ANALISIS METEOROLOGIS HUJAN LEBAT DI WILAYAH BITUNG DAN SEKITARNYA
TANGGAL 12 FEBRUARI 2017
I. INFORMASI KEJADIAN
LOKASI Wilayah Kota Bitung, Sulawesi Utara WAKTU
KEJADIAN
MINGGU, 12 FEBRUARI 2017
DAMPAK REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hujan deras di Gunung Dua Saudara telah menyebabkan banjir kiriman di 11 kelurahan empat kecamatan di Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara pada Ahad (12/2) pukul 05.00 WITA. Kecamatan yang terendam banjir adalah Kecamatan Aer Tembaga, Mahesa, Lembeh Utara dan Lembeh Selatan. Hujan deras juga menyebabkan longsor di beberapa tempat di Kota Bitung.
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho mengatakan sebanyak 1.130 rumah terendam banjir setinggi 80 hingga 120 sentimeter. Akibat banjir menyebabkan 1.246 kepala keluarga (KK) terdampak langsung sehingga 4.510 jiwa mengungi ke tempat-tempat yang lebih aman. Satu orang luka sedang dan lima orang luka ringan.
"Pengungsi tersebar di berbagai tempat. Sebanyak 3.760 jiwa pengungsi berasal dari Kecamatan Aer Tembaga karena wilayah ini yang paling parah terkena banjir," ujarnya, Ahad (12/2).
Sebaran pengungsi di Kecamatan Aer Tembaga yang merendam delapan kelurahan adalah Kelurahan Aer Tembaga I (390 jiwa), Aer Tembaga II (320 jiwa), Winenet I (110 jiwa), Winenet II (120 jiwa), Peteten I (800 jiwa), Peteten II (840 jiwa), Peteten III (80 jiwa) dan Tandurusa (1.100 jiwa). Sedangkan yang lainya ada di Kelurahan Mawali (500 jiwa) dan Kelurahan Pintu Kota (250 jiwa).
Penanganan darurat terus dilakukan. BPBD Kota Bitung dibantu oleh SKPD terkait, Tagana PMI, Polres, Kodim, dan unsur kecamatan melakukan upaya penanganan darurat. Evakuasi dan penyelematan korban dilakukan khususnya untuk kelompok rentan. Aktivasi posko tanggap darurat didirikan di kantor BPBD Kota Bitung. Dapur umum didirikan untuk memberikan makan siap saji kepada korban.
"Kondisi cuaca masih hujan. Kebutuhan mendesak yang diperlukan adalah radio komunikasi, permakanan, air minum dalam kemasan, peralatan kebersihan," kata Sutopo.
Sementara itu, longsor terjadi di beberapa tempat seperti di Kelurahan Pandurusa Kecamatan Aer Tembaga, Kelurahan Mawali dan Pintu Kota Kecamatan Lembeh Utara, dan Kelurahan Pakusungan Kecamatan Lembeh Selatan. Dua orang luka berat tertimpa longsor.
Kerugian material masih dalam pendataan. Lokasi longsor sulit dijangkau dengan kendaraan. Selain itu juga, kata dia, tidak ada sinyal
telepon menghambat komunikasi dalam penanganan darurat.
Sumber :
http://www.republika.co.id/berita/nasional/daerah/17/02/12/ol9evt335- ribuan-jiwa-mengungsi-akibat-banjir-dan-longsor-di-kota-bitung
LAPORAN SEMENTARA BPBD KOTA BITUNG
Info bencana
Sementara terjadi banjir dan tabah longsor di empat kecamatan yaitu kecamatan Maesa dan Aertembaga. Lembeh utara dan lembeh selatan Banjir:
Pateten tiga WInenet satu WInenet dua Aertembaga Satu Tandurusa Mawali Pintu kota longsor:
Tandurusa Papusungan Mawali Pintu kota
Jumlah rumah yg tergenang banjir sementara kira-kira 600 rumah Tanah longsor 30 rumah.
Jumlah kk yg Terdampak sekitar 650 kk.
