PENGGUNAAN PENDEKATAN MULTI REPRESENTASI PADA PEMBELAJARAN KONSEP GERAK UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP DAN MEMPERKECIL KUANTITAS MISKONSEPSI SISWA SMP
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan IPA
Konsentrasi Pendidikan Fisika Sekolah Lanjutan
LOVIZA ULFARINA
NIM. 0808934
SEKOLAH PASCASARJANA
Lembar Persetujuan Tesis
DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:
Pembimbing 1
Dr. Andi Suhandi, M.Si. NIP. 19690817 199403 003
Pembimbing 2
Dr. Agus Setiawan, M.Si. NIP. 19690211 199303 001
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan IPA Sekolah Pascasarjana
Universitas Pendidikan Indonesia
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “Penggunaan
Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi
Siswa SMP” ini beserta isinya adalah benar-benar karya sendiri, dan saya tidak
melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai
dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.
Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/sanksi apabila
kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya
saya ini, atau ada klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.
Bandung, 9 Juni 2010
Yang membuat pernyataan,
Penggunaan Pendekatan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan
Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP
(Loviza Ulfarina, 0808934)
Abstrak
Telah dilakukan penelitian tentang penggunaan pendekatan multi representasi pada pembelajaran konsep gerak, guna menjajagi potensinya dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa dan memperkecil terjadinya miskonsepsi. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa Kelas VII pada salah satu SMP Negeri di Kota Bandung dengan menggunakan desain penelitian
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahirobbil’aalamin penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Penggunaan Multi Representasi pada Pembelajaran Konsep
Gerak untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep dan Memperkecil kuantitas
Miskonsepsi Siswa SMP”. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan meraih
gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan IPA Konsentrasi
Fisika SL, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Shalawat dan
salam disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, mudah-mudahan kita diberi
kekuatan untuk meneladani dan mengikuti apa yang telah Beliau ajarkan dalam
sunnah-sunnahnya, Amin.
Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian tesis ini tidak
terlepas dari bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan
ini penulis ingin menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang
setinggi-tingginya kepada yang terhormat;
1. Bapak Dr. Andi Suhandi, M. Si., selaku pembimbing I dalam penulisan tesis
ini dan dosen yang dengan sabar memberikan bimbingan dan arahan sejak
permulaan sampai dengan selesainya tesis ini.
2. Bapak Dr. Agus Setiawan, M. Si., selaku Pembimbing II dalam penulisan tesis
dan dosen yang ditengah-tengah kesibukannya telah memberikan bimbingan
yang mendalam dengan sabar dan kritis terhadap permasalahan, selalu
3. Bapak Prof. H. Furqon, Ph.D., Bapak. Prof. Dr. H. Didi Suryadi, M.Ed., dan
Bapak Dr. H. Agus Rahayu, M.Si., selaku Direktur dan Asisten Direktur
Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah memberikan kesempatan serta arahan
selama pendidikan dan penulisan tesis ini.
4. Ibu Prof. Dr. Liliasari, M. Pd., selaku ketua Program Studi Pendidikan IPA
Sekolah Pascasarjana UPI yang telah memberikan kesempatan dan arahan
dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak dan Ibu dosen pada Sekolah Pascasarjana UPI, yang telah banyak
memberikan bimbingan dan ilmu kepada penulis selama menempuh
pendidikan.
6. Pemda Propinsi Riau yang memberikan tugas belajar dan bantuan selama
menempuh pendidikan di Sekolah Pascasarjana UPI.
7. Kepala Sekolah, Guru dan Staf TU SMP Negeri 12 kota Bandung Propinsi
Jawa Barat, atas bantuannya dalam pengumpulan data dan observasi di
lapangan sehingga tesis ini dapat diselesaikan.
8. Kepala Sekolah, Guru dan Staf TU SMP Negeri 4 kota Pekanbaru Propinsi
Riau, atas bantuannya sehingga penulis bisa fokus menyelesaikan studi dan
tesis ini.
9. Ayahanda dan ibunda tercinta, mertua dan suamiku H. Helmi Rusydi S. Si
dan buah hatiku M. Shodiqul Azmi dan Yasmin Azizah Helmi atas doa,
pengertian dan pengorbanan yang diberikan untuk keberhasilan penulis.
10.Teman-teman seperjuangan sesama mahasiswa tugas belajar dari Propinsi
atas segala bantuan dan kerja samanya sejak mengikuti studi sampai
penyelesaian tesis ini.
11.Teman-teman Mahasiswa Program Studi Pendidikan IPA Sekolah
Pascasarjana UPI Konsentrasi Fisika SL 2008, atas segala bantuan dan kerja
samanya sejak mengikuti studi sampai penyelesaian tesis ini.
12.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah
membantu penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
Semoga segala amal kebaikan yang telah Bapak, Ibu dan teman-teman berikan
kepada penulis mendapat balasan yang berlipat dari Allah SWT. Amin.
Penulis menyadari akan segala keterbatasan dan kekurangan penulis. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat
penulis harapkan. Semoga hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat dan
kontribusi bagi pengembangan pembelajaran fisika di masa depan.
