• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Literature review Penelitian pertama yang dilakukan oleh Baihaqi Mutia Tisa dengan judul Waria

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Literature review Penelitian pertama yang dilakukan oleh Baihaqi Mutia Tisa dengan judul Waria"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

20 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Literature review

Penelitian pertama yang dilakukan oleh Baihaqi Mutia Tisa dengan judul Waria dan Resiliensi terhadap Penolakan masyarakat. Membahas bagaimana sikap masyarakat yang ada di Aceh Barat terhadap para waria dengan tidak menerima kehadiranya, karena menganggap waria adalah makhluk yang memiliki kepribadian ganda dan cenderung aneh. Sehingga masih banyak sekali pandangahn negative masyarakat Aceh Barat terhadap waria dan menimbulkan tindakan diskriminasi dan pelecehan terhadap waria, sehingga para waria kesulitan berbaur dengan masyarakat sekitar.

Cara yang dilakukan oleh para waria untuk tetap memepertahankan jati dirinya dan agar diterima oleh masyarakat Aceh barat dengan memanfaatkan keahlian yang dimiliki, seperti mendekorasi pernikahan dan dalam hal kecantikan. Walaupun dalam kenyataanya ada masyarakat yang dapat menerima dan tidak dapat menerima dengan memilih untuk tidak berbaur dengan mereka.

Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan pendekatan kualitatif, membahas posisi atau keberadaan waria yang ditolak oleh masyarakat, faktor- faktor yang mempengaruhi keberadaan waria. Kelemahan dari penelitian ada adanya pendapat keberpihakan dari pemerintah dalam memaknai kasus diskriminasi yang terjadi di Aceh Barat. Sedangkan perbedaan dari penelitian ini adalah tempat penelitian yang berbeda dan bagaimana cara waria di Aceh Barat mempertahankan keberadaanya di tengah- tengah masyarakat.

Penelitian kedua ditulis oleh Arif Nur Safri dengan judul Pesantren Waria Senin- Kamis Al- fatah Yogyakarta Sebuah Media Eksistensi Ekspresi Keberagaman

(2)

21 Waria. Berdirinya podok pesantren khusus untuk waria adalah gerakan sosial untuk para komunitas waria dan juga transgender guna membantu mengenalkan eksistensi keberadaan waria kepada masyarakat, terutama pada bidang keagamaan. Upaya ini merupakan salah satu tindakan positif membantu mengurangi pandangan negatif yang diberikan kepada para waria. Setiap manusia sebagai makhluk hidup mempunyai fitrah ilahiyah, waria merupakan salah satu individu dari kelompok masyarakat, sehingga tidak bisa dielakan bahwasanya waria juga memiliki kewajiban beribadah kepada Tuhan guna memperkuat religiusitasnya. Karena itu, sebagian individu dari luar lingkaran ini diharapkan dapat melihat waria yang merupakan elemen dari masyarakat yang memiliki hak untuk mengenalkan dan menunjukan fitrah yang dimiliki, yaitu fitrah uluhiyahnya guna mendapatkan pengalaman spiritualnya.(Murray, Roscoe, &

Homosexuali-, 2014)

Persamaan dengan penelitian ini yaitu peran pondok pesantren waria dalam memperjuangkan hak- hak kemanusiaan agar masyarakat diluar sana mampu melihat waria juga merupakan bagian dari masyarakat dan warga negara dalam mendapatkan hak- haknya. Sedangkan perbedaanya penelitian sebelumnya lebih dikaji dan dianalisis menggunakan pandangan agama Islam.

Penelitian ketiga dengan judul Waria,Pemerintah,&Hak Seksual Kasus Implementasi Peraturan Daerah Gelandangan dan Pengemis di Yogyakarta yang ditulis oleh Masthuriyah Sa’adan. Waria yang merupakan sebagai bagian dari keluarga, bagian dari masyarakat, bagian dari warga negara, serta merupakan makhluk ciptaan Tuhan.

