• Tidak ada hasil yang ditemukan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT HEPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA PANITIA KHUSUS PADA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PSIKOTROPIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "DEWAN PERWAKILAN RAKYAT HEPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA PANITIA KHUSUS PADA PEMBAHASAN RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PSIKOTROPIKA"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

'

'

.

\

',"'

. .

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT HEPUBLIK INDONESIA

LAPORAN

KETUA PANITIA KHUSUS PADA PEMBAHASAN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG

PSIKOTROPIKA

I' I

I Ill Ill Ill Ill Ill Ill Ill Ill Ill I I I

Vidam~ otc&: V't4. 'Pafa, '8at«latea At199ota V'Pif:-;;;:? '&. :A- 7f!

Jakarta, 27 Januari 1997

.,

(2)

. .

- - - -

LA PO RAN

KETUA PANITIA KHUSUS PADA PEMBAHASAN

RANCANGANUNDANG-UNDANG TENTANG

PSIKOTROPIKA

Yth. Saudara Ketua Sidang, Pimpinan Dewan;

Yth. Saudara Menteri Kesehatan selaku Wakil Pemerintah;

Yth. Saudara-saudara Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia;

Para Undangan serta hadirin yang kami muliakan.

Mengawali laporan ini perkenankanlah saya mengajak hadirin untuk memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua sehingga pada hari ini - Senin tanggal 27 Januari 1997 kita dapat menghadiri Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dalam keadaan sehat walafiat untuk Pembicaraan Tingkat IV/Pengambilan Keputusan atas Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika.

Pada kesempatan ini, izinkanlah saya atas nama Pimpinan dan seluruh Anggota Panitia Khusus Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika DPR-RI, melaporkan hasil pembahasan materi Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika dalam forum Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia yang terhormat ini.

Berdasarkan Surat Keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 7a/DPR-RI/II/1996-1997 tanggal 25

Nopember 1996, menetapkan Panitia Khusus yang beranggotakan

(3)

. .

sebanyak 50 orang terdiri atas 27 orang Anggota dari FKP, 10 orang Anggota dari Fraksi ABRI, 7 orang Anggota dari FPP dan 6 orang Anggota dari FPDI, telah bekerja sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.

Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat;

Seperti kita ketahui bersama Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika telah diterima DPR-RI melalui Amanat Presiden Republik Indonesia Nomor R.O?/PUNII/1996 tanggal 15 Juli 1996. Maka sebagai langkah lanjut dari Amanat Presiden tersebut, pada tanggal 30 September 1996 telah diadakan Pembicaraan Tingkat l yang merupakan Keterangan Pemerintah mengenai Rancangan Undang- undang tentang Psikotropika yang disampaikah oleh Pemerintah, yang dalam hal ini diV\rakili oleh Menteri Kesehatan pada Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Selanjutnya Pembicaraan Tingkat II Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika telah diadakan pada tanggal 11 Nopember 1996, yang merupakan Pemandangan Umum Fraksi-fraksi Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Dan tanggal 18 Nopember 1996, Menteri Kesehatan selaku wakil Pemerintah telah memberikan jawaban atas Pemandangan Umum Fraksi-fraksi pada Sidang Paripurna Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia.

Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat;;

Berdasarkan Tata Tertib DPR-RI dalam Pasal 128, PANSUS bersama Pemerintah telah melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya pada Pembicaraan Tingkat Ill dengan baik, penuh aspiratif

2

(4)

~-

.

dan demokratis, untuk membahas, menelaah guna penyempurnaan Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika ini. Pembahasan Rancangan Undang-undang antara Dewan dengan Pemerintah yang telah berlangsung sejak tanggal 2 Desember 1996 sampai dengan tanggal 22 Januari 1997 dan dalam pembahasan PANSUS DPR-RI telah membentuk Panitia Kerja (PANJA) yang selanjutnya membentuk Tim Kecil (TIMCIL) dan Tim Perumus (TIMUS) serta Tim Sinkronisasi.

Mengingat waktu pembahasan yang relatif singkat sedangkan muatan materi cukup banyak, serta memj:>unyai nilai yang termasuk menentukan dalam pembangunan nasional, khususnya pembangun bidang kesehatan. Demikian pula dalam rangka mewujudkan kesadaran, penggunaan obat psikotropika sesuai dengan tujuannya, maka Pansus menyadari tugas ini bukan tugas yang · ringan, sehingga diperlukan pembicaraan yang sangat mendalam dan dengan sungguh-sungguh mendengarkan aspirasi dari seluruh masyarakat guna penyempurnaan rancangan undang-undang ini.

Pembahasan rancangan undang-undang

1n1

merupakan momentum yang tepat dimana masyarakat kita sedang dihantui oleh penggunaan obat-obat terlarang khususnya psikotropika golongan I yang termasuk di dalamnya ekstasi, sedangkan ekstasi adalah barang

terlaran~.

yang dapat merusak susunan syaraf pusat, menimbulkan problematika sosial serta dapat mengancam ketahanan nasional.

Anggota Pansus dan Pemerintah menyadari betul apabila hal ini tidak diatur dalam perundang-undangan, maka penggunaan

~

psikotropika yang tidak sesuai petunjuk medis atau tidak terkendali dapat mempengaruhi kehidupan generasi bangsa mendatang, Pansus serta Pemerintah sependapat sesuai dengan Rancangan Undang-

. i

• 'j

3

(5)

r-·--.. ---

undang ini bahwa Psikotropika Golongan I adalah barang terlarang, dengan demikian setelah rancangan undang-undang ini diundangkan, diharapkan para generasi muda kita tida.k lagi · melibatkan diri pada penggunaan yang tidak sesuai seperti yang telah diatur dalam undang- undang ini. Demikian pula halnya dengan pihak-pihak lainnya agar tidak memanfaatkan untuk melakukan peredaran yang tidak sesuai dengan Undang-undang ini untuk tujuan kepentingan sesaat.·

Psikotropika sebagai zat atau obat harus dijamin ketersediaannya di dalam rangka pelayanan kesehatan serta kebutuhan penelitian dalam rangka kepentingan ilmu pengetahuan, namun dewasa ini secara menyolok telah disalahgunakan pemakaiannya oleh segelintir komunitas bangsa ini yang pada gilirannya akan mengancam sebagian generasi pemilik masa depan. Oleh karenanya

Pa~sus

bertekad untuk bekerja keras untuk segera menyelesaikan rancangan undang-un_dang ini agar dapat menjadi pegangan untuk masyarakat, aparatur Pemerintah, serta aparat penegak hukum nasional.

