• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII."

Copied!
368
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII

TUGAS AKHIR SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun oleh: Dewi Saputri 13301241068

HALAMAN SAMPUL

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA

(2)

ii

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII

Oleh: Dewi Saputri 13301241068 ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengetahui efektivitas pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa, (2) mengetahui efektivitas pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa, dan (3) mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

Jenis penelitian ini adalah eksperimen semu dengan desain penelitian the nonequivalent pretest-posttest group design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Mlati sedangkan sampel penelitian ini adalah kelas VII A sebagai kelompok eksperimen 1 dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen 2 yang dipilih secara acak. Kelompok eksperimen 1 diberikan perlakuan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan kelompok eksperimen 2 diberikan perlakuan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes prestasi belajar matematika siswa dan instrumen non tes berupa lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran. Data dianalisis menggunakan one sample t-test dan independent sample t-test dengan taraf signifikansi 5%.

(3)

iii

THE EFFECTIVENESS COMPARISON OF SCIENTIFIC LEARNING WITH COOPERATIVE LEARNING STUDENT TEAM ACHIEVEMENT

DIVISIONS (STAD) AND JIGSAW IN TERMS OF STUDENTS’ MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT OF JUNIOR HIGH

SCHOOL GRADE VII By:

Dewi Saputri 13301241068 ABSTRACT

This study aimed to: (1) find out the effectiveness of scientific learning with cooperative learning STAD in terms of students’ mathematics learning achievement, (2) find out the effectiveness of scientific learning with cooperative learning Jigsaw in terms of students’ mathematics learning achievement, and (3) find out which one is more effective between scientific learning with cooperative learning STAD and scientific learning with cooperative learning Jigsaw in terms of students’ mathematics learning achievement.

This study was a quasi-experimental research with the nonequivalent pretest-posttest group desain. The study population included all students of grade VII in SMP Negeri 3 Mlati and the sample was class VII A as experiment group 1 and class VII B as experiment group 2 which were randomly selected. Scientific learning with cooperative learning STAD was conducted in experiment group 1 and scientific learning with cooperative learning Jigsaw was conducted in experiment group 2. The research instruments were mathematics achievement test and observation sheet of learning implementation. Data were analyzed by one sample t-test and independent sample t-test with significance value of 5%.

The results of this study showed that: (1) scientific learning with cooperative learning STAD is effective in terms of students’ mathematics learning achievement, (2) scientific learning with cooperative learning Jigsaw is effective in terms of students’ mathematics learning achievement, and (3) scientific learning with cooperative learning STAD is not more effective than scientific learning with cooperative learning Jigsaw in terms of students’ mathematics learning achievement.

(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Dewi Saputri

NIM : 13301241068

Program Studi : Pendidikan Matematika

Judul TA : Perbandingan Efektivitas Pembelajaran Saintifik dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement

Divisions (STAD) dan Jigsaw Ditinjau dari Prestasi Belajar

Matematika Siswa SMP Kelas VII

menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri. Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah lazim.

Apabila terbukti pernyataan saya ini tidak benar, maka sepenuhnya menjadi tanggung jawab saya dan saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta, 1 Juli 2017 Yang menyatakan,

(5)
(6)

vi

HALAMAN PENGESAHAN Tugas Akhir Skripsi dengan Judul

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN SAINTIFIK DENGAN SETTING PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAM

ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD) DAN JIGSAW DITINJAU DARI PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP KELAS VII

Disusun oleh: Dewi Saputri NIM 13301241068

Telah diujikan di depan Tim Penguji Tugas Akhir Skripsi Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Negeri Yogyakarta Pada tanggal 6 Juli 2017

TIM PENGUJI

Nama Jabatan Tanda Tangan Tanggal

Dr. Heri Retnawati Ketua Penguji

NIP. 197301032000032001 ……….. ………..

Wahyu Setyaningrum, Ph.D Sekretaris Penguji

NIP. 198103192003122001 ……….. ………..

Sugiyono, M.Pd Penguji Utama

NIP. 195308251979031004 ……….. ………..

Tuharto, M,Si Penguji Pendamping

NIP. 196411091990011001 ……….. ………..

Yogyakarta, 2017

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Dekan,

Dr. Hartono

(7)

vii MOTTO

“Innama’al’usri yusro”

(Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan) (Q.S Al Insyirah [94:6]

“Melapangkan hati adalah pekerjaan panjang, perlu latihan, berkali-kali

jatuh-bangun, dan jelas membutuhkan ilmu dan pemahaman baik”

(Tere Liye)

(8)

viii

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini saya persembahkan untuk:

 Kedua orang tua saya, Bapak Daryanto dan Ibu Rokhimah, yang telah memberikan segala cinta, kasih sayang, doa, kesabaran, dan pengorbanan yang tiada hentinya.

 Kakak-kakak saya, Finta Fatmasari dan Danang Widyawan, yang menjaga saya dan telah memberikan banyak pelajaran kehidupan.

 Rekan-rekan seperjuangan saya Rizqi Nefi Marlufi, Kumala Kusuma Putri, Ida Siti Mahsunah, Endah Kusrini, Cinta Adi Kusuma Dewi, Seftika Anggraini, dan Geri Wiliansa, yang telah memberikan motivasi dan semangat yang besar untuk tetap melangkah.

 Teman-teman Pendidikan Matematika Internasional 2013.  Keluarga HIMATIKA FMIPA UNY.

 Almamater tercinta, Universitas Negeri Yogyakarta.

 Semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

(9)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayat-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi ini.

Skripsi yang berjudul “Perbandingan Efektivitas Pembelajaran Saintifik dengan

Setting Pembelajaran Kooperatif Student Team Achievement Divisions (STAD)

dan Jigsaw Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika Siswa SMP Kelas VII” ini

disusun dalam rangka untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

Penyelesaian tugas akhir skripsi ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sutisna Wibawa, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri Yogyakarta.

2. Bapak Dr. Hartono selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Drs. Sugiman selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama proses perkuliahan.

4. Bapak Dr. Ali Mahmudi selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta yang telah memberikan kelancaran dalam pelayanan akademik.

5. Ibu Dr. Heri Retnawati selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan semangat, bimbingan, dan arahan dalam menyelesaikan tugas akhir skripsi.

(10)

x

7. Ibu Dra. Nur Wahyuni Hidayati selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Mlati yang telah memberikan ijin dalam pelaksanaan penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak Mujiyono, S.Pd selaku Guru Mata Pelajaran Matematika di SMP Negeri 3 Mlati yang telah sabar dan tulus dalam membantu kelancaran penelitian dan penyelesaian tugas akhir skripsi.

9. Seluruh Dosen Jurusan Pendidikan Matematika Universitas Negeri Yogyakarta yang telah banyak memberikan ilmu yang bermanfaat.

10.Seluruh pihak yang telah memberikan dukungan dan motivasi dalam penulisan tugas akhir skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa tugas akhir skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga penulisan tugas akhir skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan pihak yang terkait.

