• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR PENENTU EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR PENENTU EKSPOR MINYAK KELAPA SAWIT DI INDONESIA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

79

FAKTOR PENENTU EKSPOR MINYAK KELAPA

SAWIT DI INDONESIA

Hermien Triyowati1, Julmina Nur Sabrina2*

12Program Studi Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Trisakti

Jl. Kyai Tapa No 1, Grogol, Jakarta 11440, Indonesia *Coressponding Author Email: ninanurs@gmail.com

ABSTRACT

Purpose : This study aims to analyze the determinants of palm oil exports in

Indonesia

Design/Methodology/ Approach

: This study uses a simple regression analysis with the help of Eviews

analysis 9. The data used in this study are secondary data on the volume of Indonesian palm oil exports, inflation, interest rates, trade openness, exchange rate of volatility, exchange rates of Indonesian palm oil prices, the price of Malaysian palm oil, and export duties for the period of 2005 to 2019.

Findings : The results can show that the determinants of palm oil exports are

the price of Malaysian state palm oil and the price of Indonesian palm oil (fitted). While the exchange rate (fitted) and export duty does not affect the volume of Indonesian palm oil exports. In addition, the variable price of Indonesian palm oil is a mediating variable, while the exchange rate variable is a moderating variable.

Keywords : Crude Palm Oil, Exchange Rate, Export Tax, Indonesia Palm Oil

Prices, Malaysia Palm Oil Prices

JEL Classification : E2, Q17, O24

Submission date: 9 Agustus 2020 Accepted date: 12 Februari 2021

PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara yang didominasi dengan sumber daya alam baik dalam bidang pertanian maupun perkebunan. Salah satu komoditas yang dimiliki Indonesia adalah Crude Palm Oil (CPO) yang berasal dari ekstrak buah kelapa sawit. Buah kelapa sawit memiliki bagian terpenting dari tanaman kelapa sawit yang akan diolah menjadi minyak setengah jadi, yaitu Crude Palm Oil (CPO) dan minyak jadi (Palm Oil). Produksi Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia merupakan komoditas sektor perkebunan paling tinggi dibandingkan dengan komoditas sektor lainnya (Khaira, 2017).

Volume ekspor Industri sawit di Indonesia dari tahun ke tahun cenderung meningkat. Pertumbuhan ini tampak dalam jumlah produksi dan ekspor dari Indonesia dan juga pertumbuhan luas area perkebunan sawit. Didorong oleh permintaan global yang terus meningkat dan keuntungan yang juga meningkat, budidaya kelapa sawit telah ditingkatkan secara signifikan baik oleh petani kecil maupun para pengusaha besar di Indonesia. Namun

(2)

80

demikian, terdapat dampak negatif dari industri kelapa sawit terhadap lingkungan hidup serta terjadinya penurunan jumlah produksi hasil-hasil pertanian lain karena banyak petani beralih ke budidaya kelapa sawit (Kementerian Pertanian, 2016).

Negara pesaing utama Indonesia dalam pengekspor kelapa sawit adalah Malaysia. Bahkan produksi dan mutu kelapa sawit Malaysia lebih baik. Namun, perkembangan ekspor minyak sawit Malaysia diperkirakan akan tertahan oleh adanya keterbatasan sumber daya lahan dan tingginya tingkat upah pekerja. Sedangkan, Indonesia masih mempunyai potensi untuk berkembang karena dukungan lahan potensial yang masih terdapat peluang untuk peningkatan produktivitas (Ditjen Bina Produksi Perkebunan, 2004 dalam Hasibuan, 2005). Menurut data dari Direktorat Jenderal Perkebunan dan Malaysia Palm Oil Price pada tahun 2016, harga kelapa sawit Indonesia sebesar Rp 10.886.080/mt, sedangkan harga kelapa sawit Malaysia sebesar 3.619.93 RM/mt atau sebesar Rp 10.913.872/mt.

