• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini dilakukan oleh Aminian et al (2016) untuk menentukan jumlah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini dilakukan oleh Aminian et al (2016) untuk menentukan jumlah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TEORI DAN TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini dilakukan oleh Aminian et al (2016) untuk menentukan jumlah efisiensi model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover dalam memprediksi situasi kebangkrutan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran dan membandingkan hasilnya model; untuk memenuhi tujuan ini telah dikembangkan delapan hipotesis.

Populasi statistik dan ukuran sampel studi ini termasuk 35 perusahaan dari tekstil dan keramik dan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Teheran selama periode 2008 hingga 2013. Dalam penelitian ini, setelah menentukan distribusi data normal dengan menggunakan uji korelasi, salah satunya hipotesis penelitian sedang diuji dan untuk menanggapi hipotesis penelitian, kami menggunakan analisis regresi. Juga, dengan menggunakan analisis korelasi untuk menguji signifikansi masing-masing model Altman, Springate, Zmijewski dan Grover dan untuk menemukan model ini digunakan oleh metode regresi linier berganda untuk data panel. Akhirnya, setelah tes, semua hipotesis dikonfirmasi dan hasilnya menunjukkan bahwa "dalam lima tahun penelitian untuk memprediksi kebangkrutan perusahaan, masing-masing model Grover, Altman, Springate dan Zmijewski memiliki kemampuan yang lebih baik untuk memprediksi krisis keuangan.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Rahayu et al., 2016) adalah untuk mengetahui dan menganalisis prediksi kesulitan keuangan pada Perusahaan

(2)

Telekomunikasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2014 dengan menggunakan metode Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski.Penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu laporan keuangan tahunan Perusahaan Telekomunikasi periode 2012-2014 dengan menggunakan teknik pecatatan dokumen dan dianalisis dengan metode Altman Z-score, Springate, dan Zmijewski. Hasil akhir penelitian ini menunjukkan bahwa kinerja keuangan yang dianalisis dengan metode Altman Z-Score, Springate, dan Zmijewski pada Perusahaan Telekomunikasi Periode 2012-2014 diklasifikasikan dalam keadaan mengalami kesulitan keuangan atau Financial Distress. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Altman Z- Score terdapat dua perusahaan yang mengalami financial distress selama tiga tahun periode 2012-2014 yaitu PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Springate terdapat empat perusahaan yang mengalami financial distress yaitu PT Bakrie Telecom Tbk, PT XL Axiata Tbk, PT Smartfren Tbk, dan PT Indosat Tbk pada tahun 2012-2014. Hasil prediksi financial distress menggunakan metode Zmijewski terdapat dua perusahaan yang mengalami financial distress yaitu PT Bakrie Telecom Tbk dan PT Smartfren Tbk.

Penelitian selanjutnya yang dilakukan oleh (Marcelina & Yuliandhari, 2014) ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh prediksi kebangkrutan Altman Zscore terhadap harga saham. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif verifikatif dengan pendekatan kausalitas. Objek penelitian ini adalah 8 perusahaan transportasi yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian tahun 2008-2012.

Pengujian statistik yang digunakan adalah uji deskriptif, uji kolmogorov-smirnov,

(3)

analisis regresi sederhana, koefisien determinasi dan uji t dengan menggunakan SPSS 21,0. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prediksi kebangkrutan dengan metode Z-Score tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham perusahaan transportasi dengan tingkat koefisien determinasi sebesar 23%.

Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Priambodo & Pustikaningsih (2015) penelitian ini membandingkan score empat model prediksi financial distress dengan menggunakan teknik statistik deskriptif, uji normalitas, dan dipasangkan analisis uji teknik sample t- test dengan bantuan program SPSS. Kesimpulan dari penelitian ini menunjukkan perbedaan yang signifikan antara model Altman, Springate, Grover, dan Zmijewski dalam memprediksi financial distress, dan tingkat akurasi tertinggi dicapai model Springate dengan tingkat akurasi sebesar 84,21%.

Penelitian ini dilakukan oleh Prihanthini & Sari (2013) untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan model Grover dengan model Altman Z-Score, model Grover dengan model Springate, dan model Grover dengan model Zmijewski serta untuk mengetahui model prediksi kebangkrutan yang terakurat. Penelitian menggunakan alat analisis teknik uji paired samplet-test dengan bantuan program microsoft excel.

