• Tidak ada hasil yang ditemukan

TRADISI PERAYAAN MENDOAKAN SAPI/ KERBAU (AKAND PATH GHAIA/ MENYA) PADA ETNIS PUNJABI DI GURDWARA TEGH BAHADUR MEDAN POLONIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TRADISI PERAYAAN MENDOAKAN SAPI/ KERBAU (AKAND PATH GHAIA/ MENYA) PADA ETNIS PUNJABI DI GURDWARA TEGH BAHADUR MEDAN POLONIA."

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TRADISI PERAYAAN MENDOAKAN SAPI/ KERBAU

(AKANDH PATH GHAIA/MENYA) PADA ETNIS

PUNJABI DI KECAMATAN MEDAN POLONIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat

Memeroleh Gelar Sarjana Pendidikan

OLEH :

AYU FEBRYANI

309122009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)

i

ABSTRAK

Ayu Febryani, NIM. 309122009. Tahun 2013. Judul Skripsi: Tradisi Perayaan Mendoakan Sapi/ Kerbau (Akand Path Ghaia/ Menya) pada Etnis Punjabi di Gurdwara Tegh Bahadur Medan Polonia. Skripsi ini terdiri dari 5 bab dan 132 halaman, 1 daftar tabel, dan 3 daftar gambar.

Kota Medan dengan heterogenitasnya telah memunculkan ragam kebudayaan pada masing-masing suku bangsa di wilayahnya. Salah satunya ialah etnis Punjabi khususnya para peternak sapi/ kerbau yang secara kontinu melaksanakan tradisi perayaan mendoakan sapi/ kerbau (akand path ghaia/ menya). Melalui skripsi ini, penulis bertujuan menganalisis tradisi perayaan akand path ghaia/ menya di

Gurdwara Tegh Bahadur, Kec.Medan Polonia. Perayaan Akand path ghaia/menya

dilaksanakan dengan membaca kitab Guru Granth Sahib selama ±48 jam.

Jenis penelitian yang penulis lakukan adalah dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi. Adapun dalam proses penelitian lapangan semua teknik pengumpulan data telah dilakukan. Penelitian ini berfokus pada pendapat subjek penelitian (emik) tetapi juga diimbangi dengan interpretasi penulis (etik) dan dialog dengan buku.

Berdasarkan metode tersebut diperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (a) Tradisi ini sudah berlangsung sejak bermigrasinya etnis Punjabi di Sumatera Utara, khususnya Kota Medan. Berdasarkan hasil penelitian, para narasumber memaparkan bahwa sejak tahun 1940-an etnis ini melaksanakan tradisi tersebut dari rumah ke rumah. Dan sejak 1980-an sudah ditetapkan pelaksanaannya di rumah ibadah (gurdwara). Hal ini dikarenakan lebih efektif dan efisien menjalankan ibadah apalagi dengan rangkaian pembacaan kitab Guru Granth Sahib Ji yang dianggap suci dan sakral. (b) Secara umum tujuan dilaksanakannya tradisi ini sebagai wujud syukur kepada Tuhan atas berkah yang telah diberikan kepada para peternak sapi Punjabi. Selain itu sebagai cara mendekatkan diri kepada Tuhan dan menjaga persaudaraan Umat Sikh (c) Kegiatan ini diawali dengan kegiatan melakukan ibadah pagi asa di var kemudian melakukan kirtan sebelum dibacanya Guru Granth Sahib, hukam nama awal, ardas pertama, pembagian karah parshad pertama, pembacaan keseluruhan kitab dengan suara keras, pembacaan ardas pertengahan, pembacaan salok mahla 9, menyanyikan

kirtan setelah pembacaan kitab, melakukan ardas akhir, hukam nama akhir, dan

(5)

ii

KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

memberikan banyak keberkatan, nikmat kesehatan, dan petunjuk yang tidak

terhingga. Shalawat berangkaikan salam juga tidak pernah lupa penulis hadiahkan

kepada junjungan Nabi besar Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabat, semoga kelak mendapatkan safaat beliau. Amiin.

Atas izin Allah SWT penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Tradisi Perayaan Mendoakan Sapi/Kerbau (Akand Path Ghaia/ Menya) pada

Etnis Punjabi di Gurdwara Tegh Bahadur Medan Polonia. Tulisan ini merupakan

salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang tulus atas

perhatian dan peran serta kepada:

- Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri

Medan.

- Bapak Dr. H. Restu, MS selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan segenap

fungsionaris Fakultas Ilmu Sosial-Universitas Negeri Medan.

- Ibu Dra.Puspitawati, M.Si selaku ketua Program Studi Pendidikan Antropologi

dan dosen pembimbing skripsi yang telah membantu penulis dari awal sampai

akhir penulisan ini. Beliau senantiasa meluangkan waktu kapan saja untuk

penulis meminta bimbingan dan arahan, juga telah bersedia membantu,

(6)

iii - Ibu Dra. Nurjannah, M.Pd selaku dosen pembimbing akademik dan penguji I

yang senantiasa memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis untuk

bersemangat menyelesaikan tulisan ini.