Bandung, Juli 2010
DAFTAR ISI 1.1. Latar Belakang Masalah... 1
1.2. Rumusan Masalah... 5
1.3. Tujuan Penelitian ... 6
1.4. Manfaat Penelitian... 6
1.5. Asumsi dan Hipotesis Penelitian ... 7
1.6. Definisi Operasional ... 7
BAB II. MULTI REPRESENTASI, PEMAHAMAN KONSEP, MISKONSEPSI DAN KONSEP GERAK 2.1. Multi Representasi... 10
2.1.1. Format-format Representasi……….. 13
2.1.2. Peran Multi Representasi dalam Pembelajaran dan Pemecahan Soal-soal Fisika... 14
2.1.3. Menggunakan Multi Representasi... 16
2.2. Konsep dan Pemahaman Konsep... 17
2.2.1. Konsep... 17
2.2.2. Pemahaman Konsep... 19
2.3. Miskonsepsi dan Identifikasinya... 22
2.3.1. Miskonsepsi... 22
2.3.2. Identifikasi Miskonsepsi dengan Metode CRI)... 24
2.4. Deskripsi Konsep Gerak... 27
2.4.1. Pengertian Gerak Suatu Benda... 27
2.4.2. Gerak Bersifat Relatif... 28
2.4.3. Gerak Berdasarkan Keadaan... 29
2.4.4. Lintasan, Jarak dan Perpindahan... 29
2.4.5. Gerak Lurus... 31
2.4.6. Kelajuan dan Kecepatan... 31
2.4.8. Gerak Lurus Berubah Beraturan... 37
2.4.9. Multi Representasi pada Konsep Gerak... 41
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1. Metode dan Desain Penelitian... 43
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian... 44
3.3. Alur Penelitian... 44
3.4. Instrumen Penelitian……….. 46
3.5. Analisis Instrumen... 47
3.6. Teknik Pengumpulan Data... 52
3.6.1. Jenis Data... 52
3.6.2. Pengolahan Data... 52
3.7. Hasil Uji Coba Instrumen... 55
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil penelitian……… 57
4.1.1. Peningkatan Pemahaman Konsep Gerak……….. 57
4.1.2. Identifikasi Miskonsepsi dengan Metoda CRI…………. 60
4.1.3. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Multi Representasi pada Konsep Gerak…... 64
4.1.4. Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Multi Representasi pada Konsep Gerak…... 65
4.2. Pembahasan………. 67
4.2.1. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa……….. 67
4.2.2. Peningkatan Pemahaman Konsep Siswa pada Indikator Pemahaman……….. 68
4.2.3. Identifikasi Miskonsepsi pada Setiap Item Pertanyaan 69 4.2.4. Identifikasi Miskonsepsi untuk Masing-masing Label Konsep………. 70
4.2.5. Identifikasi Miskonsepsi untuk Masing-masing Indikator Pemahaman……….. 70
4.2.6. Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Pendekatan Multi representasi………. 71
4.2.7. Tanggapan Guru Terhadap Pembelajaran dengan Pende- katan Multi Representasi pada Konsep Gerak…………. 72
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 74
5.2. Saran... 74
LAMPIRAN A: PERANGKAT PEMBELAJARAN………... 79
LAMPIRAN B: INSTRUMEN PENELITIAN……… 113
LAMPIRAN C: HASIL UJI COBA INSTRUMEN………. 161
LAMPIRAN D: DATA HASIL PENELITIAN……… 163
LAMPIRAN E: PENGOLAHAN DATA………. 175
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Matrik ketentuan untuk perorangan siswa dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan. Didasarkan pada kombinasi pada
benar atau salah jawaban dan tinggi atau rendahnya CRI……... 26
Tabel 2.2 Matrik ketentuan untuk perorangan siswa (suatu kelas) dan untuk setiap pertanyaan yang diberikan. Didasarkan pada kombinasi pada benar atau salah jawaban dan tinggi atau rendahnya CRI... 26
Tabel 2.3 Tabel jarak terhadap waktu untuk mobil dengan kecepatan tetap 20 m/s…... 36
Tabel 2.4 Multi representasi pada konsep Gerak……….... 42
Tabel 3.1 Desain Penelitian ……….………... 43
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal... 49
Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Tes………. 50
Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda ……….……… 51
Tabel 3.5 Kategori Kemudahan...……… 51
Tabel 3.6 Kategori peningkatan pemahaman konsep... 53
Tabel 3.7 Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Daya Pembeda... 55
Tabel 3.8 Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Tingkat Kemudahan... 56
Tabel 4.1 Data hasil uji normalitas data... 58
Tabel 4.2 Data hasil uji hipotesis... 58
Tabel 4.3 Rekapitulasi Persentase Tanggapan Siswa Terhadap Penerapan Pembelajaran dengan Pendekatan Multi Representasi………… 64
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Fungsi multi representasi (Ainsworth, 1999)………. 11
Gambar 2.2 Kedudukan sebuah mobil formula-1 berubah-ubah saat
sedang melaju di lintasan balap……….. 27
Gambar 2.3 Buku bergerak terhadap meja tetapi diam terhadap orang 28
Gambar 2.4 Benda A dan B mengalami perpindahan dengan jarak yang sama tetapi pada arah yang berlawanan.…………... 30
Gambar 2.5 Mobil bergerak dari titik x1 ke titik x2……… 30
Gambar 2.6 Arah vector perpindahan pada sepeda motor……… 31
Gambar 2.7 Mobil bergerak di jalan dalam lintasan lurus ….……….. 31
Gambar 2.8 Speedometer pada sebuah kendaraan………. 32
Gambar 2.9 Kelajuan benda bisa dilihat dari kemiringan grafik s-t
nya……….. 33
Gambar 2.10 Grafik (v→t) dan grafik (s→t) pada gerak lurus
beraturan……… 34
Gambar 2.11 Grafik (v→t) untuk kecepatan tetap……….. 34
Gambar 2.12 Eskalator merupakan salah satu contoh gerak lurus
beraturan………. 35
Gambar 2.13 Grafik jarak terhadap waktu untuk gerak lurus dengan
kecepatan tetap 20 m/s………... 36
