BAB V
KONSEP PERANCANGAN INTERIOR
5.1
Konsep Citra
Konsep citra dalam perancangan interior terbagi ke dalam dua hal, yaitu
tema dan style. Hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :
5.1.1 Tema
“Beauty of Rustic” merupakan sebuah konsep pada proyek kali
ini. Beauty itu sendiri berarti, seusuatu nilai – nilai yang memberi
kesenangan atau kenikmatan kepada seluruh indera manusia , sesuatu
yang menakjubkan, sesuatu yang menarik. Hal tersebut memiliki
keterkaitan dengan karakteristik wine itu sendiri yang khusus dan unik.
Rustic merupakan sesuatu hal yang berhubungan dengan keindahan alam, natural, countryside. Hal tersebut merupakan karakter
yang dari wine itu sendiri yang berasal dari alam, di mana kesan yang
akan ditampilkan adalah kesan alam yang memiliki tekstur yang kasar.
Hal tersebut bertujuan untuk menciptakan kesan hangat seperti sensasi
yang timbul sewaktu meminum wine.
Penulis menggunakan konsep ini dikarenakan pada proyek ini hal
yang terpenting di dalamnya adalah unsur unik dari wine tersebut dan
sendiri yang memiliki suatu hal yang khusus, tersendiri, tidak bisa
sembarangan.
Cerminan dari sebuah keindahan dan keunikan pun akan terlihat
di dalam proyek ini, sehingga manusia dapat merasakan makna yang
tersirat jika sedang berada di dalam wine house ini, karena pada dasarnya
orang datang ke tempat ini dengan perasaan ingin mencari ketenangan
dan relaksasi.
5.1.2 Style
Konsep Style yang digunakan di dalam perancangan interior wine
house ini adalah konsep yang dapat membuat manusia merasakan
kenyamanan dan ketenangan di dalam setiap ruangnya. Style yang akan
digunakan adalah style modern. Style modern ini merujuk pada kesan
yang sederhana dan tidak berlebihan, bentuk-bentuk interior modern
mengarah pada bentuk dasar seperti lingkaran, bentuk yang tidak tajam.
Style ini digunakan karena melihat adanya teknologi-teknologi yang ada
pada jaman sekarang ini yang semakin maju dan perkembangan jaman,
sehingga menimbulkan bentuk-bentuk yang sederhana yang dihasilkan
Gambar 5.1 Interior modern
Sumber : http://horizontelibertario.blogspot.com/2011/06/these-modern-interior -style.html
Gambar 5.2 Interior modern
Sumber : http://modern-interior-design-info.blogspot.com/2012_01_01_archive.html
5.2
Konsep Bentuk
Bentuk-bentuk yang akan digunakan pada proyek ini adalah bentuk yang
harus mencerminkan kekuatan konsep “Beauty of Rustic”. Bentuk informatif
harus mempertimbangkan aspek kesadaran manusia pada saat berinteraksi dengan
lingkungannya, bentuk geometris merupakan pendekatan yang menarik agar
terlihat interior yang stabil, seimbang, dan established (mapan). Wine House ini
merupakan sebuah ruang yang dikunjungi manusia secara berkala, sehingga
Gambar 5.3 Bentuk lengkung pada interior
Sumber : http://www.afriklinks.org/organic-interior-designs.html/organic-interior-designs2
Gambar 5.4 Bentuk geometris pada interior
Sumber : http://houseinteriordesignz.blogspot.com/2009/05/modern-geometric-home-luxury-home.html
5.3
Konsep Pencahayaan
Pada prinsipnya, pencahayaan alami direncanakan sebagai sumber cahaya
untuk fasilitas gedung. Pencahayaan buatan merupakan fasilitas penunjang.
Pencahayaan yang digunakan mencerminkan konsep “Beauty of Rustic”. Manusia
pada dasarnya menginginkan dan mengharapkan sebuah interior pencahayaan
yang tidak terlalu membuat mata mereka silau dan memuat mereka bimbang,
sehingga mereka betah dan merasa nyaman berlama – lama di dalamnya.
