• Tidak ada hasil yang ditemukan

sendiri yang memiliki suatu hal yang khusus, tersendiri, tidak bisa sembarangan. Cerminan dari sebuah keindahan dan keunikan pun akan terlihat di dala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "sendiri yang memiliki suatu hal yang khusus, tersendiri, tidak bisa sembarangan. Cerminan dari sebuah keindahan dan keunikan pun akan terlihat di dala"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

KONSEP PERANCANGAN INTERIOR

5.1

Konsep Citra

Konsep citra dalam perancangan interior terbagi ke dalam dua hal, yaitu

tema dan style. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

5.1.1 Tema

“Beauty of Rustic” merupakan sebuah konsep pada proyek kali

ini. Beauty itu sendiri berarti, seusuatu nilai – nilai yang memberi

kesenangan atau kenikmatan kepada seluruh indera manusia , sesuatu

yang menakjubkan, sesuatu yang menarik. Hal tersebut memiliki

keterkaitan dengan karakteristik wine itu sendiri yang khusus dan unik.

Rustic merupakan sesuatu hal yang berhubungan dengan keindahan alam, natural, countryside. Hal tersebut merupakan karakter

yang dari wine itu sendiri yang berasal dari alam, di mana kesan yang

akan ditampilkan adalah kesan alam yang memiliki tekstur yang kasar.

Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan kesan hangat seperti sensasi

yang timbul sewaktu meminum wine.

Penulis menggunakan konsep ini dikarenakan pada proyek ini hal

yang terpenting di dalamnya adalah unsur unik dari wine tersebut dan

(2)

sendiri yang memiliki suatu hal yang khusus, tersendiri, tidak bisa

sembarangan.

Cerminan dari sebuah keindahan dan keunikan pun akan terlihat

di dalam proyek ini, sehingga manusia dapat merasakan makna yang

tersirat jika sedang berada di dalam wine house ini, karena pada dasarnya

orang datang ke tempat ini dengan perasaan ingin mencari ketenangan

dan relaksasi.

5.1.2 Style

Konsep Style yang digunakan di dalam perancangan interior wine

house ini adalah konsep yang dapat membuat manusia merasakan

kenyamanan dan ketenangan di dalam setiap ruangnya. Style yang akan

digunakan adalah style modern. Style modern ini merujuk pada kesan

yang sederhana dan tidak berlebihan, bentuk-bentuk interior modern

mengarah pada bentuk dasar seperti lingkaran, bentuk yang tidak tajam.

Style ini digunakan karena melihat adanya teknologi-teknologi yang ada

pada jaman sekarang ini yang semakin maju dan perkembangan jaman,

sehingga menimbulkan bentuk-bentuk yang sederhana yang dihasilkan

(3)

Gambar 5.1 Interior modern

Sumber : http://horizontelibertario.blogspot.com/2011/06/these-modern-interior -style.html

Gambar 5.2 Interior modern

Sumber : http://modern-interior-design-info.blogspot.com/2012_01_01_archive.html

5.2

Konsep Bentuk

Bentuk-bentuk yang akan digunakan pada proyek ini adalah bentuk yang

harus mencerminkan kekuatan konsep “Beauty of Rustic”. Bentuk informatif

harus mempertimbangkan aspek kesadaran manusia pada saat berinteraksi dengan

lingkungannya, bentuk geometris merupakan pendekatan yang menarik agar

terlihat interior yang stabil, seimbang, dan established (mapan). Wine House ini

merupakan sebuah ruang yang dikunjungi manusia secara berkala, sehingga

(4)

Gambar 5.3 Bentuk lengkung pada interior

Sumber : http://www.afriklinks.org/organic-interior-designs.html/organic-interior-designs2

Gambar 5.4 Bentuk geometris pada interior

Sumber : http://houseinteriordesignz.blogspot.com/2009/05/modern-geometric-home-luxury-home.html

5.3

Konsep Pencahayaan

Pada prinsipnya, pencahayaan alami direncanakan sebagai sumber cahaya

untuk fasilitas gedung. Pencahayaan buatan merupakan fasilitas penunjang.

Pencahayaan yang digunakan mencerminkan konsep “Beauty of Rustic”. Manusia

pada dasarnya menginginkan dan mengharapkan sebuah interior pencahayaan

yang tidak terlalu membuat mata mereka silau dan memuat mereka bimbang,

sehingga mereka betah dan merasa nyaman berlama – lama di dalamnya.