Gambar 2.14 Kecepatan mobil bertambah secara beraturan 3 m/s…….. 37
Gambar 2.15 (a) Grafik hubungan jarak terhadap waktu pada gerak benda yang mengalami percepatan. (b) Grafik hubungan kelajuan terhadap waktu untuk gerak benda yang
mengalami percepatan……..……….. 38
Gambar 2.16 (a) Grafik hubungan antara jarak s terhadap waktu t
untuk gerak yang diperlambat. (b) Grafik hubungan antara kelajuan v terha- dap waktu t untuk gerak benda yang mengalami perlambatan..………... 38
Gambar 2.19 Contoh-contoh gerak benda jatuh bebas dan gerak benda
vertikal ke atas……… 40
udara dan jatuh ke tanah. (b). Grafik v terhadap t untuk benda yang sama………
Gambar 3.1 Alur Penelitian……… 45
Gambar 4.1 Diagram Perbandingan Rata-rata, Pretest, Posttest,
N-gain Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol……… 57
Gambar 4.2 Diagram perbandingan rata-rata skor N-gain kelas Kontrol dan kelas Eksperimen pada masing-masing
indikator pemahaman konsep………. 59
Gambar 4.3 Diagram perbandingan rata-rata skor N-gain kelas Kontrol dan kelas Eksperimen pada masing-masing
Label Konsep…………... 60
Gambar 4.4 Diagram Perbandingan miskonsepsi siswa setiap item pertanyaan antara kelas kontrol dan kelas
eksperimen………. 61
Gambar 4.5 Diagram prosentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap label konsep yang tercakup
dalam konsep Gerak untuk kelas kontrol dan eksperimen. 62
Gambar 4.6 Diagram prosentase jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi pada setiap indicator pemahaman yang
untuk kelas kontrol dan eksperimen……….. 63
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Fisika memiliki tradisi panjang sebagai mata pelajaran sekolah yang
dianggap sulit (Angell et al., 2004). Stigma ini tentu tidak terbentuk begitu saja,
disamping karena materi fisika memiliki banyak rumus-rumus matematika,
soal-soal fisika juga banyak yang tergolong rumit. Pendekatan dan metode yang
digunakan guru dalam mengajarkan konsep-konsep fisika seolah menegaskan
bahwa konsep-konsep fisika adalah kumpulan rumus yang harus dihafalkan.
Hal tersebut disebabkan kebanyakan pengajar fisika sering terjebak untuk
mengajarkan fisika dengan hanya menonjolkan rumus-rumus tanpa mengajarkan
konsep fisika secara utuh. Kebanyakan pengajaran fisika dilakukan dengan
memberikan contoh soal dan latihan mengerjakan soal-soal, sehingga siswa
terjebak pada pembahasan penyelesaian soal-soal dan tentu saja sedikit sekali
mengungkapkan proses yang sebenarnya terjadi.
Salah satu sebab fisika dikatakan sebagai pelajaran yang sulit menurut
Dolin (2002), adalah karena fisika menuntut siswa untuk menguasai
representasi-representasi berbeda (percobaan, grafik, konseptual/keterangan lisan, rumus,
gambar/diagram) secara bersamaan dan mengelola perubahan diantara
representasi-representasi ini (Angell et al., 2004). Representasi adalah suatu
konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat menggambarkan, mewakili atau
2
merupakan sesuatu yang mewakili, menggambarkan atau menyimbolkan obyek
atau proses.
Multi representasi berarti mempresentasi ulang konsep yang sama dengan
format yang berbeda, termasuk verbal, gambar, grafik dan matematik (Prain &
Waldrip, 2007). Dengan demikian kita dapat menyimpulkan bahwa multi
representasi adalah suatu cara menyatakan suatu konsep melalui berbagai cara dan
bentuk. Multi representasi memiliki tiga fungsi utama yaitu sebagai pelengkap,
pembatas interprestasi, dan pembangun pemahaman (Ainsworth, 1999). Pertama;
multi representasi digunakan untuk memberikan representasi yang berisi
informasi pelengkap atau membantu melengkapi proses kognitif. Kedua; satu
representasi digunakan untuk membatasi kemungkinan kesalahan
menginterprestasi dalam menggunakan representasi yang lain. Ketiga; multi
representasi dapat digunakan untuk mendorong siswa membangun pemahaman
terhadap situasi secara mendalam.
Penelitian mengenai multi representasi dalam kaitannya dengan
kemampuan mahasiswa dalam menyelesaikan soal-soal fisika telah dilakukan
diantaranya oleh Heuvelen & Xueli (2001), Harper (2006), Kohl & Finkelstein
(2005; 2006; 2007; 2008) dan Meltzer (2005). Heuvelen & Xueli (2001) meneliti
pendekatan multi representasi pada topik Usaha-Energi dan menyimpulkan bahwa
pendekatan tersebut membantu mahasiswa dalam memahami konsep
Usaha-Energi.
Perbedaan perilaku mahasiswa dalam memecahkan soal dengan multi
3
1982; Larkin, 1983 dalam Kohl, Rosengrant & Finkelstein, 2007). Mereka
menyimpulkan bahwa mahasiswa yang terampil cenderung menggunakan
representasi non-matematik, sementara mahasiswa yang kurang terampil
cenderung langsung menggunakan representasi matematik dalam memecahkan
masalah fisika. Kohl dan Finkelstein (2005) menyimpulkan bahwa keberhasilan
mahasiswa dalam memecahkan masalah-masalah fisika dipengaruhi oleh format
representasi masalah-masalah itu. Selanjutnya mereka juga menyatakan bahwa
ada pengaruh signifikan pendekatan pembelajaran yang digunakan terhadap
kemampuan representasi mahasiswa (Kohl dan Finkelstein, 2006).