Waria sebagai makhluk Tuhan dan termasuk warga negara harus dilihat sebagai manusia yang memiliki hak-hak pada dirinya yang melekat. Adanya sebuah kesadaran sangat diperlukan, bahwasanya tidak ada waria yang menginginkan dirinya mendapatkan perlakuan diskriminasi yang didapatkan baik dari keluarganya sendiri,

(3)

22 yang kemudian memilih terlepas dari ikatan keluarganya yang kemudian memilih hidup untuk menjadi pengamen bahkan hingga menjual dirinya menjadi Pekerja Seks Komersial dan menjadi kaum marginal di lingkup masyarakat luas.

Seorang waria tidak mempunyai power atas pilihan hidupnya, hidup menjadi waria dengan sebuah label persoalan hidup yang ada pada dirinya. Padahal dalam realitanya tidak semua waria memiliki tingkah laku yang meresahkan dan mengganggu masyarakat, contohnya seperti melakukan pembunuhan, bahkan melakukan tindakan korupsi yang dapat merugikan negara, serta tindakan-tindakan kriminal yang melanggar hukum.

Waria sebagai makhluk Tuhan, tidak bisa menutup dirinya sebagai makhluk ciptaan Tuhan dari naluri ketuhanannya. Oleh sebab itu, sungguh mengenaskan apabila ada orang lain yang membatasi kegiatan maupun hak waria sebagai makhluk ciptaan Tuhan untuk melakukan ibadah (Seksual, 2017).

Persamaan dengan penelitian ini dengan melihat realitas kehidupan waria di Yogyakarta, hingga alasan waria dikatakan sebagai kaum marjinal. Perbedaannya adalah peran pemerintah dalam mengenmbalikan kaum marjinal sebagai kaum bermartabat yang masih belum maksimal sehingga dapat diterima oleh masyarakat.

Tetapi dalam penelitian ini masih ada kekurangan yang hanya melihat dari satu aspek saja dimana sistem kerja pemerintah yang masih belum efektif dan cenderung menganak tirikan kaum marjinal seperti waria dan lebih mementingkan proyek- proyek seperti perijinan pendirian hotel.

Penelitian keempat oleh Arif Nur Safri, berujudul Linieritas Nilai Ketuhanan dan kemanusiaan Studi Kasus Pengalaman Spriritual Waria di Pesantren Waria Al- Fatah Yogyakarta. Dengan hasil penelitian manusia yang merupakan sebagai makhluk sosial, makhluk individu, dan juga makhluk bertuhan. Oleh karena itu apapun

(4)

23 pandangan yang disematkan kepada kelompok waria, waria merupakan kelompok yang tidak bisa dielakkan keberadaanya. Waria yang merupakan bagian dari masyarakat sudah seharusnya dipandang sama seperti pada masyarakat umunya yang memiliki hak dan kewajiban sama sebagai makhluk ciptaan Tuhan.

Adanya pondok pesantren merupakan salah satu bentuk yang terlihat dari adanya api semangat waria terhadap kewajiban dan hak beribadah kepada Tuhannya.

Ponpes khusus waria menjadi wadah untuk melakukan dialog, wadah untuk berdiskusi, serta wadah untuk mengekspresikan sisi spiritual terhadap Tuhannya sebagai pencipta.

Ponpes khusus para waria merupakan salah satu upaya untuk menepis pandangan buruk masyarakat yang mengakar pada waria dengan melabelkan sebagai pendosa dan tidak mensyukuri atas kodratnya. Nilai-nilai ketuhanan dan nilai-nilai kemanusiaan yang didapatkan oleh wariapun mereka coba membuktikan dengan adanya pondok pesantren khusus waria.

Mulai dari cara mereka mendekatkan diri mereka sebagai mahkluk ciptaan Tuhan kepada dengan menjalankan perintahnya, membaca, mempelajari Al-Quran.