Yogyakarta, 1 Juli 2017 Penulis

(11)

xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Pembatasan Masalah ... 9

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 10

F. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN TEORI ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1.Hakikat Belajar ... 12

2.Hakikat Pembelajaran Matematika ... 14

3.Pembelajaran Saintifik ... 16

4.Pembelajaran Kooperatif ... 19

5.Pembelajaran Kooperatif Tipe (STAD) ... 23

6.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 26

(12)

xii

11. Keefektifan Pembelajaran ... 32

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 36

D. Hipotesis ... 38

BAB III METODE PENELITIAN... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

B. Desain Penelitian ... 39

C. Tempat dan Waktu Penelitian ... 40

D. Populasi dan Sampel Penelitian ... 41

E. Variabel Penelitian... 41

F. Definisi Operasional Variabel ... 42

G. Teknik Pengumpulan Data ... 43

H. Instrumen Penelitian ... 44

I. Analisis Instrumen ... 45

J. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

A. Hasil Penelitian ... 56

1.Deskripsi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 56

2.Deskripsi Data Hasil Tes Pretasi Belajar Matematika Siswa ... 64

B. Analisis Data ... 65

1.Hasil Uji Prasyarat Analisis ... 65

2.Hasil Uji Hipotesis ... 67

C. Pembahasan ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 77

A. Simpulan ... 77

B. Keterbatasan Penelitian ... 77

C. Saran ... 77

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. 1 Daya Serap Ujian Nasional SMP Negeri 3 Mlati 2015/2016 ... 8

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif... 21

Tabel 2. 2 Pengelompokan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif ... 22

Tabel 2. 3 Langkah-langkah Pembelajaran STAD ... 24

Tabel 2. 4 Penentuan Skor Kemajuan Siswa ... 25

Tabel 2. 5 Contoh Pembagian Kelompok Jigsaw ... 26

Tabel 2. 6 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik dengan Setting STAD ... 28

Tabel 2. 7 Langkah Pembelajaran Saintifik dengan Setting Jigsaw... 30

Tabel 3. 1 Desain Penelitian... 40

Tabel 4. 1 Skor Kemajuan Kelompok STAD 60 Tabel 4. 2 Deskripsi Data Nilai Pretest dan Posttest Prestasi Belajar ... 64

Tabel 4. 3 Hasil Uji Normalitas ... 66

Tabel 4. 4 Hasil Uji Homogenitas ... 66

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. 1 Rata-rata Nilai UN SMP/Sederajat ... 2

Gambar 2. 1. Kerangka Berpikir ... 38

Gambar 4. 1 Kerja Sama dalam Tim ... 59

Gambar 4. 2 Kelompok dengan Skor Kemajuan Tertinggi... 61

Gambar 4. 3 Diskusi Kelompok Asal ... 63

(15)

xv

DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Jadwal Penelitian

Lampiran 1.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 85

Lampiran 2. RPP dan LKS Lampiran 2.1 RPP Kelompok Eksperimen 1 ... 86

Lampiran 2.2 RPP Kelompok Eksperimen 2 ... 129

Lampiran 2.3 LKS Kelompok Eksperimen 3 ... 169

Lampiran 2.4 LKS Kelompok Eksperimen 4 ... 197

Lampiran 3. Instrumen Penelitian Lampiran 3.1 Kisi-kisi Soal Pretest dan Posttest Prestasi Belajar ... 232

Lampiran 3.2 Soal Pretest ... 236

Lampiran 3.3 Soal Posttest ... 241

Lampiran 3.4 Kunci Jawaban Pretest ... 246

Lampiran 3.5 Kunci Jawaban Posttest ... 252

Lampiran 3.6 Reliabilitas Soal Pretest ... 258

Lampiran 3.7 Reliablitias Soal Posttest ... 259

Lampiran 3.8 Contoh Pengerjaan Pretest ... 260

Lampiran 3.9 Contoh Pengerjaan Posttest ... 265

Lampiran 3.10 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kelompok E1 ... 270

Lampiran 3.11 Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kelompok E2 ... 273

Lampiran 3.12 Rekap Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kelompok E1 ... 276

Lampiran 3.13 Rekap Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Kelompok E2 ... 288

Lampiran 3.14 Perhitungan Presentase Keterlaksanaan Pembelajaran ... 300

Lampiran 4. Analisis Data Lampiran 4.1 Rekapitulasi Data Pretest dan Posttest ... 302

Lampiran 4.2 Analisis Deskriptif ... 303

Lampiran 4.3 Uji Normalitas ... 305

Lampiran 4.4 Uji Homogenitas ... 307

Lampiran 4.5 Uji Beda Rata-rata Pretest ... 308

Lampiran 4.6 Uji Hipotesis ... 309

Lampiran 5. Surat-surat Lampiran 5.1 Surat Keterangan Validasi ... 312

Lampiran 5.2 SK Pembimbing ... 350

Lampiran 5.3 Surat Ijin Penelitian ... 352

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Globalisasi telah menjadi bagian dari setiap aspek kehidupan termasuk pendidikan. Era gobalisasi ditandai dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat berpengaruh terhadap pendidikan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasinya. Tuntutan terhadap kualitas semakin diperhatikan untuk meningkatkan daya saing secara global, salah satunya kualitas pendidikan. Pendidikan yang berkualitas dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas pula sehingga sumber daya manusia (SDM) tersebut dapat memperoleh bekal berupa sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang cukup untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depan.

(17)

2

khususnya pada bidang matematika menunjukkan rata-rata perolehan skor Indonesia untuk siswa kelas 4 adalah 397 dengan skala yang ditetapkan yaitu 0-1000. Hasil ini juga lebih rendah dari rata-rata keseluruhan yaitu 500. Jika dilihat dari benchmarks yang ditetapkan pada TIMSS, maka dapat diketahui bahwa 50% siswa memperoleh kategori rendah.

Perolehan skor pada hasil PISA dan TIMMS 2015 menunjukkan bahwa penguasaan materi matematika masih rendah. Berdasarkan struktur kurikulum 2013 yang digunakan, matematika merupakan mata pelajaran yang wajib dipelajari di sekolah. Matematika mencakup berbagai macam kompetensi seperti geometri dan pengukuran, aljabar, bilangan, serta statistik dan peluang. Menurut data laporan hasil Ujian Nasional dari Kemdikbud, rata-rata nilai Ujian Nasional untuk jenjang SMP mengalami penurunan selama tiga tahun terakhir. Data laporan hasil Ujian Nasional tersebut dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 1. 1 Rata-rata Nilai UN SMP/Sederajat

54

Rata-rata Nilai UN SMP/Sederajat

(18)

3

Berdasarkan data laporan Hasil Ujian Nasional SMP/Sederajat juga diperoleh nilai rata-rata untuk mata pelajaran matematika yaitu 50,24 yang masuk ke dalam kategori D. Selain itu, dari data laporan hasil Ujian Nasional dapat diketahui juga presentase penguasaan materi yang dilihat dari indikator-indikatornya. Berdasarkan data tersebut, rata-rata penguasaan terhadap kemampuan yang dipelajari di kelas VII masih rendah yaitu 48,53%. Kemampuan yang diuji tersebut antara lain berkaitan dengan materi bilangan bulat, himpunan, perbandingan, hubungan antar sudut, aritmetika sosial, dan lain sebagainya.

Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor. Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor baik faktor internal maupun eksternal. Menurut Majid dan Rochman (2014: 191-195), beberapa faktor eksternal yang mempengaruhi prestasi belajar adalah proses pembelajaran dan peran guru dalam melibatkan keaktifan siswa. Terdapat pembelajaran yang dapat menjadikan siswa pasif atau aktif dalam mengikuti proses pembelajaran. Pembelajaran yang berpusat pada guru menjadikan siswa pasif karena pembelajaran hanya berupa pemindahan pengetahuan dari guru ke siswa. Pembelajaran seharusnya dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mencari pengetahuan, bukan hanya menerima pengetahuan. Menurut Mulyasa (2015: 65), pembelajaran harus diorientasikan kepada kepentingan siswa sesuai dengan karakteristiknya agar menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif.