Menurut Bloom (Sagala, 2003:157), pemahaman merupakan tingkatan
kedua dalam domain kognitif. Aspek pemahaman merupakan aspek yang
mengacu pada kemampuan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan
memaknai arti suatu materi. Aspek pemahaman ini menyangkut kemampuan
seseorang dalam menangkap makna suatu konsep dengan kata-kata sendiri.
Pembelajaran fisika bagi siswa telah dimulai sejak dari pendidikan dasar,
namun kesalahan dalam memahami suatu konsep tetap terbawa oleh siswa sampai
ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Berg (1991:10), menyatakan bahwa
miskonsepsi merupakan konsep siswa yang sungguh berbeda dengan konsep para
ilmuan. Miskonsepsi terjadi secara universal di seluruh dunia dan dalam berbagai
lingkungan sosial budaya, bahasa dan etnik. Miskonsepsi juga secara tidak
disadari akan menghambat pada proses penerimaan dan pengintegrasian
4
dijajagi peranan multi representasi dalam memperkecil kuantitas miskonsepsi
siswa.
Dalam kaitannya dengan peningkatan pemahaman konsep siswa dan
meminimalkan miskonsepsi, Suhandi, dkk. (2008) telah meneliti penggunaan
media simulasi virtual dalam pembelajaran fisika. Ditemukan bahwa penggunaan
media simulasi virtual pada pendekatan pembelajaran konseptual interaktif dapat
lebih meningkatkan efektifitasnya dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa
dan meminimalkan miskonsepsi.
Materi fisika yang ditinjau dalam penelitian ini adalah konsep Gerak.
Pemilihan materi tersebut dilakukan karena konsep Gerak sangat akrab dengan
keseharian siswa SMP dan merupakan salah satu konsep dalam Fisika yang
diperkirakan memiliki banyak representasi dan peluang terjadinya miskonsepsi .
Di samping itu, umumnya siswa SMP mengalami kesulitan dalam memahami dan
menerapkan konsep-konsep yang berkaitan dengan gerak, misalnya dalam
menentukan kerangka acuan bagi benda yang dikatakan sedang bergerak,
membedakan antara jarak dengan perpindahan atau antara kelajuan dengan
kecepatan serta bagaimana kecepatan dan percepatan pada benda yang bergerak
beraturan (GLB) dengan benda yang bergerak berubah beraturan (GLBB). Oleh
karena itu, diperlukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyeluruh dan
fleksibel sehingga materi pembelajaran menjadi mudah dipahami oleh siswa,
sekaligus memperkecil kuantitas miskonsepsi mereka khususnya pada konsep
5
Untuk mengetahui sejauh mana potensi pembelajaran dengan pendekatan
multi representasi dalam meningkatkan pemahaman konsep dan memperkecil
kuantitas miskonsepsi dalam pembelajaran fisika, penulis mencoba mengadakan
penelitian di salah satu Sekolah Menengah Pertama di Kota Bandung dengan
kajian yang akan penulis teliti adalah “Penggunaan Pendekatan Multi
Representasi pada Pembelajaran Konsep Gerak untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep dan Memperkecil Kuantitas Miskonsepsi Siswa SMP”
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang akan diteliti adalah “Bagaimanakah pengaruh
pembelajaran dengan pendekatan multi representasi terhadap peningkatan
pemahaman konsep dan memperkecil kuantitas miskonsepsi siswa SMP pada
konsep Gerak?” Rumusan masalah di atas dijabarkan menjadi
pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimanakah perbandingan peningkatan pemahaman konsep antara
siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan multi
representasi dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan konvensional?
2. Bagaimanakah perbandingan kuantitas miskonsepsi siswa setelah
pelaksanaan pembelajaran antara yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan multi representasi dan siswa yang mendapatkan pembelajaran
6
3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan
multi representasi?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menjajagi penggunaan pembelajaran
dengan pendekatan multi representasi dalam pembelajaran konsep Gerak untuk
melihat potensinya dalam meningkatkan pemahaman konsep dan memperkecil
kuantitas miskonsepsi siswa SMP. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk
mendapatkan gambaran tentang tanggapan siswa terhadap penggunaan
pendekatan multi representasi dalam pembelajaran.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti empirik tentang
potensi penggunaan pendekatan multi representasi dalam meningkatkan
pemahaman konsep dan memperkecil terjadinya miskonsepsi, dan memperkaya
hasil-hasil penelitian dalam kajian sejenis, sehingga nantinya dapat digunakan
oleh berbagai pihak yang berkepentingan seperti guru, praktisi pendidikan,
peneliti dan lain-lain, baik sebagai pembanding, pendukung, atau bahkan sebagai
7
1.5. Asumsi dan Hipotesis Penelitian
Asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: pembelajaran dengan
pendekatan multi reprsentasi dapat membantu siswa untuk lebih memahami
konsep-konsep fisika.
Berdasarkan asumsi penelitian maka hipotesis yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
1. HA: Pembelajaran dengan pendekatan multi representasi pada konsep
Gerak secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep
siswa dibandingkan penggunaan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional (HA : > ).
2. H0: Tidak terdapat perbedaan peningkatan pemahaman konsep yang
signifikan antara siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan
pendekatan multi representasi dengan siswa yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan konvensional (H0: = ).
1.6. Definisi Operasional
1. Penggunaan pendekatan multi representasi didefinisikan sebagai
penggunaan berbagai representasi untuk menanamkan suatu konsep di
benak para siswa. Sesuai dengan konsep yang dipelajari yaitu tentang
Gerak, representasi-representasi yang digunakan mencakup representasi
verbal, gambar, grafik, dan matematik. Keterlaksanaan pembelajaran
8
digunakan adalah CTL ( Contextual Teaching and Learning) yang diamati
melalui observasi.