Sehingga pencahayaan yang baik dan nyaman harus terlihat di dalam wine house

(5)

adalah pencahayaan yang berkesan hangat bagi ruangan yang dan dapat membuat

manusia nyaman di dalam ruangan. Pada bagian area tempat makan akan

menggunakan pencahayaan yang terang, akan tetapi tidak membuat silau mata

para pengguna ini, hal tersebut dikarenakan pencahayaan yang buruk dapat

membuat orang yang makan di dalamnya tidak merasa nyaman, pada dasarnya

manusia makan dalam kondisi ruangan dengan pencahayaan baik. Intensitas

cahaya yang dimaksud adalah intensitas yang membuat orang betah berada di

dalam wine house. Sementara pada bagian bar and lounge pencahayaan yang

lebih redup dapat digunakan.

Pencahayaan tersebut dapat dibagi ke dalam dua kategori :

1. Fungsional

Pencahayaan fungsional dapat diterapkan pada area – area yang

tidak membutuhkan ambience, seperti : area kitchen, area office, dan lain –

lain. Pada pencahayaan fungsional biasanya konsep tidak begitu terasa, hal

ini dikarenakan yang diutamakan adalah aspek fungsional.

2. Ambience

Pencahayaan ambience merupakan pencahayaan yang

mengutamakan suasana, biasanya diterapkan pada area – area yang

memerlukan ambience tertentu, seperti : area dinning, bar, lounge, dan

lain – lain. Hal tersebut diperlukan sebagai pembentuk suasana bagi

(6)

Gambar 5.5 Warm interior

Sumber : http://archnewhome.com/snow-house-design/casa-techos-roof-house-by-mathias-klotz/attachment/warm-interior-casa-techos-by-mathias-klotz

5.4

Konsep Penghawaan

Pada dasarnya sebuah gedung pasti membutuhkan penghawaan di

dalamnya. Penghawaan yang membuat manusia nyaman di dalam sebuah ruangan

adalah penghawaan yang tidak terlalu dingin pada setiap ruangannya. Oleh karena

itu pada wine house kali ini penghawaan yang digunakan adalah penghawaan

buatan. Penghawaan buatan yang akan digunakan adalah pendingin ruangan atau

AC. Suhu udara yang akan dihasilkan oleh AC ini kurang lebih 18°C.

Penghawaan alami dapat di gunakan pada proyek ini secara maksimal, hal ini

dikarenakan lokasi site yang berada di dataran tinggi pegunungan.

Penghawaan itu sendiri mementingkan dua hal :

1. Kenyamanan manusia sebagai pengguna

dalam proyek ini kenyamanan pengguna sangat penting untuk

menentukan kondisi fisik maupun mental dari pengguna, sehinga

kenyamanan manusia dalam proyek ini sangat mengoptimalkan

penghawaan alami dari bangunan, yang merupakan potensi dari bagunan

dan site ini sendiri

(7)

Wine itu sendiri harus diperhatikan dalam proyek ini, di mana wine

itu merupakan bagian terpenting dalam proyek ini. Tempat penyimpanan

wine itu sendiri memerlukan suhu yang stabil, sehingga diperlukan sistem

penghawaan buatan yang khusus, dan dapat membantu dalam proses

penyimpanaan wine itu sendiri.

Gambar 5.6 AC

Sumber : http://www.tokoaconline.com/ac-split-panasonic/

Gambar 5.7 Exhaust

Sumber : http://www.exhaust-fans.net/commercialfans-c-1_2.html

5.5

Konsep Warna

Warna – warna yang digunakan harus mencerminkan konsep dan karakter

(8)

1. Natural

Menggunakan warna – warna yang memberikan kesan natural dan

warna – warna yang mewakili buah anggur tersebut, seperti : hijau, merah,

creame, abu – abu, dan lain – lain. 2. Exclusive

Menggunakan warna – warna yang memberikan kesan exclusive,

seperti : abu – abu, hitam, coklat, dan lain – lain.

3. Hangat

Menggunakan warna – warna yang dapat memberikan kesan

hangat pada interior, seperti : merah, coklat, dan lain – lain.