Sehingga pencahayaan yang baik dan nyaman harus terlihat di dalam wine house
adalah pencahayaan yang berkesan hangat bagi ruangan yang dan dapat membuat
manusia nyaman di dalam ruangan. Pada bagian area tempat makan akan
menggunakan pencahayaan yang terang, akan tetapi tidak membuat silau mata
para pengguna ini, hal tersebut dikarenakan pencahayaan yang buruk dapat
membuat orang yang makan di dalamnya tidak merasa nyaman, pada dasarnya
manusia makan dalam kondisi ruangan dengan pencahayaan baik. Intensitas
cahaya yang dimaksud adalah intensitas yang membuat orang betah berada di
dalam wine house. Sementara pada bagian bar and lounge pencahayaan yang
lebih redup dapat digunakan.
Pencahayaan tersebut dapat dibagi ke dalam dua kategori :
1. Fungsional
Pencahayaan fungsional dapat diterapkan pada area – area yang
tidak membutuhkan ambience, seperti : area kitchen, area office, dan lain –
lain. Pada pencahayaan fungsional biasanya konsep tidak begitu terasa, hal
ini dikarenakan yang diutamakan adalah aspek fungsional.
2. Ambience
Pencahayaan ambience merupakan pencahayaan yang
mengutamakan suasana, biasanya diterapkan pada area – area yang
memerlukan ambience tertentu, seperti : area dinning, bar, lounge, dan
lain – lain. Hal tersebut diperlukan sebagai pembentuk suasana bagi
Gambar 5.5 Warm interior
Sumber : http://archnewhome.com/snow-house-design/casa-techos-roof-house-by-mathias-klotz/attachment/warm-interior-casa-techos-by-mathias-klotz
5.4
Konsep Penghawaan
Pada dasarnya sebuah gedung pasti membutuhkan penghawaan di
dalamnya. Penghawaan yang membuat manusia nyaman di dalam sebuah ruangan
adalah penghawaan yang tidak terlalu dingin pada setiap ruangannya. Oleh karena
itu pada wine house kali ini penghawaan yang digunakan adalah penghawaan
buatan. Penghawaan buatan yang akan digunakan adalah pendingin ruangan atau
AC. Suhu udara yang akan dihasilkan oleh AC ini kurang lebih 18°C.
Penghawaan alami dapat di gunakan pada proyek ini secara maksimal, hal ini
dikarenakan lokasi site yang berada di dataran tinggi pegunungan.
Penghawaan itu sendiri mementingkan dua hal :
1. Kenyamanan manusia sebagai pengguna
dalam proyek ini kenyamanan pengguna sangat penting untuk
menentukan kondisi fisik maupun mental dari pengguna, sehinga
kenyamanan manusia dalam proyek ini sangat mengoptimalkan
penghawaan alami dari bangunan, yang merupakan potensi dari bagunan
dan site ini sendiri
Wine itu sendiri harus diperhatikan dalam proyek ini, di mana wine
itu merupakan bagian terpenting dalam proyek ini. Tempat penyimpanan
wine itu sendiri memerlukan suhu yang stabil, sehingga diperlukan sistem
penghawaan buatan yang khusus, dan dapat membantu dalam proses
penyimpanaan wine itu sendiri.
Gambar 5.6 AC
Sumber : http://www.tokoaconline.com/ac-split-panasonic/
Gambar 5.7 Exhaust
Sumber : http://www.exhaust-fans.net/commercialfans-c-1_2.html
5.5
Konsep Warna
Warna – warna yang digunakan harus mencerminkan konsep dan karakter
1. Natural
Menggunakan warna – warna yang memberikan kesan natural dan
warna – warna yang mewakili buah anggur tersebut, seperti : hijau, merah,
creame, abu – abu, dan lain – lain. 2. Exclusive
Menggunakan warna – warna yang memberikan kesan exclusive,
seperti : abu – abu, hitam, coklat, dan lain – lain.
3. Hangat
Menggunakan warna – warna yang dapat memberikan kesan
hangat pada interior, seperti : merah, coklat, dan lain – lain.
