• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari suatu badan usaha atau

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari suatu badan usaha atau"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Laporan keuangan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari suatu badan usaha atau perusahaan, karena laporan keuangan adalah salah satu media utama yang dapat digunakan perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangannya ke pihak luar. Berdasarkan PSAK (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) tentang Penyajian Laporan Keuangan oleh IAI (Ikatan Akuntan Indonesia), laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi yang menyangkut arus kas, kinerja keuangan, dan posisi keuangan yang bermanfaat bagi banyak kalangan pengguna laporan keuangan dalam pembuatan keputusan. Pihak yang menggunakan laporan keuangan tersebut salah satunya adalah investor. Investor menggunakan laporan keuangan sebagai pertimbangan dasar dan pengambilan keputusan utama untuk berinvestasi (IAI, 2016).

Salah satu referensi yang dipergunakan oleh investor untuk mengambil suatu keputusan untuk berinvestasi adalah opini audit laporan keuangan perusahaan yang diberikan oleh auditor independen. Auditor independen dinilai sebagai pihak independen yang dapat memberikan pernyataan yang berguna berkaitan dengan kondisi keuangan perusahaan. Penilaian yang dilakukan oleh auditor independen digunakan untuk memberikan bukti bahwa laporan keuangan suatu perusahaan telah merepresentasikan keadaan perusahaan yang sebenarnya atau tidak, sehingga investor atau pihak yang berkepentingan dapat bijaksana dalam mengambil keputusan yang tepat (Junaidi & Hartono, 2010).

Laporan keuangan perusahaan yang diberikan oleh auditor independen dapat menunjukkan sehat atau tidaknya kondisi keuangan yang ada di perusahaan. Auditor akan memberikan opini audit going concern jika perusahaan tersebut diragukan kemampuannya dalam menjaga kelangsungan usahanya (Sari, 2012), sebaliknya jika auditor tidak menemukan adanya kesangsian dalam proses identifikasi maka auditor akan memberikan opini audit non going concern.

(2)

Penelitian ini akan menguji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern yang diberikan oleh auditor. Faktor pendorong tersebut adalah reputasi KAP (Kantor Akuntan Publik), ukuran perusahaan, dan opini audit dari tahun sebelumnya. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukan hasil yang berbeda-beda tentang faktor pendorong yang memengaruhi auditor dalam memberikan opini audit going concern. Penelitian tersebut diantaranya dilakukan oleh Kristina (2012), Junaidi (2010), Annisa (2013), dan Arisandy (2013).

Reputasi KAP dianggap sebagai faktor yang berpengaruh atas pemberian opini audit going concern oleh auditor. KAP yang tergabung dalambig fourdinilai memiliki mutu audit yang lebih baik dibanding dengan KAPyang tidak bergabung dalam big four (non big four) (Sari, 2012). Big four accounting firm Auditor lebih percaya diri untuk memberikan opini going concern dibandingkan dengan auditor non big four accounting firm.

Ukuran perusahaan dapat menjadi faktor yang memengaruhi pemberian opini going concern. Seperti yang terdapat pada pendapat Santoso dan Wedari (2007) bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini going concern. Sebaliknya, Januarti, Indira, & Fitrianasari (2008) telah membuktikan bahwa pemberian opini going concern auditor tidak dipengaruhi oleh ukuran perusahaan.

Opini audit tahun sebelumnya dijadikan salah satu penyebab yang berpengaruh atas opini audit going concern yang dikeluarkan oleh auditor.

Berdasarkan pernyataan Santosa dan Wedari (2007) bahwa dalam pemberian opini audit going concern, auditor akan mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima audite pada tahun sebelumnya. Di dalam penelitian tersebut dapat memberikan bukti bahwa opini audit pada tahun sebelumnya mempunyai pengaruh terhadap pemberian opini going concern auditor.

Berdasarkan penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya serta adanya ketidaksamaan hasil penelitian, peneliti ingin meneliti kembali faktor-faktor yang mempengaruhi kecenderungan penerimaan opini audit going concern. Penelitian ini mengacu pada penelitian Junaidi dan Hartono (2010). Adapun perbedaan

(3)

penelitian ini dengan penelitian Junaidi dan Hartono (2010) adalah peneliti menambahkan variabel independen lain yaitu opini audit tahun sebelumya serta periode tahun penelitian yaitu tahun 2015-2017.

Berdasarkan penjelasan yang telah dijabarkan di atas, maka masalah penelitian ini adalah apakah reputasi KAP, ukuran perusahaan, dan opini audit pada tahun sebelumnya berpengaruh terhadap penerimaan audit going concern?, manfaat penelitian ini adalah bahwa hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai rujukan bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk melakukan penelitian dengan topik yang sama.

LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS Teori Agensi

Teori agensi merupakan teori yang menggambarkan hubungan antara dua individu yang berbeda kepentingan yaitu prinsipals dan agent. Principals merupakan pihak yang memiliki usaha atau pekerjaan yang kemudian mendelegasikan wewenang kepada pihak lain untuk menjalankan usaha atau pekerjaannya itu untuk meningkatkan kemakmuran principals melalui peningkatan nilai perusahaan. Sebagai imbalannya agen akan memperoleh gaji, bonus, dan berbagai kompensasi lain. Dalam struktur organisasi perusahaan, principals adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham dan agents adalah manajemen perusahaan (Ujiyanto, 2007).

Masalah keagenan akan muncul ketika terjadi konflik kepentingan antara principals dan agent. Masing-masing pihak berusaha memaksimalkan kepentingan pribadi. Principals menginginkan hasil akhir keputusan yang menghasilkan laba sebesar-besarnya atau peningkatan nilai investasi dalam perusahaan, sementara agent pasti memiliki kepentingan pribadi yang ingin dicapai, yakni penerimaan kompensasi yang memadai atas kinerja yang dilakukan (Elqorni, 2009). Sehingga ada kemungkinan besar agent tidak selalu bertindak sesuai kepentingan principals (Jensen dan Meckling, 1976), maka apabila tidak ada pengawasan yang memadai,

(4)

agent dapat memainkan kondisi perusahaan agar seolah-olah target yang diinginkan principals tercapai.

Perbedaan kepentingan yang tidak sesuai antara principals dan agent dapat menimbulkan terjadinya asimetri informasi. Asimetri informasi adalah suatu keadaan dimana informasi yang terdapat dalam laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi perusahaan sebenarnya. Oleh karena itu untuk meminimalisasi adanya asimetri informasi diperlukan adanya pihak ketiga yang independen sebagai mediator hubungan antara principals dan agent. Pihak ketiga ini berfungsi untuk memonitor perilaku agent apakah bertindak sesuai dengan keinginan principals (Dewayanto, 2011).