2. Penggunaan pendekatan konvensional adalah proses pembelajaran fisika
sebagaimana biasanya yang diterapkan para guru fisika di SMP yaitu:
pendekatan yang hanya menggunakan satu atau dua representasi saja untuk
menanamkan suatu konsep. Representasi yang sering digunakan adalah
representasi verbal dan representasi matematik. Model pembelajaran yang
digunakan adalah CTL (Contextual Teaching and Learning).
3. Konsep Gerak adalah meliputi suatu bahan materi Gerak yang
berdasarkan pada Standar Kompetensi memahami gejala-gejala alam
melalui pengamatan, dengan Kompetensi Dasar menganalisis data
percobaan gerak lurus beraturan dan gerak lurus berubah beraturan serta
penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.
4. Pemahaman konsep merupakan ukuran kemampuan siswa dalam
memaknai suatu konsep yang diberikan. Indikator pemahaman konsep
dalam penelitian ini terdiri dari tiga jenis yaitu menerjemahkan,
menafsirkan dan mengekstrapolasi. Dalam penelitian ini pemahaman
konsep siswa sebelum dan sesudah pembelajaran diukur dengan
menggunakan tes pemahaman konsep berupa tes tertulis berbentuk pilihan
ganda yang mencakup indikator-indikator pemahaman konsep.
5. Miskonsepsi dapat diartikan sebagai suatu konsepsi atau struktur kognitif
yang melekat dengan kuat dan stabil di benak siswa yang sebenarnya
9
dapat menyesatkan para siswa dalam memahami gejala alamiah.
Miskonsepsi merupakan keadaan dimana konsepsi yang dimiliki oleh
siswa tidak sama dengan konsepsi para ahli. Dalam penelitian ini
miskonsepsi siswa dianalisis dengan metode CRI (Certainty of Response
43
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode dan Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi
eksperiment dan metode deskriptif. Untuk mendapatkan gambaran peningkatan
pemahaman konsep dan memperkecil kuantitas miskonsepsi digunakan metode
quasi eksperiment dengan desain “randomized control group design”(Sugiono,
2008). Sedangkan metode deskriptif untuk mendeskripsikan tanggapan siswa
terhadap penggunaan pendekatan multi representasi. Pembelajaran menggunakan
dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yang kelasnya
dipilih secara acak. Kelompok eksperimen menggunakan pembelajaran dengan
pendekatan multi representasi dan kelompok kontrol menggunakan pembelajaran
dengan pendekatan secara konvensional. Terhadap dua kelompok dilakukan
pretest dan posttest untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa. Pada
lembar jawaban posttest juga dituliskan CRI untuk mengetahui kuantitas
terjadinya miskonsepsi.
Tabel 3.1 Desain Penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Eksperimen O X O
Kontrol O Y O
Keterangan:
X : perlakuan pembelajaran dengan pendekatan multi representasi,
44
O : pretest dan posttest
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII pada sebuah SMP
Negeri di Kota Bandung. Sampel penelitian diambil dua kelas yang dipilih secara
acak sebagai kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Hasil pemilihan
secara acak didapatkan kelas VII-H sebagai kelompok eksperimen dengan jumlah
siswa 36 orang dan kelas VII-F sebagai kelompok kontrol dengan jumlah siswa 37
orang siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada pada semester genap tahun
pelajaran 2009/2010.
3.3. Alur Penelitian
Alur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digambarkan sebagai
45
Gambar 3.1 Alur Penelitian Studi Pendahuluan dan
Observasi
Studi Pemahaman Konsep Siswa dan miskonsepsi
Analisis Indikator Pemahaman Konsep Siswa
Analisis Konsep Bahan Kajian
Studi Bahan Kajian
Rencana Pembelajaran Rancangan Tes
Tes awal (Pretest)
Pembelajaran dengan pendekatan multi representasi
Pembelajaran dengan pendekatan konvensional
Kesimpulan
Pengolahan dan analisis data Tes akhir (Posttest)
46
3.4. Instrumen Penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung penelitian, peneliti menyusun
dan menyiapkan beberapa instrumen untuk menjawab pertanyaan penelitian yaitu:
1. Tes Pemahaman Konsep
Tes ini bersifat konseptual yang dibuat dalam bentuk tes obyektif model
pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Setiap soal dibuat untuk
menguji pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yang tercakup dalam
materi Gerak. Tes ini dilakukan dua kali, yaitu pretest untuk melihat
kemampuan awal siswa terhadap konsep, dan posttest dengan tujuan untuk
mengukur pemahaman konsep siswa sebagai hasil pembelajaran
menggunakan pendekatan multi representasi. Butir soal tes disusun dan
dikembangkan berdasarkan indikator pembelajaran yang disesuaikan dengan
indikator pemahaman konsep yang terdiri dari mentranslasi,
menginterpretasikan dan mengekstrapolasi. Sebelum digunakan instrumen ini
dikonsultasikan dengan dosen pembimbing, judgment oleh para pakar,
diujicobakan dan dilakukan analisis untuk mengetahui validitas, realibilitas,
tingkat kesukaran dan daya pembeda dengan menggunakan program analisis
tes (ANATES).
2. CRI untuk tes miskonsepsi
CRI digunakan untuk mengidentifikasi terjadinya miskonsepsi, setiap siswa.
