• Tidak ada hasil yang ditemukan

REKOMENDASI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI KABUPATEN KEPAHIANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "REKOMENDASI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI KABUPATEN KEPAHIANG"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Ekonomi Pertanian dan Agribisnis (JEPA) ISSN: 2614-4670 (p), ISSN: 2598-8174 (e) Volume 5, Nomor 3 (2021): 906-915

REKOMENDASI PENGELOLAAN PERKEBUNAN KOPI RAKYAT DI KABUPATEN KEPAHIANG

RECOMMENDATIONS FOR GOOD SMALLHOLDER COFFEE PLANTATION MANAGEMENT OVER KEPAHIANG REGENCY

Ela Hasri Windari

1*

, Paisal Ansiska

2

, Andika Prawanto

3

1*2

Program Studi Sains Perkopian Universitas Pat Petulai

3

Akademi Komunitas Negeri Rejang Lebong

*

Penulis korespondensi: elahasri.w@upprl.ac.id

ABSTRACT

Coffee as one of export commodities requires a good management strategy to maintain its continuity while also increasing both quality and quantity, for example by developing more efficient agricultural techniques. The purpose of this study was to reveal the knowledge of farmers in Taba Tebelet Village about a good smallholder coffee plantation management and give priority to coffee plantation management recommendations. Taba Tebelet was the center of coffee plantation area in Kepahiang Regency. A survey was required to collect primary and secondary data. Observation results and structured interviews were considered as primary data while secondary data as supporting data was used for qualitative analysis. The technique used for data collection through survey was called snowball technique by using random sample selection method. The focus of recommendations for good smallholder coffee plantation management in Kepahiang Regency was obtained through SWOT analysis, then to determine the priority of those management recommendations using QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) analysis. The SWOT analysis has resulted 4 recommendations of management. They were (1) intensive and organic farming (TAS 1.36); (2) conducting training/counseling on organizational and plantation management (TAS 0.63); (3) legality of coffee quality (TAS 0.22); and (4) public-private partnership related to the procurement of production input for coffee plantations (TAS 0.46). The priority for coffee plantation management strategy was determined based on the order of TAS value (Total Attractive Score), where the implementation of the highest score should be prioritized in overcoming deficiencies and threats that occur in coffee plantations.

Keywords: Management, Coffee Plantation, SWOT, QSPM, TAS

ABSTRAK

Kopi sebagai salah satu komoditas ekspor penghasil devisa negara memerlukan strategi pengelolaan yang tepat untuk dapat menjaga kontinuitas disamping juga meningkatkan kualitas dan kuantitias hasil produksi. Salah satunya adalah dengan pengembangan teknik pertanian yang lebih efisien. Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap pengetahuan petani kopi Taba Tebelet sebagai sentra perkebunan kopi rakyat di Kabupaten Kepahiang tentang pengelolaan perkebunan kopi dan memberikan prioritas rekomendasi pengelolaan yang baik.

Data primer diperoleh melalui metode survey meliputi observasi dan wawancara mendalam

(2)

dan terstruktur dan data sekunder digunakan sebagai data penunjang. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik snowball menggunakan metode pemilihan sampel acak. Fokus rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang diperoleh dari hasil analisis SWOT, selanjutnya untuk menentukan prioritas rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Analisis SWOT menghasilkan 4 fokus rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi, yaitu proses budidaya yang intensif dan organik (TAS 1.36), mengadakan pelatihan/penyuluhan tentang manajemen keorganisasian dan pengelolaan perkebunan (TAS 0.63), legalitas mutu produk kopi (TAS 0.22), dan bantuan dari instansi terkait pengadaan saprodi perkebunan kopi (TAS 0.46). Prioritas strategi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet diurutkan berdasarkan nilai TAS (Total Attractive Score). Strategi dengan skor TAS tertinggi harus lebih didahulukan implementasinya dalam mengatasi kekurangan dan ancaman dalam pengelolaan perkebunan kopi.