Kesimpulan hasil pengujian penelitian ini menunjukkan perbedaan signifikan antara model Grover dengan model Altman Z-Score, model Grover dengan model Springate, serta model Grover dengan model Zmijewski serta tingkat akurasi tertinggi yang diraih model Grover kemudian disusul oleh model Springate, model Zmijewski, dan terakhir model Altman Z-score.

(4)

Model prediksi financial distress sebagai model sistem peringatan dini (early warning system) diperlukan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang, sehingga membantu para stakeholders dalam pengambilan keputusan. Penelitian (Hirawati, 2017) bertujuan untuk mengetahui model prediksi financial distress yang paling sesuai untuk digunakan dalam penerapannya pada perusahaan manufaktur di Indonesia. Penelitian ini membandingkan dua model prediksi financial distress, yaitu model Altman dan model Grover. Perbandingan dilakukan dengan menganalisis tingkat akurasi dan tipe error setiap model. Populasi dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Jumlah sampel adalah 81 perusahaan manufaktur, terdiri dari 27 perusahaan yang mengalami financial distress dan 54 perusahaan yang tidak mengalami financial distress. Hasil penelitian menunjukkan bahwa model Grover lebih akurat dengan tingkat akurasi sebesar 85,19% sedangkan model Altman memiliki tingkat akurasi sebesar 30.86%.

B. Kajian Pustaka 1. Financial Distress

Financial distress merupakan tahap penurunan kondisi keuangan perusahaan.

Financial distress terjadi sebelum terjadinya kebangkrutan atau likuidasi Widarjo &

Setiawan (2013). Menurut Adnan (2000), financial distress merupakan keadaan perusahaan yang mengalami kesulitan dalam menghasilkan laba atau perusahaan tersebut mengalami defisit. Menurut Prihadi (2010), kebangkrutan (bankcruptcy)

(5)

merupakan kondisi di mana perusahaan tidak mampu lagi untuk melunasi kewajibannya. Kondisi ini biasanya tidak muncul begitu saja di perusahaan. Ada indikasi awal dari perusahaan tersebut yang biasanya dapat dikenali lebih awal jika laporan keuangan dianalisiss secara lebih cermat dengan suatu cara tertentu. Rasio keuangan dapat digunakan sebagai indikasi adanya kebangkrutan di perusahaan. Salah satu aspek pentingnya analisis terhadap laporan keuangan dari sebuah perusahaan adalah kegunaannya untuk meramal kontinuitas atau kelangsungan hidup perusahaan.

Prediksi akan kontinuitas perusahaan sangat penting bagi manajemen dan pemilik perusahaan untuk mengantisipasi adanya potensi kebangkrutan.

2. Model Altman Z-Score

Menurut Rochsidi et al. (2019) analіsіs rasіo kеuangan yang dіgunakan untuk mеmprеdіksі kеbangkrutan pеrusahaan mеnjadі sеbuah hal yang mеnarіk sеtеlah Altman mеnеmukan suatu formula untuk mеndеtеksі kеbangkrutan suatu pеrusahaan dеngan іstіlah yang dіsеbut Z-Scorе. Z-Scorе adalah nіlaі atau skor yang dіtеntukan darі hіtungan standar dіkalіkan dеngan nіsbah-nіsbah atau rasіo-rasіo kеuangan yang mеnunjukkan tіngkat kеmungkіnan kеbangkrutan pеrusahaan.

Menurut Rudianto (2013) analisi Z-Score adalah metode untuk memprediksikan keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan berberapa rasio keuangan yang umum dan pemberian bobot yang berbeda. Analisis Z-Score pertama kali dikemukakan oleh Edward I Altman pada tahun 1968 sebagai hasil dari penelitiannya menggunakan 5 rasio dari 22 rasio keuangan, untuk melihat perusahaan yang bangkrut dan tidak bangkrut. Model ini menekankan pada profitabilitas sebagai

(6)

komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan. Rumus Z-Score pertama dihasilkan Altman pada tahun 1968. Altman melakukan penelitian lagi mengenai potensi kebangkrutan perusahaan selain perusahaan manufaktur, baik yang go public maupun yang tidak. Rumus altman terakhir atau modifikasi merupakan rumus yang sangat fleksibel karena bisa digunakan untuk berbagai jenis bidang usaha perusahaan, baik yang go public maupun yang tidak, dan cocok digunakan di negara berkembang seperti Indonesia. Rumus tersebut adalah sebagai berikut :