Dalam kaitan teori agensi dengan penerimaan opini audit going concern, agent bertugas dalam menjalankan perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan sebagai bentuk dari pertanggungjawaban manajemen. Laporan keuangan ini yang nantinya akan menunjukkan kondisi keuangan perusahaan dan digunakan oleh principals sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Dari laporan keuangan ini salah satunya dapat dilihat seberapa besar ukuran perusahaan. Agent sebagai pihak yang menghasilkan laporan keuangan memiliki keinginan untuk mengoptimalisasi kepentingannya, sehingga dimungkinkan agent melakukan manipulasi data atas kondisi perusahaan. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak ketiga yang bersifat independen sebagai mediator antara dua kepentingan, untuk itu dibutuhkan reputasi KAP yang bisa memberikan mutu audit yang lebih baik.

Pihak ketiga tersebut (KAP) bertugas untuk menilai apakah ada asimetri informasi atau manipulasi yang terjadi. Auditor merupakan pihak independen yang menjembatani hubungan antara principals dan agent. Auditor sebagai pihak ketiga dibutuhkan untuk melakukan pengawasan terhadap kinerja manajemen apakah telah bertindak sesuai dengan kepentingan principals melalui laporan keuangan. Auditor haruslah menjadi pihak independen yang tidak mudah terpengaruh dengan opini audit perusahaan tahun sebelumnya, sehingga hasil pengawasan yang dilaksanakan merupakan bukti yang obyektif. Hasil pengawasan yang dilakukan auditor adalah

(5)

penerimaan opini kewajaran dalam laporan keuangan perusahaan dan pengungkapan kemampuan perusahaan dalam kelangsungan hidupnya (going concern).

Reputasi KAP

Auditor yang memiliki reputasi bisa memberikan mutu audit yang lebih baik, termasuk dalam mengemukakan masalah yang ada dalam opini audit going concern demi menjaga reputasi mereka. Auditor berkewajiban untuk memberikan informasi berkualitas tinggi yang berguna dalam pengambilan keputusan. Auditor yang memiliki reputasi baik cenderung akan memberi opini audit going concern jika klien mengalami masalah terkait dengan going concern perusahaan (Junaidi & Hartono, 2010). Menurut Junaidi dan Hartono dalam penelitiannya mengelompokkan KAP besar dan kecil dengan ketentuan sebagai berikut : (1) Kantor Akuntan Publik besar yaitu Kantor Akuntan yang tergolong dalam big four accounting firm, (2) Kantor Akuntan Publik kecil yaitu kantor akuntan yang tidak tergolong dalam big four accounting firm. Reputasi KAP dianggap sebagai salah satu penyebab yang memengaruhi auditor memberikan opini audit going concern. KAP dengan reputasi big four accounting firm dinilai memiliki kualitas audit lebih bermutu dibandingkan dengan KAP non big four accounting firm.

Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan suatu skala untuk mengetahui besar kecilnya suatu perusahaan menurut bermacam-macam cara, diantaranya: total aktiva, log size, nilai saham di pasar, dan lain-lain. Sebagai dasar menentukan ukuran perusahaan biasanya menggunakan total aset. Ukuran perusahaan biasanya ditentukan dengan dasar total aset. Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan maka dimungkinkan ukuran perusahaan tersebut juga semakin besar. Perusahaan berskala besar dengan pertumbuhan yang positif mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut memiliki peluang yang kecil untuk bangkrut dan dianggap dapat mempertahankan kelangsungan usahanya (Januarti, Indira, & Fitrianasari, 2008).

(6)

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang didapat oleh perusahaan pada tahun sebelumnya. Opini audit tersebut digolongkan menjadi dua jenis, yaitu opini audit going concern dan opini audit non going concern. Opini audit going concern tahun sebelumnya dapat menjadi masukan bagi auditor untuk mengemukakan kembali opini audit pada tahun berikutnya. Apabila auditor mengemukakan opini audit going concern pada tahun sebelumnya, maka kemungkinan besar perusahaan akan menerima kembali opini audit going concern pada tahun berjalan (Santosa & Wedari, 2007).

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian yang pernah dilakukan meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi opini audit going concern, adalah penelitian Kristiana (2012), Annisa (2013), Arisandy, Mustafa dan Haerial (2015), Januarti dan Fitrianasari (2008), Junaidi dan Hartono (2010), Arsianto (2013).

Penelitian Kristiana (2012) menggunakan variabel dependen opini audit going concern dan variabel independennya, yaitu ukuran perusahaan, profitabilitas, likuiditas dan pertumbuhan perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa profitabilitas dan petumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap going concern, namun ukuran perusahaan tidak mempengaruhi going concern.

Penelitian Annisa (2013) menggunakan variabel dependen opini audit going concern dan variabel independennya, yaitu: reputasi auditor, disclosure, ukuran perusahaan, dan opini audit sebelumnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitablitas, likuiditas, dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap going concern, namun ukuran perusahaan tidak mempengaruhi going concern.

Penelitian Arisandy, Mustafa dan Haerial (2015) dengan variabel dependen opini audit going concern, dan variabel independennya adalah ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya. Hasil penelitian

(7)

menunjukkan, bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh pada opini audit going concern, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif secara signifikan terhadap opini audit going concern, ukuran perusahaan, pertumbuhan perusahaan, dan opini audit tahun secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern.

Penelitian Januarti dan Fitrianasari (2008) dengan variabel dependen opini audit going concern, dan variabel independennya adalah rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, opini audit tahun sebelumnya, auditor client tenure, dan audit lag. Hasil penelitiannya menunjukkan, bahwa hasil rasio likuiditas, opini audit tahun sebelumnya, dan audit lag berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern, sementara rasio profitabilitas, rasio aktivitas, rasio leverage, rasio pertumbuhan penjualan, rasio nilai pasar, ukuran perusahaan, reputasi KAP, dan auditor client tenure tidak berpengaruh signifikan terhadap pemberian opini audit going concern.

Penelitian Junaidi dan Hartono (2010) dengan variabel dependen opini audit going concern, dan variabel independennya adalah reputasi auditor, tenure, disclosure dan ukuran perusahaan. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa reputasi auditor, dan tenure berpengaruh signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor, namun demikian ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor.

Penelitian Arsianto (2013) dengan variabel dependen opini audit going concern, dan variabel independennya adalah reputasi KAP, audit tenure, disclosure, ukuran perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya, menunjukkan, bahwa reputasi auditor tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sedangkan ukuran perusahaan memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Sementara itu, opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit going concern.