- Bapak Payerli Pasaribu, M.Si selaku penguji II yang telah memberi arahan

kepada penulis dan telah mengajarkan penulis tentang sikap keprofesionalan.

- Ibu Sulian Ekomila, S.Sos, M.Sp selaku penguji III yang selalu mendoakan,

memberi masukan dan semangat kepada penulis untuk mampu menyelesaikan

skripsi ini dengan baik dan benar.

- Seluruh dosen-dosen yang selalu memberi nasehat, petunjuk, ilmu

pengetahuan, dan dukungan yang luar biasa kepada penulis, terkhusus kepada

Ibu Rosramadhana, M.Si dan ibu Noviy Hasanah, M.Hum yang senantiasa

menyemangati dan mendoakan penulis selama ini dan Mas Agung Suharyanto,

M.Si yang telah memberikan bantuan, petunjuk, teori, praktek, dan terlebih lagi

terima kasih atas perkuliahan mata kuliah multikulturalisme yang telah

membuat peneliti tertarik mendalami etnis Punjabi penganut agama Sikh ini.

- Bapak Hardial Singh selaku pengurus Yayasan Missi Gurdwara Medan yang

telah membantu memberikan informasi dan telah mengizinkan penelitian.

- Giani Daliph Singh, Giani Karnaill Singh, Pak Jaswant Singh, Bapak Pritipal

Singh, Ibu Rakwan Khaor yang dengan senang hati, ramah, dan sabar telah

bersedia memberikan informasi baik lisan maupun tulisan yang sangat berguna

bagi penulisan skripsi penulis. Bang Sukwinder dan Bang Dawinder selaku

pengurus yayasan yang telah memudahkan penulis dalam melakukan

(7)

iv - dr.Simrent Jit Singh yang sejak 2010 telah membuat penulis semakin tertarik

meneliti keunikan kebudayaan etnis Punjabi, bersedia meluangkan banyak

waktu dan tenaga, meminjamkan buku-buku berharganya kepada penulis, dan

telah bersedia menjadi translator selama penulis melakukan pendekatan dan

penelitian terhadap etnis Punjabi. Dan seluruh narasumber yang tidak dapat

disebutkan satu per satu, terima kasih atas keramahan dan kesediaan

memberikan informasi dan pandangan terkait penelitian penulis.

- Bapakku Sutrisno dan Ibuku Siti Ramlah, terima kasih yang tak terhingga atas

ridho bapak dan bunda kepada ananda sehingga ananda dapat mencapai gelar

sarjana. Tanpa ridho, doa, dan motivasi dari orang tuaku, ananda tidak

mungkin sampai mencapai titik ini. semoga doa bapak dan bunda tetap

mengantarkan ananda ke jalan kesuksesan dunia akhirat, dan dapat memberi

kebahagiaan dalam keluarga kita. Semoga Allah senantiasa menjaga dan

melindungi orangtuaku tercinta. Amiin.

- Untuk adikku Dian Mitri Pramudara, Rizki Deka Frastya, Ade Pratiwi, dan

Egie Nugraha yang selalu memberi senyum semangat dan membantu penulis

menyelesaikan tulisan ini. kalian adek – adek kakak yang luar biasa. Semoga

kesuksesan selalu bersama kita. Amiin.

- Abangda Dedi Andriansyah, S.Pd yang senantiasa menemani, memberi

dukungan, mendoakan, dan sering memberi solusi atas masalah – masalah yang

terjadi dalam proses penyelesaian tulisan ini. terima kasih banyak telah

menjadi abang sekaligus kekasih yang mendukung setiap keputusan penulis.

(8)

v - Teman dekatku, Meirisyah Eldinah dan Desy Suhartani yang telah menemani,

memberi semangat, membantu peneliti dari semester satu sampai dengan

proses penyelesaian skripsi ini dan insya Allah pertemanan ini tetap berlanjut

seterusnya. semoga kalian dapat segera menyusul. Juga kepada Yudha Gusti

Dermawan yang telah susah payah membantu penulis mengambil surat-surat

terkait penelitian walau dalam keadaan hujan, kepada Nurul Kumala Sari

Saragih, Lamhot Turnip, Sriyani, dan kawan-kawan 2009 seperjuangan yang

telah membantu peneliti. Semoga kita sama-sama bisa membesarkan nama

Pendidikan Antropologi di luar sana. Amiin.

- Adinda Anisa Rodia Harahap dan Sonya Indri Sebayang yang telah memberi

dukungan moril kepada penulis, juga untuk seluruh kakak dan abang stambuk

2008, adik-adik stambuk 2010, 2011, dan 2012, penulis ucapkan terima kasih.

Kiranya semoga Tuhan yang Maha Kuasa senantiasa membalas segala

kebaikan yang telah diberikan. Dan semoga segala kerja keras dalam penyelesaian

skripsi ini kelak dapat memberikan hasil yang bermanfaat bagi seluruh pihak.

Penulis menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini

oleh karenanya segala kritik dan saran yang membangun, akan penulis terima

sebagai perbaikan yang positif. Semoga Allah SWT meridhoi tulisan ini sehingga

dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Amin ya Rabbal’alamin.