Saudara Ketua;

Saudara Menteri Kesehatan yang mewakili Pemerintah dan Anggota Dewan yang terhormat;

Perkenankanlah kami menyampaikan pokok-pokok permasa- lahan yang penting untuk dilaporkan pada pembahasan rancangan undang-undang ini, sebagai berikut;

Sedianya rancangan undang-undang ini berisi 14 bab dan 67 pasal, namun setelah diadakan pembahasan secara intensif terjadi perubahan, menjadi 16 bab dan 7 4 pasal. Penyempurnaan bab dan pasal yang ada di rancangan undang-undang ini bertujuan :

4

,

(6)

•.

"

;'.J

:;

~

1. Tersedianya untuk pelayanan kesehatan masyarakat dan ilmu

pengetahu~n

2. Mencegah penyalahgunaan dan

3. Pemberantasan terhadap peredaran gelap psikoropika.

Terjadi pula, penyesuaian dan penambahan bab-bab baru dimana bab-

~ab

yang baru adalah mengenai Ruang Lingkup dan Pemantauan Prekursor. Dan yang menarik dalam pembahasan Rancangan Undang- undang ini adalah Bab tentang Ketentuan Pidana. Pansus dan Pemerintah sepakat bahwa untuk penyalahgunaan psikotropika golongan I perlu dikenakan pidana yang berat, Pansus juga menyepakati hukuman minimal bagi yang menyalahgunakan psikotropika tersebut. Demikian pula tindak pidana terhadap barang siapa yang menggunakan, memproduksi, mengedarkan, menyimpan, serta tanpa hak dan dilakukan secara terorganisir seperti yang telah diatur dalam undang-undang ini, khusus golongan I dapat dipidana mati atau pidana seumur hidup,

demiki~n

pula pidana-pidana lainnya diatur sebaik-baiknya sesuai dengan tujuan dari pada undang-undang ini.

Demikian pula yang menyangkut money laundering (pencucian uang), seluruh Fraksi berkeinginan untuk rnengatur pemanfaatan hasil penjualan psikotropika. Karena Fraksi-fraksi telah memperhatikan

Konv~msi

PBB tahun 1988 tentang Pemberantasan Perdagangan Gelap Narkotika dan Psikotropika yang ternyata menyangkut money laundering JUga telah diatur walaupun hal ini hanya mengatur psikotropika dan narkotika, padahal Fraksi-fraksi menginginkan lebih daripada itu dan tercantum secara jelas pada undang-undang ini.

5

(7)

it! '·.

Seluruh Fraksi sepakat, menghimbau Pemerintah agar yang menyangkut money laundering diatur tersendiri melalui perundang- undangan.

Sebenarnya masih ada materi-materi menarik yang seharusnya kami laporkan pada sidang yang terhormat ini, namun karena keterbatasan waktu, tidak dapat kami laporkan, dan tentunya nanti Fraksi-fraksi akan juga memberikan tanggapan serta sikapnya atas rancangan undang-undang ini.

Saudara Ketua;

Saudara Menteri Kesehatan yang mewakili Pemerintah dan Anggota Dewan yang terhormat,

Para Anggota. Dewan menyadari betul, betapa pentingnya •

kehidupan generasi mendatang di hari-hari ini, oleh sebab itu lahirnya undang-undang ini diharapkan juga dapat menjaga dan membebaskan jalan sesat bagi sebuah generasi yang memiliki masa depan Indonesia.

Undang-undang ini juga diharapkan mampu menjadi pedoman nasional, sehingga di satu sisi profesionalisme pelayanan kesehatan melalui ketersediaan obat terpenuhi, namun di sisi lain mampu juga menutupi peluang penyalahgunaan dan peredaran gelap psikotropika golongan I khususnya ekstasi, serta diikuti oleh adanya sanksi hukum yang keras dan tegas bagi pelanggar ketentuan-ketentuan sebagaimana yang diatur didalam undang,-undang ini.

Oleh karena itulah, seluruh rangkaian kegiatan tugas Pansus.

Panja, Tim Kecil dan Tim Perumusrrim Sinkronisasi dilaksanakan -secara efektif dan simultan. Kemudian forum lobi yang sering digunakan selama proses pembahasan, ternyata sangat membantu dalam rangka mencari titik temu terhadap berbagai permasalahan yang muncul dan

6

(8)

saya bersyukur bahwa semuanya bisa diselesaikan dengan dilandasi

' ,

..

'

.

__ musyawarah

un~uk

mufakat. Dengan pendekatan

1n1

terlihat rasa kebersamaan, dan saling pengertian dari semua pihak yang terkait, sehingga dapat diakomodasikan berbagai masukan serta aspirasi, baik dari fraksi-fraksi maupun dari Pemerintah.

i.

Akhirnya berkat petunjuk dan bimbingan Tuhan Yang Maha Kuasa, disertai iktikad baik dan didorong rasa tanggung jawab yang besar dari keempat Fraksi beserta Pemerintah, maka tugas ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya sesuai jadwal yang ditetapkan,setelah melalui pembahasan yang cukup intensif disertai silang pendapat yang sehat dan menarik, maka Dewan bersama · Pemerintah dapat menghasilkan rancangan undang-undang yang setelah diundangkan kalak dapat menjadi landasan hukum yang sangat berarti bagi upaya penanggulangan penyalahgunaan psikotropika namun tetap menjaga ketersediaan psikotropika guna kepentingan pelayanan kesehatan dan ilmu pengetahuan serta memberantas peredaran gelap psikotropika.