Kata kunci: Pengelolaan, Perkebunan Kopi, SWOT, QSPM, TAS

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara penghasil sekaligus eksportir kopi dengan peringkat ke-3 tertinggi di dunia. Kopi juga merupakan komoditas perkebunan untuk ekspor yang sangat potensial untuk dikembangkan karena selain menjadi andalan mata pencaharian masyarakat juga sekaligus menjadi sumber pendapatan negara. Di sisi lain, Indonesia memiliki keadaan alam tropis yang sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman kopi. Untuk kepentingan meningkatkan kondisi ekonomi petani dan masyarakat secara luas, rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi yang baik dan tepat sangat diperlukan untuk dapat menjaga kualitas, kuantitas, dan kontinuitas hasil produksi.

Kabupaten Kepahiang merupakan salah satu sentra daerah penghasil kopi di Provinsi Bengkulu karena memiliki area lahan perkebunan kopi terluas yaitu 28,64% dari total keseluruhan luas perkebunan kopi di Provinsi Bengkulu (BPS Bengkulu, 2020). Kabupaten Kepahiang beriklim tropis dengan ketinggian topografi 250-1.600 meter di atas permukaan laut (mdpl), kelembaban udara 82 - 92%, dan suhu udara sekitar 23,8 - 24,4

0

C (KDA 2020).

Berdasarkan keadaan geografis dan agroklimat tersebut, Kabupaten Kepahiang sangat cocok untuk pertumbuhan dan perkembangan kopi jenis robusta dan arabika.

Pengembangan kopi oleh pemerintah daerah Kabupaten Kepahiang, menjadi salah satu program dalam hal peningkatan kualitas maupun kuantitas produksi kopi. Kabupaten Kepahiang memiliki luas perkebunan kopi sekitar 24.738 ha dengan suhu rata-rata harian berkisar 25

0

C (KDA 2020). Desa Taba Tebelet merupakan sentra perkebunan kopi rakyat yang menjadi perhatian dalam pengembangan perkebunan kopi maupun industri kopi di Kepahiang.

Tujuan dari penelitian ini adalah mengungkap pengetahuan petani di Desa Taba

Tebelet tentang pengelolaan perkebunan kopi dan memberikan prioritas rekomendasi

pengelolaan perkebunan kopi. Oleh karena pentingnya komoditas kopi, maka harus dilakukan

upaya pengelolaan yang baik untuk menjaga kontinuitas, kuantitas, dan kualitas hasil produksi

di perkebunan. Upaya tersebut dapat dilakukan dengan pengembangan model pertanian atau

teknik pertanian yang lebih efisien.

(3)

908 JEPA, 5 (3), 2021: 906-915

METODE PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian

Penelitian berlokasi di Desa Taba Tebelet sebagai sentra daerah perkebunan kopi di Kabupaten Kepahiang (Gambar 1).

Gambar 1. Lokasi Penelitian 2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode survey yaitu dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data Primer meliputi observasi, wawancara mendalam dan terstruktur dan data sekunder meliputi data yang menjadi penunjang dalam penelitian ini. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data adalah teknik snowball yang didasarkan pada metode pemilihan sampel acak.

3. Analisis Data

Analisis data dilakukan berdasarkan kebutuhan dalam masing-masing langkah penelitian. Pertama, mengidentifikasi karakteristik sistem pertanian perkebunan kopi yang dilakukan masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang menggunakan analisis deskriptif.

Pengamatan yang dilakukan di lapangan diungkapkan dalam bentuk narasi deskriptif. Kedua,

menentukan rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet Kabupaten

Kepahiang dilakukan dengan merumuskan alternatif-alternatif strategi yang didasarkan pada

tujuan pertama pada penelitian ini, sehingga peneliti dapat menyimpulkan faktor internal

berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) serta faktor eksternal berupa peluang

(opportunities) dan ancaman (threats) dalam sistem pertanian perkebunan kopi masyarakat

Taba Tebelet.

(4)

a. Menentukan fokus rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi

Setelah menentukan faktor internal dan eksternal dalam sistem pertanian perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet, selanjutnya dilakukan pembobotan dan tabulasi faktor internal dan eksternal. Rumus yang digunakan dalam pembobotan adalah sebagai berikut (Rangkuti, 2015):

B = 𝑛

∑𝑛 + 𝑎

Keterangan:

B = Nilai bobot n = Nilai pengaruh

a = total nilai pengaruh selain n

Setelah melakukan pembobotan, selanjutnaya akan mendapatkan data kuadran yang akan dituangkan didalam diagram analisis SWOT yang menjadi fokus rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang.

b. Menentukan Prioritas Rekomendasi Pengelolaan Perkebunan Kopi

Prioritas rekomendasi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet dapat ditentukan menggunakan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix). Tahapan yang dilakukan dalam analisis ini sebagai berikut (David dan David, 2017):

1) mengidentifikasi alternatif dari strategi yang dipertimbangkan;

2) menetapkan nilai daya tarik (Attractive Score = AS), penentuan nilai ini menunjukan daya tarik relatif dari alternatif strategi dimana angka 4 = sangat menarik, 3 = menarik, 2 = agak menarik, dan 1 = tidak menarik.

