• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI, KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

JAYANTI MANDASARI H34080077

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH

DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI,

KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

(2)

RINGKASAN

JAYANTI MANDASARI. Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat. Skripsi. Departemen Agribisnis. Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan NARNI FARMAYANTI).

Tomat dan cabai merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang memiliki tingkat konsumsi yang cukup tinggi. Namun, jika dilihat dari tingkat produktivitasnya kedua komoditas tersebut selalu mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Hal inipun seringkali dihadapi oleh petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati. Fluktuasi produktivitas tomat dan cabai merah yang dihadapi oleh petani di Desa Perbawati mengindikasikan adanya risiko produksi pada tomat dan cabai merah yang mereka usahakan. Dengan demikian, perlu adanya penelitian mengenai sumber dan tingkat risiko produksi tomat dan cabai merah yang dihadapi oleh petani di Desa Perbawati serta strategi dalam menangani risiko produksi tersebut.

Berdasarkan permasalahan yang ada di Desa Perbawati maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati. Disamping untuk menganalisis risiko produksi pada petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati juga untuk menganalisis sumber risiko produksi pada tomat dan cabai merah, menganalisis tingkat risiko produksi pada tomat dan cabai merah, dan menentukan strategi yang dapat mengurangi risiko produksi.

Penelitian dilaksanakan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi selama dua bulan mulai dari pertengahan bulan Desember Tahun 2011 hingga pertengahan bulan Februari Tahun 2012. Data yang digunakan merupakan data primer dan data sekunder. Jumlah responden yang diteliti sebanyak 25 responden dengan metode pengambilan responden secara sensus. Alat yang digunakan untuk menganalisis risiko produksi yaitu variance, standard deviation, dan coefficient variation.

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan bahwa pada kegiatan spesialisasi baik berdasarkan produktivitas maupun berdasarkan pendapatan bersihnya, risiko produksi tomat lebih tinggi dibandingkan dengan risiko produksi cabai merah. Hal ini dapat dilihat pada nilai coefficient variation dimana risiko produksi berdasarkan produktivitas pada tomat sebesar 68,7 persen lebih tinggi dibandingkan cabai merah yang hanya 62,9 persen. Artinya jika petani menghasilkan tanaman tomat sebesar 1 kg maka risiko yang dihadapi yaitu sebesar 0,687 kg sehingga dari satu kilogram petani hanya dapat menghasilkan 0,313 kg. sedangkan jika petani menghasilkan tanaman cabai merah sebesar 1 kg maka risiko produksi yang dihadapi yaitu sebesar 0,629 kg akibatnya hasil yang dapat diperoleh hanya sebanyak 0,371kg. Berdasarkan pendapatan bersihnya, risiko produksi pada tomat sebesar 74,9 persen lebih tinggi dibandingkan pada cabai merah yaitu sebesar 65,0 persen.

Diversifikasi usahatani yaitu dengan menanam tomat dan cabai merah secara bersamaan dapat menurunkan risiko produksi menjadi 59,6 persen berdasarkan produktivitasnya dan 63,3 persen berdasarkan pendapatan bersihnya. Kegiatan

(3)

diversifikasi ini dapat lebih rendah jika petani mengusahakan cabai merah dengan luas tanam yang lebih tinggi dibandingkan luas tanam tomat yaitu dengan fraksi 60% untuk luas tanam cabai merah dan 40% untuk luas tanam tomat. Kondisi seperti ini menghasilkan risiko produksi yang lebih rendah dibandingkan kondisi aktualnya yaitu risiko produksi diversifikasi tomat dan cabai merah menjadi 50,7 persen. Dengan demikian, diversifikasi dapat digunakan sebagai suatu strategi untuk mengurangi risiko produksi.

Alternatif tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi risiko yaitu dengan melakukan perbaikan pola tanam, pengendalian hama dan penyakit, serta pengolahan lahan ketika sebelum ditanami. Selain itu ada pula alternatif tindakan yang dapat mengurangi kerugian akibat terjadinya risiko produksi yaitu dengan pengembangan kreativitas para ibu rumah tangga dengan menggunakan alat yang sudah ada.

(4)

ANALISIS RISIKO PRODUKSI TOMAT DAN CABAI MERAH

DI DESA PERBAWATI, KECAMATAN SUKABUMI,

KABUPATEN SUKABUMI, PROVINSI JAWA BARAT

JAYANTI MANDASARI H34080077

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(5)

Judul Skripsi :

Nama : Jayanti Mandasari

NRP : H34080077

Menyetujui, Pembimbing

Ir. Narni Farmayanti, MSc NIP. 19630228 199003 2 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

Dr.Ir.Nunung Kusnadi,MS NIP.19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus:

Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi,

(6)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat” adalah karya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Mei 2012

Jayanti Mandasari H34080077

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bogor, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 12 April 1990. Penulis adalah anak kedua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Jaya Sanjaya dan Ibu Tati Guswati.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SD Negeri Tugujaya 1 pada tahun 2002 dan SMP (Sekolah Menengah Pertama) diselesaikan pada tahun 2005 di SMP Negeri 1 Cigombong. Pendidikan menengah lanjutan atas di SMA Negeri 1 Cigombong diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008, penulis diterima sebagai mahasiswa Progran Sarjana pada Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama mengikuti pendidikan, penulis terlibat dalam beberapa organisasi intra departemen (HIPMA AGB) maupun ekstra departemen (BEM FEM) melalui beberapa kepanitiaan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini yang berjudul ”Analisis Risiko Produksi Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Provinsi Jawa Barat”.

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis risiko produksi yang dihadapi oleh para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati, menganalisis sumber-sumber yang menyebabkan adanya risiko produksi pada tomat dan cabai merah. Selain itu bertujuan untuk menganalisis tingkat risiko yang dihadapi oleh petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati serta untuk menentukan alternatif kegiatan yang dapat mengurangi risiko produksi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih terdapat kekurangan karena keterbatasan dan kendala yang dihadapi. Namun, Penulis berharap skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Bogor, Mei 2012

(9)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan masukan dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni:

1. Ir. Narni Farmayanti, MSc selaku dosen pembimbing skripsi sekaligus dosen pembimbing akademik yang telah memeberikan bimbingan, arahan, saran, waktu, dan kesabaran yang diberikan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini.

2. Seluruh dosen pengajar dan staf kependidikan Departemen Agribisnis yang telah memberikan ilmu kepada penulis selama kegiatan perkuliahan.

3. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen penguji utama dan Suprehatin, SP, MAB sebagai dosen penguji departemen yang telah memberikan banyak masukan dan saran kepada penulis.

4. Ayah (Jaya Sanjaya), Ibu (Tati Guswati), kaka (Adi Sutardi), dan adik (Aji Sentosa dan Ari Yudistira) untuk setiap dukungan baik moril maupun materil, cinta kasih, semangat, dan do‟a yang diberikan. Semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.

5. Pemerintah Kabupaten dan Kecamatan Sukabumi, serta Desa Perbawati yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian. 6. Para petani tomat dan cabai merah serta pengumpul di Desa Perbawati yang

telah bersedia meluangkan waktunya untuk menyampaikan informasi, pelajaran, dan pengalaman yang berharga.

7. Keluarga Ibu Harni yang telah memberikan tempat persinggahan dan kemudahan untuk mengakses informasi selama penelitian berlangsung.

8. Teman-teman satu bimbingan Arini Prihatin, Ervan Fareza, Akbar Zaenal Mutakin, khususnya Iriana Wahyuningsih sebagai teman seperjuangan ketika awal penjajakan tempat dan ketika penelitian berlangsung hingga penyelesaian penyusunan skripsi.

9. Sahabat tercinta Sistiana Kurnia Widyasari, Listia Nur Isma, Arini Prihatin, dan Annisa Kusuma Wardani sebagai motivator.

(10)

10. Semua teman-teman Agribisnis 45 yang bersama-sama berbagi ilmu, pengalaman, suka duka, selama menempuh pendidikan di Departemen Agribisnis.

11. Teman-teman Gladikarya di Desa Nagrak, Kecamatan Cisaat, Kabupaten sukabumi, Haris, Listia, Iriana, dan Ria yang sudah berbagi pengalaman dan pelajaran hingga dapat di aplikasikan kembali ketika penelitian.