Saudara Pimpinan dan Sidang yang terhormat;

Perkenankan pula kami pada kesempatan ini atas nama Pansus Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika mengucapkan terima kasir kepada Saudara Menteri Kesehatan yang mewakili Pemerintah, serta seluruh jajarannya atas segala kerja sama yang baik dan sikap akomodatif selama berlangsungnya proses pembahasan.

I Terima kasih kami sampaikan pula kepada Pimpinan beserta

• Anggota Fraksi ABRI, Fraksi Persatuan Pembangunan, Fraksi Partai

;:i·-

; Demokrasi Indonesia, dan Fraksi Karya Pembangunan yang telah

~.

bekerjasama mendukung terlaksananya tugas Pansus sehingga dapat

7

(9)

..

..

menyelesaikan rancangan undang-undang ini di dalam waktu yang sangat singkat dan dalam suasana bulan suci, bulan Ramadhan ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada seluruh jajaran Sekretariat Panitia Khusus baik di DPR-RI, Fraksi-fraksi maupun Sekretariat Departeman Kesehatan yang telah turut mendukung kelancaran pelaksanaan pembahasan rancangan undang-undang ini.

Tak lupa pula kami ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada rekan-rekan wartawan dan berbagai media massa yang telah memberikan kerja sama yang baik dalam memasyarakatkan pembahasan rancangan undang-undang ini.

Dengan berakhirnya Pembicaraan Tingkat Ill pembahasan rancangan undang-undang ini, izinkanlah kami atas nama seluruh Pimpinan serta Anggota Pansus Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika mempersembahkan naskah akhir Rancangan Undang- undang tentang Psikotropika kepada rapat Paripurna Dewan hari ini, yang kiranya dapat ditindaklanjuti sebagaimana prosedur yang telah lazim diselenggarakan.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan karunia- Nya sehingga rancangan undang-undang ini dapat menjadi undang- undang yang memberikan manfaat bagi seluruh rakyat dan masa depan Indonesia.

Sekian dan terima kasih.

• I I

(10)

/

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT R.I.

FRAKSI ABRI

PENDAPAT AKHIR FRAKSI ABRI DPR-Rl ATAS

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUI3LIK INDONESIA TENTANG

P.SIKOI"ROPIKA

Yang tcrhonnat Samhu·a Pimpinan lhlpat,

Yang tcd10rma!. Saudara Mcntcri Kcschatan sclaku wakil Pcmerintah, Yang lcrhonnat panl Anggola Dewan, scrta hadirin yang kami hormati.

l'crl.ama--tanla Jnarilall kila panjatkan /wji :>yukur kL: hadiral Allah SWT, karL:na alas rakhmat dan perkenan-Nya, pada hari ini kita s<.:mua t apal menghadiri Rapat Paripurna Dewan dalam keadaan s<.:hat wal'afial. untuk llH:ngikuti pembicaraan ., ingkal IV Rancangan Undang-undang tenlang Psikotro- pika.

Pad a kesempatan ini at as nama Fraksi ABRI, pcrkenankanlah kami mcnyampaikan ucapan terima kasih kcpada Pimpinan Rapat, atas kcsempatan yang diberikan untuk menyampaikan Pcndapat Akhir Fraksi ABRI terhadap Rancangan Umlang-~111dang teotang Psikotropika ini,

Fraksi AI3RI m<.:nyamhul (kngan perasaan bersyukur, karena pada hari ini kita dapat mcmasuki pe_mbi- caraan Tingkat IV tersehut. Hal ini menunjukkan bahwa DPR tclah mampu menyelesaikan salah satu tugas konstitusionalnya unluk membcntuk Undang-undang bcrsama Pcmerintah. Apalagi undang- unc.Jang ini kchac.Jirannya sangat ditunggu-lunggu olch masyarakat.

Dalam memhahas Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika, Fraksi ABRI bertitik tolak dari keyakinan hahwa peran dan pengaruh Undang-undang lerscbut sangat besar dan bernilai strategis dalam upaya 1n<.:ningkatkan kesejahteraan masyarakal dan mcnyelamatkan generasi muda dari pcngaruh negatif pslkotropika. /\tas dasar kcyakinan 1tu, walaupun pemhahasan berlangsung sangat ketal dan tlinamis, namun tclap hcrada dalam koridor demokrasi Pancasila, y<iilu dalam suasana kekeluargaan dan kchersamaan dcngan salu tujuan ialah menghasilkan yang terbaik untuk dipersembahkan kepada bangsa dan negara.

Pcmbicaraan tingkal Ill berlangsung dalam 4 tahap yailu tahap P<mitia Khusus, Panitia Kerja, Tim Perumus, dan Tim .Sinkronisasi.

Pada tahap Panitia Khusus dari 237 butir DIM persandingan telah diselujui 52 butir, Iangsung diserahkan kcpada Tim Sinkronisasi 12 hutir dan kcpada Tim Perumus 76 butir. Dilanjutkan untuk dibahas oleh Panja schanyak 99 bulir Jan 187 hutir penjelasan pasal. ·

PaJa lahap Panja, Jiskusi berlangsung sangat dinamis dan terbuka, sehingga alokasi waktu Panja bertambah dua hari.

Pada tahap Ti111mus yang hcrlangsung sangat ketal, karcna dilt.:mukannya suhslansi yang memerlukan

I

H:.rtlll1Usan k 011 k rit dan lllendalalll, agar l idak keluar dari mekanismc pemhahasan yang telah d isepakat i

)ers;11na. · .

Tahap Timsin berlangsung lebih lancar karena semua pcrmasalahan telah dibahas dan disepakati pada Tim Perumus.