(19)

4

proses keilmuan. Pendekatan saintifik meliputi 5M yaitu lima kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik diharapkan dapat mamfasilitasi siswa untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Siswa diberikan kesempatan untuk dapat memiliki pengalaman belajar dan dapat menemukan pemahamannya sendiri. Dengan demikian siswa akan memiliki kompetensi yang lebih baik dan prestasi belajar dapat meningkat.

(20)

5

berinteraksi satu sama lain sehingga dapat saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang didasarkan pada kerja sama dalam kelompok, akan tetapi kerja sama dalam kelompok belum tentu merupakan pembelajaran kooperatif. Menurut Woolfolk dan Margetts (2007: 358), kerja sama dalam kelompok dapat bermanfaat, tetapi pembelajaran kooperatif yang sebenarnya membutuhkan lebih dari sekedar membuat siswa berada dalam kelompok. Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran berdasarkan kerja sama dalam kelompok namun lebih terstruktur. Menurut Arends (2008: 5), siswa dalam situasi cooperative learning didorong atau dituntut untuk mengerjakan tugas yang sama secara bersama-sama, dan mereka harus mengoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugas itu.

Penyelesaian tugas dalam pembelajaran kooperatif dilakukan dengan berdiskusi dan mengembangkan ide-ide satu sama lain. Siswa memastikan semua anggota kelompok menguasai materi yang menjadi pembahasan. Setiap anggota kelompok memiliki kontribusi terhadap keberhasilan kelompoknya sehingga masing-masing anggota perlu ikut berperan. Hal ini berpengaruh pada pencapaian prestasi siswa. Model cooperative learning dikembangkan untuk mencapai paling sedikit tiga tujuan penting: prestasi akademis, toleransi dan penerimaan terhadap keanekaragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Arends, 2008: 5).

(21)

6

rendah maupun prestasi tinggi sama-sama mendapatkan pengaruh dari pembelajaran kooperatif. Dalam prosesnya, siswa yang berprestasi tinggi dapat mengajari teman-temannya yang berprestasi lebih rendah. Selain siswa berprestasi rendah mengalami kenaikan pencapaian, siswa berprestasi yang lebih tinggi pun juga mendapatkan pencapaian lebih karena sudah bertindak mengajari yang lain. Mereka menjadi lebih paham lagi dengan materinya. Jelasnya, tujuan kooperatif menciptakan norma-norma yang pro-akademik di antara para siswa, dan norma-norma pro-akademik memiliki pengaruh yang amat penting bagi pencapaian siswa (Slavin, 2008: 36).

(22)

7

dan kemudian mengajarkan bagian itu kepada anggota-anggota lain di timnya. Kelompok dalam Jigsaw dibedakan menjadi kelompok asal (home group) dan kelompok ahli (expert group).

STAD dan Jigsaw memiliki langkah pembelajaran yang berbeda. Langkah-langkah STAD menurut Lestari dan Yudhanegara (2015: 46-47) meliputi presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim. Dalam langkah-langkah pembelajaran tersebut dapat muncul kegiatan 5M sebagai perpaduan dengan pembelajaran saintifik. Dalam tim siswa dapat melakukan kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Dengan demikian pembelajaran saintifik dengan setting STAD dapat memfasilitasi siswa secara aktif untuk memahami konsep melalui kerja sama dalam kelompok berdasarkan pembelajaran STAD.

(23)

8

SMP Negeri 3 Mlati merupakan salah satu sekolah yang layak menjadi responden dalam penelitian ini. Hal ini dikarenakan prestasi belajar matematika di SMP Negeri 3 Mlati masih rendah. Menurut data laporan hasil Ujian Nasional SMP/MTs tahun pelajaran 2015/2016 di SMP Negeri 3 Mlati dari Puspendik, persentase penguasaan soal materi matematika adalah sebagai berikut.

Tabel 1. 1 Daya Serap Ujian Nasional SMP Negeri 3 Mlati 2015/2016 No. Urut Kemampuan yang Diuji Sekolah Kota/Kab. Prop Nas

1 Geometri dan Pengukuran 50.00 54.86 52.42 47.19

2 Aljabar 54.98 58.43 56.64 52.97

3 Bilangan 55.83 61.09 58.21 52.74

4 Statistik dan Peluang 61.81 57.25 55.99 46.73

Berdasarkan data pada tabel 1.1, dapat dilihat bahwa persentase penguasaan terhadap kemampuan geometri dan pengukuran, aljabar, serta bilangan di SMP Negeri 3 Mlati lebih rendah dari persentase dalam lingkup kota/kabupaten dan propinsi. Persentase tertinggi adalah statistik dan peluang yaitu hanya sebesar 61.81%.

(24)

9 B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas adalah:

1. prestasi belajar matematika siswa masih rendah,

2. pembelajaran matematika di sekolah cenderung berpusat pada guru,

3. sumber belajar tidak memfasilitasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran,

4. kurangnya interaksi antar siswa melalui kerja sama kelompok, 5. pembelajaran belum terlaksana dengan baik.

C. Pembatasan Masalah

Ruang lingkup penelitian ini dibatasi pada masalah perbandingan prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

dan Jigsaw pada materi Garis dan Sudut. Sasaran penelitian terbatas pada siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Mlati.

D. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Apakah pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII?

(25)

10

3. Manakah yang lebih efektif antara pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran saintifik dengan setting

pembelajaran kooperatif STAD ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII.

2. Untuk mengetahui efektivitas pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII.

3. Untuk mengetahui manakah yang lebih efektif antara pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP Kelas VII.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi guru

(26)

11 2. Bagi siswa

Memberi kesempatan bagi siswa agar lebih terlibat secara aktif dalam pembelajaran melalui pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif.

3. Bagi peneliti

(27)

12 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori 1. Hakikat Belajar

Belajar merupakan unsur fundamental dalam penyelenggaraan pendidikan. Belajar berkaitan dengan pencapaian tujuan pendidikan nasional. Belajar kemudian menjadi bagian tak terpisahkan dari tujuan berpendidikan yang bermuara pada peningkatan kualitas hidup dan kehidupan (Yamin, 2015: 3). Berdasarkan Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, pendidikan bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Oleh karena itu, perlu dikaji lebih mendalam mengenai hakikat belajar untuk dapat mewujudkan tujuan tersebut.

(28)

13

kognitif. Proses belajar terjadi bila materi yang baru beradaptasi dengan struktur kognitif yang sudah dimiliki (Sani, 2014: 10).

Mulyasa (2015: 49) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses mencari dan membentuk atau mengonstruksi pengetahuan yang bersifat aktif, dan berlangsung secara spesifik. Dengan kata lain, dalam proses belajar, pengetahuan bukan diberikan kepada siswa, tetapi siswa secara aktif mencari tahu pengetahuan. Belajar melalui interaksi terhadap lingkungan dapat memberikan pengalaman bagi siswa. Belajar menurut Abdulhak dan Darmawan (2013: 77) dapat diartikan sebagai kegiatan aktif individu yang belajar untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya, sehingga mampu menghayati dan membangun makna terhadap pengalaman tersebut. Dengan hal tersebut akan terbentuk pemikiran dan cara pandang baru mengenai lingkungan sekitarnya. Melalui belajar siswa mampu lebih berpikir terhadap lingkungan sekitar.