Saat ini Tim terpadu kota bitung : BPBD, Dinkes, dinsos, PU, TAGANA, PMI, Polres, Kodim, marinir, camat, lurah, pala, RT, sementara melakukan upaya darurat seperti:
1. Mengevakuasi warga yg terkena banjir, dan longsor 2. Membersihkan got-got yg tersumbat,
3. Membuka akses jalan yg tertutup material longsong
4. Menggunakan alkon untuk mengeluarkan air yg menggenangi rumah warga
5. Persiapan pendirian dapur umum.
6. Posko utama di kantor BPBD kota bitung.
Demikian...
FOTO KEJADIAN :
II. ANALISIS METEOROLOGIS
1. DATA CURAH HUJAN DAN ANGIN
Tabel 1. Data Curah Hujan (mm) pada tanggal 11-12 Februari 2017
Tabel 2. Data Arah dan Kecepatan Angin (km/jam) pada tanggal 11 Februari 2017
Tabel 1 menunjukkan bahwa curah hujan sehari sebelumnya yaitu tanggal 11 Februari tidaklah signifikan dan hujan pada tanggal 12 Februari menunjukkan bahwa konsentrasi hujan lebat hanya di wilayah Bitung, Tondano Kab. Minahasa dan Kab.
Minahasa Utara. Sedangkan pada tabel 2 menunjukkan bahwa angin yang terukur oleh BMKG wilayah Sulawesi Utara menunjukkan angin permukaan yang cukup kencang dan dominan bertiup dari Barat – Utara dengan kisaran kecepatan 10 – 26 km/ jam. Nilai ini bisa lebih besar karena pengukuran kecepatan angin dilakukan hanya setiap sejam sekali sedangkan perubahan kecepatan angin berubah dalam tempo waktu yang cepat.
2. ANALISIS GLOBAL
Dinamika atmosfer global terpantau kurang memberikan pengaruh signifikan terhadap pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia. Terpantau penguatan aliran massa udara dari Samudra Pasifik bagian barat menuju Samudra Pasifik bagian Timur dengan nilai “30 Day Moving SOI” berada pada angka -0.8, dimana nilai ini menunjukkan bahwa aliran tersebut masih kurang signifikan. Nilai negatif SOI tersebut kurang sesuai jika dibandingkan dengan indeks SST NINO3.4 yang juga bernilai negatif,
LOKASI
CH 11 FEBRUARI
(mm)
CH 12 FEBRUARI S.D. 17.00 WITA
(mm)
STAMET SAMRATULANGI - 2.4
STAKLIM MINAHASA UTARA - 0.3
POS GEOFISIKA TONDANO 1.2 55.1
STAMAR BITUNG 0.2 148.9
STAMET NAHA - -
POS METEOROLOGI MELONGUANE TTU -
LOKASI
ARAH DOMINAN/
KECEPATAN ANGIN MAX 11 FEBRUARI (km/jam) STAMET SAMRATULANGI UTARA/ 14 STAKLIM MINAHASA UTARA UTARA/ 26 POS GEOFISIKA TONDANO UTARA/10
STAMAR BITUNG BARAT/24
STAMET NAHA UTARA/16
POS METEOROLOGI MELONGUANE UTARA/22
yaitu -0.29. Nilai negatif pada indeks SST NINO3.4 mengindikasikan suhu muka laut yang lebih dingin di Samudra Pasifik tengah dan timur, namun masih dalam rentang kondisi normal.
Gambar 1. Grafik 30 Day Moving SOI dan NINO 3.4 SST Index
Terpantau pula aliran massa udara dari Samudra Hindia bagian timur menuju Samudra Hindia bagian barat, dimana hal ini umumnya mengurangi potensi pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia. Meskipun demikian, nilai indeks IOD yang terpantau kurang signifikan dalam memberikan pengaruh terhadap wilayah Indonesia, yaitu +0.17.
Senada dengan SOI, Indeks SST NINO3.4, dan indeks IOD, fase konvektif MJO juga kurang memberikan pengaruh dalam pembentukan awan di wilayah Indonesia. Saat ini fase konvektif MJO masih berada di Samudra Pasifik bagian Barat, dalam kuadran 7 pada diagram fase dengan magnitudo lebih dari 1 (satu).