Gambar 5.8 Merah dan turunannya
Gambar 5.10 Coklat dan turunannya
Gambar 5.11 Hijau dan turunannya
5.6
Konsep Material dan Finishing
Material yang digunakan adalah material – material alami yang merupakan
cerminan dari konsep “Beauty of Rustic”. Hal tersebut dapat terlihat dari
penggunaan material alami yang jarang digunakan. Material yang digunakan juga
dapat mencerminkan kesan Rustic itu sendiri dan dapat diaplikasikan sebagai
implementasi dari konsep itu sendiri, yang tercermin dalam penggunaan material
bertekstur dan apa adanya.
Material – material yang merupakan salah satu contoh material yang
Gambar 5.13 batu kali
Sumber : http://blogargajogja.com/tips-and-triks/tanya-jawab-seputar-batu-alam.html
Gambar 5.14 Tembok kayu
Sumber : http://somadesigns.blogspot.com/2011/08/wood-walls-and-breaks.html
Menggunakan material bertekstur itu sendiri dapat menciptakan ambience
untuk suatu ruangan. Hal tersebut dapat tercipta secara alami dengan bantuan
BAB VI
IMPLEMENTASI DESAIN
6.1 Ruang Lobby
Lobby merupakan area yang pertama dikunjungi ketika pengunjung
memasuki suatu bangunan. Maka dari itu lobby harus mampu menampilkan
gambaran mengenai citra sebuah perusahaan dan suasana yang ingin ditonjolkan
sesuai dengan konsep yang telah terpilih seperti yang telah dipaparkan pada bab
sebelumnya. Citra ruang yang ingin disampaikan pada ruang lobby ini adalah
sebuah interior yang menonjolkan kesan rustic dan alami, namun tetap
menampilkan kesan yang eksklusif.
Lobby merupakan sebuah area yang dilalui pada saat proses pemindahan wine dari wine cellar menuju customer pada area restaurant. Oleh sebab itu maka
harus diterapkan beberapa treatment khusus agar wine tersebut dapat terjaga
suhunya.
Pada area lobby terdapat banyak bukaan, dimana udara banyak masuk
kedalam area ini, sehingga suhu udara pada luar dan dalam ruangan sama yaitu
berkisar antara 18°C – 19°C pada malam hari dan 20°C – 21°C pada siang hari.
Pada siang hari pemanfaatan terhadap penghawaan buatan seperti ac dan air
biasanya digunakan pada area perbatasan antara area luar dan dalam15. Hal
tersebut bertujuan agar udara dingin yang berada di dalam ruangan tidak mengalir
keluar ruangan, itu disebabkan oleh angin stream yang dikeluarkan oleh
air-curtain itu sendiri sehingga membentuk sebuah air-barrier.
Setiap benda atau zat yang ada memiliki kemampuan untuk menyerap
panas, setiap benda memiliki kemampuan menyerap yang berbeda – beda, hal
tersebut disebut heat-capacity.
Lalu pembuatan kolam berbentuk water-stream. Hal ini bertujuan, agar
dapat menurunkan suhu ruangan, dimana penggunaan air dalam suatu ruangan
dapat menurunkan kira – kira 1°C – 2°C suhu ruangan tersebut. Air merupakan
sebuah zat yang dapat menyerap panas tanpa menaikan beberapa derajat suhu air
itu sendiri, dibandingkan dengan zat – zat lain16.