12. Semua teman-teman di Pondok Iswara (wulan, via, wiwi, julia, ulfa, ratih, dinda, dan hesti) sebagai tempat mencurahkan segala isi hati ketika malam tiba.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Umum 2.1.1 Sayuran ... 10

2.1.2 Budidaya Tomat ... 11

2.1.3 Budidaya Cabai Merah ... 12

2.2 Tinjauan Alat Pengukuran Risiko ... 13

2.3 Tinjauan Risiko ... 14

2.4 Tinjauan Strategi dalam Mengurangi Risiko ... 15

2.5 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu ... 16

III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Konsep Risiko dan Perilaku dalam Menghadapi Risiko ... 18

3.1.2 Sumber-sumber Risiko ... 21

3.1.3 Pengukuran Risiko ... 22

3.1.4 Strategi dalam Mengurangi Risiko ... 22

3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ... 23

IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian... 25

4.2 Jenis dan Sumber Data ... 25

4.3 Metode Pengumpulan Data ... 26

4.4 Metode Pengolahan dan Analisis Data 4.4.1 Analisis Kualitatif ... 26

4.4.2 Analisis Kuantitatif ... 26

4.4.2.1 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi ... 26

4.4.2.2 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Diversifikasi ... 28

4.5 Asumsi-asumsi Dasar dalam Menentukan Skenario Diversifikasi ... 30

(12)

V. GAMBARAN UMUM

5.1 Karakteristik Wilayah Penelitian ... 31

5.1.1 Kondisi Geografis dan Potensi Wilayah ... 31

5.1.2 Potensi Pertanian dan Komoditas Unggulan ... 31

5.1.3 Sosial dan Ekonomi Kependudukan ... 32

5.1.4 Sarana dan Prasarana di Desa Perbawati ... 33

5.2 Karakteristik Responden ... 34

5.2.1 Umur Responden ... 34

5.2.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 35

5.2.3 Jumlah Tanggungan Keluarga ... 36

5.2.4 Pengalaman Bertani ... 36

5.2.5 Kepemilikan Luas Lahan ... 37

5.2.6 Status Kepemilikan Lahan ... 37

5.3 Pola Tanam Sayuran ... 38

5.4 Penggunaan Input Usahatani Tomat dan Cabai Merah ... 39

5.5 Struktur Pendapatan Usahatani Tomat dan Cabai Merha di Desa Perbawati ... 42

5.5.1 Biaya Produksi Tomat dan Cebai Merah ... 42

5.5.2 Penerimaan Usahatani Tomat dan Cabai Merah ... 47

5.5.3 Pendapatan Bersih Usahatani Tomat dan Cabai Merah ... 49

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Kondisi Risiko Produksi dan Sumber Risiko Pada Petani Desa Perbawati ... 52

6.2 Penilaian Risiko Produksi ... 61

6.2.1 Penilaian Risiko Produksi Spesialisasi ... 64

6.2.2 Penilaian Risiko Produksi Diversifikasi ... 67

6.2.2.1 Tingkat Risiko Produksi Diversifikasi Aktual ... 67

6.2.2.2 Tingkat Risiko Produksi Diversifikasi Dengan Skenario ... 70

6.3 Alternatif untuk Mengurangi Risiko Produksi ... 73

VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1

Kesimpulan...

78

7.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1 Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia

Tahun 2007-2010 ... 1 2 Pertumbuhan Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Indonesia

Tahun 2007-2010 ... 3 3 Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Sentra Produksi

Dataran Tinggi Indonesia Tahun 2006-2010 ... 4 4 Potensi Usahatani berdasarkan Komoditas Unggulan di

Kecamatan Sukabumi ... 6 5 Produktivitas Tomat Hibrida di Daerah Medium Kecamatan

Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat

Tahun 2009 (ton/ha) ... 12 6 Produktivitas Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010 (ton/ha) ... 13 7 Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Dilakukan dengan

Penelitian Terdahulu... 17 8 Sarana dan Prasarana di Desa Perbawati Tahun 2011 ... 34 9 Umur Petani Responden Tomat dan Cabai merah di Desa

Perbawati 2011 ... 35 10 Tingkat Pendidikan Petani Responden Tomat dan Cabai merah di

Desa Perbawati Tahun 2011 ... 35 11 Jumlah Tanggungan Petani Responden Tomat dan Cabai merah

di Desa Perbawati Tahun 2011 ... 36 12 Pengalaman Bertani Tomat dan Cabai merah oleh Petani

Responden Tahun 2011 ... 37 13 Luas Lahan yang Dimiliki Petani Responden di Desa Perbawati ... 37 14 Karakteritik Petani Berdasarkan Status Kepemilikan Lahan

Tahun 2011 ... 38 15 Status Usahatani Petani Responden di Desa Perbawati

Tahun 2011 ... 38 16 Rata-rata penggunaan Input pada Usahatani Tomat Menurut

Musim Tanam di Desa Perbawati Tahun 2010/2011 ... 40 17 Rata-rata penggunaan Input pada Usahatani Cabai Merah Menurut

Musim Tanam di Desa Perbawati Tahun 2010/2011 ... 41 18 Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Tomat Per Musim

(14)

19 Rata-rata Biaya Produksi Usahatani Cabai Merah Per Musim

Tanam di Desa Perbawati Tahun 2010-2012 (Rp/Ha) ... 47 20 Jenis Hama yang Menyerang Tanaman Tomat ... 56 21 Jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Tomat ... 57 22 Jenis Serangan Hama dan Penyakit pada Sayuran Tomat

di Desa Perbawati ... 58 23 Jenis Penyakit yang Menyerang Tanaman Cabai Merah ... 58 24 Jenis Hama yang Menyerang Tanaman Cabai Merah ... 59 25 Jenis Serangan Hama dan Penyakit pada Sayuran

Tomat di Desa Perbawati ... 59 26 Rata-Rata Produktivitas , Pendapatan Bersih dan Peluang

Tomat dan Cabai Merah yang Dihadapi Petani Desa Perbawati,

Tahun 2010-2012 ... 62 27 Penilaian Expected Return Berdasarkan Produktivitas dan

Pendapatan Bersih pada Tomat dan Cabai Merah di

Desa Perbawati Tahun 2010-2012 ... 63 28 Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Pada

Tomat dan Cabai Merah pada Petani Desa Perbawati Tahun

2010-2012 ... 64 29 Penilaian Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Bersih

Pada Tomat dan Cabai Merah pada Petani Desa Perbawati

Tahun 2010-2012 ... 65 30 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas

pada Tomat, Cabai Merah, dan Portofolio pada Petani Desa

Perbawati Tahun 2010-1012 ... 68 31 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan

Bersih pada Tomat, Cabai Merah, dan Portofolio pada

Petani Desa Perbawati Tahun 2010-1012 ... 69 32 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Produktivitas Tomat

Dan Cabai Merah pada Berbagai Kondisi di Petani

Desa Perbawati Tahun 2010-1012 ... 71 33 Perbandingan Risiko Produksi Berdasarkan Pendapatan Tomat

Dan Cabai Merah pada Berbagai Kondisi di Petani

(15)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1 Tingkat Konsumsi Masyarakat Indonesia Terhadap Sayur-

sayuran dan Buah-buahan Tahun 2007 (kg/tahun/kapita) ... 2

2 Pertumbuhan Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Indonesia Tahun 2007-2010 ... 4

3 Produksi Tomat dan Cabai Merah di Kecamatan Sukabumi Tahun 2008-2010 ... 5

4 Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Tahun 2010-2012 (kg/pohon) ... 8

5 Organisme Pengganggu Tumbuhan Selama Siklus Hidup Tomat ... 11

6 Organisme Pengganggu Tumbuhan Selama Siklus Hidup Merah ... 13

7 Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Ketidakpastian ... 18

8 Hubungan Risiko dan Pendapatan (Return) ... 19

9 Hubungan Kepuasan dan Pendapatan ... 19

10 Hubungan Expected Return dan Varian Return... 20

11 Kerangka Pemikiran Operasional ... 24

12 Potensi Usaha Tani di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi ... 32

13 Distribusi Penduduk Desa Perbawati BerdasarkanUsia Tahun 2011 ... 32

14 Distribusi Penduduk Desa Perbawati Berdasarkan Mata Pencaharian ... 33

15 Kontribusi Rata-Rata Biaya Input terhadap Biaya Tunai Usahatani Tomat Per Musim Tanam di Desa Perbawati Tahun 2010-2012 ... 43

16 Kontribusi Biaya Input terhadap Biaya Keseluruhan Usahatani Cabai Merah Per Musim Tanam di Desa Perbawati Tahun 2010-2012 ... 46

17 Penerimaan Rata-Rata Petani Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Tahun 2010-2012 ... 48

18 Biaya Produksi Rata-Rata, Penerimaan Rata-Rata, Pendapatan atas Biaya Tunai, dan Pendapatan atas Biaya Total Tomat di Desa Perbawati, Tahun 2010-2012 ... 50

(16)

19 Biaya Produksi Rata-Rata, Penerimaan Rata-Rata, Pendapatan atas Biaya Tunai, dan Pendapatan atas Biaya Total Cabai Merah di Desa Perbawati, Tahun 2010-2012 ... 51 20 Rata-Rata Tingkat Produktivitas Tomat dan Cabai Merah

Per Musim di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi,

Kabupaten Sukabumi, Tahun 2010-2012 ... 52 21 Grafik Curah Hujan Kecamatan Sukabumi Periode

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1 Produksi Sayuran di Indonesia Tahun 2005-2010 ... 84 2 Laju Pertumbuhan Produksi Sayuran di Indonesia

Tahun 2005-2010 ... 85 3 Produktivitas Cabai Merah di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2006-2010 ... 86 4 Produktivitas Tomat di Provinsi Jawa Barat

Tahun 2006-2010 ... 87 5 Produksi Tomat dan Cabe Merah di Kabupaten Sukabumi

Tahun 2008-2010 ... 88 6 Pola Tanam Komoditas Sayuran Pada Lahan 1 yang Diusahakan

Petani Responden di Desa Perbawati, Tahun 2011/2012 ... 90 7 Pola Tanam Komoditas Sayuran Pada Lahan II yang Diusahakan