Gambar 2. Grafik IOD Index Time Series dan MJO
3. ANALISIS SINOPTIK
a) Analisis Tekanan Permukaan Laut (MSLP)
Gambar 3. MSLP 11 Februari 2017 jam 12.00 UTC
Gambar 4. MSLP 12 Februari 2017 jam 00.00 UTC
Gambar 5. Peta PRESYG berlaku tanggal 12 Februari
Analisis peta MSLP gambar 3 dan 4 menunjukkan bahwa terlihat daerah palung tekanan rendah menyeruak masuk di wilayah Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara. Kondisi tersebut mendukung pengumpulan massa udara basah di wilayah tersebut sehingga awan hujan akan banyak tumbuh. Hal ini diperkuat dengan Peta PRESYG Gambar 5 yang menunjukkan terdapat intrusi/ dorongan massa udara kering dari Belahan Bumi Utara (BBU) terpantau masuk ke wilayah Laut Andaman, Myanmar, Thailand, Teluk Thailand, Kamboja, Vietnam, Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Filipina dan Samudera Pasifik timur Filipina. Kondisi tersebut menyebabkan berkurangnya potensi hujan di wilayah yang dilewatinya namun meningkatkan potensi hujan di depan muka intrusi karena kondisi massa udara di depan muka intrusi menjadi lembab/ basah.
Massa udara basah lapisan rendah terkonsentrasi di wilayah Aceh, Sumatera Barat, Riau, Kep. Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, NTB, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Papua. Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara. Ini menyebabkan proses konveksi dalam skala lokal juga turut mendukung pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
b) Analisis Streamline
Gambar 6. Streamline 11 Februari jam 12.00 UTC
Gambar 7. Streamline 12 Februari jam 00.00 UTC
Peta streamline tanggal 11 Februari jam 12.00 UTC dan 12 Februari 00.00 UTC menunjukkan bahwa angin di Sulut bertiup dari arah Barat Daya– Timur Laut dengan kecepatan 20 – 60 km/ jam. Streamline tanggal 11 Februari menunjukkan ada gerakan angin yang kuat dari arah Timur Laut, terlihat angin dengan kecepatan 30 – 60 km/ jam bertiup kencang di wilayah Kep. Sangihe dan Talaud. Kemudian angin tersebut melambat
karena berbelok arah di perairan Laut Maluku (selatan Sulawesi Utara) yang semula dari Timur Laut berubah arah Barat- Barat Daya.
Terpantau daerah pusat tekanan rendah terpantau berada di Samudra Pasifik utara Papua (1007 hPa) dan di Teluk Carpentaria (1004 hPa). Interaksi sirkulasi – sirkulasi tersebut serta massa udara yang berasal dari Samudra Pasifik dan Benua Asia menyebabkan adanya daerah pertemuan angin (konvergensi) yang memanjang dari Samudra Hindia barat Sumatera hingga NTB dan sebagian Laut Jawa. Selain itu, terpantau pula daerah pertemuan angin di Laut Banda, serta daerah belokan angin di Sumatera Barat dan Selat Makasar.
Keadaan ini mendukung sebab munculnya kumpulan awan hujan yang tebal dan durasi hujan yang lama di wilayah sepanjang Minahasa Utara, Bitung, Maluku Utara hingga Papua Barat. Hal ini dikarenakan ketika awan telah menjatuhkan tetes hujan, akan tumbuh awan baru lagi akibat suplai udara yang lembab dalam jumlah banyak di wilayah tersebut. Angin kencang ini turut menyebabkan tingginya gelombang laut di perairan utara Sulawesi, dan perairan Kep. Sangihe Talaud setinggi 2 – 4 meter. Adanya gesekan angin di permukaan mengakibatkan arah gelombang sesuai dengan arah angin. Angin dengan kecepatan yang besar dan lebih kuat dengan durasi yang lama akan menghasilkan gelombang yang lebih besar dan tinggi. Adanya awan gelap (Cumulonimbus) di lokasi tersebut turut dapat menimbulkan angin kencang dan menambah tinggi gelombang.
4. ANALISIS LOKAL a) Analisis Citra Satelit
Gambar 8. Citra Satelit 11 Februari 21.00 UTC - 12 Februari 12.00 UTC
Citra satelit per tiga jam tanggal 11 Februari mulai jam 21.00 UTC (05.00 WITA) – 12 Februari jam 12.00 UTC (20.00 WITA) menunjukkan bahwa konsentrasi awan hujan konsisten berada di sebelah tenggara Sulut (perairan Laut Maluku dan Laut Seram) dan wilayah Maluku Utara. Hal ini sesuai dengan analisis streamline dan MSLP bahwa terdapat daerah pertemuan angin yang terpantau di Laut Banda dan kondisi tersebut dapat meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di wilayah sekitarnya. Citra satelit juga menunjukkan bahwa area kecil tutupan awan terdeteksi di wilayah Bitung pada tanggal 12 Februari jam 00.00 UTC dan bertahan serta semakin meluas hingga jam 12.00 UTC.