Selain itu usaha para waria dalam menjalin interaksi dengan masyarakat yang baik bersama dengan masyarakat yang tujuannya untuk memperbaiki hubungan para waria bersama dengan Tuhan untuk merubah citranya di depan hadapan masyarakat .(Safri, n.d.)

Persamaan dari penelitian ini dimana Pondok Pesantren Waria Al- Fatah yang ada di Yogyakarta dijadikan sebagai wadah wujud dari ekspresi keagamaan waria yang dapat membantu para waria mengekspresikan dirinya kepada Tuhan Yang Maha esa tanpa adanya pandangan negative dari masyarakat ketika beribadah dan keahlian yang dimiliki.

(5)

24 Penelitian kelima berjudul Proses Pembentukan Identitas Sosial Waria di Pesantren waria Al fatah Yogyakarta oleh Diyala Gelarina, yang memiliki persamaan penelitian utnuk mempertahankan dan memperjuangkan kehidupan sosial waria.

Kelebihan dari penelitian ini dilihat juga dari proses pembentukan identitas sosial waria di pesantren waria dengan menggunakan 3 pilar yang ada di sistemnya. Yaitu dakwah internal sesame waria, dakwah terhadap masyarakat untuk membuka akses diterimanya oleh masyarakat, dan yang ketiga advokasi terhadap pemerintah.

Penelitian keenam dengan judul Diskriminasi Internal pada Komunitas waria Pekerja Salon di Yogyakarta oleh Afaf Maulida dengan hasil penelitian. Membahas komunitas- komunitas waria yang ada di Yogayakarta serta membahas kehidupan sosial waria yang bekerja di salon yang ternyata dalam kehidupan waria juga ada klasifikasi waria kelas atas dan bawah yang juga menimbulkan diskriminasi sesame kaum waria.

Penelitian ketujuh berjudul Strategi Pemberdayaan Ekonomi Komunitas Waria melalui LifeSkill Education yang ditulis oleh Indah Mustikawati dkk membantu waria dalam mendapatkan hak- haknya serta membantu berjuang dimata masyarakat agar pndangan negative yang dimatkan kepada mereka dapat dihilangkan. Dengan membantu mengasah keahlian para waria juga mampu mempengaruhi turunya jumlah waria yang bekerja menjadi pekerja seks komersial.

Penelitian dan pemberdayaan ini juga dilakukan di Kota Madya Yogyakarta dengan menggolongkan waria sesuai karakteristiknya, seperti waria miskin, dll dengan sasaran lebih ke komunitas- komunitaswaria yang sudah ada.hal itulah yang menjadi perbedaan dalam penelitian ini. Persamaan dari penelitian ini adalah untuk membantu para waria agar tidak mendapatkan anggapan negative dari masyarakat dan mampu menghilangkan statifikasi yang ada di kelompok waria.

(6)

25 Penelitian kedelapan mengenai Perilaku Koping Waria di Surakarta. Penelitian ini lebih menggunakan sudut pandang psikologi dalam menganalisis perilaku koping yang dilakukan oleh waria serta penjelasan yang didapatkan dengan menggunakan teknik kualitatif. Berdasarkan hasil yang ditemukan di lapangan, dengan informasi yang didapatkan dari kedua pemberi informasi melahirkan dua perilaku meniru. Diantaranya adalah Emotion focused coping dan Problem focused coping. Dengan berdasarkan jenisnya, perilaku koping yang muncul yaitu Planful problem solving, Seeking social support, Distancing, dan Positive reappraisal.

Bentuk dari Emotion focused coping waria yang pernah terjadi di daerah Surakarta yaitu dengan melakukan cengkrama bersama teman sesama waria dan melakukan ibadah dengan tidak terlalu memikirkan pendapat maupun ejekan orang lain tentang dirinya. Sedangkan problem focused coping yang diperbuat oleh waria adalah dengan mejelaskan baik ke keluarga, teman, hingga masyarakat mengenai peran dan identitas mereka. Hal tersebut merupakan salah satu langkah yang diambil informan meskipun akan mendapatkan penolakan serta diskriminasi yang diberikan oleh masyarakat sekitar.(Studi et al., 2018).

Penelitian kesembilan oleh Devie Lya Saraswati tentang Eksplorasi Kepribadian Waria Dalam Perspektif Psikologi Individual. Dengan lebih banyak membahas penelitain ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kepribadian waria, yaitu sebutan bagi male-tofemale transeksual di Indonesia. Hasil penelitian ini didapat dengan cara mewawancarai beberapa waria. Perbedaan penelitian ini hanya berbasis data yang di dapat dari individu waria saja, bukan didapat dari kelompok dan melihat bagaimana cara waria tersebut mempertahankan jati dirinya didalam suatu kelompok masyarakat.

(7)

26 Penelitian terakhir yang menjadi literature review berjudul Dukungan Sosial Pada Waria oleh Nur Andhiny .dengan hasil penelitian. Dukungan sosial dengan melibatkan dari orang tua, guru dan pembimbing diharapkan agar dapat mempertahankan imun dan memperkuat kesehatan jasmani maupun kesehatan rohani para waria. Hal tersebut diharapkan mampu mengurangi atau bahkan menghilangkan gangguan yang dialami oleh para waria. Dengan melihat hasil observasi dan wawancara, tingkat dukungan sosial yang diberikan kepada teman- teman waria dari keluarga maupun masyarakat yang berhubungan langsung dengan kegiatan ponpes waria dianggap kurang, akan tetapi mendapatkan dukungan dari pembimbing dan teman sesama waria dari segi dukungan sosial terhadap para waria.(Nur Adah Andhiny, n.d.).

Kelebihan dari penelitian ini adalah dengan adanya dukungan dari orang- orang terdekat seperti sahabat, keluarga, dan teman mampu membantu waria dalam mempertahankan hidupnya di tengah- tengah masyarakat, karena banyak waria yang stress bahkan bunuh diri karena tekanan dari keluarganya sendiri. Sehingga hal inilah yang menjadikan persamaan dalam penelitian saya dengan melihat dukungan- dukungan orang sekitar maupun komunitas untuk mempertahankan dirinya.

Sebanyak sepuluh penelitian terdahulu yang diberikan di literature review dapat ditelaah bahwasanya waria merupakan sosok yang masih dipandang sebelah mata keberadaanya, stigma yang melekat pada diri para waria mengakibatkan keberadaanya tidak sepenuhnya mendapatkan hak-hak hidupnya. Mulai dari beribadah, bekerja, hingga hidup yang layak di tengah masyarakat. Banyak muncul tindakan-tindakan diskriminasi yang dilakukan oleh kelompok mayoritas kepada kelompok minoritas, sehingga kelompok seperti waria kehilangan jati dirinya, terutama sebagai warga negara.

(8)

27 Kesimpulan dari sepuluh penelitian terdahulu adalah mengenai realitas kehidupan waria dalam mempertahankan jati dirinya serta mempertahankan hidupnya.

Sehingga banyak sekali upaya-upaya yang dilakukan, ada yang membentuk forum waria, ada yang mencoba melakukan pemberdayaan dengan mengasah kemampuan dalam merias wajah dan aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan masyarakat agar dapat berbaur di dalamnya. Hal inilah yang menjadi penguatan dan sumbangsih terhadap penelitian yang akan dilakukan, yang mana adanya pondok pesantren waria merupakan salah satu upaya guna mempertahankan jati diri dan hidup para waria agar mendapatkan hak-haknya sebagai warga negara dan makhluk ciptaan tuhan.

2.2 Kerangka Teori

Stuart Hall (Culture Studies)

Stuart Hall merupakan salah satu pencetus teori mengenai kajian budaya. Stuart Hall sendiri adalah seorang tokoh sosiolog dan seorang teoritikus budaya. Stuart Hall merupakan alumni dari Universitas Oxford yang menjadi pengganti kedudukan Richard Hoggart yang merupakan salah satu pencetus teori cultural studies dan kemudian menggantikan posisinya menjadi direktur CCCS (Centre for Contemporary Cuktural Studies) pada tahun 1968 sampai 1979.

Subyektivitas

Subyektivitas merupakan suatu kondisi yang mengacu pada seorang pribadi dan suatu proses untuk menjadi seorang pribadi. Subyektivitas juga berbicara mengenai bagaimana kita dibentuk untuk menjadi suatu subyek yang terikat pada proses-proses sosial yang menciptakan kita sebagai subyek untuk individu lain dan diri kita sendiri.

Identitas

(9)

28 Identitas merupakan salah satu konsepsi mengenai diri kita atau bisa disebut dengan identitas diri, sedangkan untuk identitas sosial berasal dari anggapan dan harapan dari orang lain atau masyarakat. Baik dari subyektivitas dan identitas, keduanya menyerupai ceritas agtaupun narasi. Menurut Giddens identitas merupakan diri yang dipahami secara efektif oleh orang dalam konteks biografi dirinya sendiri.

Culture studies merupakan salah satu studi yang menarik serta banyak

dibicarakan oleh kalangan akademis dewasa. Kajian yang dia miliki cukup luas, diantaranya seperti makanan, olahraga, identitas, film, teater, media, budaya, dan perbedaan. Culture studies mampu menembus dan bersinggungan dengan beberapa bidang ilmu seperti antropologi, psikologi, filsafat, teori sastra, teori sosial, politik, seni, humaniora, bisnis, manajemen, komunikasi, hingga sains serta teknologi.

Culture studies memiliki beberapa pengertian, yang pertama adalah dipahami

sebagai kajian yang membahas tentang relasi atau hubungan antara kekuasaan dan kebudayaan, yang kedua adalah sebagai kajian tentang seluruh praktik intuisi serta sistem klarifikasi yang sudah tertanam pada nilai-nilai partikular, kebiasaan, kepercayaan, serta bentuk-bentuk perilaku biasa dari populasi.

Pengertian yang ketiga dipahami sebagai kajian yang berkaitan dengan bentuk- bentuk kekuasaan yang berhubungan dengan gender, ras, kolonialisme, kelas, dan lain- lain. pengertian terakhir adalah mengenai berbagai yang kaitan yang ada di luar konteks dunia akdemis dengan gerakan-gerakan sosial dan juga politik, manajemen kebudayaan, pekerja di lembaga-lembaga kebudayaan dan lain sebagainya (Barker,2004)

Konsep antara subyektivitas serta identitas sangat berkaitan erat secara virtual sehingga tidak dapat dipisahkan. Akan tetapi, pandangan terhadap subyektivitas dapat mengarah pada situasi dimana menjadi diri sendiri sebagai pribadi serta mengikuti

(10)

29 rangkaian dimana menjadi seorang pribadi. arti kata “kita” dilahirkan untuk menjadi subyek yang mana berkaitan pada terjadinya proses-proses sosial yang mampu menciptakan kata subyek untuk diri kita dan orang lain.

Konsepsi mengenai identitas diri yaitu dengan meyakini tentang diri kita, sedangkan harapan serta pendapat orang lainlah yang menjadikan dan membentuk suatu identitas sosial. Sehingga keduanya menjadikan suatu bentuk narasi atau cerita, ketika bertanya guna mengeksplorasi identitas adalah bagaimana orang lain melihat kita dan kita melihat diri kita.

Peran Pondok Pesantren Waria Al-Fatah yang berada di Kotagede Yogyakarta merupakan salah satu wujud sebagai wujud identitas bagi para waria untuk menunjukan keberadaanya di tengah-tengah masyarakat, karena identitas dianggap memiliki sifat personal dan sekaligus sosial serta dapat menandai bahwasanya kita sama atau berbeda dengan orang lain. Peran dari pondok pesantren sendiri sebagai wadah bagi para waria dalam mengekspresikan identitasnya lebih baik dipahami tidak sebagai entitas tetap, akan tetapi sebagai deskripsi mengenai diri kita sebagai emosiaonal.

Subyektivitas dan juga identitas merupakan produk dari kultural yang spesifik dan tidak abadi. Jadi yang dimaksud oleh seorang pribadi adalah ‘seluruh aspek’ sosial serta kultural. Sehingga sebuah identitas adalah konstruksi sosial yang tidak eksis di luar representasi akulturasi dan juga kultural. Dunia Barat mendiskripsikan kita yang memiliki diri sejati, yaitu suatu identitas yang dapat kita kenal dan miliki. sehingga membentuk pandangan bahwasanya identitas dapat diekspresikan melalui serta menggunakan berbagai macam bentuk repersentasi yang dapat diidentifikasi oleh diri sendiri serta orang lain. Pencarian suatu identitas berdasarkan gagasan bahwa terdapat suatu yang harus ditemukan, bahwasanya diri yang kita miliki semua menjadi inti universal sebagai identitas. Adanya asumsi esensialisme yang mendeksripsikan diri kita

(11)

30 dengan mencerminkan suatu identitas esensia, sehingga dengan berdasarkan logika tersebut akan timbul esensi remaja, maskulinitas dan feminitas, serta kategori-kategori sosial lainya.

Sama halnya dengan waria yang mengalami krisis identitas di tengah-tengah masyarakat, dimana identitas adalah diri seperti yang sudah dipahami secara refleksif oleh seseorang di dalam konteks biografi yang dimiliki. Seperti halnya relasi hingga anggapan hingga sudut pandang kyai terhadap para santri waria dan peran pondok pesantren waria dengan memberikan pelajaran mengenai keagamaan, pengembangan diri, serta menjalankan program-program pondok pesantren yang bertujuan positif serta sesuai dengan apa yang dibutuhkan oleh waria.

Identitas memiliki sifat kultural dalam segala bentuk aspeknya, serta memiliki sifat khas sesuai waktu maupun ruang tertentu guna menandakan bahwasanya bentuk dari identitas itu sendiri dapat berubah dan terkait dengan kultural dan konteks sosial.

identitas bukan suatu benda, identitas merupakan salah satu pendeskripsian ke bahasa.

Identitas tidak membangun dirinya sendiri melainkan sebuah aspek yang secara keseluruhan kultural karena terbentuk melalui proses alkulturasi. Sehingga dapat disebut sebagai subyek sosiologis karena diri yang disosialisasikan (Barker 2004)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian membuktikan psikoedukasi berpengaruh terhadap penurunan tingkat depresi pada pasien kanker serviks yang menjalani kemoterapi yaitu dari nilai mean

Keberhasilan pembelajaran menulis narasi dengan menerapkan penulisan jurnal dapat diperoleh apabila (1) guru mampu menjelaskan tentang penulisan jurnal dengan baik, (2) guru

Tujuan perancangan projek adalah untuk menentukan kaedah yang akan digunakan untuk merancang sesuatu projek.. Walau bagaimanapun, kejayaan sesuatu perancangan adalah bergantung

Bimbingan agama Islam dalam rangka meningkatkan motivasi beragama bagi para waria di pondok pesantren waria Senin-Kamis Yogyakarta yang dilakukan dengan berbagai macam bentuk yang

Mulai dari keputusannya untuk meninggalkan bangku sekolah dasar, pindah agama (dari agama Katholik ke Islam), sampai dengan kehidupan malamnya. Akhirnya sekitar tahun

Berdasarkan dokumen ISR terbaru, sebagian besar capaian indikator PDO maupun intermediate result proyek telah mendekati target, beberapa diantaranya telah melampaui

Az arany-, ezüst- és színesfém edények, mint a kés ókori mediterrán magaskultúra mvészeti alko- tásai vagy mindennapi kézmves termékei, a Római, majd a Bizánci

Penyesuaian akibat penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing Keuntungan (kerugian) dari perubahan nilai aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual. c Bagian