Selain itu, penggunaan material pada dinding adalah batu andesit, hal
tersebut untuk menambah kesan natural dari interior tersebut. Batu juga memiliki
kemampuan untuk menyerap panas, yaitu 0.84 ( kJ/kg K ).17Sedangkan pada
ceiling menggunakan mahogany wood yang merupakan bahan yang biasa
digunakan pada wine racking system. Pada lantai menggunakan acian beton,
dimana memiliki ketahanan terhadap panas dan kelembaban yang baik, juga untuk
memberi kesan rustic itu sendiri. Implementasi desain dipaparkan melalui:
1. Konsep Citra
15http://www.engineeringtoolbox.com/air-curtains-d_129.html accessed on 16 june 2012,
13:10 PM
16
http://www.freedrinkingwater.com/water_quality/water-science/j-7-08-can-water-absorb-heat-better-than-most-substances.htm accessed on 16 june 2012, 13:12 PM
17http://www.engineeringtoolbox.com/specific-heat-solids-d_154.html accessed on 16 june,
Citra pada ruang lobby yang rustic atau countryside, alami, dan
eksklusif di tuangkan dalam pembentukan suasana ruang yang banyak
menggunakan unsur-unsur alam seperti penggunaan material alami,
keterbukaan ruang, pemaksimalan pencahayaan, wall panel yang menggunakan bentuk alam hingga pengadaan waterstream. Hal ini
ditujukkan untuk dapat memberikan kesan seperti berada di alam kepada
seseorang ketika pertama kali memasuki ruangan dengan merasakan dan
melihat dengan panca inderanya akan suasana alami yang tercipta.
2. Konsep Bentuk
Bentuk yang dituangkan ke dalam ruang lobby merupakan
penggambaran akan suasana alami, yang terdapat pada sentuhan modern di
dalamnya untuk mendapakan kesan alami ketika memasuki ruang lobby.
Bentuk-bentuk dinamis juga diterapkan di dalam lobby seperti bentuk
melengkung karena bentuk melengkung cenderung mengarahkan sirkulasi
pengunjung. Selain terlihat dari bentuk layout, sirkulasi juga ditunjukkan
melalui pola lantai. Bentuk - bentuk furniture yang digunakan pada ruang
lobby merupakan furniture dengan bentuk geometris tetapi tetap terbalut
Gambar 6.1 Layout lobby
Gambar 6.2 Potongan lobby
3. Konsep Warna dan Material
Warna-warna yang tercipta pada ruang lobby muncul dari
penggunaan material alami pada hampir semua permukaan lobby. Lantai
yang didapat dari penggunaan acian beton dengan warna abu - abu tua
untuk memberi kesan rustic yang kuat, penggunaan batu alam seperti batu
andesit berwarna abu – abu tua dan batu bata pada dinding, serta coklat
yang muncul dari penggunaan kayu untuk wall panel. Penggunaan warna
suasana alami. Pemilihan itu tetap berdasarkan konsep dan sifat teknis dari
wine itu sendiri.
4. Konsep Pencahayaan
Pada area lobby, untuk pagi hingga sore hari penggunaan
pencahayaan alami lebih dimaksimalkan karena banyaknya
bukaan-bukaan pada ruang, yang merupakan salah satu potensi dari bangunan. Hal
ini juga ditunjukkan untuk memaksimalkan suasana alami serta lebih
mengurangi penggunaan energi. Pencahayaan alami yang kondusif, dapat
mempengaruhi suasana sebuang ruang menjadi lebih alami. Sedangkan
untuk malam hari, pencahayaan yang berkesan elegan ditonjolkan pada
ruang lobby seperti warm light seperti lampu halogen, indirect light pada
ceiling dan area reception, yang bertujuan untuk mendapatkan suasana
eksklusif dan hangat, di mana pada saat malam hari kondisi lingkungan
sekitar yang cenderung dingin.
5. Konsep Penghawaan
Penghawaan yang digunakan pada area lobby adalah penghawaan
alami karena lobby memiliki banyak bukaan-bukaan. Penggunaan
penghawaan alami ditunjang oleh penghijauan dan landscape di luar
bangunan yang merupakan potensi dari bangunan ini. Dengan keadaan
udara alami yang baik pada area lobby diharapkan dapat menambah kesan
alami dan rustic pada area ini. Tetapi digunakan pula penghawaan buatan
berupa air curtain, untuk menjaga suhu ruangan agar tetap stabil, hal
dengan wine cellar dan area yang dilalui saat wine itu bergerak dari wine
cellar menuju kepada konsumen.