Kelapa sawit juga merupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia yang cukup penting sebagai penghasil devisa negara selain minyak dan gas. Pada tahun 2015, minyak kelapa sawit tercatat sebagai penghasil devisa tertinggi, lebih besar dibandingkan dengan devisa migas yang hanya sebesar USD 18,5 Miliar (BPS, 2017). Selain itu, Indonesia merupakan negara produsen dan eksportir kelapa sawit terbesar didunia. Sampai saat ini, Indonesia masih menjadi eksportir kelapa sawit ke beberapa negara dengan jumlah volume ekspor tiap tahun meningkat (Hagi, Hadi, & Tety, 2012).

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan, periode 2007-2019, diolah Gambar 1

Grafik Volume dan Nilai Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia

Gambar 1 menunjukkan bahwa volume ekspor minyak kelapa sawit cenderung meningkat pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010, tetapi terjadi penurunan pada tahun 2011 sampai dengan tahun 2016. Kondisi bahwa ekspor minyak kelapa sawit Indonesia mengalami penurunan ini, salah satu penyebabnya adalah jatuhnya harga minyak dunia, yang secara otomatis mengganggu finansial negara-negara penghasil minyak sehingga daya beli ikut melemah.

0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 2005 2007 2009 2011 2013 2015 2017 2019 000 U SD/T o n Tahun

(3)

81 Sebagaimana dengan hukum penawaran, maka peningkatan volume ekspor berkaitan erat dengan harga, yaitu apabila harga suatu komoditi naik maka barang yang ditawarkan akan naik. Peningkatan harga ekspor mendorong produsen domestik meningkatkan volume ekspor untuk menghasilkan keuntungan yang lebih besar (Setiawan & Sugiarti, 2016). Gambar 1.1, menunjukkan bahwa pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, Indonesia mengalami peningkatan nilai ekspor minyak kelapa sawit, namun pada tahun 2012 sampai dengan tahun 2016 terjadi penurunan nilai ekspor minyak kelapa sawit. Penurunan tersebut disebabkan adanya perubahan harga minyak global yang rendah (Gapki, 2016).

Sumber: Index Mundi Commodities Statistics (Palm Oil) dan Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, diolah

Gambar 2

Harga Minyak Kelapa Sawit Internasional dan Indonesia

Harga Minyak kelapa sawit internasional pada tahun 2007, mengalami peningkatan yang sangat drastis yaitu sebesar USD 950/mt dibandingkan dengan tahun 2006 sebesar USD 583/mt. Namun, tahun 2011 harga kelapa sawit mulai mengalami penurunan hingga tahun 2012 berada di harga USD 776/mt. Tahun 2013 harga kelapa sawit mengalami fluktuatif hingga pada tahun 2019 berada pada harga USD 769,93/mt. Adapun penurunan yang terjadi pada tahun 2008 disebabkan karena adanya peristiwa-peristiwa dunia yang mempengaruhi pasar minyak kelapa sawit.

Salah satu penyebabnya adalah krisis keuangan negara Amerika sehingga sejumlah negara terkena dampak dari krisis tersebut (Serikat Petani Indonesia, 2008). Selain itu, pada tahun 2010, harga minyak kelapa sawit berada di angka USD 1228/mt hal ini disebabkan perekonomian dunia sudah stabil sehingga permintaan dunia atas minyak kelapa sawit meningkat (GAPKI, 2011). Maka, dengan kenaikan tersebut akan berdampak pada volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

Berdasarkan gambar 1 menunjukkan bahwa pada tahun 2014 sampai dengan 2016 mengalami penurunan ekspor minyak kelapa sawit. Faktor-faktor yang menjadi pengaruh turunnya ekspor tersebut adalah perubahan harga minyak dunia, harga minyak kelapa sawit kompetitor, nilai tukar, tarif bea keluar, serta permintaan dunia atas minyak kelapa sawit.