Petani Responden di Desa Perbawati, Tahun 2011/2012 ... 91 8 Analisis Pendapatan Tomat Musim Pertama Per

Hektar Lahan (Rp) ... 92 9 Analisis Pendapatan Tomat Musim Kedua Per

Hektar Lahan (Rp)... 94 10 Analisis Pendapatan Tomat Musim Ketiga Per

Hektar Lahan (Rp) ... 96 11 Analisis Pendapatan Tomat Musim Keempat Per

Hektar Lahan (Rp)... 98 12 Analisis Pendapatan Cabai Merah Musim Pertama Per

Hektar Lahan (Rp)... 100 13 Analisis Pendapatan Cabai Merah Musim Kedua Per

Hektar Lahan (Rp)... 102 14 Analisis Pendapatan Cabai Merah Musim Ketiga Per

Hektar Lahan (Rp)... 104 15 Analisis Pendapatan Cabai Merah Musim Keempat Per

Hektar Lahan (Rp)... 106 16 Data Produktivitas Tomat pada Petani Tomat di

(18)

17 Data Produktivitas Cabai Merah pada Petani Tomat

di Desa Perbawati Tahun 2010-2012 (kg/ha) ... 109 18 Hama dan Penyakit yang Menyerang Tomat ... 110 19 Hama dan Penyakit yang Menyerang Cabai Merah ... 111 20 Penilaian Risiko Produksi secara Spesialisasi Berdasarkan

Produktivitas (kg/ha) Pada Tomat dan Cabai Merah di Desa

Perbawati Tahun 2010-2012 ... 112 21 Penilaian Risiko Produksi secara Spesialisasi Berdasarkan

Pendapatan Bersih (Rp/Ha) Pada Tomat dan Cabe Merah di Desa Perbawati Tahun 2010-2012 ... 113 22 Fraksi Diversifikasi Berdasarkan Luas Lahan ... 114 23 Penilaian Risiko Produksi secara Diversifikasi Berdasarkan

Produktivitas (kg/ha) Pada Tomat dan Cabai Merah di Desa

Perbawati Tahun 2010-2012 ... 115 24 Penilaian Risiko Produksi secara Diversifikasi Berdasarkan

Pendapatan Bersih (Rp/Ha) Pada Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati Tahun 2010-2012 ... 117

(19)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang memiliki peranan penting karena selain sebagai penghasil komoditi untuk memenuhi kebutuhan pangan, sektor pertanian juga berperan sebagai sumber mata pencaharian bagi masyarakat Indonesia karena sebesar 40,3 persen masyarakat Indonenesia bermatapencaharian sebagai petani (BPS 2008). Selain itu, pada Tahun 2009, sektor pertanian menempati urutan kedua setelah industri pengolahan dalam memberikan kontribusi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia.

Sektor pertanian terdiri dari beberapa subsektor, yaitu subsektor perkebunan, pangan, dan hortikultura. Menurut data BPS tahun 2004 bahwa terdapat sekitar 34,01 persen rumah tangga petani Indonesia yang mengusahakan tanaman hortikultura. Hal ini terkait dengan kondisi alam Indonesia yang mendukung dalam pengembangan komoditas-komoditasnya. Subsektor hortikultura ini terdiri dari sayuran, buah-buahan, tanaman hias, dan obat-obatan. Menurut data Direktorat Jenderal Hortikultura (2012), nilai PDB dari subsektor hortikultura dari Tahun 2007 hingga 2010 cendung mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku di Indonesia Tahun 2007-2010

No Komoditas Nilai PDB (Milyar Rp)

2007 2008 2009 2010 1 Buah-Buahan 42.362 47.060 48.437 45.482 2 Sayuran 25.587 28.205 30.506 31.244 3 Tanaman Hias 4.741 5.085 5.494 3.665 4 Biofarmaka 4.105 3.853 3.897 6.174 Total 76.795 84.203 88.334 86.565

Sumber : Ditjen Hortikultura (2012)

PDB merupakan salah satu indikator untuk menentukan kontribusi hortikultura terhadap pendapatan negara. Berdasarkan informasi pada Tabel 1, dapat diketahui bahwa kontribusi komoditas hortikultura cenderung mengalami peningkatan dari tahun 2007 hingga tahun 2010 dengan persentase pertumbuhan yang berbeda-beda. Pada tahun 2007, secara keseluruhan komoditas hortikultura memberikan kontribusi terhadap pendapatan negara sebesar Rp 76.795 milyar,

(20)

tahun 2008 sebesar Rp 84.203 milyar, tahun 2009 sebesar Rp 88.334 milyar, dan tahun 2010 sebesar Rp 86.565 milyar. Penurunan PDB hortikultura pada tahun 2010 disebabkan oleh penurunan kontribusi buah-buahan dan tanaman hias.

Selain sebagai penyumbang PDB pertanian, subsektor hortikultura memiliki peranan dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi masyarakat Indonesia. Beberapa bagian dari komoditas hortikultura tersebut adalah kelompok tanaman sayuran dan buah-buahan. Dari sisi ekonomi yang dapat dilihat pada Tabel 1 buah-buahan memiliki kontribusi terbesar terhadap PDB hortikultura yang kemudian diikuti oleh sayuran. Namun, jika dilhat dari sisi konsumsi maka masyarakat Indonesia memiliki kecendrungan untuk mengkonsumsi sayuran yang lebih tinggi dibandingkan buah-buahan.

Gambar 1. Tingkat Konsumsi Masyarakat Indonesia Terhadap Sayur-sayuran dan Buah-buahan Tahun 2007 (kg/tahun/kapita)

Sumber : Ditjen Hortikultura (2009)

Gambar 1, yang merupakan hasil sensus Direktorat Jenderal Hortikultura, menunjukkan bahwa pada tahun 2007 konsumsi sayuran masyarakat Indonesia mencapai 40,9 kg/kapita/tahun. Dimana angka ini lebih tinggi dibandingkan konsumsi masyarakat Indonesia terhadap buah-buahan yaitu hanya sebesar 34,06 kg/kapita/tahun. Kondisi tersebut disebabkan karena sudah menjadi kebiasaan bagi masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi sayuran yang bersamaan dengan konsumsi nasi sehingga posisi sayuran lebih penting dibandingkan dengan konsumsi buah-buahan. Konsumsi masyarakat pun akan semakin meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Buah-buahan, 34.06 Sayuran , 40.9

(21)

Berdasarkan data BPS Tahun 2011 bahwa laju pertumbuhan rata-rata produksi sayuran di Indonesia periode tahun 2005 hingga 2010 yaitu sebesar 3,26 persen. Hal tersebut menunjukan bahwa terjadi peningkatan produksi pada usahatani sayuran yang dapat disebabkan oleh peningkatan pengusahaan komoditas sayuran oleh para petani di Indonesia. Dari sisi banyaknya jumlah produksi, beberapa komoditas dari kelompok tanaman sayuran yang paling banyak produksi pertahunnya yaitu bawang merah, kentang, kubis, cabai, jamur, daun bawang, tomat, dan mentimun (BPS 2011) (Lampiran 1). Bawang merah memiliki rata-rata laju pertumbuhan sebesar 7,51 persen, kentang sebesar 1,23 persen, kubis sebesar 1,39 persen, cabai sebesar 5,07 persen, jamur sebesar 1,34 persen, daun bawang sebesar 2,18 persen, tomat sebesar 6,9 persen, dan mentimun sebesar 0,02 persen. Maka diantara komoditas tersebut, tomat dan cabai memiliki laju produksi yang tinggi setelah bawang merah seperti yang terlihat pada Lampiran 2.

Berdasarkan data Departemen Pertanian pada Tahun 2011, komoditas cabai yang banyak diusahakan oleh petani yaitu cabai merah. Pada Tabel 2 menunjukan tingkat produktivitas cabai merah lebih tinggi dibandingkan produktivitas cabai rawit. Produktivitas tomat dan cabai merah di Indonesia relatif berfluktuasi, hal ini dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Produktivitas Tomat dan Cabai di Indonesia Tahun 2007-2010

No. Komoditas

Tahun Pertumbuhan

Rata-rata (%) 2007 2008 2009 2010

1 Cabai Merah (Ton/Ha) 6,3 6,37 6,72 6,58 0,31 2 Cabai Rawit (Ton/Ha) 4,67 4,47 5,07 4,56 5,66 3 Tomat (Ton/Ha) 12,33 13,66 15,27 14,58 -1,39 Sumber : Deptan (Departemen Pertanian)(2011)

Tabel 2 menunjukkan bahwa dari tahun 2007 hingga 2010, rata-rata laju pertumbuhan tomat dan cabai merah sebesar 5,66 persen dan 0,31 persen sedangkan cabai rawit laju pertumbuhannya turun sebesar 1,39 persen. Laju produktivitas yang meningkat dapat disebabkan karena bertambahnya petani di Indonesia yang mengusahakan sayuran tomat dan cabai merah sehingga luas panen tomat dan cabai merah mengalami peningkatan. Selain itu, pada Tabel 2

(22)

dapat dilihat bahwa dari tahun 2007 hingga 2008 produktivitas tomat dan cabai merah mengalami fluktuasi yang selanjunya digambarkan pada Gambar 2.

