yang diterima adalah butir-butir soal yang memiliki indeks diskriminasi dari 0,4 ke atas. Hasil analisis daya pembeda soal-soal penelitian dapat dilihat pada tabel 3.4.
d. Analisis Tingkat Kesukaran
Tingkat kesukaran dari tiap item soal dihitung berdasarkan jawaban seluruh siswa yang mengikuti tes. Rumus yang digunakan untuk menghitung tingkat kesukaran adalah rumus yang terdapat dalam Arikunto (2007):
JS B
Keterangan:
TK = Tingkat kesukaran
B = Jumlah siswa yang menjawab soal dengan benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes
Adapun kriteria yang sering diikuti menurut Arikunto (2007) adalah:
Tabel 3.3. Kriteria Interpretasi Indeks Kesukaran
Adapun hasil analisis soal-soal tes berdasarkan kriteria di atas dapat dilihat pada tabel 3.4 berikut: Nilai Kualitas Nilai Kualitas Nilai Kualitas
No. Nilai Kualitas Nilai Kualitas Nilai Kualitas
9 0,29 cukup 0,74 Mudah 0,183 Sangat
Berdasarkan tabel 3.4 terdapat tiga soal yang dibuang yaitu soal nomor tiga,
sembilan dan sebelas. Hal ini dikarenakan selain validitasnya rendah, juga kualitas daya pembedanya jelek kecuali untuk nomor sembilan. Dengan
demikian diperoleh sebaran jumlah soal mudah ada tiga soal (30%), soal kategori sedang ada empat soal (40%) dan soal kategori sukar ada tiga soal (30%). Berdasarkan pertimbangan ahli, selanjutnya soal nomor empat, dua
belas dan tiga belas diperbaiki lagi agar dapat digunakan.
2. Tahap Pelaksanaan
Model pembelajaan berbasis masalah yang telah disusun diterapkan pada pembelajaran IPA oleh guru dan peneliti bertindak sebagai pengamat. Penerapan model pembelajaran ini memerlukan waktu empat kali pertemuan,
yang terdiri dari satu kali pertemuan untuk tes awal, identifikasi masalah serta menggali ruang lingkup masalah, selanjutnya pada pertemuan kedua siswa
pada pertemuan ketiga, dan terakhir pada pertemuan keempat yaitu mempresentasikan temuan hasil praktikum dan melaksanakan tes akhir.
Setelah selesai menerapkan program pembelajaran, maka dilakukan pengisian angket untuk mengetahui tanggapan siswa dan guru terhadap penerapan model
pembelajaran berbasis masalah yang telah diterapkan serta menggali keunggulan dan kekurangannya.
3. Tahap Akhir
Pada tahap akhir, setelah model pembelajaran diterapkan dengan tuntas dan semua data yang diperlukan terkumpul, maka selanjutnya dilakukan analisis
data. Kegiatan analisis data meliputi penyekoran hasil tes awal dan tes akhir siswa, menghitung N-gain masing-masing siswa untuk tiap aspek penguasaan konsep dan keterampilan proses sains, menghitung rata-rata N-gain
penguasaan konsep dan keterampilan proses sains untuk masing-masing siswa. Analisis pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap
penguasaan konsep dan KPS siswa, maka sebelumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan SPSS for windows. Setelah uji-uji statistik ini selesai dilakukan, maka dilakukan pembahasan dan
dilanjutkan dengan membuat kesimpulan. Kegiatan terakhir dari tahap ini adalah penyusunan laporan.
Gambar 3.2. Alur penelitian
Data (hasil tes awal & akhir, lembar observasi, angket, LKS, wawancara)
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis yang meliputi:
1. Menganalisis respon siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada soal tes awal dan tes akhir. Respon tersebut kemudian diskor berdasarkan
kunci jawaban yang sesuai.
2. Menganalisis penguasaan konsep dasar (filtrasi, sublimasi dan kristalisasi) dan konsep terintegrasi dengan membandingkan respon siswa pada skor tes awal
dan tes akhir, kemudian menghitung peningkatannya dalam bentuk persen N-gain.