0 200 400 600 800 1000 1200 1400 0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000 12000000 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 U SD/Mt Rp /Mt Tahun

(4)

82

Ekspor minyak kelapa sawit di Indonesia sudah dilakukan oleh beberapa peneliti. Adapun inflasi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar (Istiqamah dan Septiana, 2018), suku bunga berpengaruh negative dan signifikan terhadap nilai tukar (Timotius Depatri,2009), Indeks Keterbukaan Ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar (Timotius Depari ,2019), indeks keterbukaan ekonomi berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai tukar (Mariana Irianto, 2019), volatilitas nilai tukar berpengaruh positif dan signifikan (Arifin & Maysya, 2018), harga minyak kelapa sawit Malaysia berpengaruh positif dan signifikan terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia (Hariyanto, 2008), bea keluar berpengaruh negatif dan signifikan terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia (Nasution dan Faisal, 2016), nilai tukar (fitted) berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (Irene Hutabarat, 2008), harga minyak kelapa sawit Malaysia berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (Yulianto, 2019), harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) berpengaruh positif dan signifikan terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) (Aisyah & Kuswantoro, 2017).

METODE PENELITIAN

Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder (time series) pada periode tahun 2005-2019. Data yang digunakan adalah data volume ekspor minyak kelapa sawit (variabel terikat), harga minyak kelapa sawit Indonesia (variabel bebas), harga minyak kelapa sawit Malaysia, nilai tukar, indeks derajat keterbukaan ekonomi, volatilitas nilai tukar, dan bea keluar. Sumber data yang digunakan pada variabel penelitian ini, didapat dari berbagai sumber, yaitu dari Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, Dinas Perkebunan Kelapa Sawit Provinsi Kalimantan Barat, Malaysia Crude Palm Oil Price (MCPOP), dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.

Metode analisis data yang digunakan adalah alat analisis ekonometrika dengan menggunakan alat analisa regresi sederhana dengan menggunakan metode OLS (Ordinary Least Square) dan Uji Variabel Intervening.

Uji Variabel Intervening digunakan untuk memeriksa pengaruh langsung variabel independen terhadap dependen pada variabel mediasi maupun tidak melibatkan variabel mediasi.

Penelitian ini, membahas penelitian pada wilayah di Indonesia. Adapun model yang digunakan, sebagai berikut:

X = β0 + β1P1 + β2P2 + β3NT + β4XT +ε1………(1)

NT = β0 + β1INF + β2SB + β3OPN + β4VNT + ε2………(2)

P1 = β0 + β1P2 + β2XT + ε3………(3)

X = β0 + β1NTfitted + β2P1fitted + ε3………...…(4) Dimana:

X: Volume Ekspor (Ton) NT: Nilai Tukar (Rp/USD)

INF: Inflasi (%)

(5)

83 P1: Harga Barang Domestik (Rp/Ton)

P2: Harga Barang Lain (RM/Ton) SB: Tingkat Suku Bunga (%)

VNT: Volatilitas Nilai Tukar Rp/USD (%) XT: Bea Keluar (%)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada hasil uji asumsi klasik yang pertama, yaitu uji normalitas. Hasil uji normalitas dapat dikatakan model terdistribusi normal ketika nilai probabilitas jarque-bera > 0.05. Pada variabel inflasi terhadap nilai tukar nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,066612 > 0.05. Variabel suku bunga terhadap nilai tukar nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,153107 > 0.05. Pada variabel indeks keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar nilai jarque-bera sebesar 0,137131 > 0,05. Pada variabel volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,093949 > 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,365698 > 0,05. Pada variabel bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,094959 > 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,188965> 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas jarque-bera sebesar 0,224599 > 0,05.

Uji asumsi klasik kedua, yaitu uji heteroskedastisitas. Hasil dari uji white heteroscedasticity dilihat dari nilai Prob. Obs*R-Squared. Jika nilai Prob. Obs*R-squared lebih besar daripada nilai alpha 5% (0,05) maka Ho diterima yang berarti tidak terdapat Heteroskedastisitas, sedangkan jika nilai dari Prob. Obs*R-squared lebih kecil daripada nilai alpha 5% (0,05) maka Ho ditolak yang berarti terdapat Heteroskedastisitas. Pada variabel inflasi terhadap nilai tukar nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,3137 > 0,05. Pada variabel suku bunga terhadap nilai tukar nilai Prob.Obs*R-squared sebesar 0,0657 > 0,05. Pada variabel indeks keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,2593 > 0,05. Pada variabel volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,7344 > 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,5300 > 0,05. Pada variabel bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,8998 > 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,6928 > 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai Prob. Obs*R-squared sebesar 0,6083 > 0,05. Uji asumsi klasi ketiga, yaitu uji multikolinieritas. Uji multikolinearitas digunakan untuk melihat keterkaitan antara variabel-variabel bebas, jika nilai uji multikolinearitas lebih besar dari 0,70 berarti dapat dikatakan bahwa antar variabel bebas memiliki keterkaitan satu sama lain.