(8)

Kerangka Pemikiran

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada atau tidak pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah penerimaan opini audit going concern, sedangkan variabel independen dalam penelitian ini yaitu: reputasi KAP, ukuran perusahaan, dan opini audit tahun sebelumnya.

Kerangka pemikiran digambarkan sebagai berikut:

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 1

Model Kerangka Penelitian Reputasi KAP

(X1)

Ukuran Perusahaan (X2)

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3)

Opini Audit Going Concern (Y)

H1

H2

H3

(9)

Pengaruh Antar Variabel Penelitian

Pengaruh reputasi KAP terhadap penerimaan opini audit going concern

Reputasi auditor merupakan kepercayaan dari publik atas prestasi yang dimiliki oleh auditor. Reputasi auditor biasanya berhubungan dengan KAP (Kantor Akuntan Publik). KAP besar adalah KAP yang tergabung dalam big four accounting firm auditor, KAP yang besar dianggap mempunyai mutu yang lebih tinggi, sehingga kualitas audit yang diberikan juga akan lebih tinggi. Sedangkan KAP yang tidak tergabung dalam big four (non big four accounting firm), mempunyai reputasi yang lebih rendah dibandingkan dengan KAP yang tergabung dalam big four, sehingga mutu audit yang diberikan juga lebih rendah. Penelitian yang dilakukan DeAngelo (1981) menyimpulkan bahwa KAP yang lebih besar akan menghasilkan kualitas audit yang lebih lebih baik dibandingkan KAP kecil.

Penelitian yang dilakukan oleh Widodo (2011) mendapatkan bukti, bahwa KAP yang mempunyai reputasi baik dapat memberikan mutu audit yang lebih baik serta dapat mengemukakan masalah going concern untuk menjaga reputasi mereka.

Karena itu, KAP yang besar akan lebih percaya diri dalam memberikan opini going concern jika memang terdapat masalah pada perusahaan yang diaudit.

Begitu juga dengan penelitian Rahayu (2007), bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern karena KAP besar cenderung untuk independen dalam masalah going concern dan berusaha untuk menjaga reputasi dirinya. Namun demikian kasus yang terjadi pada tahun 2002, yaitu kasus antara Arthur Andersen yang merupakan KAP dengan reputasi tinggi dengan kliennya, yakni Enron. Kasus Enron ini membuktikan bahwa tidak semua KAP Big Four menghindari tindakan-tindakan yang mempengaruhi nama baiknya (Sari, 2012).

Berpijak dari penjelasan tersebut diatas maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah

H1: Reputasi KAP berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

(10)

Pengaruh ukuran perusahaan terhadap penerimaan opini audit going concern Ukuran perusahaan dapat dinilai dari kondisi keuangan perusahaan, salah satunya dengan melihat total aset perusahaan. Total aset dijadikan sebagai ukuranperusahaan karena dari total aset yang dimiiki oleh perusahaan dapat dilihatbagaimana kelangsungan usaha perusahaan ke depannya. Semakin tinggi total asetyang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap sebagai perusahaanyang besar sehingga mampu menjaga kelangsungan hidup usahanya sehingga kemungkinan perusahaan akan menerima opini audit non going concern.

Santosadan Wedari (2007) menemukan bahwa size (ukuran perusahaan) berpengaruhnegatif terhadap opini going concern.Begitu juga penelitian yang dilakukan oleh Arsianto (2013) juga menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruhnegatif terhadap opini going concern. Namun demikian penelitian yang dilakukan oleh Januarti dan Fitrianasari (2008) mendapatkan bukti empiris bahwa ukuran perusahaan klien tidak berpengaruh pada opini going concern yang dikeluarkan oleh auditor. Begitu juga didukung oleh penelitian Rahayu (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Warnida (2011), Widyantari (2011), Muttaqin dan Sudarno (2012) membuktikan, bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap dikeluarkannya opini going concern oleh auditor.

H2 : Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern.

Pengaruh opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern

Opini audit going concern pada tahun sebelumnya dapat menjadi masukan bagi auditor untuk mengemukakan kembali opini audit going concern. Tetapi pada penelitian yang dilakukan Santosa & Wedari (2007),bahwa setelah auditor memutuskan untuk mengeluarkan opini going concern, perusahaan harus memperlihatkan peningkatan keuangan yang signifikan supaya perusahaan tidak mendapat opini audit going concern pada pengauditan tahun berikutnya, jika

(11)

perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan, maka perusahaan dapat menerima kembali opini going concern.

Hasil penelitian Arsianto (2013), dan Januarti dan Fitrianasari (2008) yang mengungkapkan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit going concern. Sehingga apabila auditor tahun sebelumnya menerbitkan opini audit tersebut maka kemungkinan besar perusahaan akan menerima opini audit going concernpada tahun berjalan.

H3 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

METODE PENELITIAN Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini diklasifikasikan menjadi dua kelompok, yaitu variabel terikat (dependen variabel) dan variabel bebas (independen variabel). Variabel terikat (dependen) adalah variabel yang di pengaruhi oleh variabel lain. Sedangkan variabel bebas (independen) adalah variabel yang dapatmemengaruhi varibel terikat. Identifikasi variabel dalam penelitian ini adalah variabel terikat yaitu opini audit going concern, variabel bebas yaitu reputasi KAP, ukuran perusahaan,dan opini audit tahun sebelumnya.

Definisi Operasional Variabel

Tabel 1

Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional Variabel

Indikator Pengukuran 1. Reputasi

KAP

Salah satu faktor yang mempengaruhi auditor untuk memberikan opini going concern oleh auditor. Auditor yang tergabung dalam

a. Big Four b. Non Big Four

Variabel dummy digunakan untuk mengukur reputasi KAP. Dimana KAP big four diberi kode 1, dan KAP non big four

(12)

big four, cenderung lebih percaya diri memberikan opini going concern dibanding auditor non big four.

diberikan kode 0.

2. Ukuran perusahaan

Ukuran yang

digunakan untuk mengetahui besar atau kecil perusahaan yang dijadikan sampel dalam penelitian.

Semakin besar ukuran perusahaan maka perusahaan tersebut dianggap mampu untuk

mempertahankan kelangsungan

usahanya. Ukuran perusahaan tersebut dapat dinilai dari aktiva perusahaan.

Total Aset

Perusahaan

Variabel ini diukur dengan

natural log dari total aset perusahaan.

3. Opini audit tahun

sebelumnya

Opini audit yang sudah diterima oleh audite pada tahun sebelumnya

a. Opini audit going concern

b. Opini audit non going concern

Variabel ini diukur dengan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern diberikan kode 1 dan untuk opini audit non going concern diberikan kode 0.

