• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perpustakaan Sekolah. Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Perpustakaan Sekolah

Peranan perpustakaan sekolah sangatlah penting untuk membantu warga sekolah memperoleh sumber informasi yang mereka butuhkan untuk bahan mengajar atau belajar bagi mereka.

Perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di sekolah yang pelayanannya terbatas hanya untuk warga sekolah yang berada di sekolah yang bersangkutan.

Menurut Bafadal (2009) perpustakaan sekolah merupakan suatu unit kerja dari satu badan atau lembaga tertentu yang mengolah koleksi bahan pustaka, baik itu berupa buku atau bukan berupa buku yang disusun secara berurutan sesuai aturan yang sudah ditetapkan oleh perpustakaan sehingga koleksi tersebut dapat dimanfaatkan oleh pemustaka, yang diharapkan mampu membantu seluruh warga sekolah seperti guru-guru, pegawai, dan murid-murid di sekolah tersebut dalam hal menyelesaikan tugas-tugas proses belajar mengajar.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang berada di lingkungan sekolah, dimana koleksi bahan pustakanya atau yang lainnya sebagai sumber informasi seluruh warga sekolah untuk mendukung aktivitas dan tercapainya tujuan pendidikan secara optimal.

(2)

2.2. Aplikasi Sistem Automasi Perpustakaan 2.2.1 Pengertian Automasi Perpustakaan

Perpustakaan semakin kedepan semakin baik dalam meningkatkan pelayanannya dalam melayani pemustaka, sistem yang digunakan pun sudah mulai diperbaharui guna menghadapi era modernisasi teknologi dibuktikan dengan adanya aplikasi sistem automasi perpustakaan. Aplikasi sistem automasi perpustakaan yang digunakan dapat membantu seluruh kegiatan di perpustakaan.

Menurut Hendarsyah (2008) sistem automasi perpustakaan merupakan suatu pengelolaan sistem yang dapat mempermudah akses baik bagi pengelola maupun pengguna perpustakaan. Sistem dikatakan berjalan dengan baik apabila sistem sudah tersusun mulai dari pengadaan bahan pustaka, pengolahan bahan pustaka, sistem pelayanan bahan pustaka (peminjaman, pengembalian, perpanjangan masa pinjam, dan keterlambatan pengembalian), sistem temu kembali bahan pustaka, keanggotaan, serta sistem pembukuan dan pelaporan aktifitas perpustakaan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sistem automasi perpustakaan adalah suatu aplikasi yang digunakan di perpustakaan untuk menangani berbagai tugas dan kegiatan pengelolaan perpustakaan seperti kegiatan pengadaan (akuisisi), pengolahan bahan pustaka, sirkulasi, sistem katalog (OPAC), manajemen keanggotaan dan lain sebagainya dengan menggunakan sistem automasi peprustakaan.

(3)

2.2.2 Tujuan Sistem Automasi Perpustakaan

Sistem automasi perpustakaan sangat membantu proses pengelolaan koleksi pada perpustakaan baik cetak maupun non cetak.

Selain itu, sistem automasi perpustakaan juga untuk meningkatkan kualitas mutu layanan kepada pengguna dan dapat meningkatkan kemampuan perpustakaan agar dapat mengikuti pertambahan koleksi, transaksi, dan resource sharing dengan perpustakaan lainnya.

Tujuan dari sistem automasi perpustakaan menurut Mulyadi (2012:4-10) adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan pemustaka tentang informasi dapat dipenuhi secara lebih cepat, tepat, dan akurat.

2. Untuk memenuhi kebutuhan pengelola perpustakaan dalam mengolah dan menyajikan koleksi, serta melayani pemustaka secara lebih efektif dan efisien.

3. Untuk memenuhi kebutuhan organisasi perpustakaan agar dapat tetap eksis dan mampu berkembang secara optimal serta memiliki daya saing tinggi dengan lembaga sejenis, baik ditingkat nasional maupun internasional.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari sistem automasi perpustakaan yaitu untuk memenuhi kebutuhan pemustaka akan sumber informasi yang dicari yang terpenuhi secara cepat, tepat, dan akurat sehingga dapat memberikan pelayanan yang

(4)

efektif dan efisien serta dapat mempromosikan jasa perpustakaan ke lembaga sejenis.

2.2.3 Cakupan Automasi Perpustakaan

Sistem automasi perpustakaan mencakup beberapa aspek bidang kerja pada perpustakaan yang dapat berjalan lebih efektif dan efisien dalam kaitannya dengan pelayanan kepada pemustaka.