Dalam konteks yang lebih universal, sesungguhnya, belajar menghendaki terjadinya perubahan-perubahan diri bagi yang sedang belajar (Yamin, 2015: 2). Melalui kegiatan aktif dan interaksi terhadap lingkungan diharapkan akan ada perubahan yang terjadi pada siswa. Menurut Winkel (1991: 36), belajar dapat diartikan sebagai suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai-sikap. Perubahan itu bersifat secara relatif konstan dan berbekas.

(29)

14

lingkungan dan pembangunan makna dari pengalaman-pengalamannya. Dengan belajar akan dihasilkan perubahan-perubahan dalam diri siswa yaitu perubahan dalam sikap, pengetahuan, dan keterampilan.

2. Hakikat Pembelajaran Matematika

Sani (2014: 40) menyatakan bahwa pembelajaran adalah penyediaan kondisi yang mengakibatkan terjadinya proses belajar pada diri peserta didik. Menurut Sugihartono, dkk (2013: 81), pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik untuk menciptakan sistem lingkungan dengan berbagai metode sehingga siswa dapat melakukan kegiatan belajar secara efektif dan efisien serta dengan hasil optimal. Menurut UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar dalam lingkungan belajar. Dalam hal ini, pembelajaran bergantung pada dua aspek penting, yaitu guru dan siswa. Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran.

(30)

15

berpusat pada guru (teacher centered learning) ke pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered learning) sehingga siswa mendapatkan pengalaman dalam belajar. Hal ini diperkuat dengan kriteria pembelajaran menurut Schunk (2012:5) yang terdiri dari pembelajaran melibatkan perubahan, pembelajaran bertahan lama seiring dengan waktu, dan pembelajaran terjadi melalui pengalaman.

Kegiatan dalam pembelajaran berpengaruh terhadap proses belajar siswa. Jenis kemampuan yang diharapkan dalam proses pembelajaran dikelompokkan dalam tiga kategori utama yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik (Hamzah & Muhlisrarini, 2014: 43). Hal ini sesuai dengan perubahan-perubahan yang diharapkan melalui proses belajar siswa.

Di lain sisi, matematika merupakan mata pelajaran wajib untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah. Berdasarkan UU Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003, bahan kajian matematika antara lain berhitung, ilmu ukur, dan aljabar dimaksudkan untuk mengembangkan logika dan kemampuan berpikir peserta didik. Bahan kajian matematika tersebut dirinci lagi menjadi berbagai kompetensi dasar sesuai dengan jenjang pendidikan. Materi pelajaran yang banyak membuat guru harus memahami lagi mengenai matematika dan pembelajaran matematika.

(31)

16

abstrak. Matematika merupakan suatu ilmu berpikir yang banyak menggunakan simbol, sehingga cenderung bersifat abstrak (Jannah, 2011: 75).

Pembelajaran matematika dapat dilaksanakan dengan baik jika siswa dapat secara aktif memahami konsep-konsep matematika yang diajarkan. Menurut NCTM (2000: 20), siswa harus belajar dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman dan pengetahuan sebelumnya. Pembelajaran matematika juga dapat terlaksana dengan baik jika guru mampu memfasilitasi siswa untuk terlibat secara aktif. Hakikat konsep matematika lebih menjawab pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana mengajarkan matematika di sekolah (Runtukahu dan Kandou, 2014: 27).

Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah upaya memfasilitasi siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar matematika melalui pengalamannya sehingga siswa memiliki kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Pembelajaran tersebut berdasarkan pada kepentingan peserta didik sehingga pembelajaran yang sesuai adalah pembelajaran yang berpusat pada siswa.

3. Pembelajaran Saintifik

(32)

17

analisis dan sintesis, analogi, abstraksi, dan konkretisasi, generalisasi dan spesialisasi, induksi, dan deduksi.

Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir, namun proses pembelajaran dipandang sangat penting (Saefuddin & Berdiati, 2014: 43). Kurikulum 2013 merinci KI (Kompetensi Inti) ke dalam empat kategori kemampuan yaitu sikap spiritual, sikap sosial, pengetahuan, dan keterampilan. Menurut Mulyasa (2015: 101), penerapan saintific method dalam membentuk KI-KD menuntut keterlibatan peserta didik secara aktif, karena mereka adalah pusat dari tujuan dan pembentukan kompetensi. Hal ini sejalan dengan pendapat Majid dan Rochman (2014: 4) yang menyatakan bahwa siswa lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan aktif dalam mencari informasi dari berbagai sumber belajar dan guru lebih berperan sebagai fasilitator pembelajaran. Dengan keterlibatan secara aktif tersebut diharapkan siswa memiliki kompetensi yang lebih baik. Menurut Sunarti dan Rahmawati (2014: 2), dengan pembelajaran saintifik siswa akan lebih kreatif, inovatif, dan produktif.

Berdasarkan Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013 lampiran IV, pembelajaran pada Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saintifik atau pendekatan berbasis proses keilmuan. Pendekatan saintifik meliputi lima kegiatan yaitu yang dirinci sebagai berikut.

(33)

18

Kegiatan mengamati dapat dilakukan dengan kegiatan membaca, mendengar, menyimak, dan melihat (tanpa atau dengan alat). Proses mengamati dapat melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.

b. menanya,

Kegiatan menanya yaitu mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati. Hal ini dapat mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, dan berpikir kritis.

c. mengumpulkan informasi/mencoba,

Siswa dapat mengumpulkan informasi dengan melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/ kejadian, aktivitas, atau wawancara dengan nara sumber.

d. menalar/mengasosiasi,

Kegiatan menalar/mengasosiasi berupa mengolah informasi yang sudah dikumpulkan. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dapat menambah keluasan dan kedalaman serta mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda.

e. mengomunikasikan.

(34)

19

pengetahuan. Kegiatan-kegiatan pembelajaran saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. 4. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan kerja sama untuk mencapai tujuan pembelajaran (Majid, 2013: 173). Model pengajaran kooperatif menurut Jihad dan Haris (2008: 30) memiliki ciri-ciri: 1) Untuk menuntaskan belajarnya, siswa belajar dalam kelompok secara

kooperatif;

2) Kelompok dibentuk dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah;

3) Jika dalam kelas, terdapat siswa-siswa yang terdiri dari beberapa ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam tiap kelompokpun terdiri dari ras, suku, budaya, jenis kelamin yang berbeda pula; 4) Penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada perorangan

Dari pemaparan di atas, pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja kelompok daripada perorangan. Artinya anggota-anggota kelompok saling bertanggung jawab terhadap penguasaan materi satu sama lain karena kemampuan individu berpengaruh terhadap keberhasilan kelompok sehingga mereka harus saling membantu dan berdiskusi.

(35)

20

utama. Pembelajaran kooperatif lebih terstruktur dibandingkan kerja kelompok dan memberikan peran spesifik bagi siswa.

Pembelajaran kooperatif memiliki berbagai tujuan yang bermanfaat dalam pendidikan. Menurut Slavin (2008: 4-5), salah satu tujuan berdasarkan penelitian dasar yang mendukung adalah penggunaan pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan pencapaian prestasi siswa, dan juga akibat-akibat positif lainnya yang dapat mengembangkan hubungan antarkelompok, penerimaan terhadap teman sekelas yang lemah dalam bidang akademik, dan meningkatkan rasa harga diri.

Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 130), saat siswa bekerja sama, mereka mendapatkan pengalaman yang dapat mendorong sejumlah keterampilan sosial, seperti:

1) Menyimak dengan penuh perhatian 2) Membaca petunjuk-petunjuk nonverbal

3) Menyelesaikan ketidaksepakatan (secara diplomatis) 4) Mencurahkan pikiran ke dalam kata-kata

5) Memahami sudut pandang orang lain 6) Membuat pernyataan mendukung 7) Memberikan pujian tulus

(36)

21

Daryanto dan Rahardjo (2012: 242), tujuan model pembelajaran kooperatif salah satunya adalah hasil belajar akademik siswa dapat meningkat.

Menurut Jihad dan Haris (2008, 31-32) terdapat enam langkah utama atau tahapan di dalam pelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatif secara umum.

Tabel 2. 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Fase dan Indikator Aktivitas/Kegiatan Guru

Fase-1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

Fase-2

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Fase-3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase-4

Membimbing kelompok bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase-5 Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6

Memberikan penghargaan

(37)

22

Contoh pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan akademik adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 2 Pengelompokan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif

Kemampuan No. Nama Rangking Kelompok

Tinggi 1 1 A

(Jihad & Haris, 2008: 35-36) Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif yang dijelaskan menurut Slavin (2008:11-16), yaitu:

1) Student Team-Achievement Divisions (STAD), 2) Teams Games-Tournament (TGT),

3) Jigsaw II,

4) Team Accelerated Instruction (TAI),

(38)

23 7) Learning Together (Belajar Bersama),

8) Complex Instruction (Pengajaran Kompleks),

9) Structure Dyadic Methods (Metode Struktur Berpasangan),

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dengan membagi siswa ke dalam kelompok heterogen untuk berinteraksi dan berdiskusi. Tujuan dari pembelajaran kooperatif di antaranya adalah untuk pencapaian prestasi dan keterampilan sosial.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD)

Seperti pembelajaran kooperatif pada umumnya, STAD merupakan pembelajaran yang didasarkan pada kerja sama kelompok yang bersifat heterogen. Menurut Burden dan Byrd (2013: 161), Student teams-achievement divisions (STAD) terdiri dari tim-tim belajar yang beranggotakan empat orang yang beraneka ragam dalam prestasi, jenis kelamin, dan etnisitas. Model ini dapat diterapkan untuk mata pelajaran matematika, sains, bahasa, dan ilmu pengetahuan sosial (Sani, 2014: 133).

(39)

24

Langkah-langkah STAD berdasarkan penjelasan Lestari dan Yudhanegara (2015, 46-47) adalah sebagai berikut:

Tabel 2. 3 Langkah-langkah Pembelajaran STAD

Fase Deskripsi

Presentasi Kelas

Presentasi kelas merupakan tahapan di mana guru menyampaikan materi secara langsung kepada siswa.

Tim Pembentukan tim didasarkan pada prestasi akademis siswa dalam kelas. Siswa berdiskusi dalam tim atau kelompok dalam proses pembelajaran. Fungsi utama dari tim ini adalah untuk memastikan bahwa semua anggota tim benar-benar belajar, dan lebih khususnya lagi untuk mempersiapkan setiap anggota tim agar dapat mengerjakan kuis dengan baik.

Kuis Pengerjaan soal kuis dilakukan secara individual. Para siswa tidak diperbolehkan untuk saling membantu dalam mengerjakan kuis. Sehingga, tiap siswa bertanggung jawab secara individual untuk memahami materinya.

Skor Kemajuan Individual

Setiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari rata-rata kinerja siswa tersebut sebelum mengerjakan kuis. Selanjutnya, siswa akan mengumpulkan poin untuk tim masing-masing berdasarkan tingkat kenaikan skor kuis yang dibandingkan dengan skor awal. Dengan demikian, setiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Perhitungan skor perkembangan individu tersebut dimaksudkan agar siswa termotivasi untuk memperoleh prestasi terbaik sesuai dengan kemampuannya.

Rekognisi Tim

(40)

25

Berdasarkan penjelasan di atas, skor dasar yang dimaksud adalah nilai rata-rata siswa berdasarkan tes dan kuis masa lampau atau skor yang ditentukan oleh nilai semester lalu atau tahun lalu. Penentuan skor kemajuan siswa dapat ditentukan melalui prosedur sebagai berikut.

Tabel 2. 4 Penentuan Skor Kemajuan Siswa Langkah

ke- Indikator

Operasional

1 Menetapkan skor

dasar

Setiap siswa diberikan skor berdasarkan skor kuis yang lalu

2 Menghitung skor

kuis terkini

Siswa memperoleh poin untuk kuis yang berkaitan dengan pelajaran terkini

3 Menghitung skor

perkembangan

Siswa mendapatkan poin perkembangan yang besarnya ditentukan apakah skor kuis terkini mereka menyamai atau melampaui skor dasar mereka, dengan menggunakan skala yang diberikan di bawah ini

Kriteria Nilai Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor dasar

0 poin 10 poin di bawah sampai 1 poin

di bawah skor dasar

10 poin Pekerjaan sempurna (tanpa

memperhatikan skor dasar)

30 poin

(41)

26

kelompok, akan tetapi skor kemajuan masing-masing individu berkontribusi untuk keberhasilan kelompok.

6. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Jigsaw merupakan model pembelajaran yang dikembangkan oleh Elliot Aronson. Menurut Woolfolk dan Margetss (2007: 361), dalam Jigsaw setiap anggota kelompok diberikan bagian dari materi untuk dipelajari oleh seluruh kelompok dan menjadi seorang ahli untuk bagiannya. Siswa harus mengajari satu sama lain, sehingga kontribusi setiap anggota adalah penting. Menurut Warsono dan Hariyanto (2013: 194), aktivitas dalam Jigsaw mendorong siswa untuk terbiasa berpikir dari bagian-bagian menuju ke pemikiran yang bersifat holistik melihat keterpaduan antar bagian yang membentuk subjek bahan ajar secara utuh

Strategi pembelajaran Jigsaw merupakan bagian dari pembelajaran kooperatif yang menerapkan model diskusi dalam dua tahap (Saefuddin & Berdiati, 2014: 116). Kelompok belajar dibagi menjadi dua yaitu kelompok ahli (expert group) dan kelompok asal (home group). Berikut adalah contoh rancangan Jigsaw terhadap pembagian kelompok tersebut.

Tabel 2. 5 Contoh Pembagian Kelompok Jigsaw

Kelompok Asal Kelompok Ahli

Nama Kelompok Anggota Kelompok

(42)

27

B3 D D1

C3 D2

D3 D3

Langkah-langkah pembelajaran Jigsaw menurut Huda (2015: 121) adalah siswa bekerja kelompok selama dua kali, yakni dalam kelompok mereka sendiri dan dalam “kelompok ahli”. Setelah masing-masing anggota menjelaskan bagiannya masing-masing kepada taman-teman satu kelompoknya, mereka mulai bersiap untuk diuji secara individu. Biasanya siswa diuji dengan pengerjaan kuis secara individu. Menurut Eggen dan Kauchak (2012: 138), pembelajaran Jigsaw memerlukan perencanaan kegiatan yaitu menentukan tujuan belajar, menyiapkan panduan belajar, membentuk tim siswa, dan mendukung presentasi pakar

Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw membagi siswa ke dalam dua jenis kelompok yaitu kelompok asal dan kelompok ahli. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yaitu pembagian kelompok asal, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, dan kuis.