3) menghitung total nilai daya tarik (Total Attactivenes Score = TAS) total nilai daya tarik yang ditetapkan sebagai perkalian bobot dengan nilai daya tarik dalam baris yang sama.

Jika hasil nilai tersebut tinggi maka semakin berprioritas alternatif strategi tersebut.

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem pertanian

Perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang dilakukan menggunakan praktik sederhana dan tradisional. Teknologi yang diterapkan juga sangat sederhana, seperti pembukaan lahan, pemilihan bibit tanaman kopi, pemanenan dan tahapan lain dikerjakan dengan sederhana dan memanfaatkan tenaga kerja secara kekeluargaan.

a. Pembukaan lahan

Pembukaan lahan umumnya dilakukan dengan 3 tahapan, yaitu dengan cara tebas, tebang, dan bakar. Pembukaan lahan ini biasanya memerlukan waktu yang lama (tergantung luasan) dikarenakan penggunaan tenaga kerja yang hanya merupakan anggota keluarga dan alat seadanya (non mekanik). Status kepemilikan lahan merupakan milik pribadi dengan luasan hanya beberapa hektar.

b. Pemilihan bahan tanam

Jenis kopi yang dibudidayakan oleh perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet adalah Robusta. Pemilihan bahan tanam umunya dilakukan menggunakan dua cara. cara pertama, mencari bibit liar yang tumbuh dibawah pohon kopi dewasa lalu memindahkan ke lahan baru.

Kedua melakukan pembibitan yang berasal dari benih tanaman kopi yang diyakini akan

(5)

910 JEPA, 2 (3), 2018: 194-203

memberikan hasil panen yang melimpah. Pemahaman petani tentang jenis bahan tanam kopi hanya meliputi tiga klom kopi, yaitu Sahase, Sintaro 1 (kromoan) dan Sintaro 2 (juremian).

Gambar 2. Bahan Tanam Kopi c. Pemeliharaan tanaman kopi

Pemeliharaan tanaman pada praktik budidaya tanaman kopi masyarakat Taba Tebelet meliputi, pemupukan, penyulaman, pemangkasan, dan pengendalian OPT.

d. Pemupukan

Pemupukan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet dapat digolongan kurang intensif, hal ini dapat dibuktikan dari narasumber yang menjelaskan bahwa pemberian pupuk pada lahan perkebunan tidak dilakukan secara rutin dan ditambahkan juga bahwa petani sebagian besar tidak mengetahui dosis dan jenis pupuk apa yang baik untuk tanaman kopi. Umumnya petani menambahkan unsur hara nitrogen, phospat dan kalian pada proses pemupukan.

e. Penyulaman

Penyululaman dilakukan dengan cara mengganti tanaman kopi yang rusak ataupun mengalami pertumbuhan yang tidak baik.

f. Pemangkasan

Pemangkasan dilakukan dengan memotong pangkal cabang pada ranting yang dianggap merupakan ranting tidak produktif. hal ini dilakukan agar cabang kembali tumbuh dan memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan cabang yang lama.

g. Pengendalian OPT

Pengendalian OPT dibagi menjadi tiga, yaitu pengendalian gulma, hama, dan penyakit.

pegendalian gulma dilakukan degan cara tradisional atau membersihkan dengan merumput gulma yang berada dilahan perkebunan kopi. Upaya lain yang dilakukan untuk pengendalian gulma adalah dengan melakukan penyemprotan herbisida. Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida dan pengendalian penyakit dilakukan dengan cara memotong bagian tanaman yang terkena penyakit ataupun mencabut tanaman yang terkena penyakit kemudian dibakar.

h. Panen

Panen dilakukan dengan cara memetik buah kopi yang berada di pohon. pemetikan dilakukan

dengan cara serentak atau semua buah kopi dipetik, sehingga kematangan buah kopi tidak

terkontrol atau acak. Aplikasi pemanenan seperti ini dapat mengakibatkan menurunnya

kualitas panen sehingga mempengaruhi harga jual produksi kopi. Pemanenan biasanya

dilakukan dengan menggunakan tenaga kerja yang terdiri dari anggota keluarga petani kopi

tersebut.