Cakupan automasi perpustakaan tersebut antara lain:

2.2.3.1 Pengadaan

Pengadaan adalah kegiatan perpustakaan yang menyeleksi bahan pustaka yang telah dipilih sesuai dengan koleksi yang dibutuhkan pemustaka. Cara memperoleh bahan pustaka yaitu melalui pembelian bahan pustaka, hadiah, tukar-menukar bahan pustaka dengan perpustakaan lain, dan lain sebagainya.

Menurut Pawit M. Yusuf dan Yaya Suhendra (2010:26) tata cara pengadaan adalah kegiatan rutin yang dilakukan petugas atau pustakawan sekolah dengan cara-cara seperti pembelian, hadiah atau sumbangan, swadaya masyarakat setempat, tukar- menukar dengan perpustakaan lain yang sejenis dengan prosedur masing-masing dan sesuai dengan karakteristik yang dimilikinya.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengadaan bahan pustaka adalah proses pemilihan bahan pustaka yang akan dijadikan sebagai koleksi di perpustakaan dengan syarat harus sesuai dengan kualitas dari koleksi tersebut.

(5)

2.2.3.2 Pengkatalogan

Pengkatalogan merupakan suatu daftar berbagai jenis koleksi perpustakaan yang disusun menurut sistem tertentu. Jadi dalam daftar katalog perpustakaan semua bahan pustaka ada di rak koleksi. Semua jenis bahan pustaka dilengkapi dengan data-data cantuman bibliografis sesuai dengan sistem yang telah ditentukan untuk mengkatalog koleksi perpustakaan.

Menurut Suhendra (2010:1) bahwa katalog perpustakaan adalah daftar bahan pustaka, baik berupa buku maupun nonbuku seperti majalah, surat kabar, mikrofilm, slide, dan lain sebagainya, yang dimiliki dan disimpan pada suatu atau sekelompok perpustakaan.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pengkatalogan adalah daftar semua jenis koleksi yang ada di perpustakaan.

2.2.3.3 Sirkulasi

Bagian sirkulasi dianggap sebagai ujung tombak jasa informasi perpustakaan, karena bagian sirkulasi merupakan yang pertama kali berhubungan dengan pemustaka. Sistem kerja dari petugas sirkulasi sangat mempengaruhi citra dari perpustakaan.

Menurut Sutarno (2006:93) bahwa sirkulasi adalah kegiatan bagian pelayanan perpustakaan yang berkaitan dengan kebutuhan sumber informasi pemustaka dalam hal peminjaman, pengembalian, dan perpanjangan masa pinjam bahan pustaka beserta penyelesaian administrasinya.

(6)

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa sirkulasi adalah suatu kegiatan yang ada di perpustakaan yang berhubungan langsung dengan pemustaka bukan hanya peminjaman, perpanjang, dan pengembalian buku melainkan kegiatan menyeluruh dalam kaitannya dengan kebutuhan pemustaka melalui jasa sirkulasi, selain itu juga untuk mengetahui peredaran koleksi.

2.2.3.4 OPAC (Online Public Access Catalogue)

OPAC (Online Public Access Catalogue) atau katalog online merupakan sarana sistem temu kembali yang berbasis komputer yang bisa diakses secara online yang berisi cantuman daftar bibliografi dari koleksi. Selain itu, dengan adanya OPAC (Online Public Access Catalogue) di perpustakaan pemustaka dapat memastikan apakah

perpustakaan menyimpan karya tertentu untuk mendapatkan informasi yang dicari dan jika sistem katalog dihubungkan dengan sistem sirkulasi, maka pengguna dapat mengetahui apakah bahan pustaka yang sedang dicari tersedia di perpustakaan atau sedang dipinjam.

Menurut Supriyanto (2008:134) OPAC (Online Public Acces Catalogue) adalah sebuah fitur yang digunakan untuk memfasilitasi pengunjung untuk mencari katalog koleksi perpustakaan yang dapat diakses oleh umum.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa OPAC (Online Public Access Catalogue) atau katalog online adalah sistem temu kembali yang berbasis komputer yang digunakan oleh pemustaka untuk mencari koleksi yang dibutuhkan, dengan bantuan

(7)

OPAC (Online Public Access Catalogue) pemustaka dapat mengetahui apakah koleksi yang dicari tersedia atau sedang dipinjam.

