• Tidak ada hasil yang ditemukan

GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT DISERTASI. Makmur Sitepu Nim:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT DISERTASI. Makmur Sitepu Nim:"

Copied!
164
0
0

Teks penuh

(1)

GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

DISERTASI

Makmur Sitepu Nim: 088102016

PROGRAM STUDI DOKTOR (S3) ILMU KEDOKTERANFAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(2)

GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

DISERTASI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Doktor dalam Program Studi Doktor (S3) Ilmu Kedokteran

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Untuk dipertahankan di hadapan sidang ujian terbuka Program Studi Doktor (S3) Ilmu Kedokteran

Universitas Sumatera Utara

Oleh

Makmur Sitepu Nim: 088102016

PROGRAM STUDI DOKTOR (S3) ILMU KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2016

(3)

PROMOTOR

Prof. dr. R. Haryono R. Roeshadi, Sp.OG (K) Guru besar tetap Departemen Obsteri dan Ginekologi

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Medan

KO-PROMOTOR

Dr. Med. dr. Damar Prasmusinto, Sp.OG (K)

Guru Divisi Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Jakarta

KO-PROMOTOR

Prof. dr. Djafar Siddik, Sp.OG (K)

Guru besar tetap Departemen Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

Medan

(4)

Judul Disertasi : GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Nama Mahasiswa : Makmur Sitepu NIM : 088102016

Program Studi : Doktor (S-3) Ilmu kedokteran

Menyetujui Komisi Pembimbing

Prof. dr. R. Haryono Roeshadi, Sp.OG (K) Promotor

Dr. Med. dr. Damar Prasmusinto, Sp.OG (K) Ko-Promotor

Prof. dr. Djafar Siddik, Sp.OG (K) Ko-Promotor

Ketua Program Studi Doktor (S-3) Dekan

Ilmu Kedokteran FK USU Fakultas Kedokteran USU

(5)

Prof.Dr.dr. Delfitri Munir,Sp.THT-KL(K) Dr.dr.Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K)

Telah diuji pada Ujian tertutup pada tanggal 30 september 2016

TIM PENGUJI

KETUA : Prof. R. Haryono Roeshadi, Sp.OG (K) Anggota : Dr. Med. dr. Damar Prasmusinto, Sp.OG (K) Prof. dr. Djafar Siddik, Sp.OG (K)

Dr. dr. Ali Sungkar SpOG (K) Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, Sp.OG (K) Prof. dr. Sorimuda Sarumpaet, MPH

Dr. dr. Rosita Juwita Sembiring, Sp.PK

(6)

UCAPAN TERIMAKASIH

Assalamu’alaikum warahmatullahi Wabarokatuh

Puji syukur kehadirat ALLAH swt yang maha pengasih dan maha penyayang, atas segala rahmat dan karunianya, saya dapat melaksanakan pendidikan S3 ilmu kedokteran. Alhamdulillah saya telah dapat menyelesaikan disertasi saya dengan judul: “ Risiko pertumbuhan janin terhambat terhadap gangguan fungsi ginjal janin dan kelanjutannya setelah lahir”. Penelitian dan penulisan disertasi ini mendapat dukungan dan bantuan serta masukan dari berbagai fihak. Dengan hati tulus, penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan kepada yang terhormat:

Rektor Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.hum, Rektor sebelumnya Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSC(CTM), Sp.A(K) dan Rektor sebelumnya, Prof. dr. Chairuddin P.

Lubis, DTM&H, SpA(K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk mengikuti pendidikan program studi doctor (S3) Ilmu Kedokteran di fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Dr. dr.

Aldy safruddin Rambe, Sp.S (K) dan dekan sebelumnya, Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan Program Studi Doktor (S-3).

Ketua Program Studi Doktor (S-3), Prof.Dr. dr. Delfitri Munir, Sp.THT-KL(K) dan ketua program studi sebelumnya Prof. dr. Chairuddin

(7)

P. Lubis, DTM&H, Sp.A (K) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada saya untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Studi Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

Kepada Promotor dan ko-promotor: Prof. dr. R. Haryono R.

Roeshadi, Sp.OG (K), Dr. Med. dr. Damar Prasmusinto, Sp.OG(K), Prof.

dr. Djafar Siddik Sp. OG (K), atas kesediaan guru-guru saya dengan tulus ikhlas meluangkan waktu untuk membimbing, mendorong, memberi masukan dengan penuh kesabaran dan perbaikan dengan teliti serta mengarahkan sehingga memperluas wawasan keilmuan saya. Sangat besar manfaat dalam penelitian dan penyempurnaan disertasi ini. Semoga ALLAH SWT selalu melimpahkan segala rahmat dan berkah, kesehatan dan kesejahteran kepada pembimbing saya.

Kepada guru-guru penguji disertasi saya: Prof. Dr. dr. M. Thamrin Tanjung, Sp.OG(K), Dr.dr. Rosita Juwita Sembiring Sp.PK. Prof. dr.

Sorimuda Sarumpaet MPH, Dr. dr. Ali Sungkar Sp.OG (K) yang telah memberi penilaian, koreksi dan masukan selama proses persiapan penelitian hingga penulisan samapi selesai demi kesempurnaan disertasi ini.

Para pemberi Kuliah Program Studi Doktor (S-3) : Prof. dr.

Chairuddin P. Lubis DTM&H, Sp. A(K), Prof.dr. Harun Rasyid Lubis Sp.PD-KGH, Alm. Prof. dr. Iskandar Zulkarnain Lubis Sp.A(K), Prof. dr.

Rozaimah Zain Hamid Ph.D, Msc, Sp.FK, Dr.Ir. Sumono MS, Drs

(8)

MPH, DSc, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya atas bimbingan dan diskusi selama saya mengikuti Program Studi S-3.

Ketua komite etik Penelitian bidang kesehatan FK-USU, Prof. dr.

Sutomo Kasiman Sp.PD, Sp.JP(K) dan beserta tim yang telah memberi masukan dan mnenyetujui penelitian ini serta menerbitkan persetujuan Komisi Etik tentang pelaksanaan penelitian bidang kesehatan.

Dr. Bambang Prabowo, M.Kes selaku direktur Rumah Sakit Pusat H. Adam Malik Medan, Direktur sebelumnya Dr. dr. Yusirwan, Sp.BA(K) yang telah memberi izin kepada saya untuk melakukan penelitian di rumah sakit tersebut.

Prof. dr. Delfi Luthan, Msc, Sp.OG(K) selaku ketua Departemen Obsteri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik beserta seluruh staf dan pegawainya, saya ucapkan terimakasih atas perhatian dan kerjasamanya selama saya mengikuti pendidikan program S-3 ini.

Kepada Rekan-rekan dan seluruh staf Divisi Fetomaternal, Departemen Obsteri dan ginekologi yang telah membantu dan medorong saya dalam menyelesaikan disertasi ini

PT. Prodia Widya husada cabang Medan yang telah membantu pemeriksaan laboratorium albumin, kreatinin urin dan cystatin C darah dalam penelitian ini, saya ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.

Kepada Dr.dr. Imam Budi Putra, MHA, Sp.KK dan seluruh staf dan pegawai secretariat program studi doctor (S-3) FK-USU yang telah membantu dalam proses pendidikan dan hubungan baik yang telah tercipta selama ini.

(9)

Kepada dr Surya Dharma, MPH, yang telah membantu dalam bidang statistic pada disertasi ini.

Sembah sujud dan terimaksih yang tak terhingga serta doa kami untuk orangtua tercinta almarhum ayahanda H. Sungkunen Sitepu dan almarhumah ibunda Hj. Ngayami Ginting, yang telah melahirkan, membesarkan, mendidik serta membimbing dan memberi tauladan dalam bekerja keras, mendalami pendidikan ilmu pengetahuan. Walaupun mereka tidak sempat menyaksikan keberhasilan ini, saya senantiasa bermohon dan berdoa kepada ALLAH SWT, agar diampuni segala dosa mereka dan kiranya mendapatkan tempat sebaik-baiknya disisi Nya.

Kepada anak-anak tersayang, dr Azano Syahriza Sitepu, dr Sarah Barbarakathy Sitepu, dr. Faridz murfuad Sitepu serta cucu-cucu, M Isad Aslam, Rivano Azka Sitepu, Syafa Ishana dan Richie Alkhalifi Sitepu yang merupakan sumber motivasi saya dalam mengikuti program studi S-3, semoga menjadi anak dan cucu yang saleh dan saleha.

Semua fihak yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang telah membantu secara langsung atau tidak langsung dalam penyelesaian disertasi ini semoga ALLAH SWT memberi balasan yang terbaik.

(10)

Akhir kata semoga disertasi ini dapat memberi sumbangan berharga bagi perkembangan ilmu kedokteran serta peningkatan pelayanan kedokteran kepada masyarakat, dan ALLAH SWT senantiasa memberi rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, Amin ya Robbal allamin.

Medan, November 2016

(11)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

I. IDENTITAS PRIBADI

1. Nama : dr. Makmur Sitepu, Mked (OG), SpOG(K)

2. Tempat, Tanggal lahir : Binjai, 7 Januari 1960.

3. Agama : Islam.

4. NIP : 196001071985031009 5. Pangkat/Golongan : Lektor kepala/ IV b 6. Jabatan akademik : Lektor

7. Pekerjaan : staf pengajar Departemen Obstetri dan ginekologi FK-USU/ RSUP. H. Adam malik, Medan

8. Alamat rumah : Jl. Terong no: 3 Medan 9. Telp. Rumah/HP : 0614523033/ 08126068360 10. Email : makmurstp@gmail.com

II. KELUARGA

1.Anak : 1. dr. Azano Syahriza Sitepu 2. dr. Sarah Barbarakathy Sitepu

3. dr. Faridz Murfuad Sitepu

2. Cucu : 1. M. Isad Aslam 2. Rivano Azka Sitepu

(12)

4. Richie Alkhalifi Sitepu

III. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. 1965-1971 SD Neg No 2 Dolok Merawan, Sedang Bedagai 2. 1972-1974 SMP Neg Batang toru, Tapanuli Selatan

3. 1975-1977 SMA Neg IV Medan

4. 1978-1985 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara 5. 1991-1996 Spesialis Obstetri dan Ginekologi FK-USU

6. 2002 Advanced Ultrasound in Obstetrics & Gynaecology, SSR Foundation/ AOFOG, Singapore

7. 2006-2008 Konsultan Fetomaternal FK-UI/RSCM/ Kolegium POGI, Jakarta

8. 2012 Magister Kedokteran Obstetri & ginekologi FK_USU 9. 2008- sekarang Pendidikan Doktor(S3) Ilmu Kedokteran FK_USU

IV. RIWAYAT PEKERJAAN.

1. Dokter/ Ka. Puskesmas Kejuruan Muda, Sungai Liput, Aceh Tamiang, Tahun 1985-1991.

2. Dokter Obstetri dan Ginekologi pada RSU. Langsa, Aceh timur tahun 1996.

3. Staf Obstetri dan Ginekologi pada RSU. Dr Pirngadi Medan tahun 1997- 2010.

4. Staf Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK- USU/ RSUP. H Adam Malik tahun 2010- sekarang

(13)

5. Ketua Divisi Fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik tahun 2012- sekarang.

6. Ketua program Studi konsultan (SP2) fetomaternal, Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik, tahun 2012- sekarang

7. Tenaga pengajar tetap FK-USU/ RSUP. H. Adam Malik tahun 20009-sekarang.

V. KEGIATAN AKADEMIK

1. Memimpin jurnal, refarat dan laporan kasus untuk PPDS Obstetri dan Ginekologi FK-USU

2. Membimbing thesis dan penelitian PPDS Obstetri dan Ginekologi FK-USU.

3. Membimbing dan diskusi kandidat konsultan (SP2) Fetomaternal Departemen Obstetri dan Ginekologi FK-USU.

4. Membimbing penelitian bagi kandidat konsultan fetomaternal FK- USU.

5. Fasilitator dalam tutorial mahasiswa S1 FK-USU.

6. Fasilitator dalam Skill Lab mahasiswa S1 FK-USU.

7. Membimbing bedside teaching untuk mahasiswa S1 FK-USU.

8. Pengajar ALARM (Advances labour and risk management ) POGI Sumut.

(14)

1. Gambaran pola haid pengguna kontrasepsi 3 keto levogestrel, Departemen Obstetri dan Ginekologi, FK-USU Medan tahun 1996.

2. Gangguan Fungsi ginjal pada pertumbuhan janin terhambat, Departemen Obsteri dan Ginekologi FK-UI, tahun 2008.

3. Pemeriksaan Perfusi plasenta pada hamil trimester III dengan 3 D POWER DOPPLER VASCULAR BIOPSY, FK-USU Medan tahun 2012

4. PNPK ( Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) Diagnosa dan tatalaksana Preeklampsia, POGI, Jakarta tahun 2015.

5. PNPK ( Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran) Persalinan Preterm, Depkes RI

6. Konsensus nasional Kebutuhan asupan air bagi ibu hamil, melahirkan dan menyusui, POGI, Jakarta, tahun 2013

7. The Status of probiotics supplementation during pregnancy, Medical Journal of Indonesia No. 24, Issue 2, June 2015, pp 67- 130

8. PNPK ( Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran ) kehamilan dengan lupus, HKFM, 2016.

VII. WORKSHOP DAN PELATIHAN YANG PERNAH DIIKUTI

1. Kursus dasar ultrasonografi dalam bidan obstetri dan kardiotokografi, Bagian/SMF Obgin FK-UNPAD, Bandung 26-27 april 2000

(15)

2. TOT Alarm International a program to reduce maternal mortality and morbidity, September 2003, Jakarta, Indonesia

3. The 4th ultrasound workshop on feto maternal medicine, Bagian Obgin FK-USU medan, 26-27 maret 2003

4. Whorshop amniocentesis, HKFM, Medan 25-26 mei 2013 ( Pelatih) a. Tehnik dan prosedur amniocentesis.

b. Komplikasi yang harus dihindari amniocentesis

5. 2nd Update & Current workshop advance USG 4D & Transvaginal, Bagian Obstetri dan ginekologi Universitas Riau, 15-16 november 2014 ( Pelatih)

6. Kursus USG Komprehensive, Pertemuan ilmiah tahunan ke 15, Padang 15-16 maret 2014 ( Pelatih)

7. Workshop transvaginal ultrasound in daily practice for OBGYN, Divisi Fetomaternal, Bagian obstetric dan ginekologi FK_UNAND, 2-3 maret 2013 ( Pelatih)

8. Kursus USG lanjutan, Pra-pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal 14 Solo, 9-10 maret 2013. ( Pelatih)

9. Workshop IUGR, Divisi Fetomaternal FK-UI, Jakarta 27 oktober 2008

10. USG dasar, Pra-pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal 13, Palembang 10-11 maret 2012 ( Pelatih)

11. Workshop Ultrasonografi, pra pertemuan ilmiah tahunan 9, fetomaternal, Jakarta 9-19 maret 2008

(16)

12. Kursus USG dasar, pra pertemuan ilmiah tahunan POGI, Jakarta 3- 4 juli 2011 (Pelatih)

13. Kursus USG lanjutan prapertemuan ilmiah tahunan POGI, Jakarta 3-4 juli 2011 ( Pelatih)

14. seminar tatalaksana HIV/AIDS dan infeksi saluran reproduksi, pra pertemuan ilmiah POGI, Jakarta , 3 juli 2011

15. Kursus aplikasi klinis pemeriksaan penunjang, pra pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal 13, Palembang, 10-11 maret 2012 ( Pembicara)

16. Workshop prosedur tindakan dengan bantuan USG, PIT fetomaternal 5, Jakarta februari 2004.

17. Workshop USG dasar, Pra kongres POGI 15, Bali nusa dua convention center, 102 juli 2012 ( Pembicara)

18. Workshop advanced ultrasound in obstetrics & Gynecology, POGI Palembang 8-9 juni 2013 ( Pelatih)

19. Amniocentesis and fetal anomaly scan, Pertemuan ilmiah tahunan POGI, Medan 14-15 september 2013 (Pelatih)

20. Recent updates in obstetric & Gynecology ultrasound, pertemuan ilmiah tahunan, POGI, medan 14-15 september 2013 ( Pelatih) 21. Kursus USG lanjutan, Sub Bagian Fetomaternal, Obgin, FK-

UNAND, Padang 7-8 desember 2012.

22. ISUOG approved course 2014: The ultimate prenatal care, Jakarta, 7-9 desember 2014

23. Ian Donald Course, Jakarta, October 18th-19th 2013 (Pembicara)

(17)

24. In Alarm a program to reduce maternal mortality and morbidity, medan, 2-3 april 2016 ( Pelatih).

25. Kursus tatalaksana HIV/AIDS dan infeksi saluran reproduksi dalam kehamilan, Pra KOGI 15, 30 juni 2012.(Pembicara)

26. Detail ultrasound scan in obstetric& Gynecology you must know, POGI, Medan 26-27 mei 2012 ( Pelatih)

27. Workshop USG Advanced, PIT Fetomaternal 16, Manado, 7-8 maret 2015.

28. Workshop on current preeclampsia diagnosis and management, The 44th international gestosis organization, Jakarta, 6th-8th 2012 29. One day workshop hysteroscopy & Laparoscopy with live

demonstration at rosiva hospital, medan, 18th august 2002

30. Workshop: DOHaD in action: Prevention of non-commonocable diseases in asia, early life nutrition forum, Jakarta, 16 mei 2011 31. Workshop advance antenatal care, prenatal diagnostic and fetal

therapy, Solo, 4 -5 agustus 2016

VIII. SYMPOSIUM YANG PERNAH DIIKUTI.

1. The 4th Scientific meeting on feto maternal medicine, Medan, 28-29 maret 2003.

2. Kongres nasional perinasia ke 8 & symposium internasional, Medan-Indonesia, 5-8 oktober 2003

(18)

3. New prevention and therapeutic based on evidence based medicine and evidence based practice, FK-USU Medan, 17-18 juli 2010 ( Pembicara)

4. Kongres nasional ke IX, Perhimpunan Ultrasonik Kedokteran Indonesia, Jakarta, 15-16 oktober 2010.

5. Pertemuan ilmiah tahunan 9 Fetomaternal, Jakarta, 11-13 maret 2008.

6. Pertemuan ilmiah tahunan Fetomaternal 13, Palembang 2012 ( Pembicara)

7. Update USG in Obstetric and Gynecologic in conjunction with AOFOG, Medan, 24-25 juli 2010 ( pembicara)

8. New Approach in Obgyn emergency case: focus on fluid therapy, IDI-POGI, Medan, 12 juni 2010 ( Pembicara)

9. From infection to deseases and the clinical laboratory pregnancy related disorders: applications and challenges, HKFM, Jakarta, 21- 23 november 2011

10. Seminar obstetric emergencies from daily practice to recent advance, FK-USU, medan 21 mei 2011 ( Pembicara)

11. Pertemuan ilmiah tahunan XII Fetomaternal, Makassar, 7-9 maret 2011.

12. Pertemuan ilmiah tahunan Fetomaternal 5, Jakarta, 26-28 februari 2004

13. Pertemuan ilmiah tahunan XV POGI, Batam, 10-13 juli 2005 (Pembicara)

(19)

14. Women health symposium: Pencegahan dan penanganan kanker leher Rahim serta osteoporosis, IDI, FK-USU Medan 27 juni 2009 (Pembicara)

15. The 3rd scientific meeting on fetomaternal medicine, Departemen Obgin FK-UNAIR, Surabaya 29-30 maret 2002.

16. Simposium: How to diagnose and treat abnormal uterine bleeding, impact iron deficiency to the fetus behavior, POGI Padang, 29 juni 2013

17. Caring with science bring POGI to the global community, KOGI XIV, Surabaya, 6-9 agustus 2009.

18. Pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal 13, HKFM, Palembang, 12- 14 maret 2012.

19. Kongres obstetric dan ginekologi ke 15, Bali, 3-5 juli 2012 (Pembicara)

20. Peningkatan mutu pelayanan obstetric dan ginekologi dalam menghadapi era globalisasi, PIT XVII POGI, Balikpapan, 28-30 juli 2008.

21. The Scientific meeting on feto maternal medicine, Departemen Obgin, FK-UNPAD, Bandung, 28-29 april 2000.

22. Pertemuan ilmiah tahunan Fetomaternal ke 14, solo, 11-13 maret 2013. ( Pembicara).

23. Kongres obstetric dan ginekologi Indonesia XVI, Bandung, 24-26 agustus 2015 ( Pembicara).

(20)

24. Pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal ke 16, manado, 9-11 maret 2015 ( Pembicara).

25. Peranan pentingnya progesterone pada kehamilan, POGI cab Medan, 6-7 mei 2016.

26. 2nd International congress of ISSHP Indonesia 2015 ( Bringing a new era in preeclampsia: Novel diagnostics and therapeutics ), Solo, 4-6 oktober 2015 ( Pembicara).

27. Pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal ke 15, Padang, 17-19 maret 2014 ( Pembicara).

28. Dengan peningkatan ilmu dan tehnologi kesehatan reproduksi yang lebih maju, kita mantapkan pencapaian MDGs 2015, PIT POGI 20, Medan, 16-18 september 2013. (Pembicara)

29. Updates in obstetrics and gynaecology, SSR Foundation, Singapore, 6-7 april 2002.

30. Early life nutrition maternal obesity and pregnancy outcomes, PIT FM 13, Palembang.

31. Pertemuan ilmiah tahunan POGI XIX, Jakarta, 2-7 juli 2011.

32. 8th ISUOG Outreach course, Singapore in cinjunction with 3rd Sientific congress of college of O&G, Singapore, 7th-9th 2012.

33. 6th Indonesia ISUOG approved course 2012 in conjunction with maternal fetal medicine Indonesia seminar, medan 9th-11th November 2012 ( Pembicara)

(21)

34. The 7th symposium on critical care and emergency medicine, risk and recnet advances management in critical care and emergency medicine, Medan, 9-10 mei 2014 (Pembicara).

35. Obsteri critical care from biomelecular to clinical practice, PIT Fetomaternal 17, semarang, 17-19 maret 2016 (Pembicara)

36. Siklus menstruasi normal dan peran SpOG dalam penanganan kanker ginekologi, POGI medan, 5 desember 2015.

37. Menuju kemajuan ilmu dan tehnologi obstetric ginekologi yang berlandaskan etika profesi menyosong era pasar bebas, PIT POGI XXI, Bali, 28-30 agustus 2014. (pembicara)

38. AOFOG- Ian Donald ultrasound update course, Jakarta, 28th-29th, 2016.

39. Speaker bureau forum 2016, IDI, Jakarta

40. Web seminar “ the first 1000 days: diagnosis and management of placenta acreta ( Placenta adhesions) “, RSPAD, Jakarta 3 maret 2016.

41. A night with expert, POGI medan, 24 april 2016 ( Pembicara) 42. Ian Donald course, Jakarta, October 18th-19th 2013 ( Pembicara) 43. The 29th international congress fetus as patient: preparing peaceful

generation, Jakarta, 16th-17th October 2013.

44. Pertemuan ilmiah tahunan fetomaternal ke 15, Padang, 17-19 maret 2014.

45. ISUOG approved course 2014: the ultimate prenatal care, Jakarta ,

(22)

46. Seminar menopause dalam rangka word menopause day 2014, POGI Medan, 18 oktober 2014.

47. Seminar laparoskopi ginekologi, departemen Obgin FK-USU, Medan, 21 oktober 2010.

48. The 44th international meeting of gestosis organization, Jakarta, 6th-8th may 2012

49. Advances labour and risk management course, PIT POGI XVIII, Jakarta 4-9 juli 2010.

50. Get Ready for miracles, Seminar on prenatal check up, Medan, 2010.

51. Obgyn summit 2016 “ New defined paradigm of treatment in obstetric and gynecology, POGI Mataram, 22 mei 2016.

(Pembicara)

52. Pertemuan ilmiah tahunan POGI ke 22, Solo 6-9 agustus 2016 ( Pembicara)

53. World congress perinatal mendicine in developing countries, improving perinatal care for better generation, Jakarta 8th-10th march, 2010 ( Pembicara)

54. Second ISUOG Obstetric Ultrasound Outreach Course ( Singapore), KK Women’s and Children Hospital, 12th to 14th 2006.

IX. Riwayat Organisasi

1. Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan, !996 – sekarang

(23)

2. Anggota Persatuan Obsteri dan Ginekologi (POGI) Sumatera utara, 1996 – sekarang.

3. Ketua Himpunan Kedokteran fetomaternal (HKFM) cabang Sumatera utara, 2008 – sekarang.

4. Ketua Perinasia cabang Sumatera Utara, 2010 – sekarang.

5. Ketua Persatuan Ultrasonik Kedokteran Indonesia (PUSKI) Cabang Sumatera Utara, 2010 – sekarang

(24)

PERNYATAAN ORISINILITAS

GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Dengan ini penulis menyatakan bahwa penulisan disertasi ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Doktor Pada Program Studi Doktor (S-3) Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan disertasi ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian disertasi ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi-sanksi lainya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, November 2016

Materai

Makmur Sitepu

(25)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Makmur Sitepu NIM : 088102016 Program Studi : Ilmu Kedokteran Jenis Karya : Disertasi

Dengan pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak bebas Royalti Non Eksklusif ( Non Exclusive Royalty Free Right) atas disertasi saya yang berjudul:

GANGGUAN FUNGSI GINJAL JANIN DAN NEONATUS PADA PERTUMBUHAN JANIN TERHAMBAT

Beserta perangkat yang ada ( jika diperlukan), dengan hak bebas Non eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihkan media/formakan , mengelola dalam bentuk database, merwat dan mempublikasi disertasi saya tanpa meminta izin dari saya sebagai penulis dan sebagai pemilik hak cipta.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dengan sebenarnya

Dibuat di Medan, November 2016

Yang menyatakan

(26)

RINGKASAN

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) adalah kegagalan pertumbuhan janin untuk mencapai potensi pertumbuhan yang normal pada janin tertentu disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. WHO menetapkan bayi terlahir cukup bulan dengan berat badan < 2500 gram adalah PJT. Berdasarkan berat badan janin < dari persentil 10 terjadi inkonsisten istilah antara, kecil masa kehamilan (KMK) dengan PJT, karena ternyata 70%, merupakan bayi bayi kecil tapi sehat. Yang terpenting dalam menilai pertumbuhan janin adalah pertambahan berat badan dari waktu ke waktu yang terus naik sesuai dengan grafik pertumbuhan normal. Kalau terjadi penurunan persentil pertumbuhan, hal inilah disebut dengan PJT.

Hipotesa Barker menekankan adanya hubungan yang erat antara PJT yang disebabkan oleh nutrisi yang kurang optimal, insufisiensi plasenta dengan terjadinya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, resistensi insulin dan penyakit vaskuler perifer pada masa dewasa.

Pada penelitian dengan binatang percobaan dengan PJT, didapati pengurangan jumlah glomerulus 20% dan disertai pembesaran glomerulus sebagai kompensasinya yang dalam jangka panjang akan menyebabkan glomerulomegali dan terjadinya proteinuria. Pada otopsiginjal yang dilakukan pada bayi lahir mati dan bayi mati dalam 1 tahun yang berat

(27)

badannya normal dibandingkan dengan PJT didapati terjadi pengurangan jumlah nefron pada bayi PJT.

Tujuan penelitian ini adalah melakukan pengukuran volume ginjal janin pada usia 36 minggu yang merupakan waktu akhir dari nefrogenesis pada janin PJT dibandingkan dengan janin normal dengan tehnik 3D VOCAL serta pengukuran sekresi urin/ jam yang diketahui dengan delta kandung kencing yang diukur tiap ½ jam kemudian hasilnya dikali 2.

Setelah lahir pada hari ke 7 dilakukan pengukuran albumin dan kreatinin urin serta cystatin c darah.

Penelitian Quasi eksperimental pretest posttest with comparation.

Kelompok kasus adalah janin dengan pertumbuhan janin terhambat (PJT) sampai usia kehamilan 36 minggu. Dari 23 sampel yang diikuti 2 janin mengalami perbaikan pertumbuhan menjadi normal sehingga dikeluarkan dari penelitian dan 1 ibu menolak bayinya diambil darahnya, sehingga jumlah kasus 20 janin. Kelompok kontrol adalah janin normal yang berjumlah 23 orang. Untuk menyesuaikan dengan jumlah kasus, diambil secara berpasangan 20 kontrol janin normal.

Rerata Berat neonatus PJT adalah 2950 gr ± 330 sedang neonatus normal 3306 gr ± 194 dan panjang neonatus PJT 49 cm ±0,81 sedang neonatus normal 50 cm ± 0,88.

Pada pemeriksaan volume ginjal janin PJT didapati volume ginjal kiri 6,47 ml ± 1,85 sedang janin normal adalah 11,09 ml ±2,91 dan hal ini berbeda bermakna sedang pada pengukuran ginjal kanan janin PJT

(28)

didapati volume ginjal 6,07 ml ± 1,90 sedang janin normal 10,74 ml ±3,35 dan secara statistik berbeda bermakna dengan p = 0,001.

Pengukuran volume kandung kencing dilakukan 2 kali yakni setiap

½ jam dan deltanya dikali 2 yang merupakan sekresi urin janin/jam, pengukuran volume kandung kencing juga dilakukan dengan tehnik 3D VOCAL maka didapati sekresi urin janin PJT/ jam adalah 8,21 ml ± 3,47 sedang janin normal adalah 19,22 ml ± 5,78 dan hal ini berbeda bermakna dengan p=0,001. Produksi urin ini sangat erat kaitannya dengan jumlah air ketuban dan merupakan salah satu cara untuk mengukur jumlah air ketuban yang selama ini dilakukan dengan pengukuran secara semikuantitatif yakni dengan 4 kuadran, dari hasil produksi urin ini diadapati jumlah indek cairan amnion janin PJT 6,57 ml ± 2,28 sedang janin normal 11,85 ml ± 2,53, meskipun indek cairan amnion janin PJT masih normal namun tampak pengurangan jumlah air ketuban yang nyata antara janin PJT dan normal.

Pada pemeriksaan setelah lahir pada hari ke 7 dilakukan pemeriksaan albumin urin didapat 15,8 mg/l ±31,31 pada neonatus PJT sedang neonatus normal 1,9 mg/l ± 0,19 dan dijumpai kadar kreatinin urin neonatus PJT 17,1 mg/l ±9,8 sedang neonatus normal yakni 8,2 mg/l ±2,9 hal ini berbeda bermakna antara neonatus PJT dan normal dengan p=0.001.

Karena pengambilan sampel urin dilakukan sesaat, maka untuk hasil yang lebih baik dilakukan pengukuran rasio albumin dan kreatinin dimana pada neonatus PJT didapati 198,0 ug/mg ± 627,6 sedang

(29)

neonatus normal 24,8 ug/mg ± 14,1, meskipun pada neonatus PJT angka rasio albumin kreatinin masih belum mencapai 200 ug/mg yang merupakan pertanda sudah terjadi makroalbuminuria namun terjadi perbedaan yang signifikan antara neonatus PJT dengan normal. Pada pemeriksaan kadar cystatin c darah neonatus PJT didapat 1,47 mg/l ± 0,27 sedang neonatus normal adalah 1,45 mg/l ±0,19 dan hal ini tidak berbeda bermakna dengan p= 0,80.

(30)

SUMMARY

Intrauterine Growth restriction (IUGR) is a fetal growth failure to achieve normal growth potential in particular fetus is caused by genetic and environmental factors. WHO sets babies born full-term birth weight <2500 g was IUGR. Based on fetal weight <10th percentile occurred inconsistency of terms between, small for gestational age (SGA) with IUGR, as it turns out 70%, a small but healthy baby. Most important in assessing fetal growth is weight gain over time continue to rise in accordance with the normal growth chart. If a decline in growth percentiles, it is called with IUGR.

Barker hypothesis emphasizing the close relationship between IUGR caused by less than optimal nutrition, placental insufficiency with hypertension, coronary heart disease, diabetes mellitus, insulin resistance and peripheral vascular disease in adulthood.

In studies with experimental animals with IUGR, found 20%

reduction in the number of glomeruli and glomerular compensatory enlargement is accompanied in the long run will lead to glomerulomegali and the onset of proteinuria. At autopsy the kidneys were performed on stillbirth and infant death in the first year of normal weight compared with IUGR found a reduction in nephron number in IUGR infants.

The purpose of this study is to measure the volume of fetal kidney at the age of 36 weeks which is the end time of nefrogenesis fetal IUGR compared with normal fetuses with 3D VOCAL ultrasound and measuring the secretion of urine / h with known delta bladder measured every ½ hour

(31)

later the results are multiplied 2. Having been born on day 7 was measured urine albumin and creatinine and cystatin c blood.

This study is Quasi experimental pretest posttest with comparation.

The group is a case of fetal growth retardation (IUGR) until 36 weeks of gestation. Of the 23 samples followed by two fetuses had improved to normal growth thus excluded from the study and 1 baby's mother refused to have blood drawn, so that the number of cases of 20 fetuses. The control group was normal fetus that was 23 people. To adjust the number of cases, taken in pairs to control 20 normal fetuses.

The mean weight of IUGR neonates was 2950 ± 330 gr were normal neonates 3306 ± 194 g and 49 cm long IUGR neonates ± 0.81 were normal neonates 50 cm ± 0.88.

On examination of fetal renal volume IUGR found the left kidney volume of 6.47 ± 1.85 ml, normal fetuses was 11.09 ± 2.91 ml and it was significantly different being on the measurement of the right kidney was found IUGR fetus kidney volume 6.07 ml ± 1.90 normal fetuses were 10.74

± 3.35 ml and statistically significantly different with p = 0.001.

Bladder volume measurement is done 2 times that every ½ hour and the delta multiplied by 2, which is the secretion of urine fetus / hour, examination bladder volume is also done with the 3D technique VOCAL then found the secretion of urine fetal IUGR every hour was 8.21 ± 3.47 ml, normal fetuses was 19.22 ± 5.78 ml and this is significantly different with p = 0.00. Urine production is very closely related to the amount of amniotic fluid and is one way to measure the amount of amniotic fluid that has been done by the semiquantitative measurement with four quadrants,

(32)

IUGR index of 6.57 ml ± 2.28 normal fetus was 11.85 ± 2.53 ml, although the index of amniotic fluid

(33)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

1.1.1. Definisi dan epidemiologi

Pertumbuhan janin terhambat (PJT) tidak diragukan lagi merupakan sesuatu yang paling menantang dalam riset-riset obstetrik karena akan meningkatkan angka kesakitan dan kematian perinatal(Carera, 2003; Cuningham, 2006; Resnik dan Creasy, 2014).

Hipotesis Barker menekankan adanya hubungan yang erat antara PJT yang disebabkan oleh nutrisi yang kurang optimal dan insufisiensi plasenta dengan terjadinya hipertensi, penyakit jantung koroner, diabetes mellitus, resistensi insulin dan penyakit vaskuler perifer pada masa dewasa( Barker, 1995;Fowden, Giussani danForhead, 2006 ).

PJT didefinisikan sebagai kegagalan pertumbuhan janin untuk mencapai potensi pertumbuhan yang normal pada janin tertentu yang disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan(Janotet al., 2014;

Lausman, Kingdom, 2013;Gagnon, et al., 2013). WHO menetapkan bahwa bayi terlahir cukup bulan dengan berat badan < 2500 gram adalah PJT (WHO, 1969).

Bila berdasarkan berat badan janin adakerancuan istilah antara kecil masa kehamilan (KMK) dengan PJT karena ternyata 70% bayi dengan berat badan < persentil 10 merupakan bayi bayi kecil tapi sehat.

Yang terpenting dalam menilai pertumbuhan janin adalah pertambahan

(34)

pertumbuhan normal. Kalau terjadi penurunan persentil pertumbuhan disebutlah dengan PJT (Unterscheider et al., 2013; Haram,Softeland dan Bukowski, 2013; Suhag dan Berghella, 2013).

Angka prevalensi PJT sangat tergantung populasi yang diteliti, geographi dan standar kurva pertumbuhan yang dipergunakan. Lebih kurang sepertiga sampai seperempat dari bayi-bayi yang dilahirkan dengan berat badan < 2500 gr adalah PJT.Diperkirakan angka PJT di negara maju adalah 6 – 8%dariseluruh kelahirandan 4 – 30% di negara berkembang(Resnik dan Creasy, 2014; Lin,1998; Brodsky, 2004; Dashe, 2000). Di Indonesia, berdasarkan data dari Riskesdas 2013,berat bayi lahir rendah (BBLR) 10,2% turun dibandingkan tahun 2010 yakni 11,1%, dengan angka terendah 7,2% ditemui di Sumatera Utara dan tertinggi 16,9% di Sulawesi Tengah(Riskesdas, 2013).

PJT didefinisikan juga sebagai bayi dengan ukuran biologi berat lahir di bawah persentil 10 usia gestasinya (Cuningham et al.,2006; Sohn et al., 2004; Figueroa dan Gardosi, 2012).Batasan-batasan bayi yang gagal mencapai berat lahir sesuai dengan usia gestasiantara lain persentil 2.5, 3, 5, 10, 15, dan 25 atau 1,0, 1.5, atau 2 standar deviasi (SD) dibawah rata-rata berat populasi. Namun yang umum dipakai adalah ukuran di bawah persentil 10 (RCOG, 2002; Doubilet et al.,1995;

Thureenet al., 2001; Haram, Softelan dan Bukowski, 2013; Lausman dan Kingdom, 2013; Bamfo dan Odibo, 2011).

(35)

WHOmenetapkan semua bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500 gr adalah PJT (WHO, 1969). Battaglia(1970) dan Yesushalm (1970) membagi bayi berat lahir < 2500 gr sebagai berikut:

1. Preterm adalah bayi yang lahir < 37 minggu dengan berat badan lahir sesuai dengan usia gestasinya.

2. Preterm dan PJT adalah bayi yang lahir < 37 minggu dengan berat badan lahir lebih kecil dari usia gestasinya.

3. PJT aterm adalah bayi yang lahir > 37 minggu dengan berat badan lahir lebih kecil dari usia gestasi. Namun tidak semuanya merupakan PJT, sebagian adalah sesuai dengan rata - rata berat populasinya (konstitusional).

1.1.2. Efek PJT terhadap ginjal

Pada penelitian dengan binatang percobaan dengan PJT, didapati pengurangan jumlah glomerulus 20% disertai pembesaran glomerulus sebagai kompensasinya, yang dalam jangka panjang akan mengakibatkan terjadinya proteinuria(Schreuder, Nyengaard dan Fodor, 2005). Pada otopsiginjal yang dilakukan pada bayi lahir mati dan bayi mati dalam 1 tahun yang berat badannya normal dibandingkan dengan PJT didapati terjadi pengurangan jumlah nefron pada bayi PJT (Hinchlippe, Lynch dan Sargent, 1992).

Tidak dijumpai perbedaan ukuran ginjal kanan dan kiri antara janin laki-laki dan perempuan pada pemeriksaan USG 3D kehamilan sehat 20- 40 minggu (Yoshizakiet al., 2012). Namun volume ginjal janin bertambah

(36)

volume ginjal lebih kecil dibandingkan janin normal yaitu berada di bawah persentil 10 normogram normal ginjal (Chen-Siang et al., 2000 ; Adam, et al., 2015).

Konje et al. (1996)melakukan pemeriksaan ultrasonografi ginjal janin pada potongan longitudinal dan tidak menemukan perbedaan ukuran antara janin PJT dengan janin normal. Namun ternyata pertambahan diameter antero-posterior, transversal dan circumferencenya lebih rendah pada janin PJT, terutama bila terjadi sejak usia 26 minggu. Perbedaan ini paling jelas antara usia 26 – 34 minggu dan menetap sampai lahir.

Sehingga diduga periode kritis nefrogenesis adalah 26 – 34 minggu.

Nefron pada janin manusia terbentuk sempurna sampai usia 36 minggu dan tidak ada pertumbuhan selanjutnya sampai lahir.Hal ini berbeda dengan tikus yang akan berlanjut sampai 2 minggu setelah lahir.

Urin pertama kali memasuki cairan amnion pada usia 8 – 11 minggu dan sejak pertengahan usia kehamilan merupakan sumber utama cairan amnion.Produksi urin/24 jam meningkat dari 110 ml/kg pada usia 25 minggu menjadi 190 ml/kg pada usia 39 minggu dan pengeluaran urin ke cairan amnion terjadi tiap 20 – 25 menit (Resnik danCreasy, 2014).

Keadaan hipoksemia,yang ditandai dengan meningkatnya RI (indek resistensi), SD rasio (rasio sistolik diastolik) dan PI (indek pulsatil) dari arteri umbilikalis serta asidemia pada janin PJT, akan menyebabkan redistribusi darah ke organ paling vital, seperti: otak, jantung dan kelenjar adrenal. Sedangkan ke organ-organ lain akan berkurang, termasuk ke arteri renalis. Hal ini mengakibatkan berkurangnya pengeluaran urin janin

(37)

dan bila berlangsung lama akan menimbulkan oligohidramnion.Hipoksemia juga merangsang pengeluaran hormon arginine vasopressin yang menyebabkan peningkatan reabsorbsi cairan oleh nefron. Hal ini menyebabkan makin berkurangnya produksi urin janin (Phamet al., 2003; Resnik dan Creasy, 2014; Baschat, 2012).

Cystatin c adalah suatu protein yang terdiri dari 120 asam amino dengan berat molekul rendah yakni 13,3 kD yang diproduksi oleh semua sel yang mempunyai nukleus. Cystatin c difiltrasi secara bebas di glomerulus dan tidak diresorbsi oleh tubulus sehingga dapat digunakan sebagai indikator yang baik untuk menilai laju filtrasi glomerulus (LFG).

Kadar cystatin c dalam darah relatif stabil karena tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin, berat badan, adanya proses peradangan, asupan protein dan usia, kecuali pada usia < 1 tahun. Kadar cystasin c tertinggi dijumpai pada usia 1 hari diikuti penurunan yang cepat sampai 4 bulan kelahiran dan pada usia 1tahun kadarnya menjadi konstan (Inker,Schmid dan Tighiouart, 2012).

Pada penelitian uji komparasi antara kadar kreatinin dan kadar cystasin c serum untuk menilai fungsi ginjal didapatkan bahwa kadar cystasin c lebih baik untuk menilai kerusakan ginjal terutama pada gangguan fungsi ginjal yang ringan(Inker,Schmid dan Tighiouart, 2012).

1.2.Rumusan Masalah

Pada PJT akan terjadi adaptasi berupa redistribusi arus darah ke

(38)

berkurang. Adaptasi pada saat nefrogenesis akan menyebabkan pengurangan jumlah nefron karena apoptosis. Akibatnya ukuran ginjal menjadi lebih kecil, yang akhirnya akan mengganggu fungsi ginjal bayi.

Bila hal ini berlangsung lama akan menimbulkan oligohidramnion.

PJT yang selama ini diteliti adalah berdasarkan berat badan lahir <

2500 gr, sedangkan pertumbuhan nefron janin berlangsung sampai 36 minggu, sehinggabila janin mengalami PJT sampai usia kehamilan 36 minggu, meskipun setelah itu terjadi pertumbuhan yang baik sampai lahir, maka jumlah nefron akan tetap kurang. Karena itu peneliti meneliti ukuran ginjal dan fungsi ginjal janin PJT sampai usia kehamilan 36 minggu

1. Apakah terjadi pengurangan sekresi urin intrauterine pada janin PJT?

2. Apakah volume ginjal pada PJT lebih kecil dibanding janin kontrol?

3. Apakah volume ginjal janin laki-laki dan perempuan PJT berbeda dengan janin kontrol?

4. Apakah arus darah (RI, SD, PI) arteri umbilikal janin PJT lebih lambat dari janin kontrol?

5. Apakah jumlah air ketuban janin PJT lebih sedikit dari janin kontrol?

6. Apakah terjadi proteinuria pada bayiPJT setelah lahir?

7. Apakah terjadi peningkatan kadar kreatinin pada bayi PJT?

8. Apakahada peningkatan kadar cystatin c pada bayi PJT setelah lahir?

(39)

1.3.Tujuan Penelitian

Tujuan Umum: Mengukur besar volume ginjal dan fungsinya pada janin intrauterine dan fungsi ginjal segera setelah lahir

Tujuan Khusus:

1. Mengetauhi sekresi urin janin PJT dan kontrolintrauterine.

2. Mengetahui volume ginjal janin PJT dan kontrolintrauterine.

3. Mengetahui volume ginjal janin laki-laki dan perempuan PJT dan kontrolintrauterine.

4. Mengetahui arus darah (RI,SD,PI) arteri umbilikalis janin PJT dan kontrolintrauterine.

5. Mengetahui jumlah air ketuban janin PJT dan kontrolintrauterine.

6. Mengetahui sekresi protein urin bayi PJT dan kontrol setelah lahir.

7. Mengetahui kadar kreatinin bayi PJT dan kontrol setelah lahir.

8. Mengetahuikadar cystasinc darah bayi PJT dan kontrol setelah lahir.

1.4. Hipotesis

1. Produksi urin janin PJT intrauterine sampai usia kehamilan 36 minggu lebih sedikit dibandingkan janin kontrol.

2. Ukuran volume ginjal janin PJT sampai 36 minggu kehamilan lebih kecil dibanding janin kontrol.

(40)

3. Ukuran volume ginjal janin PJT laki-laki dan perempuan berbeda dengan janin kontrol

4. Arus darah ( RI, SD, PI) arteri umbilikalis lebih tinggi pada janin PJT dibanding janin kontrol.

5. Jumlah air ketuban janin PJT lebih sedikit dibanding janin kontrol.

6. Kadar kreatinin urin bayi kelompok PJT lebih tinggi dibanding bayi kontrol.

7. Kadar proteinuria bayi kelompok PJT lebih tinggi dibandingkan bayi kontrol.

8. Terdapat perbedaan kadar cystatin-C plasma bayi kelompok PJT dan bayi kontrol.

1.5.Manfaat Penelitian.

1.5.1.Manfaat teoritis

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan data dan informasi tentang keadaan fungsi ginjal pada janin PJT

2. Mendapatkan data bahwa PJT merupakan salah satu penyebab gangguan ginjal.

3. Sebagai data dasar untuk penelitian dan pengembangan teori tentang PJT

(41)

1.5.2. Manfaat praktis ( terapan)

1. Menunjukkan bahwa cara pemeriksaan serial lebih tepat untuk menilai potensi pertumbuhan janin daripada hanya pemeriksaan persentil janin.

2. Menunjukkan kepraktisan cara pengukuran volume ginjal dengan tehnik VOCAL.

3. Menunjukkan alternatif pengukuran indeks cairan amnion (ICA) dengan pemeriksaan serial volume kandung kencing janin.

4. Menunjukkan pentingnya pemeriksaan Doppler arteri umbilikalis sebagai parameter gangguan potensi tumbuh janin pada PJT.

1.6. Orisinalitas

Pemeriksaan volume dan pengukuran fungsi ginjal pada janin PJT belum pernah dilakukan di Indonesia. Oleh sebab itu penelitian ini diharapkan dapat menyumbangsebuah hak atas kekayaan intelektual berupa penemuan adanya gangguan fungsi ginjal pada bayi meskipun terlahir dengan berat lebih dari 2500 gr.

Pengukuran volume ginjal pada usia kehamilan 36 minggu sesuai dengan batas akhir waktu nefrogenesis yang merupakan representasi jumlah nefron belum pernah dilakukan. Karena itu diharapkan penelitian ini dapat menambah pemahaman tentang keadaan ginjal janin.

(42)

1.7. Hak Atas Kekayaan Intelektual

1. Gangguan potensi tumbuh janin yang terjadi sampai usia kehamilan 36 minggu akan menyebabkan ukuran volume ginjal lebih kecil dan dapat mempengaruhi fungsi ginjal

2. Meskipun terjadi perbaikan tumbuh kembang setelah usia kehamilan 36 minggu dan terlahir dengan berat badan > 2500 gram namun gangguan fungsi ginjal tetap terjadi.

(43)

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Pertumbuhan Janin Terhambat

PJT merupakan salah satu penyebab kematian perinatal tersering,yaitu 26 % atau lebih. Jika ditemukan, maka angka kematian akan meningkat 7 kali lipat. Alat Bantu yang paling baik dalam menentukan PJT adalah ultrasonografi, karena dengan alat ini PJT dapat ditetapkan dengan akurat. Disamping itu dapatjuga digunakan untuk membedakan jenis-jenis PJT yang simetris atau asimetris (Manning, 2003).

2.1.1 Definisi

PJT adalah berat janin kurang dari persentil ke 10 atau janin yang tidak dapat mencapai pertumbuhan potensial sesuai dengan usia gestasinya, yang disebabkan oleh satu atau banyak faktor (Bianchi, Crombleholme dan D’Alton, 2000).

Standar pertumbuhan normal janin adalah berada diantara 2 SD dari rata-rata persentil 2,5 – 97,5 atau antara persentil ke 10 – 90 sesuai usia gestasi. Tidak semua janin dengan pertumbuhan di bawah persentil 10 adalah PJT. Hanya 40 % yang benar-benar PJT, sedangkan 40% lagi secara konstitusional memang kecil, biasanya disebabkan oleh ibu dengan berat badan dibawah 50 kg, dan sisanya 20% karena faktor kromosom atau lingkungan seperti trisomi 18, infeksi sitomegalovirus, fetal

(44)

alkohol syndrome, dll (Resnik, Creasy, 2014; Cuningham, 2006; RCOG 2002; Sohn, 2004; Thureen, 2001; Harper 2005).

Arbuckle (1993) membuat normogram berat janin persentil ke 10 berdasarkan jenis kelamin laki dan perempuan dengan janin laki-laki lebih berat dari janin perempuan. Penelitian ini berdasarkan dari hasil pengamatan 2 juta janin tunggal dan 10.000 janin kembar di Kanada pada tahun 1986 - 1988 dengan normogram berat janin yang lebih besar dibanding data tahun 1970, sehingga dianjurkan grafik pertumbuhan janin diperbaharui tiap 5 – 10 tahun.

Berdasarkan penelitian epidemiologi, PJT akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit jantung, hipertensi, penyakit jantung iskemia, intoleran glukosa, resistensi insulin, DM tipe II, dll. Diketahui bahwa gangguan pertumbuhan janin di dalam uterus akan menyebabkan perubahan permanen dari struktur jaringan yang dikenal dengan nama FETAL PROGRAMMING (Fowden dan Giussani, 2006; Chavette-Palmeret al.,., 2015).

(45)

Tabel 2.1.Akibat yang ditimbulkan pada fetal programming (Fowden, Giussani dan Forhead, 2006; Chavette-Palmeret al.,., 2015).

(46)

Organ Penyakit Sistem Kardiovaskuler Hipertensi

Peny. Jantung coroner Stroke

Ateroskerosis

Gangguan koagulasi darah Preeklamsia

Sistem Metabolik Gangguan toleransi glukosa Resistensi insulin

Dislipidemia Diabetes tipe 2

Sistem reproduksi Sindroma ovarium polikistik Menarke dini

Menopause dini

Sistem respirasi Peny. Paru obstruksi kronik Asma

Sistem endokrin Hiperkortisolism Hipertiroid

Sistem saraf Kelainan neurologi

Skizofrenia Dimensia

Sistem skeletal Osteoporesis

(47)

Gambar 2.1.Fetal Programming penyebab dan konsekuensinya (Fowden, Giussani dan Forhead, 2006).

2.1.2 Insiden

Insiden PJT sangat tergantung pada populasi yang diteliti, geografi, standar kurva pertumbuhan yang dipergunakan, serta persentil yang dipilih antara lain 3, 5, 10 atau 15. Umumnya digunakan persentil 10.

Lebih kurang 1/3 atau 1/4 bayi-bayi yang dilahirkan, berat badannya <

2500 gr. Diperkirakan angka PJT di negara maju 6 – 8% dari seluruh kelahiran dan di negara berkembang 4 – 30% (Resnik dan Creasy, 2014).

Janin dengan PJT asimetris lebih sering ditemukan daripada janin dengan PJT simetris, yaitu berturut-turut 70-80% vs 20-30%. PJT

(48)

berlawanan yaitu dari 1364 janin PJT, 20% adalah PJT asimetris dan 80%

PJT simetris. PJT asimetris berisiko lebih besar terhadap terjadinya fetal distress, tindakan operasi dan skore Apgar lebih rendah dibanding PJT simetris (Resnik dan Carera, 2014; Lin, 1998; Brodsky, 2004; Dashe, 2000).

2.1.3. Angka kesakitan dan kematian

Secara umum terjadi peningkatan angka kematian janin 6 – 10 kali lipat dibanding dengan janin normal. Hal ini disebabkan oleh fetal distress, asfiksia, hipoglikemia, hipokalsemia, aspirasi mekonium dan lahir mati (Dogra et al.,.,2006; Meyer dan Joseph, 2013).

Angka kematian bayi PJT meningkat seiring dengan semakin tuanya kehamilan. Begitu juga bila berat badan lahirnya semakin kecil.

Bayi yang dilahirkan dengan berat badan < 1500 gr mempunyai angka kematian 70 – 100 kali lipat janin normal. Sedangkan berat badan lahir 1500 – 2500 gr angka kematiannya 5 – 30 kali janin normal (Resnik dan Creasy, 2014).

Manning (2003) yang meneliti 1560 kasus PJT persentil 1-10, melaporkan bahwa angka kematian bayi sangat tinggi bila berat badan lahir kurang dari persentil 6.

(49)

2.1.4. Etiologi

PJT dapat disebabkan oleh faktor maternal, janin atau plasenta.

Sebagian dapat diketahui intrauterine dan sebagian lagi baru diketahui setelah dilakukan otopsi (Resnik dan Creasy, 2014; Brodsky dan Christou, 2004).

2.1.4.1. Faktor maternal

Faktor maternal sebesar 25 – 30%

a. Hipertensi.

b. Diabetes mellitus.

c. Penyakit ginjal.

d. Penyakit kollagen.

e. Thrombophilia.

f. Sindroma antifosfolipid.

g. Hipoksia persisten (High altitude, penyakit paru, penyakit jantung, anemia).

h. Kelainan bentuk uterus.

i. Malnutrisi.

j. Toksin ( merokok, alkohol, obat-obatan dll).

2.1.4.2. Faktor plasenta

a. Invasi trophoblast abnormal.

b. Infark plasenta.

(50)

d. Plasenta circumvallate.

e. Chorioangioma.

f. Insersi velamentosa.

g. Anomali vaskular umbilikal-plasenta.

2.1.4.3. Faktor janin(Resnik dan Creasy, 2014; Doubilet, 1995; Brodsky, 2004; Harper, 2005 ).

a. Genetik (20%). (kelainan kromosom, kelainan kongenital) b. Kehamilan ganda (5%).

c. Infeksi intrauterine (sitomegalovirus, malaria, parvovirus, rubella, toxoplasmosis, hespes virus, HIV )

Meskipun ukuran plasenta tidak harus sesuai dengan fungsinya, namun fungsi plasenta tidak dapat diketahui secara rinci bila hanya melakukan pemeriksaan klinis, dalam hubungan antara ukuran dan morfologi dengan luaran janin. Umumnya bayi-bayi besar mempunyai ukuran plasenta yang besar juga. Berdasarkan penelitian pada hewan dan manusia, janin dengan PJT tanpa anomali umumnya mempunya ukuran plasenta 24% lebih kecil.

Plasenta tumbuh sesuai dengan semakin tuanya kehamilan namun pada PJT sebelum dan setelah 36 minggu laju pertambahan berat plasenta melambat, yaitu, setelah dikurangi berat tali pusat dan selaput ketuban, kurang dari 350g (Resnik dan Creasy, 2014).

.

(51)

Rasio berat janin plasenta akan terus meningkat terutama sejak usia kehamilan 20 minggu. Bila rasio janin plasenta lebih dari 10 maka kemungkinan terjadinya PJT dan fetal distress akan meningkat karena kapasitas plasenta untuk menyalurkan nutrisi kurang.

Kemampuan transfer nutrisi dari plasenta bukan hanya tergantung dari beratnya, namun juga kedalaman invasi trophoblast pada decidual bed uterus, yang sangat berperan penting untuk suplai nutrisi yang adekuat.

Invasi trophoblast pada arteri spiralis di tempat implantasinya menyebabkan remodelling endotel dan otot polos arteri spiralis sehingga resistensi pembuluh darahnya menurun dan perfusi uteroplasenter menjadi besar. Banyak yang melaporkan bahwa PJT early onset disebabkan oleh invasi tropoblast yang dangkal ( Resnik dan Creasy, 2014).

2.1.4.4. Faktor genetik

Lebih kurang 40 % faktor genetik ibu dan janin berpengaruh terhadap variasi berat janin dan 60% merupakan kontribusi dari faktor lingkungan janin termasuk plasenta. Meskipun faktor genetik ayah juga berpengaruh terhadap berat janin namun ternyata faktor genetik ibu lebih berperan ( Resnik dan Creasy, 2014).

Penelitian terhadap kuda jantan normal yang dikawinkan dengan ibu kuda poni (kecil), mendapatkan anak kuda yang kecil. Sebaliknya bila

(52)

yang dilahirkan adalah kuda dengan berat badan normal. Hal ini membuktikan bahwa, faktor ibu lebih berperan dibandingkan ayah terhadap pengaruh besar kecilnya keturunan (Resnik dan Creasy, 2014)

Ibu – ibu yang terlahir dengan PJT akan cenderung melahirkan bayi dengan PJT juga. Jika seorang wanita dengan berat badan < 50 kg pada awal kehamilan akan berisiko melahirkan bayi PJT dua kali lipat (Suhag dan Berghella, 2013).

ibu yang kurus ( underweight ) sebelum hamil , berisiko melahirkan janin PJT, meskipun terjadi kenaikan berat badan selama hamil lebih dari 9 kg. (Brownet al.,., 2011)

2.1.4.5. Kelainan kongenital

Pada penelitian terhadap13.000 bayi dengan kelainan kongenital didapati 22% disertai dengan PJT. Secara umum semakin berat malformasinya maka semakin mungkin bayi tersebut mengalami PJT. Hal ini jelas terlihat pada janin yang mengalami malformasi kromosom atau malformasi kardiovaskuler yang serius (Puccio, Giuffre dan Piro, 2013).

2.1.4.6. Infeksi

Infeksi oleh virus, bakteri, protozoa dan spiroket dapat menyebabkan terjadinya PJT (5%). Rubella dan sitomegalo virus adalah penyebab utama. Rubella menyebabkan kerusakan endotel kapiler selama organogenesis, sehingga terjadi pengurangan jumlah sel dengan jumlah sitoplasma yang tetap. Jika infeksi terjadi pada bayi baru lahir akan

(53)

menyebabkan gangguan pertumbuhan kelenjar adrenal, timus dan otak.

Sitomegalovirus akan menyebabkan sitolisis dan nekrosis sel. Jika terjadi pada bayi baru lahir maka banyak organ yang tergangggu pertumbuhannya.Toksoplasma gondii adalah protozoa yang paling sering menyebabkan gangguan pertumbuhan janin, begitu juga dengan malaria (Resnik dan Craesy, 2014; Cunningham, 2006).

2.1.4.7. Efek Rokok, alkohol dan obat-obatan.

Merokok, alkohol, penggunaan obat-obat selama hamil seperti:

steroid, coumadin, hidantoin, kokain dan heroin dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Merokok menyebabkan pengurangan arus darah pada uterus sehingga oksigenisasi terhadap janin terganggu (Resnik dan Creasy, 2004; Cunningham, 2006; Doubilet, 1995; Brodsky danChristou 2004 ).

2.1.4.8. Penyakit vaskuler kronik

Hipertensi, DM, penyakit ginjal dan penyakit kolagen merupakan penyebab utama gangguan pertumbuhan janin yang banyak ditemui di negara - negara maju. Sedang pada negara – negara berkembang PJT umumnya terjadi karena malnutrisi.

Thombophilia dan sindrome antifospolipid juga menyebabkan gangguan pertumbuhan dengan terjadinya trombosis pada plasenta dan efek sekunder dari hipertensi yang terjadi (Brodsky dan Christou 2004,

(54)

2.2. Patofisiologi

Ada 3 faktor sebagai penyebab PJT antara lain:

1. Gangguan fungsi plasenta.

2. Faktor ibu: asupan makanan dan oksigen tidak adekuat.

3. Faktor janin: kekurangmampuan janin menggunakan asupan.

Gangguan fungsi plasenta bisa berupa pertumbuhan dan perfusi abnormal dan disfungsi dari villi plasenta. Pada preeklampsi terjadi invasi trofoblast yang dangkal, sehingga menyebabkan berkurangnya perfusi dan hipoksia plasenta setempat yang akan mengakibatkan terjadinya PJT.

(Bianchi et al.,2010).

Disfungsi villi, yang disebabkan oleh apoptosis pada trofoblast, stress oksidatif, infark dan kerusakan oleh cytokine, akan menyebabkan terjadi angiogenesis tidak menentu pada plasenta, sehingga menghambat fungsidari plasenta (Bianchiet al.,2010; Baschat, 2012).

Baru-baru ini ditemukan faktor spesifik lain sebagai penyebab terjadinya PJT yaitu insulin dan insulinegrowth like factors (IGF) – 1 dan 2 yang merupakan hormon anabolik untuk pertumbuhan janin. Pada PJT ditemukan kadar IGF-1 rendah dan IGF binding protein yang tinggi. Hal ini didukung dari suatu penelitian yang melaporkan delesi parsial pada gen IGF-1 yang ditemukan pada bayi PJT dengan berat badan yang ekstrim.

Disamping itu IGF-1 juga berperan pada invasi dan differensiasi trofoblast serta pertumbuhan dari plasenta (Bianchiet al.,2010; Baschat, 2012).

(55)

Gambar 2.2: Patofisiologi PJT dan akibat yang ditimbulkannya (Brodsky dan Christou, 2004).

Pada binatang percobaan dan manusia ditemukan bahwa leptin juga berperan dalam regulasi dan pertumbuhan janin. Leptin adalah hormon polipeptida yang diproduksi oleh jaringan lemak, kadar yang rendah pada sirkulasi janin dan plasenta menunjukkan adanya gangguan pertumbuhan, disamping itu leptin juga mempunyai hubungan yang erat dengan hormon-hormon pertumbuhan lainnya yaitu insulin, kortisol dan

(56)

2.3. Diagnosis

2.3.1. Pengukuran tinggi fundus uteri

Penetapan usia gestasi secara dini, pertambahan berat badan ibu serta pengukuran tinggi fundus uteri dengan cermat selama kehamilan akan banyak menolong identifikasi banyak kasus pertumbuhan janin abnormal pada wanita tanpa resiko (Cunningham, 2006; Bamfo dan Odibo, 2011).

Pengukuran tinggi fundus uteri secara cermat dan serial selama kehamilan merupakan metode yag sederhana, aman dan tidak mahal serta cukup akurat untuk mendeteksi PJT.Pemeriksaan ini rutin dilaksanakan sejak usia gestasi 20 minggu. Bila dijumpai selisih 3 cm atau lebih dari tinggi normal maka harus dilakukan pemeriksaan ultrasonografi. Dengan pengukuran tinggi fundus uteri hanya 26% janin PJT yang dapat didiagnosis (Cuningham, 2006; Resnik dan Creasy, 2014).Bila tinggi fundus uteri disesuaikan dengan tinggi ibu, berat badan, golongan etnis tertentu maka angka deteksi akan meningkatkan dari 29,2

% menjadi 47,9% (Lin dan Sataloya, 1998).

Gardosi dan Francis (1999) melaporkan sensitifitas pengukuran tinggi fundus uteri bervariasi dari 17 sampai 86% dengan spesifitas 64 sampai 88 %. Namun salah satu kesimpulan Cochrane, tidak cukup bukti akurasi jarak simpisis – fundus dalam menetapkan PJT (Brodsky dan Christou, 2004; Gardosi, 2012).

(57)

2.3.2 Ultrasonografi 2.3.2.1. Biometri janin

Parameter yang paling banyak digunakan dalam ultrasonografi untuk menaksir berat janin adalah Biparietal Diameter (BPD), Femur Length (FL) dan AbdominalCircumference (AC). Pengurangan ukuran AC adalah merupakan cara yang paling baik untuk memprediksi PJT dengan 10%negatif palsu (Doubilet dan Benson, 1995; Dashe, 2000; Talmor et al., 2013).

Pertumbuhan janin adalah proses yang dinamik, maka pemeriksaan secara potong lintang kurang bermanfaat. Sehingga sangat dianjurkan dilakukan pemeriksaan biometri secara serial dalam menetapkan PJT. Bila ditemukan AC < persentil 10, disertai peningkatan rasio S/D arteri umbilikalis > persentil 90, dan dikombinasikan dengan pemeriksaan jumlah cairan amnion, akurasi diagnostik akan meningkat dengan prediksi positif dari 38,1% menjadi 66,7% (Lin dan Sataloya, 1998 ).

Pengukuran diameter biparietal, lingkar abdomen dan panjang femur merupakan formula yang baik digunakan dalam menaksir berat janin dalam menentukan adanya PJT, baik simetris, asimetris ataupun kombinasi (Hadlock, 1984 ).

Faktor intrinsik yang terjadi pada awal kehamilan seperti, abnormalitas kromosom, kelainan kongenital, obat-obatan, dan zat kimia yang akan mengganggu pembelahan sel, dapat menyebabkan terjadinya

(58)

dengan nutrisi yang tidak adekuat, akan menimbulkan PJT asimetris (Manning, 2000).

2.3.2.2. Volume amnion

Oligohidramnion adalah komplikasi yang umum terjadi dalam kehamilan, yang selalu berkaitan dengan insufisiensi plasenta dan PJT.

Bila tidak ditemui anomali janin, oligohidramnion merupakan tanda dari hipoksemia janin yang disebabkanberkurangnya produksi urin janin.

Sedang pada postmaturitas, oligohidramnionyang terjadi bukan disebabkan oleh hipoksemia (Gagnon et al., 2002; Gagnon, Basso dan Bos, 2013).

Percobaan pada kambing, dengan melakukan embolisasi arteri uterina untuk membuat janin PJT, menghasilkan janin PJT dengan air ketuban berkurang. Namun produksi urin janin tidak berkurang bila dibandingkan sebelum dan setelah embolisasi. Dilaporkan bahwa oligohidramnionyang terjadi karena absorbsi intramembranous air ketuban yang berlebihan( Gagnon et al., 2002; Janot et al., 2014).

Berkurangnya jumlah cairan amnion adalahtanda pertama PJT.

Dikatakan oligohidramnion bila tinggi kuadran terbesar, dengan cara pengukuran vertikal, kurang dari 2 cm atau ICA (indeks cairan amnion) kurang dari 5 cm. Pada salah satu studi insiden PJT akan meningkat4 kali dan angka kesakitan meningkat 2 kali dengan ICA borderline ( 5 – 10 cm) (Bank, dan Miller, 1999 ).

(59)

Peneliti lain mendapatkan hal yang berlawanan. Dilaporkan bahwa oligohidramnion tidak meningkatkan angka kematian janin, meskipun keadaan oligohidramnion dan lingkar abdomen dibawah persentil ke 10, namun akan meningkatkan akurasi diagnosis PJT dari 38,1% menjadi 66,7% (Lin dan Santaloya, 1998).Lin (1998) melaporkan dari 147 janin PJT yang diamatinya, 29% oligohidramnion terjadi pada trimester III dan tidak ada komplikasi pada janin.

Gagnon (2002) mengatakan bahwa insufisiensi plasenta kronik menyebabkan terjadinya oligohidramnion, namun tidak disebabkan oleh jumlah produksi urin janin yang kurang tetapi karena terjadi absorsi air ketuban yang berlebihan oleh intraamniotik.

2.4. Nefrologi Janin

Pada PJT terjadi peningkatan risiko hipertensi, penyakit jantung, resistensi insulin dan DM. Namun demikian mekanismenya belum diketahui secara pasti. Dalam fetal origin hypothesis diduga bukan hanya terjadi PJT, namun juga terjadi pengurangan pertumbuhan organ-organ lain. Tujuannya adalah untuk adaptasi dari lingkungan yang kurang baik, namun dapat mengakibatkan gangguan kesehatan pada masa dewasa beberapa tahun kemudian (Chatelin, 2000; Lucas, 1999; Patel, 2002;

Resnik dan Craesy, 2014).

(60)

2.4.1. Pertumbuhan ginjal

Pertumbuhan ginjal pada janin melalui 3 tahapan.

1. Pronephros. Pada tahapan ini ginjal belum berfungsi.

Pasangan–pasangan tubulus terbentuk untuk membentuk pronephros. Dimulai pada usia 3 minggu dan selesai dalam waktu 2 minggu.

2. Mesonephros. Dimulai dari minggu ke 5 dan selesai pada saat janin berusia 11 – 12 minggu. Terbentuk 20 pasang glomerulus dan terjadi penebalan dari dinding tubulus. Pada tahap ini ginjal sudah dapat memproduksi urin.

3. Metanephros. Pada tahap ini nephrogenesis sangat tergantung dari interaksi antara uretric bud dengan sel mesenchymal

Tubulus telah berfungsi pada waktu janin berusia 9 – 12 minggu sedang loop of henle pada minggu ke 14 (Keijzer-Veen, dan van der Heijden, 2012).

Nephrogenesis pada janin terus berlangsung sampai usia 36 minggu sehingga pada janin yang lahir aterm nephrogenesis sudah komplet, sedang pada janin yang lahir preterm pertambahan nefron masih berlangsung setelah lahir (Kusnadi, 2002, Koleganova, 2012 ).

(61)

Gambar 2.3.Renal Banching morphogenesis and nephron formation (Shah, Sampogna dan Sakurai, 2004 ).

(62)

Gambar 2.4. Pertumbuhan Ginjal intrauterine pronephros, mesonephros dan metanephros (Shah, Sampogna dan Sakurai, 2004 ).

2.4.2. Fisiologi ginjal

Ginjal adalah organ ekskresi. Fungsi utama ginjal adalah menjaga keseimbangan internal dengan jalan menjaga komposisi cairan ektraselular. Untuk melaksanakan hal itu sejumlah besar cairan difiltrasi di glomerulus dan kemudian diresorbsi dan disekresikan sepanjang nefron sehingga zat-zat yang berguna diserap kembali dan sisa-sisa metabolisme dikeluarkan sebagai urin, sedang air ditahan sesuai dengan kebutuhan tubuh ( Alatas, 2002; Koleganova, 2012).

(63)

2.4.3. Dua fungsi ginjal 1. Fungsi ekskresi

a. Ekskresi sisa metabolisme protein

Sisa metabolisme protein yaitu ureum, kalium, fosfat, sulfat organik dan asam urat dikeluarkan melalui ginjal. Sedang sisa metabolisme karbohidrat dan lemak yaitu CO2 dan H2O dikeluarkan melalui kulit dan paru (Kusnadi, 2002 ).

b. Regulasi volume cairan tubuh

Mekanisme ini diperantarai oleh hormon anti diuretik (ADH). Bila tubuh kelebihan cairan maka terjadi rangsang melalui arteri karotis interna ke osmoreseptor di hipotalamus anterior, kemudian diteruskan ke hipofisis posteroir sehingga produksi ADH berkurang. Begitu juga sebaliknya bila kekurangan cairan maka produksi ADH meningkat (Kusnadi, 2002; Koleganova, 2012).

c. Menjaga keseimbangan asam basa

Keseimbangan asam basa diatur oleh paru dan ginjal. Paru menjaga jumlah H2CO3 dengan mengatur kadar pCO2 dan ginjal menjaga konsentrasi NaHCO3.

(64)

2. Fungsi endokrin a. Eritropoesis

Pada pembentukan sel darah merah diperlukan eritropoetin yang berasal dari proeritropoetin. Proeritropoetin dibentuk oleh hati dengan perantaraan zat yang dibentuk oleh ginjal yaitu faktor eritropoetik ginjal (Alatas, 2002; Hershkovitz, Burbea dan Skorcki, 2007).

b. Pengatur tekanan darah

Bila terjadi iskemia ginjal karena stenosis arteri renalis maka renin akan mengubah angiotensinogen dalam tubuh menjadi angiotension I, kemudian diubah oleh enzim konvertase di paru menjadi angiotension II, sehingga terjadi vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan merangsang kelenjar adrenal memproduksi aldosteron.

Aldosteron bersifat meretensi air dan natrium sehingga volume darah bertambah. Kombinasi dari keduanya akan menyebabkan hipertensi (Alatas, 2002; Hershkovitz, Burbea dan Skorcki, 2007).

c. Keseimbangan kalsium dan posfor

Ginjal mempunyai peranan dalam metabolisme vitamin D (kolekalsiferol). Di hati kolekasiferol akan diubah menjadi 25 OH- kolekasiferol/D3 yang kemudian oleh ginjal diubah lagi menjadi

(65)

metabolit aktif yaitu 1.25 (OH)2 D3 yang dapat menyerap kalsium di usus (Alatas, 2002; Patel 2010).

2.4.4. Filtrasi glomerulus

Dengan mengalirnya darah ke dalam kapiler glomerulus maka plasma akan disaring. Hasil filtrasi yang bebas seltersebut, mengandung semua substansi plasma (elektrolit, glukosa, fosfat, ureum, kreatinin, peptida, protein-protein dengan berat molekul rendah) kecuali protein yang berat molekulnya > 68.000 D seperti albumin dan globulin (Alatas, 2002; Patel 2010).

Jumlah filtrasi glomerulus pada janin meningkat seiring dengan semakin tuanya kehamilan. Namun sebenarnya relatif konstan jika dibandingkan antara berat ginjal dengan berat janinnyayaitu 1,07 ± 0,12 ml/menit/kg berat janin.

Pada percobaan dengan domba, didapatkan jumlah urin yang memasuki cairan amnion melalui urachus lewat uretra adalah 600 – 1200 cc/hari. Sedang produksi urin janin manusia yang memasuki cairan amnion adalah 230 – 660 ml/hari (Smith et al., 2000;Patel 2010).

2.4.5. Urin janin

Terjadi peningkatan ekskresi urin yang bersifat tetap antara umur kehamilan 30-40 minggu dan sesuai dengan berat badan janin. Produksi urin 9,6±0,9ml/jam pada umur kehamilan 30 minggu, kemudian meningkat

(66)

jumlahnya adalah 6-10 ml/kg/jam pada umur kehamilan 30-40 minggu (Kusnadi, 2002; Shivalingaiah et al., 2014).

Suatu cara pemeriksaan tidak langsung untuk mengevaluasi produksi urin adalah USG volume kandung kencingserial. Pemeriksaan produksi urin janin dengan USG 2D merupakan metode nonivasif, yang dapat untuk menilai kesejahteraan janin. Dengan metode ini didapatkan angka kesalahan untuk ukuran kandung kencing 5 – 40 ml adalah 10,9 – 17,3%. Hal ini dapat terjadi karena seleksi gambar yang tidak akurat, freezing error, atau penempatan titik pengukuran yang kurang tepat (Fagerquist, Fagerquist dan Oden, 2001; Fagesquist, Fagerquist dan Steykal, 2002; Fagerquist, Fagerquist dan Oden, 2003). Angka kesalahan ini dapat dikurangi menjadi 5,5-12.5% dengan teknik menggerakkan tranduser berupa: sliding, twisting dan rocking(Fagerquist, Fagerquist dan Oden, 2001).

(67)

Gambar 2.5: a Sliding, b Twisting dan c Rocking ( Fagerquist, Fagerquist dan Steykal, 2002).

Gambar

Gambar 2.1.Fetal Programming penyebab dan konsekuensinya  (Fowden,  Giussani dan Forhead, 2006)
Gambar 2.2: Patofisiologi PJT dan akibat yang ditimbulkannya  (Brodsky  dan Christou, 2004)
Gambar 2.3.Renal Banching morphogenesis  and  nephron formation  (Shah,  Sampogna dan Sakurai, 2004 )
Gambar 2.4. Pertumbuhan Ginjal intrauterine pronephros, mesonephros  dan metanephros (Shah,  Sampogna dan Sakurai, 2004 )
+7

Referensi

Dokumen terkait

Masih berkaitan dengan IPK, walaupun student autonomy memiliki korelasi dengan IPK yang tidak sebesar student engagement , adanya korelasi yang positif antara student

STANDAR DAN ANALISIS KOMPETENSI PENANGGUNGJAWAB UPAYA  N O  Nama Jabatan Standar Kompetensi Keadaan Riil Kompetensi Kesenjangan 1 Rukna,Am.Kl Penanggungjawab Upaya

This analysis aims to determine the performance of streaming video in the frequency division duplex mode (FDD) in the handover process on the LTE network,

Dalam pembelajaran yang dilakukan pada siswa kelas satu sekolah dasar pemahaman terhadap operasi bilanganapabila di gunakan strategi pembelajaran dengan penjelasan

Saya memohon saudara/i untuk menjawab pernyataan yang telah disediakan dengan melingkari antara angka 1 sampai 5 sesuai dengan jawaban anda terhadap pernyataan tersebut.. Pada

parallel mode, multiple bits are sent with each

Secara keseluruhannya, program perkhemahan ini dapat memantapkan lagi daya mental dan fizikal remaja dan di samping secara tidak langsung mereka diterapkan

membayar Pelanggan sembilan puluh persen (90%) dari total biaya penggantian bahan yang digaransi. Pembayaran hanya akan dilakukan setelah PT. Sumber Djaja Perkasa menerima