(43)

28

Kegiatan-kegiatan dalam pembelajaran saintifik berdasarkan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan mengomunikasikan. Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe STAD menurut Lestari dan Yudhanegara (2015, 46-47) adalah presentasi kelas, tim, kuis, skor kemajuan individual, dan rekognisi tim.

Dari uraian tersebut, diperoleh langkah-langkah pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif tipe STAD sebagai berikut:

Tabel 2. 6 Langkah-langkah Pembelajaran Saintifik dengan Setting STAD

No

2 Tim Mengamati Siswa mengamati permasalahan yang diberikan dengan membaca, mendengar, atau melihat.

Menanya Siswa bertanya kepada guru atau anggota kelompok mengenai informasi yang ingin diketahui tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari. Mengumpulkan

informasi

Siswa mencari informasi yang diperlukan dari berbagai sumber dan diskusi untuk mencari jawaban siswa atas kegiatan menanya.

Mengomunikasikan Siswa menyampaikan hasil diskusinya kepada teman sekelas.

(44)

29

5 Rekognisi tim - Perolehan peningkatan perkembangan dikomunikasikan kepada siswa, kelompok yang berhasil akan mendapatkan penghargaan.

8. Pembelajaran Saintifik dengan Setting Pembelajaran Kooperatif Jigsaw Pembelajaran saintifik mengacu pada proses membangun pengetahuan dengan menemukan sendiri secara ilmiah. Sedangkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengacu pada pembelajaran berdasarkan diskusi kelompok yang terdiri dari kelompok-kelompok ahli. Pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menciptakan pembelajaran berdasarkan diskusi kelompok dan kelompok ahli untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri.

Kegiatan-kegiatan pembelajaran saintifik berdasarkan Permendikbud nomor 81 A tahun 2013 lampiran IV adalah:

a) Mengamati b) Menanya

c) Mengumpulkan informasi d) Mengomunikasikan

Sedangkan langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw menurut Huda (2015: 121) adalah:

(45)

30

Dari uraian di atas, diperoleh langkah-langkah pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw seperti yang ditunjukkan pada Tabel

2.7 berikut.

Tabel 2. 7 Langkah Pembelajaran Saintifik dengan Setting Jigsaw

No

diberikan subtopik yang berbeda untuk didiskusikan dalam kelompok ahli.

Mengamati Siswa mengamati permasalahan yang diberikan dengan membaca, mendengar, atau melihat.

Menanya Siswa bertanya kepada guru atau anggota kelompok mengenai informasi yang ingin diketahui tentang materi pembelajaran yang akan dipelajari.

Mengumpulkan informasi

Siswa mencari informasi yang diperlukan dari berbagai sumber dan diskusi untuk mencari jawaban siswa atas kegiatan menanya.

3 Diskusi kelompok asal

(46)

31

asal.

Mengasosiasi Siswa mengolah informasi yang diperoleh untuk menyelesaikan masalah.

4 Kuis - Siswa mengerjakan soal kuis

secara individu.

9. Prestasi Belajar

Prestasi belajar penting untuk mengetahui ketercapaian tujuan pembelajaran. Menurut Sudijono (2011: 434), prestasi dipergunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam penentuan nilai akhir. Hal tersebut dikarenakan prestasi yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan bagi masing-masing mata pelajaran atau bidang studi.

Menurut Sudaryono (2012: 102), prestasi belajar (achievement) berbeda dengan hasil belajar (learning outcome). Prestasi belajar hanya mengukur dua aspek yaitu aspek kognitif dan aspek psikomotor. Hasil belajar yaitu ketercapaian setiap kemampuan dasar, baik kognitif, afektif maupun psikomotor, yang diperoleh siswa selama mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu (Jihad & Haris, 2008: 64). Jadi, kemajuan prestasi diukur dari penguasaan pengetahuan dan keterampilan.

(47)

32

faktor eksternal. Faktor internal dapat berupa fisiologis maupun psikologis. Faktor eksternal salah satunya adalah proses pembelajaran dan peran guru dalam melibatkan keaktifan siswa. Selain itu, menurut Cohen (dalam Huda, 2015: 20), prestasi belajar siswa sangat bergantung pada jenis tugas yang diterima oleh kelompok mereka dan cara kerja mereka menyelesaikan tugas tersebut.

Prestasi belajar siswa dapat diketahui melalui tes prestasi. Dalam bidang pendidikan, tes biasa digunakan untuk mengukur prestasi belajar dan kompetensi kejuruan. Prestasi belajar dapat diukur dengan berbagai macam jenis tes, yaitu tes tertulis, tes lisan dan tes unjuk kerja (Mulyatiningsih, 2012: 25).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah pencapaian siswa dalam penguasaan materi pembelajaran yang berupa pengetahuan dan keterampilan. Prestasi belajar tersebut dapat diukur dengan menggunakan tes prestasi.

10. Keefektifan Pembelajaran

(48)

33

Sani (2013: 46-48) memaparkan kegiatan pembelajaran yang efektif pada umumnya meliputi aspek-aspek sebagai berikut.

1) Berpusat pada peserta didik (student centered) 2) Interaksi edukatif antara guru dengan siswa 3) Suasana demokratis

4) Variasi metode mengajar

5) Bahan yang sesuai dan bermanfaat 6) Lingkungan yang kondusif

7) Sarana belajar yang menunjang

Pembelajaran dipengaruhi oleh pengajaran di dalam kelas. Kyriacou (2012: 17) membuat tiga pembedaan yang berguna di antara tiga kelas variabel yang terpokok yaitu variabel konteks, variabel proses, dan variabel produk. Variabel produk mengacu pada semua hasil pendidikan yang diinginkan dan yang menjadi dasar dalam kriteria yang digunakan untuk menilai efektivitas.

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran dapat diukur dengan ketercapaian tujuan pembelajaran. Tujuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa yang tinggi. Menurut Widoyoko (2014: 165), setiap kompetensi dasar dapat diketahui ketercapaiannya berdasarkan KKM yang ditetapkan. KKM tersebut berfungsi sebagai acuan bagi pendidik dalam menilai kompetensi siswa sesuai kompetensi dasar mata pelajaran yang diikuti

(49)

34

Maka kriteria pencapaian tujuan pembelajaran prestasi matematika adalah 75 dan pembelajaran dikatakan efektif jika rata-rata nilai siswa mencapai nilai lebih dari atau sama dengan 75.

B. Penelitian yang Relevan

1) Penelitian Uki Suhendar dan Djamilah Bondan Widjajanti (2016) dalam jurnal yang berjudul “Komparasi Keefektifan Saintifik dan PMRI Ditinjau dari Prestasi, Minat, dan Percaya Diri Siswa Kelas VII” menyimpulkan

bahwa hasil penelitian pada taraf signifikansi 0,05 menunjukkan bahwa Pendekatan saintifik efektif ditinjau dari prestasi, minat, dan percaya diri. 2) Penelitian Badrun & Hartono (2013) dalam jurnal yang berjudul “Keefektifan

Model Pembelajaran Kooperatif Model STAD Ditinjau dari Prestasi dan Motivasi Belajar Siswa di Kelas VIII SMP” menyimpulkan bahwa

pembelajaran kooperatif model STAD efektif ditinjau dari prestasi dan motivasi belajar siswa.