2.2.4. Komponen Automasi Perpustakaan

Suatu sistem automasi perpustakaan memiliki beberapa unsur atau syarat yang saling mendukung dan terkait satu dengan yang lainnya agar sistem dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Berikut ini beberapa komponen sistem automasi perpustakaan menurut Nina dan Eka Kusmayadi (2011:1.23-1.24) adalah sebagai berikut:

1. Pangkalan Data

Data merupakan bahan baku informasi, dapat didefinisikan sebagai kelompok teratur simbol-simbol yang mewakili kuantitas, fakta, tindakan, benda, dan sebagainya.

2. User/Pengguna

Pengguna disini yang dimaksud adalah pustakawan, teknisi, dan anggota perpustakaan sebagai pengelola sistem. Sistem automasi perpustakaan baru bisa dikatakan baik bila petugas dan anggota perpustakaan sudah menguasai sistem yang digunakan di perpustakaan.

Pengelola sistem yang menangani sistem harus dilibatkan mulai dari tahap perencanaan dan pelaksanaan sistem yang tentunya terlebih dahulu harus mendapat pengenalan dan pelatihan penggunaan sistem dengan tepat.

3. Perangkat Keras (Hardware)

Perpustakaan harus menyiapakan perangkat keras terlebih dahulu sebelum memulai proses automasi. Perangkat keras

(8)

yang dimaksud adalah komputer dan alat-alat bantunya, seperti printer, barcode, scanner, dan lain sebagainya.

4. Perangkat Lunak (Software)

Perpustakaan yang menjalankan sistem automasi perpustakaan harus memiliki perangkat lunak sebagai alat bantu dalam pengolahan koleksi bahan pustaka. Perangkat lunak dapat diperoleh dengan cara membangun sendiri, menggunakan perangkat lunak gratis, dan membeli perangkat lunak.

5. Internet

Perpustakaan haruslah memiliki jaringan internet, karena selain mendapatkan informasi di perpustakaan pengguna bisa memperoleh informasi di situs perpustakaan itu sendiri agar informasi diperoleh lebih fleksibel.

6. Pedoman Dasar

Kegiatan automasi perpustakaan juga harus memiliki pedoman standar kerja pengolahan yang jelas agar pelaksanaan pekerjaan terarah dan ada keseragaman kerja yang terpadu. Pedoman dasar ini merupakan kunci dari kelancaran suatu sistem.

2.2.5. Metode Automasi Perpustakaan

Menurut Hasugian (2004) metode automasi perpustakaan dibagi menjadi 4, yaitu:

1. Membeli Sistem Turnkey (Turnkey Systems)

Membeli sistem turnkey (turnkey systems), merupakan suatu sistem komputer yang sudah dirancang, diprogram, diuji dan kemudian dijual oleh perusahaan kepada perpustakaan dalam keadaan siap untuk dipasang dan dioperasikan.

(9)

2. Mengadaptasi Sistem (Adapted Systems)

Selain membeli sistem, perpustakaan dapat juga membangun dan mengembangkan otomasinya dengan cara mengadaptasi sistem melalui kerjasama jaringan.

3. Mengembangkan Sistem Lokal (Locally Development Systems)

Perpustakaan dapat juga membangun sistem otomasinya dengan mengembangkan sistem lokal, yang sering disebut

“in-house developed systems”.

4. Menggunakan Sistem Bersama

Menggunakan sistem bersama dari perpustakaan lain metode ini digunakan untuk menghemat waktu dan biaya.

Perpustakaan tentunya harus memilih metode atau cara yang tepat dalam menggunakan sistem yang sesuai dengan kondisi perpustakaan.

2.2.6. Proses Membangun Automasi Perpustakaan

Membangun automasi perpustakaan ada beberapa tahapan yang harus dipenuhi. Menurut Arif (2003) tahapan yang harus dipenuhi oleh perpustakaan untuk membangun sistem automasi perpustakaan, yaitu:

Tabel 2.1 Proses Membangun Automasi Perpustakaan

Tahapan Hasil

Persiapan 1. Definisi masalah 2. Maksud dan tujuan 3. Kerangka kerja

4. Perkiraan waktu dan biaya Survei 1. Analisa kondisi sumber daya

2. Analisa kebutuhan 3. Analisa sistem berjalan Desain 1. Menyusun logika kerja sistem

2. Desain data, table, database,

(10)

relasi

3. Desain input, proses, output 4. Spesifikasi peralatan yang

diperlukan

Pembangunan 1. Pembuatan program aplikasi 2. Instaliasi software, jaringan klien

server

3. Dokumentasi

Uji coba 1. Tes sistem keseluruhan 2. Evaluasi, perbaikan

Training 1. Training: staf, operator, teknisi, administrasi

2. Sosialisasi

Operasioanl 1. Sistem siap digunakan 2. Bantuan teknis

3. Pengembangan lebih lanjut

Sesuai tahapan yang sudah dijelaskan diatas, faktor-faktor proses pembangunan automasi perpustakaan sangat berperan penting dalam kegiatan penunjang perpustakaan sehingga dapat mencapai keberhasilan penggunaan automasi perpustakaan.