Gambar 5.8 Merah dan turunannya

(9)

Gambar 5.10 Coklat dan turunannya

Gambar 5.11 Hijau dan turunannya

5.6

Konsep Material dan Finishing

Material yang digunakan adalah material – material alami yang merupakan

cerminan dari konsep “Beauty of Rustic”. Hal tersebut dapat terlihat dari

penggunaan material alami yang jarang digunakan. Material yang digunakan juga

dapat mencerminkan kesan Rustic itu sendiri dan dapat diaplikasikan sebagai

implementasi dari konsep itu sendiri, yang tercermin dalam penggunaan material

bertekstur dan apa adanya.

Material – material yang merupakan salah satu contoh material yang

(10)

Gambar 5.13 batu kali

Sumber : http://blogargajogja.com/tips-and-triks/tanya-jawab-seputar-batu-alam.html

Gambar 5.14 Tembok kayu

Sumber : http://somadesigns.blogspot.com/2011/08/wood-walls-and-breaks.html

Menggunakan material bertekstur itu sendiri dapat menciptakan ambience

untuk suatu ruangan. Hal tersebut dapat tercipta secara alami dengan bantuan

(11)

BAB VI

IMPLEMENTASI DESAIN

6.1 Ruang Lobby

Lobby merupakan area yang pertama dikunjungi ketika pengunjung

memasuki suatu bangunan. Maka dari itu lobby harus mampu menampilkan

gambaran mengenai citra sebuah perusahaan dan suasana yang ingin ditonjolkan

sesuai dengan konsep yang telah terpilih seperti yang telah dipaparkan pada bab

sebelumnya. Citra ruang yang ingin disampaikan pada ruang lobby ini adalah

sebuah interior yang menonjolkan kesan rustic dan alami, namun tetap

menampilkan kesan yang eksklusif.

Lobby merupakan sebuah area yang dilalui pada saat proses pemindahan wine dari wine cellar menuju customer pada area restaurant. Oleh sebab itu maka

harus diterapkan beberapa treatment khusus agar wine tersebut dapat terjaga

suhunya.

Pada area lobby terdapat banyak bukaan, dimana udara banyak masuk

kedalam area ini, sehingga suhu udara pada luar dan dalam ruangan sama yaitu

berkisar antara 18°C – 19°C pada malam hari dan 20°C – 21°C pada siang hari.

Pada siang hari pemanfaatan terhadap penghawaan buatan seperti ac dan air

(12)

biasanya digunakan pada area perbatasan antara area luar dan dalam15. Hal

tersebut bertujuan agar udara dingin yang berada di dalam ruangan tidak mengalir

keluar ruangan, itu disebabkan oleh angin stream yang dikeluarkan oleh

air-curtain itu sendiri sehingga membentuk sebuah air-barrier.

Setiap benda atau zat yang ada memiliki kemampuan untuk menyerap

panas, setiap benda memiliki kemampuan menyerap yang berbeda – beda, hal

tersebut disebut heat-capacity.

Lalu pembuatan kolam berbentuk water-stream. Hal ini bertujuan, agar

dapat menurunkan suhu ruangan, dimana penggunaan air dalam suatu ruangan

dapat menurunkan kira – kira 1°C – 2°C suhu ruangan tersebut. Air merupakan

sebuah zat yang dapat menyerap panas tanpa menaikan beberapa derajat suhu air

itu sendiri, dibandingkan dengan zat – zat lain16.

Selain itu, penggunaan material pada dinding adalah batu andesit, hal

tersebut untuk menambah kesan natural dari interior tersebut. Batu juga memiliki

kemampuan untuk menyerap panas, yaitu 0.84 ( kJ/kg K ).17Sedangkan pada

ceiling menggunakan mahogany wood yang merupakan bahan yang biasa

digunakan pada wine racking system. Pada lantai menggunakan acian beton,

dimana memiliki ketahanan terhadap panas dan kelembaban yang baik, juga untuk

memberi kesan rustic itu sendiri. Implementasi desain dipaparkan melalui:

1. Konsep Citra

15http://www.engineeringtoolbox.com/air-curtains-d_129.html accessed on 16 june 2012,

13:10 PM

16

http://www.freedrinkingwater.com/water_quality/water-science/j-7-08-can-water-absorb-heat-better-than-most-substances.htm accessed on 16 june 2012, 13:12 PM