Medan, 30 Juli 2013 Penulis

Ayu Febryani

(9)

vi

DAFTAR ISI

ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...ii

DAFTAR ISI ...vi

DAFTAR TABEL ...xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ...1

1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Identifikasi Masalah ...5

1.3. Perumusan Masalah ...6

1.4. Tujuan Penelitian ...7

1.5. Manfaat Penelitian ...8

BAB II. KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI ...9

2.1. Tinjauan Pustaka ...9

2.2 Kerangka Teori ...11

2.2.1. Kebudayaan ...11

2.2.2. Agama dan Prilaku Keagamaan ...15

2.2.3. Simbol dan Nilai ...17

2.3. Kerangka Konseptual ...20

2.3.1. Tradisi ...20

2.3.2. Makna Sapi Perah bagi Suku Punjabi Penganut Agama Sikh ....21

2.3.3. Kepercayaan etnis Punjabi pada Waheguru ...22

(10)

vii

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ...26

3.1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...26

3.2. Setting Penelitian ...27

3.2.1. Tempat Penelitian ...27

3.2.2. Waktu Penelitian ...28

3. 3. Objek dan Subjek Penelitian ...28

3.3.1. Objek Penelitian ...28

3.3.2. Subjek Penelitian ...29

3.4. Teknik Pengumpulan Data ...30

a. Observasi Partisipasi (Participant Observation) ...30

b. Wawancara Mendalam (indepth interview) ...31

c. Dokumentasi ...31

3.5. Teknik Analisis Data ...32

3.6 Penarikan Kesimpulan ...34

BAB IV. HASIL PENELITIAN ...35

4.1 Gambaran Umum Yayasan Missi Gurdwara Medan (Shree Guru Tegh Bahadur), Kecamatan Medan Polonia ...35

4.1.1. Riwayat Singkat Guru Tegh Bahadur ...38

4.1.2. Sejarah Berdirinya Yayasan Missi Gurdwara Medan dan Gurdwara Shree Guru Tegh Bahadur ...38

4.1.3. Letak Wilayah dan Komponen Bangunan Gurdwara ...41

4.1.4. Struktur Yayasan Missi Gurdwara Medan ...46

4.2 Etnis Punjabi Penganut Agama Sikh ...48

(11)

viii

4.2.1. Sejarah Awal Pelaksanaan Tradisi Perayaan Mendoakan Sapi/

Kerbau (Akandh Path Ghaia/Menya) ...52

4.2.1.1. Alasan Migrasi Etnis Punjabi ke Sumatera Utara ... 53

4.2.1.2. Faktor – Faktor yang melatarbelakangi pelaksanaan Akhand Path Ghaia/ Menya...59

4.2.2. Tujuan Pelaksanaan Akand Path Ghaia/Menya ...64

4.2.3. Proses Pelaksanaan Akand Path Ghaia/Menya ...67

1. Asa Di Var ...71

2. Kirtan sebelum Pembacaan Keseluruhan Guru Granth Sahib ..73

3. Ardas sebelum Pembacaan Keseluruhan Guru Granth Sahib ....75

4. Hukam Nama sebelum Pembacaan Guru Granth Sahib ...81

5. Pembagian Karah Parshad Diawal Pembacaan ...82

6. Pembacaan Kitab Guru Granth Sahib Non-Stop ...86

1. Japji Sahib ...89

2. Rehras Sahib ...91

3. Kirtan Sohila ...92

4. Baran Maah ...93

5. Sukmani Sahib ...93

6. Asa Di Var ...94

7. Lanvan ... 95

8. Anand Sahib ... 96

7. Pembacaan Ardas dan Pembuatan Karah Parshad Pertengahan ... 97

(12)

ix

9. Kirtan setelah pembacaan Kitab Guru Granth Sahib ... 100

10. Pembacaan Ardas Ketiga setelah pembacaan Kitab ... 102

11. Pembacaan Hukam Nama dan Pembagian Karah Parshad Setelah Penyelesaian Pembacaan Kitab Guru Granth Sahib..103

12. Makan Bersama di Langgar ... 104

4.2.4. Pihak – Pihak yang Terlibat dalam Pelaksanaan Akand Path Ghaia/Menya ... 105

1. Para Pathee/Giani ... 106

2. Pihak Penyelenggara (Peternak sapi/ kerbau) ... 107

3. Pihak Pengurus Gurdwara ... 108

4. Para Pengurus Dapur dan sevadar ... 109

4.2.5. Simbol dan Makna yang Terdapat pada Pelaksanaan Akand Path Ghaia/Menya ... 109

1. Makna Pembacaan kitab, karah parshad, dan makanan yang Tidak Boleh Berhenti ... 109

2. Makna Karah Parshad ... 110

3. Makna Chaur Sahib ... 112

4. Makna Bunga, Wangi-Wangian, dan Lampu yang menyala pada Takhta Guru ... 113

5. Makna Proses Memasak Karah Parshad dan Pemotongannya dengan Menggunakan Kirpan ... 113

6. Makna Panj Kakars bagi etnis Punjabi ... 114

(13)

x

8. Pemisahan Duduk Laki-Laki dan Perempuan di Darbar ... 116

4.2.6. Pandangan Peternak Sapi/Kerbau, Pendeta (Giani), Akademisi, Dan Pengusaha ... 117

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1. Kesimpulan ... 121

5.2. Saran ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(14)

xi

DAFTAR TABEL

(15)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir ...25

Gambar 2. Denah Lokasi Yayasan Missi Gurdwara Medan (Shree Guru Tegh

Bahadur ...46

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing.