4. Opini Audit Going

concern

Opini audit yang akan dikeluarkan oleh auditor karena ada keraguan yang berkaitan kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan usahanya

a. Opini audit going concern

b. Opini audit non going concern

Variabel ini diukur dengan menggunakan menggunakan variabel dummy. Opini audit going concern diberikan kode 1 dan untuk opini audit non going concern diberikan kode 0.

(13)

Populasi dan Sampel

Perusahann manufaktur go publik pada tahun 2015-2017yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) akan dijadikan sebagai populasi dalam penelitian ini.

Sedangkan sampel dipilih dengan menggunakan teknik purposive sampling yang berarti sampel yang diambil adalah sampel yang memenuhi beberapa kriteria tertentu.

Dalam pengambilan sample terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi antara lain Ada beberapa kriteria dalam pengambilan sampel antara lain:

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun2015 dan perusahaan tetap berada BEI dari tahun2015sampai tahun 2017.

2. Menerbitkan laporan keuangan dari tahun 2015 hingga tahun 2017.

3. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan untuk periode yang berakhir pada 31 Desember dan telah diaudit.

Jenis dan Sumber Data

Data sekunder merupakan jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini, data penelitian yang digunakan adalah laporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2015-2017dan dari situs resmi www.idx.co.id.

Metode Analisis Data

Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi logistik. Regresi logistik adalah suatu jenis regresi yang menghubungkan antara beberapa variabel bebas (variabel independent) dengan variabel terikat (dependent). Dalam penelitian ini tidak memerlukan uji asumsi klasik dan uji normalitas (Ghozali, 2006).

Variabel yang menjadi fokus utama dalam penelitian ini adalah variabel dependen, yaitu : opini audit going concern yang diukur menggunakaan variabel dummy, sedang variabel independennya, yaitu opini audit, ukuran perusahaan, dan reputasi KAP.

(14)

Berikut adalah model regresi logistik yang dapat digunakan dalam penelitian ini,

𝑶𝑮𝑪 = 𝜷𝟏𝑹𝑬𝑷 + 𝜷𝟐𝑺𝑰𝒁𝑬 + 𝜷𝟑𝑶𝑨𝒕−𝟏 Keterangan:

OGC :Opini Going concern (1 bila opini going concern, dan 0 bila non opini going concern

a :Konstanta

β1 – β4 :Koefisien regresi

REP :Reputasi KAP ( 1 bila big four, 0 bila non big four )

SIZE :Ukuran perusahaan yang diukur dengan natural log total aset 𝐴𝑂𝑡−1 :Opini audit tahun sebelumnya

HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur dari berbagai sektor, berikut penjelasannya:

Tabel 2 Obyek Penelitian

Sektor Perusahaan Jumlah Persentase

(%)

Sub sektor Semen 4 3,48

Sub sektor Keramik, porselen & kaca 5 4,35

Sub sektor Logam & sejenisnya 13 11,30

Sub Sektor Kimia 8 6,96

Sub Sektor Plastik & Kemasan 8 6,96

Sub Sektor Pakan Ternak 4 3,48

Sub Sektor Kayu & Pengolahahnya 2 1,74

Sub Sektor Pulp & Kertas 6 5,22

Sub Sektor Mesin dan alat berat 1 0,87

(15)

Otomotif & Komponen 10 8,70

Tekstil & Garment 13 11,30

Alas kaki 1 0,87

Kabel 6 5,22

Elektronika 15 13,04

Rokok 12 10,43

Kosmetik & Barang keperluan rumah tangga 4 3,48

Peralatan Rumah Tangga 3 2,61

Jumlah 115 100,00

Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2018

Tabel di atas menjelaskan bahwa jumlah perusahaan manufaktur yang diamati adalah sebanyak 115 perusahaan, dimana mayoritas perusahaan berasal dari sektor elektronika (13,04%), sementara minoritas perusahaan yang diamati adalah sektor mesin dan alat berat (0,87%), dan alas kaki (0,87%).

Statistik Deskriptif Data Penelitian 1. Reputasi KAP

Hasil penelitian tentang reputasi KAP yang digunakan oleh perusahaan dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 3 Reputasi KAP

Reputasi KAP Jumlah Persentase

(%)

KAP Non Big Four 333 96,50

KAP Big Four 12 3,50

Jumlah 345 100,00

Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2018

Tabel 3 menjelaskan bahwa selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 mayoritas perusahaan manufaktur menggunakan KAP dengan reputasi Non Big Four (96,50%), sedang minoritas perusahaan (3,5%) menggunakan KAP dengan reputasi Big Four.

(16)

2. Ukuran Perusahaan

Data tentang rata-rata total aset perusahaan selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Table 4

Rata-Rata Total Aset Perusahaan (dalam juta)

Tahun Jumlah Minimum Maximum Mean

2015 115 133,78 91831,53 7170,8459

2016 115 136,62 82174,52 7334,7199

2017 115 151,52 88244,00 7911,5472

Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2018

Tabel di atas menjelaskan, bahwa secara keseluruhan, rata-rata total aset perusahaan dari tahun 2015 s/d tahun 2017 terus mengalami peningkatan, tahun 2015 rata-rata total aset perusahaan sebesar Rp. 7170,8459 juta, tahun 2016 rata- rata total aset perusahaan sebesar Rp. 7334,7199 juta, dan rata-rata total aset perusahaan tahun 2017 sebesar Rp. 7911,5472 juta. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa perkembangan perusahaan manufaktur selama kurun waktu tersebut dalam kondisi baik.

3. Opini Audit Tahun Sebelumnya

Data tentang opini audit tahun sebelumnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5

Opini Audit Tahun Sebelumnya

Opini Audit Tahun Sebelumnya Jumlah Persentase (%)

Opini Audit Non Going Concern 327 94,80

Opini Audit Going Concern 18 5,20

Jumlah 345 100,00

Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2018

(17)

Pada tabel 5 dapat dilihat bahwa mayoritas perusahaan manufaktur selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 mendapatkan opini audit Non Going Concern (94,80%), dan minoritas perusahaan saja yang mendapatkan opini audit Going Concen(5,20%). Hal tersebut menunjukkan bahwa perusahaan manufaktur dalam kurun waktu tersebut dalam kondisi keuangan yang sehat.

4. Opini Audit Going Concern

Data tentang opini audit going concern pada perusahaan manufaktur selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6

Opini Audit Going Concern

Opini Audit Going Concern Jumlah Persentase (%)

Opini Audit Non Going Concern 323 93,60

Opini Audit Going Concern 22 6,40

Jumlah 345 100,00

Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2018

Pada tabel 6 dapat dilihat bahwa mayoritas perusahaan selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 mendapat opini audit Non Going Concern (93,60%), dan hanya 6,4% perusahaan saja yang mendapat opini audit Going Concern. Kondisi tersebut menunjukkan perusahaan manufaktur selama kurun waktu tersebut dinilai memiliki kondisi keuangan yang baik.