3) Penelitian Rinda Naviano dan Dhoriva Urwatul Wutsqa (2017) dalam jurnal yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan

(50)

35

4) Penelitian Suratno (2014) dalam jurnal yang berjudul “Keefektifan Pembelajaran tipe TPS dan Jigsaw Ditinjau dari Prestasi Belajar Matematika dan Karakter Siswa” menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe TPS dan tipe Jigsaw efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika dan karakter siswa.

5) Penelitian Lella Tahlilla Yasna (2016) dalam jurnal yang berjudul “Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Cooperative Learning

Ditinjau dari Prestasi Belajar, Motivasi, dan Akhlak Mulia Siswa” menyimpulkan bahwa pendekatan cooperative learning tipe STAD dan tipe Jigsaw efektif digunakan dalam pembelajaran matematika.

6) Penelitian Auni Shabrina dan Jailani (2015) dalam jurnal yang berjudul “Komparasi Keefektifan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Core dan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Koneksi Matematis Siswa SMP Kelas VIII” menyimpulkan bahwa model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw efektif ditinjau prestasi belajar dan koneksi matematis siswa.

(51)

36

8) Penelitian Curie Putri Hijrihani dan Dhoriva Urwatul Wutsqa (2015) dalam jurnal yang berjudul “Keefektifan Cooperative Learning Tipe Jigsaw dan STAD Ditinjau dari Prestasi Belajar dan Kepercayaan Diri Siswa” menyimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw tidak lebih efektif dari daripada model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

C. Kerangka Berpikir

Salah satu permasalahan yang terjadi pada siswa adalah prestasi belajar matematika yang masih rendah. Prestasi belajar dipengaruhi oleh pembelajaran yang dilaksanakan. Prestasi belajar menunjukkan penguasaan materi pembelajaran. Oleh karena itu, diperlukan suatu pengembangan dalam pembelajaran, salah satunya adalah pembelajaran saintifik. Beberapa tipe pembelajaran kooperatif antara lain pembelajaran kooperatif STAD dan Jigsaw. Pembelajaran saintifik menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran saintifik adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif menekankan kerja sama kelompok daripada perorangan. Berdasarkan teori dan penelitian yang relevan yang telah dikemukakan, peneliti mengasumsikan bahwa pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan Jigsaw dapat diterapkan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

(52)

37

Efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa Prestasi belajar matematika siswa rendah

Pembelajaran matematika saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw Efektif ditinjau dari prestasi

belajar matematika siswa

Pembelajaran saintifik dengan setting STAD lebih efektif dari pembelajaran saintifik dengan setting Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar

matematika siswa

(53)

38

Gambar 2. 1. Kerangka Berpikir D. Hipotesis

Hipotesis penelitian yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII.

2. Pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw efektif ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa SMP kelas VII.

(54)

39 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment). Penelitian eksperimen semu dilakukan untuk mengetahui pengaruh suatu perlakuan terhadap karakteristik subjek yang diteliti. Pada penelitian eksperimen semu tidak memungkinkan untuk mengontrol semua variabel yang relevan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan pembelajaran saintifik dibandingkan dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw ditinjau dari prestasi belajar matematika siswa.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian eksperimen ini adalah the nonequivalent pretest-posttest group design. Berdasarkan desain tersebut, langkah pertama yang harus dilakukan

(55)

40

Tabel 3. 1 Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest

E1 XE1 X1 YE1

E2 XE2 X2 YE2

Keterangan:

E1 = Kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD

E2 = Kelompok yang diberi perlakuan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw

XE1 = Pretest kelompok eksperimen 1 XE2`= Pretest kelompok eksperimen 1 YE1 = Posttest kelompok eksperimen 2 YE2 = Posttest kelompok eksperimen 2

X1 = Proses pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD

X2 = Proses pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw

C. Tempat dan Waktu Penelitian

(56)

41 D. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII di SMP Negeri 3 Mlati tahun ajaran 2016/2017 yang terdiri dari 4 kelas, yaitu kelas VII A, VII B, VII C, dan VII D. Jumlah siswa secara keseluruhan adalah 131 siswa.

2. Sampel Penelitian

Pengambilan sampel dilakukan secara acak yaitu dengan mengambil sampel berupa kelas-kelas. Hal ini dilakukan karena pengambilan sampel di sekolah hanya bisa dilakukan dengan memilih kelas-kelas yang kemudian dijadikan kelompok eksperimen. Berdasarkan teknik tersebut, sampel dipilih secara acak yaitu 2 dari 4 kelas. Sampel yang terpilih yaitu kelas VII A dan VII B dengan jumlah siswa masing-masing 32 dan 30 siswa. Kemudian dilakukan pengacakan lagi untuk menentukan perlakuan yang akan diberikan kepada masing-masing kelas. Sehingga diperoleh kelas VII A sebagai kelompok eksperimen 1 yang mendapat perlakuan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan kelas VII B sebagai kelompok eksperimen 2 yang mendapat perlakuan pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw.

E. Variabel Penelitian

(57)

42 1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen 1 yaitu model pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif STAD dan perlakuan yang diberikan pada kelompok eksperimen 2 yaitu model pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat pada penelitian ini adalah prestasi belajar matematika siswa. Prestasi belajar merupakan karakteristik subjek yang diukur melalui data pretest dan posttest.

3. Variabel Kontrol

Variabel kontrol pada penelitian ini adalah guru, alokasi waktu, dan materi pokok yang diajarkan. Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai guru pada kedua kelompok eksperimen. Waktu pembelajaran untuk setiap kelompok eksperimen adalah sama. Materi pokok yang diajarkan pada kedua kelompok juga sama dan berfokus pada materi garis dan sudut.

F. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini memberi batasan definisi operasional sebagai berikut:

(58)

43

kemajuan individual, dan rekognisi tim. Dalam pembelajaran tersebut terdapat kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.

2. Pembelajaran saintifik dengan setting pembelajaran kooperatif Jigsaw adalah pembelajaran yang menekankan pada keterlibatan siswa secara aktif untuk menemukan pengetahuan melalui diskusi kelompok berdasarkan langkah-langkah Jigsaw. Langkah-langkah-langkah Jigsaw yaitu pebagian kelompok asal, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, dan kuis. Dalam pembelajaran tersebut terdapat kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasika.

3. Prestasi belajar matematika siswa adalah pencapaian siswa dalam penguasaan materi pembelajaran matematika yang ditunjukkan oleh nilai posttest.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu melalui tes dan observasi.

1. Tes

(59)

44 2. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengetahui proses pembelajaran yang dilaksanakan dan kesesuainnya terhadap pembelajaran yang telah direncanakan. Observasi merupakan metode pengumpulan data melalui pengamatan dan pencatatan perilaku subjek penelitian yang dilakukan secara sistematik. Alat yang digunakan untuk mengobservasi dapat berupa lembar pengamatan atau check list (Mulyatiningsih, 2012: 26). Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu observasi keterlaksanaan pembelajaran.

H. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen tes dan instrumen non tes.

1. Instrumen Tes

Instrumen tes berupa pretest dan posttest yang digunakan untuk mengetahui prestasi belajar matematika siswa. Pretest dilaksanakan pada kelompok sebelum diberikan perlakuan. Posttest dilaksanakan pada kelompok setelah diberikan perlakuan. Instrumen tes berbentuk 10 soal uraian. Ketercapaian prestasi belajar melalui instrumen tes dapat dilihat dari skor pada interval 0-100. Skor ketuntasan untuk prestasi belajar siswa berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 75.