Tujuh unsur kebudayaan universal juga terlestari di dalam kegiatan suatu

suku bangsa. Unsur – unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah

budaya yang dinilai atau dianggap baik dan benar oleh masyarakat pemilik

kebudayaan. Setiap suku bangsa juga menginginkan sedapat mungkin

unsure-unsur kebudayaannya tetap ada. Berbagai bentuk-bentuk praktik budayapun

dilaksanakan demi menjaga kelestarian empunya kebudayaan.

Praktik-praktik kebudayaan yang berkembang senantiasa dilekatkan pada

istilah tradisi. Tradisi yang dimaksud ialah sebagai adat kebiasaan

turun-temurun yang masih dijalankan oleh sekelompok masyarakat. Masyarakat

menjalani tradisi untuk mencapai suatu keadaan yang dianggap baik oleh

pemilik kebudayaan. Bahkan pengharapan terciptanya kehidupan yang baik di

dunia sering dipadukan dalam nuansa religius pada tradisi-tradisi suku

bangsa tersebut.

Praktik kebudayaan ini menyatukan antara kepercayaan-kepercayaan

kepada Tuhan dan nilai hidup yang dianut dalam budaya suku bangsa.

Layaknya dua mata logam yang tak dapat dipisahkan, agama dan budaya

menjadi tameng untuk diyakini masyarakat tertentu terkait akan terlaksananya

(17)

2 Bakker (1984:150) sepaham bahwa agama sebagai sistem objektif terkandung

unsur – unsur kebudayaan didalamnya.

Orientasi nilai budaya yang masih konvensional di tengah arus

modernisasi dan globalisasi nyatanya tak mempengaruhi keeksistensian

budaya pada beberapa suku bangsa. Tradisi – tradisi dibuat agar sedapat

mungkin seluruh keturunan suku bangsa dapat melanjutkannya, menurunkan

dari satu generasi ke generasi lainnya dengan tetap melaksanakan

proses-prosesnya sesuai adat dalam suku tersebut.

Negara Indonesia dihuni oleh berbagai ragam suku bangsa. Berdasarkan

data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010, jumlah suku bangsa yang

terdapat di Indonesia sebesar 1128 suku bangsa1. Salah satu bagian dari

penghuni tersebut ialah Etnis Punjabi. Etnis ini berasal dari daerah Amritsar

dan Jullundur di kawasan Punjab-India Utara. Di Sumatera Utara etnis

Punjabi sudah menyebar pada abad ke-19 yakni di wilayah kota Medan,

Binjai, dan Pematang Siantar.

Pada umumnya mayoritas etnis Punjabi beragama Sikh. Sikh atau yang

dikenal sebagai agama dengan sepuluh guru ialah sebuah agama yang digagas

oleh Guru Nanak Sahib Ji pada akhir abad ke-15.2

Secara konkret, salah satu bentuk bertahannya unsur-unsur kebudayaan

dari etnis ini dapat diketahui melalui kebudayaan etnis Punjabi penganut

agama Sikh. Suku bangsa ini melaksanakan tradisi perayaan mendoakan

1

Data Badan Pusat Statistik. 2010 http://www.jpnn.com/index.php?mib=berita.detail&id=57455.

2

(18)

3 ternak sapi/ kerbau (akandh path ghaia/ menya)3 di sebuah rumah ibadah

(gurdwara). Akand path dibacakan oleh lima orang pathee4 selama 48 jam

tanpa berhenti. Kegiatan ini diawali dengan (1) kegiatan melakukan ibadah

pagi asa di var kemudian (2) melakukan kirtan sebelum dibacanya Guru

Granth Sahib, (3) melaksanakan doa atau ardas5 pertama, atau sebelumnya

dapat melakukan hukam nama awal, (4) pembagian karah parshad pertama,

(5) pembacaan keseluruhan kitab dengan suara keras, (6) pembacaan ardas

pertengahan, (7) pembacaan salok mahla 9, (8) menyanyikan kirtan6 setelah

pembacaan kitab, (9) melakukan ardas akhir atau melakukan hukam nama7

akhir, (10) para sanggat (umat) menerima karah parshad8 dan secara bersama

–sama mengucapkan kalimat, “Waheguru ji ka Khalsa, Waheguru ji ki Fateh

(Seruan kepada Khalsa Tuhan yang amat hebat, kejayaan kepada Tuhan yang

amat hebat)”, dan (11) makan bersama di langgar (dapur umum).