17http://www.engineeringtoolbox.com/specific-heat-solids-d_154.html accessed on 16 june,

(13)

Citra pada ruang lobby yang rustic atau countryside, alami, dan

eksklusif di tuangkan dalam pembentukan suasana ruang yang banyak

menggunakan unsur-unsur alam seperti penggunaan material alami,

keterbukaan ruang, pemaksimalan pencahayaan, wall panel yang menggunakan bentuk alam hingga pengadaan waterstream. Hal ini

ditujukkan untuk dapat memberikan kesan seperti berada di alam kepada

seseorang ketika pertama kali memasuki ruangan dengan merasakan dan

melihat dengan panca inderanya akan suasana alami yang tercipta.

2. Konsep Bentuk

Bentuk yang dituangkan ke dalam ruang lobby merupakan

penggambaran akan suasana alami, yang terdapat pada sentuhan modern di

dalamnya untuk mendapakan kesan alami ketika memasuki ruang lobby.

Bentuk-bentuk dinamis juga diterapkan di dalam lobby seperti bentuk

melengkung karena bentuk melengkung cenderung mengarahkan sirkulasi

pengunjung. Selain terlihat dari bentuk layout, sirkulasi juga ditunjukkan

melalui pola lantai. Bentuk - bentuk furniture yang digunakan pada ruang

lobby merupakan furniture dengan bentuk geometris tetapi tetap terbalut

(14)

Gambar 6.1 Layout lobby

Gambar 6.2 Potongan lobby

3. Konsep Warna dan Material

Warna-warna yang tercipta pada ruang lobby muncul dari

penggunaan material alami pada hampir semua permukaan lobby. Lantai

yang didapat dari penggunaan acian beton dengan warna abu - abu tua

untuk memberi kesan rustic yang kuat, penggunaan batu alam seperti batu

andesit berwarna abu – abu tua dan batu bata pada dinding, serta coklat

yang muncul dari penggunaan kayu untuk wall panel. Penggunaan warna

(15)

suasana alami. Pemilihan itu tetap berdasarkan konsep dan sifat teknis dari

wine itu sendiri.

4. Konsep Pencahayaan

Pada area lobby, untuk pagi hingga sore hari penggunaan

pencahayaan alami lebih dimaksimalkan karena banyaknya

bukaan-bukaan pada ruang, yang merupakan salah satu potensi dari bangunan. Hal

ini juga ditunjukkan untuk memaksimalkan suasana alami serta lebih

mengurangi penggunaan energi. Pencahayaan alami yang kondusif, dapat

mempengaruhi suasana sebuang ruang menjadi lebih alami. Sedangkan

untuk malam hari, pencahayaan yang berkesan elegan ditonjolkan pada

ruang lobby seperti warm light seperti lampu halogen, indirect light pada

ceiling dan area reception, yang bertujuan untuk mendapatkan suasana

eksklusif dan hangat, di mana pada saat malam hari kondisi lingkungan

sekitar yang cenderung dingin.

5. Konsep Penghawaan

Penghawaan yang digunakan pada area lobby adalah penghawaan

alami karena lobby memiliki banyak bukaan-bukaan. Penggunaan

penghawaan alami ditunjang oleh penghijauan dan landscape di luar

bangunan yang merupakan potensi dari bangunan ini. Dengan keadaan

udara alami yang baik pada area lobby diharapkan dapat menambah kesan

alami dan rustic pada area ini. Tetapi digunakan pula penghawaan buatan

berupa air curtain, untuk menjaga suhu ruangan agar tetap stabil, hal

(16)

dengan wine cellar dan area yang dilalui saat wine itu bergerak dari wine

cellar menuju kepada konsumen.

6.2 Wine Cellar

Sebagai sebuah wine house, hal yang paling utama adalah sebuah wine

cellar, di mana wine cellar tersebut merupakan suatu karakter dari sebuah wine house. Pengolahan desain pada ruang wine cellar juga tetap mengedepankan alam

sebagai unsur utama suasana ruang. Selain memasukkan unsur alam, desain

dengan bentuk-bentuk dinamis juga diimplementasikan pada interior.

Wine cellar merupakan tempat penyimpanan wine itu sendiri, yang

merupakan area terpenting dan vital dalam sebuah wine house. Penyimpanan wine

itu sendiri harus memiliki beberapa standar – standar yang ada.