N-gain yang diperoleh selanjutnya ditafsirkan berdasarkan kriteria
peningkatan kemampuan yang dikemukakan oleh Koencaraningrat (Fauziah, 2009) dalam tabel 3.5.
Tabel 3.5. Tafsiran Peningkatan Kemampuan
Nilai Tafsiran
0 Tidak ada
1-25 Sebagian kecil 26-49 Hampir separuhnya
50 Separuhnya
51-75 Sebagian besar 76-99 Hampir seluruhnya
100 Seluruhnya
3. Menganalisis aspek KPS dengan membandingkan skor tes awal dan tes akhir, kemudian menghitung peningkatannya dalam bentuk persen N-gain dengan
menggunakan rumus pada poin c, kemudian menafsirkannya berdasarkan kriteria peningkatan kemampuan pada Tabel 3.5.
4. Melakukan uji normalitas dengan menggunakan SPSS for windows. Uji ini dilakukan untuk keperluan analisis data lebih lanjut, karena asumsi sampel berdistribusi normal atau tidak akan berpengaruh pada kesimpulan yang
dibuat. Jika sampel tidak berdistribusi normal, maka kesimpulan berdasarkan penelitian itu tidak berlaku.
5. Melakukan uji homogenitas varians (F), dilakukan setelah diketahui sampel terdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk memperoleh asumsi bahwa kedua sampel mempunyai varians yang sama sehingga kegiatan menaksir dan
menguji hipotesis bisa dilakukan. Jika kedua sampel mempunyai varians yang sama besar, maka dikatakan homogen.
6. Melakukan uji perbedaan dua rata-rata (uji t) jika data berdistribusi normal dan uji Mann-Whitney jika data tidak berdistribusi normal. Uji ini dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara dua variabel, dalam hal ini
rata-rata N-gain antara kelas kontrol dan kelas eksperimen sehingga hasilnya bisa digunakan untuk menjawab hipotesis penelitian. Jika nilai signifikansi
7. Menganalisis jawaban LKS siswa dan lembar observasi untuk memperoleh deskripsi keterlaksanaan model pembelajaran berbasis masalah.
Kegiatan-kegiatan dalam LKS diberi skor sesuai dengan rubrik kriteria yang telah ditentukan (lampiran A.7) dilengkapi dengan hasil pengamatan. Skor yang
diperoleh merupakan skor untuk tiap kelompok siswa. Skor yang dicapai oleh tiap kelompok siswa ini kemudian dijumlahkan dan dibuat persen keterlaksanaan dengan cara membandingkan jumlah skor semua kelompok
siswa terhadap skor ideal yang harus dicapai pada tahapan tertentu. Tahapan yang terdiri atas beberapa kegiatan, maka persentase ketercapaiannya
ditentukan dari rata-rata persentase tiap kegiatan. Nilai ini menunjukkan nilai keterlaksanaan kegiatan yang ada dalam pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project. Perhitungan yang lebih rinci dapat dilihat dalam
lampiran C.1.
8. Menganalisis hasil angket guru dan siswa untuk memperoleh tanggapan guru
dan siswa terhadap model pembelajaran yang telah dilaksanakan. Hasil tanggapan dari siswa kemudian dibuat persentase responnya, sedangkan hasil tanggapan guru dan siswa digunakan untuk mengetahui keunggulan dan
kekurangan model pembelajaran yang telah diimplementasikan.