Z = 6,56X1 + 3,26X2 + 6,72X3 + 1,05X4 Kеtеrangan:

Z : Ovеrall Іndеx (Іndеks Kеsеluruhan)

X1 : Nеt Workіng Capіtal to Total Assеts (Modal Kеrja Bеrsіh/Total Aset) X2 : Rеtaіnеd Еarnіng to Total Assеts (Laba Dіtahan/Total Aset)

X3 : Еarnіng Bеforе Іntеrеst and Tax to Total Assеts (Laba Sеbеlum Bunga dan Pajak/Total Asеt)

X4 : Markеt Valuе of Еquіty to Book Valuе of Lіabіlіtіеs (Nіlaі Buku Ekuitas/Nіlaі Buku Hutang)

Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus altman tersebut akan menghasilkan skor yang berbeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. Skor tersebut harus dibandingkan dengan klasifikasi standar penilaian berikut Z > 2,6 artinya perusahaan masih dalam zona aman dari kebangkrutan, klasifikasi selanjutnya Z < 1,1 perusahaan dalam zona berbahaya mengalami kebangkrutan.

(7)

3. Model Springate

Menurut Rudianto (2013) Springate Score adalah metode untuk memprediksi keberlangsungan hidup suatu perusahaan dengan mengkombinasikan berberapa rasio keuangan yang umum dengan diberkan bobot yang berbeda satu dengan yang lainnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Gordon L.V Springate (1978) menghasilkan model prediksi kebangkrutan yang dibuat dengan mengikuti prosedur model Altman. Model prediksi kebangkrutan yang dikenal sebagai model Springate ini menggunakan 4 rasio keuangan yang dipilih berdasarkan 19 rasio-rasio keuangan dalam berbagai literatur.

Model ini menekankan pada profitabilitas sebagai komponen yang paling berpengaruh terhadap kebangkrutan. Model ini memiliki rumus sebagai berikut :

S = 1,03A + 3,07B+ 0,66C +0,4D Dimana :

S = Overall Index (Indeks Keseluruhan)

A = Working Capital/Total Asset (Modal Kerja Bersih/Total Aset)

B = Net Profit Before Interest and Taxes/Total Asset (Laba Sebelum Bunga dan Pajak/Total Aset)

C = Net Profit Before Taxes/Current Liabilities (Laba Setelah Bunga dan Pajak/Hutang Lancar)

D = Total Sales/Total Asset (Total Penjualan/Total Aset)

Model Springate ini mengklasifikasikan perusahaan dengan skor S>0,862 merupakan perusahaan yang tidak berpotensi bangkrut, begitu juga sebaliknya jika perusahaan

(8)

memiliki skor S < 0,862 diklasifikasikan sebagai perusahaan yang tidak sehat dan berpotensi untuk bangkrut.

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis keempat menguji variabel kepemilikan institusional terhadap kebijakan dividen, diperoleh nilai koefisien regresi konstanta dengan arah positif sebesar 0,711

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh anomali iklim El-Nino pada tahun 2015 yang menyebabkan kemarau panjang terhadap pertumbuhan tanaman karet klon PB 260 di

Adapun keempat komponen tersebut adalah perangkat teknologi (technoware), organisasi (orgaware), tenaga kerja (humanware), dan informasi tentang teknologi yang

pasar yang lengkap dan akses pasar kepada para pelaku tata niaga khususnya petani maupun kelompok tani, misalnya informasi harga harian bawang merah. Selain itu, diharapkan

Pada kenyataanya dari kegiatan observasi dan wawancara yang dilakukan pada tanggal tanggal 2 sampai 7 Juni 2014, menunjukkan bahwa banyak permasalahan-permasalahan dalam

Menurut hasil penelitian Primasari (2017) dalam artikel yang berjudul analisis altman z-score, grover score, springate, dan zmijewski sebagai signaling financial

Variabel profitabilitas (ROA) berpengaruh signifikan terhadap harga saham karena nilai signifikan 0,001 kurang dari 0,005.. pertambangan sektor batubara yang terdaftar di

Dari tahap ini dapat diperoleh output sebagai berikut: Desain kemasan yang menarik adalah yang berasal dari dus atau karton, olahan roti tawar yang menarik adalah digoreng,