commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan fisik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
perkembangan individu secara keseluruhan. Kemampuan fisik ini mempengaruh
performa gerak individu yang akan bermuara pada pencapaian prestasi olahraga.
Menurut Drowatzky (1981 : 34) menyatakan bahwa unsur-unsur kondisi fisik
adalah kekuatan (strength), daya tahan (endurance), waktu reaksi (Reaction time),
Koordinasi (Coordination), Keseimbangan (Balance), Kecepatan (Speed),
Kelincahan (Agility) dan Fleksibilitas. Dari indikator kondisi fisik tersebut kurang
diperhatikan oleh individu, guru maupun pelatih dalam kehidupan sehari-hari,
pembelajaran pendidikan jasmani, pembibitan serta pembinaan atlet terutama atlet
usia adolesensi.
Kondisi fisik yang terdiri dari kekuatan, daya tahan, waktu reaksi, koordinasi,
keseimbangan, kecepatan, kelincahan dan fleksibilitas penting untuk diketahui
perkembangannya pada setiap jenjang usia khusus pada adolesensi usia 13 sampai
dengan 18 tahun. Agar tercapai prestasi olahraga maka diperlukan perhatian yang
khusus yaitu, kekuatan dan ketahanan aerobik.
Kekuatan sebagai dasar untuk performa gerak yang dapat menjadi faktor
tunggal yang paling penting dalam performa gerak, sebab hampir semua
performa yang hebat tergantung pada kemampuan memakai kekuatan yang besar
untuk melawan tahanan, kekuatan yang ditingkatkan sering menyokong performa
yang lebih baik. Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu, kekuatan
maksimal (maximal stength), daya tahan kekuatan (strength endurance) dan
kekuatan kecepatan (power). Dalam hali ini ditekankan pada kekuatan kecepatan
atau power, khususnya kekuatan otot tungkai dan kekuatan otot lengan. Kekuatan
otot tungkai dan otot lengan ini perlu diperhatikan dalam pencapaian performa
gerak maupun prestasi olahraga karena kekuatan otot tungkai dan lengan
merupakan kekuatan otot yang menopang sebagian besar berat badan dan alat
commit to user
akan bisa berdiri, berjalan dan melakukan aktivitas sehari-hari dengan waktu
yang lama dan akan mudah lelah. Kondisi seperti ini sudah terjadi pada
kehidupan sekarang ini. Aktivitas manusia yang hidup di zaman modern dan
serba canggih ini mengakibatkan manusia malas untuk melakukan aktivitas fisik.
Mereka lebih suka menggunakan alat-alat modern dan canggih untuk membantu
melakukan aktivitas sehari-hari. Misalnya dahulu untuk menuju ke gedung
bertingkat harus berjalan menaiki tangga tetapi sekarang lebih suka
menggunakan lift dan eskalator. Dengan berjalan menaiki tangga tanpa disadari
akan melatih kekuatan otot tungkai sedangkan apabila sering menggunakan lift
atau eskalator maka otot tungkai tidak terlatih dan tidak akan berkembang dengan
baik. Akibatnya kaki akan mudah lelah. Penggunaan alat-alat modern seperti lift
ini tidaklah salah, karena dengan adanya alat itu akan memudahkan manusia
untuk menuju ke lantai gedung yang tinggi, yang tidak dianjurkan adalah apabila
naikliftatau turunliftyang jarak lantainya berdekatan, sebaiknya kalau naik atau
turun satu lantai lebih baik menggunakan tangga. Sehingga dapat melatih
kekuatan otot tungkai sekaligus menghemat energi.
Fenomena lain terjadi pada siswa di sekolah khususnya masa adolesensi usia
13 sampai dengan 18 tahun atau jenjang SMP dan SMA, keengganan, kemalasan
dan ketidaksukaan sebagian siswa dalam mengikuti pelajaran Penjas memberi
sumbangan yang cukup signifikan dalam perkembangan kekuatan otot tungkai.