Walaupun dengan terkikisnya satu demi satu usaha susu sapi ini - dengan

berlakunya Peraturan Walikota (Perwal) Medan No. 22 Tahun 2009 tentang

larangan memelihara hewan berkaki empat dikawasan pemukiman

masyarakat di wilayah Kota Medan9 - tetapi tidak mengubah keeksistensian

3

Pembacaan Guru Granth Sahib (kitab suci umat Sikh) dari awal sampai akhir selama ±48 jam dalam rangka mendoakan ternak sapi atau kerbau

4

Pembaca Kitab Suci Sri Guru Granth Sahib Ji dalam tradisi akand path

5

Doa yang umum bagi umat Sikh dan dibaca di awal ataupun di akhir sebuah acara sembahyang 6

Kirtan adalah kegiatan menyanyikan lagu – lagu kesucian yang diiringi oleh alat musik chimtee (sejenis alat musik yang digesek), vajaa (harmonika India), dan jorri (gendang India atau tabla)

7

Membuka Guru Granth Sahib secara acak. Baris pertama dari kalimat shabad di halaman kiri membentuk hukam nama. Hukam nama adalah sebuah metode untuk mendapatkan bimbingan dan petunjuk dari Guru Granth Sahib.

8

Suatu sajian manis yang dibagikan pada sanggat (umat) dalam suatu acara ibadah. Karah parshad disucikan dengan kirpan (pedang Sikh) setelah hukam nama.

9

(19)

4 pelaksanaan tradisi ini. Sapi dianggap bagi etnis Punjabi sebagai sesuatu yang

berharga dan susu sapi dianggap sebagai hal yang penting ada dalam berbagai

rutinitas hidup etnis ini. Secara ringkas, susu sapi telah memberi kehidupan

pada banyak etnis Punjabi, termasuk juga kepada para pembawa agama ini

(sepuluh guru Sikh). Penggunaannyapun selain dijual, dikonsumsi, juga

digunakan sebagai alat upacara.

Melalui tradisi perayaan mendoakan ternak sapi ini, para peternak sapi

perah Punjabi berharap agar Tuhan tetap memberikan kemudahan dan

kelancaran dalam usaha mereka dan senantiasa diberi keselamatan dan

kesehatan kepada ternak sapi/ kerbau yang dipelihara. Oleh karena itu,

pengkajian terhadap pandangan peternak sapi perah etnis Punjabi terkait

urgensi dan tujuan pelaksanaan tradisi ini dianggap penting.

Penulis menemukan data lapangan bahwa pada pelaksanaan tradisi ini,

tidak ada perlakuan fisik terhadap sapi, sekalipun secara simbolis. Praktik –

praktik simbolis lebih banyak digunakan pada proses perayaan di gurdwara10.

Tradisi ini berlangsung selama tiga hari dua malam dengan kegiatan inti

membaca kitab Guru Granth Sahib Ji mulai lembar pertama sampai akhir

lembar ke-1430. Pada akhir penelitian simbol tersebut terikat atau

berhubungan antara makanan yang dimasak di langgar, karah parshad, dan

pembaca kitab yang tidak boleh habis dan berhenti.

Adanya tradisi ini membuktikan bahwa walaupun suku Punjabi

merupakan pendatang di Indonesia, khususnya Kota Medan tetapi tradisi asli

10

(20)

5 dari India Utara ini tetap terlaksana. Para Gounvalle (peternak sapi)

melaksanakan tradisi ini setiap tahun di rumah ibadah (gurdwara). Namun

demikian, melihat kondisi Sumatera Utara yang tentunya berbeda dengan

Punjab, maka dalam penelitian ini juga digali perubahan/ pergeseran yang

terjadi pada awal tradisi ini dibentuk sampai saat ini.

Namun, lambat laun seiring perubahan waktu dan jauhnya tempat

pelaksanaan yang dituju, serta tidak dapat dijaminnya kebersihan dan

kesucian tempat, maka terjadi perubahan tempat pelaksanaan tradisi.

Berbagai pandangan diteliti baik untuk mengetahui urgensi, maksud dan

tujuan, pihak yang terlibat, maupun manfaat melaksanakan tradisi mendoakan

ternak sapi/kerbau.

Berdasarkan hal - hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti

lebih lanjut agar mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam mengenai

Tradisi Perayaan Mendoakan Ternak Sapi/ Kerbau (Akandh Path

Ghaia/Menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan Medan Polonia.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan ketertarikan peneliti, maka beberapa hal yang ingin diketahui

dalam penelitian ini yakni:

1. Sejarah awal pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau pada Etnis Punjabi di Kecamatan Medan Polonia, tepatnya

(21)

6 2. Tujuan dilaksanakannya tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau pada Etnis Punjabi.

3. Urgensi dan manfaat dilaksanakannya tradisi perayaan mendoakan

ternak sapi/kerbau pada Etnis Punjabi.

4. Pihak – pihak yang terlibat dalam tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau dan ikatan kekerabatan diantaranya.

5. Proses pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak sapi/kerbau

pada etnis Punjabi di Kecamatan Medan Polonia.

6. Pandangan peternak sapi (gounvalle) tentang tradisi tradisi perayaan

mendoakan ternak sapi/kerbau.

7. Simbol – simbol/ benda – benda yang terdapat tradisi perayaan

mendoakan ternak sapi/kerbau

1.3. Perumusan Masalah

Rumusan masalah yang diteliti dalam penelitian ini ialah:

1. Bagaimana sejarah awal pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan

Medan Polonia?