6.2 Wine Cellar
Sebagai sebuah wine house, hal yang paling utama adalah sebuah wine
cellar, di mana wine cellar tersebut merupakan suatu karakter dari sebuah wine house. Pengolahan desain pada ruang wine cellar juga tetap mengedepankan alam
sebagai unsur utama suasana ruang. Selain memasukkan unsur alam, desain
dengan bentuk-bentuk dinamis juga diimplementasikan pada interior.
Wine cellar merupakan tempat penyimpanan wine itu sendiri, yang
merupakan area terpenting dan vital dalam sebuah wine house. Penyimpanan wine
itu sendiri harus memiliki beberapa standar – standar yang ada.
Dari segi perawatan wine itu sendiri memiliki beberapa standar yang telah
ditetapkan. Standar – standar sebuah tempat penyimpanan wine (wine cellar) :
1. Tempat gelap
2. Bersuhu stabil (10°C -15°C)
3. Tidak ada getaran
4. Tidak terkena sinar matahari langsung
5. Jauh dari sumber panas
6. Kelembaban udara stabil (55%-75%)
Standarisasi sebuah wine cellar :18
Wine cooling system
Pada ruang ini akan digunakan split cooling system, terdiri dari condensing
unit, evaporator coil, dan line sets. Sistem cara kerjanya sama seperti ac split. Hal
ini dimungkinkan karena sistem seperti ini dapat mengurangi panas, suara, dan
kebutuhan ventilasi sebagai pembuangan.
Wine cellar racking
Biasanya kayu yang digunakan adalah kayu redwood dan mahogany, hal
tersebut dikarenakan kedua kayu tersebut memiliki ketahanan terhadap jamur dan
daya serap air lebih tinggi daripada kayu jenis lain. Selain kayu dapat pula
digunakan besi sebagai bahannya. Dalam proyek ini bahan yang akan digunakan
dalam wine rack adalah gabungan dari kayu redwood dan pipa stainless steel.
Jangan pernah menggunakan kayu cedar, karena memiliki aroma yang kuat dan
dapat merusak wine.
Perancangan sebuah wine racking system, harus memenuhi beberapa syarat
dari wine itu sendiri dari segi fisik, di mana wine itu sendiri memiliki ukurang
yang berbeda – beda. Terdapat dua golongan ukuran wine yang biasa disimpan
yaitu, standard racking dan magnum racking19. Standard racking adalah wine –
wine yang memiliki ukuran berkisar antara 5,9cm sampai 8,6cm, sementara magnum racking berkisar antara 9,05cm sampai 10,16cm. sementara standar
untuk standard wine racking memiliki lebar 7,92cm dan 10,79cm untuk magnum
Wall and ceiling covering
Sebelum melakukan finishing pada tembok dan langit – langit, dimulai
dengan pemasangan insulation wall system. Dengan memasangkan vapor barrier
pada dinding beton, lalu pemasangan insulation, dan kemudian pemasangan
dinding dalam, pada umumnya digunakan green board lalu dilapisi dengan cat
latex. Penggunaan bahan – bahan seperti granit dan batu – batuan lain juga banyak
digunakan.
Gambar 6.3 Wall insulation
Sumber : http://www.vintagecellars.com/howto.asp
Wine cellar door
Pada proyek kali ini akan digunakan pintu kaca, dan pintu tersebut harus
setidaknya memiliki dua buah panel kaca temper, hal tersebut dimaksudkan agar
tidak ada perpindahan panas dari luar ke dalam, yang dapat merusak wine, dan
penting bahwa tidak ada udara yang masuk atau keluar dari sela – sela pintu,
diterapkan. Jika terjadi kebocoran udara, maka akan terjadi pembuangan energi
pada cooling system.
Gambar 6.4 Glass door system
Sumber : http://www.alibaba.com/productgs/431506833
Wine cellar floor
Umumnya digunakan adalah semen, marmer, keramik, dan vinyl. Pada
proyek kali ini lantai yang akan digunakan adalah marmer dan vinyl, karena
marmer tersebut memiliki heat capacity 0.88 ( kJ/kg K ). Jangan menggunakan
karpet, hal tersebut dapat bergelombang dan lembab.