Ada siswa yang hanya duduk-duduk, bicara dengan temannya waktu pelajaran
penjas memberi dampak negatif. Sehingga menjadikan kemampuan kekuatan otot
tungkai siswa menjadi rendah dan mengakibatkan performa gerak serta prestasi
olahraga menjadi kurang maksimal. Maka perlu diketahui perkembangan
kemampuan kekuatan otot tungkai pada adolesensi khusunya sebagai bahan
evaluasi.
Kemampuan fisik yang terakhir adalah ketahanan cardiovaskuler, merupakan
salah satu kemampuan fisik yang diperlukan untuk semua aktivitas karena
ketahanan cardiovaskuler merupakan kemampuan jantung dan paru-paru untuk
berfungsi secara maksimal, untuk menghirup, menyalurkan dan menggunakan
commit to user
perkembangan ketahanan cardiovaskuler dari waktu ke waktu sebagai upaya
evaluasi performa gerak dan evaluasi pencapaian prestasi olahraga.
Pada usia adolesensi 13 sampai 18 tahun keinginan melakukan aktivitas fisik
berkembang pesat, hal ini memberikan kemungkinan untuk meningkatkan kualitas
kemampuan gerak menjadi lebih baik dengan anak mulai mengikuti berbagai
macam aktivitas olahraga yang biasa dilakukan orang dewasa. Melihat
pertumbuhan dan perkembangan adolesensi, identifikasi bakat olahraga, performa
gerak merupakan syarat mutlak untuk penampilan yang optimal. Performa gerak
ditunjang oleh karakteristik dan kapasitas kerja fisik yang baik sehingga
penampilan secara umum meningkat. Masing-masing cabang olahraga memiliki
gerak yang berbeda-beda. Hal ini berkorelasi dengan karakteristik fisik yang
diperlukan untuk cabang-cabang tersebut, basket, voli, bulu tangkis dan banyak
lagi olahraga lain yang berhubungan dengan ketinggian memerlukan karakteristik
fisik yang tinggi dengan lengan dan tungkai panjang, sedangkan gulat dan senam
memerlukan orang yang karakteristik fisiknya pendek.
Sedangkan perbedaan gender atau jenis kelamin merupakan faktor yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan fisik. Perbandingan antara
laki-laki dan perempuan sebagai berikut, tinggi badan perempuan bertambah sampai
umur 16 tahunan, laki-laki sampai 18 tahunan. Pada umur 10 tahun 6 bulan,
memasuki masa pertumbuhan pesat adolesensi, dua tahun lebih cepat dibanding
laki-laki (Haywood Kathleen M, 1986 : 22). Dengan mengetahui perbedaan
perkembangan antara laki-laki dengan perempuan maka guru penjas atau pelatih
bisa menyesuaikan porsi latihan atau program latihan yang tepat pada setiap
jenjang usia, yang mana setiap jenjang usia memiliki perkembangan yang
berbeda-beda. Sehingga diharapkan dapat membantu dalam pencapaian prestasi
olahraga.
Faktor lingkungan mempengaruhi kemampuan gerak, lingkungan tempat
tinggal seperti temperatur, iklim dan ketinggian tempat tinggal akan berdampak
pada perubahan fisiologis seseorang. Lingkungan tempat tinggal akan berdampak
pada terjadinya adaptasi fisiologis seseorang (Gallahue dan Ozmun, 1998 :
commit to user
adanya perbedaan tekanan parsial oksigen (PO2), baik yang di dataran rendah
maupun di dataran tinggi (Fox dan Bowers, 1993 : 252). Selain itu, Guyton (1997
: 684) membedakan daerah pantai dan pegunungan ditinjau dari suhu udara dan
kadar oksigen (O2) juga berbeda. Semakin tinggi suatu daerah dari permukaan
laut maka kadar oksigennya (O2) semakin sedikit. Dengan adanya perbedaan
tekanan parsial oksigen (PO2) yang terdapat di dataran rendah dan tinggi, akan
berpengaruh juga pada hemoglobin (Hb) dalam butir-butir sel darah merah.