!>ada tahap ini dilakukan penyisiran kembali agar RUU yang akan disahkan menjadi Undang-undang ini hcnar-henar mengalir c.Jan segera dapal dipahami serta dilaksanakan. Akhirnya struktur dari Oab-bab d isesuai kan dengan al iran dari pasal-/)asal, dimulai dari produksi dan peredaran sampai. dengan· pemus- nahan, p<:nyidik:.111, dan ketcnluan pi< ana. ·

S~:.mula lUlU ini terdiri dari 14 BAB discmpurnakan mcnjadi 16 BAI3, dari 67 pasal menjadi 74 rasal dan dari 16 PP yang dircncanakan disepakati menjadi 8 PP s<~ja, sedangkan yang lainnya dialihkan m<:njadi wewenang Menleri.

Selama pcmbahasan terlihal itikad baik semua pihak dengan memberikan penjelasan akurat untuk memper!ancar terwujudnya kesamaan visi, persepsi, dan interpretasi mengenai materi dari R!JU.

Secara substansi~d bany~tk matcri R ~U yang disemi!urnakan, baik dalam batang tub~th maupun .penJela- sannya. Untuk 1lu kam1 menyampa1kan lenma kasil1 atas kehendak yang sama, salmg pengerti<Ul yang mendala111 untuk penyempumaan RUU diantara masing-masing Fraksi yang menunjukkan realita keke- luargaan dan kehersamaan dalam wujud nyata Demokrasi Pancasila.

1

(11)

IIadirin yang kami honnati.

lkrda~ar.k<~n kcyakinan Frak~;i ABRI yang telah dikcmukakan, maka dalam menyampaikan Pendapat Akhu.· Illl tetap berlanclaskan pada pokok-pokok pikiran yang telah cli<Uukan pada Pemandan- gan Umum, yaJtu :

Pert a rna

Kcdua

Ketiga

Kcempat

Kelima

f3ahwa Und.ang-un~lang tc~1tang Psiko~ropika harus mampu memanfaatkan sebe.sar- hcsarnya ps1kotrop1ka bag1 upaya mcmngkatkan kcsejahtcraan masyarakat serta ilmu

pcngdahuan dan tdnologi. ·

13ah~a Undang-undang ini harus dapal menccgah dan mcnanggulangi pcnyalahgunaan, seka!Igus memhcrantas lalu lintas dan pcrcdaran gelapnya.

Bahwa Undang-undang ini harm; mampu membcrikan kepasti<m hukum, untuk dapat lllcmlx:dakan antara pcngcdar, penyalur, pcnycrah, pengguna, dan pengedar .sekaligus pcnggu na.

Bahwa Undang-undang ini harus dapat mengatur golongan psikotropika sesuai dengan

Konvensi l'sikotropika 197 I, <kngan jelas. ~

8ahwa Undang-undang ini harus memuat sanksi pidana yang setimpal dcngan pelang- garan yang dilakukan serta perkara psikotropika haru~ mampu didahulukan dari perkara lain untuk di<~iukan ke pengadilan guna mendapatkan penyelesaiannya.

Rapal Padpunw yang kami honnati.

Pa_da pembahasan yang herlangsung kctat, mcndalam dan dinamis terdapat beberapa hal yang cukup pel1k yang memcrlukan loby yang sangat intensif pula, karcna bagaimanapun seluruh Fraksi su<.lah sependapat untuk mempersembahkan Undang-undang tcntang Psikotropika yang baik dan sudah sangat dtltmggu-tunggu oleh masyarakat.

Upaya Fraksi ABRI untuk mencmpatkan aspirasinya dianlara aspira~i r:raksi lain pada dasarnya tidak m<.:nemukan adanya pdlledaan pandangan yang bcrtolak bclakang, tetapi justru mendapatkan kesamaan yang didukung secara konstruktir. 1\:merint;th pada umumnya dapat mcmahami DIM yang diusulkan llich Fraksi AIH<I. Fr;tk:~i lain pun p;tda Ultllttllnya juga mcngusulk;111 pandangan--pandangan yang seja- Ian dengan DIM Fraksi /\BRI.

Secara keseluruhan dalam Pembicaraan Tingkat Ill terhadap Rancangan Undang-umlang ini dihasilkan peruhahan dan penamhahan materi yang menonjol dari Fraksi ABRI yang mendapat tangga- pan positil" dari semua Fraksi dan Pemerintah adalah sebagai hcrikut :

Pcr·tama

Kcdua

Masalah Pcnggunaan Psikott·opika Golongan I

Psikotropika golongan I adalah psikotropika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pcngetahuan dan tid<lk digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi amat kuat mengak i balkan sind rom a kctergantu ngan.

Di dalam Pasal 4 ayat (2) RUU (lama dan baru) Psikotropika Golongan I tidak boleh digunakan untuk kepentingan pelayanan kesehatan. Padahal di Pasal 7 Konvensi Psikolropika 1971 yang tclah diratifikasi dcngan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1996, nH:nycbutkan bahwa Psikotropika golongan I dapat digunakan untuk "Very limited n1cuical purposes by duly authorized person".

Fraksi /\BRl berpendapat pcrlu meruhah rumusan Pasal 4 ayat (2) menjadi "Psikotropi- ka Colongan I hanya dapal digunakan untuk kcpentingan ilmu pengetahuan".

Dengan meruhah mcnjadi rumusan seperti ini, maka dimungkmkan penggunaan psiko- tropika Golong<m I untuk kepcntingan mcdis dalam rangka penelitian. Meskipun pembahasan pasal 4 ayat (2) memakan waktu cukup lama, namun akhirnya dapat disetu- jui olch seluruh r:raksi pad a tanggal I 5 Januari 1997. Rumusan Pasal 4 ayat (2) perlu dilcngk<lpi dcngan penjelasan pasal dcngan rumusan : "Dalam rangka penelitian, psiko- irotJi/w !{O/onp,on I daJJa/ digunalwn untuk kepentinp,an medis yang sangat terbatas dan di/uksunolwn oleli orung yung dihai wewenong klwsus untuk itu oleh Menteri"

S<::lain itu ditambah pula dengan ayat (3) yang menyatakan bahwa Psikotropika l?olon- gan I dinyatakan sebagai barang tcrlarang. Pclanggaran terhadap ketentuan ini lhkena- kan sanksi pidana.

Masalah Pcrcdaran Psikotropika.