Dari segi perawatan wine itu sendiri memiliki beberapa standar yang telah

ditetapkan. Standar – standar sebuah tempat penyimpanan wine (wine cellar) :

1. Tempat gelap

2. Bersuhu stabil (10°C -15°C)

3. Tidak ada getaran

4. Tidak terkena sinar matahari langsung

5. Jauh dari sumber panas

6. Kelembaban udara stabil (55%-75%)

Standarisasi sebuah wine cellar :18

Wine cooling system

(17)

Pada ruang ini akan digunakan split cooling system, terdiri dari condensing

unit, evaporator coil, dan line sets. Sistem cara kerjanya sama seperti ac split. Hal

ini dimungkinkan karena sistem seperti ini dapat mengurangi panas, suara, dan

kebutuhan ventilasi sebagai pembuangan.

Wine cellar racking

Biasanya kayu yang digunakan adalah kayu redwood dan mahogany, hal

tersebut dikarenakan kedua kayu tersebut memiliki ketahanan terhadap jamur dan

daya serap air lebih tinggi daripada kayu jenis lain. Selain kayu dapat pula

digunakan besi sebagai bahannya. Dalam proyek ini bahan yang akan digunakan

dalam wine rack adalah gabungan dari kayu redwood dan pipa stainless steel.

Jangan pernah menggunakan kayu cedar, karena memiliki aroma yang kuat dan

dapat merusak wine.

Perancangan sebuah wine racking system, harus memenuhi beberapa syarat

dari wine itu sendiri dari segi fisik, di mana wine itu sendiri memiliki ukurang

yang berbeda – beda. Terdapat dua golongan ukuran wine yang biasa disimpan

yaitu, standard racking dan magnum racking19. Standard racking adalah wine –

wine yang memiliki ukuran berkisar antara 5,9cm sampai 8,6cm, sementara magnum racking berkisar antara 9,05cm sampai 10,16cm. sementara standar

untuk standard wine racking memiliki lebar 7,92cm dan 10,79cm untuk magnum

(18)

Wall and ceiling covering

Sebelum melakukan finishing pada tembok dan langit – langit, dimulai

dengan pemasangan insulation wall system. Dengan memasangkan vapor barrier

pada dinding beton, lalu pemasangan insulation, dan kemudian pemasangan

dinding dalam, pada umumnya digunakan green board lalu dilapisi dengan cat

latex. Penggunaan bahan – bahan seperti granit dan batu – batuan lain juga banyak

digunakan.

Gambar 6.3 Wall insulation

Sumber : http://www.vintagecellars.com/howto.asp

Wine cellar door

Pada proyek kali ini akan digunakan pintu kaca, dan pintu tersebut harus

setidaknya memiliki dua buah panel kaca temper, hal tersebut dimaksudkan agar

tidak ada perpindahan panas dari luar ke dalam, yang dapat merusak wine, dan

penting bahwa tidak ada udara yang masuk atau keluar dari sela – sela pintu,

(19)

diterapkan. Jika terjadi kebocoran udara, maka akan terjadi pembuangan energi

pada cooling system.

Gambar 6.4 Glass door system

Sumber : http://www.alibaba.com/productgs/431506833

Wine cellar floor

Umumnya digunakan adalah semen, marmer, keramik, dan vinyl. Pada

proyek kali ini lantai yang akan digunakan adalah marmer dan vinyl, karena

marmer tersebut memiliki heat capacity 0.88 ( kJ/kg K ). Jangan menggunakan

karpet, hal tersebut dapat bergelombang dan lembab.

Wine cellar lighting

Pada proyek ini menggunakan dimmer untuk mengatur intensitas terang

cahaya, dan menggunakan lampu dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu

terang.

Wine cellar security system

(20)

1. Konsep Citra

Selain suasana alami, citra ruang yang ingin dibentuk pada ruang

wine cellar ini adalah kesan modern, exclusive, hangat dan alami yang

dilihat dari bentuk-bentuk dinamis pada ruang, dan material yang

digunakan.