(6)

i. Pengolahan Pasca Panen

Setelah buah kopi dipanen petani selanjutnya menjemur buah kopi di halaman rumah atau tempat datar dibawah terik mata hari langsung. Penjemuran dapat dilakukan berhari-hari tergantung cuaca yang terjani. Setelah dilakukan penjemuran biasanya petani menjual langsung ke pengepul ataupun menyimpan kopi kering didalam rumah dan akan menjualnya jika harga jual kopi dirasa cukup tinggi.

Gambar 3. Pengolahan Pasca Panen 2. Rekomendasi Pengelolaan Perkebunan Kopi

Rekomendasi pengelolaan lahan perkebunan kopi bagi masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang secara dalangsung harus berupaya untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas dari hasil perkebunan kopi tersebut. Rekomendasi ini mengacu pada kondisi kondisi pengelolaan perkebunan kopi pada masyarakat Taba Tebelet. Kondisi ini terdiri dari faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman). Berdasarkan observasi yang telah dilakukan pada proses budidaya perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet, faktor internal dan eksternal data dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2. Selanjutnya dilakukanlah penilaian terhadap faktor tersebut oleh responden dan stakeholder yang berhubungan dengan pengelolaan perkebunan kopi rakyat di Taba Tebelet, Kepahiang.

Tabel 1. Analisis Faktor Internal Kekuatan (Strengths)

No Pernyataan Bobot Peringkat Skor

1 Kepemilikan lahan 0,07 1 0,07

2 Pemakaian klon kopi unggul 0,10 2 0,20

3 terdapat tanaman lain pada lahan perkebunan yang dimanfaatkan

0,09 2 0,17

4 Pengalaman petani dalam budidaya kopi 0,10 2 0,20

5 Kesesuaian iklim dan geografis 0,08 4 0,32

Kekurangan (Weakness)

No Pernyataan Bobot Peringkat Skor

1 Proses budidaya yang kurang intensif 0,14 5 0,70

2 Pemodalan dalam budidaya perkebunan kopi 0,17 3 0,52 3 Kurang tepatnya pemanenan dan perlakuan pasca

panen

0,11 3 0,34

4 Produktivitas kopi rendah 0,13 4 0,53

(7)

912 JEPA, 2 (3), 2018: 194-203

Tabel 2. Analisis Faktor Eksternal Peluang (Opportunities)

No Pernyataan Bobot Peringkat Skor

1 Dukungan Pemerintah 0,12 2 0,24

2 Menciptakan produk turunan dari hasil panen 0,12 2 0,24 3 Tumpang sari tanaman bernilai ekonomi lebih tinggi 0,13 3 0,38 4 Menjalin kerjasama pada pihak pengembang inovasi

dalam budidaya perkebunan kopi

0,10 1 0,10

5 Tingginya permintaan kopi di pasaran 0,09 3 0,27

Ancaman (Threats)

No Pernyataan Bobot Peringkat Skor

1 Kualitas panen kopi dari wilayah sekitar 0,05 1 0,05

2 Fluktuasi harga jual panen kopi 0,12 3 0,36

3 Tingginya harga sarana produksi perkebunan kopi 0,13 3 0,40 4 Fokus pengembangan pertanian komoditas selain kopi

oleh instansi terkait

0,14 2 0,28

Tabel 3. Analisis IFAS/EFAS

Internal Factor Attrative Score/IFAS 4,31

Total Skor Kekuatan (S) 0,89

Total skor kelemahan (W) 3,14

S-W -1,37

Eksternal Factor Attrative Score/EFAS 2,32

Total Skor Peluang (O) 1,23

Total Skor Ancaman (T) 1,09

O-T -0,82

Berdasarkan Gambar 4 diketahui bahwa titik koordinat budidaya tanaman kopi di masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang berada pada sumbu X (-1,37) dan sumbu Y (- 0,83). koordinat pada sumbu X dan Y tersebut terletak di kuadran IV yang berarti rekomendasi harus difokuskan untuk mengatasi kelemahan (internal) dan ancaman (eksternal). Berikut adalah alternatif strategi untuk mengatasi masalah tersebut:

1. Proses budidaya yang intensif dan organic (W1, W4, T1, T2)

2. Mengadakan pelatihan/penyuluhan tentang manajemen keorganisasian dan pengelolaan perkebunan (W3, W2)

3. Legalitas mutu produk kopi (T1, T2, T4)

4. Bantuan dari instansi terkait pengadaan saprodi perkebunan kopi (T3)

Gambar 4. Kuadran Hasil Analisi SWOT

(8)

3. Prioritas Strategi Pengelolaan Perkebunan Kopi Rakyat di Kabupaten Kepahiang Prioritas Strategi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet dalam upaya mengatasi kekurangan dan ancaman yang terjadi dilakukan analisis QSPM (Quantitative Strategic Planning Matrix) yang merupakan lanjutan dari analisis perumusan strategi SWOT yang telah dilakukan. Alternatif strategi ini merupakan penilaian setiap alternatif rekomendasi yang telah dirumuskan agar rekomendasi yang diberikan dapat mengatasi masalah yang paling penting dalam pengelolaan lahan perkebunan kopi. Alternatif strategi ini dinilai oleh narasumber dan alternatif strategi yang memiliki total nilai tertinggi (Total Attractive Score/TAS) akan menjadi prioritas strategi dalam rekomendasi yang diutamakan. Urutan prioritas strategi dalam kegiatan pengelolaan perkebunan masyarakat Taba Tebelet dapat dilihat pada tabel 4 berikut ini.

Tabel 4. Prioritas fokus berdasarkan nilai TAS (Total Attractive Score)

No Strategi Bobot AS TAS Prioritas

1 Proses budidaya yang intensif dan organik 0.34 4 1.36 1 2 Mengadakan pelatihan/penyuluhan tentang

manajemen keorganisasian dan pengelolaan perkebunan

0.21 3 0.63 2

3 Legalitas mutu produk kopi 0.22 1 0.22 4

4 Bantuan dari instansi terkait pengadaan saprodi perkebunan kopi

0.23 2 0.46 3

Berdasarkan Tabel 4, prioritas strategi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang dapat dilihat dari nilai Total Attractive Score (TAS) tertinggi harus lebih didahulukan implementasinya dalam mengatasi kekurangan dan ancaman yang terjadi di perkebunan kopi.

1) Prioritas Pertama; Proses budidaya yang intensif dan organik

Proses budidaya yang intensif dan organik yang memiliki nilai TAS tertinggi yaitu 1,36 adalah strategi yang yang diharapkan dapat diimplementasi paling dini dalam mengatasi kekurangan dan ancaman dari pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet. Strategi ini diharapkan dapat mengatasi kekurangan proses budidaya yang kurang intensif, kurang tepatnya pemanenan dan perlakuan pascapanen, ancaman dari kualitas panen kopi dari wilayah sekitar, dan fluktuasi harga jual panen kopi. Proses budidaya yang intensif dan organik merujuk pada budidaya ramah lingkungan. Sistem budidaya ramah lingkungan merupakan suatu sistem budidaya pertanian yang sehat dalam input rendah sehingga keberlanjutan dalam suatu kegiatan usaha tani dapat tercapai. Pertanian ramah lingkungan berprinsip dapat memproduksi hasil pertanian yang berkualitas, pemanfaatan dan perbaikan siklus biologis, pengelolaan dengan memfokuskan pada kelestarian kesuburan tanah, meminimalisir kerusakan dan pencemaran residu agrokimia yang berasal dari dalam ataupun luar usaha tani, serta menghasilkan produk pertanian yang mudah untuk dimanfaatkan kembali (Hidayati dan Soeprobowati, 2017; Wihardjaka, 2018). Konsep pertanian tersebut sejalan dengan konsep pertanian berkelanjutan dengan pendekatan budidaya pertanian yang baik (good agricultural practices/GAP) yang dicanangkan oleh FAO (2016).