9. Membuat kesimpulan dan menyusun laporan. Berdasarkan analisis data hasil
penelitian maka diperoleh temuan yang terdiri atas nilai keterlaksanaan program pembelajaran, N-gain penguasaan konsep pada topik pemisahan campuran, N-gain penguasaan aspek-aspek KPS, tanggapan siswa dan guru
serta temuan keunggulan dan kekurangan model pembelajaran tersebut. Temuan ini menjadi dasar pertimbangan untuk menarik kesimpulan hasil
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari analisis data dan temuan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Model pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini project ini
terlaksana dalam empat kali pertemuan. Tahap identifikasi masalah dan menggali ruang lingkup masalah dilaksanakan pada pertemuan pertama. Tahap identifikasi masalah terlaksana 77,80% sedangkan tahap menggali
ruang lingkup masalah terlaksana 86,67%. Tahap penemuan ilmiah terlaksana pada pertemuan kedua dan ketiga. Pada tahap ini siswa bersama anggota
kelompoknya mendiskusikan susunan prosedur percobaan berdasarkan informasi yang telah mereka peroleh, menentukan alat dan bahan yang diperlukan, menggambarkan rangkaian alat yang akan digunakan, serta
mempersiapkan keperluan percobaan, melaksanakan percobaan dan pengamatan. Tahap ini terlaksana 77,41%. Tahap mengumpulkan informasi
bersama-sama dilaksanakan pada pertemuan ketiga. Siswa mendiskusikan temuan hasil percobaan untuk menyusun kesimpulan serta mempersiapkan presentasi. Tahap ini terlaksana 73,33%. Tahap mempresentasikan temuan
hasil percobaannya dengan menggunakan media sederhana dilaksanakan pada pertemuan keempat. Tahap ini terlaksana 70,99%. Nilai keterlaksanaan
sedangkan nilai keterlaksanaan terendah dicapai pada tahap mempresentasikan temuan (70,99%).
2. Model pembelajaran yang diterapkan dapat meningkatkan penguasaan konsep pada topik pemisahan campuran. Peningkatan penguasaan konsep tertinggi
untuk kelas eksperimen dicapai pada konsep filtrasi (79,03%) sedangkan terendah dicapai pada konsep sublimasi (34,78%). Sementara untuk kelas kontrol, penguasaan konsep tertinggi pada konsep filtrasi (35,93%) dan
terendah pada konsep kristalisasi (10,00%). Peningkatan tertinggi untuk penguasaan konsep terintegrasi untuk kelas eksperimen dicapai pada integrasi
konsep filtrasi dan kristalisasi (33,34%) dan terendah dicapai pada konsep sublimasi yang terintegrasi dengan konsep kristalisasi (12,91%). Sementara untuk kelas kontrol, peningkatan tertinggi pada konsep integrasi ketiga konsep
(22,05%) dan terendah pada konsep terintegrasi sublimasi dan kristalisasi (-14,29%).
3. Aspek KPS yang dikembangkan adalah kemampuan mengamati, mengaplikasikan konsep, merencanakan penelitian, menyusun kesimpulan sementara (inferensi), dan mengkomunikasikan temuan. Model pembelajaran
yang diterapkan dapat meningkatkan KPS siswa. Aspek KPS siswa yang mengalami peningkatan tertinggi yaitu aspek mengaplikasikan konsep pada
4. Model pembelajaran yang diterapkan mendapat tanggapan dari guru dan siswa sebagai berikut:
a. Menurut guru model pembelajaran ini telah sesuai dengan standar isi dan standar proses dari kurikulum, membuat siswa lebih proaktif dalam
belajarnya, melatih kinerja siswa, serta melatih keberanian siswa untuk mengemukakan pendapat dan tampil di forum.
b. Menurut siswa model pembelajaran berbasis masalah dengan metode mini
project menarik minat untuk belajar siswa dan membantu memahami
konsep-konsep pada topik pemisahan campuran.
5. Model pembelajaran yang diterapkan memiliki beberapa keunggulan, yaitu: (a) meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains pada siswa, (b) pembelajaran lebih bersifat “student centered”, (c) melatih siswa
untuk dapat bekerjasama dalam sebuah tim, dan (d) menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih menyenangkan dan menarik. Kekurangan dari
model pembelajaran ini adalah waktu yang diperlukan cukup banyak dan memerlukan sarana dan prasarana yang memadai.