Dataran tinggi atau daerah pegunungan kadar oksigen dalam udara akan menurun.
Agar tubuh tetap mendapat pasokan oksigen, maka alat angkutnya yang
diperbanyak, yakni jumlah hemoglobin (Hb) dalam sel darah merah akan
bertambah. Pada daerah yang tinggi seperti seperti di pegunungan kadar oksigen
dan tekanannya lebih kecil dibandingkan dengan daerah pesisir atau dataran
rendah. Karena itu perlu adaptasi fisiologis atau aklimatisasi bagi orang yang
tinggal di dataran tinggi atau di pegunungan, aklimatisasi ini terjadi sejak dia
lahir. Salah satu adaptasi fisiologis yang terjadi yaitu : Kapasitas paru lebih besar
dan kadar hemoglobin (Hb) darah menjadi banyak (Nala, 1992 : 184).
Secara geografis wilayah Pulau Jawa berdasarkan tata ruang fisik dan tata
ruang sosial dibagi menjadi tiga tipologi, yaitu daerah pegunungan,
pedalaman, dan pantai. Wilayah yang terdapat di sepanjang garis Pantai Utara
Pulau Jawa dikenal dengan nama wilayah Pantura (Pantai Utara). Di jalur
Pantura dilewati oleh pengguna jalan dari Jakarta menuju Surabaya. Wilayah
Pantura di Propinsi Jawa Tengah, meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten
Tegal, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Pekalongan, Kabupaten Batang,
Kabupaten Kendal, Kota Madya Semarang, Kabupaten Demak, Kabupaten
Jepara, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, dan Kabupaten Rembang.
Sebagian besar wilayah Kabupaten Pati adalah dataran rendah dan
sebagian kecil dataran tinggi, dengan ketinggian tanah rata-rata 4 sampai
dengan 219 meter di atas permukaan laut (dpl). Dataran terendah di
Kabupaten Pati adalah 1 meter dpl, sedangkan dataran tertinggi 642 meter
dpl. Di bagian selatan (perbatasan dengan Kabupaten Grobogan dan
commit to user
struktur tanah terdiri atas tanah alluvial, hidromer, dan regusol. Adapun bagian
utara (perbatasan dengan Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara) berupa
perbukitan, dengan struktur tanah terdiri atas tanah red yellow, latosol, alluvial,
hidromer, dan regusol. Rata-rata curah hujan di Kabupaten Pati pada tahun
2008 sebanyak 1.002 mm dengan 51 hari hujan, untuk keadaan hujan cukup,
sedangkan untuk temperatur terendah 23 derajat Celcius dan tertinggi 39 derajat
Celcius.
Keadaan daerah kabupaten Pati yang heretogen, terdiri dari pegunungan
(dataran tinggi), pedalaman dan pantai (dataran rendah) dapat memberikan
manfaat bagi penduduknya berupa perkembangan fisiologis antara lain kapasitas
paru-paru dan peningkatan kadar hemoglobin (Hb) sel darah merah, selain itu
akan memberikan kesempatan secara tidak langsung kepada anak-anak,
adolesensi dan dewasa di Kabupaten Pati untuk melatih fisik terutama kekuatan
otot tungkai pada medan yang beraneka ragam. Berdasarkan keadaan daerah
kabupaten Pati tersebut maka seseorang harus beradaptasi atau beraklimatisasi
terhadap keadaan itu, dan salah satu manfaat positif yang dapat dilihat dari
pengaruh keadaan geografis tersebut, terhadap kemampuan fisiologis tubuh dan
peningkatan kondisi fisik seseorang, seperti, kekuatan dan ketahanan
cardiovaskuler.