Pada saat posttest, selain diminta untuk menjawab setiap soal yang diberikan,
juga mereka diminta untuk membubuhkan nilai CRI untuk setiap jawaban
47
digunakan dalam penelitian ini adalah 0 – 5 sebagaimana yang dikemukakan
oleh Hasan, et al. (1999:296). Setiap kriteria skala CRI diganti dengan
persentase unsur tebakan dalam menjawab suatu soal. Hasil perbandingan
kuantitas miskonsepsi, dilihat dengan membandingkan antara miskonsepsi
yang terjadi di kelas kontrol dengan miskonsepsi yang terjadi di kelas
eksperimen.
3. Angket Respon Siswa dan Guru
Angket bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tanggapan siswa dan
Guru terhadap pembelajaran dengan pendekatan multi representasi yang
diterapkan. Angket yang dikembangkan dalam penelitian ini berupa skala
Likert, dengan menggunakan lima kategori respon yaitu; sangat setuju (SS),
setuju (S), tidak ada komentar (N), tidak setuju (TS), dan sangat tidak setuju
(STS).
4. Lembar Observasi
Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran digunakan untuk mengukur
sejauh mana tahapan pembelajaran dengan pendekatan multi representasi
yang telah direncanakan terlaksana dalam proses belajar mengajar. Observasi
yang dilakukan adalah observasi terstruktur dengan menggunakan lembaran
daftar cek.
3.5. Analisis Instrumen
Pengolahan data menyangkut validitas, reliabilitas, tingkat kemudahan dan
48
menggunakan AnatesV4. Ketentuan-ketentuan yang digunakan bagi keperluan
pengujian kevalidan tes di atas adalah:
1. Validitas Butir soal
Validitas butir soal digunakan untuk mengetahui dukungan suatu butir soal
terhadap skor total. Untuk menguji validitas setiap butir soal, skor-skor yang ada
pada butir soal yang dimaksud dikorelasikan dengan skor total. Sebuah soal akan
memiliki validitas yang tinggi jika skor soal tersebut memiliki dukungan yang
besar terhadap skor total. Dukungan setiap butir soal dinyatakan dalam bentuk
korelasi, sehingga untuk mendapatkan validitas suatu butir soal digunakan rumus
korelasi.
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment Pearson: (Arikunto, 2008).
= ∑ ∑∑ ∑ ∑∑ ∑ ……….(3.1)
Keterangan:
= koefesien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel
yang dikorelasikan.
X = Skor item
Y = Skor total
N = Jumlah siswa
49
Tabel 3.2 Kategori Validitas Butir Soal
Batasan Kategori
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,40 < ≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,20 < ≤ 0,40 Rendah (kurang)
0,00 < ≤ 0,20 Sangat Rendah (sangat kurang)
2. Reliabilitas Tes
Reliabilitas adalah kestabilan skor yang diperoleh ketika diuji ulang
dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dan satu pengukuran ke
pengukuran lainnya. Anastasi (Surapranata, 2004) menyatakan suatu tes dapat
dikatakan memiliki taraf reliabililas yang tinggi jika tes tersebut dapat
memberikan hasil yang tetap yang dihitung dengan koefesien reliabilitas.
Menghitung reliabilitas soal untuk pilihan ganda dengan rumus Arikunto (2008):
= ! ...(3.2)
Dimana :
= koefisien reliabilitas yang telah disesuaikan
= indeks korelasi antara dua belahan instrumen
Harga dari dapat ditentukan dengan cara mengkorelasikan skor
total item genap dan item ganjil dengan menggunakan rumus korelasi Product
Moment Pearson. Interpretasi derajat reliabilitas suatu tes menurut Arikunto
50
Tabel 3.3 Kategori Reliabilitas Tes
Batasan Kategori
0,80 < ≤ 1,00 Sangat Tinggi (sangat baik)
0,60 < ≤ 0,80 Tinggi (baik)
0,40 < ≤ 0,60 Cukup (sedang)
0,20 < ≤ 0,40 Rendah (kurang)
≤ 0,20 Sangat Rendah (sangat
kurang)
3. Daya Pembeda Soal
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu soal untuk membedakan
antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan
rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks
diskriminasi (D). Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi adalah (Karno
To, 1996: 15)
"# = $% $&
'% ( 100 % ………(3.3)
Keterangan:
DP = indeks daya pembeda item satu butir soal tertentu
SA = Jumlah skor kelompok atas pada butir soal tertentu
SB = Jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah
IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok atas atau bawah
51
Tabel 3.4 Kategori Daya Pembeda
Batasan Kategori
Negatif – 0,09 Sangat buruk
0,10 – 0,19 Buruk
0,20 – 0,29 Agak Baik
0,30 – 0,49 Baik
0,50 – keatas Sangat Baik
4. Uji Tingkat Kemudahan Soal
Uji tingkat kemudahan dilakukan untuk mengetahui apakah butir soal
tergolong sukar, sedang atau mudah dengan menggunakan rumus, (Karno To,
1996: 16)
*+ = $% $&
'% '& ( 100 % ………... (3.4)
Keterangan:
TK = indeks daya pembeda item satu butir soal tertentu
SA = Jumlah skor kelompok atas
SB = Jumlah skor kelompok bawah
IA = Jumlah skor ideal salah satu kelompok atas
IB = Jumlah skor ideal salah satu kelompok bawah
Tabel 3.5 Kategori Kemudahan
Batasan Kategori
0 – 0,30 Sukar
0,31 – 0,70 Sedang
52
3.6. Teknik Pengumpulan Data 3.6.1. Jenis data
Terdapat beberapa jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian yaitu:
Skor pemahaman konsep, data CRI, tanggapan siswa dan Guru terhadap
pembelajaran.