2.3. Sistem Automasi INLIS Lite

INLIS lite merupakan perangkat lunak (software) aplikasi otomasi perpustakaan yang di desain dan dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas) sejak tahun 2011 untuk membantu tugas pelaksanaan pengelolaan bahan pustaka di perpustakaan. Aplikasi ini merupakan pengembangan dari aplikasi automasi perpustakaan yang sebelumnya bernama Qalis, karena Qalis masih banyak keterbatasan dan perlu perbaikan sehingga lahirlah INLIS. Penamaan INLIS diambil dari kata Integrated Library System, nama dari perangkat lunak manajemen informasi perpustakaan

(11)

terintegrasi yang dibangun sejak tahun 2003 untuk keperluan kegiatan rutin pengelolaan informasi perpustakaan di internal Perpusnas.

Penerapan dan perkembangan sistem automasi perpustakaan di Indonesia sangat beraneka ragam dan melihat bahwa INLIS sendiri dapat digunakan untuk mendukung pelaksanaan berbagai tugas di perpustakaan, maka INLIS dikembangkan menjadi sebuah sistem perpustakaan yang mampu menangkap wawasan yang luas dan terpadu.

Penerapan format standar dalam struktur data bibiliografis pada sistem automasi perpustakaan merupakan syarat mutlak karena sistem automasi perpustakaan INLIS Lite digunakan untuk mengelola berbagai basis data bibliografi dan penyusunan jaringan kerjasama antar perpustakaan (User Manual Inlis Lite V2.1.2).

Sistem automasi perpustakaan INLIS Lite terdiri dari lima modul yaitu:

1. Modul Back Office

Modul back office adalah bagian dari program aplikasi yang digunakan untuk log in ke modul ini dengan memberikan username dan password kepada petugas perpustakaan dari operator yang berwenang. Modul ini terdiri dari 6 (enam) modul, yaitu:

1. Modul akuisisi. Modul ini digunakan untuk pengelolaan koleksi yang di akuisisi. Modul ini terdiri dari 6 (enam) sub-sub modul yaitu:

(12)

1. Setting akuisisi. Menentukan pengaturan pada koleksi yang diadakan.

2. Entri koleksi. Sarana untuk memasukkan data koleksi.

3. Daftar koleksi. Tampilan daftar koleksi yang telah diinput.

4. Daftar susulan koleksi. Data koleksi usulan dari pengguna melalui modul OPAC yang dimana masi perlu pengembangan.

5. Import data dari excell. Pengambilan data koleksi yang diketik dalam format dokumen excell.

6. Stock Opname. Melakukan iventarisasi koleksi.

2. Modul katalog. Modul ini digunakan untuk mengelola data katalog serta menghubungkannya dengan data koleksi.

Modul ini terdiri dari 9 (sembilan) sub-sub modul, yaitu:

1. Setting katalog. Menentukan pengaturan pada data katalog.

2. Entri katalog. Sarana untuk menginput data katalog.

3. Salin katalog. Menyalin data katalog.

4. Daftar katalog. Sarana untuk menampilkan dan mencari katalog yang tersimpan.

5. Cetak kartu katalog. Sarana untuk mencetak kartu katalog.

(13)

6. Cetak label. Sarana untuk mencetak nomor panggil buku dan barcode buku.

7. Cetak label berwarna. Fitur yang digunakan untuk cetak label berwarna.

8. Koleksi yang diterima. Koleksi yang tercantum dalam daftar koleksi yang diterima ini belum dibuatkan data katalognya, atau belum dihubungkan dengan data katalog, sehingga harus dilakukan verifikasi oleh kataloger.

9. Pengiriman bahan pustaka (surat pengantar).

Menempatkan buku yang sudah siap untuk ditempatkan di rak-rak layanan, yang biasanya ada bukti pengiriman koleksi dari unit pengolahan ke unit pelayanan.