2. Apa tujuan dilaksanakannya tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan

(22)

7 3. Bagaimana proses pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan

Medan Polonia?

4. Siapa yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan

Medan Polonia?

5. Apa makna simbolik yang terdapat pada pelaksanaan tradisi perayaan

mendoakan ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis

Punjabi di Kecamatan Medan Polonia?

6. Bagaimana pandangan peternak sapi/kerbau (gounvalle), pendeta (giani ji)

dan akademisi tentang urgensi pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan

ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di

Kecamatan Medan Polonia?

1.4. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui sejarah awal pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan

ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di

Kecamatan Medan Polonia.

2. Untuk mengetahui tujuan dilaksanakannya tradisi perayaan mendoakan

ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di

Kecamatan Medan Polonia.

3. Untuk mengetahui proses pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan ternak

sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di Kecamatan

(23)

8 4. Untuk mengetahui pihak – pihak yang terlibat dalam pelaksanaan tradisi

perayaan mendoakan ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada

Etnis Punjabi di Kecamatan Medan Polonia.

5. Untuk mengetahui makna simbolik yang terdapat pelaksanaan tradisi

perayaan mendoakan ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada

Etnis Punjabi di Kecamatan Medan Polonia.

6. Untuk mengetahui pandangan peternak sapi perah (gounvalle), pendeta

(giani ji), dan akademisi tentang pelaksanaan tradisi perayaan mendoakan

ternak sapi/kerbau (akandh path ghaia/menya) pada Etnis Punjabi di

Kecamatan Medan Polonia.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dalam penelitian ini ialah:

1. Memberikan informasi lebih dalam dan ilmiah terkait akand path

ghaia/menya di Gurdwara Tegh Bahadur Kecamatan Medan Polonia.

2. Sebagai salah satu referensi ilmiah mengenai keberagaman bentuk praktik

budaya yang terdapat di Sumatera Utara.

3. Memberikan masukan kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam

memahami kebudayaan etnis Punjabi.

4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah untuk

memfasilitasi pengembangan dan pelestarian kebudayaan di Kota Medan.

5. Memperluas pengetahuan dan wawasan peneliti dalam mengaplikasikan

ilmu yang diperoleh semasa menempuah studi di Program Studi

(24)

121

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dengan menggunakan

jenis penelitian yang bersifat kualitatif dengan pendekatan etnografi dan didukung

oleh observasi dan hasil wawancara dengan subjek penelitian yang memiliki

pengetahuan tentang tradisi perayaan mendoakan sapi/ kerbau pada etnis Punjabi,

maka peneliti merumuskan beberapa kesimpulan, diantaranya:

1. Etnis Punjabi yang pada tahun 1940-an bermatapencaharian sebagai

peternak menerapkan suatu kegiatan baru sebagai tingkah laku sosialnya

di Sumatera Utara melalui pelaksanaan tradisi akand path ghaia/menya

ini. awalnya dilakukan dengan membuat suatu jula-jula diiringi dengan

melaksanakan akand path. Lambat laun karena keterbatasan fasilitas,

maka para peternak sapi Punjabi bersepakat melaksanakannya di

gurdwara. Maka sejak tahun 1980-an perayaan ini dilaksanakan di

gurdwara karena seluruh fasilitas tersedia di gurdwara dan lebih bersih

serta suci.

2. Tujuan dilaksanakannya perayaan ini adalah sebagai wujud syukur kepada

Tuhan (Waheguru) atas berkah yang telah diberikan kepada para peternak

sapi Punjabi. Disamping itu, dilakukan kegiatan tersebut karena hasil

produksi juga semakin menurun dan terjadi hal-hal yang tidak baik pada

(25)

122 3. Prosesi perayaan dimulai dari ibadah pagi hari (asa di var) kemudian

melakukan kirtan, ardas, hukam nama, pembagian karah parshad,

pembacaan keseluruhan kitab dengan suara keras, ardas pertengahan,

pembacaan salok mahla 9, menyanyikan kirtan kembali, ardas, hukam

nama akhir, pembagian karah parshad kembali, dan makan bersama di

langgar.

4. Adapun pihak yang terlibat adalah penyelenggara (peternak sapi/ kerbau),

pathee (pembaca kitab Guru Granth Sahib), pengurus yayasan, pengurus

dapur, sevadar, dan seluruh etnis Punjabi penganut agama Sikh sebagai

sanggat.

5. Makna simboliknya ialah secara bersamaan antara makanan yang dimasak,

persediaan karah parshad, dan pembacaan kitab Guru Granth Sahib harus

saling terkait. Makanan tidak boleh habis, begitupun karah parshad, dan

pembacaan tidak boleh berhenti karena kegiatan tersebut dianggap sangat

sakral, dan diyakini Tuhan akan marah apabila umat tidak

melaksanakannya dengan ikhlas dan serius.