Wine cellar lighting
Pada proyek ini menggunakan dimmer untuk mengatur intensitas terang
cahaya, dan menggunakan lampu dengan intensitas cahaya yang tidak terlalu
terang.
Wine cellar security system
1. Konsep Citra
Selain suasana alami, citra ruang yang ingin dibentuk pada ruang
wine cellar ini adalah kesan modern, exclusive, hangat dan alami yang
dilihat dari bentuk-bentuk dinamis pada ruang, dan material yang
digunakan.
2. Konsep Bentuk
Bentuk pada ruangan merupakan bentuk-bentuk yang dinamis dan
memiliki sirkulasi yang terarah seperti adanya perbedaan ketinggian lantai
dan pola lantai, serta bentuk-bentuk melengkung yang bersifat
mengarahkan baik pada bentuk ruang maupun pola lantai. Bentuk ceiling
pada wine cellar ini yang berupa bentuk kayu potong utuh, yang dapat
memberi kesan rustic yang kuat pada interior.
Gambar 6.6 Potongan wine cellar
3. Konsep Warna & Material
Penggunaan warna pada ruang adalah berasal dari material yang
ada seperti, warna coklat kayu, atau warna abu-abu dari batu alam.
Penggunaan material seperti kayu merupakan material yang dapat
memberikan kesan rustic yang kuat dalam wine cellar. Cermin dan kaca
banyak diaplikasikan pada ruang ini, selain karena kebutuhan ruang, kaca
dan cermin diaplikasikan bersama material lain dan dituangkan ke dalam
bentuk yang variatif seperti kaca untuk menciptakan ruang yang dlebih
luas, di mana kondisi ruang yang tidak terlalu besar.
4. Konsep Penghawaan
Wine memiliki standar khusus terhadap suhu ruangan, kelembaban,
dan lain – lain, maka dari itu penghawaan buatan dipilih pada ruangan ini.
Penggunaan wine cooling system merupakan pilihan yang paling tepat. Hal
tersebut juga disebabkan oleh kondisi ruangan yang tertutup dari sumber
5. Konsep Pencahayaan
Pencahayaan pada ruang wine cellar menggunakan pencahayaan
buatan. Hal tersebut dikarenakan kebutuhan cahaya yang tidak terlalu
banyak pada ruangan ini, dan juga kondisi yang mengharuskan ruang ini
tertutup dan jauh dari sumber cahaya. Sedangkan untuk sebagian besar
ruang, menggunakan pencahayaan buatan seperti downlight, dan juga
indirect light yang mengikuti bentuk ceiling yang ada, spotlight untuk
memberikan atau membuat ambience yang tenang dan hangat.
6.3 VIP Dining Room
Ruang makan merupakan salah satu fasilitas utama yang terdapat di dalam
wine house yang merupakan tempat di mana para pengunjung dapat menikmati wine tersebut. Ruang makan memiliki kegiatan yang membutuhkan ketenangan
dan suasana yang nyaman, yang mempengaruhi psikologi sesorang untuk betah
berlama – lama di tempat tersebut.
Pada proyek ini area vip dinning room merupakan salah satu area yang
dijadikan tempat untuk menikmati wine itu sendiri. Sehinga proses wine tersebut
dari wine cellar menuju area makan tersebut harus memiliki standar - standar
khusus pada saat penyajian wine tersebut, white wine 7°C – 13 °C, red wine 13°C
- 18°C, sementara suhu ruangan yang dianjurkan adalah 18°C - 27°C20. pada area
ini digunakan pula ac, dengan tujuan agar dapat menjaga suhu ruangan agar tetap
stabil.
20http://www.wine-road.com/education/wine-temperature.php accsessed on 17 june 2012,
Seperti yang telah disebutkan sebelumnya mengenai suhu ruangan dalam
proses penyajian wine tersebut, sangat penting untuk menjaga suhu ruangan agar
tetap stabil. Melihat suhu udara lingkungan daerah tersebut yang telah disebutkan
sebelumnya, suhu tersebut sangat cocok dan pas dala menyajikan wine, di mana
penggunaan material yang berbeda – beda tergantung dari heat capacity masing
material yang digunakan dalam ruangan tersebut, material yang digunakan dapat
merubah suhu ruangan tersebut.