Pada kom;cp RU U ini Psikotropika hanya dapat diedarkan oleh Pcdagang Besar Farmasi yang telah memi I iki izin sesuai dengan pcraturan pcrundang- undangan yang berlaku (Pasal 8 dalam l3A8 II), sedangkan untuk penyerahan Psikotropika berada dalam Bah lersendiri yaitu BAB V P<l~al 32 sampai dcngan Pasal 35.

Setelah mclalui adu argumentasi yang cukup /Janjang, maka pengertian peredaran ini

disempur~~akan dan dilcngkapi menjadi pcnya urail dan pcnyerahan. Scmula mc1~jadi

2

(12)

Kctiga

Kcempat

Kelima

Kecnam

Kl'luj ull

satu 13ab tkngan produksi, yaitu DAB PRODUKSI DAN PEREDARAN sctclah pcmbahasan 1~1cnjadi Bah tcrsendiri yaitu 13AI3 PEREDARAN (Bah IV baru).

PenJ'.aluran dJiaksanakan oleh 3 instansi yaitu Pabrik Ohat, Pcdanang Besar Farmasi (Pnl")_. dan Sarana Pcnyin1panan Sediaan Farmasi Pcmerintah (SPS0P).

Pener:rr~la pc:nyaluran d<1ri pahrik obat adalah PBP, Apotek, SPSFP, RS, dan Lernlltt L;:m,d!k (ada 5 ins~;;nsi). Pen~rima pt~~lyaluran .dari P!JF adalal~ PI3F lainnya.

apo.te~_, ~!'SH>, rumah sakrt,. d~111 Leml1.t/Lemdt1< (ada 5 mstanst) .. Penenma penyaluran dan Sl:SI·P a~la!ah Rumah Sakll Pemerrntah, Puskesmas dan Bal:11 Pengohatan Pemerin- tah (J lllS(;IIlSI).

Pt:nyerahan hanya dapat dilaksanakan oleh Apntek. RS, Puskesmas, Balai Pengobatan, dan dokter kepada pengguna/ pasien (5 instansi). Khusus untuk apotek dapat pula menyerahkan kcpada apotek lainnya.

Penyerahan oleh keempat instansi di alas harus dilaksanakan berdasarkan resep dokter.

Peny<.:rahan olch dokter dapat dilaksanakan bila ia menjalankan praktek terapi dan mclalui suntikrtn, menolong orang sakit didalam keadaan darurat serta menjalankan tugas di Jacrah tl:rpencil yang tidak ada apqtek.

Uengan konscp peredaran yang telah disepakati ini makin jelas siapa pcnyalur, siapa penyerah. siapa pcnerima, dan siapa pengguna. Dengan dcmikian ketersediaan Psiko- tropika dapat diJamin untuk kepentingan pelayanan kesehatan dan kepentingan ilmu

l

lengetalluan, sckaligus dapat dllelusuri penyalahgunaan dan peredaran gel;~pnya. se- lingga mcnunjukkan arab yang jelas untuk me1H.:egah da.n memberantasnya.

Masalah Pcngc1·tian Tn1i1silo.

Pada konscp RUU Pasal I butir 7 transito diartikan sebagai pengangkutan Psikotropika melalui dan singgah eli wilayah Indonesia dengan atau tanpa bel.'ganti sanma angkutan antara dua negara lintas. Di dalam pembah<1san muncul tambahan mengenai wilayah ini, apakah wilaY.ah pahc<U! atau wiiayah urisdiksi. Wita:rah yurisdiksi merupakan usulnn cJari Fraksi ABRI. Masing-masing :;raksi mt:mpunyat rujukan yang dapat dija- dikan pegangan yang kuat. Setclah mel;llui pembahasan yang cukup dinamis, maka diterima rumusan haru yaitu wilayab Repuhlik. ·

llal i11i lllelljadi penting karena ml:ncntukan dimana saja kita dapat mcnjangkau secara hukum pen:daran gelap Psikotropika tersebut.

Mcngcnai Pcran se1·ta masyarakaL

Pada konsep aw<tl dari RUU ini peran serta masyarakat diatur dalam BA.B IX hanya satu pasal yaitu Pasal 47 dengan 2 (dua) ayat. Fraksi ABRI berpendapat bahwa bentuk dari peran serta masyarakat harus dic;mtumk;~n secan1 jelas dalam Undang-undang ini.

Untuk itu perlu dirumuskan kewajihan masyarakat agar melaporkan tentang Psikotro- pika y;lllg disal;thgunakan.

Setel;l11 rnelalui diskusi akhirnya rumusan ini dapat diterima. Untuk melindungi ma- syarakat yang 111emherikan lapora:1, dinrmuskan pula satu ayat baru. Akhirnya peran serta rna.syarabl ini menjadi salu Bah, satu p;:.sal dcngan 4 (cmpat) ayat.

Mcngcnai Pcmhinaan.

Dalam Pasal 5 I mengenai pcmbinaan, Fraksi Al3Rl berpendapat perlu menambahkan rumusan normatif untuk menccg~h pelibatan anak di bawah umur eli clalam kegiatan penyalahgunaan dan percdaran gelap psikotropika. Rumusan ini dapat diterima sekali- gus dengan ketcntuan sanksi pidananya.

Mcngcna i Pcngawasan.

Pemerintah tclah merumuskan dalam Pasal 54 RUU tentang pengawasan tetapi tinda- kan administratifnya dicantumkan daiam penjelasan pasal.

1:raksi J\DRI mcngangkatnya untuk dimasukkan dala111 Batang tubuh 111CI\iadi pasal 54 ayat (2), sehingga mcnjadi jelas normatif yang terdapat dalam batang tubuh. Setelah melalui pemhahasan yang mcndalam, dinamis, <i<m arif bentuk tindakan administratif Jicantumkan dalam batang tubuh meli\)uti S (lima) unsur tindakan administratif yaitu tegu ran I is an, tcgu ran tertul is, pcng 1ent ian semen tara kegiatan, pengenaan denda administratif, dan pencahutan iz.in praklck. Uagairnan;1 hentuk pcnerapan sanksi admin- istratif' diatur olell Menteri, scmula ditetapkan dengan Pcraturan Pemerintah.