B. Saran
Berdasarkan temuan hasil penelitian, disarankan:
1. Peneliti yang hendak melakukan penelitian yang serupa, perlu memperhatikan variabel kontrol terutama pengaturan waktu atau lamanya pembelajaran yang
2. Siswa hendaknya diberikan pengalaman-pengalaman pemecahan masalah konsep-konsep terintegrasi yang lebih banyak untuk meningkatkan
pemahaman konsep.
3. Agar pembelajaran sains lebih bermakna untuk kehidupan siswa, maka
diharapkan model pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan pada materi-materi/bidang studi lain yang sesuai.
4. Penelitian-penelitian selanjutnya yang menggunakan model pembelajaran
118
DAFTAR PUSTAKA
Adami, G. (2006). “A New Project-Based Lab for Undergraduate Enviromental and Analytical Chemistry”. Journal of Chemistry Education. 83, (2), 253-256.
Agustin, R.F. (2009). Pembelajaran Berbasis Multimedia Interakstif untuk
Meningkatkan Kemampuan Generik Sains, Keterampilan Berpikir Kritis, dan Penguasaan Konsep Siswa SMA Kelas XI pada Topik Interaksi antar Molekul. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Anderson, O.W. dan Krathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy for Learning,
Teaching, and Assessing. New York: Addison Wesley Longman Inc.
Anitah, S.W. (2007). Strategi Pembelajaran Kimia. Jakarta: Universitas Terbuka. Arifin, Z. (2009). Evaluasi Pembelajaran. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Alfabeta.
Arnold, R.J. (2003). “The Water Project : A Multi-Week Laboratory Project for Undergraduate Analytical Chemistry”. Journal of Chemistry Education. 80, (1), 58-60.
Baden, M.S. dan Major, C.H. ( 2004 ). Foundations of Problem-Based Learning. SHRE and Open University Press Imprint.
Baihaqi. (2005). Peningkatan Penguasaan Konsep Siswa SMP Kelas II Pada Sub
Pokok Bahasan Lensa dengan Model Pembelajaran Berbasis Praktikum.
Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Butter, L.R. (2009). “Investigation of The Use of Cucumis Sativus for Remediation of Chromium from Contaminated Environmental Matrices. An Interdiciplinary Instrumental Analysis Project”. Journal of Chemistry
Education. 86, (9), 1095-1098.
Chin, C. & Chia, L.G. (2008). “Problem-Based Learning Tools”. Journal The
Science Teacher. 75, (8), 44-49.
Creswell, J.W. (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif Kuantitatif, dan
119
Dahar, R.W. (1989). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Departemen Pendidikan Nasional. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi
Keempat. Jakarta: Gramedia.
Donald, G.M. (2008). “Teaching Protein Purification and Characterication Techniques. A Student-Initiated, Project Oriented Biochemistry Laboratory Course”. Journal of Chemistry Education. 8, (2), 1250-1252.
Donnel, M.C. dan O’Connor, C. dan Seery, M.K. (2007). “Developing Practical Chemistry Skills by Means of Student-driven Problem Based Learning Mini-Project”. Journal of Chemistry Education Research and Practice, 8, (2), 130-139.
Fauziah, M.R.(2009). Pembelajaran Berbasis Masalah untuk meningkatkan
Pemahaman Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa SMA pada Topik Larutan Penyangga. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Firgiawan, D. (2010). Kegiatan Laboratorium Guided dan Semi Guided untuk
Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA pada Konsep Sistem Respirasi. Tesis UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Gurses, A. dan Açikyildiz, M. dan Doğar, Ç. dan Sözbilir, M. (2007). “An Investigation into The Effectiveness of Problem-Based Learning in a Physical Chemistry Laboratory Course”. Journal Research in Science &
Technological Education. 25, (1), 99-113.
Harefa, L.M. (2010). Pengembangan Kegiatan Praktikum Berbasis Masalah
untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Berpikir Kreatif Siswa pada Pokok Bahasan Hidrolisis Garam. Tesis UPI Bandung: tidak
diterbitkan.