Pada ruangan ini, terdapat beberapa material yang digunakan, seperti batu
kali pada dinding yang memiliki heat capacity 0.84 ( kJ/kg K ) pada dinding, dan
lantai ruangan ini. Sementara ada beberapa bagian lantai yang menggunakan batu
andensit. Pengunaan kayu mahogany pada dinding ruangan dipilih dengan
pertimbangaan kayu yang sama digunakan pada area wine cellar, hal tersebut
diangap sebagai kayu yang paling pas untuk sebuah wine, karena memiliki daya
serap air dan panas yang tinggi dan tahan terhadap jamur dibandingkan dengan
kayu jenis lain. Sementara pada lantai digunakan pula vinyl dimana vinyl
merupakan salah satu material yang banyak digunakan pada sebuah wine cellar.
Terdapat pula panel plat tembaga pada bagian dinding, meski tembaga tidak
memiliki sifat menyerap panas yang besar, namun tembaga tetap dapat menyerap
panas dengan heat capacity 0.39 ( kJ/kg K ). Pada area ini digunakan pula double
panel doors glass, dengan tujuan sama seperti pada penggunaannya pada wine cellar, untuk dapat menjaga suhu pada dalam ruangan.
Gambar 6.7 Double panel glass doors system Sumber : http://www.dg-c.com.au/doubleglazing.html
Kesan alami dan nyaman ditonjolkan pada interior ruang makan melalui
implementasi desain sebagai berikut:
1. Konsep Citra
Citra ruang yang ingin dicapai pada ruang ini adalah ruang yang
memberikan kesan nyaman ketika pengunjung memasuki ruang dengan
nuansa alami. Suasana alami lebih terasa pada ruang makan dengan lebih
menonjolkan penggunaan material alami pada sebagian besar permukaan
ruang, dan tekstur yang diberikan oleh material yang digunakan, ditambah
dengan adanya penghijauan maupun bukaan-bukaan pada ruang.
2. Konsep Bentuk
Bentuk geometris yang melambangkan ketenangan dan keteraturan
lebih dominan diaplikasikan pada ruang makan. Kesan alami ditonjolkan
melalui bentuk ruang yang terbuka yang menonjolkan penghijauan di luar
ruang. Bentuk ceiling dan pola lantai yang geometris bertujuan agar
geometris agar menjadi satu kesatuan bersama dengan bentuk ruang secara
keseluruhan.
Gambar 6.8 Layout VIP dinning room
Gambar 6.9 Potongan VIP dinning Room
3. Konsep Warna dan Material
Pada ruang makan, penggunaan material alami lebih
alami itu sendiri. Keseluruhan permukaan ruang ini dibalut oleh material
alami mulai dari lantai, dinding, hingga ceiling. Lantai menggunakan
material kayu, bertujuan agar pengunjung tidak merasa dingin ketika
menginjakkan kaki, hal tersebut dilakukan agar menyeimbangkan antara
tembok batu yang memberi kesan keras. Warna hijau didapat dari
penghijauan di luar dan di dalam ruang yang melengkapi nuansa alami
pada ruangan.
4. Konsep Pencahayaan
Untuk pagi hingga sore hari, ruang makan menggunakan
pencahayaan alami yang didapat dari bukaan-bukaan seperti jendela dan
pintu kaca pada balcon yang ada untuk memaksimalkan potensi bangunan
yang sudah ada. Panas matahari diredam oleh penghijauan yang ada di luar
ruang. Sementara pada waktu malam hari menggunakan pencahayaan
buatan tetapi dengan intensitas cenderung rendah, hal tersebut agar dapat
memberi kesan hangat tetapi tetap memperlihatkan material pada dinding,
dengan tujuan menciptakan kesan hangat dari tekstur material tersebut,