Mengeuai Pemusnahan.

Dalam RUU Pasal 36 ayat (l) huruf

a

dirumuskan "pemusnahan psikotro1:,1ika dilaksa- nakan terhadap psikotropika yang berhubungan dengan tindak pidana di b1dang psiko- tropika ". Fraksi ABRI menambahkan rumusan "setelah putusan :pengadilan terhadap perkara ya.ng bersangkutan rnernpunyai kekuatan hukum tetap". D1samping itu diusul- kan tambahan ayat baru "J>emusnahan di lcngkapi dengan bent a acara pemusnahan".

Usulan ini dapat diterima rnenjadi ayat (2) dan ayat (3) Pasal 53 baru.

3

(13)

Kede!apan Mengcnai PPNS pada Pas~1l 57.

Dalam Pasal 57 ayal (I) disebutkan PPNS tertentu, dan rumusan ini sudah sesuai dengan Undang--undang Nomor 8

Tahun 1981 Len lang Hukum Acara Pklana d<1n l:;raksi ABRI dapat menerimanya.

Fraksi lain hclum dapat mencrimanya.

Setelah m~lalui .J)l~ll!b~lh<~san. yan~ cukup di11amis clan .mendalan; akhir!lY<I disepakati agar PPNS lertenlu 1111 d1ben penJelasan ayal, y;mg men_1daskan stapa Sa_) a yang terma- suk PPNS, yailu PPNS Dcpartcmcn yanl} bcrtanggung jawah di hi-dang kcsehatan, PPNS Deparlemen Keuangan dalam hal i111 Ditj':;n l3ea dan Cukai, serta PPNS Depar-

temen terkai!. ·

Kewenangan PPNS ini .sesuai dengan yang diberikan Undang-undang. Disamping itu.

Fraksi /\BRI mcngusulkan unluk menambah satu butir. yaitu bahwa PPNS i111 berwe- nang untuk memhuka dan mcmeriksa seliap barang kiriman melalui pos atau alat-alat per!Jubung;111 lainnya yang diduga mem/1unyai hubungan dengan perkara yang men- yangkul P:-;ikolropika yang .scdang da am penyidikan, usulan ini dapal diterima.

Rumus;llll!ya dimasukkan pula sebagai lamhahan pada penyidik Polri.

Kesemhilan: Mcngenai "Money Loundl"ing".

... ivla.salah ini sehenarnya tidak ada di dalam RUU, tetapi berdasarkan Konvensi 1988 yang akan diratifikasi tclah mcncantumkan masalah ini, maka "Money Loundring" ini letap dihahas.

1\.:mbahasannya cukup memakan waktu lama dan akhirnya telap dipending. Setclah diangkat ke instansi yang lebih tinggi, diputuskan untuk tidak dimasukkan di dalam RUU ini, lclapi diharapkan Pemerintah memhcrikan pcrhatian khusus, pada pemanraa- tan uang basil kejahatan tindak pidana Psikntropika untuk investasi di bidang lain.

Kesepuluh Ketentuan Pidana.

Masing-masing Fraksi dapat menerima penge11aan hukuman minimal bagi tindak pidana PsikoU·<;pika golongan

r.

Berdasarkan basil konsultasi dengan instansi terkait serta pembahasan mcndalam antar Fraksi dan Pemerintah untuk tindak pidana P:;ikotropika golongan I yang meliputi, memproduksi, mcnggunak<1n c!alam pro::;es produksi, menge-

dark;~t~, .menyimpan. selain untuk kepenlinga!l ilmu pen~etahuan ~erta st:c~ra tanpa hak mcn1111k1. meJIYHllpan dan <tlau mcmbawa <.ltkenakan JHdana pct1Jara mmimal 4 tahun dan maksimal 15 tahun serta denda minimal Rp 150 juta, maksimal Rp 750 juta.

Rapal Par·ipm·na yang kami hormati.

Fada kes~..:mpatan in! perlu kami ungkapkan bcber:1pa pcndapal Fraksi /\BRI yang berkaitan dengan p'"ml,icaran tingkat Ill sebagai herikul :

Pcrtama

Kcdua

Tujucm Pc•·tama Pcngatunw Psikotropika.

Tujuan pcrtama dari pengaturan Psikotropika adalah mcnjamin ketersediaan Psikotro-

J~ika guna kcpcntingan pelayanan ~csehalan d;m ilt!1u peng~tahuan \Pasal 3 lnuyl' a).

SclanJulnya pada Pasal 6 Pstkotrop1ka golonv.an ! dtlarang d1produks1 dan atau dl&una- kan dalam proses \1roduksi. hcrarti Psikolroplka diluar golongan I dapat diproduks1 dan alau digunakan da am proses produksi. Bila dapal diproduksi dan atau digunakan dalam proses prml11ksi herarll ketei·sediaan Psikotropika golongan IT, III,dan IV dapat dijamin h;,lik untuk kcpcntingan pclayanan kesehatan maupun untuk kepentingan ilmu pengeta- l1Uan.

Andaikala proJuksi pabrik obat dalam negeri tidak mcncukupi, maka Psikotropika ini dapal pula diimpor oleh pahrik obat, pedafiang besar farmasi dan khusus untuk Psiko- tropika golongan I adalah lembag;.l pcnclill<l'l/iemhaga pcncliclikan dapat pula mcngim- pornya (Pas;\! 16. 17 dan 18). Bcrapa kehutuhan tall\1nan dan pelaporan scrta tala cara mengimpor ini diatur oleh Mentcri Keschatan (BJ\13 Vll Pasal 32, 33, 34, dan 35).

Dengan <.kmikian jelas ketcrscdiaanllya dapat d;_jamin. O!eh karena itu Fraksi AI3RI dapat menerima seluruh rumusan tcrscbul.

Tujuan Kedua Feugaturan Psikoil·opika.