Upaya ini dapat dilakukan dengan sosialisasi dalam hal peningkatan kualitas budidaya.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan perlu dilakukannya penyuluhan tentang cara

(9)

914 JEPA, 2 (3), 2018: 194-203

pembukaan lahan yang benar, pemilihan bahan tanam yang baik dan sesuai dengan keadaan iklim, perawatan tanaman yang tepat, dan pemilihan pemanenan biji kopi yang tepat.

Budidaya tanaman kopi yang berkualitas mampu meningkatkan produktivitas tanaman kopi.

Menurut Wihardjaka (2018), meningkatnya hasil produksi harus diimbangi dengan dengan peningkatan kualitas tanah. Pemakaian pupuk yang tepat dengan cara mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan menggalakkan penggunaan pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk menjaga sumberdaya tanah.

Selain itu, produk yang dihasilkan adalah produk kopi organik yang makin marak diminati pasar internasional. Selanjutnya, pengolahan pasca panen juga sangat perlu diperhatikan terutama pada proses penjemuran biji kopi yang harus terstandar. Beberapa responden juga menyatakan mengeluhkan hasil panen yang menurun karena mereka sadar diperlukan penambahan hara pada lahan perkebunan kopi mereka. Masalah ini dapat diatasi dengan penambahan hara organik melalui pembuatan dan pengaplikasian pupuk kompos dari limbah kulit kopi. Limbah kulit dapat dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan pupuk kompos (Afrizon, 2016; Adnan, 2014). Limbah kulit kopi mengandung kadar C-organik 45,3%, Fospor 45,3%, Nitrogen 2,98% dan kalium 2,26% serta mengandung berbagai unsur hara mikro seperti Ca, Zn, Cu, Mg, Mn (Melisa, 2018).

2) Prioritas Kedua; Mengadakan pelatihan/penyuluhan tentang manajemen keorganisasian dan pengelolaan perkebunan.

Strategi mengadakan pelatihan/penyuluhan tentang manajemen keorganisasian dan pengelolaan perkebunan menjadi prioritas kedua dengan nilai TAS 0,63. Strategi ini bertujuan untuk menambah informasi kelompok tani, mempererat kelembagaan kelompok tani dan meningkatkan kepercayaan petani kopi kepada penyuluh pertanian yang berasal dari lembaga sumber inovasi dan teknologi. Strategi ini ditekankan pada penguatan kelembagaan terkait manajemen kelompok tani dan budidaya perkebunan kopi yang didampingi lembaga sumber inovasi dan teknologi. Pengembangan inovasi dan teknologi dapat terjadi melalui interaksi antar pihak yang menjalin kerja sama yaitu petani, peneliti, penyuluh dan sektor bisnis terkait (McDonald et al., 2019). Menurut Prayoga et al.(2018), akademisi menghasilkan inovasi melalui kajian penelitian, bantuan pendanaan untuk pelatihan/penyuluhan diperoleh dari pemerintah dan sektor bisnis, lalu kegiatan penyuluhan perlu dipublikasikan oleh media sebagai bentuk kemajuan pembangunan pertanian). Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan prioritas kedua ini maka diperlukan peran serta berbagai pihak yaitu, masyarakat, pemerintah, akademisi, sektor bisnis, dan media.

Lembaga sumber inovasi dan teknologi ini salah satunya adalah Universitas Pat Petulai yang memiliki program studi Sains Perkopian yang berada tidak jauh dari Kabupaten Kepahiang. Peran sumber inovasi di bidang pendidikan dan penelitian ini merupakan alur sentral dalam pembangunan di sektor pertanian. Melalui pendampingan ini diharapkan terjalin hubungan baik dalam penggunaan inovasi pertanian yang bertujuan untuk peningkatan proses budidaya, peningkatan produktivitas atau hal lain yang dianggap perlu untuk pembangunan perkebunan kopi.

(3) Prioritas Ketiga; Legalitas mutu produk kopi.