Gambar 2. Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Indonesia Tahun 2007-2010

Sumber : Deptan (2011)

Pada umumnya tomat dan cabai merah dapat tumbuh baik di dataran rendah maupun pada dataran tinggi. Namun, tomat hanya mampu berproduksi secara optimal jika diusahakan pada lahan di dataran tinggi, sedangkan cabai merah hanya akan berproduksi optimal pada daerah yang memiliki persediaan air yang cukup banyak. Menurut Purnaningsih (2008) bahwa sentra sayuran dataran tinggi terbesar di Indonesia yaitu Jawa Tengah, Jawa Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, dan Sulawesi selatan.

Tabel 3. Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Sentra Produksi Dataran Tinggi Indonesia Tahun 2006-2010 Komoditas dan Provinsi Tahun (Ton/Ha) 2006 2007 2008 2009 2010 Tomat Sumatera Utara 21,34 18,91 18,83 19,34 19,57 Sumatera Selatan 6,75 5,82 8,55 8,67 8,38 Jawa Barat 20,25 24,46 26,38 30,58 24,12 Jawa Tengah 11,93 11,96 15,44 14,47 15,74 Sulawesi Selatan 2,76 3,79 7,09 8,66 10,49 Cabai Merah Sumatera Utara 8,2 8,53 8,87 8,53 9,23 Sumatera Selatan 3,84 1,88 3,09 3,91 3,94 Jawa Barat 12,16 11,96 11,51 12,99 9,46 Jawa Tengah 6,12 5 5,3 5,51 5,82 Sulawesi Selatan 4,67 4,39 3,74 4,06 4,14 Sumber : Departemen Pertanian (2011)

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 2007 2008 2009 2010 Tahun P ro dukt iv it as Cabai Merah Tomat

(23)

Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa baik tomat maupun cabai merah yang diusahakan di dataran tinggi, lebih banyak diusahakan di Jawa Barat. Lampiran 3 dan 4 menunjukkan bahwa Kabupaten Sukabumi merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang mengusahakan tomat dan cabai merah dalam usahataninya dengan produktivitas cabai merah yang mendekati produktivitas rata-ratanya, sedangkan produktivitas tomat melebihi produktivitas rata-rata tomat di Provinsi Jawa Barat. Dari beberapa kecamatan yang berada di Kabupaten Sukabumi bahwa Kecamatan Sukabumi merupakan kecamatan yang juga mengusahakan tomat dan cabai merah dalam kegiatan pertaniannya (Lampiran 5).

Produksi tomat dan cabai merah di Kecamatan Sukabumi mengalami fluktuasi. Gambar 3 menunjukkan adanya penurunan dan peningkatan produksi tomat dan cabai merah yang dihadapi oleh para petani di Kecamatan Sukabumi. Pada tahun 2009, baik tomat maupun cabai merah mengalami penurunan produksi. Produksi tomat turun sebesar 15 persen dan cabai merah turun sebesar 65 persen. Pada tahun 2010, keduanya mengalami peningkatan produksi. produksi tomat meningkat sebesar 4 persen dan cabai merah meningkat sebesar 19 persen.

Gambar 3. Produksi Tomat dan Cabai Merah di Kecamatan Sukabumi Tahun 2008-2010

Sumber : BPS (2011)

Kecamatan Sukabumi terdiri atas beberapa desa, yaitu Desa Karawang, Parungseah, Perbawati, Sudajayagirang, Sukajaya, dan Warnasari. Tabel 4 menunjukkan potensi usahatani berdasarkan komoditas unggulan pada masing-masing desa di Kecamatan Sukabumi. Berdasarkan data pada Tabel 4 dapat disimpulkan bahwa tomat dan cabai merah banyak diusahakan di Desa Perbawati dan merupakan komoditas unggulan di Desa Perbawati.

0 2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 2008 2009 2010 P ro duks i Tahun Tomat (kwintal) Cabai Merah (kwintal)

(24)

Tabel 4. Potensi Usahatani berdasarkan Komoditas Unggulan di Kecamatan Sukabumi

Desa Komoditas Unggulan

Sayuran Tanaman Hias Buah-buahan Ternak

Karawang - Sedap Malam - Sapi Perah

Parungseah - - - -

Perbawati Tomat Suji Pisang Ambon -

Cabai merah Sedap Malam

Sudajayagirang - Garbera Pisang Ambon Sapi Perah

Krisan

Sukajaya - Krisan - Ayam buras

Sedap Malam Kelinci

Warnasari - - - -

Sumber: BP4K Kabupaten Sukabumi (2012)

Berdasarkan penjelasan pada Gambar 3, dapat disimpulkan bahwa komoditas tomat dan cabai merah di Kecamatan Sukabumi mengalami fluktuasi produksi. Hal ini menunjukkan bahwa dalam pengusahaannya, masing-masing komoditas tersebut mengandung risiko produksi yang harus ditanggung oleh para petani. Agar petani tidak menghadapi kerugian yang semakin tinggi akibat adanya risiko produksi, maka perlu dilakukan penelitian mengenai risiko produksi terhadap kedua komoditas tersebut. Dalam kasus ini yaitu petani tomat dan cabai merah yang berada di Desa Perbawati yang merupakan desa yang mengusahakan tomat dan cabai merah di Kecamatan Sukabumi. Dengan demikian dapat diketahui berapa besar tingkat risiko yang terjadi dan strategi yang seperti apa untuk mengurangi kerugian akibat adanya risiko produksi tersebut, dan hasilnya dapat direkomendasikan kepada para petani untuk mengelola risiko baik sebelum maupun ketika kegiatan produksi berlangsung.

1.2 Perumusan Masalah

Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Sukabumi yang mengusahakan tanaman sayuran dan beberapa jenis tanaman hias. Namun, sayuran merupakan fokus utama bagi para petani di Desa Perbawati. Hal ini disebabkan karena kondisi alam yang sangat mendukung bagi pertumbuhan sayuran. Selain itu untuk tanaman hias itu sendiri terdapat beberapa desa yang

(25)

memang dijadikan tempat pembudidayaan tanaman hias seperti Desa Karawang dan Desa Sukajaya.

Sayuran yang banyak ditanam di Desa Perbawati antara lain tomat, cabai merah, cabai keritimg, cabai rawit, kubis, bawang daun, mentimun, pakcoy, sawi, dan wortel. Namun, tomat dan cabai merah menjadi komoditas unggulan bagi petani di Desa Perbawati karena selalu diusahakan setiap musim tanam. Luas lahan yang ditanami petani untuk komoditas tomat dan cabai merah beraneka ragam, mulai dari 400 m2 hingga 8 Ha. Dalam satu petak lahan, penanaman tomat dapat dilakukan dua kali dalam satu tahun, sedangkan penanaman cabai merah hanya dapat dilakukan sekali dalam satu tahun karena masa tanamnya lebih lama dibandingkan tomat, yaitu sekitar 6 bulan hingga 7 bulan. Namun, petani responden dalam penelitian ini yaitu petani yang secara intensif menanam tomat dan cabai merah dengan kepemilikan lahan lebih dari satu petak, sehingga dalam satu tahun petani dapat memanen tomat dan cabai merah sebanyak dua kali panen.

Sebagian besar petani menggunakan benih tomat hibrida marta dan cabai merah hibrida “inko hot”. Produktivitas optimal tomat marta yaitu 3 kg/pohon, sedangkan produksi optimal cabai merah “inko hot” yaitu 1 kg/pohon. Namun, produksi tomat yang sering diperoleh petani hanya sekitar 1-1,6 kg/pohon, sedangkan cabai merah hanya sekitar 0,5-0,7 kg/pohon saja. Berdasarkan data yang diperoleh dari para petani tomat dan cabai merah bahwa produktivitas tomat dan cabai merah mengalami fluktuasi. Hal ini terlihat pada produktivitas tomat dan cabai merah pada tahun 2010 hingga tahun 2012. Dimana produksi tomat berkisar antara 0,5 kg/pohon hingga 1,9 kg/pohon, sedangkan produksi cabai merah berkisar antara 0,1 kg/pohon hingga 0,8 kg/pohon.

Gambar 4 menunjukkan bahwa produktivitas tomat dan cabai merah mengalami fluktuasi. Kondisi fluktuasi ini mengindikasikan adanya risiko produksi yang dihadapi oleh petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati karena dalam empat kali musim tanam tomat (Mei-September tahun 2010, November tahun 2010 – Februari tahun 2011, April-Agustus tahun 2011, dan Oktober tahun 2011 - Januari 2012) dan cabai merah (September tahun 2009 – Februari tahun 2010, April-oktober tahun 2010, Desember tahun 2010 – Juni tahun 2011, dan September tahun 2011 – Februari tahun 2012) mengalami

(26)

produki di bawah normalnya sebanyak dua kali yaitu di bawah 1-1,6 kg/pohon untuk tomat dan 0,5-0,7 kg/pohon untuk cabai merah.