3. Modul keangggotaan. Modul ini untuk pengelolaan data anggota perpustakaan. Modul ini terdiri dari 3 (tiga) sub- sub, yaitu:

1. Entri Anggota. Sarana untuk menginput data anggota secara mandiri.

2. Daftar anggota. Sarana untuk menampilkan dan mencari data anggota yang telah terdaftar.

3. Setting anggota. Pengaturan penampilan informasi pada modul anggota yang telah disediakan.

(14)

4. Modul sirkulasi. Modul ini digunakan untuk pencatatn transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan masa pinjam koleksi. Modul ini terdiri dari 6 (enam) sub- sub, yaitu:

1. Setting sirkulasi. Pengaturan yang terkait dengan transaksi peminjaman, pengembalian dan perpanjangan masa pinjam koleksi.

2. Data pelanggaran. Catatan pelanggaran yang dilakukan oleh anggota setelah pengembalian koleksi dilakukan.

3. Entri peminjaman. Sarana untuk menginput transaksi peminjaman.

4. Daftar peminjaman. Daftar koleksi yang masih berstatus dipinjam.

5. Entri pengembalian. Sarana untuk menginput transaksi pengembalian.

6. Daftar pengembalian. Daftar koleksi yang telah dikembalikan, baik tepat waktu atau terlambat.

5. Modul laporan. Sarana untuk membentuk dokumen laporan sesuai kriteria yang diatur.

1. Laporan perkembangan data katalog 2. Laporan perkembangan data koleksi

3. Laporan perkembangan data transaksi sirkulasi 4. Laporan perkembangan data pengunjung

(15)

5. Laporan perkembangan data anggota.

6. Modul administrasi. Terdiri dari 3 (tiga) sub-sub, yaitu:

1. Setting hak akses. Pengaturan hak akses yang boleh diakses oleh pengguna.

2. Setting user. Sarana untuk untuk membuat username dan password bagi setiap operator.

3. Setting nama perpustakaan. Sarana untuk melakukan perubahan tampilan nama dan logo perpustakaan 2. Modul OPAC (Online Public Access Catalogue)

Modul OPAC (Online Public Access Catalogue) adalah sarana bagi pemustaka untuk mencari data koleksi yang dibutuhkannya. Tidak perlu log in untuk membuka modul program ini. Terdapat tiga jenis penelusuran yang disediakan dalam modul OPAC (Online Public Access Catalogue) INLIS Lite, yaitu:

1. Penelusuran sederhana (simple search) hanya perlu mengisi kata kunci dari koleksi yang ingin dicari.

2. Penelusuran lanjut (boolean search) pemustaka mengkombinasikan kata kunci koleksi untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat.

3. Penelusuran berbasis MARC (MARC based search) penelusuran ini biasanya digunakan oleh pustakawan yang ingin mencari data bibliografi lebih rinci.

(16)

3. Modul Keanggotaan Online

Modul keanggotaan online dapat digunakan oleh anggota perpustakaan untuk melihat profil keanggotaannya serta daftar transaksi peminjaman yang pernah dilakukannya. Selain itu sebagai pengingat bila anggota tersebut belum mengembalikan koleksi yang dipinjamnya.

4. Modul Pendaftaran Anggota (Mandiri)

Modul ini digunakan pemustaka untuk mendaftar menjadi anggota perpustakaan secara mandiri. Pemustaka yang ingin mendaftar hanya perlu melengkapi data-data identitas diri secara mandiri.

5. Modul Checkpoint (Buku Tamu)

Modul ini sebenarnya adalah buku tamu elektronik yang dapat digunakan sebagai pengganti buku tamu tradisional (tulis tangan).

Dengan adanya modul ini diharapkan pencatatan data pengunjung perpustakaan menjadi lebih cepat dan laporan data pengunjung dapat segera terlihat kapanpun dibutuhkan. Saat ini jenis pengunjung yang dapat dicatat adalah anggota dan non anggota.

2.4. Evaluasi Sistem Informasi

Evalusi sistem informasi merupakan penilaian terhadap penggunaan sistem informasi. Evaluasi menjadi hal yang penting karena untuk mengetahui penggunaan sistem informasi yang dapat memenuhi kebutuhan penggunanya dan meningkatkan program

(17)

kinerjanya. Selain itu juga evaluasi memberikan gambaran bagaimana penggunaan sistem ini berjalan sehingga dapat mengetahaui kelebihan dan kekurangan dari sistem tersebut. Kekurangan yang dialami kemudian dicermati sehingga dapat mengambil tindakan untuk menangani hal tersebut.

