• Tidak ada hasil yang ditemukan

3. METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Secara umum, kerangka penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "3. METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Kerangka Penelitian Secara umum, kerangka penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1."

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

26

Universitas Kristen Petra

3. METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Secara umum, kerangka penelitian yang akan dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

START

STUDI LITERATUR

PENENTUAN SAMPEL

PEMBUATAN KUESIONER

PILOT STUDY / UJI COBA KUESIONER

PENYEBARAN KUSIONER

1. Wilayah Surabaya 2. Kontraktor / MK

UJI DATA

1. Uji Validitas 2. Uji Reliabilitas

REVISI KUESIONER

ANALISA DATA

1. Analisa Perbedaan Frekuensi Kejadian Kontraktor dan MK untuk Prosedur Change Order 2. Analisa Perbedaan Tingkat Kesetujuan Kontraktor dan MK untuk Prosedur Change Order

PENARIKAN KESIMPULAN ANALISA DESKRIPTIF MEAN

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian

(2)

27

Universitas Kristen Petra

3.2 Studi Literatur

Penelitian ini dilakukan dengan diawali suatu pendahuluan yaitu mencari latar belakang alasan penelitian ini dilakukan agar dapat diketahui dengan lebih jelas bagaimana aspek – aspek dalam prosedur change order yang terjadi dari berbagai responden yang telah bekerja di proyek konstruksi.

Penulis menggunakan studi literatur, melalui berbagai sumber buku dan journal, sehingga dapat diperoleh dasar – dasar mengenai change order termasuk aspek – aspek prosedurnya. Peneliti menggunakan informasi melalui studi literatur untuk pembuatan bab 2 sekaligus sebagai dasar penelitian.

Pada bagian awal tinjauan pustaka diberikan definisi mengenai change order sehingga diharapkan peneliti dan pembaca akan memiliki pemahaman yang sama mengenai change order. Pembahasan selanjutnya pada tinjauan pustaka adalah mengenai jenis change order, change order dibedakan berdasarkan sifat dan bentuk change order, yaitu formal changes dan informal changes. Sebagai dasar pada prosedural change order maka kemudian dijelaskan pula prosedur change order yang menjelaskan mengenai prosedur dan berbagai hal yang penting pada saat proses change order. Pada bagian akhir dijelaskan pula change order claim yang merupakan bagian dari prosedur change order melalui flow chart.

3.3 Penentuan Sampel

Pada penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara non probability sampling yaitu judgmental sampling, yaitu teknik penarikan sampel dimana untuk menentukan sampel digunakan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu yang digunakan peneliti adalah responden harus merupakan stakeholder yang saat ini bekerja sebagai kontraktor, ataupun konsultan pengawas (MK). Populasi pada penelitian ini adalah stakeholder yang pernah bekerja sebagai kontraktor ataupun konsultan pengawas (MK) di wilayah Surabaya sehingga jawabannya berdasarkan pengalaman pribadi, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi tersebut.

Sampel yang akan dijadikan obyek penelitian adalah 72 orang sebagai kontraktor atau konsultan pengawas, dan berada di wilayah Surabaya.

(3)

28

Universitas Kristen Petra

3.4 Pembuatan Kuesioner

Kuesioner adalah suatu tools untuk mengumpulkan data berupa serangkaian pertanyaan tertulis untuk mendapatkan tanggapan dari sampel yang telah ditentukan sebelumnya. Kuesioner dibuat bersifat tertutup (Closed-Ended Questions), sehingga jawaban responden telah disediakan pada pilihan jawaban.

3.4.1 Pernyataan Kuesioner I. Identifikasi penerbitan change order

Pada bagian identifikasi penerbitan change order peneliti membuat beberapa pernyataan. Pernyataan yang dibuat penulis yang berkaitan dengan identifikasi penerbitan change order yaitu tahap awal proses change order untuk menentukan kejadian apa saja yang dapat memulai penerbitan change order.

Pernyataan di kuesioner pada prosedur change order tahap ini menyesuaikan literatur yang digunakan adalah mengenai pihak mana saja yang memprakarsai change order, bagaimana terjadinya cardinal changes atau perubahan yang terjadi secara drastis di proyek, formal changes yang merupakan change order dengan perintah tertulis dan informal changes tanpa perintah tertulis yang berpotensi menyebabkan terjadinya perselisihan, kontraktor yang melaksanakan change order pada proyek konstruksi menunggu pada perintah yang diterbitkan secara tertulis atau langsung melaksanakan change order, bentuk pengajuan change order yang diajukan oleh kontraktor adalah secara lisan atau dalam bentuk tertulis sehingga dapat diproses lebih lanjut, dokumen instruksi dalam bentuk apa yang dinyatakan sah untuk membuktikan adanya perintah untuk melakukan change order, keharusan kontraktor untuk melaksanakan change order apakah telah sesuai dengan yang terjadi di proyek, alasan diajukannya change order pada proyek konstruksi apakah perubahan gambar ataukah adanya perubahan spesifikasi material yang diminta oleh owner tidak sesuai dengan yang tertera pada kontrak, apa saja permohonan kontraktor untuk change order claim apakah hanya harga ataukah juga waktu tambahan untuk pelaksanaan proyek, serta bukti dokumentasi apa yang diberikan kontraktor untuk membuktikan adanya change order dalam bentuk foto ataukah video. Pernyataan tersebut beserta dengan literature dapat dilihat pada Tabel 3.1.

(4)

29

Universitas Kristen Petra

II. Evaluasi pengajuan penerbitan change order

Pada bagian evaluasi pengajuan penerbitan change order peneliti membuat beberapa pernyataan untuk menganalisa tahap pemeriksaan terhadap dasar penerbitan change order. Pernyataan mengenai evaluasi pengajuan penerbitan change order yaitu tahap melakukan review dan pemeriksaan terhadap dasar penerbitan change order.

Pernyataan di kuesioner pada prosedur change order tahap ini menyesuaikan literatur yang digunakan adalah mengenai setuju tidaknya owner terhadap alasan pengajuan penerbitan change order oleh kontraktor apakah disebabkan oleh perubahan gambar ataukah terdapat perubahan material yang digunakan, pengukuran dampak change order berdasarkan hal apa saja adanya perubahan gambar ataukah terdapat perubahan volume pekerjaan sehingga kontraktor meminta adanya tambahan waktu pelaksanaan proyek, harga satuan yang digunakan pada change order di proyek apakah menggunakan harga sesuai kontrak ataukah menggunakan harga baru, seberapa sering terjadinya penolakan harga total dan waktu tambahan change order ketika sedang tahap negosiasi harga dan waktu, terjadi adanya pihak yang mewakili owner dalam proses change order yaitu quantity surveyor (QS), serta terjadinya pengalihan pekerjaan change order oleh kontraktor yang bertanggung jawab kepada kontraktor lain. Pernyataan tersebut beserta dengan literatur dapat dilihat pada Tabel 3.2.

III. Approval penerbitan change order

Pada bagian approval penerbitan change order peneliti membuat beberapa pernyataan untuk meneliti bagaimana pemberian persetujuan atau approval kepada change order yang telah diajukan oleh kontraktor dan telah diperiksa dan di review oleh owner atau pihak yang mewakilinya. Pernyataan yang berkaitan dengan approval penerbitan change order yaitu tahap memberikan persetujuan atau approval terhadap pengajuan penerbitan change order.

Pernyataan di kuesioner pada prosedur change order tahap ini menyesuaikan dengan literatur yang digunakan adalah mengenai terjadinya negosiasi untuk harga change order di proyek konstruksi, tanda atau bukti change order yang telah disetujui apakah memperoleh tanda tangan ataukah tidak memerlukan prosedur tersebut untuk membuktikan disetujuinya suatu change

(5)

30

Universitas Kristen Petra

order, setuju atau tidaknya owner terhadap change order yang telah dilaksanakan terlebih dahulu oleh kontraktor apabila kontraktor hanya melakukan change order berdasarkan instruksi secara lisan oleh owner dan MK ataukah memperoleh instruksi tertulis dalam bentuk site memo, site instruction, minutes of meeting, atau instruksi lisan yang telah dikonfirmasi atau dibuatkan surat oleh kontraktor untuk membuktikan bahwa telah ada instruksi secara lisan mengenai change order, jabatan apa yang harus menandatangani approval change order oleh owner dan MK apakah boleh jika hanya berada pada posisi supervisor ataukah harus manajer bahkan direktur, serta jabatan apa yang harus menandatangani pengajuan change order dari pihak kontraktor apakah boleh jika hanya supervisor ataukah harus manajer dan bahkan direktur. Pernyataan tersebut beserta dengan literatur dapat dilihat pada Tabel 3.3.

IV. Payment change order

Pada payment change order peneliti membuat beberapa pernyataan untuk meneliti payment change order beserta ketentuan yang berlaku untuk melakukan pembayaran. Pernyataan yang berkaitan dengan payment change order yaitu tahap pembayaran change order claim beserta ketentuan yang berlaku untuk melakukan pembayaran.

Pernyataan di kuesioner pada prosedur change order tahap ini adalah mengenai invoice atau tagihan pembayaran change order apakah tagihan dijadikan satu dengan pembayaran termin progress pekerjaan proyek ataukah dibuatkan invoice yang terpisah, kapan waktu dilaksanakannya pembayaran change order apakah saat seluruh proyek telah selesai sehingga dapat diketahui dampaknya terhadap proyek secara keseluruhan ataukah dibayarkan secara langsung dengan termin sesuai dengan progress pekerjaan change order yang telah diselesaikan, biaya tidak langsung yang muncul akibat adanya change order (indirect cost) apakah juga dapat ditagihkan, terjadinya perselisihan yang diakibatkan belum adanya kesepakatan harga, terjadinya perselisihan karena tidak adanya bukti tertulis untuk melaksanakan change order, dan seberapa sering waktu tambahan diberikan dalam hari kalender dan bukan hari kerja. Pernyataan tersebut beserta dengan literatur dapat dilihat pada Tabel 3.4.

(6)

31

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.1 Kuesioner Identifikasi Penerbitan Change Order

Literatur No Pernyataan Kuesioner

“ Change order biasanya muncul dan disebabkan oleh owner, engineer maupun kontraktor, akan tetapi change order juga dapat terjadi karena permintaan pihak lain seperti desainer, ataupun agen publik, pihak manapun yang berkepentingan pada proyek dapat menyebabkan terjadinya change order.”

(Fisk, 2006)

1.1 Change order diprakarsai oleh owner serta perwakilanya.

1.2 Change order diprakarsai oleh MK.

1.3 Change order diprakarsai oleh kontraktor.

Jenis perubahan ini menurut FIDIC CC adalah berarti konsultan atau pengguna jasa melakukan perubahan secara fundamental terhadap pekerjaan asli sehingga perubahan ini tidak diizinkan (Hardjomuljadi, 2006).

1.4 Change order terjadi secara drastis dan menyeluruh (Cardinal changes).

“ Formal Changes (Directed Changes) dibuat oleh owner dalam bentuk tertulis yang ditujukan secara langsung kepada kontraktor untuk mengubah cakupan pekerjaan, waktu pelaksanaan, harga dan segala sesuatu yang telah dibuat dalam kontrak (Gilbreath, 1992).”

“Informal Changes (Constructive Changes) adalah tindakan informal berupa tindakan melakukan modifikasi pada kontrak yang disebabkan oleh kelalaian dan disadari harus dilakukan suatu perubahan, serta beberapa tindakan yang dapat menyebabkan pembengkakan biaya dan waktu dari kontraktor."(Fisk,2006) "hal tersebut harus diubah menjadi formal change order." (Gilbreath, 1992)

1.5 Owner serta perwakilannya mengeluarkan instruksi penerbitan change order secara lisan.

1.7 Owner serta perwakilannya mengeluarkan instruksi penerbitan change order secara tertulis.

1.8 MK mengeluarkan instruksi penerbitan change order secara lisan.

1.10 MK mengeluarkan instruksi penerbitan change order secara tertulis.

“Kontraktor tidak dapat melaksanakan perubahan pekerjaan apapun tanpa perintah tertulis dari konsultan, hal ini ditegaskan pada FIDIC CC 4th Edition klausul 51.2 dan FIDIC CC for Construction 1th Edition klausul 13.1 mengenai persetujuan sebelum dilakukan pekerjaan dan FIDIC CC 4th Edition klausul 2.5 dan FIDIC CC for Construction 1st Edition klausul 3.3 mengenai instruksi yang diberikan harus dalam pernyataan tertulis." (Hardjomuljadi, 2006)

1.6 Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan instruksi lisan dari owner.

1.9 Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan instruksi lisan dari MK.

"Memerlukan pengakuan kontraktor dengan mengembalikan dokumen yang telah ditandatangani, dan ini membuktikan bahwa kontraktor menyetujui untuk melakukan pekerjaan change order yang diajukan." (Fisk, 2006)

1.11 Kontraktor mengajukan penerbitan change order secara tertulis.

“Mempunyai bukti tertulis “Engineer’s instruction” atau paling tidak “Confirmation of Verbal Instruction” yang secara jelas menyatakan bahwa apabila karena suatu alasan konsultan mempertimbangkan cukup hanya memberikan perintah secara lisan, maka kontraktor harus mengkonfirmasikan perintah lisan dari konsultan tersebut secara tertulis.” (Hardjomuljadi, 2006)

"Dokumen tersebut haruslah mengandung beberapa item pekerjaan seperti change order, ringkasan mengenai pekerjaan tambah dan formulir persetujuan, minute meeting, koresponden kontraktor, jadwal yang dikumpulkan oleh kontraktor, foto proyek, laporan progress, invoice."(Gilbreath, 1992)

1.12 Site memo diterbitkan oleh MK.

1.13 Site memo digunakan sebagai satu - satunya dokumen untuk penerbitan change order.

1.15 Site instruction diterbitkan owner.

1.16 Site instruction diterbitkan oleh MK.

1.17 Site instruction digunakan sebagai satu - satunya dokumen untuk penerbitan change order.

1.19

Minutes of Meeting digunakan sebagai satu - satunya dokumen untuk penerbitan change order.

“Kontraktor tidak dapat melaksanakan perubahan pekerjaan apapun tanpa perintah tertulis dari konsultan, hal ini ditegaskan pada FIDIC CC 4th Edition klausul 51.2 dan FIDIC CC for Construction 1th Edition klausul 13.1 mengenai persetujuan sebelum dilakukan pekerjaan dan FIDIC CC 4th Edition klausul 2.5 dan FIDIC CC for Construction 1st Edition klausul 3.3 mengenai instruksi yang diberikan harus dalam pernyataan tertulis." (Hardjomuljadi, 2006)

1.14 Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan site memo dari MK.

1.18 Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan site instruction.

1.20 Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan Minutes of Meeting.

(7)

32

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.1 Kuesioner Identifikasi Penerbitan Change Order (Sambungan)

Literatur No Pernyataan Kuesioner

“Mempunyai bukti tertulis “Engineer’s instruction” atau paling tidak “Confirmation of Verbal Instruction” yang secara jelas menyatakan bahwa apabila karena suatu alasan konsultan mempertimbangkan cukup hanya memberikan perintah secara lisan, maka kontraktor harus mengkonfirmasikan perintah lisan dari konsultan tersebut secara tertulis.” (Hardjomuljadi, 2006)

1.21 Kontraktor mengkonfirmasi instruksi lisan owner atau perwakilannya secara tertulis.

1.23 Kontraktor mengkonfirmasi instruksi lisan MK secara tertulis.

1.22

Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan lembar konfirmasi atas instruksi lisan owner.

1.24

Kontraktor melaksanakan change order hanya dengan lembar konfirmasi atas instruksi lisan MK.

“Sesuai dengan syarat kontrak pada dokumen FIDIC CC, maka kontraktor tidak diperbolehkan untuk menolak melaksanakan perubahan pekerjaan.” (Hardjomuljadi, 2006)

1.25 Kontraktor memberikan jawaban tertulis apabila tidak menyanggupi permintaan change order.

Pada setiap proyek konstruksi, baik dalam negeri ataupun luar negeri terjadi berbagai jenis perubahan pekerjaan yang disebabkan oleh berbagai alasan sebagai berikut (Hardjomuljadi, 2006):

...

2. Perubahan spesifikasi 3. Perubahan desain

1.26

Kontraktor melampirkan spesifikasi material pada proposal pengajuan penerbitan change order.

1.27

Kontraktor melampirkan gambar kontrak dan revisinya pada proposal pengajuan penerbitan change order.

Kontraktor mengumpulkan proposal change order yang telah ditandatangani kepada owner, serta menunjukan seluruh tambahan biaya dan waktu yang diperlukan. (Fisk, 2006)

1.28

Kontraktor melampirkan permohonan harga change order pada proposal pengajuan penerbitan change order.

1.29

Kontraktor melampirkan permohonan waktu tambah pada proposal pengajuan penerbitan change order.

“Setiap perubahan pekerjaan dari kontrak awal harus disetujui secara tertulis oleh pihak owner, dimana setiap bukti record tidak cukup kuat dalam memberikan izin dilakukannya change order tanpa persetujuan dari owner.” (Fisk, 2006)

1.30

Kontraktor melampirkan dokumentasi foto sebagai bukti pada proposal pengajuan penerbitan change order.

1.31

Kontraktor melampirkan dokumentasi video sebagai bukti pada proposal pengajuan penerbitan change order.

Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Pengajuan Penerbitan Change Order

Literatur No Pernyataan Kuesioner

Pada setiap proyek konstruksi, baik dalam negeri ataupun luar negeri terjadi berbagai jenis perubahan pekerjaan yang disebabkan oleh berbagai alasan sebagai berikut (Hardjomuljadi, 2006):

1. Kesalahan atau ketidaktelitian rancangan dan desain 2. Perubahan spesifikasi

3. Perubahan desain

4. Penambahan atau pengurangan pekerjaan

2.1 Owner mengakui perubahan merek material sebagai dasar penerbitan change order.

2.2 Owner mengakui perubahan spesifikasi sebagai dasar penerbitan change order.

2.3 Owner mengakui perubahan gambar sebagai dasar penerbitan change order.

“Seperti disebutkan di atas, perubahan pekerjaan yang dimaksud adalah perubahan kontrak yang menjabarkan pekerjaan yang telah diisyaratkan untuk dikerjakan, sedangkan pekerjaan ekstra melibatkan tambahan item pekerjaan yang tidak termasuk pada kontrak awal, baik dalam bentuk perubahan ataupun tambahan yang melibatkan item pekerjaan yang tidak terdapat dalam kontrak asli adalah modifikasi dari kontrak asli." (Hardjomuljadi, 2006)

2.4

Pengukuran dampak harga change order berdasarkan perubahan gambar kontrak dan revisi.

2.5

Pengukuran dampak harga change order berdasarkan beda harga satuan merek material yang berbeda.

2.6

Pengukuran dampak harga change order berdasarkan beda harga satuan spesifikasi material yang berbeda.

2.7

Pengukuran dampak waktu change order berdasarkan waktu pelaksanaan pekerjaan change order.

“Setiap pembayaran untuk variasi pekerjaan akan dilakukan dengan rate dan harga yang tertera pada kontrak."

(Hardjomuljadi, 2006)

2.8 Proposal penawaran penerbitan change order menggunakan harga satuan sesuai kontrak.

2.9

Proposal penawaran penerbitan change order menggunakan harga satuan yang tidak merugikan seluruh pihak.

2.10 Proposal penawaran penerbitan change order menggunakan harga satuan baru.

(8)

33

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Pengajuan Penerbitan Change Order (Sambungan)

Literatur No Pernyataan Kuesioner

“Seringkali owner menolak dan mengembalikan penawaran yang diberikan kontraktor dan meminta penawaran baru, sehingga terkadang diperlukan negosiasi.” (Gilbreath, 1992)

2.11 Owner serta perwakilannya menolak harga pada proposal penawaran penerbitan change order.

“Setiap perubahan dalam pekerjaan yang melibatkan perubahan pada kontrak yang orisinil harus disetujui secara tertulis oleh pihak owner ataupun pihak yang telah dinyatakan berhak untuk mewakili owner." (Fisk, 2006)

2.12

Owner serta perwakilannya diwakili oleh Quantity Surveyor (QS) dalam perhitungan bersama.

“Undang – undang tersebut membahas berbagai macam hal dimana salah satu contoh hal yang dibahas pada UU No.18/1999 yaitu pada pasal 24 ayat 1 adalah penyedia jasa dapat menggunakan subpenyedia jasa konstruksi. (UU. No.

18/1999)

2.13 Kontraktor boleh meminta pihak ketiga untuk melakukan perubahan pekerjaan.

Tabel 3.3 Kuesioner Approval Penerbitan Change Order

Literatur No Pernyataan Kuesioner

“Seringkali owner menolak dan mengembalikan penawaran yang diberikan kontraktor dan meminta penawaran baru,

sehingga terkadang diperlukan negosiasi.” (Gilbreath, 1992) 3.1 Perlu dilakukan negoisasi sebelum owner memberikan approval change order.

“Owner menyetujui proposal change order dengan memberikan tanda tangan pada proposal dan meminta untuk dilaksanakannya pekerjaan.” (Fisk, 2006) 3.2

Proposal pengajuan penerbitan change order yang disetujui memperoleh tanda tangan owner / perwakilannya.

“Kontraktor tidak dapat melaksanakan perubahan pekerjaan apapun tanpa perintah tertulis dari konsultan, hal ini ditegaskan pada FIDIC CC 4th Edition klausul 51.2 dan FIDIC CC for Construction 1th Edition klausul 13.1 mengenai persetujuan sebelum dilakukan pekerjaan dan FIDIC CC 4th Edition klausul 2.5 dan FIDIC CC for Construction 1st Edition klausul 3.3 mengenai instruksi yang diberikan harus dalam pernyataan tertulis." (Hardjomuljadi, 2006)

3.3 Change order yang telah dilaksanakan hanya dengan instruksi lisan dari owner tidak disetujui.

3.4 Change order yang telah dilaksanakan hanya dengan instruksi lisan dari MK tidak disetujui.

3.5 Change order yang telah dilaksanakan hanya dengan site memo dari MK tidak disetujui.

3.6 Change order yang telah dilaksanakan hanya dengan Minutes of Meeting tidak disetujui.

“Apabila karena suatu alasan konsultan mempertimbangkan cukup hanya memberikan perintah secara lisan, maka kontraktor harus mengkonfirmasikan perintah lisan dari konsultan tersebut secara tertulis, dapat dilihat pada Gambar 2.8.” (Hardjomuljadi, 2006)

3.7

Change order yang telah dilaksanakan hanya dengan konfirmasi instruksi lisan owner tidak disetujui.

3.8

Change order yang telah dilaksanakan hanya dengan konfirmasi instruksi lisan MK tidak disetujui.

“Setiap perubahan dalam pekerjaan yang melibatkan perubahan pada kontrak yang orisinil harus disetujui secara tertulis oleh pihak owner ataupun pihak yang telah dinyatakan berhak untuk mewakili owner, identitas individu yang memiliki wewenang untuk memberikan persetujuan harus disampaikan lebih awal seperti informasi kepada pengawas kontraktor atau mandornya." (Fisk, 2006)

3.9

Owner atau perwakilannya yang memiliki wewenang memberikan approval memiliki jabatan supervisor.

3.10

Owner atau perwakilannya yang memiliki wewenang memberikan approval memiliki jabatan manajer.

3.11

Owner atau perwakilannya yang memiliki wewenang memberikan approval memiliki jabatan direktur.

“Dokumen tersebut harus ditandatangani oleh owner atau oleh seseorang yang memiliki kekuatan untuk mewakilinya.

architect or engineer’s field order hanya menyediakan tanda tangan arsitek atau engineer sehingga tidak memenuhi kebutuhan akan terjadinya change order kecuali jika tanda tangan arsitek atau engineer tersebut memiliki kemampuan untuk memberikan ijin” (Fisk, 2006)

3.12

Konsultan pengawas (MK) yang memiliki wewenang memberikan approval memiliki jabatan supervisor.

3.13

Konsultan pengawas (MK) yang memiliki wewenang memberikan approval memiliki jabatan manajer.

3.14

Konsultan pengawas (MK) yang memiliki wewenang memberikan approval memiliki jabatan direktur.

“Tahap ini harus dilakukan secara terstruktur, dan construction manajer tidak boleh menyetujui adanya penambahan biaya tanpa persetujuan owner sehingga direkomendasikan agar representative owner yang melakukan negosiasi dengan pihak kontraktor.” (Gilbreath, 1992)

3.15

Pengajuan penerbitan change order harus ditandatangani oleh kontraktor dengan jabatan supervisor.

3.16

Pengajuan penerbitan change order harus ditandatangani oleh kontraktor dengan jabatan manajer.

3.17

Pengajuan penerbitan change order harus ditandatangani oleh kontraktor dengan jabatan direktur.

(9)

34

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.4 Kuesioner Payment Change Order

Literatur No Pernyataan Kuesioner

“Perbedaannya adalah pekerjaan change order harus diidentifikasikan terlebih dahulu dan di cantumkan terpisah pada laporan progress dan invoice." (Gilbreath, 1992)

4.1 Pembayaran change order dengan invoice terpisah dari invoice tagihan termin.

“Pembayaran untuk pekerjaan change order harus mengikuti prosedur yang sama dengan yang telah dijelaskan pada pembayaran progress kontrak normal.” (Gilbreath, 1992)

4.2

Pembayaran change order dilakukan secara langsung sesuai dengan progress pekerjaan yang diselesaikan.

4.3 Pembayaran change order dilakukan setelah proyek selesai.

"Persentase overhead dan keuntungan pada change order."

(Fisk, 2006) 4.4 Pembayaran change order meliputi biaya

persiapan dan biaya tidak langsung (indirect cost).

“Seringkali owner menolak dan mengembalikan penawaran yang diberikan kontraktor dan meminta penawaran baru, sehingga terkadang diperlukan negosiasi.” (Gilbreath, 1992)

4.5 Terjadi perselisihan mengenai kesepakatan harga change order.

"Variation order harus dibuat secara tertulis, alasannya variation order secara tertulis akan mempermudah komunikasi antar pihak yang menjalin komunikasi sehingga akan mengurangi kemungkinan terjadinya perselisihan di kemudian hari." (Hardjomuljadi, 2006)

4.6 Terjadi perselisihan mengenai pekerjaan change order tanpa perintah tertulis.

4.7 Terjadi perselisihan mengenai pekerjaan change order dengan perintah tertulis.

“Change order adalah persetujuan tertulis owner dengan kontraktor untuk penambahan, pengurangan, dan revisi waktu penyelesaian proyek dalam hari kalender berdasarkan formulir pada pearson education” (Fisk, 2006)

4.8 Waktu tambahan diberikan dalam hari kalender.

3.4.2 Skala Kuesioner

Teknik pengukuran yang akan digunakan pada penelitian ini menggunakan suatu skala yang disebut skala likert. Skala likert merupakan suatu skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi orang tentang fenomena sosial. Untuk kelompok jawaban terdapat 2 jenis yaitu

“Frekuensi Kejadian” dan “Tingkat Kepentingan” dimana kedua hal tersebut akan ditampilkan pada lembar kuesioner. Dalam skala likert, jawaban yang dikumpulkan berupa pernyataan positif. Untuk setiap item pernyataan positif akan diberikan bobot tertentu yang mewakili dan mendukung pernyataan mengenai frekuensi kejadian dan tingkat kepentingan responden terhadap hal tersebut.

Untuk “Frekuensi Kejadian” maka responden akan diminta untuk menjawab sesuai dengan pengalaman pribadi responden mengenai seberapa sering suatu kejadian terjadi. Skala yang digunakan menggunakan angka 1 hingga 5 yang mewakili frekuensi terjadinya suatu kejadian yang dapat dilihat pada Tabel 3.5.

Apabila saat analisa didapatkan hasil antara nilai 1 hingga 2 maka “Frekuensi Kejadian” jarang terjadi, apabila hasil analisa didapat nilai 2 hingga 3 maka

“Frekuensi Kejadian” kadang – kadang terjadi, apabila hasil analisa didapat nilai 3 hingga 4 maka “Frekuensi Kejadian” sering terjadi dan apabila hasil analisa didapat nilai antara 4 hingga 5 maka “Frekuensi Kejadian” sangat sering terjadi.

(10)

35

Universitas Kristen Petra

Tabel 3.5 Skala Likert “Frekuensi Kejadian”

Keterangan Tidak Pernah (TP)

Jarang (J)

Kadang-Kadang (KK)

Sering (S)

Sangat Sering (SS)

Skor 1 2 3 4 5

Untuk “Tingkat Kepentingan” maka responden akan diminta untuk menjawab mengenai seberapa penting hal yang tercantum pada kuesioner menurut responden. Skala yang digunakan menggunakan angka 1 hingga 5 yang mewakili seberapa penting suatu kejadian dan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Apabila saat analisa didapatkan hasil antara nilai 1 hingga 2 maka “Tingkat Kepentingan”

responden adalah tidak penting, apabila saat analisa didapatkan hasil antara nilai 2 hingga 3 maka “Tingkat Kepentingan” responden adalah netral, apabila saat analisa didapatkan hasil antara nilai 3 hingga 4 maka “Tingkat Kepentingan”

responden adalah penting dan apabila didapatkan hasil antara nilai 4 hingga 5 maka “Tingkat Kepentingan” responden adalah sangat penting. Melalui penggunaan bobot skala tersebut maka peneliti mencoba untuk dapat memberikan gambaran terhadap seberapa penting pernyataan yang diajukan melalui kuesioner menurut responden.

Tabel 3.6 Skala Likert “Tingkat Kepentingan”

Keterangan Sangat Tidak Penting (STP)

Tidak Penting (TP)

Netral (N)

Penting (P)

Sangat Penting (SP)

Skor 1 2 3 4 5

3.5 Pilot Study / Uji Coba Kuesioner

Pilot study merupakan studi kelayakan atau percobaan penggunaan kuesioner (trial run) kepada 4 orang responden sesuai sampel yang telah ditentukan. Kuesioner akan diberikan tanpa penjelasan lisan dan responden diminta untuk mengisi, peneliti akan mencatat bagian mana saja yang kurang pas dan sulit dipahami oleh responden. Dari hasil percobaan tersebut akan dapat diketahui apakah kuesioner sudah layak untuk digunakan atau perlu diperbaiki, apabila banyak hal yang kurang jelas maka perlu dilakukan perbaikan atau “revisi kuesioner”.

(11)

36

Universitas Kristen Petra

3.6 Revisi Kuesioner

Melalui pilot study kepada 4 orang responden selanjutnya peneliti mencatat berbagai hal yang tidak dipahami dan kurang tepat sehingga diperlukan untuk dilakukan perubahan. Kuesioner kemudian direvisi berdasarkan catatan pada saat pilot study, sehingga kuesioner menjadi lebih komunikatif dan tepat sasaran. Beberapa contoh revisi kuesioner dilakukan dengan mengganti dan memperbaiki susunan kata – kata sehingga dapat lebih mudah dipahami.

3.7 Penyebaran Kuesioner

Untuk memperoleh data yang akurat dan tepat sasaran maka kuesioner akan disebarkan kepada pihak kontraktor, dan konsultan pengawas (MK) yang telah memiliki pengalaman pada bidang konstruksi sehingga mengerti permasalahan mengenai prosedur change order. Kuesioner akan diberikan pada kontraktor dan konsultan pengawas (MK) yang berada di wilayah Surabaya.

3.8 Uji Data 3.8.1 Uji Validitas

Uji validitas merupakan suatu uji untuk menentukan tingkat kesahihan serta kevalidan suatu instrument, instrument yang valid adalah instrument yang mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung nilai Corrected Item-Total Correlation yang dapat dilihat pada persamaan 3.1, selanjutnya melalui nilai yang diperoleh maka instrument yang valid adalah instrument yang memiliki nilai Corrected Item-Total Correlation di atas r-table sehingga mampu dan valid untuk mengukur variabel yang ingin diukur. Tinggi dan rendahnya validitas instrument menunjukan sejauh mana data tidak menyimpang atau tepat sasaran dengan tujuan yang ingin diukur.

Sebagai pembanding yang digunakan r tabel merupakan tabel koefisien momen produk. Nilai r tabel diperoleh melalui tabel statistik yang digunakan dengan menentukan jumlah responden yang diperoleh saat telah menyebarkan kuesioner sehingga diperoleh suatu nilai yang dapat digunakan untuk membandingkan apakah suatu pernyataan bersifat valid atau tidak.

(12)

37

Universitas Kristen Petra

………

(3.1) Keterangan:

rtt = Koefisien relasi

n =Jumlah indikator empiris yang digunakan untuk mengukur konsep.

= Rata – rata intercorelation diantara indikator empiris suatu konsep.

Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan software IBM Statistik SPSS v.21 sehingga didapat nilai Corrected Item-Total Correlation setiap pernyataan untuk dapat menguji validitas setiap pernyataan pada kuesioner.

3.8.2 Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas merupakan suatu uji yang digunakan untuk menunjukan sejauh mana suatu hasil pengukuran relative konsisten apabila alat ukur digunakan secara berulang kali. Reliabilitas menunjukan konsistensi dan stabilitas dari suatu skor atau skala pengukuran. Uji reliabilitas dilakukan dengan menghitung nilai Cronbach alpha dengan persamaan dapat dilihat pada persamaan 3.2. Apabila hasil perhitungan Cronbach alpha > 0,6 maka item yang digunakan pada penelitian di dalam kuesioner disebut reliabel.

Cronbach alpha merupakan koefisien alpha yang dikembangkan oleh Cronbach sebagai ukuran umum dari konsistensi internal skala multi – item. Nilai Cronbach alpha pada kisaran 0.5 berarti dapat diterima dan pada kisaran 0.6 berarti baik, sehingga pada penelitian ini digunakan nilai Cornbach alpha minimal yaitu 0.6.

……… (3.2) Keterangan:

n = Jumlah sampel

x = Skor indikator yang diuji

y = Skor indikator lain dalam konsep yang sama

(13)

38

Universitas Kristen Petra

3.9 Analisa Frekuensi Kejadian dan Tingkat Kepentingan Prosedur Change Order pada Proyek Konstruksi

Setelah diperoleh hasil pengumpulan data melalui kuesioner dengan skala “Frekuensi Kejadian” dan “Tingkat Kejadian” maka data tersebut dirata – rata atau dihitung meannya. Metode analisa mean merupakan salah satu bentuk dari analisa deskriptif yang dilakukan dengan mengumpulkan data – data sesuai dengan kondisi sebenarnya yang kemudian disusun, diolah, dianalisa untuk dapat memberikan gambaran terhadap permasalahan yang ada. Data yang telah teruji melalui uji validitas dan reliabilitas kemudian diolah dan dianalisa dengan analisa mean dengan rumusan pada persamaan 3.3. Perhitungan nilai Mean dilakukan secara terpisah untuk responden yang bekerja saat itu bekerja sebagai kontraktor dan MK.

……..………..………..

(3.3) Keterangan:

Me = Nilai rata – rata (mean) N = Jumlah responden Xi = Data ke-i

= Jumlah keseluruhan data

Berikut adalah contoh perhitungan nilai rata – rata (Mean) “Frekuensi Kejadian” atau “Tingkat Kepentingan” :

Data yang diperoleh: 1, 4, 5, 5, 5, 4, 4, 5 (8 data)

Pada bagian selanjutnya peneliti melakukan pembahasan terhadap nilai mean frekuensi kejadian dan tingkat kepentingan antara kontraktor dan MK, sehingga diperoleh gambaran kondisi seperti apa yang terjadi di lapangan dan seberapa penting hal tersebut menurut responden. Peneliti kemudian melakukan pembahasan dengan memperdalam literatur untuk dapat mengetahui mengapa kejadian yang terjadi pada proyek adalah yang ditemukan pada hasil mean.

(14)

39

Universitas Kristen Petra

3.10 Analisa Perbedaan Frekuensi Kejadian Kontraktor dan MK pada Prosedur Change Order

Dari hasil pengumpulan data maka dilakukan penelitian apakah ada perbedaan frekuensi kejadian prosedur change order antara Kontraktor dan MK dalam hal identifikasi penerbitan change order, evaluasi pengajuan penerbitan change order, approval penerbitan change order, dan payment change order.

Analisa adanya perbedaan dilakukan dengan menggunakan analisa T – Test dengan sampel independent yang kemudian dicheck nilai signifikansinya. Analisa T – Test sampel independent terhadap perbedaan “Frekuensi Kejadian” kontraktor dan MK untuk prosedur change order menggunakan persamaan 3.4 dan dihitung dengan menggunakan software IBM Statistik SPSS v.21.

……..………...

(3.4)

Keterangan:

t = r – ratio / t – test / t analisis yang dihitung M1 = rata – rata pada kelompok 1

M2 = rata – rata pada kelompok 2 Mh = Mean hipotetik

SDbm = Standar kesalahan perbedaan mean Hipotesis untuk frekuensi kejadian:

H0 = Tidak ada perbedaan frekuensi kejadian prosedur change order antara kontraktor dan MK.

H1 = Ada perbedaan frekuensi kejadian prosedur change order antara kontraktor dan MK.

Melalui analisa T – Test kemudian dapat dianalisa adakah perbedaan frekuensi kejadian yang dialami kontraktor dan MK dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5%, maka apabila nilai signifikansi > 0,05 berarti H0 diterima (tidak ada perbedaan frekuensi kejadian prosedur change order anatar kontraktor dan MK), sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 berarti tolak H0 (Ada perbedaan frekuensi kejadian prosedur change order kontraktor dan MK).

(15)

40

Universitas Kristen Petra

3.11 Analisa Perbedaan Tingkat Kepentingan Kontraktor dan MK pada Prosedur Change Order

Dari hasil pengumpulan data maka dilakukan penelitian apakah ada perbedaan tingkat kepentingan prosedur change order antara Kontraktor dan MK dalam hal identifikasi penerbitan change order, evaluasi pengajuan penerbitan change order, approval penerbitan change order, dan payment change order.

Analisa adanya perbedaan dilakukan dengan menggunakan analisa T – Test dengan sampel independent yang kemudian dicheck nilai signifikansinya. Analisa T – Test sampel independent terhadap perbedaan “Tingkat Kepentingan”

kontraktor dan MK untuk prosedur change order menggunakan persamaan 3.4 dan dihitung dengan menggunakan software IBM Statistik SPSS v.21.

Hipotesis :

H0 = Tidak ada perbedaan tingkat kepentingan prosedur change order antara kontraktor dan MK.

H1 = Ada perbedaan tingkat kepentingan prosedur change order antara kontraktor dan MK.

Melalui analisa T – Test kemudian dapat dianalisa adakah perbedaan pendapat antara kontraktor dan MK dengan menggunakan tingkat signifikansi α = 5%, maka apabila nilai signifikansi > 0,05 berarti H0 diterima (tidak ada perbedaan tingkat kepentingan prosedur change order anatar kontraktor dan MK), sedangkan apabila nilai signifikansi < 0,05 berarti tolak H0 (Ada perbedaan tingkat kepentingan prosedur change order antara kontraktor dan MK).

3.12 Pembahasan

Tahap awal pembahasan dimulai dengan melakukan analisa deskriptif terhadap nilai mean frekuensi kejadian dan tingkat kepentingan setiap tahapan prosedur change order secara terpisah, yaitu tahapan identifikasi penerbitan change order, evaluasi pengajuan penerbitan change order, approval penerbitan change order, dan payment change order. Melalui analisa deskriptif tersebut, maka dapat diketahui bagaimana prosedur change order yang terjadi pada proyek konstruksi dimana selanjutnya peneliti juga memperdalam literatur yang sesuai dengan konteks untuk mengetahui prosedur change order. Selanjutnya peneliti

(16)

41

Universitas Kristen Petra

melakukan penggalian lebih dalam mengapa hal tersebut terjadi pada proyek dengan mendalami literatur yang sesuai dengan konteks dan melakukan interview.

Selanjutnya pembahasan dilakukan terhadap analisa ada tidaknya perbedaan frekuensi kejadian dan tingkat kepentingan antara kontraktor dan MK melalui hasil uji T – Test. Peneliti ingin mengetahui perbedaan apa saja yang ada antara kontraktor dan MK secara signifikan dalam arti ada perbedaan yang jelas walaupun keduanya berada pada satu pendapat ataupun sama – sama sering mengalami prosedur change order tersebut.

Gambar

Gambar 3.1 Kerangka Penelitian
Tabel 3.1 Kuesioner Identifikasi Penerbitan Change Order
Tabel 3.1 Kuesioner Identifikasi Penerbitan Change Order (Sambungan)
Tabel 3.2 Kuesioner Evaluasi Pengajuan Penerbitan Change Order (Sambungan)
+3

Referensi

Dokumen terkait

d) Kemudian dengan cara memanggil ke nomor telepon seluler yang ingin ditentukan induksi magnetnya dengan menggunakan telepon seluler lainnya hubungkan Probe Magnetik

Meningkatnya konsentrasi ambien menyebabkan meningkatnya dampak pencemaran pada kesehatan manusia dan nilai ekonomi dari gangguan kesehatan tersebut (Gambar 4 dan Gambar 5).. Gambar

Penerapan metode penemuan terbimbing yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa tentang materi keliling dan luas daerah layang-layang di kelas VII A SMP Negeri 1 Toribulu

&#34;Berdasarkan hasil pengawasan, sampling dan pengujian laboratorium sejak Juni 2008 hingga Mei 2009, Badan POM telah menarik peredaran 60 item obat tradisional dan suplemen

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran berbasis masalah lebih baik daripada pembelajaran biasa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

Agar data yang diperoleh tervalidasi, maka dilaksanakan penerapan tata kerja analisis untuk menentukan kadar unsur dalam cuplikan acuan standar SRM NIST 1548a typical diet dan SRM

dipegang di bawah hak milik Pejabat Pendaftar adalah tertakluk kepada syarat nyata bahawa ia tidak boleh digunakan untuk tujuan pertanian atau perindustrian..

Setelah Presiden Hosni Mubarak jatuh, militer Mesir menghadapi tantangan serius bagaimana mereka menstranformasikan diri menjadi organisasi militer yang profesional dan