Gambar 4. Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Tahun 2010-2012 (kg/pohon)

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam produksi tomat dan cabai merah di Desa Perbawati terdapat risiko produksi yang menyebabkan kerugian bagi para petani. Sebelum memecahkan masalah, maka sebaiknya perlu diketahui penyebab terjadinya risiko produksi tersebut. Dengan demikian, penting dikaji hal-hal berikut ini:

1. Bagaimana risiko produksi pada tomat dan cabai merah yang dihadapi oleh petani Desa Perbawati?

2. Apa saja yang menyebabkan risiko produksi tersebut?

3. Bagaimana tingkat risiko pada tomat dan cabai merah jika petani melakukannya secara spesialisasi dan diversifikasi?

4. Strategi apa saja yang dapat direkomendasikan kepada petani menyangkut risiko produksi yang dihadapinya?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Menganalisis kondisi risiko produksi yang dihadapi oleh para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati.

2. Menganalisis sumber risiko produksi pada tomat dan cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi.

3. Menganalisis tingkat risiko tomat dan cabai merah jika petani melakukannya secara spesialisasi dan diversifikasi.

-0.5 1.0 1.5 2.0 2.5 1 2 3 4 P ro dukt iv ii ta s Musim Tomat (kg/pohon) Cabai Merah (kg/pohon)

(27)

4. Menyusun dan menentukan strategi yang dapat mengurangi risiko produksi.

1.4 Manfaat Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini, antara lain :

1. Sebagai bahan pertimbangan bagi petani dalam meminimalisir risiko produksi.

2. Sebagai tambahan informasi dan referensi untuk penelitian selanjutnya

3. Bagi Pemerintah daerah Sukabumi khusunya BP3K, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam menyusun program pembangunan sektor pertanian khususnya sayuran.

4. Sebagai wahana bagi peneliti untuk mengaplikasikan pengetahuan risiko bisnis secara langsung dalam kehidupan sehari-hari.

(28)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum 2.1.1 Sayuran

Sayuran selain sebagai bahan pangan bagi manusia juga memiliki kontribusi terhadap perekonomian negara diantaranya berkontribusi terhadap PDB nasional dan sebagai sumber mata pencaharian warga untuk memperoleh pendapatan. Menurut Rahardi (2006), sebagai salah satu produk agribisnis, sayuran memiliki karakteristik tersendiri yang membedakan dengan komoditas hortikultura lainnya. Karakteristik yang dimiliki sayuran antara lain:

1. Tidak tergantung musim

Sayuran dapat dibedakan menjadi sayuran semusim dan tahunan. Meskipun ada beberapa sayuran yang sifatnya tahunan, namun konsumen masih dapat menemukan walaupun jumlahnya sedikit dan harganya mahal. Sehingga sayuran dapat dibudidayakan kapan saja asal syarat tumbuhnya terpenuhi.

2. Tinggi risiko

Produk sayuran umumnya mudah rusak, mudah busuk, dan voluminous. Jika tidak ada penanganan lebih lanjut pada pasca panen maka harganya pun akan turun bahkan tidak bernilai sama sekali.

3. Perputaran modalnya lebih cepat.

Walaupun berisiko tinggi, namun perputaran modal usaha sayuran terbilang cepat dibandingkan dengan komoditas pertanian yang lainnya. Hal ini terkait dengan umur tanam untuk produk sayuran lebih singkat dan disertai dengan permintaan konsumen terhadap berbagai jenis sayuran tidak akan pernah berhenti.

Menurut Kurnia et al. (2004), pertumbuhan dan perkembangan tanaman sayuran tidak lepas dari pengaruh lingkungan seperti iklim dan topografi lingkungan lahan tanam. Secara umum, sentra produksi sayuran dataran tinggi terletak pada ketinggian 700-2500 m di atas permukaan laut (dpl), dengan suhu udara rata-rata sekitar 220C. Selain itu, curah hujan di sentra produksi sayuran dataran tinggi berkisar 2.500 hingga 4.000 mm/tahun dan merupakan daerah yang

(29)

dipengaruhi oleh aktivitas gunung merapi baik statusnya masih aktif maupun yang sudah tidak aktif lagi. Sukabumi mempunyai curah hujan rata-rata tahunan sebesar 2.805 mm dengan suhu udara berkisar 20 hingga 300C. Curah hujan antara 3.000-4.000 mm/tahun terdapat di daerah utara, sedangkan curah hujan antara 2.000-3.000 mm/tahun terdapat dibagian tengah sampai selatan Kabupaten Sukabumi sedangkan ketinggiannya bervariasi antara 0-2.958 m dpl. Hal tersebut mengindikasikan bahwa kondisi lingkungan wilayah Sukabumi sangat mendukung bagi pertumbuhan dan perkembangan komoditas sayuran termasuk untuk komoditas cabai merah dan tomat.

2.1.2 Budidaya Tomat

Menurut Dewa (2007), tomat dapat diusahakan diberbagai daerah. Namun, pertumbuhan optimal tomat hanya dapat terjadi pada daerah di ketinggian lebih dari 750 m dpl dengan kemasaman lahan sekitar 5,5-6,5. Suhu antara 150C-280C sangat cocok agar tomat tumbuh optimal. Tomat akan cenderung kuning pada suhu di atas 320C dan warna buah tidak merata jika berada pada suhu yang tidak stabil. Curah hujan yang cocok untuk pertumbuhan tomat antara 750-125 mm/tahun dengan sistem pengairan yang baik.

Selama siklus hidupnya, selain dipengaruhi oleh perubahan cuaca dan iklim budidaya tomat tidak lepas dari serangan hama dan penyakit. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5.

Jenis OPT Hari Setelah Tanam

7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98

Hama

Ulat Tanah

Lalat Penggorok Daun

Aphis sp Kutu Putih Heliothis sp Penyakit Bercak Busuk Daun/Buah Gambar 5. Organisme Pengganggu Tumbuhan Selama Siklus Hidup Tomat

Sumber: Syngenta (2008)

Gambar 5 menunjukkan bahwa serangan hama dan penyakit pada tomat mulai terjadi ketika tanaman berumur 7 hari setelah masa tanam. Namun,

(30)

serangan lebih banyak terjadi ketika tanaman berumur 28 hari setelah masa tanam dan merupakan masa dimana tanaman tomat mulai berbunga. Hama yang banyak menyerang pada masa ini yaitu jenis hama yang menyerang bunga.

Menurut Purwati (2009), penggunaan varietas hibrida mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena varietas tomat hibrida merupakan varietas unggul yang memiliki daya hasil tinggi, kualitas buah yang baik dan seragam, serta keberadaannya tersedia secara kontinu. Tabel 5 menunjukkan beberapa produktivitas tomat hibrida di daerah medium Garut.

Tabel 5. Produktivitas Tomat Hibrida di Daerah Medium Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Provinsi Jawa Barat Tahun 2009 (ton/ha)

Sumber: Purwati (2009)

2.1.3 Budidaya Cabai Merah

Menurut Wardani dan Purwanta (2008), tanaman cabai merah dapat tumbuh baik di dataran tinggi maupun di dataran rendah, yaitu antara 0-1000 m dpl dengan pH tanah antara 6-7 dan sistem irigasi yang baik. Selama siklus hidupnya, pengusahaan cabai merah pun tidak lepas dari adanya serangan hama dan penyakit yang dapat dilihat pada Gambar 6. Pada tanaman cabai merah, serangan hama sudah mulai terjadi serangan sejak tanaman cabai merah berumur 14 hari setelah tanam, kemudian ketika cabai merah berumur 28 setelah hari tanam.

Baik pada tomat maupun pada cabai merah, ketika hama dan penyakit muncul maka petani akan melakukan penyemprotan dengan pestisida. Kegiatan penyemprotan ini akan mengurangi serangan hama dan penyakit tersebut tetapi juga akan mengundang hama dan penyakit sekunder lainnya. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 5 dan Gambar 6.

No Nama Genotip Produktivitas (ton/ha) 1 IVEGRI 06-01 40,10 2 IVEGRI 06-02 54,75 3 IVEGRI 06-03 55,55 4 IVEGRI 06-04 48,05 5 IVEGRI 06-05 56,60 6 Blts 05-07 48,55 7 Blts 05-08 40,00 8 Blts 05-09 50,75

No Nama Genotip Produktivitas (ton/ha) 9 Blts 05-10 43,75 10 Blts 05-02 47,70 11 Arthaloka 45,55 12 Idola 56,70 13 Permata 49,70 14 Marta 49,25 15 Spirit 53,75 16 IVEGRI 06-16 48,25

(31)

Jenis OPT Hari Setelah Tanam 7 14 21 28 35 42 49 56 63 70 77 84 91 98 Hama Thrips Kutu Daun Tungau Ulat Daun Heliothis sp Lalat Buah Kutu Kebul Pengisap Daun Penyakit Bercak Daun Antraks Busuk Buah/Daun

Gambar 6. Organisme Pengganggu Tumbuhan Selama Siklus Hidup Cabai Merah Sumber: Syngenta (2008)

Dari banyak varietas cabai merah yang ada di Indonesia. Tabel 6 menunjukkan varietas cabai merah hibrida dan non hibrida yang telah dilepas di Indonsia. Dapat disimpulkan bahwa, produktivitas cabai merah hibrida lebih tinggi dibandingkan produktivitas cabai merah nonhibrida.