3.6.2. Pengolahan Data
Analisa data yang dimaksudkan untuk mengubah data mentah atau hasil
penelitian menjadi data yang siap ditafsirkan. Penafsiran data tersebut untuk
menentukan gambaran pemahaman konsep, keunggulan/kelebihan penggunaan
pendekatan multi representasi dalam pembelajaran dan respon siswa terhadap
penggunaan pendekatan pembelajaran dengan multi representasi. Data yang
diperoleh melalui angket dan observasi dianalisis secara deskriptif untuk
menemukan kecenderungan saat penelitian, sedangkan data pemahaman konsep
dianalisis dengan uji statistik.
Untuk pengolahan data guna kepentingan analisis, digunakan teknik
pengolahan data sebagai berikut:
1. Untuk melihat peningkatan pemahaman konsep siswa sebelum dan sesudah
pembelajaran dihitung dengan menggunakan rumus g factor (gain) dengan
rumus Hake (Cheng, et. al, 2004):
N - ,-./ = $0123 $045
$6782 $045 …...(3.5)
Keterangan: Spos = Skor Posttest
Spre = Skor Pretest
53
Tingkat gain ternormalisasi ini diinterpretasikan untuk menyatakan
peningkatan pemahaman konsep Gerak dengan kriteria sebagai berikut:
Tabel 3.6. Kategori peningkatan pemahaman konsep
Batasan Kategori
(N-gain) > 0,7 Tinggi 0,3 ≤ (N-gain) ≥ 0,7 Sedang
(N-gain) < 0,3 Rendah
2. Untuk pengidentifikasian terjadinya miskonsepsi maka digunakan metode CRI
(Certainty of Response Index) yang dikembangkan oleh Saleem Hasan et. al.
(1999).
3. Uji Statistik
Pengolahan data dan analisis statistik menggunakan program SPSS Satistic
17.0 tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data dengan SPSS yang dibaca adalah data pada
kolom Shapiro-Wilk karena sampel di tiap kelompok kurang dari 50.
Normalnya distribusi data dapat diketahui dari nilai signifikansi (2-tailed)
output SPSS, jika lebih besar dari 0,05 maka data terdistribusi normal.
b. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Lenene
(Levene’s Test) dalam Independent Sample Test (uji t) pada taraf
siginifikansi α = 0,05. Homogenitas data dapat diketahui dari nilai
signifikansi (2-tailed) output SPSS, jika lebih besar dari α = 0,05 (p-value
54
variances assumed) terpenuhi. Sebaliknya jika dari hasil Levene’s Test
didapat p-value < dari α = 0,05 maka asumsi kedua varians sama besar
tidak terpenuhi (equal variances not assumed).
c. Uji Hipotesis
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan perbedaan
dua rerata N-gain. Jika data terdistribusi normal dan homogen maka
digunakan uji statistik dengan uji Independent sample test pada SPSS
Hasil uji t dua sampel independen yang digunakan didasarkan pada
asumsi yang ditunjukkan oleh hasil Levene’s Test, apakah asumsi kedua
varians sama besar (equal variances not assumed) terpenuhi atau tidak.
Jika pada uji normalitas data didapatkan salah satu data ada yang tidak
terdistribusi normal, uji hipotesis dilakukan dengan uji U (Mann-Whitney).
Hipotesis dikatakan terbukti jika (HA:<= ><= ) atau jika terdapat
perbedaan rerata antara kelas kontrol dan kelas eksperimen atau jika nilai
signifikansi kecil dari 0,05 (p-value < α = 0,05).
4. Menghitung persentase hasil angket respon siswa menggunakan rumus:
% >?@A /-@.B C-D-E-/ = ∑ =FGH IJGKL MJNJOJI
MPQFJR $JQSHF ( 100% ...(3.6)
5. Analisis tanggapan siswa terhadap model pembelajaran yang disajikan
dilakukan dengan melihat jawaban setiap siswa terhadap
55
3.7. Hasil Uji Coba Instrumen
Uji coba instrumen dilakukan pada salah satu SMP yang berada di
Bandung. Berdasarkan hasil uji coba instrumen soal pemahaman konsep yang
terdiri dari 30 soal berbentuk pilihan ganda, terdapat 28 soal yang valid dengan
realibilitas tes 0,83. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui bahwa tingkat
kemudahan tes penelitian cukup bervariasi sebagaimana ditunjukkan Tabel 3.7.
Tabel 3.7. Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Daya Pembeda
Daya Pembeda Jumlah Soal % No. Soal
Baik Sekali 11 36,7 2, 3, 6, 8, 11, 12, 13, 19, 20, 22, 27
Baik 12 40 1, 4, 7, 9, 14, 15, 18, 21,
23, 24, 26, 30
Agak Baik 5 16,7 5, 10, 16, 25, 28, 29
Buruk 2 6,7 17, 25
Sangat Buruk 0 0 -
Berdasarkan tabel 3.7 ada dua butir soal yang tidak dipakai, yaitu soal
nomor 17 dan soal nomor 25 disamping daya pembedanya yang buruk juga karena
nilai validitasnya sangat rendah. Berdasarkan hasil perhitungan, diketahui juga
bahwa tingkat kemudahan tes penelitian cukup bervariasi sebagaimana
56
Tabel 3.8. Rekapitulasi Jumlah Soal Berdasarkan Tingkat Kemudahan
Rekapitulasi hasil perhitungan ANATES dapat dilihat pada lampiran C. Tingkat
Kemudahan Jumlah Soal % No. Soal
Sangat Mudah 6 20 1, 5, 10, 16, 17, 29
Mudah 11 36,7 2, 3, 6, 7, 8, 9, 12, 15,
24, 25, 28,
Sedang 8 26,7 11, 13, 18,
19, 20, 21, 22, 27
Sukar 3 10 4, 23, 30
74
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data, hasil temuan, dan pembahasan yang telah
dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Penggunaan pendekatan multi representasi pada pembelajaran materi Gerak
secara signifikan dapat lebih meningkatkan pemahaman konsep siswa
dibandingkan dengan penggunaan pendekatan pembelajaran konvensional.