2. Instrumen Non Tes

(60)

45

berbentuk checklist. Pengisisan lembar observasi dilakukan oleh seorang observer

pada setiap pembelajaran yaitu dengan memberikan checklist pada kolom “Ya”

jika aspek yang diamati terlaksana atau pada kolom “Tidak” jika aspek yang

diamati tidak terlaksana.

I. Analisis Instrumen

Analisis instrumen dalam penelitian ini terdiri dari validitas instrumen dan reliabilitas instrumen. Hal ini dilakukan agar instrumen yang akan digunakan menjadi alat ukur yang valid dan reliabel.

1. Validitas Instrumen

Validitas instrumen yang digunakan adalah validitas isi. Pembuktian validitas isi diperoleh dengan kesepakatan para ahli (expert judgements), yaitu orang yang memiliki kepakaran di bidang yang sesuai dengan instrumen untuk penelitian. Ahli yang dimaksud dalam penelitian ini adalah dosen Jurusan Pendidikan Matematika. Para ahli berperan untuk memberikan penilaian dan masukan terhadap instrumen untuk kemudian diperbaiki. Dari penilaian tersebut akan diperoleh kesimpulan instrumen tersebut layak digunakan tanpa revisi, layak digunakan dengan revisi, atau tidak layak digunakan. Pada penelitian ini hasil validitas instrumen menunjukkan instrumen layak digunakan dengan revisi. Validitas instrumen selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 5.1.

2. Reliabilitas Instrumen

(61)

46

Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

[ ] [ ∑ ]

Interpretasi dari perhitungan koefisien reliabilitas dapat dilihat pada tabel 3 berikut.

Tabel 3. Kriteria Koefisien Reliabilitas Koefisien Reliabilitas Kriteria

Sangat tinggi

Tinggi

Cukup

Rendah

Sangat rendah

(Arikunto dalam Sunarti & Rahmawati (2013: 99)) Reliabilitas instrumen dapat dihitung dengan bantuan software SPSS 21 menggunakan reliability analysis. Berdasarkan perhitungan tersebut, diperoleh nilai untuk soal pretest sebesar 0,409 yang masuk kategori cukup dan nilai untuk soal posttest sebesar 0,707 yang masuk kategori tinggi. Hasil perhitungan dengan SPSS selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3.6 dan lampiran 3.7.

J. Teknik Analisis Data

(62)

47 1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif bertujuan untuk mendeskripsikan data yang diperoleh agar memperoleh informasi yang berguna dalam penelitian. Data tersebut berupa data prestasi belajar matematika siswa dan data observasi keterlaksanaan pembelajaran.

Data prestasi belajar matematika siswa berupa data pretest dan posttest. Teknik statistik yang digunakan yaitu rata-rata (mean), ragam (variansi), dan simpangan baku (standar deviasi) dengan rincian sebagai berikut.

a. Rata-rata (mean)

Rumus untuk menghitung rata-rata adalah sebagai berikut:

̅ ∑

Keterangan:

̅ = rata-rata (mean) = banyaknya sampel

= skor data ke-i b. Ragam (variansi)

Rumus untuk menghitung ragam adalah sebagai berikut:

∑ ̅

Keterangan:

(63)

48 = skor data ke-i

̅ = rata-rata (mean)

c. Simpangan baku (standar deviasi)

Rumus untuk menghitung simpangan baku adalah sebagai berikut:

√ √∑ ̅

Keterangan:

s = simpangan baku (standar deviasi)

= ragam (variansi) = banyaknya sampel

= skor data ke-i

̅ = rata-rata (mean)

Data observasi keterlaksanaan pembelajaran dideskripsikan dengan menginterpretasi penilaian lembar observasi yaitu skor “1” jika aspek yang diamati terlaksana dan skor “0” jika aspek yang diamati tidak terlaksana. Persentase skor lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dapat dihitung dengan membandingkan jumlah skor pencapaian per indikator dengan jumlah skor maksimal per indikator.

2. Uji Asumsi atau Uji Prasyarat Analisis

(64)

49 a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah data masing-masing kelompok eksperimen berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kolmogorov-Smirnov. 1) Hipotesis

: data berasal dari populasi yang berdistribusi normal : data tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal 2) Statistik Uji

: distribusi frekuensi kumulatif

: frekuensi kumulatif ke-i

∑ : jumlah frekuensi : data ke-i

̅ : rata-rata

: simpangan baku 3) Taraf Signififikansi = 0,05 4) Kriteria Keputusan

(65)

50

software SPSS 21. Kriteria keputusannya yaitu diterima jika nilai signifikansi lebih dari 0,05.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan utuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok eksperimen. Uji homogenitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Levene’s.

1) Hipotesis

(kedua data homogen)

(kedua data tidak homogen) 2) Taraf Signifikansi = 0,05

3) Statistik Uji

4) Kriteria Keputusan

Kriteria keputusan yang diambil yaitu diterima jika . Uji homogenitas dengan Levene’s ini dapat dilakukan dengan bantuan software SPSS 21. Krietria keputusannya yaitu diterima jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. 3. Uji Hipotesis

(66)

51

Hipotesis yang dirumuskan adalah sebagai berikut:

(tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2)

(terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen 1 dan kelompok eksperimen 2)

Kriteria keputusan yang diambil yaitu diterima jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Jika hasil uji beda rata-rata nilai pretest menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen 1 dan 2, maka data yang digunakan untuk uji hipotesis cukup dengan data posttest. Jika hasil uji beda rata-rata nilai pretest menunjukkan terdapat perbedaan rata-rata antara kelompok eksperimen 1 dan 2, maka pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan skor gain yaitu menggunakan selisih nilai posttest dan pretest. Rumus untuk skor gain adalah sebagai berikut:

Kriteria skor gain berdasarkan analisis terhadap skor gain menurut Lestari dan Yudhanegara (2015: 235) dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. 2 Kriteria Skor Gain Rata-rata skor gain Kriteria

Tinggi

Sedang

Gambar

Tabel 2. 1 Langkah-langkah  Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2. 2 Pengelompokan Siswa dalam Pembelajaran Kooperatif
Tabel 2. 4 Penentuan Skor Kemajuan Siswa
Tabel 2. 5 Contoh  Pembagian Kelompok Jigsaw
+7

Referensi

Dokumen terkait

(3) Efek interaksi antara metode pembelajaran dan keaktifan siswa terhadap prestasi belajar matematika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimentasi. Teknik

tertinggi justru terjadi pada siswa yang dibelajarkan dengan gaya belajar auditorial dan motivasi berprestasi tinggi tipe STAD (rerata prestasi 82,12). Hasil penelitian

Karya ilmiah ini membahas tentang perbandingan model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw dan student teams achievement divisions (STAD) terhadap hasil belajar matematika

CPS dengan pendekatan saintifik lebih baik daripada prestasi belajar siswa yang dikenai. model pembelajaran TAPPS dan STAD dengan pendekatan saintifik, prestasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui; (1) manakah yang lebih baik prestasi belajar matematika siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD atau

Siswa yang memiliki motivasi berprestasi tinggi, sedang maupun rendah, prestasi belajar siswa yang diajar dengan model TPS lebih baik dibandingkan prestasi belajar

Oleh karena itu, berdasarkan Tabel 5 dapat disimpulkan bahwa pada STAD- saintifik, prestasi belajar matematika siswa kemandirian belajar tinggi sama dengan siswa kemandirian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah prestasi belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe (STAD) lebih baik dalam pembelajaran matematika jika