(6)

84

Tabel 1

Hasil Uji Multikolinieritas

Sumber: data sekunder diolah

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui bahwa hanya variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (P1), harga minyak kelapa sawit Malaysia (P2), dan harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang tidak terdapat multikolinearitas.

Uji asumsi klasik keempat, yaitu uji autokorelasi. Uji autokorelasi menggunakan metode Breusch-Godfrey atau Lagrange Multiplier (LM) Test. Hasil uji lagrange multiplier dapat dilihat dari Prob. Chi-square. Jika nilai Prob. Chi-square lebih besar dari alpha 5% maka Ho diterima, yang berarti tidak terdapat autokorelasi, sedangkan jika nilai Prob. Chi-square lebih kecil dari alpha 5%, maka Ho ditolak, yang berarti terdapat autokorelasi. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai Prob. Chi-square sebesar 0,4743 > 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai Prob. Chi-square sebesar 0,5284 > 0,05.

Dengan demikian, untuk beberapa variabel antara lain, bea keluar, nilai tukar, suku bunga, inflasi, indeks keterbukaan ekonomi, volatilitas nilai tukar, dan nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit, dapat dilanjutkan dengan Analisa regresi sederhana secara satu-persatu.

Uji regresi sederhana, yaitu dilihat dari hasil uji T dan uji R-Squared. Uji t digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh dari variabel bebas terhadap variabel terikat. Berdasarkan hipotesa, variabel bebas diharapkan memiliki pengaruh significan terhadap variabel terikat pada taraf nyata sebesar 0,05, sedangkan Uji R-squared digunakan untuk melihat besarnya pengaruh variabel bebas mempengaruhi variabel terikat.

P1 P2 P1(fitted)

P1 1 0,903607 0,932612

P2 0,903607 1 0,968899

(7)

85 Tabel 2

Uji T (Uji Individu)

Sumber: Data diolah

Hasil uji t pada variabel inflasi terhadap nilai tukar nilai probabilitas sebesar 0,0008 < 0,05. Pada variabel suku bunga terhadap nilai tukar nilai probabilitas sebesar 0,0001 < 0,05. Pada variabel indeks keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Pada variabel volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar nilai probabilitas sebesar 0,0482 < 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas sebesar 0,0000 < 0.05. Pada variabel bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas sebesar 0,0416 < 0,05. Pada variabel nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas sebesar 0,8899 > 0,05 artinya variabel nilai tukar (fitted) tidak berpengaruh terhadap variabel volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas sebesar 0,0421< 0,05. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas sebesar 0,0317 < 0,05. Pada variabel bea keluar terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai probabilitas sebesar 0,4289 > 0,05, artinya variabel bea keluar tidak berpengaruh terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

Hasil uji R-Squared pada variabel inflasi terhadap nilai tukar nilai dari R-squared pada variabel inflasi terhadap nilai tukar sebesar 0,176026 yang berarti variabel inflasi mampu menjelaskan variabel nilai tukar sebesar 17,6026% sisanya sebesar 82,3974% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel suku bunga terhadap nilai tukar nilai dari R-squared pada variabel suku bunga terhadap nilai tukar sebesar 0,222623 yang berarti variabel suku bunga mampu menjelaskan variabel nilai tukar sebesar 22,2623% sisanya sebesar 77,7377% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel Indeks Keterbukaan Ekonomi terhadap Nilai Tukar. Nilai dari R-squared pada