Kekuatan dan ketahanancardiovaskuler merupakan beberapa komponen dari
kondisi fisik yang mempengaruhi performa gerak dan prestasi olahraga, selain
kemampuan gerak adalah jenis kelamin dan lingkungan, seperti yang telah
dibahas sebelumnya. Maka sangatlah penting untuk meneliti perkembangan
kekuatan (otot tungkai dan otot lengan) dan ketahanan cardiovaskuler yang
ditinjau dari jenis kelamin dan lingkungan berupa ketinggian tempat tinggal
khususnya pada adolesensi usia 13 sampai 18 tahun.
Pentingnya mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan
serta ketahahan cardiovaskulerbagi guru penjas, pelatih dan adolesensi usia 13
sampai 18 tahun adalah mengetahui seberapa besar kekuatan otot tungkai, otot
lengan serta ketahahan cardiovaskuler yang dimiliki, serta dapat mengetahui
commit to user
serta ketahahan cardiovaskuler dapat dilakukan dengan pengetesan atau
pengukuran.
Diharapkan dari penelitian ini juga bisa memberikan informasi ilmiah
mengenai pengaruh ketinggian tempat tinggal terhadap perkembangan kekuatan
otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran
rendah dan dataran tinggi dalam wilayah Kabupaten Pati. Selain itu juga
diharapkan dari penelitian ini nantinya bisa dijadikan kajian ilmiah dan sebagai
acuan untuk pengembangan pencapaian prestasi olahraga di Indonesia pada
umumnya dan di Kabupaten Pati pada khusunya.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka akan dilakukan penelitian yang
bertujuan untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, otot lengan
serta ketahahan cardiovaskuler padaadolesensilaki-laki dan perempuan usia 13
sampai dengan 18 tahun, yang dipengaruhi oleh ketinggian tempat tinggal baik
itu di dataran rendah maupun di dataran tinggi. Selanjutnya, adalah untuk
mengetahui kekuatan otot tungkai, otot lengan serta ketahahan cardiovaskuler
pada adolesensi usia 13 sampai 18 tahun, yang dilahirkan dan tinggal di dataran
tinggi yang kemudian akan dibandingkan dengan adolesensi laki-laki dan
perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang dilahirkan dan tinggal di
dataran rendah.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
dirumuskan beberapa permasalahan yang berhubungan dengan perkembangan dan
perbedaan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan
cardiovaskuler pada adolesensi usia laki-laki dan perempuan yang berusia 13
sampai 18 tahun, yang dilahirkan dan tinggal di daratan tinggi dan dataran rendah.
commit to user 1. Perkembangan Kekuatan Otot Tungkai.
a) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran
rendah?
b) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran
tinggi?
c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan kekuatan otot tungkai
adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun
yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?
2. Perkembangan Kekuatan Otot Lengan.
a) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran
rendah?
b) Bagaimanakah perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di dataran
tinggi?
c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan kekuatan otot lengan
adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun
yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?
3. Perkembangan KetahananCardiovaskuler.
a) Bagaimanakah perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran rendah?
b) Bagaimanakah perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran tinggi?
c) Bagaimanakah perbandingan perkembangan ketahanan cardiovaskuler
adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun
commit to user
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka tujuan
yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
Tujuan Umum.
Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan
dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18 tahun
yang tinggal di dataran rendah dengan adolesensi yang tinggal di dataran tinggi.
Tujuan Khusus.
1. Perkembangan Kekuatan Otot Tungkai.
a) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran rendah?
b) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot tungkai pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran tinggi?
c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan otot tungkai
adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun
yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?
2. Perkembangan Kekuatan Otot Lengan.
a) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran rendah?
b) Untuk mengetahui perkembangan kekuatan otot lengan pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran tinggi?
c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan otot lengan
adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun
commit to user
3. Perkembangan KetahananCardiovaskuler.
a) Untuk mengetahui perkembangan ketahanancardiovaskulerpada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran rendah?
b) Untuk mengetahui perkembangan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi
laki-laki dan perempuan usia 13 sampai dengan 18 tahun yang tinggal di
dataran tinggi?
c) Untuk mengetahui perbandingan perkembangan kekuatan cardiovaskuler
adolesensi laki-laki dan perempuan pada usia 13 sampai dengan 18 tahun
yang tinggal di dataran rendah dengan yang tinggal di dataran tinggi?