Herawati, L. (2009). Pembelajaran Menggunakan Demonstrasi Interaktif untuk
Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Topik Asam dan Basa.Thesis Magister Pendidikan. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Hidayat, W. (2004). Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dengan Kegiatan Laboratorium pada Pokok Bahasan Koloid. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Kelly, O.C. dan Finlayson, O.E. (2007). “Providing Solutions through Problem-Based Learning for The Undergraduate 1st Year Chemistry Laboratory”.
120
Marnasusanti, A. (2007). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri
5 Tegal Kelas XI IPA dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi Universitas Negeri Semarang: tidak diterbitkan.
Maros, P.S. (2004). “Class Project in Physical Organic Chemistry : The Hydrolysis of Aspirin”. Journal of Chemistry Education. 81, (6), 870-873. Mascotti, D.P. dan Warner, M.J. (2010). “Complementary Spectroscopic Assays
for Investigating Protein-Ligand Binding Activity : A Project for The Advanced Chemistry laboratory”. Journal of Chemistry Education. 87, (7), 735-738.
Mentri Pendidikan Nasional RI. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia No.41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah [Online]. Tersedia:
http://www.docstop.com/docs/24770085/Permendiknas-No-41-2007.
Nurhayati. (2010). Pembelajaran Konsep Kalor Melalui Kegiatan Laboratorium
Desain untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Power, D.C. dan Higgs, A.T. dan Obley, M.L. dan Leber, P.A. dan Hess, K. R. dan Yoder, C. H. (2005). “Analysis of Natural Buffer System and Impact of Acid Rain. An Environment Project for First Year Chemistry Studied”.
Journal of Chemistry Education. 82, (2), 274-277.
Prayekti. (1997). Pembelajaran tentang Konsep Pesawat Sederhana di Sekolah
Dasar untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep, Sikap dan Kreativotas Siswa Sekolah Dasar. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Pusat Kurikulum Balitbang Depdiknas. (2003). Panduan Pengembangan
Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Depdiknas.
Sagala, S. (2010). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sahara, L.A. (2008). Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa pada Konsep Kalor. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan.
121
Semiawan, C. dan Tangyong, A.F. dan Belen, S. dan Matahelemual, Y. dan Suseloardjo, W. (1992). Pendekatan Keterampilan Proses. Jakarta: Gramedia.
Sidharta, A. (2005). Model Pembelajaran Asam Basa Berbasis Inkuiri
Laboratorium Sebagai Wahana Pendidikan Sains Siswa SMP. Tesis UPI
Bandung: tidak diterbitkan.
Sudargo, F. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Berbasis IPA. Silabus UPI Bandung: tidak diterbitkan.
Sudjana. (1996). Metode Statistika. Bandung: Tarsito.
Sukmadinata, N.S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Susanti, A.M. (2007). Analisis Keterampilan Proses Sains Siswa SMA Negeri 5
Tegal Kelas XI IPA dalam Sub Pokok Materi Pergeseran Kesetimbangan Kimia Melalui Metode Praktikum. Skripsi Universitas Negeri Semarang:
tidak diterbitkan.
Team Sikkim Manipal University. (2009). Guidelines for Mini Project of The
Courses[Online].Tersedia: http://www.kctm.co.in/PDF/ProjGuidelines
[Aug 2010].
Wasis & Irianto, S.Y. (2009). Ilmu Pengetahuan Alam untuk SMP dan MTs Kelas VII. Bandung: Pusat Perbukuan Depdiknas.
Wena, M. (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: Bumi Aksara.
Wikipedia. (2009). Problem-based Learning [Online]. Tersedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/Problem-based_learning [7 Desember 2009].
Zen, M. (2000). Pengaruh Model Sain OHIO terhadap Hasil Belajar Kimia Siswa. Tesis UPI. Bandung: tidak diterbitkan.
122
Freshman Organic Chemistry Course”. Journal Chemistry Education
Research and Practice. 8, (2), 153-171.
123
Topik Larutan Penyangga. Thesis Magister Pendidikan pada Pasca Sarjana