2.4.1. Model Evaluasi Sistem Informasi

Pemanfaatan sistem informasi di perpustakaan dapat diukur dengan beberapa model evaluasi yang sudah ada saat ini yang tujuannya yaitu untuk mengetahui bagaimana penerimaan sistem informasi perpustakaan. Adapun salah satu model evaluasi sistem informasi yaitu TAM (Technology Acceptance Model) atau Model Penerimaan Teknologi.

Model ini petama kali diperkenalkan oleh Fred Davis pada tahun 1986. Tujuan dari TAM (Technology Acceptance Model) yaitu untuk menafsirkan penerimaan (acceptance) pengguna terhadap sistem informasi. Model TAM (Technology Acceptance Model) hanya memberikan hasil tanggapan tentang minat dan perilaku pengguna sistem dalam menerima sistem teknologi.

Menurut Saomi Rizqiyanto (2010) TAM (Technology Acceptance Model) merupakan model yang dibentuk untuk

menjabarkan dan mengenali faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku pengguna dalam menerima penggunaan teknologi baru yang dimana dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu kemudahan

(18)

menggunakannya sehingga bebas dari kesulitan penggunaan dan kemanfaatan menggunakannya sehingga dapat meningkatkan kinerja pengguna.

Menurut Arif Wibowo dalam Saomi Rizqiyanto terdapat lima unsur yang telah dimodifikasi dari model TAM (Technology Acceptance Model) menurut Davis (1989) yaitu:

1. Persepsi Kegunaan Penggunaan (Perceived Usefulness)

Persepsi kegunaan penggunaan merupakan tahapan kepercayaan seseorang terhadap penggunaan sistem teknologi infromasi sehingga dapat meningkatkan kinerjanya.

2. Perspektif Kemudahan Penggunaan (Perceived Ease of Use)

Perspektif kemudahan penggunaan yaitu memberi keyakinan kepada pengguna bahwa teknologi informasi mudah dan bukan beban untuk digunakan dan dapat meminimalisir usaha seseorang dalam mengerjakan sesuatu.

3. Sikap Terhadap Pengaplikasian (Attitude Toward Using)

Sikap pro dan kontra suatu sistem dapat diterapankan untuk menggambarkan tingkah laku atau keinginan seseorang dalam menggunakan atau tidak menggunakan sistem teknologi informasi.

4. Perilaku Keinginan Untuk Menggunakan (Behavioral Intention to Use)

Perilaku ini untuk medeskripsikan pemakai yang tetap menerapkan sistem tenkologi informasi yang dimana dilihat dari minat pemakai

(19)

terhadap sistem teknologi informasi dan keinginan untuk mempengaruhi pemakai lain untuk menggunakan sistem tersebut.

5. Pemakaian aktual (Actual Use)

Pemakaian aktual dapat diukur dari seberapa sering dan seberapa lama waktu pemakai menggunakan sistem teknologi informasi.

Gambar

Tabel 2.1 Proses Membangun Automasi Perpustakaan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dari penelitian tersebut menunjukkan adanya hasil yang tidak konsisten sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan Return on Assets (ROA), yang diteliti

Melalui penelitian ini penulis ingin memberikan usulan desain yang dapat digunakan oleh PNPM Mandiri Perkotaan untuk mempublikasikan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk

jamur karena petis merupakan media yang cocok untuk pertumbuhan jamur dengan kandungan karbohidrat dan kadar gula yang tinggi akan dijadikan sebagai sumber energi untuk

Pada kelompok eksperimen pre test dengan presentase tertinggi masuk kategori sikap dampak seks bebas kurang (48,3%) pada post test masuk kategori baik (56,9%).Pada kelompok

Jika diberikan 40 soal dan Agus dapat menjawab benar 26 soal, tidak dijawab 6 soal maka jumlah skor yang diperoleh Agus adalah ….. A 100

manfaat dari penelitian ini adalah membantu Columbus Palembang dalam menyusun basis data terdistribusi yang sesuai dengan kebutuhan perusahaan serta menyelesaikan permasalahan yang

Abstrak : Aplikasi Pengolahan Data Perpustakaan Pada SMA Yayasan Wanita Kereta Api (YWKA) Palembang selama ini belum menggunakan sistem komputerisasi dengan kata lain masih

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak sendiri telah memberikan pengertian tentang keadilan restoratif yang diatur dalam Pasal 1 ayat (6)