Variabel Koefisien Probabilitas Kesimpulan

1. Inflasi terhadap nilai tukar -255.4804 0.0008 signifikan

2. Suku bunga terhadap nilai tukar -576.7607 0.0001 signifikan

3. Indeks keterbukaan terhadap nilai tukar -119005.6 0.0000 signifikan

4. Volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar 1.116535 0.0482 signifikan

5. Harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap

harga minyak kelapa sawit indonesia 3140.488 0,0000 signifikan

6. Bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit

Indonesia 1.000000 0.0000 signifikan

7. Nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor

minyak kelapa sawit indonesia -19.19385 0.8899 Tidak signifikan

8. Harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap

volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia 901.0051 0.0421 signifikan

9. Harga minyak kelapa sawit Indonesia terhadap (fitted) volume eskpor minyak kelapa sawit Indonesia

0.263970 0.0384 signifikan

10. Bea keluar terhadap volume ekspor minyak

(8)

86

variabel indeks keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar sebesar 0,799932 yang berarti variabel indeks keterbukaan ekonomi mampu menjelaskan variabel nilai tukar sebesar 79,9932% sisanya sebesar 20,0068% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar nilai dari R-squared pada variabel volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar sebesar 0,065625 yang berarti variabel volatilitas nilai tukar mampu menjelaskan variabel nilai tukar sebesar 6,5625% sisanya sebesar 93,4375% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai dari R-squared pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,816506 yang berarti variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia mampu menjelaskan variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 81,6506% sisanya sebesar 18,3494% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia nilai dari R-squared pada variabel bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,069631 yang berarti variabel bea keluar mampu menjelaskan variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 6,9631% sisanya sebesar 93,0369% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai dari R-squared pada variabel nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,000333 yang berarti variabel nilai tukar (fitted) mampu menjelaskan variabel volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,0333% sisanya sebesar 99,9667% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai dari R-squared pada variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,069296 yang berarti variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia mampu menjelaskan variabel volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 6,9296% sisanya sebesar 93,0704% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai dari R-squared pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,077119 yang berarti variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) mampu menjelaskan variabel volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 7,7119% sisanya sebesar 92,2881% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model. Pada variabel bea keluar terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia nilai dari R-squared pada variabel bea keluar terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,010824 yang berarti variabel bea keluar mampu menjelaskan variabel volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 1,0824% sisanya sebesar 98,9176% dipengaruhi oleh variabel- variabel lain diluar model.

Uji variabel Intervening Intervening terdapat 2 (dua) jenis, yaitu variabel moderasi dan variabel mediasi. Variabel moderasi menjelaskan variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variabel penjelas terhadap variabel tergantung. Sedangkan, variabel mediasi menjelaskan variabel yang memiliki sifat perantara (mediating) dari hubungan variabel penjelas ke variabel tergantung.

(9)

87 Tabel 3

Uji Intervening

Sumber: Data diolah

Hasil uji variabel intervening pada variabel nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit sebesar -19,19385 yang berarti variabel nilai tukar dapat melemahkan volume ekspor kelapa sawit Indonesia dan tidak signifikan. Sedangkan, nilai koefisien variabel inflasi terhadap nilai tukar sebesar -255,4804 yang berarti variabel nilai tukar dapat melemahkan inflasi dan signifikan, nilai koefisien suku bunga terhadap nilai tukar -576,7607 yang berarti dapat melemahkan suku bunga dan signifikan, nilai koefisien indeks keterbukaan ekonomi terhadap nilai tukar sebesar -119005,6 yang berarti dapat melemahkan indeks keterbukaan ekonomi dan signifikan, dan nilai koefisien volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar sebesar 1,116535 yang berarti dapat memperkuat variabel nilai tukar dan signifikan. Maka, variabel nilai tukar (fitted) dapat dikatakan sebagai variabel moderasi murni.

Disis lain, variabel nilai tukar tidak dapat dikatakan sebagai variabel mediasi, karena variabel inflasi terhadap nilai tukar signifikan, pengaruh suku bunga terhadap nilai tukar signifikan, pengaruh indeks keterbukaan terhadap nilai tukar signifikan, pengaruh volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar signifikan, sedangkan pengaruh nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia tidak signifikan.