6. Secara umum pandangan para peternak sapi bernada positif, sedangkan

pandangan dari beberapa orang yang bukan peternak sapi berasumsi

bahwa kegiatan tersebut dianggap tidak penting, bukan termasuk tradisi

(26)

123

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan ialah:

1. Para peternak sapi/ kerbau sebagai penyelenggara perayaan hendaknya

intensitas waktu yang dihabiskan untuk menghadiri kegiatan ini lebih

ditingkatkan lagi, khususnya pada hari kedua perayaan.

2. Kepada Pemerintah Kota Medan, hendaknya menyediakan lahan di

pinggir kota kepada para peternak yang ternaknya terdapat di wilayah

Kota dan apabila memang sudah dalam proses, semoga dapat sesegera

(27)

124

DAFTAR PUSTAKA Sumber : Buku

Almirzanah, Syafa’atun. 2009. When Mystic Masters Meet (Paradigma Baru

dalam Relasi Umat Kristiasni-Muslim). Jakarta:Gramedia.

Aulakh, S.S.Maret 2000. Guru Darbar.Media Khalsa, No.2/Maret 2000, hal.10

Aulakh, Sukhdev Singh. 1999. Vaisakhi dan Gurdwara Bersejarah. Medan:

Yayasan Missi Gurdwara Shri Guru Tegh Bahadur Sahib Ji.

Arikunto S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Bakker, J.W.M,. 1984. Filsafat Kebudayaan Sebuah Pengantar. Yogyakarta :

KANISIUS.

Brutu, Lister, dkk. 1998. Tradisi dan Perubahan, Konteks Masyarakat Pakpak

Dairi, Medan: Monora.

Chander, Manjit Singh. Maret 2000. Ardas. Media Khalsa, No.2/Maret 2000,

hal.46

Cheema, Harjit Singh. April 2001. DOA. Media Khalsa, Vol III. No. 7 Edisi

Maret-April 2001, hal:44

Dhillon, Gurpal Singh. April 2001. Hukam Nama. Media Khalsa, Vol III. No. 7

Edisi Maret-April 2001, hal:12.

Geertz, Clifford. 1992. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: KANISIUS.

---. 1992. Kebudayaan dan Agama. Yogyakarta : KANISIUS.

Ihromi (ed). 2006. Pokok – Pokok Antropologi Budaya. Jakart : Yayasan Obor

(28)

125

Iskandar. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta : Gaung Persada.

Koentjaraningrat,dkk. 2003. Kamus Istilah Antropologi. Jakarta : Progres.

Koentjaraningrat. 1980. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta: Dian

Rakyat

---. 2009. Konflik Status dan Kekuasaan Orang Batak Toba

:Bagian Sejarah Batak. Jakarta : Yayasan obor Indonesia.

---. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Rineka Cipta.

Marzali, Amri. 2007. Antropologi & Pembangunan Indonesia. Jakarta : Kencana.

Medan Sikh Community Education Centre. Basic Sikh Knowledge. Medan: Tidak

Diterbitkan.

Moleong, Lexy J,.2007. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Rosda.

Nehemia Herwinka Silaban. 2012. Kirtan Pada Ibadah Mingguan Masyarakat

Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan: Kajian Struktur Tekstual

Dan Melodi (Skripsi). Medan: Universitas Sumatera Utara

Poerwadarminta, W.J.S,. 1983. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai

Pustaka.

Poloma, 2003. Sosiologi Kontemporer. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rahal, Munder Singh. 1998. Shabad Kirtan. Medan : Tidak Diterbitkan

Sajogyo, Pudjiwati. 1985. Sosiologi Pembangunan. Jakarta : Fakultas

Pascasarjana IKIP Jakarta.

Shergill, Manjit Singh. November 2001. Tata Tertib Upacara Akandh Path dan

(29)

126

Simanjutak, B.A,. 2008. Konflik status dan kekuasaan orang Batak Toba. Jakarta:

Yayasan Obor Indonesia.

---. 2009. Tradisi, Agama, dan Akseptasi Modernisasi pada

Masyarakat Pedesaan. Medan : Bina Media Perintis.

Singh, Hakim Choor. 1999. Guru Granth Sahib. Media Khalsa, No.1/1999, Hl.28

Singh, Partap. April 2001. Riwayat Guru Tegh Bahadur. Media Khalsa, Vol III.

No. 7 Edisi Maret-April 2001, hal:8-9.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung

Alfabeta.

Soekanto, Soerjono. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta : Rajawali Pers.

Soeprapto, H.R.Riyadi. 2002. Interaksionisme Simbolik. Malang: Averroes Press.

Spradley, James. 2006. Metode Etnografi. Yogyakarta : Tiara Wacana.

Suharsimi, Arikunto. 1996. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta : Rineka Cipta.

Sumber Jurnal dan artikel :

---.2009. Basic Sikh Knowledge. Medan Sikh Community

Education Centre : Tidak diterbitkan

Lubis, Zulkifli. 2005. Kajian awal tentang komunitas Tamil dan Punjabi di

Medan. Jurnal Antropologi Sosial Budaya Etnovisi. Vol 1. No 3.

Universitas Sumatera Utara.

Widarti, Sri. 2011. Tradisi Sedekah Laut di Wonokerto Kabupaten Pekalongan.