D. Asumsi
Guna memperjelas permasalahan dan pelaksanaan dalam penelitian ini,
maka orang cobanya diasumsikan memiliki keadaan baik fisik maupun ekonomi
yang relatif homogen, dengan kriteria seperti berikut :
1. Adolesensi yang dijadikan subjek penelitian adalah adolesensi yang memiliki
usia 13 sampai dengan 18 tahun baik untuk anak laki-laki dan perempuan.
Merupakan salah satu siswa di Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah
Menengah Atas (SMA) yang dijadikan tempat penelitian, serta adolesensi yang
menjadi sampel harus memiliki perkembangan fisiologis yang hampir sama.
2. Batasan usia yang digunakan adalah 13 sampai dengan 18 tahun. Adapun
kriteria pengumpulan sampel penelitian, adalah dengan cara : dicatat tanggal
lahirnya setelah itu dilakukan patokan atau penentuan dari 6 bulan sebelum dan
sesudah hari ulang tahunnya, serta dihubungkan dengan berakhirnya penelitian,
yang kemudian dimasukkan kedalam satu tingkatan usia. Salah satu contoh
adolesensi berusia 12 tahun 6 bulan dan adolesensi berusia 13 tahun 6 bulan
maka masuk usia 13 tahun. Untuk itu data kelahiran siswa baik laki-laki atau
perempuan harus dikumpulkan dahulu sebelum melakukan penelitian.
3. Subjek adalah anak yang dilahirkan dan tinggal di tempat penelitian hingga
penelitian berlangsung.
commit to user
5. Subjek penelitian tidak sedang mengikuti program pelatihan fisik untuk cabang
olahraga tertentu.
E. Manfaat Penelitian.
Hasil penelitian ini bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun
manfaatnya adalah sebagai berikut :
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam
bidang ilmu pengetahuan pada umumnya dan ilmu keolahragaan pada khususnya,
yang dikaitkan dengan informasi ilmiah tentang perkembangan kekuatan otot
tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia
13 tahun sampai dengan 18 tahun, yang ditinjau dari letak geografis berupa
ketinggian tempat tinggal dan jenis kelamin. Selanjutnya dapat memberikan
informasi ilmiah mengenai, perbandingan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot
lengan dan ketahanan cardiovaskuler pada adolesensi usia 13 sampai dengan 18
tahun yang ditinjau dari letak geografis berupa ketinggian tempat tinggal dan jenis
kelamin.
Manfaat Praktis.
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi ilmiah kepada pembina,
pelatih, guru pendidikan jasmani, atlet dan masyarakat secara umum. Pada
akhirnya, penelitian ini dapat digunakan sebagai salah satu acuan dalam
meningkatkan prestasi olahraga yang berhubungan dengan kekuatan otot
tungkai, kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia
13-18 tahun laki-laki dan perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di
dataran tinggi.
2. Sebagai salah bukti ilmiah dan dapat dijadikan bahan informasi ilmiah untuk
mencari dan memudahkan untuk membina atlet-atlet muda dalam pemanduan
bakat yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai, kekuatan otot lengan
commit to user
perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di dataran tinggi, sehingga
prestasi olahraga di kabupaten Pati dapat meningkat.
3. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu bentuk informasi ilmiah, sehingga
penelitian ini bisa dijadikan acuan atau patokan kepentingan penelitian
berikutnya, khususnya yang berhubungan dengan kekuatan otot tungkai,
kekuatan otot lengan dan ketahanan cardiovaskuler adolesensi usia 13-18
tahun laki-laki dan perempuan yang tinggal di dataran rendah maupun di
dataran tinggi. Atau penelitian secara umum yang berhubungan dengan bidang