Tabel 6. Produktivitas Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010 (ton/ha)

No Nama Genotip Varietas Produktivitas (ton/ha)

1 TM 999 Hibrida 14

2 Inko Hot Hibrida 15-18

3 Biola Hibrida 20-22

4 Hot Beauty Hibrida 16-18

5 Hot Chili Hibrida 30

6 Premium Hibrida 13

7 Lembang-1 Nonhibrida 9

8 Tanjung-2 Nonhibrida 12

Sumber: Piay S, et al (2010)

2.2 Tinjauan Alat Pengukuran Risiko

Penelitian mengenai risiko pada sektor pertanian sudah dilakukan sebelumnya dan komoditas yang ditelitipun beragam. Dalam melakukan penelitian khususnya penelitian yang menganalisis risiko produksi sebaiknya harus menyesuaikan antara masalah penelitian dengan alat yang digunakan untuk memecahkan masalah tersebut. Misalnya analisis yang dilakukan oleh Fariyanti (2008), dalam

(32)

melakukan penelitiannya menggunakan alat analisis GARCH untuk mentransformasikan data menjadi informasi.

Berbeda dengan yang dilakukan oleh Tarigan (2009), Utami (2009), Ginting (2009), Sembiring (2010), dan Jamilah (2010), dimana varian (Variance), simpangan baku (Standard Deviation), dan koefisien variasi (Coefficient

Variation) menjadi alat yang digunakan untuk menentukan tingkat risiko yang

dihadapi oleh para petani.

2.3 Tinjauan Risiko

Risiko merupakan suatu peluang yang memungkinkan sesorang memperoleh hasil yang tidak diinginkan sehingga keberadaannya cenderung terkait dengan situasi yang memunculkan situasi negatif dan terkait dengan kemampuan untuk memperkirakan terjadinya hasil yang negatif (Basyaib 2007). Sumber risiko yang dihadapi oleh para petani dan cara penanganannya pun berbeda tergantung komoditas yang diusahakannya. Misalnya, pada komoditas wortel dan bawang daun yang diteliti oleh Jamilah (2010). Berdasarkan hasil pengukuran risiko yang dilakukan, diperoleh bahwa risiko produksi wortel lebih rendah dibandingkan dengan risiko produksi pada bawang daun. Risiko produksi ini muncul karena adanya ketergantungan terhadap aktivitas produksi yang meliputi benih, pupuk, obat-obatan, tenaga kerja, ketersediaan infrastruktur pertanian seperti pengairan, pengaruh hama dan penyakit, serta pengaruh iklim dan cuaca.

Fariyanti (2008), melakukan penelitian terhadap kentang dan kubis, ternyata risiko produksi kentang dan kubis dipengaruhi oleh risiko produksi pada musim sebelumnya. Dari hasil penelitiannya diperoleh bahwa kentang (0,329) lebih tinggi risiko produksinya dibandingkan kubis (0,280). Namun, ketika keduanya diusahakan secara bersamaan dengan sistem diversifikasi maka tingkat risiko produksinya lebih rendah (0,124) dibandingkan jika usahatani kedua komoditas tersebut dilakukan secara spesialisasi.

Selanjutnya, penelitian terhadap kegiatan spesialisasi (komoditas brokoli, caisin, sawi putih dan tomat) dan kegiatan portofolio (tomat dengan caisin, tomat dengan sawi putih dan brokoli dengan tomat) dilakukan oleh Sembiring (2010). Pada kegiatan spesialisasi, brokoli memiliki risiko produksi tertinggi (0,54) dan yang paling rendah tingkat risiko produksinya yaitu caisin (0,24). Sedangkan

(33)

untuk kegiatan diversifikasi ternyata diversifikasi tomat dan caisin lebih rendah tingkat risiko produksinya (0,26) dibandingkan dengan kegiatan spesialisasi antara tomat dan brokoli (0,38).

Tarigan (2009), dalam penelitiannya melakukan perbandingan tingkat risiko produksi antara brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting kemudian usahatani spesialisasi tersebut dibandingkan dengan tingkat risiko pada usahatani diversifikasi antara tomat dengan bayam hijau dan cabai keriting dengan brokoli. Hasilnya yaitu pada kegiatan spesialisasi dari keempat komoditas yang dibandingkan ternyata risiko produksi bayam hijau yang paling tinggi (0,225) dan yang paling rendah yaitu cabai keriting (0,048). Hal ini dikarenakan bayam hijau sangat rentan terhadap penyakit terutama pada musim penghujan. Sedangkan pada kegiatan diversifikasi, risiko produksi komoditas cabai keriting dan brokoli lebih rendah (0,067) dibandingkan komoditas brokoli dalam kegiatan spesialisasi (0,112). Utami (2009) membandingkan hasil penelitiannya dengan yang dilakukan oleh Tarigan (2009), dimana hasilnya jika dibandingkan dengan tingkat risiko produksi pada komoditas brokoli (0,112), tomat (0,055), dan cabai keriting (0,048) maka risiko produksi bawang merah lebih tinggi (0,203).

Penelitian yang dilakukan oleh Situmeang (2011) bahwa risiko produksi cabai merah keriting yang dihadapi oleh petani dalam kelompok tani yaitu sebesar 0,5. Risiko produksi yang dihadapi oleh petani disebabkan oleh serangan hama dan penyakit, keadaan cuaca dan iklim, keterampilan tenaga kerja, serta kondisi tanah.

2.4 Tinjauan Strategi dalam Mengurangi Risiko

Strategi dalam mengurangi risiko merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sebagai upaya untuk meminimalisir kerugian dalam berbisnis. Beberapa upaya yang dilakukan untuk meminimalkan tingginya tingkat kerugian seperti menggunakan benih yang tahan terhadap penyakit dan kekeringan, pengembangan teknologi irigasi dan diversivikasi terhadap kegiatan usahataninya. Selain itu dilakukan upaya penyediaan sarana dan prasarana penyimpanan secara berkelompok, melakukan sistem kontrak baik secara vertikal maupun horizontal, dan menciptakan kelembagaan pemasaran sebagai upaya untuk meminimalisir risiko harga yang dihadapi para petani (Fariyanti 2008).

(34)

Penanganan risiko menurut Tarigan (2009) dan Sembiring (2010) yaitu dengan melakukan diversifikasi, kemitraan dalam pengguanaan input, pengendalian hama dan penyakit tanaman, perlakuan pada saat pemanenan dan pengemasan, serta perbaikan manajemen usaha. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Jamilah (2010), penanganan risiko yang dilakukan antara lain penyiraman pada musim kemarau sesuai dengan kebutuhan, pengendalian hama secara terpadu (PHT), meningkatkan kesuburan lahan dengan pemupukan dan sistem rotasi tanaman, penggunaan input yang sesuai, meningkatkan sumberdaya manusia melalui pelatihan dan penyuluhan, dan melakukan diversifikasi dengan cara tumpang sari.

Utami (2009) menerapkan strategi preventif yang bertujuan untuk menghindari terjadinya risiko. Adapun tindakan preventif yang dilakukan antara lain, meningkatkan kualitas perawatan sebagai upaya untuk menghindari risiko yang diakibatkan oleh cuaca dan iklim, membersihkan area yang dijadikan kumbung untuk mencegah datangnya hama, melakukan perencanaan pembibitan yang dilakukan dengan memastikan semua bahan baku memiliki kualitas yang baik, mengembangkan sumberdaya manusia dengan pelatihan dan penyuluhan seputar jamur tiram putih, dan menggunakan peralatan yang steril.

Dapat dilihat bahwa masing-masing unit usaha akan memiliki risiko yang berbeda sehingga penanganan terhadap risiko yang dilakukan oleh berbagai pihak bermacam-macam. Namun, diharapkan komoditas yang memiliki risiko yang paling tinggi harus didahulukan dalam penanganannya walaupun strategi penanganan risiko hanya digunakan untuk mengurangi tingkat risiko yang ada bukan untuk menghilangkan risiko.

2.5 Persamaan dan Perbedaan dengan Penelitian Terdahulu

Persamaan yang terdapat pada penelitian ini dengan beberapa penelitian terdahulu dapat dilihat pada Tabel 7.