2. Konsep Bentuk

Bentuk pada ruangan merupakan bentuk-bentuk yang dinamis dan

memiliki sirkulasi yang terarah seperti adanya perbedaan ketinggian lantai

dan pola lantai, serta bentuk-bentuk melengkung yang bersifat

mengarahkan baik pada bentuk ruang maupun pola lantai. Bentuk ceiling

pada wine cellar ini yang berupa bentuk kayu potong utuh, yang dapat

memberi kesan rustic yang kuat pada interior.

(21)

Gambar 6.6 Potongan wine cellar

3. Konsep Warna & Material

Penggunaan warna pada ruang adalah berasal dari material yang

ada seperti, warna coklat kayu, atau warna abu-abu dari batu alam.

Penggunaan material seperti kayu merupakan material yang dapat

memberikan kesan rustic yang kuat dalam wine cellar. Cermin dan kaca

banyak diaplikasikan pada ruang ini, selain karena kebutuhan ruang, kaca

dan cermin diaplikasikan bersama material lain dan dituangkan ke dalam

bentuk yang variatif seperti kaca untuk menciptakan ruang yang dlebih

luas, di mana kondisi ruang yang tidak terlalu besar.

4. Konsep Penghawaan

Wine memiliki standar khusus terhadap suhu ruangan, kelembaban,

dan lain – lain, maka dari itu penghawaan buatan dipilih pada ruangan ini.

Penggunaan wine cooling system merupakan pilihan yang paling tepat. Hal

tersebut juga disebabkan oleh kondisi ruangan yang tertutup dari sumber

(22)

5. Konsep Pencahayaan

Pencahayaan pada ruang wine cellar menggunakan pencahayaan

buatan. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan cahaya yang tidak terlalu

banyak pada ruangan ini, dan juga kondisi yang mengharuskan ruang ini

tertutup dan jauh dari sumber cahaya. Sedangkan untuk sebagian besar

ruang, menggunakan pencahayaan buatan seperti downlight, dan juga

indirect light yang mengikuti bentuk ceiling yang ada, spotlight untuk

memberikan atau membuat ambience yang tenang dan hangat.

6.3 VIP Dining Room

Ruang makan merupakan salah satu fasilitas utama yang terdapat di dalam

wine house yang merupakan tempat di mana para pengunjung dapat menikmati wine tersebut. Ruang makan memiliki kegiatan yang membutuhkan ketenangan

dan suasana yang nyaman, yang mempengaruhi psikologi sesorang untuk betah

berlama – lama di tempat tersebut.

Pada proyek ini area vip dinning room merupakan salah satu area yang

dijadikan tempat untuk menikmati wine itu sendiri. Sehinga proses wine tersebut

dari wine cellar menuju area makan tersebut harus memiliki standar - standar

khusus pada saat penyajian wine tersebut, white wine 7°C – 13 °C, red wine 13°C

- 18°C, sementara suhu ruangan yang dianjurkan adalah 18°C - 27°C20. pada area

ini digunakan pula ac, dengan tujuan agar dapat menjaga suhu ruangan agar tetap

stabil.

20http://www.wine-road.com/education/wine-temperature.php accsessed on 17 june 2012,

(23)

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai suhu ruangan dalam

proses penyajian wine tersebut, sangat penting untuk menjaga suhu ruangan agar

tetap stabil. Melihat suhu udara lingkungan daerah tersebut yang telah disebutkan

sebelumnya, suhu tersebut sangat cocok dan pas dala menyajikan wine, di mana

penggunaan material yang berbeda – beda tergantung dari heat capacity masing

material yang digunakan dalam ruangan tersebut, material yang digunakan dapat

merubah suhu ruangan tersebut.

Pada ruangan ini, terdapat beberapa material yang digunakan, seperti batu

kali pada dinding yang memiliki heat capacity 0.84 ( kJ/kg K ) pada dinding, dan

lantai ruangan ini. Sementara ada beberapa bagian lantai yang menggunakan batu

andensit. Pengunaan kayu mahogany pada dinding ruangan dipilih dengan

pertimbangaan kayu yang sama digunakan pada area wine cellar, hal tersebut

diangap sebagai kayu yang paling pas untuk sebuah wine, karena memiliki daya

serap air dan panas yang tinggi dan tahan terhadap jamur dibandingkan dengan

kayu jenis lain. Sementara pada lantai digunakan pula vinyl dimana vinyl

merupakan salah satu material yang banyak digunakan pada sebuah wine cellar.