HASIL ANALISIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS

Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan regresi logistik, analisis ini digunakan untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variabel terikat dapat diprediksi dengan variabel bebasnya, berikut hasilnya,

1. Penilaian Kelayakan Model Regresi

Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit

(18)

Test menguji hipotesis nol bahwa data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Adapun hasil penilaian kelayakan model regresi disajikan pada Tabel di bawah ini.

Tabel 7

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.

1 10,554 8 ,228

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2018

Nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test adalah 10,554 dengan probabilitas signifikansi 0,228 yang nilainya jauh di atas 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.

2. Penilaian Keseluruhan Model (overall model fit)

Penilaian keseluruhan model dilakukan dengan membandingkan nilai antara -2 Log Likelihood (-2LL) pada awal (Block Number = 0), dimana model hanya memasukkan konstanta dengan nilai -2 Log Likelihood (-2LL) pada akhir (Block Number = 1), dimana model memasukkan konstanta dan variabel bebas.

Adapun hasil penilaian keseluruhan model (overall model fit) disajikan pada tabel 8 dan 9 di bawah ini.

(19)

Tabel 8

Iteration History (a,b,c)

Iteration -2 Log

likelihood

Coefficients

VAR00001(1) VAR00002 VAR00003(1)

Step 1 1 181,430 ,250 -,128 -,825

2 154,368 ,946 -,218 -1,400

3 150,111 2,517 -,388 -1,687

4 148,551 5,349 -,692 -1,765

5 148,309 6,995 -,870 -1,800

6 148,307 7,111 -,883 -1,804

7 148,307 7,112 -,884 -1,804

a Method: Enter

b Initial -2 Log Likelihood: 478,272

c Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2018

Tabel 9 Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 148,307 ,616 ,821

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2018

Nilai -2LL awal adalah sebesar 478,272 dan setelah dimasukkan tiga variabel independen, maka nilai -2LL akhir mengalami penurunan menjadi sebesar 148,307. Penurunan nilai –2LL ini menunjukkan model regresi yang baik atau dengan kata lain model yang dihipotesiskan fit dengan data.

3. Koefisien determinasi (Nagelkerke R Square)

Besarnya nilai koefisien determinasi pada model regresi logistik ditunjukkan dengan nilai Nagelkerke R square. Berdasarkan hasil pengujian yang ditunjukkan pada tabel 10 di bawah ini:

(20)

Tabel 10

Koefisien determinasi (Nagelkerke R square)

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 148,307 ,616 ,821

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2018

Nilai Nagelkerke R square adalah sebesar 0,821 yang berarti variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen adalah sebesar 82,10 persen, sedangkan sisanya sebesar 17,90 persen dijelaskan oleh variabel-variabel lain di luar model penelitian.

4. Tabel Klasifikasi

Kekuatan prediksi dari model regresi untuk memprediksi kemungkinan terjadinya variabel terikat dinyatakan dalam persen. Hasil tabel klasifikasi ditampilkan dalam Tabel 11 di bawah ini:

Tabel 11

Classification Table(a)

Observed

Predicted Opini Audit Going

Concern (Y) Percentage Correct Opini Audit

Non Going Concern

Opini Audit Going Concern Step 1 Opini Audit

Going Concern (Y)

Opini Audit Non

Going Concern 323 0 100,0

Opini Audit

Going Concern 22 0 ,0

Overall Percentage 93,6

a The cut value is ,500

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2018

Pada tabel di atas dapat dijelaskan bahwa jumlah sampel perusahaan yang mendapatkan opini audit non going concern adalah sebanyak 323 perusahaan dari total 345 data perusahaan sampel selama periode pengamatan (2015-2017),

(21)

sementara perusahaan yang mendapat opini audit going concern adalah sebanyak 22 perusahaan dari total 345 data perusahaan sampel selama periode pengamatan (2015-2017). Selain itu pada tabel 6 di atas juga menunjukkan, bahwa nilai overall percentage sebesar 93,60%, berarti ketepan model penelitian adalah sebesar 93,60%.

5. Model Regresi Logistik Yang Terbentuk

Model regresi logistik dapat dibentuk dengan melihat pada nilai estimasi paramater dalam Variables in The Equation. Model regresi yang terbentuk berdasarkan nilai estimasi parameter dalam Variables in The Equation adalah sebagai berikut ini:

Tabel 12

Variables in the Equation

B

S.E.

Wald

df

Sig.

Exp(B)

95,0% C.I.for EXP(B) Lower Upper Step 1(a) VAR00001(1) 7,112 3,698 3,698 1 ,054 1226,572 ,872 1724451,873

VAR00002 -,884 ,403 4,802 1 ,028 ,413 ,188 ,911

VAR00003(1) -1,804 ,594 9,234 1 ,002 ,165 ,051 ,527 a Variable(s) entered on step 1: VAR00001, VAR00002, VAR00003.

Sumber: Data Primer Yang Diolah, 2018

𝑶𝑮𝑪 = 𝟕, 𝟏𝟏𝟐 𝑹𝑬𝑷 − 𝟎, 𝟖𝟖𝟒 𝑺𝑰𝒁𝑬 − 𝟏, 𝟖𝟎𝟒𝜷𝟑 𝑶𝑨𝒕−𝟏 Berdasarkan persamaan tersebut di atas dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Nilai koefisien regresi variabel Reputasi KAP adalah sebesar 7,112, artinya semakin baik reputasi KAP yang digunakan oleh perusahaan manufaktur maka kemungkinan besar perusahaan akan mendapatkan opini Going Concern.

b. Nilai koefisien regresi variabel ukuran perusahaan adalah sebesar -0,884, artinya semakin kecil ukuran perusahaan yang dilihat dari total asetnya, maka semakin besar kemungkinan perusahaan mendapatkan opini Going Concern.

c. Nilai koefisien regresi variabel opini audit tahun sebelumnya adalah sebesar - 1,804, artinya jika perusahaan pada tahun sebelumnya menerima opini audit

(22)

Going Concern, maka pada tahun berikutnya dimungkinkan perusahaan akan menerima opini audit Non Going Concern.

6. Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dilakukan dengan cara membandingkan antara tingkat signifikansi (sig) dengan tingkat kesalahan (α) = 5%. Berdasarkan Tabel 12 dapat diinterpretasikan hasil sebagai berikut ini:

a. Pengujian hipotesis pertama (H1)

Hipotesis pertama menyatakan bahwa Reputasi KAP mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel reputasi KAP yang diproksikan dengan skala KAP (Big Four dan Non Big Four) memiliki koefisien regresi positif sebesar 7,112 dengan tingkat signifikansi 0,054 yang lebih besar dari α (5%).

Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel reputasi KAP tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit Going Concernatau dengan kata lain H1 ditolak.

b. Pengujian hipotesis kedua (H2)

Hipotesis kedua menyatakan bahwa Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit Going Concern. Hasil pengujian menunjukkan variabel ukuran perusahaan memiliki koefisien regresi negatif sebesar -0,884 dengan tingkat signifikansi 0,028 yang lebih besar dari α (5%). Hal tersebut menunjukkan, bahwa variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap opini audit Going Concern atau dengan kata lain H2 diterima, sehingga semakin kecil ukuran perusahaan, maka semakin besar kemungkinan perusahaan untuk menerima opini audit Going Concern.

c. Pengujian hipotesis ketiga (H3)

Hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif signifikan terhadap peneriman opini audit Going Concern.

Hasil pengujian menunjukkan variabel opini audit tahun sebelumnya memiliki koefisien regresi negatif sebesar -1,804 dengan tingkat signifikansi 0,002 yang

(23)

lebih kecil dari α (5%). Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan negatif terhadap opini audit going concern, namun karena hasil analisis tidak sesuai dengan pernyataan hipotesis ketiga, maka H3 tetap ditolak.

PEMBAHASAN

1. Pengaruh Reputasi KAP Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern Reputasi auditor merupakan kepercayaan dari publik atas prestasi yang dimiliki oleh auditor. Reputasi auditor biasanya berhubungan dengan KAP (Kantor Akuntan Publik). KAP besar adalah KAP yang tergabung dalam Big Four Accounting Firm auditor, sedangkan KAP yang tidak tergabung dalam Big Four (Non Big Four Accounting Firm).

Hasil pengujian hipotesis pengaruh reputasi KAP terhadap opini Audit Going Concern tidak signifikan.Kondisi tersebut terjadi karena hasil penelitian menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur yang menjadi objek penelitian mayoritas menggunakan KAP dengan reputasi Non Big Four, baik pada perusahaan yang dinilai memiliki ukuran besar ataupun kecil. Hal tersebut dapat dibuktikan melalui data tabulasi repuatasi KAP yang menunjukkan, bahwa selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 mayoritas perusahaan manufaktur menggunakan KAP dengan reputasi Non Big Four (96,50%), sedang minoritas perusahaan (3,5%) menggunakan KAP dengan reputasi Big Four.

Temuan hasil penelitian tersebut setidaknya juga membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan manufaktur tidak begitu saja mengganggap bahwa KAP yang besar mempunyai mutu yang lebih tinggi, sehingga kualitas audit yang diberikan juga akan lebih baik, dibanding KAP yang tidak tergabung dalam Big Four (Non Big Four Accounting Firm). Temuan tersebut setidaknya sejalan kasus yang terjadi pada tahun 2002, yaitu kasus antara Arthur Andersen yang merupakan KAP dengan reputasi tinggi dengan kliennya, yakni Enron. Kasus

(24)

Enron ini membuktikan bahwa tidak semua KAP Big Four menghindari tindakan-tindakan yang mempengaruhi nama baiknya (Sari, 2012).

Temuan hasil penelitian ini tentunya bertentangan dengan penelitian- penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh DeAngelo (1981), Widodo (2011), dan Rahayu (2007). DeAngelo (1981)dalam penelitiannya menyimpulkan, bahwa KAP yang lebih besar akan menghasilkan kualitas audit yang lebih lebih baik dibandingkan KAP kecil. Penelitian yang dilakukan olehWidodo (2011) membuktikan bahwa KAP yang mempunyai reputasi baik dapat memberikan mutu audit yang lebih baik serta dapat mengemukakan masalah Going Concernuntuk menjaga reputasi mereka. Karena itu, KAP yang besar akan lebih percaya diri dalam memberikan opini Going Concernjika memang terdapat masalah pada perusahaan yang diaudit. Begitu juga penelitian Rahayu (2007) juga menyimpulkan, bahwa reputasi auditor berpengaruh signifikan terhadap opini audit Going Concernkarena KAP besar cenderung untuk independen dalam masalah Going Concerndan berusaha untuk menjaga reputasi dirinya.

2. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Ukuran perusahaan biasanya ditentukan dengan dasar total aset.Ukuran perusahaan yang diproksikan dengan logaritma natural total asset yang dimiliki menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menjaga kelangsungan usaha.Semakin besar aset yang dimiliki perusahaan, maka dimungkinkan ukuran perusahaan tersebut juga semakin besar (Januarti, Indira, & Fitrianasari, 2008).

Hasil penelitian ini membuktikan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh signifikan negatif terhadap penerimaan opini audit Going Concern. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa semakin besar total asetyang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap mampu menjaga kelangsungan hidup usahanya, sehingga kemungkinan kecil perusahaan akan menerima opini audit Going Concern.

(25)

Dalam penelitian ini ditemukan, bahwa selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017, rata-rata pertumbuhan aset perusahaan manufaktur di Indonesia terus mengalami peningkatan yang positif, artinya rata-rata total aset yang dimiliki perusahaan rata-rata terus mengalami peningkatan dari tahun 2015 sampai tahun 2017, tahun 2015 rata-rata total aset perusahaan sebesar Rp.

7170,8459 juta, tahun 2016 rata-rata total aset perusahaan sebesar Rp. 7334,7199 juta, dan rata-rata total aset perusahaan tahun 2017 sebesar Rp. 7911,5472 juta.

Perkembangan total aset yang terus mengalami peningkatan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pembentukan opini audit Non Going Concern.

Perkembangan total aset yang positif tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan juga terus mengalami peningkatan yang positif. Hal tersebut dibuktikan bahwa mayoritas perusahaan selama kurun waktu tahun 2015 s/d tahun 2017 mendapat opini audit Non Going Concern (93,60%), dan hanya 6,4%

perusahaan saja yang mendapat opini audit Going Concern.

Dikemukan oleh Junaidi dan Hartono (2010), bahwa semakin tinggi total asset yang dimiliki, maka perusahaan dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Semakin kecil skala perusahaan menunjukkan kemampuan perusahaan yang lebih kecil dalam pengelolaan usahanya. Hal ini menyebabkan perusahaan lebih berpeluang mendapatkan opini audit Going Concern (Widyantari, 2011).

Temuan hasil penelitian ini setidaknya memberikan dukungan pada kajian penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kristiana (2012), dan Arisandy, Mustafa dan Haerial (2015) bahwa petumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit Going Concern. Hasil penelitian juga mendukung kajian penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rahayu (2009), Junaidi dan Hartono (2010), Warnida (2011), Widyantari(2011), Muttaqin dan Sudarno (2012), bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini Going Concern.

(26)

3. Pengaruh Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Penerimaan Opini Audit Going Concern

Opini audit tahun sebelumnya adalah opini audit yang didapat oleh perusahaan pada tahun sebelumnya. Opini audit tersebut digolongkan menjadi duajenis, yaitu opini audit Going Concerndan opini audit Non Going Concern.

Opini audit Going Concerntahun sebelumnya dapat menjadi masukan bagi auditor untuk mengemukakan kembali opini audit pada tahun berikutnya (Santosa & Wedari, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara statistic opini audit tahun sebelumnya berpengaruh negatif signifikan terhadap penerimaan opini audit Going Concern. Temuan tersebut menunjukkan, bahwa perusahaan yang mendapat opini audit Going Concernpada tahun sebelumnya memiliki kecenderungan untuk terus meningkatkan kinerjanya, sehingga opini audit tahun berikutnya menjadi Non Going Concern. Adapun buktinya dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 13

Penilaian Opini Audit

No. Nama Perusahaan Opini Audit

2015 2016 2017

1 KIAS (Keramika Indonesia Assosiasi Tbk) 0 1 0

2 ALKA (Alaska Industrindo Tbk) 1 0 0

3 JKSW (Jakarta Kyoei Steel Work LTD Tbk) 1 0 0

4 TBMS (Tembaga Mulia Semanan Tbk) 0 1 0

5 FPNI (Titan Kimia Nusantara Tbk) 0 1 0

6 SIPD (Siearad Produce Tbk) 1 0 0

7 KBRI (Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk) 0 1 0

8 ADMG (Polychem Indonesia Tbk) 0 1 0

9 ESTI (Ever Shine Textile Industry Tbk) 0 1 0 10 SSTM (Sunson Textile Manufacturer Tbk) 0 1 0 Sumber: Data Sekunder Yang Diolah, 2018

(27)

Pada tabel di atas tampak bahwa perusahaan manufaktur yang memiliki opini audit Going Concernpada tahun sebelumnya, terus memperbaiki kinerjanya, sehingga pada tahun berikutnya opini menjadi Non Going Concern.

Namun demikian karena pernyataan hipotesis penelitian, opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit Going Concern, maka temuan hasil perhitungan statistic tersebut tetap ditolak, karena tidak sesuai dengan pernyataan hipotesis yang diajukan.

Penolakan hipotesis penelitian tersebut menunjukkan bahwa apa yang menjadi temuan penelitian ini bertentangan dengan kajian-kajian penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rossa Arsianto (2013), dan Januarti dan Fitrianasari (2008) yang mengungkapkan bahwa opini audit tahun sebelumnya memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap opini audit going concern.

Sehingga apabila auditor tahun sebelumnya menerbitkan opini audit tersebut maka kemungkinan besar perusahaan akan menerima opini audit going concern pada tahun berjalan.

Namun demikian apa yang menjadi temuan hasil penelitian ini setidaknya mendukung penelitian yang dilakukan oleh Santosa & Wedari (2007), bahwa setelah auditor memutuskan untuk mengeluarkan opini going concern, perusahaan harus memperlihatkan peningkatan keuangan yang signifikansupaya perusahaan tidak mendapat opini audit going concern pada pengauditan tahun berikutnya, jika perusahaan tidak mengalami peningkatan yang signifikan maka perusahaan dapat menerima kembali opini going concern.

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Reputasi KAP tidak berpengaruh positif signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern.

(28)

2. Ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap opini audit going concern.

3. Opini audit tahun sebelumnya tidak berpengaruh positif signifikan terhadap peneriman opini audit going concern.

Implikasi

Sesuai dengan hasil penelitian ini maka dapat disarankan sebagai berikut:

1. Sesuai hasil penelitian ternyata KAP yang tidak tergolong dalam Big Four pun berani memberikan opini audit going concern juga, hal tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan audit perusahaan tidak harus menggunakan KAP Big Four untuk mendapatkan mutu audit yang baik.

2. Hendaknya perusahaan mempertahankan kinerjanya seperti saat ini, karena dalam penelitian ini terlihat perusahaan-perusahaan yang awalnya mendapat opini audit going concern, pada periode berikutnya rata-rata perusahaan mampu mendapat opini audit non going concern.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini hanya mengamati tentang perusahaan manufakur saja dengan kurun waktu tahun 2015-2017, sehingga hasil penelitian ini hanya terbatas pada perusahaan yang diamati dan pada kurun waktu tersebut, artinya hasil penelitian ini tidak dapat dijadikan sebagai penilaian secara umum tentang perusahaan-perusahaan lainnya yang terdaftar di BEI (Bursa Efek Indonesia).

Saran

Hendaknya peneliti selanjutnya dapat meneliti tentang opini audit going concern pada perusahaan yang bergerak dibidang lain tidak hanya dalam perusahaan manufaktur saja, dan penelitian selanjutnya diharapkan agar dapat menambah kurun waktu pengamatan agar mendapatkan hasil yang lebih baik.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, N. (2013). Pengaruh reputasi auditor, disclosure, ukuran perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya terhadap penerimaan opini audit going concern.

Arisandy , Z., Mustafa, M., & Haerial. (2015). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Perusahaan, dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Going Concern.

Arsianto, M. (2013). Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI Tahun 2007-2011).

Dewayanto, T. (2011). “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Opini Audit Going Concern pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. , Vol.6 No.1 pg 81-104.

Elqorni, A. K. (n.d.). http://elqorniwordpress.com/2009/02/26/mengenal-teori- keagenan. Retrieved from “Mengenal Teori Keagenan”. The Management Lecture Resume.

Ghozali, I. (2006). Aplikasi Analisis Multivariant dengan Program SPSS.

IAI. (2016). SAK (Standar Akuntansi Keuangan). Retrieved from iaiglobal.or.id.

Januarti, Indira, & Fitrianasari, E. (2008). Analisis rasio keuangan dan rasio non keuangan yang mempengaruhi auditor dalam memberikan opini going concern pada auditee e (studi empiris pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ tahun 2000-2005). Jurnal Maksi , Vol 8 No.1, 43-58.

Jensen, M., & W.H, M. (1976). “Theory of Firm Managerial Behaviour Agency Cost

& Ownership Structure” , Vol 3 pg. 305-306.

Junaidi, & Hartono, J. (2010). Faktor Nonkeuangan pada Opini Going Concern.

Simposium Nasional Akuntansi .

Kristiana, I. (2012). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Profitabilitas, Likuiditas, Pertumbuhanperusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Berkala Ilmiah Mahasiswa Akuntansi , Vol 1 No. 1, 47-51.

(30)

Santosa, A. F., & Wedari, L. K. (2007). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kecenderungan Penerimaan Opini Audit Going Concern. JAAI , Vol 11 No. 2, 141-158.

Sari, K. (2012). Analisi Pengaruh Audit Tenure, Reputasi KAP, Disclosure, Ukuran Perusahaan dan Likuiditas Terhadap Penerimaan Opini Audit Going (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Listing di BEI).

Ujiyanto. (2007). Mekanisme Corporate Goverment, Manajemen Laba, dan Kinerja Keuangan (Studi Pada Perusahaan Go Publik Sektor Manufaktur).

Widodo, D. M. (2011). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Auditor dalam Memberikan Opini Going Concern.

(31)

LAMPIRAN

Logistic Regression

Block 0: Beginning Block

Case Processing Summary

345 100,0

0 ,0

345 100,0

0 ,0

345 100,0

Unweighted Casesa

Included in Analysis Missing Cases Total

Selected Cases

Unselected Cases Total

N Percent

If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.

a.

De pendent Va riable Encoding

0

1 Original Value

Opini A udit Non Going Concern Opini A udit Going Concern

Int ernal Value

Categorical Variables Codings

327 1,000

18 ,000

333 1,000

12 ,000

Opini Audit Non Going Concern Opini Audit Going Concern

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3)

KAP Non Big Four KAP Big Four Reputasi KAP (X1)

Frequency (1)

Param ete r coding

Cl assi fica tion Ta blea,b ,c

0 323 ,0

0 22 100,0

6,4 Observed

Opini Audit Non Going Concern Opini Audit Going Concern

Opini Audit Going Concern (Y )

Overal l Percentage St ep 0

Opini Audit Non Going

Concern

Opini Audit Going Concern Opini Audit Going

Concern (Y )

Percentage Correc t Predic ted

No terms in the m odel.

a.

Ini tial Log-likel ihood F unct ion: -2 Log Likelihood = 478,272 b.

The cut value is ,500 c.

(32)

Block 1: Method = Enter

Variables not in the Equation

250,814 1 ,000

264,075 1 ,000

262,535 1 ,000

267,231 3 ,000

VAR00001(1) VAR00002 VAR00003(1) Variables

Overal l Statistics Step

0

Score df Sig.

Iteration Historya,b ,c

181,430 ,250 -,128 -,825

154,368 ,946 -,218 -1,400

150,111 2,517 -,388 -1,687

148,551 5,349 -,692 -1,765

148,309 6,995 -,870 -1,800

148,307 7,111 -,883 -1,804

148,307 7,112 -,884 -1,804

Iteration 1 2 3 4 5 6 7 Step 1

-2 Log

likelihood VAR00001(1) VAR00002 VAR00003(1) Coefficients

Method: Enter a.

Ini tial -2 Log Likelihood: 478,272 b.

Es timation term inated at iteration number 7 because parameter es timates changed by less than ,001.

c.

Omnibus Tests of Model Coefficients

329,964 3 ,000

329,964 3 ,000

329,964 3 ,000

Step Block Model Step 1

Chi-square df Sig.

Model Summary

148,307 ,616 ,821

Step 1

-2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

Hosme r and Leme show Test

10,554 8 ,228

St ep 1

Chi-square df Sig.

(33)

Classification Tablea

323 0 100,0

22 0 ,0

93,6 Observed

Opini Audit Non Going Concern Opini Audit Goi ng Concern

Opini Audit Goi ng Concern (Y)

Overal l Percentage Step 1

Opini Audit Non Going Concern

Opini Audit Going Concern Opini Audit Goi ng

Concern (Y)

Percentage Correct Predicted

The cut val ue is ,500 a.

Variables in the Equation

7,112 3,698 3,698 1 ,054 1226,572 ,872 1724452

-,884 ,403 4,802 1 ,028 ,413 ,188 ,911

-1,804 ,594 9,234 1 ,002 ,165 ,051 ,527

VAR00001(1) VAR00002 VAR00003(1) Step

1a

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper

95,0% C.I.for EXP(B)

Variable(s) entered on s tep 1: VAR00001, VAR00002, VAR00003.

a.

(34)

FREQUENCY TABLE

Descriptives

Reputasi KAP (X1)

333 96,5 96,5 96,5

12 3,5 3,5 100,0

345 100,0 100,0

KAP Non Big Four KAP Big Four Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Opini Audit Tahun Sebelumnya (X3)

327 94,8 94,8 94,8

18 5,2 5,2 100,0

345 100,0 100,0

Opini Audit Non Going Concern Opini Audit Going Concern Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Opini Audit Going Concern (Y)

323 93,6 93,6 93,6

22 6,4 6,4 100,0

345 100,0 100,0

Opini Audit Non Going Concern Opini Audit Going Concern Total

Valid

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Descriptive Statistics

115 133,78 91831,53 7170,8459

115 136,62 82174,52 7334,7199

115 151,52 88244,00 7911,5472 115

Total Aset Perusahaan Tahun 2015

Total Aset Perusahaan Tahun 2016

Total Aset Perusahaan Tahun 2017

Valid N (lis twis e)

N Minimum Maximum Mean

Referensi

Dokumen terkait

Novel Tarian Bumi karya Oka Rusmini memberi gambaran secara nyata dan lugas proses marginalisasi yang mengakibatkan kemiskinan, sesungguhnya banyak sekali terjadi dalam masyarakat

Disarankan (a) untuk melakukan penelitian ini pada material dari sumber yang berbeda, karena dari sumber yang berbeda akan memberikan gradasi agregat kasar dan gradasi

Setelah mengikuti perkuliahan ini mahasiswa diharapkan mampu memahami prinsip-prinsip dasar bank umum, memahami prinsip bank syariah, memahami peran dan fungsi bank

[r]

Minimum Spanning Tree (MST) adalah suatu graph yang memiliki batasan dimana semua vertex dalam graph terhubung tanpa terdapat cycle didalamnya dan memiliki total bobot edge

Figure 9 shows the sensor data consumer in an operational context with OGC CS-W catalogs for services discovery and SOS service instances with observation offerings and

Filling material (bahan pengisi) adalah komponen yang sangat berpengaruh terhadap kinerja menara pendingin, dimana permukaan kontak antara air dengan udara diperluas dan

Panduan perakitan komputer personal yang dibuat dengan menggunakan Frontpage 98 berisikan informasi perangkat keras dan cara-cara perakitan sebuah komputer untuk memberikan