(35)

Tabel 7. Persamaan dan Perbedaan Penelitian yang Dilakukan dengan Penelitian Terdahulu

No. Uraian Perbedaan Persamaan

1 Fariyanti (2008)  Fokus analisis yaitu kentang dan kubis

 Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko yaitu GARCH

Menganalisis risiko produksi tentang sayuran

2 Jamilah (2010) Fokus analisis yaitu wortel dan bawang daun

 Metode yang digunakan dalam pengukuran risiko, yaitu varian (Variance), simpangan baku (Standard Deviation), dan koefisien variasi

(Coefficient Variation)

Tempat dan subjek yang akan diteliti Menganalisis risiko

produksi tentang sayuran

3 Sembiring (2010)

Fokus analisis yaitu brokoli, caisin, sawi putih dan tomat

4 Tarigan (2009) Fokus analisis yaitu brokoli, bayam hijau, tomat dan cabai keriting

5 Utami (2009) Fokus analisis yaitu bawang merah dan dikaitkan dengan perilau penawarannya

(36)

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.3 Kerangka Pemikiran Teoritis

3.3.1 Konsep Risiko dan Perilaku dalam Menghadapi Risiko

Secara umum risiko dan ketidakpastian merupkan satu kesatuan dalam penggunaannya sehari-hari namun keduanya memiliki perbedaan. Risiko berhubungan dengan suatu kejadian, dimana kejadian tersebut memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi, dan jika terjadi maka akan menimbulkan kerugian bagi pihak terkait (Kountur 2006). Dengan kata lain risiko merupakan kejadian atau suatu kemungkinan dimana peluang dan hasil akhirnya dapat di ketahui dan dapat diukur oleh para pembuat keputusan. Sedangkan ketidakpastian menunjukkan keadaan dimana hasil dan akibatnya tidak bisa diketahui oleh para pembuat keputusan. Perbedaan antara risiko dan ketidakpastian dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Rangkaian Kejadian Berisiko dengan Kejadian Ketidakpastian Sumber: Debertin (1986)

Pada umumnya peluang terhadap suatu kejadian dapat ditentukan oleh pembuat keputusan berdasarkan pengalaman dalam mengelola kegiatan usaha. Jika dilihat dari definisi-definisi tersebut maka terdapat tiga unsur yang membangun suatu risiko yaitu kejadian, kemungkinan, dan akibat. Selain itu terdapat unsur lainnya yaitu eksposur, waktu, dan rentan. Eksposur berhubungan dengan peluang keterlibatan pada beberapa kejadian. Unsur waktu berhubungan dengan semakin lama sesuatu itu terekspos maka semakin tinggi risikonya. Sedangkan unsur rentan menunjukan semakin mudah rusak maka semakin tinggi risikonya. Indikator adanya risiko yaitu adanya variasi atau fluktuasi baik pada produksi, harga, maupun pendapatan yang diperoleh para pembuat keputusan.

Kejadian berisiko

Probabilitas dan Hasil Akhir Diketahui

Probabilitas dan Hasil Akhir Tidak Diketahui

(37)

Para pembuat keputusan perlu menilai tingkat risiko pada bisnisnya untuk menetapkan strategi sebagai upaya untuk mengurangi keberadaan risiko tersebut.

Terdapat hubungan antara risiko dan return yang akan diperolehnya sehingga para pembuat keputusan dapat melakukan pengelolaan risiko pada bisnisnya dengan baik. Hal ini ditunjukan oleh Gambar 8 dimana risiko dan return yang dihadapi para pembuat keputuusan bergerak satu arah. Dengan kata lain, semakin besar risiko yang dihadapi para pembuat keputusan maka akan semakin tinggi return yang diterima. Begitu pula sebaliknya semakin kecil risiko yang dihadapi para pembuat keputusan maka akan semakin kecil return yang diterima.

Gambar 8. Hubungan Risiko dan Pendapatan (Return)

Sumber : Hanafi (2007)

Selain itu, terdapat hubungan antara kepuasan dan pendapatan yang akan mempengaruhi perilaku para pembuat keputusan untuk menghadapi berbagai jenis risiko. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan Kepuasan dan Pendapatan Sumber : Debertin (1986) Return Risk Expected Return Utility Income Utility Utility Income Income Risk Averse Risk Neutral Risk Lover

(38)

Berdasarkan Gambar 9, maka dapat dijelaskan beberapa perilaku para pembuat keputusan dalam menghadapi risiko (Kountur 2006), yaitu:

1. Fungsi kepuasan Risk Lover, pembuat keputusan yang berani terhadap risiko, jadi ketika variasi dari keuntungan meningkat, maka pembuat keputusan akan mengimbanginya dengan menurunkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran dari kepuasan.

2. Fungsi kepuasan Risk Neutral, pembuat keputusan yang netral terhadap risiko, jadi ketika variasi dari keuntungan meningkat, maka pembuat keputusan akan mengimbanginya dengan menurunkan atau meningkatkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran dari kepuasan.

3. Fungsi kepuasan Risk averter, pembuat keputusan yang takut terhadap risiko, jadi ketika variasi dari keuntungan meningkat, maka pembuat keputusan akan mengimbanginya dengan meningkatkan keuntungan yang diharapkan yang merupakan ukuran dari kepuasan.

Gambar 10 menunjukkan perilaku pengambil keputusan dalam menghadapi risiko yang dijelaskan oleh hubungan antara variasi dan keuntungan yang diharapkan.

Gambar 10. Hubungan Expected Return dan Variance Return Sumber : Debertin (1986) Expected Return Variance Return U3 Risk Taker U1 Risk Averter U2 Risk Neutral

(39)

Hubungan antara expected return (ukuran dari kepuasan para pembuat keputusan) dan variance return (ukuran dari tingkat risiko) dapat menggambarkan perilaku para pembuat keputusan dalam menghadapi risiko.

1. Risk Averter, Pembuat keputusan yang takut terhadap risiko, jadi ketika U1 diasumsikan sebagai kurva isoutility pembuat keputusan, maka ketika adanya kenaikan variance return akan diimbangi dengan meningkatkan keuntungan yang diharapkan.

2. Risk Neutral, pembuat keputusan yang netral terhadap risiko, jadi ketika U2

diasumsikan sebagai kurva isoutility pembuat keputusan, maka adanya kenaikan variance return tidak akan diimbangi dengan menaikkan keuntungan yang diharapkan.

3. Risk Taker, pembuat keputusan yang takut terhadap risiko, jadi ketika U3

diasumsikan sebagai kurva isoutility pembuat keputusan, maka adanya kenaikan variance return akan diimbangi oleh pembuat keputusan dengan kesediaannya menerima return yang diharapkan lebih rendah.

3.3.2 Sumber –Sumber Risiko

Beberapa sumber risiko yang sering dihadapi oleh para petani menurut Harwood et al. (1999), yaitu risiko produksi, risiko pasar atau harga, risiko kelembagaan, risiko kebijakan, dan risiko finansial.

1. Sumber risiko yang berasal dari risiko produksi yaitu, gagal panen, penurunan produkstivitas, kerusakan produk akibat serangan hama penyakit, perubahan cuaca, kelalaian sumberdaya manusia, misalnya ketidaksesuaian dalam pemupukan.

2. Sumber risiko yang berasal dari risiko pasar atau risiko harga yaitu, kerusakan produk sehingga tidak memenuhi mutu pasar akibatnya tidak dapat dijual, permintaan terhadap produk rendah, fluktuasi harga input dan output, serta daya beli masyarakat menurun.

3. Beberapa risiko yang berasal dari risiko kelembagaan yaitu adanya aturan yang membuat anggota dari suatu organisasi menjadi kesulitan dalam memasarkan ataupun meningkatkan produksinya.

(40)

4. Beberapa risiko yang berasal dari risiko kebijakan yaitu adanya kebijakan tertentu yang dapat menghambat kemajuan suatu usaha, misalnya kebijakan tarif ekspor.

5. Beberapa risiko yang berasal dari risiko finansial yaitu, adanya piutang tidak tertagih, likuiditas yang rendah sehingga perputaran usaha menjadi terhambat, laba menurun karena terjadinya krisis ekonomi.

3.3.3 Pengukuran Risiko

Risiko merupakan suatu kejadian yang memiliki kemungkinan untuk terjadi atau tidak terjadi dimana peluangnya dapat diukur oleh para pembuat keputusan sehingga para pengambil keputusan dapat menilai tingkat risiko untuk membuat strategi yang dapat meminimalisir munculnya risiko tersebut. Alat yang dapat digunakan untuk mengukur risiko yaitu variance, standard deviation dan

coeffition variation dimana ukuran tersebut berkaitan satu sama lain.

Variance merupakan suatu ukuran tingkat risiko. Sedangkan simpangan

baku (standard deviation) menggambarkan rata-rata perbedaan penyimpangan. Jadi semakin kecil simpangan baku dan variannya maka risiko yang dihadapi akan semakin kecil. Selain itu, Coefficient variation merupakan ukuran yang paling tepat jika dibandingkan dengan variance dan standard deviation bagi pengambil keputusan khususnya dalam memilih salah satu alternatif dari beberapa kegiatan usaha dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi dari setiap kegiatan usaha. Semakin kecil Coefficient variation maka akan semakin rendah risiko yang dihadapi.

3.3.4 Strategi dalam Mengurangi Risiko

Setiap bisnis yang dipilih oleh para pembuat keputusan baik bisnis yang bergerak pada sektor pertanian, peternakan, lembaga keuangan, maupun industri akan memiliki suatu risiko. Hal ini berbanding terbalik dengan keinginan para pembuat keputusan yang mengharapkan bisnisnya berjalan semulus mungkin tanpa ada risiko apapun. Risiko yang muncul tersebut tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya bisa diminimalisir saja oleh para pengambil keputusan.

Menurut Harwood et al. (1999), pembuat keputusan dapat mengelola risiko yang dihadapinya dengan melakukan kemitraan atau menjalin suatu

(41)

integrasi vertikal, diversifikasi usaha, kontrak produksi, kontrak pemasaran, perlindungan nilai, dan melakukan asuransi.

3.4 Kerangka Pemikiran Operasional

Tomat dan cabai merah merupakan komoditas hortikutura yang cukup memiliki nilai ekonomi. Hal ini dikarenakan, tomat dan cabai merah merupakan komoditas yang banyak digunakan konsumen baik untuk bumbu makanan maupun untuk diolah lebih lanjut. Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang berada di wilayah Kabupaten Sukabumi yang menjadikan tomat dan cabai merah sebagai komoditas utamanya. Menurut para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati, produksi tomat dan cabai merah sangat dipengaruhi oleh kondisi cuaca, iklim, hama, dan penyakit sehingga produksinya bervariasi pada setiap musim panennya.