(30)

127

Sumber Skripsi dan Tesis :

Nababan, Nehemia Herwinka. 2012. Kirta pada Ibadah Mingguan Masyarakat

Sikh di Gurdwara Tegh Bahadar Polonia Medan: Kajian Struktur Tekstual

dan Melodi: Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara

Nababan, Surya Kristina. 2011. Sistem Perkawinan Suku Bangsa Punjabi: Skripsi.

Medan: Universitas Sumatera Utara

Mayaratu, Thari. 2011. Ajaran Ketuhanan dalam Agama Sikh: Skripsi. Jakarta:

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.

Rahayu, Tuti. 2005. Upacara Siar Mambang Pada Masyarakat Melayu Pesisir

Asahan, Medan: Tesis. Medan: Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

Lubis, Dina Fachria. 2002. Kajian Etnografi tentang Peternak Sapi Perah Suku

Punjabi di Sumatera Utara.Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Veneta. 1998. Toko Sport Orang Punjabi; Suatu Studi Antropologi tentang

Budaya Korporasi Bisnis Perdagangan Alat-alat Olahraga di Medan.

Skripsi. Medan: Universitas Sumatera Utara.

Sumber internet :

---. 2013. Semua Ternak Berkaki Empat di Kota Medan Harus

Ditertibkan!, online,

(http://duniasapi.com/id/berita/3076-semua-ternak-berkaki-empat-di-kota-medan-harus-ditertibkan-.html, Diakses 20 Maret

2013).

Data Badan Pusat Statistik. 2010 http://www.jpnn.com/indexphp?mib=berita.

(31)

128

---. Ardas. Diunduh pada laman http://manpreet159.wordpress.com/

about-me/design-engineering-consultancy/my-contact/about/sikhism/ardas-english-translation/. Diakses pada 14 Juni 2013

---. Akand Path. Diunduh pada laman http://en.wikipedia.

org/wiki/Akhand_Path, diakses pada 14 Juni 2013

---. Guru Granth Sahib. http://prabukalianget.wordpress.com/, diakses

14 Juni 2013

---. Japji Sahib. Diunduh pada laman http://www.granthsahib.com/ main.php?page=1&lang=en, diakses pada 14 Mei 2013

---. Rehras. Diunduh pada laman http://www.granthsahib.com/main.

php? page=8&lang=en, diakses pada 14 Mei 2013

---. Kirtan Sohila. Diunduh pada laman Kirtan Sohila, http://en.wiki pedia.org/wiki/Kirtan_Sohila , diakses pada 14 Mei 2013

---. Baran Maah. Diunduh pada laman http://www.granthsahib.com

/main. php?page=133&lang=en. diakses pada 14 Mei 2013

---. Sukmani Sahib. diunduh pada laman. http://www.granthsahib.

com/main.php?page=262&lang=en, diakses pada 14 Mei 2013

---. Asa Di Var. Diunduh pada laman http://www.granthsahib.

com/main. php?page=462&lang=en, diakses pada 14 Mei 2013

---. Lanvan. Diunduh pada laman http://www.granthsahib.com/main.

php?page=763&lang=en, diakses pada 14 Mei 2013

---. Anand Sahib. Diunduh pada laman http://www.granthsahib.com/

(32)

129

---. The Guru’s Throne. 2010. Diunduh pada laman

http://gurdwara.co/gurusthrone.html, diakses pada 14 Mei 2013

---.Salok Mahla Nouva, diunduh pada laman

Gambar

Tabel 1. Sepuluh Nama Guru Pembawa Agama Sikh  .......................................50
Gambar 1. Kerangka Berpikir  ...........................................................................25

Referensi

Dokumen terkait

Visibility and transparency in the supply chain helps the company to implement best strategies to increase on-shelf- availability... The

Meskipun manusia adalah bagian dari alam, kegiatan manusia dipahami sebagai kategori terpisah dari fenomena alam... Masakan tersebut berupa lauk

Implementasi analisis SWOT dalam SMM ISO 9001:2008 di SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta pada tahun 2013/2014 berada pada tahap strategi bertumbuh yang memiliki peluang dan kekuatan

Dari data proil Dinas Kesehatan Kabu- paten Kepulauan Sula tahun 2012, sarana dan prasarana kesehatan yang dimiliki Kabupaten Kepulauan Sula adalah 1 unit rumah sakit milik

Dari hasil analisis uji linieritas hubungan antara variabel Pemahaman Pendidik, Kompetensi Pendidik, Sarana & Prasarana, dan Kemampuan Potensi Anak menunjukan taraf

Penilaian dan Managemen Risiko Timbal di Udara Pada Anak Sekolah Dasar Pesisir Kota Makassar.. Terakreditasi Nomor : 12/M/Kp/II/2015 Bekerjasama

NO.94/KMK.01/1994 tanggal 29 maret 1994 tentang susunan organisasi Departemen Keuangan , maka tipe A terdiri dari Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, membawahi satu

Bila target ditentukan sebesar 66,9 minggu (sama den- gan purata durasi proyek tanpa adanya penundaan menurut hasil simulasi Sakka dan El-Sayegh), prob- abilitas secara