Hasil uji variabel intervening pada variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 0,263970 dan signifikan. Harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 3140,488 dan signifikan, dan bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia sebesar 1,000000 dan signifikan. Maka, variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia (fitted) tidak dapat dikatakan sebagai variabel moderasi murni.

Selanjutnya, pengaruh variabel harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia signifikan, pengaruh bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia signifikan, dan pengaruh harga minyak kelapa sawit Indonesia terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia signifikan. Maka, variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia dapat dikatakan sebagai variabel mediasi.

Variabel Koefisien

11. Inflasi terhadap nilai tukar -255.4804

12. Suku bunga terhadap nilai tukar -576.7607

13. Indeks keterbukaan terhadap nilai tukar -119005.6

14. Volatilitas nilai tukar terhadap nilai tukar 1.116535

15. Harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap harga minyak kelapa

sawit indonesia 3140.488

16. Bea keluar terhadap harga minyak kelapa sawit Indonesia 1.000000

17. Nilai tukar (fitted) terhadap volume ekspor minyak kelapa sawit

indonesia -19.19385

18. Harga minyak kelapa sawit Malaysia terhadap volume ekspor minyak

kelapa sawit Indonesia 901.0051

19. Harga minyak kelapa sawit Indonesia terhadap (fitted) volume eskpor

minyak kelapa sawit Indonesia 0.263970

(10)

88

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, faktor penentu ekspor minyak kelapa sawit adalah harga minyak kelapa sawit Negara Malaysia dan harga minyak kelapa sawit Negara Indonesia (fitted). Sedangkan nilai tukar (fitted) dan bea keluar tidak mempengaruhi volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia.

2. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa variabel nilai tukar dapat dikatakan sebagai variabel moderasi atau variabel nilai tukar dapat menjadi variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah variabel independen (inflasi, suku bunga, indeks keterbukaan, dan volatilitas nilai tukar) terhadap variabel dependen (volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia).

3. Untuk variabel harga minyak kelapa sawit Indonesia dapat dikatakan sebagai variabel mediasi yang bersifat sebagai variabel perantara dari hubungan variabel independen (harga minyak kelapa sawit Malaysia dan bea keluar) dengan variabel dependen (volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia).

Saran

Pemerintah diharapkan untuk meningkatkan kerjasama perdagangan internasional dengan negara mitra dagang dan membuka kemungkinan kerjasama di bidang ekonomi yang baru dengan negara lain, sehingga volume perdagangan meningkat dan rasio indeks keterbukaan ekonomi meningkat. Selain itu, pemerintah diharapkan untuk dapat membuat kebijakan mengenai nilai tukar agar menguat, diharapkan pula negara Indonesia menjadi negara pematok harga minyak kelapa sawit dan tetap menjaga kualitas dan kuantitas dari minyak kelapa sawit tersebut. Oleh karena itu, perlu dilakukan peningkatan bea keluar dan harga minyak kelapa sawit yang lebih rendah agar dapat meningkatkan cadangan devisa dan volume ekspor minyak kelapa sawit.

DAFTAR PUSTAKA

Aisyah, dan Kuswantoro.2017. “Pengaruh Pendapatan, Harga dan Nilai Tukar Negara Mitra Dagang Terhadap Ekspor Crude Palm Oil (CPO) Indonesia”.Jurnal Ekonomi.Vol.7.No.1.

Arifin, dan Mayasya.2018. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar Amerika Serikat” Jurnal Ilmu Ekonomi.Vol.8. No. 1.

Badan Pusat Statistik. 2019. Kurs Tengah Mata Uang Asing Terhadap Rupiah (2005-2019). Jakarta: BPS.

Badan Pusat Statistik. 2020. Inflasi Indonesia (2005-2019). Jakarta: BPS.

Case and Fair. 2007. Principles of Economics Eight Edition. Jakarta: Penerbit Erlangga Dinas Perkebunan Provinsi Kalimantan Barat. Harga Produk Kelapa Sawit (2005-2019).