Penelitian yang dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi bertujuan untuk mengetahui kondisi dan tingkat risiko produksi yang dilami petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati, sumber yang menyebabkan risiko produksi, dan menentukan strategi yang harus dilakukan untuk mengurangi risiko yang dihadapi para petani di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi. Penilaian tingkat risiko produksi ini dilakukan dengan menentukan sumber risiko kemudian menghitung tingkat risiko dengan menggunakan alat ukur risiko yaitu variance,

standard deviation, dan coefficient variance baik untuk risiko yang bersifat

spesialisasi maupun diversifikasi. Setelah hasil perhitungan tingkat risiko diketahui, maka menetapkan strategi yang tepat untuk mengurangi tingkat risiko agar para petani mampu mencapai hasil yang diharapkan. Bila tahapan analisis tersebut selesai maka dapat direkomendasikan kepada para petani di Desa Perbawati.

(42)

Gambar 11. Kerangka Pemikiran Operasional

Petani di Desa Perbawati yang Mengusahakan Tomat dan Cabai Merah Fluktuasi Produksi Tomat dan Cabai Merah

Analisis Kuantitatif Tingkat Risiko

Variance

Standard Deviation

Coefficient Variannce

Strategi untuk Mengurangi Risisko Produksi

Analisis Kualitatif Sumber Risiko:

 Perubahan Cuaca dan Iklim

 Hama dan Penyakit

(43)

IV. METODE PENELITIAN

Metode penelitian menguraikan tahapan-tahapan yang dilakukan pada saat penelitian berlangsung. Tahapan-tahapan tersebut digunakan peneliti dalam melaksanakan penelitian sehingga proses penelitian sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tahapan-tahapan tersebut meliputi penentuan lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, metode pengolahan data, dan metode analisis data.

4.6 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat dengan menganalisis risiko produksi yang dihadapi para petani tomat dan cabai merah yang berada di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja karena Desa Perbawati merupakan salah satu sentra produksi sayuran di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi. Penelitian dilakukan pada tanggal 21 Desember 2011 hingga tanggal 21 Februari 2012.

4.7 Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pencatatan dan wawancara langsung dengan para petani di Desa Perbawati. Hal ini dilakukan untuk mengetahui secara langsung mengenai luas lahan yang diusahakan, harga jual komoditasnya, biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, jumlah produksi yang diperoleh selama masa produksi berlangsung, proses produksi, risiko yang dihadapi petani, penyebab risiko yang terjadi dan untuk mengetahui bagaimana proses penanganan risiko yang selama ini telah dilakukan oleh para petani serta untuk mengetahui peluang terjadinya produksi.

Data sekunder diperoleh dari Badan Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP3K) Kecamatan Sukabumi, Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan (BP4K) Kabupaten Sukabumi, Dinas Pertanian dan Tanaman pangan Provinsi Jawa Barat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Departemen Pertanian, dan Badan Pusat statistika, perpustakaan, dan situs-situs yang terkait dengan kegiatan penelitian serta literatur yang relevan.

(44)

4.8 Metode Pengumpulan Data

Data diperoleh melalui sensus yaitu meneliti semua petani yang mengusahakan tomat dan cabai merah yang berada di Desa Perbawati sehingga para petani memiliki peluang yang sama untuk dipilih sebagai responden dalam penelitian ini. Petani yang dijadikan responden untuk kegiatan penelitian berjumlah 25 orang yang merupakan populasi petani yang secara intensif menanam tomat dan cabai merah di Desa Perbawati, Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, artinya, di Desa Perbawati hanya ada 25 orang responden petani yang mengusahakan tomat dan cabai merah secara rutin pada setiap musim tanamnya, sehingga petani yang hanya menanam tomat atau cabai merah saja tidak dimasukkan sebagai petani respoden.

4.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data yang dibutuhkan terkumpul, maka dilakukan pengolahan data. Dalam melakukan pengolahan data menjadi informasi dengan bantuan aplikasi Microsoft Excel 2007 dan Word 2007. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan dua analisis yaitu secara kualitatif dan kuantitatif.

4.9.1 Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif digunakan ketika mendeskripsikan kondisi risiko produksi terhadap komoditi cabai merah dan tomat yang dihadapi oleh para petani. Selain itu, untuk mendeskripsikan sumber yang menyebabkan adanya risiko dan juga untuk mendeskripsikan strategi para petani tomat dan cabai merah di Desa Perbawati untuk mengurangi tingkat risiko.

4.9.2 Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif digunakan ketika menghitung pendapatan petani, peluang, dan tingkatan risiko produksi baik berdasarkan produktivitas maupun berdasarkan pendapatan dengan menghitung variance, standard deviation, dan coefficient

variance.

4.9.2.1 Analisis Risiko pada Kegiatan Usaha Spesialisasi

Peluang suatu kejadian dapat diukur berdasarkan pengalaman para petani di masa lalunya. Peluang tersebut diperoleh melalui tiga kondisi, yaitu kondisi baik,

(45)

normal, dan kondisi buruk. Pada setiap kondisi, dilakukan pengukuran terhadap peluang yaitu membagi frekuensi kejadian dengan periode waktu proses produksi. Secara sistematis dapat dituliskan:

Keterangan : p = peluang

: f = Frekuensi kejadian (kondisi baik, normal, dan buruk) : T = Periode waktu proses produksi

Penghitungan peluang dilakukan pada komoditas yang diteliti yaitu cabai merah dan tomat. Kondisi normal terjadi ketika produktivitas tomat mencapai 1-1,6 kg/pohon dan cabai merah mencapai 0,5-0, kg/pohon. Kondisi baik terjadi ketika produksi tomat dan cabai merah mencapai hasil di atas kondisi normal, sedangkan kondisi buruk terjadi ketika produksi tomat dan cabai merah mencapai hasikl di bawah kondisi normal.

Jumlah kejadian (musim panen) yan diteliti yaitu sebanyak 4 kejadian, dimana komoditas dengan kondisi baik sebanyak 1 kejadian, normal sebanyak 1 kejadian, dan buruk sebanyak 2 kejadian. Peluang yang dihasilkan untuk kondisi baik yaitu 0,25, normal sebesar 0,25, dan buruk sebesar 0,5, sehingga total peluang berjumlah satu. Secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut:

Selain itu, ketika para petani akan melakukan pengambilan keputusan yang mengandung risiko, maka Expected return dapat membantunya. Expected return merupakan jumlah produksi pada masing-masing kondisi (kondisi baik, normal, dan buruk) yang terjadi akibat adanya peluang (Lampiran 15 dan 16). Rumus

Expected return dituliskan sebagai berikut:

Dimana: Ř = Expected return

pij = Peluang produktivitas tomat/cabai merah ( i = usaha, j = kejadian) Rij = Return tomat/cabai merah

p = f/T Ř i = 𝑚 𝑗 =1 pij Rij 𝑚 𝑗 =1 pij = 1 atau pi1 + pi2 + pi3 + ... + pim atau Ři = pi1 Ri1 + pi2 Ri2 + pi3 Ri3 + ... + pim Rim

Gambar

Gambar 2.  Produktivitas Tomat dan Cabai Merah di Indonesia Tahun 2007- 2007-2010
Tabel 4.  Potensi Usahatani berdasarkan Komoditas Unggulan di Kecamatan   Sukabumi
Gambar 4.  Produktivitas  Tomat  dan  Cabai  Merah  di  Desa  Perbawati,  Kecamatan  Sukabumi,  Kabupaten  Sukabumi,  Tahun  2010-2012  (kg/pohon)
Tabel 6. Produktivitas Cabai Merah di Indonesia Tahun 2010 (ton/ha)
+7

Referensi

Dokumen terkait

The existence of corporate responsibility towards employee will improve their performance, companies need to create a conducive working atmosphere, comfortable

Tabel 14 Hasil Tabulasi Silang Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Chikungunya di Wilayah Kerja Puskesmas Jaten Karanganyar ....

Setelah diterapkannya pembelajaran dengan pendekatan pemecahan masalah (problem solving) tersebut terjadi peningkatan motivasi dan prestasi belajar matematika siswa

Impact of Customer Perceived Value and Customers Perception of Public Relation on Customer Loyalty with Moderating Role of Brand Image... Service Quality,

Salah satu cara yang ia lakukan adalah memotivasi seluruh karyawan untuk jauh lebih baik dalam bekerja sehingga prestasi yang pernah dicapai akan terus meningkat, dengan kata

Dalam studi pendahuluan yang dilakukan dengan wawancara kepada siswa dan guru bahasa Jepang, ditemukan masalah bahwa masih banyak siswa yang merasa kesulitan

Adapun hasil yang diperoleh dari penelitian ini ialah, Pengaturan circumstantial evidence dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka pembuktian kasus kartel

Untuk Kabupaten OKU, dengan kondisi yang ada, Sekretariat Daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten; Sekrtariat DPRD; Dinas paling banyak 15 (lima belas); Lembaga teknis