Dari citra satelit menunjukkan bahwa wilayah Sulawesi Utara tidak mendapat efek signifikan dari fenomena meteorologis skala regional/ sinoptik seperti halnya kejadian banjir tanggal 25 -27 Januari 2017 silam dimana faktor skala sinoptik berperan kuat.
Namun dalam kejadian banjir di wilayah Bitung ini lebih diakibatkan oleh fenomena meteorologis skala lokal. Awan hujan dapat bertahan dalam waktu yang lama karena daerah shearline (belokan angin) berada segaris di wilayah Bitung dan Minahasa Utara.
c) Analisis Citra Radar
Gambar 9. Citra Radar 11 Februari 21.00 UTC - 12 Februari 12.00 UTC
Citra radar tanggal 11 Februari jam 18.00 UTC (02.00 WITA) menunjukkan belum ada tutupan awan hujan di wilayah Bitung. Dan awan hujan mulai muncul dan semakin membesar mulai dari jam 00.00 UTC hingga jam 09.00 UTC tanggal 12 Februari. Tampak konsentrasi awan berada di wilayah Bitung, Tondano Kab. Minahasa dan Kab. Minahasa Utara dan selama rentang waktu itu hujan masih terus berlangsung dan kian lebat. Tampak pertumbuhan awan terus bertahap dan terkonsentrasi di Perairan Laut Maluku dan wilayah bagian utara dan timur Sulut. Dari nilai reflektifitas (dBZ) menunjukkan konsentrasi awan yang tumbuh adalah awan Cumulonimbus dan awan Altostratus tebal., inilah sebabnya hujan cenderung terjadi dalam durasi waktu yang lama dan disertai angin kencang ataupun petir. Awan Cumulonimbus yang menurunkan hujan dalam tempo waktu yang lama jika tidak diikuti penataan drainase yang baik akan memperbesar peluang terjadinya tanah longsor.
5. ANALISIS UDARA ATAS
Gambar 10. Profil Sounding 11 Februari 12.00 UTC (atas) dan 12 Februari jam 00.00 UTC (bawah)
Profil sounding tanggal 11 Februari jam 12.00 UTC menunjukkan bahwa kelembaban udara vertikal (grafik garis warna hijau sebelah kanan) lapisan permukaan hingga lapisan ketinggian 500 mb (6 km) sangat lembab yaitu 50 – 100 %. Sedangkan pada tanggal 12 Februari jam 00.00 UTC menunjukkan kelembaban udara vertikal pada lapisan permukaan hingga ketinggian 650 mb (5 km) sangat lembab. Kelembaban udara yang tinggi
adalah kondisi ideal yang mendukung tumbuhnya awan. Level ketinggian yang tidak terlalu tinggi menunjukkan kesesuaian dengan citra radar bahwa awan hujan yang terbentuk adalah jenis awan stratiform yang memiliki karakter durasi waktu hujan yang lama dan tidak disertai angin kencang ataupun petir.
III. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian analisis diatas dapat disimpulkan :
1. Dinamika atmosfer global terpantau kurang memberikan pengaruh signifikan terhadap pembentukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia
2. Terlihat daerah palung tekanan rendah menyeruak masuk di wilayah Gorontalo, Sulawesi Utara, Maluku, Maluku Utara. Kondisi tersebut mendukung pengumpulan massa udara basah di wilayah tersebut sehingga awan hujan akan banyak tumbuh. Dorongan/ intrusi massa udara kering dari Belahan Bumi Utara (BBU) juga terpantau masuk kewilayah Laut Cina Selatan, Laut Sulu, Filipina dan Samudera Pasifik timur Filipina. Kondisi tersebut menyebabkan meningkatnya potensi hujan di depan muka intrusi karena kondisi massa udara di depan muka intrusi menjadi lembab/ basah.