Diambil dari http://disbun.kalbarprov.go.id/index.php/informasi-harga/kelapa-sawit?start=14 Diunduh pada 14 Mei 2020.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.2015. “Bea Keluar dan Pungutan Dana Perkebunan atas Ekspor Kelapa Sawit, CPO, dan Produk Turunannya”. Vol. 47. No. 9. Jakarta.

(11)

89 Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia.2017. “Analisis Ekspor CPO Indonesia Ke Uni Eropa: Faktor Apa yang Mendorong Trend Positif?”. Tim Riset PASPI.Vol 3. No. 46.

Hagi, Syaiful Hadi, dan Erni Tety. 2012. “Analisis Daya Saing Ekspor Minyak Sawit Indonesia dan Malaysia di Pasar Internasional”. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.Vol.4.No.3

Hariyanto.2008. “Fakto-Faktor yang Mempengaruhi Harga Domestik Minyak Sawit (CPO) di Indonesia”.Tesis. Institut Pertanian Bogor.

Hutabarat, Maria Irene.2008. “Analisis Pengaruh Pajak Ekspor Terhadap Kinerja Industri Kelapa Sawit”.Tesis.Institut Pertanian Bogor.

Irianto.2019. “Trade Openness dan Nilai Tukar di Indonesia”. Tesis. Universitas Lampung. Khaira, Nadiatul. 2017. “Analisis Ekspor Minyak Kelapa Sawit (Cpo) Indonesia Ke India

Tahun 1990-2015”. Skripsi Universitas Islam Indonesia

Kementrian Perdagangan.2017. “Perkembangan Pasar Indonesia di Kawasan Economic Community of West African States (ECOWAS). Vol. 2. No. 14. Jakarta.

Nasution, dan Faisal.2016. “Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pajak Ekspor Terhadap Perdagangan Minyak Sawit Indonesia”. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis.Vol.8. No. 1.

Setiawan dan Sugiarti. 2016. “Daya Saing dan Faktor Penentu Ekspor Kopi Indonesia Ke Malaysia Dalam Skema CEPT-AFTA”. Jurnal Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Vol.5. No. 2

Yulianto, Andi.2019. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Volume Ekspor Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun 1998-2018”. Tesis.Universitas Muhamadiyah Surakarta.

(12)

Gambar

Grafik Volume dan Nilai Ekspor Minyak Kelapa Sawit Indonesia
Gambar 1.1, menunjukkan bahwa pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2011, Indonesia  mengalami peningkatan nilai ekspor minyak kelapa sawit, namun pada tahun 2012 sampai  dengan tahun 2016 terjadi penurunan nilai ekspor minyak kelapa sawit

Referensi

Dokumen terkait

Mengacu pada pemikiran di atas, maka penelitian tentang Analisis Kebijakan Penurunan Luas Hutan di Daerah Aliran Sungai Sentani Berwawasan Lingkungan dengan

_______________________ Verifikator Dinas Pendidikan Menyatakan bahwa hasil verifikasi dan validasi ini sesuai dengan SK Inpassing/Penyetaraan asli yang diterbitkan oleh

Cara yang digunakan adalah dengan memanfaatkan hasil face tracking sebagai marker dan kemudian dilakukan proses untuk pengenalan model wajah dalam tiga dimensi untuk memunculkan

Konsentrasi dalam berkendara tertera dalam Pasal 283 UU Lalu Lintas, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan secara tidak wajar akan dipidana dengan pidana

Pada bagian ini akan dijelaskan latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran, dan ruang lingkup penelitian untuk Perencanaan Strategis Kawasan Pesisir Dan Laut

Pengadilan wajib mempertimbangkan keterangan dari korban KDRT, tenaga kesehatan, pekerja sosial, relawan pendamping atau pembimbing rohani dalam pemberian tambahan kondisi

Akan tetapi kebijakan sanksi pidana dalam Undang- Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, terdapat kualifikasi penyalahguna, pecandu, korban penyalahgunaan dan

Pemikiran ini sendiri bisa memberikan ruang yang lebih sehingga pada pembangunan tidak terlalu membutuhkan ruang yang besar namun sesuai dengan kebutuhannya.. Maka