Legalitas mutu produk kopi ini dapat dilakukan dengan pembuatan sertifikat, grading

mutu kopi, dan branding yang bertujuan untuk menjamin mutu suatu produk kopi (quality

control). Rekomendasi ini adalah tahapan lanjutan dari rekomendai pertama dan kedua, karena

(10)

jika telah dilakukan sistem budidaya ramah lingkungan yang didampingi oleh lembaga sumber inovasi dan teknologi maka produk kopi tersebut sebaiknya disertifikasi, misalnya kopi ber- SNI produk Indonesai. Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai kopi yang telah ditetapkan oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) antara lain SNI 01- 3542- 2004 Kopi bubuk dan SNI 2907: 2008 Biji Kopi. Sertifikasi ini berguna untuk memperoleh nilai standar mutu pada produk kopi yang akan dijual. Langkah ini sangat penting agar produksi kopi perkebunan masyarakat Taba Tebelet khususnya dan Kabupaten Kepahiang umumnya memiliki daya saing dengan daerah penghasil kopi lain, meningkatkan nilai jual kopi. Jika pertanian daerah Kabupaten Kepahiang umumnya terkenal dengan produk kopi yang berkualitas, maka fokus utama pengembangan oleh stakeholder terkait adalah di sektor perkopian. Selain itu, agar kopi masyarakat Kepahiang bisa bersaing di pasar global, jaminan kualitas menjadi faktor yang harus diutamakan.

(4) Prioritas Keempat; Bantuan dari instansi terkait pengadaan saprodi perkebunan kopi.

Bantuan dari instansi terkait pengadaan sarana produksi (saprodi) perkebunan kopi menjadi prioritas ketiga dengan nilai TAS 0,46. Strategi ini bertujuan untuk memfasilitasi masyarakat yang bergerak di sektor perkopian. Fasilitas tersebut dapat diberikan oleh pemerintah dalam bentuk pemberian bahan tanam yang berkualitas, bahan pembasmi organisme penggangu tanaman (OPT), maupun pupuk. Bantuan ini dapat disalurkan melalui kelembagaan pertanian dan didistribusikan pada para petani. Agar pertanian dapat berkontribusi dalam pembangunan ekonomi nasional dan mampu bersaing dalam pasar global, maka diperlukan perencanaan nasional dengan prioritas sasaran dari program pembangunan pertanian (Jhingan, 2014).

Alat dan mesin (alsin) pengolahan kopi hulu dan hilir juga dapat ditambahkan sebagai pelengkap untuk mencapai kemandirian perkebunan kopi rakyat. Alat dan mesin pengolahan kopi hulu antara lain, mesin sortasi buah, mesin pulping, alsin fermentasi, pencucian, dan pengeringan, alat pengukur kadar air biji kopi, pengupas kulit kopi kering, alat sortasi biji kopi, dan gudang penyimpanan. Alat dan mesin pengolahan kopi hilir yaitu roaster untuk penyangraian, grinder untuk pembubukan, dan mesin pengemas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Perkebunan kopi rakyat Taba Tebelet Kabupaten Kepahiang dilakukan dengan praktik sederhana, seperti pembukaan lahan, pemilihan bibit tanaman kopi, perawatan tanaman, pemanenan dan tahapan budidaya lain yang dikerjakan secara sederhana dan tradisional.

Rekomendasi prioritas strategi pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet yang

dihasilkan pada penelitian ini meliputi (1) proses budidaya yang intensif dan organik (TAS

1.36); (2) mengadakan pelatihan/penyuluhan tentang manajemen keorganisasian dan

pengelolaan perkebunan (TAS 0.63); (3) legalitas mutu produk kopi (TAS 0.22); dan (4)

bantuan dari instansi terkait pengadaan saprodi perkebunan kopi (TAS 0.46). Prioritas strategi

pengelolaan perkebunan kopi masyarakat Taba Tebelet ditentukan berdasarkan urutan nilai

TAS (Total Attractive Score) dimana skor tertinggi harus lebih didahulukan implementasinya

dalam mengatasi kekurangan dan ancaman yang ditemukan di perkebunan kopi wilayah kajian

penelitian.

(11)

916 JEPA, 2 (3), 2018: 194-203

Saran

Setiap petani kopi di Kabupaten Kepahiang dan sekitarnya yang memiliki perkebunan kopi sebaiknya dapat segera menjalankan prioritas pertama hasil penelitian ini. Selanjutnya prioritas 2,3, dan 4 membutuhkan dukungan dan kerja sama dari pemerintah dan lembaga terkait yang bergerak di bidang usaha perkopian.