2. Kuantitas miskonsepsi siswa setelah proses pembelajaran yang mendapatkan
pembelajaran dengan pendekatan multi representasi lebih rendah
dibandingkan pada kelas yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
konvensional.
3. Siswa memberikan tanggapan yang positif terhadap pembelajaran dengan
pendekatan multi representasi, mereka merasa bahwa penerapan pendekatan
multi representasi berpotensi untuk meningkatkan minat dan motivasi belajar,
mempermudah memahami konsep dan tentu menyenangkan dalam prosesnya.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan multi representasi pada konsep Gerak, peneliti
75
1. Pendekatan multi representasi yang tepat sasaran perlu dikembangkan lagi
sesuai dengan topik, objek, sarana pembelajaran dan waktu yang ada
sehingga lebih berpotensi lagi dalam meningkatkan pemahaman konsep siswa
serta belajar fisika dapat lebih menyenangkan.
2. Mengingat pembelajaran dengan menggunakan pendekatan multi representasi
pada konsep Gerak mendapatkan tanggapan positif dari siswa, maka perlu
untuk diujicobakan pada konsep lain yang lebih komplek dan dirasa sulit oleh
siswa untuk difahami dengan multi representasi yang tepat dan sesuai dengan
karakteristik konsep fisikanya; misalnya pada konsep listrik dan fisika
76
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, M. (2007). IPA Fisika 1, SMP dan MTs untuk Kelas VII. Jakata: PT Gelora Aksara Pratama.
Ainsworth, S.E (2006). “DeFT: A Conceptual Framework for Considering Learning with Multiple Representations.” School of Psychology and Learning Science Research Institute. Nottingham: University of Nottingham. 16(3). 183-198.
Ainsworth, S.E. (1999). “The Functions of Multiple Representations”. Computers and Education, 33, 131-152.
Angell, C, O. Guttersrud, dan E.K. Henriksen. (2007) “Multiple representations as a framework for a modelling approach to physics education” [on line] [23 Januari 2009].
Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. edisi IV. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Berg, E. Van den (1991). Miskonsepsi Fisika dan Remediasi. Salatiga: UKSW.
Cheng, K., et al. (2004). “Using an Online Homework System Enhances Students’ Learning of Physics Concepts in an Introductory Physics Course”. Journal American Association of Physics Teacher. 72, 11, 1447-1453
Dahar, R.W. (1996). Teori-teori belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Goldin, G.A. (2002). “Representation in Mathematical Learning and Problem Solving.” Dalam L.D English (Ed). Handbook of International research in Mathematics Education (IRME). New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates.
Hammer, D., (1996). More than Misconceptions: Multiple Perspectives on Student Knowledge and Reasoning and Appropriate Role for Education Research, Am. J. Phys., 64(10). 1316-1325.
Hasan, S., D. Bagayako, and E.L. Kelley. (1999). “Misconceptions and the Certainty of Response Index (CRI).” Phys. Educ 34(5). 294-299.
77
Izsak, A. and M.G. Sherin. (2003). “Exploring the Use of New Representation as a Resource for Teaching Learning.” Journal School Science and Mathematics. The University of Georgia and North Western University. 103, (1).
Kohl, P.B. and N.D. Finkelstein, (2007) Expert and Novice Use of Multiple Representations During Physics Problem Solving Department of Physics, University of Colorado, Campus Box 390, Boulder, CO 80309.
Kohl, P.B. and N.D. Finkelstein. (2008). “Patterns of multiple representation use by experts and novices during physics problem solving.” Physical Review Special Topics - Physics Education Research 4, 010111.
Kohl, P.B., D. Rosengrant and ND. Finkelstein. (2007). “Strongly and weakly directed approaches to teaching multiple representation use in physics”
Physical Review Special Topics - Physics Education Research 3, 010108.
Kohl, P.B., N.D. Finkelstein. (2006). “Effect of instructional environtment on physics students’ representational skills.” Physical Review Special Topics - Physics Education Research 2, 010102.
Prain, V. and B.G.Waldrip, (2007). “An exploratory study of teachers’ perspectives about using multi-modal representations of concepts to enhance science learning.” Canadian Journal of Science, Mathematics and Technology education.
Prasetio, B. dkk. (2007). Seri IPA Teori dan Aplikasi Fisika SMP Kelas VII. Jakarta: Yudistira.
Purwanto, N. (2007). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.
Reif, F. (1995). “Understanding and Teaching Important Scientific Thought Processes.” American Journal of Physics. 63, (1), 17-32.
Rosengrant, D, E. Etkina and A. Heuvelent. (2006). “An Overview of Recent Research on Multiple Representations.” Rutgers, The State University of New Jersey. [on line] [23 Januari 2009].
Sagala, S. (2005). Konsep Belajar dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sugiyono, (2008). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
78
Suparno, P. (2005). Miskonsepsi dan Perubahan Konsep Pendidikan Fisika. Jakarta: Grasindo.
Tipler, P.A. (1998). Fisika Untuk Sains dan Teknik. edisi ketiga. jilid I. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Uyanto, S. S. (2009). Pedoman Analisa Data dengan SPSS, edisi ketiga, Yogyakarta: Graha Ilmu.