Tujuan kcdua dari pcngaturan Psikolropika adalall menccgah terjadi pcnyalahgunaan Pslkutrorik~t (Pasal

3

hurur b).

Psikolropika golongan II, Ill, dan IV hanya dap;\t diprocluksi oleh pabrik obat yang telah memiiiki izin (Pasal 5) dan pengcdarannya harus memenuhi standar dan persyara- tan farmakope alau buku s~andar la11111ya (Pasal 7), serta terdaftar pada Departemen y;tng bcrtanggungjawah di hidang Kcsehatan (Pasal 9 ayat (I)).

4

(14)

Kctiga

Pen:>:~rahan Psikotropika hanya dapat dilakukan ol~h apotck, rumah sakit, puskesmas, B.ala1 ~c::l!f,Ul~atan. da:J. Dokter~ kcpada pcngguna. Khusu0 apolek dapat pula menyerah- k,m kep<~lld apot~k l,unnya. Scmua penyerahan harus dllakukan dengan resep dokter (Pasal 14).

Pcnyerahan oleh do~tcr yang m~mperoleh d~1ri ap~1tek dilaksanakan dalam hal menja- lankan pr<tktck tt:r<tpl d;1n dJIJcnkan mclalu1 sunt1kan, mcnolong orang sakit dalam kca~aan darurat Jan mcnjalankan tugas di dacrah terpcncil yang tidak ada apotik.

Mc!Jhal latacara pcngaturan penycrahan ini nampaknya simpul-simpul untuk penyalah- gunaan sudaiJ d<tpal dikunci.

Khusus untuk !>ikotropika golongan I, tidak boleh diproduksi, scdangkan kalau diim- por harus. ad_a 1z.m_. l3crapa kehutuhan tahunan da~1 pelaporan diatur Menteri. Mudah-

~nudahanytnng llll sudah dar~at mcnutu\> kcmungkman penyalahgunaannya, oleh karena 1tu Fraks1 /\BRI dapal menenma seluru 1 rumusan tersebut.

Tujuan Kcliga pcngalunm Psikvlropilm.

Tujuan ketiga adalah memberantas p<.:redaran g<.:lap Psikotropika.

Mclalui pasal-pasal ya11g sudah harus discbulkan unluk 2 lujuan pcrtama. tlitambah tkngan mckanJslllc pcnyaluran pada Pasal 12 hanya dapat tlflakukan olch 3 instansi

s;~ja, yaitu pahrik obat, pcdagang hcsar farmasi dan :;arana pcnyimpanan sediaan fanna- si Pemerintah.

Di dep<m telah kami uraikan 3 instansi ini, hanya dapat menyalurkan kepada instansi tcrlcntu. Pcngangkutan, transito, pcmeriksaan, kemasan, label dan iklan, pemusnahan dan pcnyidikan juga telah dialur dalam Undang-undang ini. Berarti simpul-simpul yang memungkinkan percdaran gclapnya Ielah pula dap<ll dikunci, dan Fraksi ABRI uapat lllencrima scluruh rumus;111 lerschu!.

Kecmpat Pemhinaan, pengawasan, dan peran serta masyat-al<at.

Kelima

Didalam R U U ini dijelaskan bahwa Pemerintah melakukan pembinaan yang diarahkan untuk terpenuhinya kebutuhan/ Psikotropika ti1:tuk kepentingal) pelayanan kesehatan dan ilmu pcngetahu<m. mencegah terjadinya j)<;nyalahgunaan, melindungi masyarakat, JllCillberanlas pcn.:daran gdapnya, menccga 1 pclibatan anak yang belum berumur 18 lahun serla mcndorong dan menunjang kcgiatan penelitian dan atau pengemhangan tcknologi di bidang Psikotropika guna pelayanan kesehatan.

Dalam rangka pcngawasan, Pemerintah berwenang melaksanakan .pemeriksaan mulai dari prouuksi sampai dengan fasilitas rchabililasi, melakukan pemeriksaan surat, pengamanan, dan evaluasi. Tindakan administratif dapat dilaksanakan oleh Menteri tcrhadap instansi penyalur tlan penycrah.

Peran serta masyarakat dalam upaya pcneegahan pcnyalahgunaan dan pemberantasan pcredar!tn ~clapn.ya juga tclah d.iattn: dalan! l_HJU im. ~C~)ada mereka yan:g melaporkan harus d1bcn pcrlmdungan mula1 dan peny1d1kan samp<u ( engan d1 pengadilan.

·rtrlladap selurull rumusan eli atas Fraksi AIJRI Japal mencrimanya.

Kctentuan Pidana

Simpul-simpul yang memungkinkan terhukanya kund pengaman yang telah disiapkan, dihadang pula dengan kegiatan pcnyidikan yang diatur dalam Bah Penyidikan.

Kt:.tcnluan pidana untuk golongan I, diatur hcrbeda dcngan golongan lainnya.

Untuk pertama kalinya dalam Rancangan Undang-undang dimunculkan ketentuan pidana pcnjara paling singkat yaitu 4 tahun, dan denda paling sedikit Rp 150.000.000,-.

llaclang<t:1 tcrhadap kemungkinan terhukanya simpul-simpul kunci pengaman untuk

~olong<1n II, Ill dan IV tclah pula disiapkan, o!ch karena itu Fn\ksi ABRI dapat mener- lma sduruh rumusan tersebut.

Saud;1ra Pimpinan Rapat.

Saudai-a Mentel"i.

Hadirin sekalian yang kami hormati.

Setclali mendalami kcmbali hasil pembahasan, batang tt!buh dan penjelasan Rancangan Undang- undang tentang Psikotropika dcngan scgala penyempurnaannya dapat disimpulkan bahwa Rancan~an

Umlang-unclang ini telah menampung saraJ!-saran. pcndapat d<Jn aspirasi masyarakat seperti yang dJtu-

;ll1gkan dalam pokok-pokok pikiran Fraksi ABRI, dan telah memenuhi harapan Fraksi ABRI untuk mcwujuJkan U ndang U ndang yang sesu;li dengan tujuan yang te!ah d isepakati.