Terdapat pula panel plat tembaga pada bagian dinding, meski tembaga tidak

memiliki sifat menyerap panas yang besar, namun tembaga tetap dapat menyerap

panas dengan heat capacity 0.39 ( kJ/kg K ). Pada area ini digunakan pula double

panel doors glass, dengan tujuan sama seperti pada penggunaannya pada wine cellar, untuk dapat menjaga suhu pada dalam ruangan.

(24)

Gambar 6.7 Double panel glass doors system Sumber : http://www.dg-c.com.au/doubleglazing.html

Kesan alami dan nyaman ditonjolkan pada interior ruang makan melalui

implementasi desain sebagai berikut:

1. Konsep Citra

Citra ruang yang ingin dicapai pada ruang ini adalah ruang yang

memberikan kesan nyaman ketika pengunjung memasuki ruang dengan

nuansa alami. Suasana alami lebih terasa pada ruang makan dengan lebih

menonjolkan penggunaan material alami pada sebagian besar permukaan

ruang, dan tekstur yang diberikan oleh material yang digunakan, ditambah

dengan adanya penghijauan maupun bukaan-bukaan pada ruang.

2. Konsep Bentuk

Bentuk geometris yang melambangkan ketenangan dan keteraturan

lebih dominan diaplikasikan pada ruang makan. Kesan alami ditonjolkan

melalui bentuk ruang yang terbuka yang menonjolkan penghijauan di luar

ruang. Bentuk ceiling dan pola lantai yang geometris bertujuan agar

(25)

geometris agar menjadi satu kesatuan bersama dengan bentuk ruang secara

keseluruhan.

Gambar 6.8 Layout VIP dinning room

Gambar 6.9 Potongan VIP dinning Room

3. Konsep Warna dan Material

Pada ruang makan, penggunaan material alami lebih

(26)

alami itu sendiri. Keseluruhan permukaan ruang ini dibalut oleh material

alami mulai dari lantai, dinding, hingga ceiling. Lantai menggunakan

material kayu, bertujuan agar pengunjung tidak merasa dingin ketika

menginjakkan kaki, hal tersebut dilakukan agar menyeimbangkan antara

tembok batu yang memberi kesan keras. Warna hijau didapat dari

penghijauan di luar dan di dalam ruang yang melengkapi nuansa alami

pada ruangan.

4. Konsep Pencahayaan

Untuk pagi hingga sore hari, ruang makan menggunakan

pencahayaan alami yang didapat dari bukaan-bukaan seperti jendela dan

pintu kaca pada balcon yang ada untuk memaksimalkan potensi bangunan

yang sudah ada. Panas matahari diredam oleh penghijauan yang ada di luar

ruang. Sementara pada waktu malam hari menggunakan pencahayaan

buatan tetapi dengan intensitas cenderung rendah, hal tersebut agar dapat

memberi kesan hangat tetapi tetap memperlihatkan material pada dinding,

dengan tujuan menciptakan kesan hangat dari tekstur material tersebut,

Gambar

Gambar 5.2 Interior modern
Gambar 5.3 Bentuk lengkung pada interior
Gambar 5.6 AC
Gambar 5.8 Merah dan turunannya
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam metode ini untuk menentukan jumlah responden untuk distribusi kuisoner adalah dari hasil survei kordon yang dilakukan di kampus UNS dengan melaukan survei di

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Oleh karena galur Obs-1653/Ps] clan Obs-1656/Ps] mempunyai produksi tinggi, tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 1 clan 2 dan agak tahan biotipe 3 serta tahan

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang muncul dan perlu mendapat jawaban dalam penelitian ini adalah terdapat ketidakselarasan hukum dalam

Untuk semua pihak yang telah membantu penulis baik dari segi moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini, penulis mengucapkan banyak terima kasih, mohon maaf jika saya

Lebih jauh Reeves (2010) menjelaskan bahwa untuk lebih memperbaiki pembelajaran melalui penilaian dapat dilakukan melalui: (1) guru mengeidentifikasi

Berpijak dari hal-hal tersebut, maka diperlukan proses-proses perencanaan pembangunan di tingkat desa yang melibatkan partisipasi langsung warga masyarakat.RPJM Desa

Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan: (1) untuk siswa supaya lebih tidak banyak bercanda dengan pengajar, (2) untuk pengajar memperbaiki cara