3. Interaksi sirkulasi tekanan rendah di Samudra Pasifik utara Papua dan Teluk Carpentaria dengan massa udara yang berasal dari Samudra Pasifik dan Benua Asia menyebabkan adanya daerah pertemuan angin (konvergensi) yang memanjang di Laut Maluku, Banda dan Seram serta daerah belokan angin di timur Sulut akibatnya muncul kumpulan awan hujan yang tebal dan durasi hujan yang lama di wilayah sepanjang Minahasa Utara, Bitung, Maluku Utara hingga Papua Barat.
4. Adanya gesekan angin di permukaan laut mengakibatkan arah gelombang yang sesuai dengan arah angin. Angin dengan kecepatan yang besar dan lebih kuat dengan durasi yang lama akan menghasilkan gelombang yang lebih besar dan tinggi.
IV. PROSPEK KEDEPAN
Melihat dinamika atmosfer yang ada, prospek cuaca tiga hari kedepan adalah :
Umumnya fenomena meterologis skala sinoptik akan bertahan 2 – 4 hari, dan dari peta isobar tanggal 12 Februari jam 12.00 menunjukkan bahwa intrusi udara dingin dari BBU masih kuat dan pusat tekanan rendah di utara Papua dan Teluk Carpentaria masih bertahan lama. Kelembaban udara vertikal cukup tinggi, namun karena angin vertikal yang cukup kencang menyebabkan awan yang terbentuk tidak begitu signifikan dan hujan pun bersifat lokal. Artinya seperti di wilayah Bitung, munculnya awan hujan di Bitung tak lepas dari pengaruh lokal seperti angin darat laut dan awan konvektif akibat pemanasan yang kuat. Setelah diguyur hujan seharian/ dalam waktu yang lama, pemanasan permukaan akan berkurang sehingga potensi cuaca seperti tanggal 12 Februari sangat kecil kemungkinannya untuk terulang kembali. Namun potensi gelombang tinggi di perairan Kep. Sangihe Talaud akan masih bertahan beberapa hari kedepan hingga pusat tekanan rendah di utara Papua hilang sehingga diimbau untuk aktifitas pelayaran agar selalu berhati-hati.
V. INFORMASI PERINGATAN DINI
Diseminasi informasi melalui sms, whatsapp, website stamet samrat dan facebook BMKG Sulut.
SMS :
‘’UPDATE Peringatan Dini Cuaca Sulawesi Utara Tanggal 12 Februari 2017 Pukul 14.00 Wita Masih Terjadi Hujan Berintensitas Sedang Hingga Lebat Disertai Angin Kencang Di Wilayah Kota Bitung, Kab. Minahasa Selatan, Bolmong Utara Dan Bolmong Timur
KEADAAN CUACA ARAH/ KECEPATAN ANGIN (km/ jam) 07.00 - 13.00 HUJAN RINGAN BL-U/ 20 - 40 13.00 - 19.00 HUJAN RINGAN BL-U/ 20 - 40 19.00 - 01.00 HUJAN RINGAN BL-U/ 20 - 40 01.00 - 07.00 BERAWAN BL-U/ 15 - 30 07.00 - 13.00 BERAWAN BL-U/ 15 - 30 13.00 - 19.00 HUJAN RINGAN BL-U/ 10 - 20 19.00 - 01.00 HUJAN RINGAN BL-U/ 10 - 20 01.00 - 07.00 BERAWAN BL-U/ 10 - 20 07.00 - 13.00 BERAWAN BL-U/ 10 - 20 13.00 - 19.00 HUJAN RINGAN BL-U/ 10 - 20 19.00 - 01.00 BERAWAN BL-U/ 10 - 20 01.00 - 07.00 BERAWAN BL-U/ 10 - 20 HARI/ TANGGAL
SENIN/ 13 FEBRUARI
2017
SELASA/ 14 FEBRUARI
2017
RABU/ 15 FEBRUARI
2017
Dan Meluas Ke Wilayah Kota Manado, Tomohon, Kotamobagu, Kab. Minahasa, Dan Minahasa Utara.
Kondisi Ini Diprakirakan Masih Akan Berlangsung Hingga Pukul 16.30 Wita.’’
::PRAKIRAWAN-BMKG SULUT::
WhatsApp, website dan Facebook
Manado, 12 Februari 2017