Dengan demikian, Fraksi Al3RI yakin bahwa Rancangan Undang-undang tentang Psikotropika y<1ng telah ditunggu-tunggu kchadirannya oleh masyarakat, dapat digunakan sebagai instrumen penting dalam upaya mcnyiapkan generasi pcnerus Bangsa yang terbebas dari pengaruh penyalahgunaan obat khususnya Psikntrop1ka.

5

(15)

..

lkrdasarkan heriJ<tgai pertimhangan tersebut, "Fmksi AIJRI dapat menerima dan menycttl}lll Rauc_angan Undang-wulang tentang Psikotropika iui wt.luk disahkan meujadi Undang Undang oleh Pres1den ".

Selanjutnya pcrk~nankanlah Frak.si AJ3RI menyampaikan beberapa harapan, sebagai berikut : Pertallla

Kedua

Kctiga

Kecmpat

Kelima

Ditunlul kesungguhan dan .semangal pengahdian yang tinggi dari aparatur Pemerintah dalam melaksanakan undang-undang mi karcna bagaimanapun haiknya .sebuah undang- undang, apahila f.idak didukung oleh kesungguhan dan scmangal pengabdian dari apara- lur yang hersangkutan, maka mustahil lujuan yang hendak dicapat dapat diwujudkan.

Pelaksanaan Undang Undang tentang Psikotri.)pika ini akan melibatkan berbagai in.stan.si terkail, oleh karena itu Denartcmcn yang bcr.sangkutan haru.s mengembangkan .seman- gat koordinatif yang proakdf.

Undang-undang ini mengamanatkan pcmbcntukan 8 (dclapan) Peraluran Pemerintah agar sup;1ya Undang llndang ini dapat dilaksanakan scsuai dengan yang diamanatkan.

perlu ketanggapsegcraan Pcmcrinlah unluk nwncrbitkannya.

Peraluran oleh Mcnteri yang herwenang sesuai dengan amanat undang-undang sejumlah delapan kewenangan haru.s .segcra ditcrbitkan agar undang-undang dapat dilaksanakan sesuai dengan kescpakatan Dewan dcngan Pemerintah.

Sctclah Rancangan Undang-undang ini diundangkan scgera disosialisa.sikan, agar selur- uh lapisar1 rnasyarakat dapat memahami dan dapat berperan .serla dalam meiaksana- kannya scbagaimana dimabud olch Undang Undang ini.

Rapat Dewan y~mg tcrhonnaL

Schelum mcngakhiri Pendapal Akhir ini, perkcnankanlah Frabi ABRI mcnyampaikan terima kasih dan penghargaan yang sctinggi-tingginya kep<tda rraksi K<~rya Pembangunan, Fraksi Partai Demokrasi lndon~;sla, dan Fraksi Pcrsatuar·J J>embangunan, ·yang Ielah bersama-sama tkngan Fraksi ABRI nH.:nyd_csaikar~ tugas pcmhahasan Rancangan tlndanJ;-llm~ang ini . dalam suatu kcrja~ama ~ang erat dengan drlanda~r ~emangal musyawarah untuk mencapat mulakal, :;ehmgga ltigas dapal dJselesa1kan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

Terima kasih dan penghargaan .setinggi-tingginya kami sampaikan pula kepada Saudara Menteri Kesehatan beserta seluruh jajarannya dan instansi terkait lainnya yang dengan penuh perhatian, keteku- nan. kesabaran, dan kcrja keras sehingga tclah mcmperlancar pembahasan pada Pemhicaraan Tingkat Ill. Demikian pula kepada Sekretariat Jcndcral DPR-RI yang telah memb~rikan l~tsilitas untuk Pemhi- caraan Ti ngkat Ill kami haturkatl tcri ma kasi h. ·

'!"iuak !upa p_ula kami :sampaikan ~erima. kasih dan penghargaan kepa~a Sauda.ra-saudara Warta-

Wi.ln, bark dan mcd1a c<..:lak maupun dan mcd1a elektronrk yang Ielah melzput kegtatan pembahasan

Rancangan Unc..iang-undang ini .scrla menyeharlua.skan beritanya untuk cliketahui ma.syarakat.

. Senwga J\llah SWT selalu mclimpahkan laufik dan hidayah-Nya dalam melanjutkan pengabdian klla kepada bangsa dan ncgara yang kita cinlai ini.

Sekian dan tc1·ima kasih.

6

Jakarta, 27 Januari 1997 An. FR/\KSI ABRI DPR-R!

Juru J3icara, ttd

dr. DARMANSYAH A-479

I

Referensi

Dokumen terkait

Pendapat Fraksi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia terhadap Rancangan Undang-Undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Sesuai dengan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan diatas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa perencanaan pengembangan wisata desa Edelweis

Dengan telah berlalunya waktu dan berakhirnya tugas, maka melalui forum yang rriulia ini, perkenankanlah kami atas nama seluruh Anggota Pansus memohon maaf

Saya tadi berpikirnya mungkin dari DIM Nomor 64 sampai DIM Nomor 78 itu masuk Panja karena satu bab. Tadikan kita belum sepakat apakah mau dikecilkan. Tapi kalau kita tetap mau

IMAGE (CITRA QUICKBIRD) PENGAMATAN GCP MENGGUNAKAN GPS PENENTUAN TITIK SEKUTU PETA PENDAFTARAN TRANSFORMASI METODE AFFINE PETA DASAR PETA PENDAFTARAN SCANNING PETA DIJITASI

Pimpinan Panitia Khusus Rancangan Undang-undang tentang Perubahan Undang-undang Perpajakan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia dipilih oleh dan dari Anggota

Penelitian ini bertujuan mengetahui posisi relatif kabupaten Jember sebagai penghasil beberapa jenis sayuran khususnya kacang panjang; cabe merah; kubis dan bawang

Tidak melaksanakan program/kegiatan karena kegiatan seni sudah memenuhi syarat. Bidang Tematik dan Nontematik No. Subbidang, Program, dan Kegiatan Frekuensi &amp; Durasi.