DAFTAR PUSTAKA

Adnan. 2014. Pengaruh Kompos Kulit Kopi dan Interval Aplikasi Pupuk Bio Cair (Herbafarm) Terhadap Hasil Jagung Manis (Zeamays sacchrata). Jurnal Agriculture, 10(2).

Afrizon. 2016. Potensi Kulit Kopi Sebagai Bahan Baku Pupuk Kompos Di Propinsi Bengkulu.

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bengkulu. Jurnal ilmu dan teknologi pertanian.

2(2): 21-31.

BPS Bengkulu. 2020. Tabel Dinamis Luas Areal Tanaman Perkebunan (Hektar) 2018-2019.

https://bengkulu.bps.go.id/indicator/54/228/1/luas-areal-tanaman-perkebunan-.html [Diakses 27 Februari 2021]

David, R Fred, David, R Forest. 2016. Manajemen Strategik : Suatu Pendekatan Keunggulan Bersaing - Konsep (Edisi 15). Jakarta: Salemba Empat.

Food Agricultural Organization [FAO]. 2016. A Scheme and Training Manual for G ood Agricultural Practices for fruits and vegetables. Bangkok: FAO UN.

Hidayati, N., Soeprobowati, T.R. 2017. Pertanian Ramah Lingkungan di Daerah Tangkapan Air Danau Rawapening. Proceeding Biology Education Conference, 14 (1): 126-130.

Jhingan, M.L,. 2014. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Jakarta: Rajawali Pers.

KDA [Kabupaten Kepahiang dalam Angka]. 2020. Kabupaten Kepahiang Dalam Angka 2020, Penyediaan Data Untuk Perencanaan Pembangunan. BPS Kabupaten Kepahiang.

Melisa, 2018. Studi Pemanfaatan Limbah Kulit Kopi Toraja Sebagai Bahan Pembuatan Kompos. Universitas Hasanuddin Makasar.

McDonald, C., Corfield, J., MacLeod, N., and Lisson, S. 2019. Enhancingthe Impact and Sustainability of Development Strategies with Smallholderfarmers: Participatory Engagement, Whole Farm Modelling And farmer-Led On-Farm Research. Int. J.

Agric. Sustain. 17(6), 445–457.

Prayoga, K., Nurfadillah, S., Butar Butar, I., Saragih, M. 2018. Membangun Kesalingpercayaan dalam Proses Transfer Informasi Antara Petani dan Penyuluh Pertanian. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 36(2): 143-158.

Rangkuti, Freddy. 2015. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Wihardjaka, Anicetus. 2018. Penerapan Model Pertanian Ramah Lingkungan sebagai Jaminan

Perbaikan Kuantitas dan Kualitas Hasil Tanaman .Pangan. PANGAN, 27(2): 155-164.

Referensi

Dokumen terkait

Dari hasil penelitian tentang pengaruh ekstrak jahe merah ( Zingiber officinale Var. Rubrum ) yang dicampurkan dalam pakan ternak terhadap pertumbuhan bakteri

Karena itu, setelah hafal Al Qur'an beliau belajar kitab hadits karya imam Malik bin Anas kepada pengarangnya langsung pada usia yang masih belia.. GURU-GURU BELIAU

Konsentrasi pelarut yang tinggi akan meningkatkan pelepasan protopektin dari kulit pisang sehingga kadar pektin yang didapatkan semakin besar pula.. Selain itu,

MELALUI OPTIMALISASI LINGKUNGAN SEBAGAI SUMBER BELAJAR DENGAN PENDEKATAN SCIENTIFIC PADA MATERI INTERAKSI MANUSIA.. DAN LINGKUNGAN DALAM DINAMIKA ATMOSFER TAHUN

Fokus penelitian ini adalah mengidentifikasi kategori fast moving item di divisi Non Food Soft Line Kategori Haba & Toiletries, menghitung nilai bullwhip effect barang

Integrasi-interkoneksi atau interkomunikasi keilmuan Islam dengan ilmu-ilmu umum dalam bagan “jaring laba-laba” pengembangan studi Islam Amin Abdullah bisa dipahami tidak

jerapan maksimum fosfat dari kn 3 lebih tinggi daripada kn 4. Dengan demikian, waktu ekuilibrasi terefektif untuk aplikasi fraksi kleinano terekstrak dalam penjerapan

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU