TEKNOLOGI PRODUKSI BAWANG MERAH
OFF-SEASON MENGANTISIPASI PENGATURAN IMPOR PRODUK B. MERAH
S u w a n d i
DASAR PEMIKIRAN
Bawang merah merupakan salah satu komoditi strategis dan ekonomis untuk pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat.
masalah yang dihadapi masyarakat tingkat ketersediaan B. merah (bulan Januari s/d April/mei 2013 ),
harga B. merah sangat mahal (2-4) kali lipat, yaitu (Rp 45 000–Rp 50 000/kg, VS harga normal Rp 8 000- Rp 12 000/kg).
Teknis penyediaan B. merah melalui produksi dalam negeri secara optimal biasanya dilakukan pada ekosistem lahan sawah irigasi, yaitu pada MK-I dan MK-II (April/Mei s/d Oktober/Nopember).
Produksi B. merah off-season atau musim hujan (Nop/Des s/d April/Mei) pada ekosistem tersebut sangat minimal (< 30 %) luas areal tanamnya, serta
usahatani bawang merah pada saat tersebut dianggap tidak efisien.
Pada MP, petani juga lebih memilih menanam padi (TP) disertai adanya penerapan Perda yang mengharuskan petani menanam (padi) di MH.
Neraca impor-ekspor bawang merah segar tahun 2010 produksi bawang merah adalah 1.048.934 ton dan impornya 70.573 ton dengan perbandingan impor/produksi sekitar 6.73 %, sementara di tahun 2011 produksi bawang merah sebesar 1.048.228 ton dan impornya 6.290 ton dengan persentase impor/produksinya meningkat menjadi 13.81 % (Ditjen Hortikultura, 2012).
Produksi bawang merah dalam negeri cukup memadai secara kuantitas dalam memsuplai kebutuhan konsumsi, namun karena tingkat ketersediaan yang fluktuatif khususnya pada bulan Desember-April, maka terjadi gejolak harga di pasaran.
Solusi penyediaan antara lain dari impor Bawang merah !
Sumber impor tersebut adalah berasal dari Filipina, Vietnam, Thailand, India, dan Taiwan.
No Komoditi
Volume (ton)
% Impor/
Produksi
Produksi Impor Ekspor
2010 2011 2010 2011 2010 2011 2010 2011
1. B. Merah 1048934 1048228 70573 149771 3232 6290 6.73 13.81
2. Kentang 1060805 1060579 24204 58388 6772 4048 2.28 5.34
3. Wortel 403827 408579 33692 28611 5 29 8.34 6.89
4. Cabai 1328864 1332248 1850 7240 1504 1134 0.14 0.53
5. Kubis 1385044 1384656 1228 566 31941 18036 0.09 0.04
6. B. Putih 12295 12341 361289 351890 279 179 6.73 2770.79
Lampiran 1. Volume produksi, impor dan ekspor sayuran segar (2011-2012)
Karakteristik Budidaya bawang merah sbb :
• Budidaya bawang merah yang produktif efisien :
lahan subur dan musim kemarau, beririgasi (lahan bekas tebu atau padi sawah dengan pengairan yang baik)
Sebaliknya pada musim hujan usahatani bawang merah pada lahan tsb.
selain tidak cocok/efisien banyak penyakit, hasil dan kualitasnya rendah.
• Dari aspek non teknis rantai pasok sistim penyediaan produk ini tergolong relatif panjang, handling faktor harus ditanggung konsumen (margin ganda)
Posisi tawar petani lemah dan sulit mendapatkan harga pasar yang wajar.
Satu periode on-farm 100 hari vs 10-15 hari pemasaran.
• Aspek lain bahwa tingkat keberdayaan petani sayuran terkait dengan askses terhadap informasi dan teknologi.
Permentan : 60/2013 tentang pengaturan impor produk hortikultura, termasuk Bawang merah.
Namun demikian implementasinya harus cermat dan antisipatif mengatasi permasalahan riil di lapangan.
Bagaimana implementasinya !!!
INOVASI TEKNOLOGI UNGGULAN B. MERAH
Salah satu upaya yang bisa dilakukan untuk mengatasi masalah
fluktuasi harga bawang merah yang tinggi, menurunkan harga di tingkat konsumen adalah dengan memperbaiki sistim budidaya tanaman
sayuran bersangkutan secara lebih efisien. Biaya produksi tinggi !
Inovasi dalam mengantisipasi kebijakan pengaturan impor produk hortikultura pada komoditas bawang merah adalah meningkatkan produksi komoditas tersebut secara nasional sepanjang tahun dan
meningkatkan daya saing produk sesuai kebutuhan baik secara kuantitas maupun kualitas, serta sekaligus mampu melindungi petani produsen dan tingkat kesejahteraannya.
Pendekatannya perlu dilakukan secara simultan dari aspek teknis sistim produksi maupun aspek non-teknis dan kelembagaannya.
Kalender Tanam/Produksi Bawang merah vs Agroekosistem dan Musim (MK/MP)
Agroekosistem/
waktu tanam/
produksi
Bulan
J F M A M J J A S O N D
Lahan Sawah Irigasi XXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXXX X
J F M A M J J A S O N D
Lahan
Kering/Tegalan
XXXXXXXXXXXXXXX XXXXXXX
A. Pendekatan dari sistim produksi.
Menjaga keseimbangan usahatani bawang merah antara musim kemarau dan musim hujan, yaitu melalui penataan sistim tanam di lahan bekas sawah untuk sistim produksi bawang merah musim kemarau (in-season) yang memiliki sistim pengairan yang baik.
Di lain pihak sistim produksi bawang merah di musim hujan (off-
season) dapat dikembangkan pada lahan kering atau lahan sub-
optimal dengan penerapan teknologi unggul di lahan kering
Dukungan teknologi sistim produksi (off-season) untuk agroekosistem lahan kering :
Ketersediaan varietas bawang merah unggul yang disukai petani/
konsumen, dimana tersedia VUB bawang merah (Sembrani, Trisula dan Pancasona) dengan potensi hasil mencapai 22 ton/ha dan cocok untuk musim hujan.
Teknologi pengelolaan pupuk, untuk pemupukan organik, NPK
sesuai kebutuhan tanaman bawang merah dan agroekosistem, serta peluang pemanfaatan mikroba berguna dalam penerapan teknologi ramah lingkungan. pengelolaan air pengairan !
Aspek penerapan teknologi pengendalian hama dan juga penyakit utama bawang merah ramah lingkungan, al. pendekatan ambang kendali, musuh alami, dst.
Terobosan alternatif Teknologi budidaya bawang merah
menggunakan biji botani bawang merah (TSS = True Shallot Seed) dalam sistim produksi bawang merah konvensional, baik untuk lahan sawah maupun lahan kering atau tegalan.
Teknologi ini meliputi, varietas yang sesuai, teknik produksi benih botani (TSS) dan teknik produksi umbi konsumsi
menggunakan biji botani.
Dukungan teknologi dalam panen dan penanganan hasil panen bawang merah yang tepat, memperhatikan karakteristik umur/
kematangan fisiologis tanaman dan penanganan pasca panen dalam pengeringan, sortasi, sistem pengemasan dan teknik penyimpanan umbi bawang merah.
Calon Varietas TSS
Potensi hasil : 20.04 t/ha
Potensi hasil : 21.35 t/ha
TEKNOLOGI PRODUKSI BENIH BOTANI
(TSS= True Shallot Seed)
B. Pendekatan non-teknis dan kelembagaan.
Analisis marjin pemasaran komoditas bawang merah tahun 2010 dapat dikatakan bahwa sistim pemasaran bawang merah produksi dalam negeri cukup efisien.
rantai pasok yang pendek, distribusi lancar & murah dan pembagian keuntungan relatif adil di semua pelaku usaha. (Lampiran 2 & 3)
Dalam pemasaran bawang merah sedikit kesempatan bagi petani untuk dapat menjual produknya berdasarkan perbedaan kualitas,
tidak ada perbedaan harga buat petani menghasilkan produk berkualitas, dibanding para pedagang yangmendapatkan keuntungan dari penjualan produk berdasarkan kualitas atau hasil grading (Laporan Bank Bunia, 2007).
Masuknya pedagang bermodal besar dalam alur pemasaran berdampak kurangnya dominasi dari broker-broker kecil di daerah dapat memperpendek rantai pasok sampai ke pengecer di perkotaan.
Petani/
Kelompok Tani
Pedagang Pengumpul Lokal (Pasar. Klampok &
Pasar. Sengon Brebes)
Pasar Induk Kramat Jati, Cibitung (Bekasi), dan Tanah Tinggi (Tangerang)
Konsumen Pengecer
Importir Super Market
(11-15) %
Lampiran 2. Rantai pemasaran Bawang Merah Pulau Jawa.
No. Uraian Harga (Rp/Kg)
Biaya (Rp/Kg)
Marjin Pemasaran
Persentase (%)
I. Petani
Harga Jual 10.000,00 45,45
II. Pedagang Pengumpul 2.000,00 9,09
Harga Beli Biaya
Keuntungan Harga jual
10.000,00
13.000,00 862,14 1.137,86
3,92 5,17 59,09
III. Pedagang Pasar Induk 5.000,00 22,73
Harga beli Biaya
Keuntungan Harga jual
13.000,00
18.000,00 3.104,21 1.895,79
14,11 8,63 81,82
IV. Pedagang Pengecer 4.000,00 18,18
Harga beli Biaya
Keuntungan Harga jual
18.000,00
22.000,00 2.100,00 1.900,00
9,55 8,64 100,00
V. Konsumen
Harga beli 22.000,00
Lampiran 3. Analisis Marjin Tataniaga Bawang Merah dari Brebes ke Pasar Induk Kramat Jati, DKI Jakarta 2010
SARAN KEBIJAKAN
Melakukan pemetaan dalam mengantisipasi penataan sistim produksi bawang merah berdasarkan kondisi agroekosistim budidaya (lahan sawah dan lahan kering) dan prakiraan musim/iklim, serta penerapan inovasi teknologi unggulan nasional dan/atau spesifik lokasi.
Diperlukan dukungan dan peran pemerintah mulai mulai perencanaan produksi bawang merah (off-season) pada musim penghujan (Desember s/d April/Mei) di lahan kering, termasuk dukungan/subsidi saprodi (bibit, pupuk dan pestisida) yang terjangkau.
Fasilitasi modal usahatani bawang merah off-season tersebut dan dukungan sistim perbenihan bawang merah TSS sangat diperlukan petani.
Peningkatan dan perbaikan inprastruktur pemasaran dan transfortasi di daerah sentra untuk produk sayuran/bawang merah .
SARAN KEBIJAKAN
Melakukan pengaturan impor produk bawang merah segar bersipat antisipatif dan dinamis menyesuaikan waktunya secara tepat menjadi sangat penting dilakukan pemerintah dalam mengatasi penyediaan produk yang cukup dipasaran,
produk impor hanya masuk dan tersedia di saat produksi off- season. Hal tersebut sangat penting untuk melindungi produksi
bawang merah dalam negeri dan fluktuasi harga bawang yang tinggi, sekaligus proteksi petani bawang merah.